• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK AKUNTANSI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK AKUNTANSI (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“AKUNTANSI PEMERINTAH INDONESIA”

Disusun oleh

:

Muhammad Thoharudin 15210010

Yasser Arafat 1521000

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MALAHAYATI

(2)

AKUNTANSI PEMERINTAH DI INDONESIA

Perkembangan akuntansi pemerintah di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan sejak dikeluarkannya. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2004 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan serta turunan peraturan lain yang terkait.

Secara umum, sistem akuntansi pemerintah di Indonesia terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu sistem Akuntansi Pemerintah Pusat dan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah.

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SSAP) adalah serangkaian prosedur baik manual

maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah pusat.

Ruang lingkup SAPP adalah pemerintah pusat (dalam hal ini adalah lembaga tinggi negara dan lembaga eksekutif) serta pemerintah daerah yang mendapat dana dari APBN (terkait dengan dana dekonsntrasi dan dana tugas pembantuan). Oleh karena itu, SAPP tidak dapat diterapkan untuk lingkungan pemerintah daerah (yang menggunakan APBD) lembaga keuangan negara, serta BUMN/BUMD

(3)

Pihak Pihak Pengelola Keuangan Negara

Berikut Tujuan SAPP.

1. Penjagaan aset agar aset pemerintah dapat terjaga melalui serangkaian proses pencatatan, pengolahan, dan pelaporan keuangan yang konsisten sesuai dengan standar

2. Memberikan informasi yang relevan (relevance) menyedeiakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan pemerintah pusat, baik secara nosional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otoritas anggaran dan untuk tujuan akuntabilitasasi 3. Memberikan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi

dan pemerrintahan pusat secara keseluruhan.

4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian dan keuangan pemerintah secara efisien.

(4)

SAPP dilaksanakan oleh menteri keuangaan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayan negara yang dipisahkan. SAPP terdiri atas Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN) dan Sistem yang memproses data transaksi utang pemerintah, investasi pemerintah, penerimaan dan pengeluaran pembiayaan, kas umum negara, serta akuntansi umum. Sementara itu, SAI memproses data transaksi keuangan, barang, dan transaksi lain yang dilaksanakan oleh kemenerian negara.

SAPP dan Subsitem-subsistemnya

Sistem Akuntansi Bendahara Umum Negara (SA-BUN)

Sistem akuntansi pusat astem Akuntansi dalah sistem yang digunakan untuk menghasilkan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK-BN) yang tersdiri atas laporan Realisasasi Anggaran, Neraca, Lpaoran Arus Kas, Laporan Posisi Utang, Laporan Possisi Penerusan Pinjaman, dan Laporan Investasi Pemerintah.

SA-BUN terdiri atas

1. Sistem Akuntansi Pusat (SIAP)

DJKN SAPP

SAI

SAK SIMAK

BMN SIAP SAU

SA

(5)

2. Sistem Akuntansi Utang Pmemrintah dan Hibah (SA-UP&H) 3. Sistem Akuntansi, Investasi Pemerintah (SA-IP)

4. Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP) 5. Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD)

6. Sitem Akuntansi Bagian Anggaran Perhitungan dan Pembiayaan (SA-BAPP) 7. Sistem Akuntansi Transaksi Khusus (SA-TK)

8. Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL)

Sistem Akuntansi Pusat (SI-AP)

I. Pengertian

Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) adalah serangkaian prosedur manual maupun yang

terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementrian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

II. Gambaran Umum Sistem Akuntansi Pusat

Sistem Akuntansi Pusat yang selanjutnya disebut SiAP merupakan subsistem dari Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP). SiAP dilaksanakan Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal Perbendaharaan. SiAP terdiri dari:

1. SAKUN, yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN. 2. SAU, yang menghasilkan Neraca, Laporan Realisasi Anggaran.

Ditjen PBN melaksanakan SiAP dengan melibatkan unit pemproses data sebagai berikut:

1. KPPN;

2. Kanwil DJPBN;

3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara

4. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (DAPK).

III. Proses Akuntansi Pada Sistem Akuntansi Pusat

Prosedur pemrosesan data akuntansi dilakukan secara berjenjang, dimulai dari:

1. KPPN selaku UAKBUN-D KPPN memproses dokumen sumber untuk

menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Arus Kas, Neraca KUN, dan Laporan Realisasi Anggaran termasuk penerimaan dan pengeluaran non anggaran yang melalui rekening KPPN. KPPN selaku UAKBUN-D KPPN melakukan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU beserta data transaksi dengan seluruh satuan kerja di wilayah kerjanya. KPPN menyusun Laporan Keuangan tingkat KPPN dan menyampaikannya beserta data akuntansi berupa ADK ke Kanwil Ditjen PBN selaku UAKBUN-Kanwil. Khusus KPPN yang memproses data pengeluaran Bantuan Luar Negeri (BLN) yang membebani Rekening Khusus menyampaikan Laporan Keuangan beserta ADK-nya ke Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit. APK).

2. Kanwil Ditjen PBN selaku UAKKBUN-Kanwil melakukan penyusunan Laporan

(6)

Neraca SAU berdasarkan konsolidasi Laporan Keuangan dari seluruh KPPN di wilayah kerjanya dan data dari unit khusus. Kanwil Ditjen PBN selaku UAKKBUN-KPPN melakukan rekonsiliasi Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU beserta data transaksi dengan UAPPA-W di wilayah kerjanya. Kanwil Ditjen PBN

mengirimkan Laporan Keuangan tingkat Kanwil beserta ADK-nya ke Dit. APK.

3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (Dit. PKN) selaku UAKBUN-P DPKN

memproses transaksi penerimaan dan pengeluaran BUN melalui Kantor Pusat termasuk penerimaan dan pengeluaran non anggaran yang melalui rekening KUN, serta menyampaikan laporan beserta ADK kepada Dit. APK.

4. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Dit. APK) selaku UAPBUN

memproses data APBN, data dari Unit Khusus serta menerima data dari unit-unit terkait dalam rangka menyusun laporan keuangan pemerintah pusat.

IV. Evaluasi Sistem Akuntansi Pusat Basis Akuntansi

Cash toward Accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.

Pendekatan dengan basis ini menyebabkan SiAP memiliki kelebihan dan sekaligus kekurangan diataranya,

1. Pelaksanaannya “relatif” lebih mudah dan low cost (biaya saat penilaian aset

ekonomi menjadi tidak setinggi saat full accrual diterapkan).

2. Laporan keuangan tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya di lapangan.

Misalnya dalam kebijakan akuntansi pendapatan, …Pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening kas umum negara…, ini menyebabkan pemerintah tidak memunculkan perkiraan pendapatan yang terutang sehingga realisasi pendapatan menjadi seolah-olah kecil. Padahal sebenarnya ada sumber daya ekonomi yang memang nyata-nyata berhak dan bisa diakui sebagai pendapatan, namun tidak dicatat. Mungkin ini salah satu faktor mengapa APBN kita tidak bisa lepas dari kata defisit setiap tahunnya. Buktinya dua tahun setelah New Zealand menerapkan full accrual langsung terjadi perubahan signifikan, yakni APBN-nya menjadi

surplus.

3. Cash toward Accrual yang diterapkan SiAP mengabaikan beberapa

pertimbangan akuntansi yang diterima umum. Contoh GASB dengan modified accrual basis (kurang lebih masih mirip dengan Cash Toward Accrual-nya SAP), dalam pelaksanaan pengakuan pendapatannya memasukkan pendapatan yang masih bisa ditagih dalam kurun waktu 30 hari (setelah tahun anggaran) sebagai pendapatan tahun berjalan. Ini sejalan dengan pengertian cash equivalent yakni segala sumber daya ekonomi yang dapat diuangkan dalam waktu kurang dari 60 hari mis. persediaan, surat berharga jk. pendek, piutang, dll. Namun dalam SiAP (atau tepatnya SAP) hal ini tidak kita temui.

Standar Akuntansi Pemerintah

(7)

dilaksanakan oleh suatu komite standar yang “independen”. Pada kenyataannya pernyataan ini diragukan, beberapa alasannya antara lain.

1. Berdasarkan Kepres No 2/ 2005 tentang Perubahan atas Kepres No 84/ 2004

tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, menyebutkan dalam pasal 3 ayat (2) bahwa yang termasuk dalam anggota Komite Konsultatif adalah para birokrat yang notabene aparatur pemerintah/ eksekutif mis. Dirjen Perbendaharaan, Dirjen Bina Administrasi, Staf ahli Menkeu, dll. Artinya pemerintah menerapkan standar untuk dirinya sendiri, tentunya saja ini bertentangan dengan indepent in

apperance. Seharusnya anggota KSAP (komite standar akuntansi pemerintahan) tidak hanya terdiri dari para praktisi dalam pemerintahan tetapi juga praktisi dan akademisi akuntansi sektor publik secara umum serta melibatkan unsur pengawas (dalam hal ini BPK).

2. Adanya unsur pemerintah, bahkan mayoritas memungkinkan terjadinya

benturan kepentingan (praktek politisasi) dan menurunkan kualitas independensi SAP yang dihasilkan.

Mekanisme SiAP

Pelaksanaan akuntansi yang berjenjang, beberapa kali proses rekonsiliasi, dan melibatkan banyak dokumen pendukung itulah yang tercermin dalam prodesur implementasi SiAP. Kondisi ini memiliki pengaruh terhadap efektifitas, efesiensi, dan evaluasi terhadap SiAP itu sediri antara lain:

1. Efektifitas, beberapa sumber daya manusia tidak memiliki kompetensi yang

memadai dalam mengimplementasikan SiAP. Bisa jadi, ini juga merupakan salah satu indikasi bahwa SiAP memang terlalu rumit dan butuh penyederhanaan.

2. Efesiensi, jumlah KPPN yang besar dan tersebar diseluruh Indonesia otomatis

menguras sumber daya yang tidak sedikit. Satu-satunya yang menjadikan SiAP seolah-olah sederhana adalah penerapan teknologi komputer. Sehingga apabila memungkinkan, pasti akan menjadi suatu keputusan yang bijak apabila diupayakan usaha-usaha untuk menyederhanakan mekanisme dan pengimplementasiannya.

3. Evaluasi, dalam pelaksanaannya SiAP tidak disertai prosedur evaluasi yang

segera memberikan rekomendasi secara memadai. Ini dikhawatirkan

dimungkinkannya pemanfaatan atas kesalahan sistem oleh oknum-oknum tertentu sehingga dapat merugikan negara.

Besarnya jumlah dokumen pendukung, luasnya scope, dan rumitnya prosedur pelaksanaan SiAP juga akan mempengaruhi kualitas audit karena auditor/ lembaga pengawas menjadi wajib memerlukan tambahan kompetensi khusus untuk mengkaji SiAP. Ini memunginkan terjadinya praktek penyimpangan seperti ENRON Corp, yakni salah satu faktornya adalah rumitnya implementasi bisnis sehingga auditor kesulitan memahami pengendalian internal yang memadai.

Bagan Akun Standar

(8)

dalam pelaksanaannya terjadi perbedaan penafsiran atas penerapan akun standar. Ini merupakan salah satu kritik bahwa SiAP tidak general accepted.

Sistem Akuntansi Utang Pemerintah dan Hibah (SAUP&H)

Sistem Akuntasni Utang Pemerintah dan Hibah (SAUP&H) menghasilkan Laporan Realisasi Penerimaan Hibah, pembayaran bunga utang, penerimaan pembiyayaan dan pengeluaran pembiayaan, serta neraca.

SAUP&H dilaksanakan oleh Direktorak Jenderal Pengelolaan Utang selaku Unit Akuntansi Pembantu BUN (UAPBUN). Transaksi pengelolaan utang terdiri atas:

1. Pembayaran bunga utang dalam dan luar negeri 2. Pembayaran cicilan utang luar negeri

3. Pembayaran cicilan utang dalam negeri 4. Penerimaan utang luar negeri

5. Penerimaan utang dalam negeri 6. Penerimaan hibah.

Dokumen sumber pengelolaan utang terdiri atas dokumen anggaran, dokumen pengeluaran, dokumen penerimaan, dan dokumen lain yang dipersamakan untuk pengelolaan utang. Pemrosesan dokumen sumber ini akan menimbulkan pengeluaran pembiayaan dan penurunan nilai utang.

Sistem Akuntansi Investasi Pemerintah (SA-IP)

Sistem ini menghasilkan neraca dan LRA dan dilaksanakan oleh unit yang menjalankan fungsi penatausahaan dan pelaporan investasi pemeintah, yaitu Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Departemen Keuangan.

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku Unit Akuntansi Pembantu Bendahara Umum Negara (UAPBUN) memproses data transaksi investast permanen yang merupakan bahan penyusunan laporan investasi. Kemudian, laporan tersebut dikirimkan ke Unit Akuntansi Bendahara Umum Negara (UABUN).

Sistem Akuntansi Penerusan Pinjaman (SA-PP)

(9)

Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman selaku UAPBUN memproses data transaksi penerusan pinjaman yang merupakan bahan penyusunan Laporan Penerus Pinjaman. Mekanisme penerusan pinjaman dapat dilakukan melalui Subsidiary Loan Agreement (SLA) dan dana bergulir. Laporan Pinjaman yang dihasilkan ke UABUN.

Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD)

Sistem Akuntansi Transfer ke Daerah (SA-TD) menghasilkan LRA dan neraca dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.

Transaksi transfer pada pemerintah daerah terdiri atas :

1. Belanja Dana Perimbangan,

2. Belanja Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku UAPBUN memproses data trasnsaksi dokumen anggaran, dokumen pengeluaran, dikomen penirimaan, dan dokumen lain yang dipersamakan untuk transfer kepada Pemerintah Daerah yang berupa Belanja Dana Perimbangan dan Belanja Otonomi Khusus serta penyesuaian. Dengan data tersebut,

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Memiliki bahan penyusunan Laporan Transfer ke Daerah yang kemudian dikirimkan ke UAPBUN.

Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL)

Sistem Akuntansi Badan Lainnya (SA-BL) menghasilkan LRA dan Neraca atas transaksi badan lainnya. SA-BL ini dilaksanaka oleh unit unit eselon I di lingkup Departemen Keuangan.

Unit-unit eselon 1 yang berdiri wewenang oleh menteri keuangan selalu UPBUN umtuk memproses data transaksi dari badan lainnya yang kemudian diiberikan kepada UPBUN.

Sistem Akuntansi Intansi (SAI)

SAI adalah serangkaian prosedur manual maupun terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada kementrian Negara/lembaga.

SAI terdiri atas dua subsistem, yaitu :

(10)

2. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN), subsistem dari SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk menyusun neraca dan laporan Barang Milik Negara serta laporan manajerial lainnya menurut ketentuan yang berlaku.

Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN)

Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) merupakan subsistem dari Sistem Akuntansi Instansi (SAI). SABMN diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN serta pengelolaan/pengendalian BMN yang dikuasai oleh suatu unit akuntansi barang. Disamping menghasilkan informasi sebagai dasar penyusunan Neraca Kementerian

Negara/Lembaga.SABMN juga menghasilkan informasi-informasi untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban pengelolaan BMN dan kebutuhan-kebutuhan

manajerial Kementerian Negara/Lembaga lainnya. SABMN diselenggarakan oleh unit organisasi Akuntansi BMN dengan memegang prinsip-prinsip:

1. Ketaatan, yaitu prinsip Akuntansi BMN dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan dan

prinsip akuntansi yang berlaku umum. Apabila prinsip akuntansi bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, maka yang diikuti adalah ketentuan perundang-undangan.

2. Konsistensi, yaitu akuntansi BMN dilaksanakan secara berkesinambungan sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

3. Kemampubandingan, yaitu akuntansi BMN menggunakan klasifikasi standar sehingga

menghasilkan laporan yang dapat dibandingkan antar periode akuntansi.

4. Materialitas, yaitu akuntansi BMN dilaksanakan dengan tertib dan teratur sehingga seluruh

informasi yang mempengaruhi keputusan dapat diungkapkan.

5. Obyektif, yaitu akuntansi BMN dilakukan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

6. Kelengkapan, yaitu akuntansi BMN mencakup seluruh transaksi BMN yang terjadi.

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, hingga pelaporan posisi keuangan (neraca) dan operasi keuangan pemerintah (LRA).

(11)

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) dapat dikelompokkan ke dalam dua sub sistem pokok berikut :

1. Sistem Akuntansi SKPD (SA-SKPD)

SKPD merupaka entitas akuntansi yang berkewajiban menyusun laporan keuangan dan menyampaikannya kepada kepala daerah melalui PPKD.

2. Sistem Akuntansi PPKD (SA-PPKD)

SA-PPKD terbagi kedalam dua subsistem yang terintegrasi, yaitu:

a. SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan menghasilkan laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA PPKD, Neraca PPKD, dan CaLK PPKD.

b. SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan mencatat transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan melakukan proses konsolidasi lapkeu (lapkeu dari seluruh SKPD dan PPKD menjadi lapkeu pemda yang terdiri dari Laporan Realisai APBD (LRA), Neraca Pemda, LAK, dan CaLK Pemda).

AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Pengembangan akuntansi di tingkat pemerintah daeral telah dilakukan melalui Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran (SAPA) sejak tahun 1986. Perubahan penting yang secara koinsidental terjadi adalah reformasi di bidang keuangan negara. Setelah selama bertahun-tahun Indonesia menggunakan UU di bidang perbendaharaan negara yang terbentuk semenjak zaman kolonial maka pada abad 21 ini telah ditetapkan tiga paket perundang-undangan di bidang keuangan negara yang menjadi landasan hukum reformasi di bidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara, Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara.

Arti penting akuntabilitas dalam good governance ini tampaknya sangat disadari

sebagaimana terlihat dari aturan vang dituangkan dalam peraturan pemerintah tersebut di atas.Penyajian laporan pertanggungjawaban keuangan antara lain hcrisikan Ncraca, Laporan Perhitungan Anggaranaran dan Laporan Arus Kas

Permasalahan di atas sebenarnya bukan politis, sebagian besar adalah berasal dari

permasalahan teoritis, sistem dan prosedur akuntansi dan pelaporan pertanggungjawaban keuangan daerah. Masalah teoritis, sistem dan prosedur ini muncul sebagai konsekuensi logis dari implikasi progresivitas pembaharuan yang dituntut oleh masyarakat. Pembaruan-pembaruan tersebut, pada dasarnya menyangkut hal-hal sebagai berikut:

(12)

2. Pembaruan pendanaan melalui perubahan kewenangan daerah dalam memanfaatkan dana, prinsip pengelolaan kas, cadangan, penggunaan dana pinjaman, dan pembelanjaan defisit, dan

3. Penyederhanaan prosedur, baik dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan, maupun dalam perhitungannya.

Jenis Transaksi

Dalam akuntansi keuangan pemerintah daerah, jenis transaksi dapat dirinci berdasarkan struktur APBD yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Selain itu masih ada jenis transaksi lain, yaitu transaksi Non-Kas Pemda, dan transaksi

Rekening Antar-Kantor (RAK), yaitu antara PPKD-SKPD. Di samping itu, berdasarkan sifat dan jenis entitas, transaksi masih dapat dibagi ke dalam akuntansi untuk transaksi di SKPD atau disebut transaksi SKPD dan transaksi untuk tingkat Pemda yang ditangani PPKD atau disebut juga transaksi PPKD.

Pendapatan Derah

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana. Ini merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perludibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Belanja Daerah

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung, yaitu belanja yang terkait langsung dengan pelaksanaan program; Belanja Tidak Langsung, yaitu belanja tugas pokok dan fungsi yang tidak dikaitkan dengan pelaksanaan program.

Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Pembiayaan Daerah terdiri dari Penerimaan Pembiayaan,

Pengeluaran Pembiayaan, dan Sisa Lebih Anggaran Tahun Berkenaan. Termasuk dalam transaksi Penerimaan Pembiayaan yang dimaksudkan untuk mengatasi defisit anggaran adalah: Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya; Pencairan dana cadangan; Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; Penerimaan pinjaman daerah; Penerimaan kembali pemberian pinjaman; Penerimaan piutang daerah. Sedangkan yang termasuk dalam Pengeluaran Pembiayaan Daerah yang dimaksudkan untuk menyalurkan surplus anggaran adalah: Pembentukan dana cadangan; Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; Pembayaran pokok utang; Pemberian pinjaman daerah.

Transaksi Selain Kas

Prosedur akuntansi selain kas meliputi serangkaian proses, mulai dari pencatatan,

(13)

atau kejadian selain kas yang meliputi transaksi: koreksi kesalahan dan penyesuaian; pengakuan aset tetap, utang jangka panjang, dan ekuitas; depresiasi; dan transaksi yang bersifat accrual dan prepayment; hibah selain kas.

Koreksi Kesalahan dan Penyesuaian

Koreksi kesalahan pencatatan merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat jurnal dan telah diposting ke buku besar; sedangkan penyesuaian adalah transaksi penyesuaian pada akhir periode untuk mengakui pos-pos seperti persediaan, piutang, utang, dan yang lain yang berkaitan dengan adanya perbedaan waktu pencatatan dan yang belum dicatat pada transaksi berjalan atau pada periode yang berjalan.

Pengakuan Aset Tetap, Utang Jangka Panjang dan Ekuitas

Pengakuan Aset Tetap merupakan pengakuan terhadap perolehan aset yang dilakukan oleh Satuan Kerja. Pengakuan aset tetap dan ekuitas sangat terkait dengan belanja modal yang dilakukan oleh Satker (lihat pada Akuntansi Belanja). Pengakuan Utang, jika dalam hal ini adalah pengakuan utang perhitungan pihak ketiga di Satker, maka sangat terkait dengan transaksi belanja yang mengharuskan pemotongan pajak atau potongan-potongan belanja lainnya (lihat pada Akuntansi Belanja). Namun jika utang yang dimaksud adalah utang jangka panjang, maka hal ini timbul dari transaksi pembiayaan penerimaan yang dilakukan oleh PPKD.

Depresiasi

Depresiasi dilakukan untuk menyusutkan nilai aset yang dimiliki oleh Satker.

Transaksi yang bersifat Accrual dan Prepayment

Transaksi yang bersifat accrual dan prepayment muncul karena adanya transaksi yang sudah dilakukan Satker namun pengeluaran kas belum dilakukan (accrual) atau terjadi pengeluaran kas untuk belanja di masa yang akan datang (prepayment).

Hibah Selain Kas

Penerimaan atau pengeluaran hibah selain kas adalah penerimaan atau pengeluaran sumber ekonomi nonkas yang merupakan pelaksanaan APBD yang mengandung konsekuensi

ekonomi bagi pemerintah daerah.

Prosedur Akuntansi 2.5.1 Persamaan Akuntansi

Persamaan dasar akuntansi merupakan alat bantu untuk memahami sistem pencatatan ini. Persamaan dasar akuntansi tersebut dalam konteks akuntansi pemerintahan dapat diuraikan dalam beberapa tahap sebagai berikut:

(14)

SATUAN KERJA PENGELOLA KEUANGAN DAERAH

Dalam konstruksi keuangan Negara, terdapat dua jenis satuan kerja, yaitu SKPD dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).

Dalam pelaksanananggaran, transaksi yang terjadi di SKPKD dapat diklasifikasikan menjadi dua,yaitu:

1.Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD sebagai satuan kerja. 2.Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD pada level pemda.

KEBIJAKAN UMUM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH Terdapat tiga tujuan dari pelaporan keuangan pemerintah yaitu: • akuntabilitas,

Penetapan Dinas sebagai entitas akuntansi pemerintah daerah didasarkan pada pengertian bahwa pengukuran kinerja akan lebih tepat jika dilakukan atas suatu fungsi. Dalam struktur pemerintah daerah, dinas merupakan suatu unit kerja yang paling mendekati gambaran suatu fungsi pemerintah daerah.

KARAKTERISTIK SAPD 1. Basis Akuntansi SAPD

2. Sistem Pembukuan Berpasangan 3 Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

4. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah Satuan Kerja Pemerintah Daerah

Akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan keuangan pemcrintah. Kode perkiraan seragam dan konsisten mutlak diperlukan sehingga mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi di tingkat daerah maupun di tingkat pusat. Hal ini diatur melalui bagan perkiraan standar yang menjadi acuan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengembangkan sistem akuntansinya.

Kode Rekening

SISTEM AKUNTANSI SATUAN KERJA

(15)

3. Akuntansi Aset

4. Akuntansi selain Kas Prosedur

Akuntansi selain kas pada SKPD meliputi setidaknya: a. Koreksi kesalahan pencatatan

b. Pengakuan aset, utang, dan ekuitas c. Jurnal depresiasi

d. Jurnal terkait dengan transaksi yang bersifat accrual dan prepayment.

SISTEM AKUNTANSI SATUAN KERJA. 5. Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan Keuangan yang harus dibuat oleh SKPD adalah : 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

2. Neraca

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dilakukan isolasi dengan penambahan jumlah sampel dan identifikasi kapang secara molekuler agar data yang diperoleh lebih bervariasi dan lebih akurat

Inflasi tahun kalender ibukota provinsi di Pulau Jawa tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 1,02 persen, diikuti Kota Surabaya sebesar 0,67 persen, Kota Bandung

Dari hasil analisis data diatas, dapat disimpulkan hasil-hasil berikut berdasarkan hipotesis penelitian ini: Hipotesis 1: Kepemimpinan dan Iklim Keselamatan Penerbangan

[r]

Pada percobaan ini dilakukan percobaan numerik untuk mengetahui seperti apakah pola perubahan kelas harga maskapai A sebagai perespon yang menghasilkan ekspektasi

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Pasar Tradisional Kota Medan yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden yang tinggi dapat mencegah

Mean- while, two other factors are competence of hu- man resources and diversification of products do not affect the increased activity of interna- tional trade finance

Bahkan sebagian shahabat telah menegaskan bahwa dialah orang yang lebih berhak dengan khalifah di antara Yang enam itu, maka ujarnya: “Demi Allah, daripada aku menerima