ABSTRACT
THE INCOME AND WELFARE OF MEMBERS AND NON-MEMBERS OF GOAT FARMERS GROUP IN SUNGAI LANGKA VILLAGE, GEDUNG
TATAAN SUB-DISTRICT OF PESAWARAN REGENCY
By
HANI FITRIA ANGGRAINI
This study aims to determine : 1) The factors affecting the farmer’s decision become farmers group members, 2) The income of members and non-members of goat farmers group, 3) The welfare level of members and non-members of goat farmers group. This study was conducted in Sungai Langka Village, Gedung Tataan Sub-district, Pesawaran Regency used by survey method. Respondents were 18 farmers group members and 45 farmers group non-members. Data collection was carried out in Juli-August 2014. The data analysis methods were done by qualitative descriptive and quantitative were used by Logit models, income of tabulation, and welfare analysis based on BPS’s criteria (2012). The results showed that 1) The income and sell price of goat farmers gave possitive effect against of the farmer’s decision become farmers group members, but their experiences gave negative effect, 2) There was differences of the farmer’s average income of goat farming. The income of farmers group members was higher than farmers group non-members, 3) The farmers group members and non-members classified as rich household.
ABSTRAK
PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETERNAK KAMBING PE ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KELOMPOK TANI DI DESA SUNGAI
LANGKA KECAMATAN GEDUNG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
HANI FITRIA ANGGRAINI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak untuk menjadi anggota kelompok tani, (2) pendapatan peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani, (3) tingkat kesejahteraan peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani. Penelitian dilaksanakan di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran dengan menggunakan metode survei. Responden dalam penelitian ini yaitu 18 peternak anggota kelompok tani dan 45 peternak non anggota kelompok tani. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2014. Metode analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif menggunakan model Logit, tabulasi pendapatan, dan kriteria kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor pendapatan usaha ternak kambing, pelatihan, dan harga jual kambing berpengaruh positif terhadap keputusan peternak dalam mengikuti kelompok tani, sedangkan faktor pengalaman usaha ternak berpengaruh negatif, (2) terdapat perbedaan rata-rata pendapatan peternak kambing PE, dimana pendapatan peternak anggota kelompok tani lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan peternak non-anggota kelompok tani, (3) peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani sudah termasuk dalam kategori sejahtera.
PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETERNAK KAMBING PE ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA KELOMPOK TANI
DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDUNG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
HANI FITRIA ANGGRAINI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETERNAK KAMBING PE ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA KELOMPOK TANI
DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDUNG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
(Skripsi)
Oleh
HANI FITRIA ANGGRAINI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan alir pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota
kelompok tani di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedung
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 14
C. Tujuan Penelitian ... 14
D. Kegunaan Penelitian ... 15
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 16
A. Tinjauan Pustaka ... 16
1. Usaha Ternak Kambing Perah ... 16
2. Kambing Peranakan Etawa (PE) ... 17
3. Susu Kambing ... 19
4. Budidaya Kambing Perah ... 22
5. Teori Kelompok Tani ... 30
6. Teori Pengambilan Keputusan ... 33
7. Teori Pendapatan ... 39
8. Model Logit ... 46
9. Teori Kesejahteraan ... 47
10. Kajian Penelitian Terdahulu ... 51
B. Kerangka Pemikiran ... 60
C. Hipotesis ... 63
III. METODE PENELITIAN ... 64
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 64
B. Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data Penelitian ... 69
D. Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 72
1. Analisis Logit ... 72
2. Pendapatan Usahatani Ternak Kambing PE ... 73
3. Pendapatan Rumah Tangga dan Kesejahteraan Peternak Kambing PE ... 75
6. Potensi Peternakan Kambing di Desa Sungai Langka ... 86
7. Kelembagaan Pertanian ... 87
3. Penanganan Penyakit/ Pemeliharaan Kesehatan Kambing PE ... 102
4. Penjualan Produksi dari Usaha Ternak Kambing PE ... 103
C. Biaya Usaha Ternak Kambing PE di Desa Sungai Langka ... 104
F. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Responden ... 121
1. Pendapatan Usaha Ternak Kambing PE ... 121
2. Pendapatan Usahatani di Luar Usaha Ternak Kambing PE (On-farm) ... 127
3. Pendapatan Usahatani di Luar Kegiatan Budidaya (Off-farm) ... 128
4. Pendapatan Usaha Non Pertanian (Non-farm) ... 130
G. Analisis Kesejahteraan ... 135
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 148
A. Kesimpulan ... 148
B. Saran ... 148
DAFTAR PUSTAKA ... 150
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Populasi kambing menurut provinsi di Indonesia,
tahun 2011 - 2013 ... 4
2. Populasi kambing di Provinsi Lampung per kabupaten / kota, tahun 2010 - 2012 ... 7
3. Jumlah bantuan kambing perah di Provinsi Lampung, tahun 2013 .. 8
4. Populasi ternak kambing berdasarkan desa di Kecamatan Gedung Tataan, tahun 2011 ... 9
5. Populasi ternak kambing di Desa Sungai Langka, tahun 2013 ... 10
6. Jumlah peternak kambing PE yang menjadi anggota Kelompok tani Sehati Jaya periode Desember 2013 ... 13
7. Komposisi susu kambing ... 21
8. Garis kemiskinan di Provinsi Lampung ... 50
9. Kajian penelitian terdahulu ... 53
10. Sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin di Kecamatan Gedung Tataan, tahun 2013 ... 81
11. Sarana dan prasarana di Desa Sungai Langka, tahun 2013 ... 84
12. Penggunaan lahan di Desa Sungai Langka, tahun 2013 ... 85
13. Sebaran peternak kambing PE anggota dan non-anggota kelompok tani berdasarkan umur ... 89
15. Sebaran peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani berdasarkan jumlah anggota
keluarga ... 92
16. Sebaran peternak anggota dan non-anggota kelompok tani
berdasarkan tingkat pengalaman usaha ternak ... 93
17. Sebaran peternak kambing PE anggota dan non-anggota kelompok tani menurut pekerjaan di luar usaha ternak
kambing PE ... 95
18. Sebaran peternak kambing PE anggota dan non-anggota kelompok tani menurut kepemilikan jumlah ternak
kambing PE ... 96
19. Rata-rata penggunanaan pakan ternak kambing PE dalam satu tahun terakhir pada anggota dan non-anggota kelompok tani
di Desa Sungai Langka, tahun 2014 ... 105
20. Rata-rata curahan tenaga kerja pada anggota dan non-anggota
kelompok tani di Desa Sungai Langka, tahun 2014 ... 109
21. Alasan/manfaat mengikuti kelompok tani pada peternak kambing
PE anggota kelompok tani ... 112
22. Keikutsertaan peternak kambing PE anggota dan non-anggota
kelompok tani pada pelatihan ... 113
23. Hasil regresi binary logit faktor-faktor yang mempengaruhi peternak kambing PE terhadap keikutsertaan kelompok tani
pada anggota dan non-anggota kelompok tani ... 115
24. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C usaha ternak kambing PE pada peternak anggota kelompok tani per satu
tahun terakhir tahun 2014 dan per ekor ... 122
25. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C usaha ternak kambing PE pada peternak non-anggota kelompok tani per satu
tahun terakhir tahun 2014 dan per ekor ... 123
26. Hasil uji beda rata-rata pendapatan usaha ternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani di
Desa Sungai Langka, tahun 2014 ... 126
27. Rata-rata pendapatan on-farm non-usaha ternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani
28. Rata-rata pendapatan off-farm peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani per tahun
di Desa Sungai Langka, tahun 2014 ... 129
29. Rata-rata pendapatan non-farm peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani di Desa Sungai
Langka, tahun 2014 ... 131
30. Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani di
Desa Sungai Langka, tahun 2014 ... 133
31. Rata-rata pengeluaran rumah tangga peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani,
tahun 2014 ... 136
32. Sebaran peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani berdasarkan tingkat kesejahteraan
menurut indikator Garis Kemiskinan (GK) BPS 2012 ... 145
33. Identitas responden peternak kambing PE anggota
kelompok tani di Desa Sungai Langka ... 158
34. Identitas responden peternak kambing PE non-anggota
kelompok tani di Desa Sungai Langka ... 159
35. Keikutsertaan kelompok tani pada peternak kambing PE
anggota kelompok tani ... 160
36. Keikutsertaan kelompok tani pada peternak kambing PE
non-anggota kelompok tani ... 161
37. Kepemilikan jumlah kambing pada peternak kambing PE
anggota kelompok tani ... 162
38. Kepemilikan jumlah kambing pada peternak kambing PE
non-anggota kelompok tani ... 163
39. Jenis pakan yang digunakan dalam usaha ternak kambing PE pada
anggota kelompok tani ... 164
40. Jenis pakan yang digunakan dalam usaha ternak kambing PE pada
non-anggota kelompok tani ... 165
41. Jenis obat-obatan yang digunakan dalam usaha ternak kambing
42. Jenis obat-obatan yang digunakan dalam usaha ternak kambing
PE pada non-anggota kelompok tani ... 169
43. Penyusutan peralatan peternak kambing PE pada anggota
kelompok tani ... 171
44. Penyusutan peralatan peternak kambing PE pada non-anggota
kelompok tani ... 173
45. Rincian penggunaan tenaga kerja selama 1 tahun pada peternak
kambing PE anggota kelompok tani ... 175
46. Rincian penggunaan tenaga kerja selama 1 tahun pada peternak
kambing PE non-anggota kelompok tani ... 178
47. Rincian penerimaan dari penjualan susu, kambing, dan kompos
pada usaha ternak kambing PE anggota kelompok tani ... 181
48. Rincian penerimaan dari penjualan susu, kambing, dan kompos
pada usaha ternak kambing PE non-anggota kelompok tani ... 183
49. Rincian penerimaan pendapatan dari usaha ternak kambing PE
pada peternak anggota kelompok tani ... 185
50. Rincian penerimaan pendapatan dari usaha ternak kambing PE
pada peternak non-anggota kelompok tani ... 187
51. Faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan peternak kambing
PE dalam mengikuti kelompok tani ... 189
52. Hasil regresi faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan
peternak kambing PE dalam mengikuti kelompok tani ... 190
53. Hasil uji pebedaan pendapatan per ekor kambing pada anggota
dan non-anggota kelompok tani dalam satu tahun terkahir ... 191
54. Rata-rata pendapatan usahatani non utama (kambing PE) pada
peternak anggota kelompok tani ... 192
55. Rata-rata pendapatan usahatani non utama (kambing PE) pada
peternak non-anggota kelompok tani ... 193
56. Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak dari aktivitas
off-farm pada peternak kambing PE anggota kelompok tani ... 194 57. Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak dari aktivitas off-
58. Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak dari aktivitas
non-farm pada peternak kambing PE anggota kelompok tani ... 196 59. Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak dari aktivitas
non-farm pada peternak kambing PE non-anggota
kelompok tani ... 197
60. Rekapitulasi pendapatan rumah tangga peternak kambing PE
anggota kelompok tani ... 198
61. Rekapitulasi pendapatan rumah tangga peternak kambing PE
non-anggota kelompok tani ... 199
62. Rata-rata pengeluaran pangan rumah tangga peternak kambing
PE anggota kelompok tani ... 200
63. Rata-rata pengeluaran pangan rumah tangga peternak kambing
PE non-anggota kelompok tani ... 203
64. Rata-rata pengeluaran non-pangan rumah tangga peternak
kambing PE anggota kelompok tani ... 206
65. Rata-rata pengeluaran non-pangan rumah tangga peternak
kambing PE non-anggota kelompok tani ... 210
66. Rekapitulasi pengeluaran rumah tangga pada peternak anggota
kelompok tani dan kriteria kesejahteraan menurut BPS 2012 ... 214
67. Rekapitulasi pengeluaran rumah tangga pada peternak non- anggota kelompok tani dan kriteria kesejahteraan menurut
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 2 April
1992 dari pasangan Bapak Achmad Fauzi, S.E. dan Ibu
Dra. ec. Yulia Farida. Penulis adalah anak ketiga dari
lima bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat
Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Beringin Raya Bandar
Lampung pada tahun 2004, tingkat SLTP di SMP
Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2007, dan
tingkat SLTA di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis
diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis pada
tahun 2010 melalui jalur PKAB (Penjaringan melalui Kemampuan Akademik dan
Bakat).
Penulis melakukan kegiatan Homestay di Kecamatan Adi Luwih Kabupaten
Pringsewu pada tahun 2011. Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktik Umum
(PU) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung dan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Labuhanratu Kabupaten Lampung Timur. Penulis juga
pernah menjadi Surveyor Pemantauan Harga periode Desember 2013 – Maret
SANWACANA
Bismillahirrohmanirrohim Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya
kepada Allah SWT, yang telah memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan
teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, para sahabatnya.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi yang berjudul
“Pendapatan Dan Kesejahteraan Peternak Kambing Pe Anggota Dan Non-Anggota Kelompok Tani Di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran”. Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat dan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana L, M.Si., sebagai Pembimbing Pertama, atas
bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.
2. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., sebagai Pembimbing Kedua, atas bimbingan,
masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.
3. Dr. Ir. Sudarma Widjaya, M.S., sebagai Dosen Penguji Skripsi ini atas
masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.
4. Dr. Ir. Fembriarti Ery Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis atas
kakakku M. Fariz Pratama, kembaranku Hana Fitria Azzahra dan adik-adikku
M. Rifki Firdaus dan Sofia Aisyah Yasmin, M. Husain Haekal atas semua
limpahan kasih sayang, dukungan, doa, dan bantuan yang telah diberikan.
6. Seluruh Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian atas semua ilmu yang telah
diberikan selama Penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.
7. Karyawan-karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian atas semua
bantuan yang telah diberikan.
8. Sahabat sepermainan Dwi, Wanda, Aya, Sinta, Kinoy, Ike, dan Inaya atas
kebersamaannya dalam mendengarkan keluh kesah dan berbagi canda tawa.
9. Teman-teman sepejuangan Agribisnis 2010 (Ervina, Hasni, Marcela, Reza,
Dimas, Yoan, Kholis, Ajus, Ludi, Riza, Jale, Hendra, Maul, Tania, Jeny,
Nita, Huda, Meta, Vanesa, Deby, Vega, Septa, Wida, Tyas, Ita, Andini,
Fitria, Asih, Lina, Yuni, Ayi, dkk) yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
10. Almamater tercinta dan Semua pihak yang telah membantu demi
terselesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan
Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis,
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Indonesia dikenal sebagai negara agraris, dimana mata pencaharian
penduduknya mayoritas di bidang pertanian. Hal tersebut didukung oleh
keadaan geografis negara Indonesia yang beriklim tropis sehingga sangat
cocok untuk lahan pertanian. Pertanian mencakup berbagai sektor seperti
perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan. Sektor peternakan cukup
banyak digemari masyarakat Indonesia, tetapi pada kenyataannya sektor
peternakan belum dikembangkan secara maksimal walaupun sebenarnya
pengembangan agribisnis peternakan mempunyai peluang yang sangat besar
dalam hal peningkatan permintaan baik dalam negeri maupun luar negeri.
Pengembangan peternakan bertujuan untuk meningkatkan produksi ternak
sehingga kebutuhan akan protein hewani berupa daging, telur, dan susu dapat
terpenuhi. Tujuan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
dalam periode tahun 2010 – 2014 salah satunya adalah meningkatkan
produksi ternak dan produk peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya
saing serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak.
Jumlah penduduk Indonesia yang besar sangat potensial bagi permintaan
peternakan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah daging sebesar
7,05 kg/kapita/tahun, telur sebesar 5,68 kg/kapita/tahun, dan susu sebesar
11,01 kg/kapita/tahun. Perkembangan konsumsi produk hasil peternakan
dalam lima tahun terakhir dari tahun 2008 hingga 2012 menunjukkan
peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 6,8 persen untuk daging, 5,38
persen untuk telur, dan 11,9 persen untuk susu. Peningkatan konsumsi
produk hasil ternak yaitu daging, telur, dan susu dari tahun ke tahun
merupakan peluang bagi pengembangan di sektor peternakan (Badan
Ketahanan Pangan, 2013).
Pengembangan peternakan berkaitan dengan peningkatan pendapatan.
Pendapatan yang meningkat dari suatu usaha peternakan akan memberikan
motivasi untuk berusaha lebih baik. Sukses dan gagalnya suatu usaha
peternakan sangat dipengaruhi oleh kemampuan ternaknya berproduksi dan
harga input produksi serta output yang dihasilkan. Keadaan tersebut erat
kaitannya dengan kemampuan peternak dalam mengelola usahanya dan
tingkat keuntungan maksimum yang dicapainya. Peternak dengan jumlah
ternak pemilikan yang banyak, mempunyai kesempatan untuk memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi.
Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai
penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang
terkait dengan pertanian. Salah satu hewan ternak yang memiliki banyak
manfaat bagi masyarakat adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak
menguntungkan bagi pemeliharaannya seperti, ternak kambing mudah
berkembang biak, tidak memerlukan modal yang besar dan tempat yang luas,
dapat digunakan memanfaatkan tanah yang kosong, dan membantu
menyuburkan tanah (Sasroamidjojo dan Soeradji, 1978).
Menurut pendapat Williamson dan Payne (1993), kambing memberi
sumbangan bagi kesehatan dan gizi penduduk di berbagai negara
berkembang, terutama mereka yang hidup pada garis kemiskinan.
Pemeliharaan kambing dapat menyediakan kebutuhan akan protein hewani
yang sangat penting untuk kesehatan, terutama bagi wanita hamil dan
menyusui serta anak kecil. Sumber daging dan susu ini menyebabkan adanya
perbedaan antara yang cukup gizi dan yang kekurangan gizi pada penduduk
pedesaan yang tidak mampu membeli daging dan susu.
Kambing telah lama dipelihara oleh masyarakat pedesaan di Indonesia.
Peranan kambing sampai saat ini belum banyak berarti, baik sebagai sumber
daging maupun sumber air susu. Hal ini karena usaha peternakan kambing
masih sederhana dengan jumlah pemilikan sedikit dan masih merupakan
usaha sampingan dan sebagai tabungan, sebenarnya ternak kambing
mempunyai potensi cukup besar untuk berkembang, karena termasuk ternak
yang mempunyai adaptasi cukup tinggi, disamping modal yang diperlukan
relatif sedikit. Peternakan kambing di Indonesia banyak terdapat di daerah
Pulau Jawa, Lampung, Sumatra Utara, dan Aceh. Pada daerah tropis
peternakan kambing umumnya bertujuan sebagai ternak potong dan di daerah
kambing berdasarkan provinsi di Indonesia tahun 2011 hingga 2013 disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi kambing berdasarkan provinsi di Indonesia, tahun 2011 -2013.
No Provinsi
Tahun/ Year Pertumbuhan
2012-2013
21 Kalimantan Selatan 111.161 105.500 102.629 -2,72
22 Kalimantan Timur 61.691 62.288 63.534 2
23 Sulawesi Utara 44.763 47.448 48.160 1,5
24 Sulawesi Tengah 477.445 530.627 634.459 19,57
25 Sulawesi Selatan 513.858 572.587 644.583 12,57
26 Sulawesi Tenggara 124.113 139.974 145.327 3,82
27 Gorontalo 83.570 92.168 76.982 -16,48
28 Sulawesi Barat 208.279 217.925 219.755 0,84
29 Maluku 246.320 265.163 285.448 7,65
30 Papua 32.648 32.536 34.631 6,44
Indonesia 16.946.186 17.905.862 18.576.192 3,74
Tabel 1 menunjukkan populasi kambing berdasarkan provinsi pada tahun
2011 hingga 2013 di Indonesia sebesar 18.576.192 ekor yang tersebar di 33
provinsi, jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 3,74 persen dari tahun 2012.
Populasi kambing terbesar berada di Jawa Tengah, diikuti dengan Jawa
Timur, Jawa Barat, dan Provinsi Lampung. Pertumbuhan populasi kambing
di Provinsi Lampung mengalami penurunan pada tahun 2012 ke tahun 2013
sebesar 6,07 persen, ini berbanding terbalik dari pertumbuhan pada tahun
sebelumnya yang mengalami peningkatan (6 %) pada 2011 ke 2012.
Populasi kambing di Indonesia cukup tinggi tetapi data mengenai jenis
kambing perah di Indonesia tidak ada, karena data tersebut masih secara
umum dan tidak dikelompokkan menurut tipe kambing perah maupun
kambing potong. Pengembangan produksi susu merupakan upaya yang
bertujuan meningkatkan dan memanfaatkan potensi yang ada di dalam negeri
sehingga terjadi peningkatan produksi susu. Peningkatan produksi susu
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengurangi impor dan
sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan.
Jenis kambing perah yang ada di Indonesia adalah kambing Peranakan Etawa
(PE). Kambing PE tersebut banyak terdapat di daerah Kali Gesing,
Purworejo, Jawa Tengah. Kambing Peranakan Etawa atau yang biasa disebut
kambing PE, merupakan hasil bestar atau persilangan. Kambing PE berasal
dari persilangan antara kambing Etawa dengan kambing Kacang. Kambing
Etawa berasal dari India sedangkan kambing Kacang merupakan kambing asli
Indonesia walaupun kambing PE merupakan kambing bestar (Suparman,
2007 ). Kambing PE merupakan kambing tipe dwiguna, yaitu sebagai
penghasil daging dan susu (perah). Peranakan yang penampilannya mirip
kambing Kacang disebut Bligon atau Jawa Randu yang merupakan tipe
pedaging (Pamungkas et al, 2009).
Persediaan dan permintaan susu kambing di Pulau Jawa sudah cukup banyak
karena banyaknya peternak kambing yang berada di Pulau Jawa. Bisnis susu
kambing sudah menjamur di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa
Barat. Hal ini didukung dengan banyaknya kedai yang menjual susu segar
baik itu susu sapi segar maupun susu kambing segar. Maraknya bisnis susu
segar di Pulau Jawa tidak diikuti untuk Pulau Sumatera. Bisnis susu kambing
segar baik itu susu sapi ataupun kambing belum banyak ditemui di daerah
Pulau Sumatera.
Provinsi Lampung merupakan provinsi dengan populasi kambing terbesar di
Pulau Sumatera. Populasi kambing di Provinsi Lampung sebesar 1.089.176
ekor pada tahun 2013 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2013). Sebaran
populasi kambing di Provinsi Lampung per kabupaten / kota disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2 menunjukkan bahwa populasi kambing dari tahun 2010 sampai 2012
per kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Terjadi penurunan populasi di
Kabupaten Tulang Bawang dan Kota Bandar Lampung, sedangkan daerah
kambing terendah keempat di Provinsi Lampung, dengan jumlah ternak
kambing pada tahun 2012 sebanyak 29.943 ekor.
Tabel.2. Populasi kambing di Provinsi Lampung per kabupten / kota, tahun 2010 – 2012.
No Kabupaten/Kota Popuasi kambing (ekor)
2010 2011 2012
1. Lampung Barat 78.502 87.679 91.539
2. Tanggamus 142.637 147.116 164.325
3. Lampung Selatan 233.750 245.437 257.218
4. Lampung Timur 117.421 127.988 134.387
5. Lampung Tengah 129.980 131.562 146.912
6. Lampung Utara 48.017 52.971 58.459
7. Way Kanan 49.823 50.307 51.071
8. Tulang Bawang 56.456 50.614 45.489
9. Pesawaran 28.221 28.787 29.943
10. Pringsewu 66.976 72.133 78.553
11. Mesuji 27.792 27.108 28.261
12. Tulang Bawang Barat 55.146 54.569 57.998
13. Bandar Lampung 5.763 4.834 5.303
14. Metro 9.936 9.542 10.029
Provinsi Lampung 1.050.330 1.090.647 1.159.543
Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2013
Pemerintah Provinsi Lampung, melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Lampung, memberikan bantuan kambing perah PE ke
beberapa kelompok ternak yang ada di Provinsi Lampung. Bantuan ini
bertujuan agar produksi susu kambing di Provinsi Lampung dapat
ditingkatkan, sehingga usaha susu kambing dapat berkembang seperti di
daerah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Daerah penerima dan
jumlah bantuan kambing perah yang diberikan kepada kelompok ternak di
Tabel 3. Jumlah bantuan kambing perah di Provinsi Lampung, tahun 2013.
No Lokasi Nama
Kelompok
Jumlah Ternak Jantan Betina Total 1. Desa Poncorejo Kec. Padang.
Cermin Kab. Pesawaran Suka Makmur I 1 33 34
2. Desa Sungai Langka Kec.
Gedung. Tataan Kab. Pesawaran
Sehati Jaya 1 33 34
3. Desa Labuhan Makmur Kec.
Way Serdang Kab Mesuji Karya Makmur 1 33 34
Labuhan Ratu Kab. Lampung Timur
Sumber Rejeki 1 33 34
Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2013
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa terdapat dua daerah di Kabupaten
Pesawaran yang mendapatkan bantuan kambing perah dari pemerintah, yaitu
Desa Sungai Langka Kecamatan Gedung Tataan dan Desa Poncorejo
Kecamatan Padang Cermin.
Desa Sungai Langka merupakan salah satu daerah yang terdapat peternak
kambing PE di Provinsi Lampung. Desa Sungai Langka berada di
Kecamataan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran dengan luas 900 ha.
Jumlah penduduk di Desa Sungai Langka sebanyak 5146 jiwa. Berdasarkan
data statistik Gedung Tataan dalam angka tahun 2013, terdapat 1313 rumah
tangga dimana terdiri dari 10 dusun dengan 32 rukun tetangga (BPS
Kabupaten Pesawaran, 2013).
Semua ternak kambing adalah binatang pegunungan yang hidup di
Sungai Langka sangat cocok untuk peternakan khususnya peternakan
kambing perah. Hal ini didukung oleh keadaan geografisnya berupa lereng
atau perbukitan pada kaki Gunung Betung yang berada pada ketinggian 500
meter di atas permukaan laut. Selain Desa Sungai Langka, Desa Wiyono juga
berupa lereng atau perbukitan tetapi populasi kambingnya tidak sebanyak di
Desa Sungai Langka. Data populasi ternak kambing berdasarkan desa di
Kecamatan Gedung Tataan, tahun 2011 disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Populasi ternak kambing berdasarkan desa di Kecamatan Gedung Tataan, tahun 2011.
No. Desa/Kelurahan Populasi Kambing (ekor)
1 Padang Ratu 457
18 Kurungannyawa 465
19 Sukabanjar 2.775
Jumlah 22.530
Populasi kambing di Desa Sungai Langka cukup banyak. Data populasi
kambing di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedung Tataan per September,
tahun 2013 disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Populasi ternak kambing di Desa Sungai Langka, tahun 2013.
Dusun
Jantan Betina) Jantan Betina
1 25 10 32 33 101 176
Sumber : Desa Sungai Langka, 2013
Tabel 5 menunjukkan populasi ternak kambing di Desa Sungai Langka
Kecamatan Gedung Tataan per September 2013 sebesar 1990 ekor yang
berada di 10 dusun. Desa Sungai Langka merupakan desa dengan populasi
kambing PE terbesar di Kabupaten Pesawaran yang dimiliki oleh 322 Kepala
Keluarga. Jenis kambing yang dipelihara di Desa Sungai Langka adalah
kambing peranakan etawa atau biasa disebut kambing PE.
Cara pemeliharaan ternak kambing oleh peternak di Desa Sungai Langka
masih bersifat tradisional sama halnya dengan daerah Indonesia lainnya yang
secara tradisional berlangsung dalam lingkungan keluarga dan
pengawasannya dilakukan secara berkala. Pada umumnya ternak kambing
dilepaskan di padang penggembalaan dan melakukan perkawinan bebas
secara alam yang pada akhirnya berpengaruh pada penurunan mutu genetik
ternak kambing. Penurunan mutu genetik ternak kambing akan
mempengaruhi produktivitas sehingga secara tidak langsung akan berdampak
pada penurunan terhadap pendapatan peternak.
Sektor pertanian di Desa Sungai Langka cukup beragam sehingga terdapat
gapoktan yang berjalan disana. Gapoktan adalah gabungan dari beberapa
kelompok tani yang bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan
efisiensi usaha. Pada sebuah bukunya, Mosher (1968) yang dikutip oleh
Djiwandi (1994), mengemukakan bahwa salah satu syarat pelancar
pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam
kelompok tani. Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan
sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usahatani melalui
pengelolaan usahatani secara bersamaan.
Ada beberapa alasan mengapa keberadaan kelompok tani di pedesaan relatif
penting dalam menunjang pengembangan penyuluhan. Pertama, dapat
dikembangkan sebagai sarana media atau alat, baik bagi pemerintah atau
instansi terkait maupun lembaga-lembaga non-pemerintah dalam
menyampaikan pesan-pesan pembangunan. Kedua, dapat dimanfaatkan lebih
baik atau optimal semua sumber-sumber yang tersedia sehingga mampu
Gapoktan Manunggal Jaya berdiri pada tahun 2008 di Desa Sungai Langka
dengan tujuh unit kelompok tani. Kelompok tani yang menangani bidang
peternakan khususnya ternak kambing adalah Kelompok tani Sehati Jaya.
Kelompok tani Sehati Jaya selama terbentuk kurang berjalan baik. Hal ini
dikarenakan kurangnya minat peternak untuk bergabung ke dalam kelompok
tani, padahal dengan adanya kelompok tani khusus ternak peternak dapat
memperoleh berbagai manfaat yaitu adanya bantuan dari pihak luar yaitu
pemerintah dan instansi lain seperti Universitas Lampung.
Bantuan yang diberikan contohnya peralatan pasteurisasi susu dan
penyuluhan mengenai cara budidaya kambing perah yang baik dan efektif.
Bagi anggota yang tidak memiliki kambing, dapat memperoleh bantuan
dengan adanya kegiatan kambing bergulir yang dilakukan kelompok tani
Sehati Jaya. Pada Tabel 3 terlihat bahwa Kelompok tani Sehati Jaya
memperoleh bantuan berupa 34 ekor kambing PE. Kambing bergulir ini
merupakan bantuan dari pemerintah yang memberikan indukan (induk
kambing betina dan jantan) kepada kelompok tani.
Berdasarkan manfaat yang dapat diperoleh dengan menjadi anggota
kelompok tani tersebut secara otomatis dapat menurunkan biaya produksi
pemeliharaan ternak kambing dan meningkatkan pendapatan peternak yang
berdampak pada kesejahteraan peternak kambing PE itu sendiri. Jumlah
peternak kambing PE yang menjadi anggota Kelompok tani Sehati Jaya
Tabel 6. Jumlah peternak kambing PE yang menjadi anggota Kelompok tani Sehati Jaya Periode Desember, tahun 2013.
No. Nama Peternak Jumlah Ternak (ekor)
Jantan Betina Total
Sumber : Kelurahan Sungai Langka Kecamatan Gedung Tataan, 2013
Tabel 6 menunjukkan bahwa masih banyak peternak kambing PE yang belum
menjadi anggota kelompok tani. Terdapat hanya 18 peternak kambing PE
yang menjadi anggota dari jumlah 322 peternak kambing PE yang ada di
Sungai Langka, untuk itu maka perlu diketahui mengapa banyak peternak
yang tidak menjadi anggota kelompok tani. Faktor-faktor apa yang menjadi
keputusan peternak untuk menjadi anggota dan tidak menjadi anggota
kelompok tani. Penelitian ini juga akan mengkaji pendapatan dan
kelompok tani di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedung Tataan,
Kabupaten Pesawaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan peternak untuk
menjadi anggota kelompok tani?
2) Berapakah pendapatan peternak kambing PE yang menjadi anggota
kelompok tani dan pendapatan peternak kambing non-anggota kelompok
tani ?
3) Bagaimana tingkat kesejahteraan peternak kambing PE yang menjadi
anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah yang ada, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak untuk
menjadi anggota kelompok tani
2) mengetahui berapakah pendapatan peternak kambing PE yang menjadi
anggota kelompok tani dan pendapatan peternak kambing non-anggota
kelompok tani
3) mengetahui bagaimana tingkat kesejahteraan peternak kambing PE
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1) Peternak kambing PE di Provinsi Lampung, khususnya di Kabupaten
Pesawaran sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan
usahanya agar mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.
2) Pemerintah, sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan kebijakan pertanian/ peternakan yang
berhubungan dengan masalah pengentasan kemiskinan dan peningkatan
taraf hidup petani/peternak.
3) Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Usaha Ternak Kambing Perah
Kambing perah dikembangbiakan dan diseleksi sejak dahulu untuk
menghasilkan susu dalam jumlah banyak sama seperti sapi perah. Struktur
dari masing-masing kelenjar ambing pada kambing perah dalam
memproduksi susu sama dengan sapi. Karakteristik yang berbeda dalam
memproduksi susu antara kambing dan sapi yaitu bila sapi memiliki empat
puting dan empat ambing yang terpisah, kambing hanya memiliki dua
ambing saja. Kambing perah sangat efisien dalam memproduksi susu.
Umumnya, tujuh ekor kambing dapat menghasilkan susu yang sama
banyaknya dengan produksi satu ekor sapi, tetapi jumlah pakan sepuluh
ekor kambing baru sama dengan jumlah pakan seekor sapi. Kambing
betina dengan berat 55 kg akan memproduksi lebih dari 2000 kg susu
dalam sekali laktasi yang panjangnya 305 hari.
Besar kambing perah kira-kira hanya sepersepuluhnya sapi, karena itu
lebih mudah untuk memeliharanya. Makanan (nutrient) yang dibutuhkan
lebih sedikit, kambing akan memakan bermacam-macam bahan pakan dan
kambing perah dapat dipelihara baik skala kecil hingga perusahaan besar
yang memelihara ratusan ekor (Blakely dan Bade, 1992).
Jenis/rumpun kambing perah yang ada di dunia antara lain Bangsa Alpines
(Perancis), Nubians (Afrika), Toggenburg (Alpen Swiss), Saanens (Swiss),
La Mancha (Amerika), dan Jamnapari (India). Kambing perah yang
banyak diusahakan di Indonesia ialah kambing Peranakan Etawa (PE)
(Sutama, 2007).
2. Kambing Peranakan Etawa (PE)
Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan kambing hasil persilangan
antara kambing Etawa (asal India) dengan kambing Kacang. Kambing ini
tersebar hampir di seluruh Indonesia. Penampilannya mirip kambing
Etawa, tetapi lebih kecil. Kambing PE merupakan kambing tipe dwiguna,
yaitu sebagai penghasil daging dan susu (perah).
Ciri-ciri Kambing PE yaitu telinga panjang dan terkulai, panjang telinga
18 - 30 cm, warna bulu bervariasi dari coklat muda sampai hitam. Bulu
kambing PE jantan bagian atas leher dan pundak lebih tebal dan agak
panjang. Bulu kambing PE betina pada bagian paha panjang. Berat badan
kambing PE jantan dewasa 40 kg dan betina 35 kg, tinggi pundak 76 - 100
cm (Sasongko et al, 2009).
Beternak kambing PE lebih menguntungkan bila dibanding dengan
Jawa Tengah (2011), terdapat beberapa nilai ekonomis dari beternak
kambing PE antara lain :
a) Penghasil susu
Susu kambing di Indonesia dikonsumsi sebagai obat alternatif, bukan
sebagai pelengkap gizi. Umumnya, orang mengonsumsi susu ini untuk
membantu penyembuhan penyakit seperti asma, tuberkolosis ( TBC ),
dan membantu penyehatan kulit. Pada masa laktasi kambing PE
mampu menghasilkan 0,8 hingga 2,5 liter susu per hari, dengan harga
jual antara Rp 15.000,00 - 20.000,00 per liter. Contoh sebagai
gambaran, jika seorang peternak memelihara 7 hingga 10 ekor kambing
PE dan diperkirakan terdapat 5 ekor yang laktasi dengan rata-rata
menghasilkan 1 liter per hari, artinya penghasilan peternak tersebut
setiap hari adalah sekitar 5 liter susu dengan harga rata-rata Rp
15.000,00 per liter, maka pendapatan peternak tersebut adalah sekitar
Rp 75.000,00 / hari.
b) Penghasil Daging
Kambing PE juga potensial sebagai penghasil daging, sehingga
pejantan kambing PE banyak digunakan oleh peternak untuk
memperbaiki kualitas kambing lokal pedaging. Hal tersebut karena
perkawinan silang menghasilkan kambing dengan sosok badan lebih
c) Penghasil Pupuk & Kulit
Kotoran kambing PE dapat digunakan sebagai pupuk organik,
sedangkan kulitnya karena mempunyai ukuran yang lebih besar
daripada kulit kambing lokal, maka kulit kambing PE banyak dicari
orang untuk digunakan sebagai bahan kerajinan kulit.
d) Sebagai Sumber Pendapatan
Beternak kambing PE, dapat digunakan sebagai sumber pendapatan
alternatif di pedesaan yang sangat menjanjikan bila ditekuni secara
serius, biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang dan biaya
perawatan relatif sama bila dibandingkan dengan biaya memelihara
kambing lokal.
3. Susu Kambing
Susu kambing mengandung berbagai manfaat yang lebih besar
dibandingkan dengan susu sapi, dan telah lama diakui oleh dunia
kedokteran untuk dimanfaatkan oleh orang-orang yang memiliki gangguan
pencernaan dan paru-paru. Pada daerah Timur Tengah, susu kambing
lebih populer dibandingkan susu sapi. Susu kambing menjadi bahan baku
beberapa jenis makanan dan minuman, seperti puding dan yoghurt.
Susu kambing belum banyak dikonsumsi di Indonesia. Hal ini disebabkan
oleh minimnya pengetahuan tentang manfaat susu kambing. Aroma khas
masyarakat sehingga hanya sedikit yang mengkonsumsi susu kambing
dalam keadaan segar (Susanto dan Budiana, 2005).
Menurut Blakely dan Bade (1992), dibandingkan dengan susu sapi, susu
kambing mempunyai perbedaan karakteristik sebagai berikut:
a) Warnanya lebih putih.
b) Globul lemak susunya lebih kecil dan beremulsi dengan susu. Lemak
harus dipisahkan dengan mesin pemisah (mechanical separator), karena
lemak tersebut tidak dengan sendirinya akan muncul ke permukaan.
c) Lemak susu kambing lebih mudah dicerna.
d) Card proteinnya lebih lunak, hingga memungkinkan untuk dibuat kerja
yang spesial.
e) Susu kambing mengandung mineral : kalsium, fosfor, vitamin A, E, dan
B kompleks yang lebih tinggi.
f) Susu kambing dapat diminum oleh orang yang alergi minum susu sapi
dan untuk orang-orang yang mengalami berbagai gangguan
pencernaanya.
Komposisi kimia susu kambing secara umum tidak berbeda dengan susu
sapi atau air susu ibu (ASI). Perbedaannya terletak pada persentase
kandungannya saja. Perbedaan antara susu sapi dan susu kambing secara
fisik dapat terlihat dari warna susu kambing lebih putih daripada susu sapi
hal ini karena susu kambing tidak mengandung karoten. Komposisi susu
kambing dibandingkan dengan susu sapi dan air susu ibu (ASI) disajikan
Tabel 7. Komposisi susu kambing
Komposisi Kambing Sapi ASI
Air 83-87,5 87,2 88,3
Hidrat arang 4,6 4,7 6,9
Energi KCL 67 66 69,1
Protein 3,3-4,9 3,3 1
Lemak 4,0-7,3 3,7 4,4
Ca (mg) 129 117 33
P (mg) 106 151 14
Fe (mg) 0,05 0,05 0,05
Vit. A. (mg) 185 138 240
Rhiboflamin 0,14 0,17 0,04
Niacin (mg) 0,3 0,08 0,2
Vit. B-12 0,07 0,36 0,84
Thiamin mg) 0,04 0,03 0,01
Sumber : Ernawati, 2010
Berdasarkan Tabel 7, dengan komposisi yang mendekati komposisi air
susu ibu (ASI), susu kambing dapat diberikan kepada bayi baru lahir atau
berumur kurang dari satu tahun sebagai pengganti ASI (PASI).
Kandungan gizi dalam susu kambing dapat meningkatkan pertumbuhan
bayi dan anak- anak serta membantu menjaga keseimbangan proses
metabolisme. Susu kambing juga bisa dikonsumsi tanpa dimasak terlebih
dahulu. Pemasakan susu kambing justru dikhawatirkan akan merusak
beberapa elemen, khususnya mineral yang terkandung didalamnya,
terutama fluorine (F) yang sangat besar khasiatnya sebagai antiseptik dan
pelindung jaringan paru-paru (Moelijanto dan Wiryanta, 2002).
Manfaat susu kambing cukup banyak bagi kesehatan seperti yang dikutip
oleh Sodiq dan Zainal (2008), yaitu untuk terapi penyakit TBC, membantu
memulihkan kondisi orang yang baru sembuh dari suatu penyakit, dan
mudah dicerna alat pencernaan manusia, serta tidak menimbulkan diare
pada orang yang mengkonsumsinya.
Susu kambing juga berkhasiat bagi kecantikan, banyak produk kecantikan
dipasaran berbahan baku susu kambing seperti sabun susu kambing.
Beberapa pakar penyakit kulit di New Zeland juga menganjurkan
pasiennya untuk mengkonsumsi susu kambing untuk meningkatkan
kesehatan kulit, terutama bagian wajah. Susu kambing juga baik diberikan
untuk wanita dewasa untuk mengembalikan zat besi setelah haid,
kekurangan darah, kehamilan, serta pendarahan setelah melahirkan.
Kandungan berbagai mineral dalam susu kambing juga dapat
memperlambat osteoporosis atau kerapuhan tulang.
4. Budidaya Kambing Perah
Pemeliharaan kambing perah tidak jauh berbeda dengan pemeliharaan
ternak kambing pada umumnya, hanya saja beternak kambing perah lebih
intensif ketika masuk pada masa laktasi pada induk betina. Pada kegiatan
beternak kambing, setidaknya ada lima faktor produksi yang harus
diperhatikan, yakni: bibit, kandang, pakan, tenaga kerja, dan biaya
kesehatan ternak. Perhitungan untung-ruginya ternak kambing dapat
dianalisa dengan menghitung kelima faktor produksi tersebut.
a) Pemilihan bibit
Bibit berpengaruh besar terhadap produktivitas ternak. Pemilihan bibit
diperoleh tingkat produksi susu yang tinggi. Menurut Sutama (2007),
terdapat beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam memilih
bibit kambing perah antara lain : bibit kambing betina yang dipilih
mempunyai sifat/karakter keibuan; garis punggung rata; mata cerah
bersinar; kulit halus dan bulu klimis (tidak kusam); rahang atas dan
bawah rata; kapasitas rongga perut besar (tulang rusuk terbuka); dada
lebar; kaki kuat dan normal; berjalan normal (tidak pincang); ambing
cukup besar, kenyal (firm) dan simetris; puting susu dua buah dan
normal (tidak terlalu besar /panjang atau terlalu kecil).
Bibit kambing jantan (pejantan) mempunyai karakter jantan kuat,
perototan yang kuat, mata bersinar; punggung kuat dan rata ; kaki kuat
dan simetris; testis dua buah normal, simetris dan kenyal; penis normal
dan libido tinggi. Calon pejantan mempunyai penampilan bagus dan
besar, umur > 1,5 tahun, gigi seri tetap, keturunan kembar, mempunyai
nafsu kawin besar, sehat, dan tidak cacat.
b) Pakan
Pakan merupakan faktor produksi penting dalan usaha ternak kambing
perah. Konsumsi pakan yang cukup (jumlah dan kualitasnya) akan
menentukan mampu tidaknya ternak tersebut mengekpresikan potensi
genetik yang dimilikinya. Pemberian pakan harus sesuai dengan
kebutuhannya dan jumlah yang diberikan disesuaikan dengan status
fisiologis ternaknya. Sebagai patokan umum yaitu 10 persen bahan
pemberian hijauan sekitar 2,5 kg kering atau 5 kg basah (Soerachman et
al, 2008).
Menurut Sarwono (2006), hanya pakan yang sempurna yang mampu
mengembangkan pekerjaan sel tubuh kambing. Pakan yang sempurna
mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin, dan
mineral. Pakan kambing secara umum dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu pakan pokok yang terdiri dari hijauan dan konsentrat.
Pakan hijau dapat berupa rumput alam, rumput yang dibudidayakan dan
daun kacang-kacangan, sedangkan pakan konsentrat/penguat dapat
berupa dedak padi.
Pakan sebagai sumber energi atau karbohidrat dapat berupa rumput,
daun-daunan, onggok, dedak padi, dedak gandum, jagung, shorgum,
dan singkong. Pakan sebagai sumber protein berupa legum, limbah
hasil pertanian (bungkil kedele, bungkil kelapa), ampas tahu, ampas
kecap. Pakan sebagai sumber mineral berupa garam dapur, kapur,
tepung tulang atau tapung ikan. Pakan sebagai sumber vitamin berupa
jagung kuning, hijauan segar (rumput dan legum), dan wortel.
Pada pemberian pakan hijauan, perlu diperhatikan imbangan antara
rumput dan daun leguminosa dikaitkan dengan kondisi fisiologis ternak.
Pada kambing dewasa, pemberian pakan rumput dan leguminosa
dengan perbandingan 3 : 4 dapat diberikan. Apabila ternak dalam
keadaan bunting sebaiknya perbandingan rumput, dan daun leguminosa
perbandingan sebaiknya 1 : 1. Anak kambing lepas sapih diberikan
rumput dan daun leguminosa dengan perbandingan 3:2. Hindari
pemberian hijauan yang masih muda, jika terpaksa digunakan
hendaknya diangin-anginkan selama minimal 12 jam untuk
menghindari terjadinya bloat (kembung) pada kambing (Soerachman et
al, 2008).
c) Kandang
Kandang adalah rumah bagi hewan ternak, dan oleh karenanya kandang
harus dibuat sedemikian rupa agar nyaman bagi ternak yang hidup
didalamnya dan bagi peternak yang memeliharanya. Menurut
Direktorat Budidaya Ternak Ditjennakeswan (2013), untuk usaha
budidaya kambing perah diperlukan bangunan, peralatan, dan letak
kandang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Konstruksi kandang harus kuat dan terbuat dari bahan yang
ekonomis dan mudah diperoleh seperti kayu atau bambu. Kandang
panggung, lantai rata, tidak kasar, mudah kering, dan tahan injak
lantai. Kolong kandang dibuat miring untuk memudahkan
pembersihan dan menghindari becek dan ada saluran pembuangan
limbah baik, luas kandang memenuhi persyaratan daya tampung
ternak.
2) Letak kandang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) mudah
diakses terhadap transportasi; b) tempat kering dan tidak tergenang
saat hujan; c) dekat sumber air, atau mudah dicapai aliran air; d)
menggangu lingkungan hidup; f) memenuhi persyaratan hygiene dan
sanitasi.
3) Peralatan meliputi tempat pakan dan tempat minum, alat pemotong
dan pengangkut rumput, alat pembersih kandang dan pembuatan
kompos, peralatan kesehatan hewan, peralatan pemerahan dan
pengolahan susu, peralatan sanitasi kebersihan, dan peralatan
pengolahan limbah.
d) Penyakit
Secara umum penyakit pada kambing dapat dibedakan menjadi dua
bagian besar yaitu penyakit menular dan tidak menular. Penyakit
menular disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, parasit darah, cacing,
dan kutu sedangkan penyakit tidak menular yaitu racun dan kurang gizi.
Beberapa penyakit penting yang sering terjadi pada kambing di
Indonesia antara lain sebagai berikut :
1) Kembung Perut (Bloat/Tympani)
Kembung perut sering terjadi akibat pembentukan gas dalam
lambung (rumen) secara berlebihan dan dalam waktu yang cepat.
Untuk menghindari bloat adalah hindari pemberian hijauan muda
secara berlebihan, atau hijuan yang masih mengandung embun pagi.
2) Mastitis
Mastitis adalah penyakit infeksi pada ambing oleh bakteri. Menjaga
kebersihan kandang/sanitasi merupakan cara terbaik mencegah
mastitis, termasuk melakukan ”teat dip” setiap kali pemerahan. Teat
ml gliserin + air sehingga menjadi 1 liter larutan. Tanda-tanda
mastitis yaitu :
a. ambing terasa panas, sakit, dan membengkak.
b. bila diraba terasa ada yang mengeras pada ambing.
c. warna dan kualitas air susu abnormal, seperti ada warna
kemerahan (darah), pucat seperti air, kental kekuningan atau
kehijauan.
Mastitis dapat diobati dengan antibiotik. Beberapa obat mastitis
telah tersedia seperti metrivet, mastivet, depolac dll. Pengobatan
dilakukan dengan memasukkan antibiotik melalui puting susu,
setelah ambing dikosongkan (diperah) terlebih dahulu. Lakukan
pengobatan 2 - 3 kali/hari, sampai ternak benar-benar sembuh.
e) Pengembangbiakan
Kambing telah dewasa kelamin dapat dikawinkan. Kambing dewasa
kelamin umumnya pada umur 6 - 8 bulan (sudah mulai birahi). Umur
untuk kambing PE betina, perkawinan pertama sebaiknya dilakukan
setelah ternak mencapai bobot hidup 28 - 35 kg atau pada umur sekitar
12 - 15 bulan sedangkan pada kambing PE jantan pada umur sekitar 1,5
tahun.
Tanda-tanda birahi pada kambing betina yaitu : gelisah; alat kelamin
bagian luar bengkak, basah, merah dan hangat; ekor digerak-gerakan;
diam bila dinaiki oleh pejantan, dan nafsu makan berkurang. Lama
mengawinkan yang tepat adalah 12 - 18 jam setelah terlihat tanda-tanda
birahi. Kambing betina dan pejantan dikandangkan dalam satu kandang
untuk memudahkan proses kawin dan mengurangi resiko kegagalan.
Jika proses kawin berhasil, induk kambing akan segera hamil.
Kambing betina yang sedang hamil muda gerak-geriknya tenang, tidak
gelisah, tidak agresif, nafsu makan meningkat, dan sering menjilati
pintu kandang atau lantai. Lama kebuntingan pada kambing adalah
sekitar 150 hari. Induk bunting yang akan melahirkan, biasanya
menunjukkan gejala-gejala tertentu yaitu nafsu makan berkurang,
gelisah, mengembik-embik, dan kakinya menggaruk-gaaruk tanah.
Anak kambing yang baru lahir setelah 30 - 60 menit, sudah dapat
berdiri dan berusaha menyusu pada induknya. Anak harus sesegera
mungkin dapat meminum susu jolong atau susu kolostrum untuk
memperoleh zat kekebalan tubuh. Susu kolostrum akan habis dalam
waktu 3 - 4 hari, dan induk sudah mulai dapat diperah untuk susu
konsumsi.
f) Teknik Pemerahan
Butuh keterampilan khusus dalam memerah susu kambing. Keahlian
memerah sangat menentukan hasil produksi susu dan lamanya masa
laktasi (Sarwono, 2006). Pemerah susu kambing harus memiliki
kategori persyaratan yaitu sehat tanpa menderita penyakit menular;
dan sebelum memerah susu, pemerah membersihkan tangannya terlebih
dahulu (Sitepoe, 2008).
Peralatan dalam pemerahan susu antara lain tempat pemerahan berupa
platform dan tempat duduk; ember atau alat pengukur volume susu
sekaligus untuk menampung susu saat pemerahan; penyaring susu;
sabun dan air; kain lap bersih; panci dan kompor untuk pasteurisasi
susu. Semua peralatan tersebut dipakai dalam keadaan bersih dan
kering. Cara memerah susu kambing dilakukan sebagai berikut :
1) tangan dibersihkan dahulu dengan sabun dan bilas sampai bersih.
Ambing dan puting susu kambing dicuci dengan kain yang dicelup
dalam air hangat untuk merangsang keluarnya air susu.
2) jari telunjuk dan ibu jari dilingkarkan pada puting susu. Selanjutnya
jari tengah dilingkarkan pada puting sehingga air susu akan
memancar keluar. Pancaran air susu yang pertama harus dibuang
karena tidak bersih.
3) jari manis dilingkarkan pada puting susu dengan tekanan yang kuat
agar susu memancar deras keluar, tetapi puting tidak boleh sampai
ikut tertarik kebawah.
4) setelah selesai diperah, puting susu harus dibersihkan dan
dikeringkan.
g) Pengolahan Susu
Setelah diperah, susu langsung disaring untuk membersihkan susu dari
langsung dibungkus plastik (sesuai ukuran yang diinginkan) lalu segera
disimpan dalam refrigerator atau freezer, sebelum dijual ke konsumen.
Atau untuk susu pasteurisasi dipanaskan pada suhu 700 derajat celcius
selama 15 detik, atau 630 derajat celsius selama 30 detik, lalu
didinginkan dan dibungkus/disimpan.
5. Teori Kelompok Tani
Mardikanto (1993), mengemukakan bahwa kelompok tani diartikan
sebagai kumpulan orang – orang tani atau yang terdiri dari petani dewasa
(pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara
formal dalam suatu wilayah keluarga atas dasar keserasian dan kebutuhan
bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang
kontak tani. Adapun beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok
tani itu, antara lain sebagai berikut : a). Semakin eratnya interaksi dalam
kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok; b). Semakin
terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antara petani;
c). Semakin cepatnya proses perembesan (diffuse) penerapan inovasi
(teknologi) baru; d). Semakin naiknya kemampuan rata – rata
pengembalian hutang (pinjaman) petani; e). Semakin meningkatnya
orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) maupun
produk yang dihasilkannya; dan f). Semakin dapat membantu efisiensi
pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.
Kelompok tani adalah kelembagaan petani/peternak/pekebun yang
(sosial, ekonomi dan sumberdaya), dan keakraban untuk meningkatkan
dan mengembangkan usaha anggotanya. Samsudin (1993),
mengemukakan kelompok tani merupakan kumpulan petani yang bersifat
non formal dan berada dalam lingkungan pengaruh kontak tani, memiliki
pandangan dan kepentingan yang sama untuk mencapai tujuan bersama,
dimana hubungan antara satu sama lain sesama anggota kelompok tani
bersifat luwes, wajar, dan kekeluargaan.
Menurut Suhardiyono (1992), bahwa kelompok tani biasanya dipimpin
oleh seorang ketua kelompok, yang dipilih atas dasar musyawarah dan
mufakat diantara anggota kelompok tani. Pada waktu pemilihan ketua
kelompok tani sekaligus dipilih kelengkapan struktur organisasi kelompok
yaitu sekretaris kelompok, bendahara kelompok, serta seksi-seksi yang
mendukung kegiatan kelompoknya. Seksi - seksi yang ada disesuaikan
dengan tingkat dan volume kegiatan yang akan dilakukan. Masing-masing
pengurus dan anggota kelompok tani harus memiliki tugas dan wewenang
serta tanggung jawab yang jelas dan dimengerti oleh setiap pemegang
tugasnya. Selain itu juga kelompok tani harus memiliki dan menegakkan
peraturan yang berlaku bagi setiap kelompoknya dengan sanksi-sanksi
yang jelas dan tegas. Biasanya jumlah anggota kelompok tani berkisar
antara 10 - 25 orang anggota.
Pada Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/OT.160/4/2007 tentang
Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani disebutkan bahwa kelompok
ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani yang saling mengenal,
akrab, saling percaya, mempunyai kepentingan dalam berusahatani,
kesamaan dalam tradisi/ pemukiman/ hamparan usahatani serta memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a. Ciri Kelompok Tani
1. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota.
2. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam
berusahatani.
3. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan
usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa,
pendidikan dan ekologi.
4. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota
berdasarkan kesepakatan bersama.
b. Unsur Pengikat Kelompok Tani
1. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya.
2. Adanya kawasan usahatani yang menjadi tanggung jawab bersama
diantara para anggotanya.
3. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani
dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya.
4. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurangnya
sebagian besar anggotanya.
5. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat
c. Fungsi Kelompok Tani
1. Kelas Belajar; Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar
bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam
berusahatani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya
bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.
2. Wahana Kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk
memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani
dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama
ini diharapkan usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu
menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan.
3. Unit Produksi; Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing
anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai
satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala
ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun
kontinuitas.
6. Teori Pengambilan Keputusan
Menurut Siagian (1993), pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data,
penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan
tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
pemilihan suatu arah tindakan sebagai cara untuk memecahkan sebuah
masalah tertentu.
Salusu (1996:47), mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses
memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai
situasi untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi.
Handoko (2001:129), melihat pengambilan keputusan sebagai proses di
mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah
tertentu. Berdasarkan dari beberapa pengertian tentang pengambilan
keputusan yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan satu alternatif dari
beberapa alternatif untuk pemecahan masalah.
Menurut Terry (2005), definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (tindakan pimpinan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya
dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang
dimungkinkan). Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam
pengambilan keputusan yaitu :
a. Hal - hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang
emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam
pengambilan keputusan.
b. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan
c. Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi
harus lebih mementingkan kepentingan organisasi.
d. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah
altenatif-alternatif tandingan.
e. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini
harus diubah menjadi tindakan fisik.
f. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup
lama.
g. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik.
h. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan
itu benar.
i. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian
kegiatan mata rantai berikutnya.
Proses pengambilan keputusan secara rasional dan ilmiah pada dasarnya
meliputi tahapan sebagai berikut (Handoko, 2001:134-138) : (1)
pemahaman dan perumusan masalah, (2) pengumpulan dan analisa data
yang relevan, (3) pengembangan alternatif-alternatif, (4) evaluasi
alternatif-alternatif, (5) pemilihan alternatif terbaik, (6) implementasi
keputusan, (7) evaluasi hasil-hasil keputusan.
Firdaus (2007) menjelaskan bahwa dalam pengambilan keputusan terdapat
tiga unsur penting, yaitu pengambilan keputusan didasarkan fakta,
membutuhkan unsur pertimbangan dan penilaian yang subjektif dari
manajemen terhadap situasi, pengalaman, dan pandangan umum. Untuk
mengambil keputusan yang rasional dibutuhkan beberapa syarat, antara
lain :
a. Keterangan yang diperoleh harus berdasarkan fakta.
b. Harus bebas dari prasangka, bersih, dan jauh dari pertimbangan
subjektif.
c. Harus berusaha untuk dapat mencapai suatu tujuan.
d. Harus dapat mengetahui dengan jelas tujuan mana yang dapat dicapai
beserta berbagai kelemahannya.
e. Harus berdasarkan prinsip - prinsip analisis dalam menilai berbagai
alternatif sesuai dengan tuntutan untuk mencapai tujuan.
f. Harus menggunakan ukuran objektif.
g. Sejauh mungkin didasarkan pada teknik kuantitatif.
h. Harus bersikap optimis dan berkemauan yang kuat untuk memilih
alternatif yang paling baik.
Secara umum alat pengambilan keputusan dapat dibagi dua berdasarkan
Firdaus (2007), yaitu nonkuantitatif dan kuantitatif. Alat pengambilan
keputusan nonkuantitatif antara lain intuisi, fakta, pengalaman, dan opini.
Intuisi adalah suatu pendapat seseorang yang diperoleh dari
perbendaharaan pengetahuannya terlebih dahulu, melalui proses yang
tidak disadari. Fakta merupakan dasar yang baik dalam pembuatan
keputusan. Pengalaman memberikan petunjuk untuk pembuatan
dan menggeneralisasi situasi - situasi yang lampau. Opini banyak
digunakan dalam pengambilan keputusan, dicirikan oleh penggunaan
logika di belakang keputusan yang diambil tersebut.
Siagian (1991) menyatakan bahwa ada aspek-aspek tertentu bersifat
internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan
keputusan. Adapun aspek internal tersebut antara lain :
a. Pengetahuan; Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara
langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang
semakin mempermudah pengambilan keputusan.
b. Aspek kepribadian; Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata
tetapi besar peranannya bagi pengambilan keputusan.
Sedangkan aspek eksternal dalam pengambilan keputusan, antara lain :
a. Kultur; Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi
perbuatan individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses pengambilan
keputusan.
b. Orang lain; Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana
individu melihat contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat)
dalam melakukan pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku
orang lain dalam mengambil keputusan pada gilirannya juga
Menurut Arroba (1998) dalam Sudrajat (2010), menyatakan ada beberapa
hal yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh seseorang, antara lain :
1. Informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi
2. Tingkat pendidikan
3. Personality
4. Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait
dengan permasalahan (proses adaptasi).
5. Culture
Pada penelitian ini faktor - faktor yang mempengaruhi peternak kambing
PE dalam mengambil keputusan untuk menjadi anggota kelompok tani
atau tidak adalah pendapatan, usia, pendidikan, pengalaman, pelatihan, dan
harga jual kambing. Faktor usia mempunyai kaitan dengan kedewasaan
psikologis seseorang Pada penelitian para ahli menunjukkan bahwa usia
mempunyai kaitan pula dengan kedewasaan psikologis (Siagian, 2004).
Artinya, semakin lanjut usia seseorang, yang bersangkutan diharapkan
semakin mampu menunjukkan kematangan jiwa, semakin bijaksana,
semakin mampu berpikir secara rasional yang menjadi dasar dalam proses
pengambilan keputusan, sedangkan faktor pendidikan menunjukkan bahwa
wawasan atau ilmu yang dimiliki seseorang berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka keputusan yang dipilih oleh
pengambilan keputusan. Apabila pendapatan seseorang tinggi, maka
semakin besar pula ia dalam mengambil keputusan, karena tingginya
pendapatan yang ia miliki menjadi modal untuk mengatasi resiko dari
keputusan yang diambilnya.
7. Teori Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak kambing dapat memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan rumah tangga peternak.
Hal ini tidak sejalan dengan keadaan di lapangan, sampai dengan saat ini
usaha ternak kambing belum dilakukan sebagai sumber pendapatan utama
rumah tangga yang disebabkan oleh keterbatasan modal dan manajemen
usaha yang masih rendah.
Bulu et al (2005), menggambarkan bahwa pendapatan usaha pangan
sebesar 78,9 persen dan pendapatan usaha ternak kambing sebesar 48,4
persen digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. jumlah
modal yang digunakan untuk usaha ternak kambing dari kedua sumber
pendapatan tersebut adalah masing-masing sebesar 5,4 persen dan 5,6
persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani lebih memprioritaskan
ketahanan pangan rumah tangga sehingga modal yang dialokasikan untuk
usaha ternak kambing relatif terbatas.
Menurut Mubyarto (1989), pendapatan merupakan penerimaan yang
dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pada usaha peternakan