• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETERNAK KAMBING PE ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KELOMPOK TANI DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDUNG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETERNAK KAMBING PE ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KELOMPOK TANI DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDUNG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE INCOME AND WELFARE OF MEMBERS AND NON-MEMBERS OF GOAT FARMERS GROUP IN SUNGAI LANGKA VILLAGE, GEDUNG

TATAAN SUB-DISTRICT OF PESAWARAN REGENCY

By

HANI FITRIA ANGGRAINI

This study aims to determine : 1) The factors affecting the farmer’s decision become farmers group members, 2) The income of members and non-members of goat farmers group, 3) The welfare level of members and non-members of goat farmers group. This study was conducted in Sungai Langka Village, Gedung Tataan Sub-district, Pesawaran Regency used by survey method. Respondents were 18 farmers group members and 45 farmers group non-members. Data collection was carried out in Juli-August 2014. The data analysis methods were done by qualitative descriptive and quantitative were used by Logit models, income of tabulation, and welfare analysis based on BPS’s criteria (2012). The results showed that 1) The income and sell price of goat farmers gave possitive effect against of the farmer’s decision become farmers group members, but their experiences gave negative effect, 2) There was differences of the farmer’s average income of goat farming. The income of farmers group members was higher than farmers group non-members, 3) The farmers group members and non-members classified as rich household.

(2)

ABSTRAK

PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETERNAK KAMBING PE ANGGOTA DAN NON ANGGOTA KELOMPOK TANI DI DESA SUNGAI

LANGKA KECAMATAN GEDUNG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

HANI FITRIA ANGGRAINI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak untuk menjadi anggota kelompok tani, (2) pendapatan peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani, (3) tingkat kesejahteraan peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani. Penelitian dilaksanakan di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran dengan menggunakan metode survei. Responden dalam penelitian ini yaitu 18 peternak anggota kelompok tani dan 45 peternak non anggota kelompok tani. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli hingga Agustus 2014. Metode analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif menggunakan model Logit, tabulasi pendapatan, dan kriteria kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor pendapatan usaha ternak kambing, pelatihan, dan harga jual kambing berpengaruh positif terhadap keputusan peternak dalam mengikuti kelompok tani, sedangkan faktor pengalaman usaha ternak berpengaruh negatif, (2) terdapat perbedaan rata-rata pendapatan peternak kambing PE, dimana pendapatan peternak anggota kelompok tani lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan peternak non-anggota kelompok tani, (3) peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani sudah termasuk dalam kategori sejahtera.

(3)

PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETERNAK KAMBING PE ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA KELOMPOK TANI

DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDUNG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

HANI FITRIA ANGGRAINI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN PETERNAK KAMBING PE ANGGOTA DAN NON-ANGGOTA KELOMPOK TANI

DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDUNG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

(Skripsi)

Oleh

HANI FITRIA ANGGRAINI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alir pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota

kelompok tani di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedung

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Kegunaan Penelitian ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

A. Tinjauan Pustaka ... 16

1. Usaha Ternak Kambing Perah ... 16

2. Kambing Peranakan Etawa (PE) ... 17

3. Susu Kambing ... 19

4. Budidaya Kambing Perah ... 22

5. Teori Kelompok Tani ... 30

6. Teori Pengambilan Keputusan ... 33

7. Teori Pendapatan ... 39

8. Model Logit ... 46

9. Teori Kesejahteraan ... 47

10. Kajian Penelitian Terdahulu ... 51

B. Kerangka Pemikiran ... 60

C. Hipotesis ... 63

III. METODE PENELITIAN ... 64

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 64

B. Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data Penelitian ... 69

(7)

D. Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 72

1. Analisis Logit ... 72

2. Pendapatan Usahatani Ternak Kambing PE ... 73

3. Pendapatan Rumah Tangga dan Kesejahteraan Peternak Kambing PE ... 75

6. Potensi Peternakan Kambing di Desa Sungai Langka ... 86

7. Kelembagaan Pertanian ... 87

3. Penanganan Penyakit/ Pemeliharaan Kesehatan Kambing PE ... 102

4. Penjualan Produksi dari Usaha Ternak Kambing PE ... 103

C. Biaya Usaha Ternak Kambing PE di Desa Sungai Langka ... 104

(8)

F. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Responden ... 121

1. Pendapatan Usaha Ternak Kambing PE ... 121

2. Pendapatan Usahatani di Luar Usaha Ternak Kambing PE (On-farm) ... 127

3. Pendapatan Usahatani di Luar Kegiatan Budidaya (Off-farm) ... 128

4. Pendapatan Usaha Non Pertanian (Non-farm) ... 130

G. Analisis Kesejahteraan ... 135

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 148

A. Kesimpulan ... 148

B. Saran ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 150

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Populasi kambing menurut provinsi di Indonesia,

tahun 2011 - 2013 ... 4

2. Populasi kambing di Provinsi Lampung per kabupaten / kota, tahun 2010 - 2012 ... 7

3. Jumlah bantuan kambing perah di Provinsi Lampung, tahun 2013 .. 8

4. Populasi ternak kambing berdasarkan desa di Kecamatan Gedung Tataan, tahun 2011 ... 9

5. Populasi ternak kambing di Desa Sungai Langka, tahun 2013 ... 10

6. Jumlah peternak kambing PE yang menjadi anggota Kelompok tani Sehati Jaya periode Desember 2013 ... 13

7. Komposisi susu kambing ... 21

8. Garis kemiskinan di Provinsi Lampung ... 50

9. Kajian penelitian terdahulu ... 53

10. Sebaran penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin di Kecamatan Gedung Tataan, tahun 2013 ... 81

11. Sarana dan prasarana di Desa Sungai Langka, tahun 2013 ... 84

12. Penggunaan lahan di Desa Sungai Langka, tahun 2013 ... 85

13. Sebaran peternak kambing PE anggota dan non-anggota kelompok tani berdasarkan umur ... 89

(10)

15. Sebaran peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani berdasarkan jumlah anggota

keluarga ... 92

16. Sebaran peternak anggota dan non-anggota kelompok tani

berdasarkan tingkat pengalaman usaha ternak ... 93

17. Sebaran peternak kambing PE anggota dan non-anggota kelompok tani menurut pekerjaan di luar usaha ternak

kambing PE ... 95

18. Sebaran peternak kambing PE anggota dan non-anggota kelompok tani menurut kepemilikan jumlah ternak

kambing PE ... 96

19. Rata-rata penggunanaan pakan ternak kambing PE dalam satu tahun terakhir pada anggota dan non-anggota kelompok tani

di Desa Sungai Langka, tahun 2014 ... 105

20. Rata-rata curahan tenaga kerja pada anggota dan non-anggota

kelompok tani di Desa Sungai Langka, tahun 2014 ... 109

21. Alasan/manfaat mengikuti kelompok tani pada peternak kambing

PE anggota kelompok tani ... 112

22. Keikutsertaan peternak kambing PE anggota dan non-anggota

kelompok tani pada pelatihan ... 113

23. Hasil regresi binary logit faktor-faktor yang mempengaruhi peternak kambing PE terhadap keikutsertaan kelompok tani

pada anggota dan non-anggota kelompok tani ... 115

24. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C usaha ternak kambing PE pada peternak anggota kelompok tani per satu

tahun terakhir tahun 2014 dan per ekor ... 122

25. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan, dan R/C usaha ternak kambing PE pada peternak non-anggota kelompok tani per satu

tahun terakhir tahun 2014 dan per ekor ... 123

26. Hasil uji beda rata-rata pendapatan usaha ternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani di

Desa Sungai Langka, tahun 2014 ... 126

27. Rata-rata pendapatan on-farm non-usaha ternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani

(11)

28. Rata-rata pendapatan off-farm peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani per tahun

di Desa Sungai Langka, tahun 2014 ... 129

29. Rata-rata pendapatan non-farm peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani di Desa Sungai

Langka, tahun 2014 ... 131

30. Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani di

Desa Sungai Langka, tahun 2014 ... 133

31. Rata-rata pengeluaran rumah tangga peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani,

tahun 2014 ... 136

32. Sebaran peternak kambing PE anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani berdasarkan tingkat kesejahteraan

menurut indikator Garis Kemiskinan (GK) BPS 2012 ... 145

33. Identitas responden peternak kambing PE anggota

kelompok tani di Desa Sungai Langka ... 158

34. Identitas responden peternak kambing PE non-anggota

kelompok tani di Desa Sungai Langka ... 159

35. Keikutsertaan kelompok tani pada peternak kambing PE

anggota kelompok tani ... 160

36. Keikutsertaan kelompok tani pada peternak kambing PE

non-anggota kelompok tani ... 161

37. Kepemilikan jumlah kambing pada peternak kambing PE

anggota kelompok tani ... 162

38. Kepemilikan jumlah kambing pada peternak kambing PE

non-anggota kelompok tani ... 163

39. Jenis pakan yang digunakan dalam usaha ternak kambing PE pada

anggota kelompok tani ... 164

40. Jenis pakan yang digunakan dalam usaha ternak kambing PE pada

non-anggota kelompok tani ... 165

41. Jenis obat-obatan yang digunakan dalam usaha ternak kambing

(12)

42. Jenis obat-obatan yang digunakan dalam usaha ternak kambing

PE pada non-anggota kelompok tani ... 169

43. Penyusutan peralatan peternak kambing PE pada anggota

kelompok tani ... 171

44. Penyusutan peralatan peternak kambing PE pada non-anggota

kelompok tani ... 173

45. Rincian penggunaan tenaga kerja selama 1 tahun pada peternak

kambing PE anggota kelompok tani ... 175

46. Rincian penggunaan tenaga kerja selama 1 tahun pada peternak

kambing PE non-anggota kelompok tani ... 178

47. Rincian penerimaan dari penjualan susu, kambing, dan kompos

pada usaha ternak kambing PE anggota kelompok tani ... 181

48. Rincian penerimaan dari penjualan susu, kambing, dan kompos

pada usaha ternak kambing PE non-anggota kelompok tani ... 183

49. Rincian penerimaan pendapatan dari usaha ternak kambing PE

pada peternak anggota kelompok tani ... 185

50. Rincian penerimaan pendapatan dari usaha ternak kambing PE

pada peternak non-anggota kelompok tani ... 187

51. Faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan peternak kambing

PE dalam mengikuti kelompok tani ... 189

52. Hasil regresi faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan

peternak kambing PE dalam mengikuti kelompok tani ... 190

53. Hasil uji pebedaan pendapatan per ekor kambing pada anggota

dan non-anggota kelompok tani dalam satu tahun terkahir ... 191

54. Rata-rata pendapatan usahatani non utama (kambing PE) pada

peternak anggota kelompok tani ... 192

55. Rata-rata pendapatan usahatani non utama (kambing PE) pada

peternak non-anggota kelompok tani ... 193

56. Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak dari aktivitas

off-farm pada peternak kambing PE anggota kelompok tani ... 194 57. Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak dari aktivitas off-

(13)

58. Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak dari aktivitas

non-farm pada peternak kambing PE anggota kelompok tani ... 196 59. Rata-rata pendapatan rumah tangga peternak dari aktivitas

non-farm pada peternak kambing PE non-anggota

kelompok tani ... 197

60. Rekapitulasi pendapatan rumah tangga peternak kambing PE

anggota kelompok tani ... 198

61. Rekapitulasi pendapatan rumah tangga peternak kambing PE

non-anggota kelompok tani ... 199

62. Rata-rata pengeluaran pangan rumah tangga peternak kambing

PE anggota kelompok tani ... 200

63. Rata-rata pengeluaran pangan rumah tangga peternak kambing

PE non-anggota kelompok tani ... 203

64. Rata-rata pengeluaran non-pangan rumah tangga peternak

kambing PE anggota kelompok tani ... 206

65. Rata-rata pengeluaran non-pangan rumah tangga peternak

kambing PE non-anggota kelompok tani ... 210

66. Rekapitulasi pengeluaran rumah tangga pada peternak anggota

kelompok tani dan kriteria kesejahteraan menurut BPS 2012 ... 214

67. Rekapitulasi pengeluaran rumah tangga pada peternak non- anggota kelompok tani dan kriteria kesejahteraan menurut

(14)
(15)
(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 2 April

1992 dari pasangan Bapak Achmad Fauzi, S.E. dan Ibu

Dra. ec. Yulia Farida. Penulis adalah anak ketiga dari

lima bersaudara. Penulis menyelesaikan studi tingkat

Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Beringin Raya Bandar

Lampung pada tahun 2004, tingkat SLTP di SMP

Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2007, dan

tingkat SLTA di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis

diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis pada

tahun 2010 melalui jalur PKAB (Penjaringan melalui Kemampuan Akademik dan

Bakat).

Penulis melakukan kegiatan Homestay di Kecamatan Adi Luwih Kabupaten

Pringsewu pada tahun 2011. Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktik Umum

(PU) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung dan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Desa Labuhanratu Kabupaten Lampung Timur. Penulis juga

pernah menjadi Surveyor Pemantauan Harga periode Desember 2013 – Maret

(17)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya

kepada Allah SWT, yang telah memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga

senantiasa tercurah kepada Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan

teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, para sahabatnya.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi yang berjudul

“Pendapatan Dan Kesejahteraan Peternak Kambing Pe Anggota Dan Non-Anggota Kelompok Tani Di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran”. Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat dan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana L, M.Si., sebagai Pembimbing Pertama, atas

bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

2. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., sebagai Pembimbing Kedua, atas bimbingan,

masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

3. Dr. Ir. Sudarma Widjaya, M.S., sebagai Dosen Penguji Skripsi ini atas

masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

4. Dr. Ir. Fembriarti Ery Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis atas

(18)

kakakku M. Fariz Pratama, kembaranku Hana Fitria Azzahra dan adik-adikku

M. Rifki Firdaus dan Sofia Aisyah Yasmin, M. Husain Haekal atas semua

limpahan kasih sayang, dukungan, doa, dan bantuan yang telah diberikan.

6. Seluruh Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian atas semua ilmu yang telah

diberikan selama Penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.

7. Karyawan-karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian atas semua

bantuan yang telah diberikan.

8. Sahabat sepermainan Dwi, Wanda, Aya, Sinta, Kinoy, Ike, dan Inaya atas

kebersamaannya dalam mendengarkan keluh kesah dan berbagi canda tawa.

9. Teman-teman sepejuangan Agribisnis 2010 (Ervina, Hasni, Marcela, Reza,

Dimas, Yoan, Kholis, Ajus, Ludi, Riza, Jale, Hendra, Maul, Tania, Jeny,

Nita, Huda, Meta, Vanesa, Deby, Vega, Septa, Wida, Tyas, Ita, Andini,

Fitria, Asih, Lina, Yuni, Ayi, dkk) yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

10. Almamater tercinta dan Semua pihak yang telah membantu demi

terselesainya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

membutuhkan

Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis,

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Indonesia dikenal sebagai negara agraris, dimana mata pencaharian

penduduknya mayoritas di bidang pertanian. Hal tersebut didukung oleh

keadaan geografis negara Indonesia yang beriklim tropis sehingga sangat

cocok untuk lahan pertanian. Pertanian mencakup berbagai sektor seperti

perikanan, peternakan, perkebunan, dan kehutanan. Sektor peternakan cukup

banyak digemari masyarakat Indonesia, tetapi pada kenyataannya sektor

peternakan belum dikembangkan secara maksimal walaupun sebenarnya

pengembangan agribisnis peternakan mempunyai peluang yang sangat besar

dalam hal peningkatan permintaan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Pengembangan peternakan bertujuan untuk meningkatkan produksi ternak

sehingga kebutuhan akan protein hewani berupa daging, telur, dan susu dapat

terpenuhi. Tujuan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

dalam periode tahun 2010 – 2014 salah satunya adalah meningkatkan

produksi ternak dan produk peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya

saing serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak.

Jumlah penduduk Indonesia yang besar sangat potensial bagi permintaan

(20)

peternakan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah daging sebesar

7,05 kg/kapita/tahun, telur sebesar 5,68 kg/kapita/tahun, dan susu sebesar

11,01 kg/kapita/tahun. Perkembangan konsumsi produk hasil peternakan

dalam lima tahun terakhir dari tahun 2008 hingga 2012 menunjukkan

peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata 6,8 persen untuk daging, 5,38

persen untuk telur, dan 11,9 persen untuk susu. Peningkatan konsumsi

produk hasil ternak yaitu daging, telur, dan susu dari tahun ke tahun

merupakan peluang bagi pengembangan di sektor peternakan (Badan

Ketahanan Pangan, 2013).

Pengembangan peternakan berkaitan dengan peningkatan pendapatan.

Pendapatan yang meningkat dari suatu usaha peternakan akan memberikan

motivasi untuk berusaha lebih baik. Sukses dan gagalnya suatu usaha

peternakan sangat dipengaruhi oleh kemampuan ternaknya berproduksi dan

harga input produksi serta output yang dihasilkan. Keadaan tersebut erat

kaitannya dengan kemampuan peternak dalam mengelola usahanya dan

tingkat keuntungan maksimum yang dicapainya. Peternak dengan jumlah

ternak pemilikan yang banyak, mempunyai kesempatan untuk memperoleh

pendapatan yang lebih tinggi.

Ternak adalah hewan peliharaan yang produknya diperuntukkan sebagai

penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan/atau hasil ikutannya yang

terkait dengan pertanian. Salah satu hewan ternak yang memiliki banyak

manfaat bagi masyarakat adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak

(21)

menguntungkan bagi pemeliharaannya seperti, ternak kambing mudah

berkembang biak, tidak memerlukan modal yang besar dan tempat yang luas,

dapat digunakan memanfaatkan tanah yang kosong, dan membantu

menyuburkan tanah (Sasroamidjojo dan Soeradji, 1978).

Menurut pendapat Williamson dan Payne (1993), kambing memberi

sumbangan bagi kesehatan dan gizi penduduk di berbagai negara

berkembang, terutama mereka yang hidup pada garis kemiskinan.

Pemeliharaan kambing dapat menyediakan kebutuhan akan protein hewani

yang sangat penting untuk kesehatan, terutama bagi wanita hamil dan

menyusui serta anak kecil. Sumber daging dan susu ini menyebabkan adanya

perbedaan antara yang cukup gizi dan yang kekurangan gizi pada penduduk

pedesaan yang tidak mampu membeli daging dan susu.

Kambing telah lama dipelihara oleh masyarakat pedesaan di Indonesia.

Peranan kambing sampai saat ini belum banyak berarti, baik sebagai sumber

daging maupun sumber air susu. Hal ini karena usaha peternakan kambing

masih sederhana dengan jumlah pemilikan sedikit dan masih merupakan

usaha sampingan dan sebagai tabungan, sebenarnya ternak kambing

mempunyai potensi cukup besar untuk berkembang, karena termasuk ternak

yang mempunyai adaptasi cukup tinggi, disamping modal yang diperlukan

relatif sedikit. Peternakan kambing di Indonesia banyak terdapat di daerah

Pulau Jawa, Lampung, Sumatra Utara, dan Aceh. Pada daerah tropis

peternakan kambing umumnya bertujuan sebagai ternak potong dan di daerah

(22)

kambing berdasarkan provinsi di Indonesia tahun 2011 hingga 2013 disajikan

pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi kambing berdasarkan provinsi di Indonesia, tahun 2011 -2013.

No Provinsi

Tahun/ Year Pertumbuhan

2012-2013

21 Kalimantan Selatan 111.161 105.500 102.629 -2,72

22 Kalimantan Timur 61.691 62.288 63.534 2

23 Sulawesi Utara 44.763 47.448 48.160 1,5

24 Sulawesi Tengah 477.445 530.627 634.459 19,57

25 Sulawesi Selatan 513.858 572.587 644.583 12,57

26 Sulawesi Tenggara 124.113 139.974 145.327 3,82

27 Gorontalo 83.570 92.168 76.982 -16,48

28 Sulawesi Barat 208.279 217.925 219.755 0,84

29 Maluku 246.320 265.163 285.448 7,65

30 Papua 32.648 32.536 34.631 6,44

Indonesia 16.946.186 17.905.862 18.576.192 3,74

(23)

Tabel 1 menunjukkan populasi kambing berdasarkan provinsi pada tahun

2011 hingga 2013 di Indonesia sebesar 18.576.192 ekor yang tersebar di 33

provinsi, jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 3,74 persen dari tahun 2012.

Populasi kambing terbesar berada di Jawa Tengah, diikuti dengan Jawa

Timur, Jawa Barat, dan Provinsi Lampung. Pertumbuhan populasi kambing

di Provinsi Lampung mengalami penurunan pada tahun 2012 ke tahun 2013

sebesar 6,07 persen, ini berbanding terbalik dari pertumbuhan pada tahun

sebelumnya yang mengalami peningkatan (6 %) pada 2011 ke 2012.

Populasi kambing di Indonesia cukup tinggi tetapi data mengenai jenis

kambing perah di Indonesia tidak ada, karena data tersebut masih secara

umum dan tidak dikelompokkan menurut tipe kambing perah maupun

kambing potong. Pengembangan produksi susu merupakan upaya yang

bertujuan meningkatkan dan memanfaatkan potensi yang ada di dalam negeri

sehingga terjadi peningkatan produksi susu. Peningkatan produksi susu

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mengurangi impor dan

sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan.

Jenis kambing perah yang ada di Indonesia adalah kambing Peranakan Etawa

(PE). Kambing PE tersebut banyak terdapat di daerah Kali Gesing,

Purworejo, Jawa Tengah. Kambing Peranakan Etawa atau yang biasa disebut

kambing PE, merupakan hasil bestar atau persilangan. Kambing PE berasal

dari persilangan antara kambing Etawa dengan kambing Kacang. Kambing

Etawa berasal dari India sedangkan kambing Kacang merupakan kambing asli

(24)

Indonesia walaupun kambing PE merupakan kambing bestar (Suparman,

2007 ). Kambing PE merupakan kambing tipe dwiguna, yaitu sebagai

penghasil daging dan susu (perah). Peranakan yang penampilannya mirip

kambing Kacang disebut Bligon atau Jawa Randu yang merupakan tipe

pedaging (Pamungkas et al, 2009).

Persediaan dan permintaan susu kambing di Pulau Jawa sudah cukup banyak

karena banyaknya peternak kambing yang berada di Pulau Jawa. Bisnis susu

kambing sudah menjamur di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa

Barat. Hal ini didukung dengan banyaknya kedai yang menjual susu segar

baik itu susu sapi segar maupun susu kambing segar. Maraknya bisnis susu

segar di Pulau Jawa tidak diikuti untuk Pulau Sumatera. Bisnis susu kambing

segar baik itu susu sapi ataupun kambing belum banyak ditemui di daerah

Pulau Sumatera.

Provinsi Lampung merupakan provinsi dengan populasi kambing terbesar di

Pulau Sumatera. Populasi kambing di Provinsi Lampung sebesar 1.089.176

ekor pada tahun 2013 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2013). Sebaran

populasi kambing di Provinsi Lampung per kabupaten / kota disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa populasi kambing dari tahun 2010 sampai 2012

per kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Terjadi penurunan populasi di

Kabupaten Tulang Bawang dan Kota Bandar Lampung, sedangkan daerah

(25)

kambing terendah keempat di Provinsi Lampung, dengan jumlah ternak

kambing pada tahun 2012 sebanyak 29.943 ekor.

Tabel.2. Populasi kambing di Provinsi Lampung per kabupten / kota, tahun 2010 – 2012.

No Kabupaten/Kota Popuasi kambing (ekor)

2010 2011 2012

1. Lampung Barat 78.502 87.679 91.539

2. Tanggamus 142.637 147.116 164.325

3. Lampung Selatan 233.750 245.437 257.218

4. Lampung Timur 117.421 127.988 134.387

5. Lampung Tengah 129.980 131.562 146.912

6. Lampung Utara 48.017 52.971 58.459

7. Way Kanan 49.823 50.307 51.071

8. Tulang Bawang 56.456 50.614 45.489

9. Pesawaran 28.221 28.787 29.943

10. Pringsewu 66.976 72.133 78.553

11. Mesuji 27.792 27.108 28.261

12. Tulang Bawang Barat 55.146 54.569 57.998

13. Bandar Lampung 5.763 4.834 5.303

14. Metro 9.936 9.542 10.029

Provinsi Lampung 1.050.330 1.090.647 1.159.543

Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2013

Pemerintah Provinsi Lampung, melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan

Hewan Provinsi Lampung, memberikan bantuan kambing perah PE ke

beberapa kelompok ternak yang ada di Provinsi Lampung. Bantuan ini

bertujuan agar produksi susu kambing di Provinsi Lampung dapat

ditingkatkan, sehingga usaha susu kambing dapat berkembang seperti di

daerah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Daerah penerima dan

jumlah bantuan kambing perah yang diberikan kepada kelompok ternak di

(26)

Tabel 3. Jumlah bantuan kambing perah di Provinsi Lampung, tahun 2013.

No Lokasi Nama

Kelompok

Jumlah Ternak Jantan Betina Total 1. Desa Poncorejo Kec. Padang.

Cermin Kab. Pesawaran Suka Makmur I 1 33 34

2. Desa Sungai Langka Kec.

Gedung. Tataan Kab. Pesawaran

Sehati Jaya 1 33 34

3. Desa Labuhan Makmur Kec.

Way Serdang Kab Mesuji Karya Makmur 1 33 34

Labuhan Ratu Kab. Lampung Timur

Sumber Rejeki 1 33 34

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2013

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa terdapat dua daerah di Kabupaten

Pesawaran yang mendapatkan bantuan kambing perah dari pemerintah, yaitu

Desa Sungai Langka Kecamatan Gedung Tataan dan Desa Poncorejo

Kecamatan Padang Cermin.

Desa Sungai Langka merupakan salah satu daerah yang terdapat peternak

kambing PE di Provinsi Lampung. Desa Sungai Langka berada di

Kecamataan Gedung Tataan Kabupaten Pesawaran dengan luas 900 ha.

Jumlah penduduk di Desa Sungai Langka sebanyak 5146 jiwa. Berdasarkan

data statistik Gedung Tataan dalam angka tahun 2013, terdapat 1313 rumah

tangga dimana terdiri dari 10 dusun dengan 32 rukun tetangga (BPS

Kabupaten Pesawaran, 2013).

Semua ternak kambing adalah binatang pegunungan yang hidup di

(27)

Sungai Langka sangat cocok untuk peternakan khususnya peternakan

kambing perah. Hal ini didukung oleh keadaan geografisnya berupa lereng

atau perbukitan pada kaki Gunung Betung yang berada pada ketinggian 500

meter di atas permukaan laut. Selain Desa Sungai Langka, Desa Wiyono juga

berupa lereng atau perbukitan tetapi populasi kambingnya tidak sebanyak di

Desa Sungai Langka. Data populasi ternak kambing berdasarkan desa di

Kecamatan Gedung Tataan, tahun 2011 disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Populasi ternak kambing berdasarkan desa di Kecamatan Gedung Tataan, tahun 2011.

No. Desa/Kelurahan Populasi Kambing (ekor)

1 Padang Ratu 457

18 Kurungannyawa 465

19 Sukabanjar 2.775

Jumlah 22.530

(28)

Populasi kambing di Desa Sungai Langka cukup banyak. Data populasi

kambing di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedung Tataan per September,

tahun 2013 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Populasi ternak kambing di Desa Sungai Langka, tahun 2013.

Dusun

Jantan Betina) Jantan Betina

1 25 10 32 33 101 176

Sumber : Desa Sungai Langka, 2013

Tabel 5 menunjukkan populasi ternak kambing di Desa Sungai Langka

Kecamatan Gedung Tataan per September 2013 sebesar 1990 ekor yang

berada di 10 dusun. Desa Sungai Langka merupakan desa dengan populasi

kambing PE terbesar di Kabupaten Pesawaran yang dimiliki oleh 322 Kepala

Keluarga. Jenis kambing yang dipelihara di Desa Sungai Langka adalah

kambing peranakan etawa atau biasa disebut kambing PE.

Cara pemeliharaan ternak kambing oleh peternak di Desa Sungai Langka

masih bersifat tradisional sama halnya dengan daerah Indonesia lainnya yang

(29)

secara tradisional berlangsung dalam lingkungan keluarga dan

pengawasannya dilakukan secara berkala. Pada umumnya ternak kambing

dilepaskan di padang penggembalaan dan melakukan perkawinan bebas

secara alam yang pada akhirnya berpengaruh pada penurunan mutu genetik

ternak kambing. Penurunan mutu genetik ternak kambing akan

mempengaruhi produktivitas sehingga secara tidak langsung akan berdampak

pada penurunan terhadap pendapatan peternak.

Sektor pertanian di Desa Sungai Langka cukup beragam sehingga terdapat

gapoktan yang berjalan disana. Gapoktan adalah gabungan dari beberapa

kelompok tani yang bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan

efisiensi usaha. Pada sebuah bukunya, Mosher (1968) yang dikutip oleh

Djiwandi (1994), mengemukakan bahwa salah satu syarat pelancar

pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam

kelompok tani. Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan

sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usahatani melalui

pengelolaan usahatani secara bersamaan.

Ada beberapa alasan mengapa keberadaan kelompok tani di pedesaan relatif

penting dalam menunjang pengembangan penyuluhan. Pertama, dapat

dikembangkan sebagai sarana media atau alat, baik bagi pemerintah atau

instansi terkait maupun lembaga-lembaga non-pemerintah dalam

menyampaikan pesan-pesan pembangunan. Kedua, dapat dimanfaatkan lebih

baik atau optimal semua sumber-sumber yang tersedia sehingga mampu

(30)

Gapoktan Manunggal Jaya berdiri pada tahun 2008 di Desa Sungai Langka

dengan tujuh unit kelompok tani. Kelompok tani yang menangani bidang

peternakan khususnya ternak kambing adalah Kelompok tani Sehati Jaya.

Kelompok tani Sehati Jaya selama terbentuk kurang berjalan baik. Hal ini

dikarenakan kurangnya minat peternak untuk bergabung ke dalam kelompok

tani, padahal dengan adanya kelompok tani khusus ternak peternak dapat

memperoleh berbagai manfaat yaitu adanya bantuan dari pihak luar yaitu

pemerintah dan instansi lain seperti Universitas Lampung.

Bantuan yang diberikan contohnya peralatan pasteurisasi susu dan

penyuluhan mengenai cara budidaya kambing perah yang baik dan efektif.

Bagi anggota yang tidak memiliki kambing, dapat memperoleh bantuan

dengan adanya kegiatan kambing bergulir yang dilakukan kelompok tani

Sehati Jaya. Pada Tabel 3 terlihat bahwa Kelompok tani Sehati Jaya

memperoleh bantuan berupa 34 ekor kambing PE. Kambing bergulir ini

merupakan bantuan dari pemerintah yang memberikan indukan (induk

kambing betina dan jantan) kepada kelompok tani.

Berdasarkan manfaat yang dapat diperoleh dengan menjadi anggota

kelompok tani tersebut secara otomatis dapat menurunkan biaya produksi

pemeliharaan ternak kambing dan meningkatkan pendapatan peternak yang

berdampak pada kesejahteraan peternak kambing PE itu sendiri. Jumlah

peternak kambing PE yang menjadi anggota Kelompok tani Sehati Jaya

(31)

Tabel 6. Jumlah peternak kambing PE yang menjadi anggota Kelompok tani Sehati Jaya Periode Desember, tahun 2013.

No. Nama Peternak Jumlah Ternak (ekor)

Jantan Betina Total

Sumber : Kelurahan Sungai Langka Kecamatan Gedung Tataan, 2013

Tabel 6 menunjukkan bahwa masih banyak peternak kambing PE yang belum

menjadi anggota kelompok tani. Terdapat hanya 18 peternak kambing PE

yang menjadi anggota dari jumlah 322 peternak kambing PE yang ada di

Sungai Langka, untuk itu maka perlu diketahui mengapa banyak peternak

yang tidak menjadi anggota kelompok tani. Faktor-faktor apa yang menjadi

keputusan peternak untuk menjadi anggota dan tidak menjadi anggota

kelompok tani. Penelitian ini juga akan mengkaji pendapatan dan

(32)

kelompok tani di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedung Tataan,

Kabupaten Pesawaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu:

1) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan peternak untuk

menjadi anggota kelompok tani?

2) Berapakah pendapatan peternak kambing PE yang menjadi anggota

kelompok tani dan pendapatan peternak kambing non-anggota kelompok

tani ?

3) Bagaimana tingkat kesejahteraan peternak kambing PE yang menjadi

anggota kelompok tani dan non-anggota kelompok tani?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah yang ada, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak untuk

menjadi anggota kelompok tani

2) mengetahui berapakah pendapatan peternak kambing PE yang menjadi

anggota kelompok tani dan pendapatan peternak kambing non-anggota

kelompok tani

3) mengetahui bagaimana tingkat kesejahteraan peternak kambing PE

(33)

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :

1) Peternak kambing PE di Provinsi Lampung, khususnya di Kabupaten

Pesawaran sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan

usahanya agar mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.

2) Pemerintah, sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan kebijakan pertanian/ peternakan yang

berhubungan dengan masalah pengentasan kemiskinan dan peningkatan

taraf hidup petani/peternak.

3) Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi penelitian

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Usaha Ternak Kambing Perah

Kambing perah dikembangbiakan dan diseleksi sejak dahulu untuk

menghasilkan susu dalam jumlah banyak sama seperti sapi perah. Struktur

dari masing-masing kelenjar ambing pada kambing perah dalam

memproduksi susu sama dengan sapi. Karakteristik yang berbeda dalam

memproduksi susu antara kambing dan sapi yaitu bila sapi memiliki empat

puting dan empat ambing yang terpisah, kambing hanya memiliki dua

ambing saja. Kambing perah sangat efisien dalam memproduksi susu.

Umumnya, tujuh ekor kambing dapat menghasilkan susu yang sama

banyaknya dengan produksi satu ekor sapi, tetapi jumlah pakan sepuluh

ekor kambing baru sama dengan jumlah pakan seekor sapi. Kambing

betina dengan berat 55 kg akan memproduksi lebih dari 2000 kg susu

dalam sekali laktasi yang panjangnya 305 hari.

Besar kambing perah kira-kira hanya sepersepuluhnya sapi, karena itu

lebih mudah untuk memeliharanya. Makanan (nutrient) yang dibutuhkan

lebih sedikit, kambing akan memakan bermacam-macam bahan pakan dan

(35)

kambing perah dapat dipelihara baik skala kecil hingga perusahaan besar

yang memelihara ratusan ekor (Blakely dan Bade, 1992).

Jenis/rumpun kambing perah yang ada di dunia antara lain Bangsa Alpines

(Perancis), Nubians (Afrika), Toggenburg (Alpen Swiss), Saanens (Swiss),

La Mancha (Amerika), dan Jamnapari (India). Kambing perah yang

banyak diusahakan di Indonesia ialah kambing Peranakan Etawa (PE)

(Sutama, 2007).

2. Kambing Peranakan Etawa (PE)

Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan kambing hasil persilangan

antara kambing Etawa (asal India) dengan kambing Kacang. Kambing ini

tersebar hampir di seluruh Indonesia. Penampilannya mirip kambing

Etawa, tetapi lebih kecil. Kambing PE merupakan kambing tipe dwiguna,

yaitu sebagai penghasil daging dan susu (perah).

Ciri-ciri Kambing PE yaitu telinga panjang dan terkulai, panjang telinga

18 - 30 cm, warna bulu bervariasi dari coklat muda sampai hitam. Bulu

kambing PE jantan bagian atas leher dan pundak lebih tebal dan agak

panjang. Bulu kambing PE betina pada bagian paha panjang. Berat badan

kambing PE jantan dewasa 40 kg dan betina 35 kg, tinggi pundak 76 - 100

cm (Sasongko et al, 2009).

Beternak kambing PE lebih menguntungkan bila dibanding dengan

(36)

Jawa Tengah (2011), terdapat beberapa nilai ekonomis dari beternak

kambing PE antara lain :

a) Penghasil susu

Susu kambing di Indonesia dikonsumsi sebagai obat alternatif, bukan

sebagai pelengkap gizi. Umumnya, orang mengonsumsi susu ini untuk

membantu penyembuhan penyakit seperti asma, tuberkolosis ( TBC ),

dan membantu penyehatan kulit. Pada masa laktasi kambing PE

mampu menghasilkan 0,8 hingga 2,5 liter susu per hari, dengan harga

jual antara Rp 15.000,00 - 20.000,00 per liter. Contoh sebagai

gambaran, jika seorang peternak memelihara 7 hingga 10 ekor kambing

PE dan diperkirakan terdapat 5 ekor yang laktasi dengan rata-rata

menghasilkan 1 liter per hari, artinya penghasilan peternak tersebut

setiap hari adalah sekitar 5 liter susu dengan harga rata-rata Rp

15.000,00 per liter, maka pendapatan peternak tersebut adalah sekitar

Rp 75.000,00 / hari.

b) Penghasil Daging

Kambing PE juga potensial sebagai penghasil daging, sehingga

pejantan kambing PE banyak digunakan oleh peternak untuk

memperbaiki kualitas kambing lokal pedaging. Hal tersebut karena

perkawinan silang menghasilkan kambing dengan sosok badan lebih

(37)

c) Penghasil Pupuk & Kulit

Kotoran kambing PE dapat digunakan sebagai pupuk organik,

sedangkan kulitnya karena mempunyai ukuran yang lebih besar

daripada kulit kambing lokal, maka kulit kambing PE banyak dicari

orang untuk digunakan sebagai bahan kerajinan kulit.

d) Sebagai Sumber Pendapatan

Beternak kambing PE, dapat digunakan sebagai sumber pendapatan

alternatif di pedesaan yang sangat menjanjikan bila ditekuni secara

serius, biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang dan biaya

perawatan relatif sama bila dibandingkan dengan biaya memelihara

kambing lokal.

3. Susu Kambing

Susu kambing mengandung berbagai manfaat yang lebih besar

dibandingkan dengan susu sapi, dan telah lama diakui oleh dunia

kedokteran untuk dimanfaatkan oleh orang-orang yang memiliki gangguan

pencernaan dan paru-paru. Pada daerah Timur Tengah, susu kambing

lebih populer dibandingkan susu sapi. Susu kambing menjadi bahan baku

beberapa jenis makanan dan minuman, seperti puding dan yoghurt.

Susu kambing belum banyak dikonsumsi di Indonesia. Hal ini disebabkan

oleh minimnya pengetahuan tentang manfaat susu kambing. Aroma khas

(38)

masyarakat sehingga hanya sedikit yang mengkonsumsi susu kambing

dalam keadaan segar (Susanto dan Budiana, 2005).

Menurut Blakely dan Bade (1992), dibandingkan dengan susu sapi, susu

kambing mempunyai perbedaan karakteristik sebagai berikut:

a) Warnanya lebih putih.

b) Globul lemak susunya lebih kecil dan beremulsi dengan susu. Lemak

harus dipisahkan dengan mesin pemisah (mechanical separator), karena

lemak tersebut tidak dengan sendirinya akan muncul ke permukaan.

c) Lemak susu kambing lebih mudah dicerna.

d) Card proteinnya lebih lunak, hingga memungkinkan untuk dibuat kerja

yang spesial.

e) Susu kambing mengandung mineral : kalsium, fosfor, vitamin A, E, dan

B kompleks yang lebih tinggi.

f) Susu kambing dapat diminum oleh orang yang alergi minum susu sapi

dan untuk orang-orang yang mengalami berbagai gangguan

pencernaanya.

Komposisi kimia susu kambing secara umum tidak berbeda dengan susu

sapi atau air susu ibu (ASI). Perbedaannya terletak pada persentase

kandungannya saja. Perbedaan antara susu sapi dan susu kambing secara

fisik dapat terlihat dari warna susu kambing lebih putih daripada susu sapi

hal ini karena susu kambing tidak mengandung karoten. Komposisi susu

kambing dibandingkan dengan susu sapi dan air susu ibu (ASI) disajikan

(39)

Tabel 7. Komposisi susu kambing

Komposisi Kambing Sapi ASI

Air 83-87,5 87,2 88,3

Hidrat arang 4,6 4,7 6,9

Energi KCL 67 66 69,1

Protein 3,3-4,9 3,3 1

Lemak 4,0-7,3 3,7 4,4

Ca (mg) 129 117 33

P (mg) 106 151 14

Fe (mg) 0,05 0,05 0,05

Vit. A. (mg) 185 138 240

Rhiboflamin 0,14 0,17 0,04

Niacin (mg) 0,3 0,08 0,2

Vit. B-12 0,07 0,36 0,84

Thiamin mg) 0,04 0,03 0,01

Sumber : Ernawati, 2010

Berdasarkan Tabel 7, dengan komposisi yang mendekati komposisi air

susu ibu (ASI), susu kambing dapat diberikan kepada bayi baru lahir atau

berumur kurang dari satu tahun sebagai pengganti ASI (PASI).

Kandungan gizi dalam susu kambing dapat meningkatkan pertumbuhan

bayi dan anak- anak serta membantu menjaga keseimbangan proses

metabolisme. Susu kambing juga bisa dikonsumsi tanpa dimasak terlebih

dahulu. Pemasakan susu kambing justru dikhawatirkan akan merusak

beberapa elemen, khususnya mineral yang terkandung didalamnya,

terutama fluorine (F) yang sangat besar khasiatnya sebagai antiseptik dan

pelindung jaringan paru-paru (Moelijanto dan Wiryanta, 2002).

Manfaat susu kambing cukup banyak bagi kesehatan seperti yang dikutip

oleh Sodiq dan Zainal (2008), yaitu untuk terapi penyakit TBC, membantu

memulihkan kondisi orang yang baru sembuh dari suatu penyakit, dan

(40)

mudah dicerna alat pencernaan manusia, serta tidak menimbulkan diare

pada orang yang mengkonsumsinya.

Susu kambing juga berkhasiat bagi kecantikan, banyak produk kecantikan

dipasaran berbahan baku susu kambing seperti sabun susu kambing.

Beberapa pakar penyakit kulit di New Zeland juga menganjurkan

pasiennya untuk mengkonsumsi susu kambing untuk meningkatkan

kesehatan kulit, terutama bagian wajah. Susu kambing juga baik diberikan

untuk wanita dewasa untuk mengembalikan zat besi setelah haid,

kekurangan darah, kehamilan, serta pendarahan setelah melahirkan.

Kandungan berbagai mineral dalam susu kambing juga dapat

memperlambat osteoporosis atau kerapuhan tulang.

4. Budidaya Kambing Perah

Pemeliharaan kambing perah tidak jauh berbeda dengan pemeliharaan

ternak kambing pada umumnya, hanya saja beternak kambing perah lebih

intensif ketika masuk pada masa laktasi pada induk betina. Pada kegiatan

beternak kambing, setidaknya ada lima faktor produksi yang harus

diperhatikan, yakni: bibit, kandang, pakan, tenaga kerja, dan biaya

kesehatan ternak. Perhitungan untung-ruginya ternak kambing dapat

dianalisa dengan menghitung kelima faktor produksi tersebut.

a) Pemilihan bibit

Bibit berpengaruh besar terhadap produktivitas ternak. Pemilihan bibit

(41)

diperoleh tingkat produksi susu yang tinggi. Menurut Sutama (2007),

terdapat beberapa parameter yang perlu diperhatikan dalam memilih

bibit kambing perah antara lain : bibit kambing betina yang dipilih

mempunyai sifat/karakter keibuan; garis punggung rata; mata cerah

bersinar; kulit halus dan bulu klimis (tidak kusam); rahang atas dan

bawah rata; kapasitas rongga perut besar (tulang rusuk terbuka); dada

lebar; kaki kuat dan normal; berjalan normal (tidak pincang); ambing

cukup besar, kenyal (firm) dan simetris; puting susu dua buah dan

normal (tidak terlalu besar /panjang atau terlalu kecil).

Bibit kambing jantan (pejantan) mempunyai karakter jantan kuat,

perototan yang kuat, mata bersinar; punggung kuat dan rata ; kaki kuat

dan simetris; testis dua buah normal, simetris dan kenyal; penis normal

dan libido tinggi. Calon pejantan mempunyai penampilan bagus dan

besar, umur > 1,5 tahun, gigi seri tetap, keturunan kembar, mempunyai

nafsu kawin besar, sehat, dan tidak cacat.

b) Pakan

Pakan merupakan faktor produksi penting dalan usaha ternak kambing

perah. Konsumsi pakan yang cukup (jumlah dan kualitasnya) akan

menentukan mampu tidaknya ternak tersebut mengekpresikan potensi

genetik yang dimilikinya. Pemberian pakan harus sesuai dengan

kebutuhannya dan jumlah yang diberikan disesuaikan dengan status

fisiologis ternaknya. Sebagai patokan umum yaitu 10 persen bahan

(42)

pemberian hijauan sekitar 2,5 kg kering atau 5 kg basah (Soerachman et

al, 2008).

Menurut Sarwono (2006), hanya pakan yang sempurna yang mampu

mengembangkan pekerjaan sel tubuh kambing. Pakan yang sempurna

mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin, dan

mineral. Pakan kambing secara umum dapat dibagi menjadi dua

macam, yaitu pakan pokok yang terdiri dari hijauan dan konsentrat.

Pakan hijau dapat berupa rumput alam, rumput yang dibudidayakan dan

daun kacang-kacangan, sedangkan pakan konsentrat/penguat dapat

berupa dedak padi.

Pakan sebagai sumber energi atau karbohidrat dapat berupa rumput,

daun-daunan, onggok, dedak padi, dedak gandum, jagung, shorgum,

dan singkong. Pakan sebagai sumber protein berupa legum, limbah

hasil pertanian (bungkil kedele, bungkil kelapa), ampas tahu, ampas

kecap. Pakan sebagai sumber mineral berupa garam dapur, kapur,

tepung tulang atau tapung ikan. Pakan sebagai sumber vitamin berupa

jagung kuning, hijauan segar (rumput dan legum), dan wortel.

Pada pemberian pakan hijauan, perlu diperhatikan imbangan antara

rumput dan daun leguminosa dikaitkan dengan kondisi fisiologis ternak.

Pada kambing dewasa, pemberian pakan rumput dan leguminosa

dengan perbandingan 3 : 4 dapat diberikan. Apabila ternak dalam

keadaan bunting sebaiknya perbandingan rumput, dan daun leguminosa

(43)

perbandingan sebaiknya 1 : 1. Anak kambing lepas sapih diberikan

rumput dan daun leguminosa dengan perbandingan 3:2. Hindari

pemberian hijauan yang masih muda, jika terpaksa digunakan

hendaknya diangin-anginkan selama minimal 12 jam untuk

menghindari terjadinya bloat (kembung) pada kambing (Soerachman et

al, 2008).

c) Kandang

Kandang adalah rumah bagi hewan ternak, dan oleh karenanya kandang

harus dibuat sedemikian rupa agar nyaman bagi ternak yang hidup

didalamnya dan bagi peternak yang memeliharanya. Menurut

Direktorat Budidaya Ternak Ditjennakeswan (2013), untuk usaha

budidaya kambing perah diperlukan bangunan, peralatan, dan letak

kandang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Konstruksi kandang harus kuat dan terbuat dari bahan yang

ekonomis dan mudah diperoleh seperti kayu atau bambu. Kandang

panggung, lantai rata, tidak kasar, mudah kering, dan tahan injak

lantai. Kolong kandang dibuat miring untuk memudahkan

pembersihan dan menghindari becek dan ada saluran pembuangan

limbah baik, luas kandang memenuhi persyaratan daya tampung

ternak.

2) Letak kandang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) mudah

diakses terhadap transportasi; b) tempat kering dan tidak tergenang

saat hujan; c) dekat sumber air, atau mudah dicapai aliran air; d)

(44)

menggangu lingkungan hidup; f) memenuhi persyaratan hygiene dan

sanitasi.

3) Peralatan meliputi tempat pakan dan tempat minum, alat pemotong

dan pengangkut rumput, alat pembersih kandang dan pembuatan

kompos, peralatan kesehatan hewan, peralatan pemerahan dan

pengolahan susu, peralatan sanitasi kebersihan, dan peralatan

pengolahan limbah.

d) Penyakit

Secara umum penyakit pada kambing dapat dibedakan menjadi dua

bagian besar yaitu penyakit menular dan tidak menular. Penyakit

menular disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, parasit darah, cacing,

dan kutu sedangkan penyakit tidak menular yaitu racun dan kurang gizi.

Beberapa penyakit penting yang sering terjadi pada kambing di

Indonesia antara lain sebagai berikut :

1) Kembung Perut (Bloat/Tympani)

Kembung perut sering terjadi akibat pembentukan gas dalam

lambung (rumen) secara berlebihan dan dalam waktu yang cepat.

Untuk menghindari bloat adalah hindari pemberian hijauan muda

secara berlebihan, atau hijuan yang masih mengandung embun pagi.

2) Mastitis

Mastitis adalah penyakit infeksi pada ambing oleh bakteri. Menjaga

kebersihan kandang/sanitasi merupakan cara terbaik mencegah

mastitis, termasuk melakukan ”teat dip” setiap kali pemerahan. Teat

(45)

ml gliserin + air sehingga menjadi 1 liter larutan. Tanda-tanda

mastitis yaitu :

a. ambing terasa panas, sakit, dan membengkak.

b. bila diraba terasa ada yang mengeras pada ambing.

c. warna dan kualitas air susu abnormal, seperti ada warna

kemerahan (darah), pucat seperti air, kental kekuningan atau

kehijauan.

Mastitis dapat diobati dengan antibiotik. Beberapa obat mastitis

telah tersedia seperti metrivet, mastivet, depolac dll. Pengobatan

dilakukan dengan memasukkan antibiotik melalui puting susu,

setelah ambing dikosongkan (diperah) terlebih dahulu. Lakukan

pengobatan 2 - 3 kali/hari, sampai ternak benar-benar sembuh.

e) Pengembangbiakan

Kambing telah dewasa kelamin dapat dikawinkan. Kambing dewasa

kelamin umumnya pada umur 6 - 8 bulan (sudah mulai birahi). Umur

untuk kambing PE betina, perkawinan pertama sebaiknya dilakukan

setelah ternak mencapai bobot hidup 28 - 35 kg atau pada umur sekitar

12 - 15 bulan sedangkan pada kambing PE jantan pada umur sekitar 1,5

tahun.

Tanda-tanda birahi pada kambing betina yaitu : gelisah; alat kelamin

bagian luar bengkak, basah, merah dan hangat; ekor digerak-gerakan;

diam bila dinaiki oleh pejantan, dan nafsu makan berkurang. Lama

(46)

mengawinkan yang tepat adalah 12 - 18 jam setelah terlihat tanda-tanda

birahi. Kambing betina dan pejantan dikandangkan dalam satu kandang

untuk memudahkan proses kawin dan mengurangi resiko kegagalan.

Jika proses kawin berhasil, induk kambing akan segera hamil.

Kambing betina yang sedang hamil muda gerak-geriknya tenang, tidak

gelisah, tidak agresif, nafsu makan meningkat, dan sering menjilati

pintu kandang atau lantai. Lama kebuntingan pada kambing adalah

sekitar 150 hari. Induk bunting yang akan melahirkan, biasanya

menunjukkan gejala-gejala tertentu yaitu nafsu makan berkurang,

gelisah, mengembik-embik, dan kakinya menggaruk-gaaruk tanah.

Anak kambing yang baru lahir setelah 30 - 60 menit, sudah dapat

berdiri dan berusaha menyusu pada induknya. Anak harus sesegera

mungkin dapat meminum susu jolong atau susu kolostrum untuk

memperoleh zat kekebalan tubuh. Susu kolostrum akan habis dalam

waktu 3 - 4 hari, dan induk sudah mulai dapat diperah untuk susu

konsumsi.

f) Teknik Pemerahan

Butuh keterampilan khusus dalam memerah susu kambing. Keahlian

memerah sangat menentukan hasil produksi susu dan lamanya masa

laktasi (Sarwono, 2006). Pemerah susu kambing harus memiliki

kategori persyaratan yaitu sehat tanpa menderita penyakit menular;

(47)

dan sebelum memerah susu, pemerah membersihkan tangannya terlebih

dahulu (Sitepoe, 2008).

Peralatan dalam pemerahan susu antara lain tempat pemerahan berupa

platform dan tempat duduk; ember atau alat pengukur volume susu

sekaligus untuk menampung susu saat pemerahan; penyaring susu;

sabun dan air; kain lap bersih; panci dan kompor untuk pasteurisasi

susu. Semua peralatan tersebut dipakai dalam keadaan bersih dan

kering. Cara memerah susu kambing dilakukan sebagai berikut :

1) tangan dibersihkan dahulu dengan sabun dan bilas sampai bersih.

Ambing dan puting susu kambing dicuci dengan kain yang dicelup

dalam air hangat untuk merangsang keluarnya air susu.

2) jari telunjuk dan ibu jari dilingkarkan pada puting susu. Selanjutnya

jari tengah dilingkarkan pada puting sehingga air susu akan

memancar keluar. Pancaran air susu yang pertama harus dibuang

karena tidak bersih.

3) jari manis dilingkarkan pada puting susu dengan tekanan yang kuat

agar susu memancar deras keluar, tetapi puting tidak boleh sampai

ikut tertarik kebawah.

4) setelah selesai diperah, puting susu harus dibersihkan dan

dikeringkan.

g) Pengolahan Susu

Setelah diperah, susu langsung disaring untuk membersihkan susu dari

(48)

langsung dibungkus plastik (sesuai ukuran yang diinginkan) lalu segera

disimpan dalam refrigerator atau freezer, sebelum dijual ke konsumen.

Atau untuk susu pasteurisasi dipanaskan pada suhu 700 derajat celcius

selama 15 detik, atau 630 derajat celsius selama 30 detik, lalu

didinginkan dan dibungkus/disimpan.

5. Teori Kelompok Tani

Mardikanto (1993), mengemukakan bahwa kelompok tani diartikan

sebagai kumpulan orang – orang tani atau yang terdiri dari petani dewasa

(pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara

formal dalam suatu wilayah keluarga atas dasar keserasian dan kebutuhan

bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang

kontak tani. Adapun beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok

tani itu, antara lain sebagai berikut : a). Semakin eratnya interaksi dalam

kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok; b). Semakin

terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antara petani;

c). Semakin cepatnya proses perembesan (diffuse) penerapan inovasi

(teknologi) baru; d). Semakin naiknya kemampuan rata – rata

pengembalian hutang (pinjaman) petani; e). Semakin meningkatnya

orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) maupun

produk yang dihasilkannya; dan f). Semakin dapat membantu efisiensi

pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.

Kelompok tani adalah kelembagaan petani/peternak/pekebun yang

(49)

(sosial, ekonomi dan sumberdaya), dan keakraban untuk meningkatkan

dan mengembangkan usaha anggotanya. Samsudin (1993),

mengemukakan kelompok tani merupakan kumpulan petani yang bersifat

non formal dan berada dalam lingkungan pengaruh kontak tani, memiliki

pandangan dan kepentingan yang sama untuk mencapai tujuan bersama,

dimana hubungan antara satu sama lain sesama anggota kelompok tani

bersifat luwes, wajar, dan kekeluargaan.

Menurut Suhardiyono (1992), bahwa kelompok tani biasanya dipimpin

oleh seorang ketua kelompok, yang dipilih atas dasar musyawarah dan

mufakat diantara anggota kelompok tani. Pada waktu pemilihan ketua

kelompok tani sekaligus dipilih kelengkapan struktur organisasi kelompok

yaitu sekretaris kelompok, bendahara kelompok, serta seksi-seksi yang

mendukung kegiatan kelompoknya. Seksi - seksi yang ada disesuaikan

dengan tingkat dan volume kegiatan yang akan dilakukan. Masing-masing

pengurus dan anggota kelompok tani harus memiliki tugas dan wewenang

serta tanggung jawab yang jelas dan dimengerti oleh setiap pemegang

tugasnya. Selain itu juga kelompok tani harus memiliki dan menegakkan

peraturan yang berlaku bagi setiap kelompoknya dengan sanksi-sanksi

yang jelas dan tegas. Biasanya jumlah anggota kelompok tani berkisar

antara 10 - 25 orang anggota.

Pada Peraturan Menteri Pertanian No. 273/kpts/OT.160/4/2007 tentang

Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani disebutkan bahwa kelompok

(50)

ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani yang saling mengenal,

akrab, saling percaya, mempunyai kepentingan dalam berusahatani,

kesamaan dalam tradisi/ pemukiman/ hamparan usahatani serta memiliki

karakteristik sebagai berikut :

a. Ciri Kelompok Tani

1. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota.

2. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam

berusahatani.

3. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan

usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa,

pendidikan dan ekologi.

4. Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota

berdasarkan kesepakatan bersama.

b. Unsur Pengikat Kelompok Tani

1. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya.

2. Adanya kawasan usahatani yang menjadi tanggung jawab bersama

diantara para anggotanya.

3. Adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani

dan kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya.

4. Adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurangnya

sebagian besar anggotanya.

5. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat

(51)

c. Fungsi Kelompok Tani

1. Kelas Belajar; Kelompok tani merupakan wadah belajar mengajar

bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

sikap serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam

berusahatani sehingga produktivitasnya meningkat, pendapatannya

bertambah serta kehidupan yang lebih sejahtera.

2. Wahana Kerjasama; Kelompok tani merupakan tempat untuk

memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani

dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama

ini diharapkan usahataninya akan lebih efisien serta lebih mampu

menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan.

3. Unit Produksi; Usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing

anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai

satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala

ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun

kontinuitas.

6. Teori Pengambilan Keputusan

Menurut Siagian (1993), pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan

terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data,

penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan

tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.

(52)

pemilihan suatu arah tindakan sebagai cara untuk memecahkan sebuah

masalah tertentu.

Salusu (1996:47), mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses

memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai

situasi untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi.

Handoko (2001:129), melihat pengambilan keputusan sebagai proses di

mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah

tertentu. Berdasarkan dari beberapa pengertian tentang pengambilan

keputusan yang dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa

pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan satu alternatif dari

beberapa alternatif untuk pemecahan masalah.

Menurut Terry (2005), definisi pengambilan keputusan adalah pemilihan

alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih (tindakan pimpinan untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya

dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang

dimungkinkan). Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam

pengambilan keputusan yaitu :

a. Hal - hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang

emosional maupun yang rasional perlu diperhitungkan dalam

pengambilan keputusan.

b. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan

(53)

c. Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi

harus lebih mementingkan kepentingan organisasi.

d. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah

altenatif-alternatif tandingan.

e. Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini

harus diubah menjadi tindakan fisik.

f. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup

lama.

g. Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan

hasil yang lebih baik.

h. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan

itu benar.

i. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian

kegiatan mata rantai berikutnya.

Proses pengambilan keputusan secara rasional dan ilmiah pada dasarnya

meliputi tahapan sebagai berikut (Handoko, 2001:134-138) : (1)

pemahaman dan perumusan masalah, (2) pengumpulan dan analisa data

yang relevan, (3) pengembangan alternatif-alternatif, (4) evaluasi

alternatif-alternatif, (5) pemilihan alternatif terbaik, (6) implementasi

keputusan, (7) evaluasi hasil-hasil keputusan.

Firdaus (2007) menjelaskan bahwa dalam pengambilan keputusan terdapat

tiga unsur penting, yaitu pengambilan keputusan didasarkan fakta,

(54)

membutuhkan unsur pertimbangan dan penilaian yang subjektif dari

manajemen terhadap situasi, pengalaman, dan pandangan umum. Untuk

mengambil keputusan yang rasional dibutuhkan beberapa syarat, antara

lain :

a. Keterangan yang diperoleh harus berdasarkan fakta.

b. Harus bebas dari prasangka, bersih, dan jauh dari pertimbangan

subjektif.

c. Harus berusaha untuk dapat mencapai suatu tujuan.

d. Harus dapat mengetahui dengan jelas tujuan mana yang dapat dicapai

beserta berbagai kelemahannya.

e. Harus berdasarkan prinsip - prinsip analisis dalam menilai berbagai

alternatif sesuai dengan tuntutan untuk mencapai tujuan.

f. Harus menggunakan ukuran objektif.

g. Sejauh mungkin didasarkan pada teknik kuantitatif.

h. Harus bersikap optimis dan berkemauan yang kuat untuk memilih

alternatif yang paling baik.

Secara umum alat pengambilan keputusan dapat dibagi dua berdasarkan

Firdaus (2007), yaitu nonkuantitatif dan kuantitatif. Alat pengambilan

keputusan nonkuantitatif antara lain intuisi, fakta, pengalaman, dan opini.

Intuisi adalah suatu pendapat seseorang yang diperoleh dari

perbendaharaan pengetahuannya terlebih dahulu, melalui proses yang

tidak disadari. Fakta merupakan dasar yang baik dalam pembuatan

keputusan. Pengalaman memberikan petunjuk untuk pembuatan

(55)

dan menggeneralisasi situasi - situasi yang lampau. Opini banyak

digunakan dalam pengambilan keputusan, dicirikan oleh penggunaan

logika di belakang keputusan yang diambil tersebut.

Siagian (1991) menyatakan bahwa ada aspek-aspek tertentu bersifat

internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan

keputusan. Adapun aspek internal tersebut antara lain :

a. Pengetahuan; Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara

langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang

semakin mempermudah pengambilan keputusan.

b. Aspek kepribadian; Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata

tetapi besar peranannya bagi pengambilan keputusan.

Sedangkan aspek eksternal dalam pengambilan keputusan, antara lain :

a. Kultur; Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi

perbuatan individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses pengambilan

keputusan.

b. Orang lain; Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana

individu melihat contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat)

dalam melakukan pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku

orang lain dalam mengambil keputusan pada gilirannya juga

(56)

Menurut Arroba (1998) dalam Sudrajat (2010), menyatakan ada beberapa

hal yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan

oleh seseorang, antara lain :

1. Informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi

2. Tingkat pendidikan

3. Personality

4. Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yang terkait

dengan permasalahan (proses adaptasi).

5. Culture

Pada penelitian ini faktor - faktor yang mempengaruhi peternak kambing

PE dalam mengambil keputusan untuk menjadi anggota kelompok tani

atau tidak adalah pendapatan, usia, pendidikan, pengalaman, pelatihan, dan

harga jual kambing. Faktor usia mempunyai kaitan dengan kedewasaan

psikologis seseorang Pada penelitian para ahli menunjukkan bahwa usia

mempunyai kaitan pula dengan kedewasaan psikologis (Siagian, 2004).

Artinya, semakin lanjut usia seseorang, yang bersangkutan diharapkan

semakin mampu menunjukkan kematangan jiwa, semakin bijaksana,

semakin mampu berpikir secara rasional yang menjadi dasar dalam proses

pengambilan keputusan, sedangkan faktor pendidikan menunjukkan bahwa

wawasan atau ilmu yang dimiliki seseorang berpengaruh dalam proses

pengambilan keputusan.

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka keputusan yang dipilih oleh

(57)

pengambilan keputusan. Apabila pendapatan seseorang tinggi, maka

semakin besar pula ia dalam mengambil keputusan, karena tingginya

pendapatan yang ia miliki menjadi modal untuk mengatasi resiko dari

keputusan yang diambilnya.

7. Teori Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak kambing dapat memberikan

kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan rumah tangga peternak.

Hal ini tidak sejalan dengan keadaan di lapangan, sampai dengan saat ini

usaha ternak kambing belum dilakukan sebagai sumber pendapatan utama

rumah tangga yang disebabkan oleh keterbatasan modal dan manajemen

usaha yang masih rendah.

Bulu et al (2005), menggambarkan bahwa pendapatan usaha pangan

sebesar 78,9 persen dan pendapatan usaha ternak kambing sebesar 48,4

persen digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. jumlah

modal yang digunakan untuk usaha ternak kambing dari kedua sumber

pendapatan tersebut adalah masing-masing sebesar 5,4 persen dan 5,6

persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani lebih memprioritaskan

ketahanan pangan rumah tangga sehingga modal yang dialokasikan untuk

usaha ternak kambing relatif terbatas.

Menurut Mubyarto (1989), pendapatan merupakan penerimaan yang

dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pada usaha peternakan

Gambar

Tabel 1. Populasi kambing berdasarkan provinsi di Indonesia, tahun 2011 -2013.
Tabel.2. Populasi kambing di Provinsi Lampung per kabupten / kota, tahun 2010 – 2012.
Tabel 3. Jumlah bantuan kambing perah di Provinsi Lampung, tahun 2013.
Tabel 4.  Populasi ternak kambing berdasarkan desa di Kecamatan Gedung Tataan, tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada algoritma Knapsack akan terjadi penambahan ukuran file teks, hal ini dapat dilihat pada contoh kasus yang mana ukuran plainteks (pesan asli) adalah 9

Pemangkasan pucuk dan sisa buah setelah penjarangan tidak menunjukan perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun, hal ini diduga karena pada perlakuan tanpa

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan material alternatif pada pembuatan proyektil peluru frangible yang ramah lingkungan dengan menggunakan metode kompaksi yang

Dalam penelitian ini dilakukan analisa untuk menunjukkan sifat fisikokimia dari surimi meliputi kadar protein, water holding capacity, gelasi, kapasitas emulsi,

Penurunan pH sediaan selama periode penyimpanan terjadi karena adanya reaksi antara CO 2 dengan fase air yang menyebabkan pelepasan ion hidrogen yang bersifat

Rajah 2 menjelaskan dua impak terjemahan kata kerja berjurang leksikal yang dikemukakan oleh TPR dan QMMT terhadap mesej al-Quran, iaitu (1) terjemahan yang berjaya

Sebagai contoh dapat kita lihat adanya kegiatan seperti: Provinsi Sumatera Selatan telah mencanangkan “ Visit Musi 2008”; Daerah Khusus Jakarta dengan programnya “ Enjoy