Kapita Selekta Hukum Bisnis
Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
Disusun Oleh : Fikra Abdul Razaq F (1133.006.021)
Fakultas Hukum
Universitas Krisnadwipayana
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat ALLAH swt.yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas ini guna memenuhi persyaratan dalam mata kuliah Kapita Selekta Hukum Bisnis.
Atas terselesaikan tugas ini, penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Jakarta 8 Juni 2012
a. Latar belakang
Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun, perkembangan produk-produk yang mengacu pada prinsip syariah di Indonesia, baru berkembang sekitar tiga sampai empat tahun terakhir ini. Dunia bisnis yang kita kenal pertama kali menerapkan prinsip syariah adalah dunia perbankan. Kemudian merembet ke bidang bisnis lainnya, termasuk bisnis Asuransi. Seperti yang dilakukan oleh Asuransi tertua dan terbesar di
Indonesia, AJB Bumiputera 19121. Sesuai dengan namanya "Asuransi Syariah", maka jelas
bahwa asuransi ini berbasis syariah (menganut prinsip-prinsip syariah) dalam penerapan dan sistem kerjanya. Ada beberapa perbedaan mendasar yang membedakan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 Pasal 1 :
“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.
Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah asuransi (tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung) mengenai pengalihan resiko dari nasabah kepada perusahaan asuransi.
Resiko yang dialihkan meliputi: kemungkinan kerugian material yang dapat dinilai dengan uang yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu peristiwa yang mungkin/belum pasti akan terjadi (Uncertainty of Occurrence & Uncertainty of Loss).
Asuransi POLIS tertanggung---nasabah---resiko--
perjanjian penanggung----jiwa---kerugian----
1
Asuransi Koonvensional dan Asuransi Syariah haram---halal---subhat (ragu-ragu)
1.judi 1.tdk ada larangan
2.riba 2.sah
3.tidak pasti 3.adanya kesepakatan
4.tidak percaya ALLAH 4.keuntungan kedua belah pihak
No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah
1. Konsep
Perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri
1668 M di Coffee House London berdirilah Lloyd of London sebagai
cikal bakal asuransi konvensional.
Dari Al-Aqilah, kebiasaan suku Arab jauh sebelum Islam datang. Kemudian
disahkan oleh
Rasulullah menjadi hukum Islam, bahkan telah tertuang dalam konstitusi pertama di dunia (Konstitusi Madinah) yang dibuat langsung oleh Rasulullah.
3. Sumber Hukum Sumber hukum dalam syariah Islam
adalah Al Qur’an, Sunnah atau kebiasaan Rasulullah, Ijma, Fatwa
Sahabat, Qiyas, Istihsan, Urf, tradisi, dan Mashalih Mursalah.
4. “Maghrib”
(Maysir,
Tidak sejalan dengan syariah Islami karena adanya
Gharar, dan Riba’)
Maysir, Gharar, dan Riba’; hal yang diharamkan dalam muamalah.
5.
DPS (Dewan Pengawas
Syariah)
Tidak ada, sehingga dalam banyak prakteknya bertentangan dengan
Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (al
birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap perjanjian
transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli) yang menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan kepada kita untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al birri wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang taawun dalam bentuk al itsmi wal udwan (dosa dan
permusuhan)2.
Asuransi didasarkan atas kerelaan,tidak ada paksaan.UU terkait dengan asuransi syariah belum ada.mekanisme pengalihan resiko dengan membayar sejumlah premi dengan perjanjian antara penanggung dan tertanggung.jika mengacu kepada asuransi konvensional maka asuransi mengandalkan bunga,yg di larang di agama.
Perbedaan mendasar asuransi syariah dan asuransi konvensional -Keberadaan pengawas syariah
-prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong menolong). Sementara akad dalam asuransi konvensional adalah Tabaduli (jual beli antar nasabah dan perusahaan)
-Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah (premi) di investasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil. Sedangkan pada asuransi konvensional pada sembarang sektor
-Premi yang terkumpul di perlakukan sebagai milik nasabah
2
-Untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah, dana diambil dari rekening Tabarru' (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diiklaskan untuk keperluan tolong menolong bila ada peserta yang terkena musibah. Sedangkan dalam asuransi konvensional, dana pembayaran klaim di ambil dari rekening milik perusahaan.
-Keuntungan investasi di bagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan perusahaan selaku kepala pengelola, dengan prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tidak ada klaim, nasabah tak memperoleh apa-apa.
Tolong menolong (Takafuli) Akad Jual beli (Tabaduli)
Investasi dana berdasarkan syariah dengan sistem bagi
hasil (Mudharabah)
Investasi Dana Investasi Dana berdasarkan
bunga (riba)
sejak awal sudah diikhlaskan oleh peserta untuk keperluan tolong menolong bila terjadi
musibah
Dibagi antara Perusahaan dengan Peserta (sesuai prinsip
bagi hasil/Mudharabah)
Keuntungan Seluruhnya menjadi milik
perusahaan
MUI—DSN (dewan syariah nasional)---mengeluarkan fatwa-fatwa yg terkait dengan
ekonomi syariah DSN3.
Jenis asuransi syariah
-takaful keluarga : bentuk asuransi syariah yang memberikan perlindungan dalam mengahadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri peserta asuransi takaful.
Contoh : Takaful berencana,pembiayaan,pendidikan,dana haji,berjangka,kecelakaan
siswa,kecelakaan diri,khairat keluarga
-takaful umum : asuransi kerugian berbentuk asuransi syariah yang memberikan perlindungan finansial dalam menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta benda milik peserta takaful, seperti rumah bangunan dan sebagainya.
Contoh : takaful kendaraan motor,kebakaran,kecelakaan diri,pengangkutan
laut,rekayasa/engineering
Ayat yg mendasari pelaksanaan asuransi syariah Surat Al-Ma’idah ayat 2 menyebutkan “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”
3
al-Baqarah 188, 'Dan janganlah kalian memakan harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada hakim yang dengan maksud
kalian hendak memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu tahu."
Hadist Nabi Muhammad SAW, "Mukmin terhadap mukmin yang lain seperti suatu bangunan memperkuat satu sama lain," Dan "Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang
mereka seperti satu badan. Apabila satu anggota badan menderita sakit, maka seluruh badan
merasakannya.
Dari Sudut Hukum Positif, asuransi Syariah masih berpedoman kepada UU No. 2
Tahun 1992. Walaupun sebenarnya UU tersebut belum mengakomodasi eksistensi asuransi syariah. Dengan kata lain, UU No. 2 Tahun 1992 tidak dapat jadi landasan hukum yang kuat bagi asuransi syariah
Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha
Pedoman yang digunakan oleh perusahaan Asuransi dan Reasuaransi Syariah dalam
menjalankan usahanya adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 21/DSN-MUI/X/2001tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
Karena Fatwa DSN bukanlah hukum Positif maka perlu disusun peraturan hukum yang
menjadi landasan berlakunya asuransi syariah
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 tentang
perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi. Dalam Pasal 3 disebutkan “Setiap pihak dapat melakukan usaha asuransi dan reasuransi berdasarkan prinsip syariah.”
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang
kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 tentang
Jenis, Penilaian, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan sistem syariah. Berdasarkan Peraturan ini Jenis investasi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syariah terdiri dari: 1. Deposito dan sertifikat deposito syariah
3. Saham Syariah yang tercatat di bursa efek 4. Obligasi syariah yang tercatat di bursa efek
5. Surat berharga syariah yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah 6. Unit Penyertaan reksadana syariah
7. Penyertaan langsung syariah
8. Bangunan atau tanah dengan bangunan untukm investasi
9 . Pembiayaan kepemilikan tanah dan/atau bangunan, kendaraan bermotor, dan barang modal dengan skema murabahah (jual beli dengan pembayaran ditangguhkan)
10. Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah (bagi hasil) 11. Pinjaman polis
prinsip2 ekonomi syariah
tidak zalim, ada kesepakatan,tidak ada penipuan
tidak ada unsur riba,tidak ada tambahan harta pokok,tidak ada bunga tidak ada unsur maysir, tidak ada unsur perjudian,prinsip keuntungan
tidak adanya unsur gharar, ketidak jelasan atau samar'', beli kucing dalam karung
akad yg digunakan dlm asuransi syariah? prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong menolong). Sementara akad dalam asuransi konvensional adalah Tabaduli (jual beli antar nasabah dan perusahaan)
ASAS KEIMANAN
ASAS SOLIDARITAS KOLEKTIF SESUAI DENGAN PRINSIP UKHUWWAH
ASAS BAKTI SOSIAL SECARA INSTITUSIONAL
ASAS INVESTASI DAN MENABUNG UNTUK CADANGAN BENCANA
ASAS-ASAS LAIN DARI APLIKASI SISTEM ASURANSI KONTEMPORER YANG
SESUAI DENGAN SYARIAT ISLAM
Akad (Perjanjian)
atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah4. Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong (takaful).
Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau perjanjian jual beli.
Akad
Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan adalah akad tijarah dan/ atau akad tabarru’
Akad tijarah yang dimaksud adalah mudhrabah Akad tabarru’ adalah hibah Dalam akad sekurang-kurangnya harus disebutkan:
Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan; Cara dan waktu pembayaran premi;
Jenis akad tijarah dan/ atau akad tabarru’ serta syarat-syarat yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.
Gharar (Ketidakjelasan)
Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam
pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti5.
Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak adanya batas
waktu pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakat bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa. Jika baru sekali seorang tertanggung membayar premi ditakdirkan meninggal, perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi. Jika tertanggung dipanjangkan usianya, perusahaan akan untung dan tertanggung merasa rugi secara financial.
Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu suatu niat tolong-menolong sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan mendapat musibah. Mekanisme ini oleh para ulama dianggap paling selamat, karena kita menghindari larangan Allah dalam praktik muamalah yang gharar.
4
htt p:/ / cfasyifa.w ordpress.com / 2012/ 04/ 19/ perbedaan-asuransi-syariah-dan-konvensional/
5
Maisir (Judi)
Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 90,"Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan
keji, termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapatkan keberuntungan."
Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya dengan bunga, yang
berarti selalu melibatkan diri dalam riba6. Hal demikian juga dilakukan saat perhitungan
kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan. Investasi asuransi konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi wajib dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi. Begitu pula dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur dalam peraturan pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem bunga.
Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan syariat Islam dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan
Pengawas Syariah. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 130,"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba yang memang riba itu bersifat berlipat ganda
dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan." Hadist,
"Rasulullah mengutuk pemakaian riba, pemberi makan riba, penulisnya dan saksinya seraya bersabda kepada mereka semua sama."(HR Muslim)
Dana Hangus
Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang peserta karena suatu sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri sebelum masa reversing period. Sementara ia telah beberapa kali membayar premi atau telah membayar sejumlah uang premi. Karena kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi hangus. Demikian juga pada
6
asuransi non-saving atau asuransi kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang dibayarkan akan hangus dan menjadi milik perusahaan.
Dewan Pengawas Syariah
Pada asuransi syariah seluruh aktivitas kegiatannya diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan bagian dari Dewan Syariah Nasional (DSN), baik dari segi operational perusahaan, investasi maupun SDM. Kedudukan DPS dalam Struktur oraganisasi perusahaan setara dengan dewan komisaris.
Itulah beberapa hal yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Apabila dilihat dari sisi perbedaannya, baik dari sisi ekonomi, kemanuasiaan atau syariahnya, maka sistem asuransi syariah adalah yang terbaik dari seluruh sistem asuransi yang ada.
Sumber: Proteksi, No.184/Mei 2006/Tahun XXVII
Asuransi Syariah hanya dapat melakukan reasuransi kepada perusahaan reasuransi yang berlandaskan prinsip syariah
Kesimpulannya
KESIAPAN BERTRANSAKSI DENGAN PRINSIP SYARIAH
PAYUNG HUKUM YANG MASIH LEMAH
KURANGNYA SOSIALISASI
TENAGA AHLI ASURANSI SYARIAH