• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kandungan Kromium, Mangan dan Zink Pada Buah Kelor (Moringa oleifera Lam.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Kandungan Kromium, Mangan dan Zink Pada Buah Kelor (Moringa oleifera Lam.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KANDUNGAN KROMIUM, MANGAN DAN ZINK

PADA BUAH KELOR (Moringa oleifera Lam.) SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

OLEH:

FHIZRI AYUNINGTYAS

NIM 121524031

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS KANDUNGAN KROMIUM, MANGAN DAN ZINK

PADA BUAH KELOR (Moringa oleifera Lam.) SECARA

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

FHIZRI AYUNINGTYAS

NIM 121524031

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta

alam, yang telah melimpahkan rahmat dan keberkahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, serta shalawat dan

salam bagi Rasulullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dalam hidup dan kehidupan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar

Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Kandungan Kromium, Mangan dan Zink Pada Buah Kelor (Moringa

oleifera Lam.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom”

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra dan I

memberikan banyak waktu, bimbingan dan nasihat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara dan Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak

telah memberikan evaluasi dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi

(5)

v

seluruh Staf Pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membimbing dan mendidik penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

Ayahanda Zulkifli AR. dan Ibunda Faridah tercinta yang telah memberikan pengorbanan tidak ternilai, baik moril maupun materil serta terima kasih kepada

Fauzi, Abang Denny, Kak Eca, Kak Tarry, Kak Maya, Arnis, Dinda, Lia, Futri, Dadang, Didi dan Fanny atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir

kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu farmasi.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tumbuhan ... 5

2.1.1 Daerah tumbuh (habitat) ... 5

2.1.2 Morfologi tumbuhan ... 5

2.1.3 Sistematika tumbuhan ... 6

(7)

vii

2.1.5 Nama asing ... 7

2.1.6 Kandungan kimia ... 7

2.1.7 Khasiat tumbuhan ... 8

2.2 Mineral ... 8

2.2.1 Kromium ... 9

2.2.2 Mangan ... 10

2.2.3 Zink ... 11

2.3 Destruksi ... 12

2.4 Spektrofotometri Serapan Atom ... 12

2.4.1 Prinsip dasar spektrofotometri serapan atom ... 12

2.4.2 Instrumentasi spektrofotmetri serapan atom ... 13

2.4.3 Gangguan-gangguan pada spektrofotometri serapan atom ... 16

2.5 Validasi Metode Analisis ... 17

BAB III METODE PENELITIAN... 21

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3.2 Alat-alat ... 21

3.3 Bahan-bahan ... 21

3.3.1 Sampel ... 21

3.3.2 Pereaksi ... 22

3.4 PembuatanPereaksi ... 22

3.4.1 Larutan asam nitrat (1:1) ... 22

3.4.2 Larutan kalium sulfida 1% (b/v) ... 22

(8)

viii

3.4.4 Larutan natrium hidroksida 1 N (b/v) ... 22

3.4.5 Larutan difenilkarbazida 0,005% (b/v) ... 22

3.4.6 Larutan asam sulfat 1 N (v/v) ... 23

3.5 Prosedur Penelitian ... 23

3.5.1 Pengambilan sampel ... 23

3.5.2 Identifikasi sampel ... 23

3.5.3 Pemeriksaan secara makroskopik ... 23

3.5.4 Penyiapan sampel ... 23

3.5.5 Proses destruksi ... 24

3.5.6 Pembuatan larutan sampel ... 24

3.5.7 Analisis kualitatif ... 25

3.5.7.1 Kromium ... 25

3.5.7.2 Mangan ... 25

3.5.7.3 Zink ... 25

3.5.8 Pembuatan kurva kalibrasi ... 26

3.5.8.1 Kromium ... 26

3.5.8.2 Mangan ... 26

3.5.8.3 Zink ... 27

3.5.9 Analisis secara spektrofotometri serapan atom ... 27

3.5.9.1 Penetapan kadar kromium dalam sampel ... 27

3.5.9.2 Penetapan kadar mangan dalam sampel ... 27

3.5.9.3 Penetapan kadar zink dalam sampel ... 28

3.5.10 Analisis data secara statistik ... 28

(9)

ix

3.5.11 Analisis validasi metode ... 29

3.5.11.1 Uji perolehan kembali (recovery) ... 29

3.5.11.2 Simpangan baku relatif ... 30

3.5.11.3 Batas deteksi dan batas kuantitasi ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ... 32

4.2 Hasil Pemeriksaan Secara Makroskopik ... 32

4.3 Analisis Kualitatif ... 32

4.4 Kurva Kalibrasi Kromium, Mangan dan Zink ... 33

4.5 Analisis Kadar Kromium, Mangan dan Zink Dalam Sampel ... 35

4.6 Analisis Data Secara Statistik ... 37

4.7 Analisis Validasi Metode ... 37

4.7.1 Uji perolehan kembali (recovery) ... 37

4.7.2 Simpangan baku relatif ... 38

4.7.3 Batas deteksi dan batas kuantitasi ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

5.1 Kesimpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Rentang persen perolehan kembali yang diizinkan pada analit

sampel ... 18 Tabel 4.1 Hasil analisis kualitatif ... 33

Tabel 4.2 Hasil analisis kadar kromium, mangan dan zink dalam ...

sampel ... 36 Tabel4.3 Persen uji perolehan kembali (recovery) pada kromium,

mangan dan zink ... 37 Tabel 4.4 Simpangan baku relatif kromium, mangan dan zink dalam

sampel ... 38 Tabel 4.5 Batas deteksi dan batas kuantitasi kromium, mangan dan zink 39

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Kurva kalibrasi larutan kromium ... 34

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan ... 43 Lampiran 2. Gambar pohon dan buah kelor (Moringa oleifera Lam.) 44

Lampiran 3. Bagan alir proses destruksi kering (buah kelor) ... 47 Lampiran 4. Gambar abu hasil destruksi ... 48

Lampiran 5. Bagan alir pembuatan larutan sampel ... 49 Lampiran 6. Gambar hasil analisis kualitatif kromium, mangan dan

zink ... 50 Lampiran 7. Data kalibrasi kromium dengan spektrofotometer

serapan atom, perhitungan persamaan garis regresi dan

koefisien korelasi (r) ... 51 Lampiran 8. Data kalibrasi mangan dengan spektrofotometer

serapan atom, perhitungan persamaan garis regresi dan

koefisien korelasi (r) ... 53

Lampiran 9. Data kalibrasi zink dengan spektrofotometer serapan atom, perhitungan persamaan garis regresi dan

koefisien korelasi (r) ... 55 Lampiran 10. Hasil analisis kadar kromium, mangan dan zink pada

buah kelor sebelum di uji t ... 57 Lampiran 11. Hasil analisis kadar kromium, mangan dan zink pada

buah kelor sesudah di uji t ... 58

Lampiran 12. Contoh perhitungan kadar kromium, mangan dan zink

pada buah kelor ... 59

Lampiran 13. Perhitungan statistik kadar kromium, mangan dan zink

pada sampel buah ... 61

Lampiran 14. Hasil analisis kadar kromium, mangan dan zink sebelum dan sesudah penambahan larutan baku pada

(13)

xiii

Lampiran 15. Perhitungan jumlah baku yang ditambahkan untuk persen perolehan kembali kromium, mangan dan zink

pada buah kelor ... 70 Lampiran 16. Perhitungan uji perolehan kembali kadar kromium,

mangan dan zink dalam buah kelor ... 72 Lampiran 17. Perhitungan simpangan baku relatif (RSD) kadar

kromium, mangan dan zink ... 90

Lampiran 18. Perhitungan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi

(LOQ) ... 93

Lampiran 19. Tabel distribusi t ... 96 Lampiran 20. Gambar alat spektrofotometri serapan atom (SSA) dan

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Di Indonesia, khususnya di pedesaan, pohon kelor banyak ditanam di sepanjang tepi ladang atau sawah, berfungsi sebagai tanaman penghijau,sebagai tanda batas tanah atau ladang kepemilikan seseorang. Tanaman kelor juga sudah

dikenal secara luas di lingkungan pedesaan sebagai tanaman berkhasiat obat, dengan memanfaatkan seluruh bagian tanaman ini, mulai dari daun, kulit batang,

biji, buah atau polong hingga akarnya (Katharina, dkk., 2008).

Tanaman kelor selain berkhasiat obat juga sebagai sumber gizi. Kandungan nutrisi dan senyawa yang terdapat pada tanaman kelor dapat

dimanfaatkan untuk mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit seperti stimulan jantung, antitumor, antipiretik, antiepilepsi, antiinflamasi, diuretik dan antispasmodik (Kurniawan, 2013). Tanaman kelor juga diketahui memiliki

senyawa antioksidan dan asam amino (Kurniasih, 2013). Menurut penelitian Kristinawatidan Nurlaela(2013), buah kelor bermanfaat untuk mengatasi asam

urat dan rematik. Buah kelor juga dimanfaatkan secara tradisional untuk obat cacing, kanker wajah, anti hipertensi dan antidiabetes (Paliwal, dkk., 2011).

Mineralmemegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik

pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan, juga berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam

(15)

2

mensintesa mineral sehingga unsur-unsur ini harus disediakan melalui makanan (Almatsier, 2004).

Tanaman kelor mengandung sejumlah mineral penting yang dibutuhkan

oleh tubuh. Mineral yang terdapat dalam kelor adalah kalsium, kromium, mangan, magnesium, molybdenum, flour, besi, fosfor, kalium, natrium, selenium, sulfur

dan zink (Kurniasih, 2013).

Mineral yang bermanfaat dari buah kelor diantaranya adalah kromium, mangan dan zink. Kromium merupakan mineral mikro yang penting untuk

mengatur resistensi insulin. Kecukupan kromium sangat berarti untuk menurunkan kadar gula darah dan menjaga keseimbangan kolesterol(Almatsier,

2004).

Mangan berperan sebagai kofaktor berbagai enzim yang membantu bermacam proses metabolisme karbohidrat dan lemak, juga berperan dalam

pembentukan jaringan ikat dan tulangserta pencegahan pengoksidasian lemak oleh radikal bebas(Almatsier, 2004).

Zink merupakan mineral penting yang terlibat dalam pembelahan sel,

metabolisme asam nukleat dan pembuatan protein. Zink juga membantu kerja hormon kesuburan serta hormon yang diproduksi oleh kelenjar di otak, tiroid,

adrenal dan timus(Almatsier, 2004).

Kelor dapat tumbuh pada daerah yang mempunyai ketinggian 300 - 500 meter di atas permukaan laut dengan tipe tanah berpasir atau lempung berpasir.

(16)

3

jenis tanaman, kesuburan tanah atau jenis tanah dan pengelolaan tanaman (Kurniasih, 2013; Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Kromium, mangan dan zink dapat diperiksa menggunakan beberapa

metodediantaranya gravimetri, potensiometri, elektrolisis, spektroskopi visible dan spektroskopi serapan atom.Metode yang dipilih untuk pemeriksaan kadar

kromium, mangan dan zink adalah metode spektroskopi serapan atom karenamempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana (Gandjar dan Rohman, 2008).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah pada buah kelor (Moringa oleifera Lam.)terdapat kandungan mineral kromium, mangan dan zink?

b. Berapakah kadar kromium, mangan dan zink yang terkandung padabuah

kelor?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, makahipotesis dalam penelitian ini

adalah:

a. Buah kelor (Moringa oleifera Lam.)terdapatmineral kromium, mangan dan

zink

(17)

4

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

a. Mengidentifikasikandungan kromium, mangan dan zink pada buah kelor

(Moringa oleifera Lam.).

b. Mengetahui kadar kromium, mangan dan zink yang terkandung pada

buah kelor.

1.5Manfaat Penelitian

Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kandungan mineral kromium, mangan dan zink padabuah kelor sehingga meningkatkan

(18)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi daerah tumbuh (habitat), morfologi tumbuhan,

sistematika tumbuhan, namaasing dan daerah, kandungan kimia dan kegunaan tumbuhan.

2.1.1 Daerah tumbuh (habitat)

Tanaman kelor merupakan tanaman asli kaki bukit Himalaya, Asia Selatan, dari timur laut Pakistan, sebelah utara Bengala Barat di India dan timur

laut Bangladesh. Tanaman kelor telah menyebar dan beradaptasi dengan baik di luar daerah asalnya, termasuk seluruh Asia Selatan dan di banyak negara Asia Tenggara, Semenanjung Arab, Afrika, Amerika Tengah, Karibia dan Amerika

Selatan (Kurniasih, 2013).

Tanaman kelor tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai ketinggian ± 1000 m dpl. Tanaman kelor dapat tumbuh dengan baik di daerah

yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 m dpl (Tilong, 2012). Tanaman kelor tumbuh liar di ladang, di daerah yang cukup air, tetapi juga bisa tumbuh di tanah

gersang (Kurniawan, 2013).

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Tanaman kelor merupakan tanaman perdu tegak dengan batang berkayu

yang memilikiketinggian pohon mencapai 12 meter; berakar tunggang berwarna putih yang membesar seperti lobak; mempunyai batang bulat dengan arah tumbuh

(19)

6

simpodial; daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling; helai daun saat muda berwarna hijau muda, setelah dewasa hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1 - 3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal

daun membulat, dan tepi daun rata, susunan pertulangan menyirip, pemukaan atas dan bawah halus; bunga berwarna putih agak krem, menebar aroma

khas(Kurniasih, 2013).

Tanaman kelor berbuah setelah berumur 12-18 bulan, berbentuk segitiga memanjang dengan panjang sekitar 20-60 cm, ketika masih muda berwarna hijau,

namun setelah tua warnanya berubah menjadi cokelat,berwarna cokelat setelah tua; biji berbentuk bulat, ketika muda berwarna hijau terang dan ketika polong

matang dan kering berwarna cokelat kehitaman dengan sayap biji ringan, sedangkan kulit biji mudah dipisahkan sehingga meninggalkan biji yang berwarna putih biji berbentuk bulat(Tilong, 2012).

2.1.3 Sistematika tumbuhan

Menurut Depkes RI (2001), sistematika tanaman keloradalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Brassicales Famili : Moringaceae

Genus : Moringa

(20)

7

2.1.4 Nama daerah

Penanaman kelor di Indonesia tersebar di seluruh daerah, mulai dari Sabanghingga Meurauke. Tanaman kelor dikenal pada berbagai daerah,

sepertimurong (Aceh), marangghi (Madura), moltong (Flores), kelo (Gorontalo), keloro (Bugis), Kawano (Padang), ongge (Bima) dan kelor (Jawa, Melayu, Sunda,

Bali dan Lampung) (Tilong, 2012).

2.1.5 Nama asing

Selama berabad-abad, tanaman kelor telah dibawa ke berbagai daerah,

mulai dari wilayah sub tropis hingga tropis. Kini kelor dikenal di 82 negara dengan 210 nama yang berbeda, diantaranyaadalah pattima (Benin), aleko

(Ethiopia), yevu-ti (Ghana), cham’mwanba (Malawi), ewe ile (Nigeria), cedro (Brazil), angela (Colombia), dangap (Somalia), ruwang (Sudan), mupulanga (Zimbabwe), sajina (Bangladesh), suhanjna (Pakistan) dan marum (Thailand)

(Kurniasih, 2013).

2.1.6 Kandungan kimia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nutrisi dan senyawa kimia dari setiap

100 g buah kelor, antara lain: 7,2 g karbohidrat; 2,8 g protein; 0,7 g lemak. Selain itu juga terdapat alkaloid, asam amino essensial, vitamin dan mineral (Mallilin,

dkk., 2004).

Menurut Aslam, dkk. (2005), setiap 100 gram tanaman kelor mengandung mineral kalium (1,97 g daun segar; 1,96 mg buah polong), natrium (259,10 mg

daun segar; 199 mg buah polong), kalsium (189,50 mg daun segar; 129,20 mg buah polong), magnesium (9,82 mg daun segar; 9,39 mg buah polong), besi

(21)

8

21,25mg buah polong), tembaga (1,12 mg daun segar; 3,2 mg buah polong); mangan (11,28 mg daun segar; 7,20 mg buah polong) dan zink (2,09 mg daun segar; 1,53 mg buah polong).

2.1.7 Khasiat tumbuhan

Setiap bagian tanaman kelor dapat dimanfaatkan untuk mencegah dan

menyembuhkan penyakit. Secara tradisional, akar kelor digunakan untuk menyembuhkan nyeri, rematik, sariawan dan asma; kulit akar untuk mengatasi pembengkakan dan sariawan sedangkan kulit batang digunakan untuk pelancar

haid, flu dan sariawan. Ramuan daun kelor dapat membantu penyembuhan pembengkakan limpa, penurun gula darah, meningkatkan nafsu makan, panas dalam,

anemia dan mempelancar air susu ibu (Kurniasih, 2013).

Buah kelor berkhasiat sebagai antimikroba, menurunkan kolesterol,

antihipersensitif, antiinflamasi, menjaga kesehatan organ reproduksi dan tonik (Tilong, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, buah kelor dapat

digunakan untuk mengatasi rematik dan asam urat(Kristinawati dan Nurlaela, 2013).

2.2 Mineral

Mineral adalah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah tertentu

untuk menjaga kesehatan. Mineral merupakan zat anorganik (unsur atau senyawa kimia) yang ditemukan di alam (Tilong, 2012). Mineral berperan dalam berbagai

(22)

9

Menurut jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, mineral dapat diklasifikasikan menjadi mineral mayor dan mineral minor. Mineral utama (mayor) adalah mineral yang kita perlukan lebih dari 100 mg sehari, seperti

kalsium, tembaga, fosfor, kalium, natrium dan klorida. Mineral minor (trace elements) adalah mineral yang dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari, seperti

kromium, magnesium, yodium, besi, flor, mangan, selenium dan zink. Mineral minor tak kalah penting dibandingkan mineral utama. Kekurangan mineral minor akan menyebabkan masalah kesehatan ( Tilong, 2012).

2.2.1 Kromium

Kromium merupakan mikronutrien bagi makhluk hidup, tetapi bersifat

toksik dalam dosis tinggi. Cr (III) dibutuhkan untuk metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Cr (III) bisa menyebabkan hiperglisemia, glukosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh dan menurunkan

jumlah sperma (Almatsier, 2004).

Kebutuhan kromium pada manusia dipengaruhi oleh umur dan kondisi wanita (hamil dan menyusui). Angka kecukupan gizi untuk kromium adalah pada

usia 0-6 bulan (0,2 mcg); usia 7-12 bulan (5,5 mcg); 1-3 tahun (11 mcg); 4-8 tahun (15 mcg), 9-13 tahun (21-25 mcg); 14-50 tahun (24-35 mcg); wanita hamil

(29-30 mcg) dan ibu menyusui (44-45 mcg).Dalam bentuk makanan, kromium hanya diserap sebesar 1 - 3%. Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung dan usus. Dampak jangka panjang yang

(23)

10

menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati dan bahkan kematian (Widowati, dkk., 2008).

2.2.2Mangan

Mangan merupakan mikronutrien essensial bagi semua makhluk hidup. Di tubuh terdapat 10-20 mg mangan, yang terutama berada di dalam tulang dan

kelenjar. Mangan berperan sebagai kofaktor berbagai enzim yang membantu bermacam proses metabolisme, diantaranya dalam metabolisme karbohidrat dan lemak. Mangan juga berperan dalam pembentukan jaringan ikat dan tulang serta

pencegahan pengoksidasian lemak oleh radikal bebas. Angka kecukupan gizi untuk mangan bagi wanita 1,6 - 1,8 mg dan pria 1,9 - 2,3 mg per hari tergantung

usia (Almatsier, 2004).

Absorpsi mangan oleh alat pencernaan makanan kurang dari 5%. Walaupun keterlibatannya luas dalam metabolisme, namun defisiensi mangan

tidak luas pengaruhnya, hal ini mungkin karena banyak ion magnesium yang dapat mensubstitusikan mangan dalam banyak fungsi yang berkaitan dengan enzim. Penggunaan suplementasi besi dan kalsium perlu diperhatikan karena

kedua zat tersebut menghambat absorpsi mangan (Linder,1985; Almatsier, 2004). Defisiensi mangan pada manusia yang mengkonsumsi mangan 0,35

mg/hari menunjukkan gejala kehilangan berat badan, gangguan pertumbuhan kuku/rambut, dermatitis dan hipokolesterolemia. Penelitian pada hewan jantan dan betina kekurangan mangan dapat menyebabkan sterildan keturunan dari induk

yang menderita kekurangan mangan menunjukkan kelainan kerangka dan gangguan kerangka otot. Keracunan karena kelebihan mangan dapat terjadi bila

(24)

11

gejala-gejala kelainan otak disertai penampilan dan tingkah laku abnomal yang menyerupai Parkinson (Widowati, dkk., 2008).

2.2.3 Zink

Zink adalah mineral penting yang ikut membentuk lebih dari 300 enzim dan protein. Zink terlibat dalam pembelahan sel, metabolisme asam nukleatdan

pembuatan protein. Zink juga membantu kerja hormon termasuk hormon kesuburan, juga hormon yang diproduksi oleh kelenjar di otak, tiroid, adrenal dan timus. Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1998 menetapkan angka kecukupan

zink untuk Indonesia adalah bayi (3-5 mg), usia 1-9 tahun (8-10 mg), usia 10->60 (15 mg) baik pria maupun wanita, ibu hamil (+ 5 mg), ibu menyusui (+ 10 mg)

(Almatsier, 2004).

Zink terdapat pada berbagai jenis bahan makanan. Kandungan zink paling tinggi terdapat dalam kerang, daging sapi dan daging merah lainnya, ayam, ikan,

kacang, buncis, biji-bijian, sereal sedangkan sayuran mengandung zink rendah. Sekitar 10-40% zink yang terdapat dalam makanan akan diabsorpsi tubuh. Dari makanan nabati, zink yang terabsorpsi hanya 10-20%, sedangkan dari hewani

dapat mencapai 30% (Widowati, dkk., 2008).

Kekurangan zink ringan dapat menyebabkan kurangnya nafsu makan

disertai turunnya berat badan dan mudah terinfeksi. Kekurangan zink sedang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, kekurangan hormon kesuburan dan melambatnya penyembuhan luka. Pada kasus yang lebih berat, timbul gejala

(25)

12

2.3 Destruksi

Untuk menentukan kandungan mineral bahan makanan, bahan harus dihancurkan atau didestruksi dulu. Cara yang biasa dilakukan yaitu pengabuan

kering (dry ashing) dan pengabuan basah (wet digestion). Pemilihan cara tersebut tergantung pada sifat zat organik dalam bahan, sifat zat anorganik yang ada dalam

bahan, mineral yang akan dianalisa serta sensitivitas cara yang digunakan (Apriyantono, dkk., 1989).

Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua analisa mineral.

Cara ini membutuhkan sedikit ketelitian dan mampu menganalisis bahan lebih banyak daripada pengabuan basah. Pengabuan basah memberikan beberapa

keuntungan. Suhu yang digunakan tidak dapat melebihi titik didih larutan dan pada umumnya karbon lebih cepat hancur dari pada menggunakan cara pengabuan kering. Cara pengabuan basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat

untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud menghindari kehilangan mineral akibat penguapan, pada tahap selanjutnya proses sering kali berlangsung sangat cepat akibat penambahan asam perklorat atau hidrogen

peroksida (Apriyantono, dkk., 1989).

2.4 Spektrofotometri Serapan Atom

2.4.1 Prinsip dasar spektrofotometri serapan atom

Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak

(26)

13

untuk analisis logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaannya relatif sederhana dan interferensinya sedikit (Gandjar dan Rohman, 2008).

Spektroskopi serapan atom didasarkan pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu tergantung

pada sifat unsurnya. Sebagai contoh kalium menyerap cahaya pada panjang gelombang 766,5 nm; kalsium menyerap cahaya pada panjang gelombang 422,7 nm dan besi menyerap cahaya pada panjang gelombang 248,3 nm. Cahaya pada

panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan

memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi (Khopkar, 1984; Gandjar dan Rohman, 2008).

Interaksi materi dengan berbagai energi seperti energi panas, energi radiasi, energi kimia dan energi listrik selalu memberikan sifat-sifat yang spesifik untuk setiap unsur. Besarnya perubahan yang terjadi biasanya sebanding dengan

jumlah unsur atau persenyawaan yang terdapat di dalamnya. Proses interaksi ini mendasari analisis spektrofotometri atom yang dapat berupa emisi dan absorpsi

(Gandjar dan Rohman, 2008).

2.4.2 Instrumentasi spektrofotometri serapan atom

Menurut Harris (2010) sistem peralatan spektrofotometer serapan atom

(27)

14

Gambar 2.1 Sistem Peralatan Spektrofotometri Serapan Atom

a. Sumber sinar

Sumber sinar yang umum dipakai adalah lampu katoda berongga (hollow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung

suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari unsur atau dilapisi unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisis. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia dengan tekanan rendah yang jika diberikan

tegangan pada arus tertentu, katoda akan memancarkan elektron-elektron yang bergerak menuju anoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi. Elektron dengan

energi tinggi ini akan bertabrakan dengan gas mulia sehingga gas mulia kehilangan elektron dan menjadi ion bermuatan positif. Ion gas mulia bermuatan positif akan bergerak menuju katoda dengan kecepatan dan energi yang tinggi

sehingga menabrak unsur-unsur yang terdapat pada katoda. Akibat tabrakan ini, unsur-unsur akan terlempar ke luar permukaan katoda dan mengalami eksitasi ke

tingkat energi elektron yang lebih tinggi (Gandjar dan Rohman, 2008). Lampu

Katoda Berongga

Nyala

Monokromator Detektor Amplifier

Komputer

Udara Gas

(28)

15 b. Tempat sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral. Ada berbagai macam alat

yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nyala (flame) dan tanpa nyala (flameless) (Gandjar dan Rohman,

2008).

Teknik atomisasi dengan nyala bergantung pada suhu yang dapat dicapai oleh gas-gas yang digunakan. Untuk gas batubara-udara suhunya kira-kira sebesar

1800ºC, gas alam-udara 1700ºC, gas udara 2200ºC dan gas asetilen-dinitrogen oksida sebesar 3000ºC. Sumber nyala yang paling banyak digunakan

adalah campuran asetilen sebagai bahan pembakar dan udara sebagai pengoksidasi (Gandjar dan Rohman, 2008).

Teknik atomisasi tanpa nyala dapat dilakukan dengan meletakkan

sejumlah sampel di dalam tungku dari grafit kemudian dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara melewatkan arus listrik pada tabung grafit. Akibat pemanasan ini, zat yang akan dianalisis akan berubah menjadi atom-atom netral dan

dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadi proses penyerapan energi (Gandjar dan Rohman, 2008).

c. Monokromator

Pada spektrofotometri serapan atom, monokromator berfungsi untuk memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan untuk analisis. Di

(29)

16 d. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman. Biasanya detektor yang digunakan adalah tabung penggandaan foton (photomultiplier tube) (Gandjar dan Rohman, 2008).

e. Readout

Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai

sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau kurva dari suatu alat perekam yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Gandjar dan Rohman, 2008).

2.4.3 Gangguan-gangguan pada spektrofotometri serapan atom

Gangguan-gangguan (interference)pada spektrofotometri serapan atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2008).

Menurut Gandjar dan Rohman (2008), gangguan-gangguan yang terjadi pada spektrofotometri serapan atom adalah:

1. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi banyaknya sampel yang mencapai nyala

2. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala

(30)

17 4. Gangguan oleh penyerapan non-atomik.

2.5 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan

bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Tindakan ini dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik,

reprodusibel dan tahan akan kisaran analit yang akan dianalisis (Gandjar dan Rohman,2008; Harmita, 2004).

Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi

metode analisis adalah sebagai berikut: 1. Kecermatan (accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Untuk mencapai

kecermatan yang tinggi, dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut

yang baik, pengontrolan suhu dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur (Harmita, 2004).

Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi

(spiked-placebo recovery) dan metode penambahan baku (standard addition method).

Metode simulasi (spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan

(31)

18

hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya). Dalam metode penambahan baku, sampel dianalisis lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan ke dalam sampel, dicampur dan

dianalisis lagi. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (hasil yang diharapkan) (Harmita, 2004).

Dalam kedua metode tersebut, persen perolehan kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya. Metode adisi dapat dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi

tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode tersebut. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit

[image:31.595.111.514.454.544.2]

yang ditambahkan tadi dapat ditemukan. Rentang persen perolehan kembali yang diizinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks adalah sebagai berikut ini:

Tabel 2.1 Rentang persen perolehan kembali yang diizinkan pada analit sampel

Jumlah analit pada sampel Persen perolehan kembali yang diizinkan (%)

1 ppm 80-110

100 ppb 80-110

10 ppb 60-115

1 ppb 40-120

Sumber: Harmita (2004).

2. Keseksamaan (precision)

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika

(32)

19

dan biasanya dinyatakan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda signifikan secara statistik (Harmita, 2004).

3. Selektivitas (spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuan suatu metode mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya

komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas biasanya dinyatakan sebagai derajat penyimpangan metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai,

senyawa sejenisdan senyawa lain yang dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan (Harmita, 2004).

4. Linearitas dan rentang

Liniearitas merupakan kemampuan suatu metode untuk memperoleh hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran

yang diberikan. Linearitas suatu metode merupakan ukuran seberpa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x). Liniearitas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi

yang berbeda-beda. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan,

keseksamaan dan linearitas yang dapat diterima (Harmita, 2004; Gandjar dan Rohman, 2008).

5. Batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan

(33)

20

sebagai kuantitas analit terkecil dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004).

6. Ketangguhan metode (ruggedness)

Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti

laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu dan hari yang berbeda. Ketangguhan metode dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan kerja terhadap hasil uji (Harmita, 2004).

7. Kekuatan (robustness)

Kekuatan merupakan kemampuan metode untuk tetap tidak terpengaruh

oleh adanya variasi parameter metode yang kecil. Kekuatan suatu metode adalah dengan membuat variasi parameter-parameter penting dalam suatu metode secara sistematis lalu mengukur pengaruhnya pada pemisahan (Gandjar dan Rohman,

(34)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian yang besifat deskriptif, yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan secara sistematis yaitu

untuk mengetahui kadar mangan, kromiumdan zink pada buah kelor.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober 2014-Desember 2014.

3.2Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer Serapan Atom (Hitachi Z-2000) lengkap dengan lampu katoda kromium, mangan

dan zink, tanur (Naberthem), kertas saring Whatmann no.42, neraca analitik (BOECO Germany), botol semprot, krus porselen, hot plate (FISONS), blender (Aragawa) dan alat-alat gelas (Pyrex dan Oberoi).

3.3 Bahan- bahan

3.3.1 Sampel

Sampel yang digunakan adalah buah kelorsegar yang masih muda(Moringa

oleiferaLam.) berasal dari pohon kelor yang tumbuh di Jalan Kenanga Raya,

(35)

22

3.3.2 Pereaksi

Semua pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis keluaran E.Merck yaitu asam nitrat 65% (b/v), natrium hidoksida1N (b/v),

kalium sulfida 1% (b/v), dithizon 0,0005% (b/v), difenilkarbazida 0,005% (b/v),asam sulfat 96% (v/v), larutan baku kromium 1000 µg/mL, larutan baku

mangan1000 µg/mL, larutan baku zink 1000 µg/mL, kecuali disebutkan lain yaitu akua demineralisata (Laboratorium Penelitian FakultasFamasi USU).

3.4 Pembuatan Pereaksi

3.4.1 Larutan asam nitrat (1:1)

Sebanyak 500 ml larutan HNO3 65% b/v diencerkan dengan 500 mL

akuabides (Isaac, 1990).

3.4.2Larutan kalium sulfida 1% (b/v)

Kalium Sulfida sebanyak 1 gram dilarutkan dengan air suling hingga 100

mL (Ditjen POM, 1979).

3.4.3 Larutan ditizon 0,0005% (b/v)

Larutkan 25,6 mg Difeniltiokarbazen98% b/v dalam 100 mLetanol (Ditjen POM, 1995).

3.4.4 Larutan natrium hidroksida 1N (b/v)

Sebanyak 4 gram pelet NaOH dilarutkan dalam 100 mL air suling bebas CO2 (Ditjen POM, 1979).

3.4.5Larutan difenilkarbazida 0,005% (b/v)

(36)

23

3.4.6 Larutan asam sulfat 1 N (v/v)

Sebanyak 3 mL larutan H2SO4 96% v/v diencerkan dengan akuades hingga

100 mL (Ditjen POM, 1979).

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposifyang

dikenal juga sebagai sampling pertimbangan. Metode sampling ini ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi (Sudjana, 2002).

3.5.2 Identifikasi sampel

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Herbarium Bogoriense, Bidang

Botani, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor.

3.5.3 Pemeriksaan secara makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, tekstur dan ukuran serta pemeriksaan organoleptik dengan mengamati warna, rasa dan bau dari buah kelor muda (Moringa oleifera Lam.)

3.5.4Penyiapansampel

Sampel yang digunakan adalah buah kelor segar muda yang dibersihkan dari

(37)

24

3.5.5Proses dekstruksi

Buah kelor segar muda yang telah dihaluskan, ditimbang sebanyak 10gram dalam krus porselin, ditambah 5 tetes HNO3 65% (b/v), diarangkan di atashot

plate, lalu diabukan di tanur mula-mula pada temperatur 100oC dan secara perlahan-lahan dinaikkan interval 25oC setiap 5 menit sampai temperatur menjadi

500oC dan pengabuan dilakukan selama 60 jam (dihitung saat suhu sudah 500°C), lalu suhu tanur diturunkan ± 27°C, krus porselin dikeluarkandan dibiarkan hingga dingin. Abu ditambahkan 5 mL HNO3 (1:1), kemudian diuapkan pada hot

platesampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan

temperatur awal 100ºC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan hingga 500ºC

dengan interval 25ºC setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin pada tanur(temperatur tanur± 27°C)(Isaac, 1990).

Perlakuan yang sama diulang sebanyak 6 kali untuk masing-masing

sampel.Bagan alir proses dekstruksi dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 47.

3.5.6Pembuatan larutan sampel

Sampel hasil dekstruksiyang di dalam krus porselin dilarutkan dengan 5

mL HNO3(1:1), dituangkan ke dalam labu ukur 50 mL, lalu krus porselen dibilas

dengan akua demineralisata sebanyak tiga kali masing-masing 10 mL,

laludicukupkan volumenya dengan akua demineralisata hingga garis tanda. Larutan sampel disaring dengan kertas saringWhatmann no. 42, kemudian 5 mL filtrat pertama dibuang untuk menjenuhkan kertas saring, selanjutnya filtrat

(38)

25

masing-masing sampel. Bagan alir pembuatan larutan sampel dapat dilihat pada Lampiran 5,halaman 49.

3.5.7 Analisis kualitatif

3.5.7.1 Kromium

Reaksi warna dengan larutan difenilkarbazida

Larutan sampel 1 mL, tambahkan setetes aqua brom jenuh, diteruskan dengan 2-3 tetes kalium hidroksida 2 N. Tambahkan sebutir kristal fenol, lalu setetes larutan difenilkarbazid dan tambahkan asam sulfat setetes demi setetes

sampai warna merah hilang dan diperoleh warna lembayung ungu (Vogel, 1979).

3.5.7.2 Mangan

Reaksi warna dengan larutan kalium sulfida

Larutan sampel 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 3 tetes larutan kalium sulfida. Endapan merah muda akan terbentuk jika terdapat

mangan (Vogel, 1979).

3.5.7.3 Zink

Reaksi warna dengan larutan dithizon

Larutan sampel 5 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan dengan natrium hidroksida 1 N, ditambahkan 5 mL dithizon 0,005% kocok kuat,

(39)

26

3.5.8Pembuatan kurva kalibrasi

3.5.8.1 Kromium

Larutan baku kromium (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 0,5 mL;

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mLdan dicukupkan volumenya dengan akua demineralisata sampai garis tanda (konsentrasi 5 µg/mL) disebut LIB I kromium.

Larutan untuk kurva kalibrasi kromium dibuat dengan memipet (0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5)mL larutan baku 5 µg/mL (LIB I kromium), masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan dicukupkan volumenya dengan akua

demineralisata sampai garis tanda (larutan ini mengandung 0,1; 0,2; 0,3; 0,4dan 0,5)µg/mL, lalu diukur pada panjang gelombang 357,9 nm (lampu katoda

kromium)dengan nyala udara-asetilen.

3.5.8.2Mangan

Larutan baku mangan(1000 µg/ml) dipipet sebanyak 0,5 mL; dimasukkan

ke dalam labu ukur 50 mL dandicukupkan volumenya dengan akua demineralisata sampai garis tanda (konsentrasi 10 µg/mL) disebut LIBI mangan.

Larutan untuk kurva kalibrasi mangan dibuat dengan memipet (0,5;

1,0;1,5; 2,0 dan 2,5) mL larutan baku 10 µ g/mL (LIB I mangan), masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 25mL dan dicukupkan volumenya dengan akua

(40)

27

3.5.8.3 Zink

Larutan baku zink (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 0,5mL; dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mLdan dicukupkan volumenya dengan akua demineralisata

sampai garis tanda (konsentrasi 10 µg/mL) disebut LIB I zink.

Larutan untuk kurva kalibrasi zink dibuat dengan memipet (0,5; 1,0; 1,5;

2,0 dan 2,5) mL larutan baku 10 µg/mL (LIB Izink), masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan dicukupkan volumenya dengan akua demineralisatasampai garis tanda (larutan ini mengandung 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan

1,0)µg/mL, lalu semua larutan diukur pada panjang gelombang 213,9 nm (lampu katoda zink)dengan nyala udara -asetilen.

3.5.9 Analisis secara spektrofotometri serapan atom

3.5.9.1 Penetapan kadar kromiumdalam sampel

Larutan sampel buah kelor hasil dekstruksidiukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan diatur

metodenya. Penetapan kadar untuk kromiumdilakukan pada panjang gelombang 357,9 nm (lampu katoda kromium)dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kromium.

Konsentrasi kromium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.5.9.2 Penetapan kadar mangan dalam sampel

Larutan sampel buah kelor hasil dekstruksidiukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan diatur

(41)

28

279,5 nm (lampu katoda mangan)dengan nyala udara - asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku mangan. Konsentrasi mangan dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis

regresi dari kurva kalibrasi.

3.5.9.3 Penetapan kadar zinkdalam sampel

Larutan sampel buah kelor hasil dekstruksi diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom yang telah dikondisikan dan diatur metodenya. Penetapan kadar untuk zinkdilakukan pada panjang gelombang 213,9

nm (lampu katoda zink)dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku zink.

Konsentrasi zink dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

Kadar kromium, mangan dan zink dalam sampel dapat dihitung dengan

cara sebagai berikut:

Kadar (µg/g) = Konsentrasi (µg/ml) x Volume(mL) x Faktor Pengenceran

Berat Sampel (g)

3.5.10 Analisis data secara statistik

3.5.10.1 Penolakan hasil pengamatan

Menurut Sudjana (2002) kadar kromium, mangan dan zink yang diperoleh

dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi menggunakan rumus sebagai berikut:

SD =

∑(Xi−X)2
(42)

29 Keterangan: Xi = Kadar sampel (mg/100g)

X = Kadar rata-rata sampel (mg/100g) n = Jumlah pengulangan

Untuk mencari t hitung digunakan rumus:

t hitung =� Xi-X � SD/ √n

dan untuk menentukan kadar mineral di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99%, α = 0.01, dk = n-1, dapat digunakan rumus:

Kadar Mineral: μ = X ± (t(α/2, dk) x SD /√n )

Keterangan: X = Kadar rata-rata sampel(mg/100g) SD = Standar deviasi(mg/100g)

dk = Derajat kebebasan (dk = n-1) α = Interval kepercayaan

n = Jumlah pengulangan

3.5.11 Analisis validasi metode

3.5.11.1Uji perolehan kembali (recovery)

Uji perolehan kembali atau recovery dilakukan dengan metode

penambahan larutan standar (standard addition method). Kadar mineral dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral

(43)

30

Sampelbuah kelor yang telah dihaluskan, ditimbang sebanyak 10 g di dalam krus porselin sebanyak 6 krus, lalu masing-masing krus ditambahkan 0,7mL larutan baku kromium (konsentrasi 10 µg/mL); 0,09 mL larutan baku

mangan(konsentrasi 100 µg/mL)dan 0,06 mL larutan baku zink (konsentrasi 100 µg/mL), perhitungan jumlah baku yang ditambahkan dapat dilihat pada Lampiran

15, halaman 70,kemudian dilanjutkan dengan prosedur dekstruksi kering seperti yang telah dilakukan pada sampel sebelumnya. Prosedur pengukuran uji perolehan kembali dilakukan sama dengan prosedur pengukuran penetapan kadar

sampel.

Menurut Harmita (2004) persen perolehan kembali dapat dihitung dengan

rumus di bawah ini:

Persen Perolehan Kembali=CF - CA CA*

x 100%

Keterangan:

CA = Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku (mg/100g)

CF = Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku (mg/100g)

C*A = Kadar larutan baku yang ditambahkan (mg/100g)

3.5.11.2 Simpangan baku relatif

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau

koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan

derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang

(44)

31 RSD = ×100%

X SD

Keterangan: X = Kadar rata-rata sampel (%)

SD = Standar deviasi (%)

RSD = Relative Standard Deviation(%)

3.5.11.3Batas deteksi danbatas kuantitasi

Menurut Harmita (2004) batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit

dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih

dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Simpangan baku (µg/mL)=

∑(Y-Yi) 2

n-2

Batas deteksi (µg/mL)=3xSB

slope

Batas kuantitasi (µg/mL)=10 xSB

(45)

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Herbarium Bogoriense, Bidang

Botani, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor.Tumbuhan yang digunakan adalah buahtumbuhan kelor(Moringa oleifera Lam.), suku Moringaceae. Hasil identifikasi tumbuhan

dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 43.

4.2 Hasil Pemeriksaan secara Makroskopik

Hasil pemeriksaan makroskopik terhadap buah kelor muda segar (Moringa

oleifera Lam.) seperti yang tertera pada Lampiran 2, halaman 44 dan 45adalah

buah polongberbentuk segitiga dengan panjang 21-27 cm dan lebar 1,5-2,5 cm; berwarna hijau, memiliki rasa pahit, berserat pada permukaan buah, didalam buah

terdapat 14 biji berbentuk bulat berwarna hijau muda.

4.3 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan

untukmengetahui ada atau tidaknya mineral kromium, mangan dan zink dalam sampel yang akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom. Data hasil analisis secara kualitatif dapat dilihat

(46)
[image:46.595.114.513.112.227.2]

33

Tabel 4.1 Hasil analisis kualitatif

No Logam yang

dianalisis Pereaksi Hasil Reaksi Keterangan 1. Kromium Larutan

difenilkarbazida Larutan ungu - 2. Mangan Larutan kalium

sulfida

Endapan merah

Muda +

3. Zink Larutan dithizon Lapisan kloroform

berwarna merah +

Keterangan : + : Mengandung logam - : Tidak mengandung logam

Dari Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa larutan sampel yang diperiksa

terdapat ion mangan dan ion zink. Sampel dikatakan positif terdapat ion mangan karena menghasilkan endapan merah muda dengan penambahan kalium sulfidadan terdapat ion zink karena menghasilkan warna merah pada lapisan

kloroform dengan penambahan larutan dithizon (Vogel, 1979). Hasil analisis secara kualitatif untuk ion kromium menggunakan larutan difenilkarbazida tidak

menghasilkan warna ungu, hal ini disebabkan karena kadar kromium yang terdapat pada sampel sangat kecil sehingga tidak dapat dideteksi secara kualitatif.

Hasil serapan menggunakan spektrofotometer serapan atom menunjukkan

adanya absorbansi pada panjang gelombang kromium yaitu 357,9 nm;mangan 279,5 nm dan zink213,9 nm sesuai yang tercantum pada literatur (Khopkar, 1984).

4.4Kurva Kalibrasi Kromium, Mangan dan Zink

Kurva kalibrasi kromium, mangan dan zink diperoleh dengan cara mengukur absorbansi dari larutan baku kromium, mangan dan zink pada panjang

(47)

34

Pengukuran kurva kalibrasi untuk ketiga mineral tersebut diperoleh persamaan garis regresi yaitu Y = 0,0088 X + 0,0002 untuk kromium, Y = 0,0470 X+ 0,0003 untuk mangan dan Y = 0,1637 X + 0,0001 untuk zink.Kurva kalibrasi larutan

[image:47.595.119.512.236.411.2]

baku kromium, mangan dan zink dapat dilihat pada Gambar 4.1, Gambar 4.2dan Gambar 4.3 berikut ini:

Gambar 4.1 Kurva kalibrasi larutan baku kromium

Gambar 4.2 Kurva kalibrasi larutan baku mangan

Y = 0,0470 X + 0,0003 r = 0,9999

0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

A b s o r b a n s i Konsentrasi (µg/mL)

Y = 0,0088 X + 0,0002 r = 0,9998

0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6

[image:47.595.118.512.472.648.2]
(48)

35

Gambar 4.3 Kurva kalibrasi larutan baku zink

Berdasarkan kurva diatas diperoleh hubungan yang linear antara konsentrasi dengan absorbansi, dengan koefisien korelasi (r) kromium sebesar 0,9998;

mangan sebesar 0,9999 dan zink sebesar 0,9997. Nilai r ≥ 0,97 menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara X (konsentrasi)

dan Y (absorbansi)(Ermer dan McB. Miller, 2005).

Data hasil pengukuran absorbansi larutan baku dan perhitungan persamaan garis regresi kromium, mangan dan zink dapat dilihat pada Lampiran 7, 8dan 9,

halaman51, 53dan 55.

4.5Analisis Kadar Kromium, Mangan dan Zink Dalam Sampel

Penentuan kadar kromium, mangan dan zink dilakukan secara

spektrofotometri serapan atom. Konsentrasi kromium, mangan dan zink dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi kurva kalibrasi larutan

baku masing-masing. Konsentrasi kromium, mangan dan zink dalam sampel sudah berada pada rentang kurva kalibrasi maka masing-masing sampel tidak diencerkan lagi (faktor pengenceran = 1). Data kadar pada buah kelor sebelum

Y = 0,1637 X + 0,0001 r = 0,9997

-0,02 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

[image:48.595.115.512.84.260.2]
(49)

36

dan sesudah uji t,dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 11,halaman57 dan 58, serta contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran12, halaman 59 sampai halaman 60.Hasil analisis kuantitatif kromium, mangan dan zink pada buah bila

[image:49.595.110.519.243.336.2]

dibandingkan dengan bagian tanaman lain dari kelor dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Hasil analisis kadar kromium, mangan dan zink dalam sampel

Bagian tanaman

Kadar mineral yang diperiksa (mg/100g)

Sumber

Kromium Mangan Zink

Buah kelor 0,0875 ± 0,0171 0,3416 ± 0,0023 0,4238 ± 0,0010 - Buah kelor - 7,2 ± 0,98 1,53 ± 0,32 A Keterangan:

A= Aslam, dkk., 2005

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihatbahwa hasil analisis kadar kromium, mangan dan zink pada buah kelor (Moringa oleifera Lam.)lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil analisis yang dilakukan oleh Aslam, dkk. (2005).

Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tempat tumbuh, kesuburan tanah, jenis tanah dan pengelolaan tanaman, sehingga mempengaruhi kandungan unsur hara

yang terdapat di dalamnya. Unsur hara mangan dan zink pada tanaman berperanlangsung dalam fotosintesis yaitu dalam pembentukan klorofil dan sebagai pengaktivator enzim(Damanik, dkk., 2010).

Kromium merupakan mineral yang sukar berpindah dari tanah dan hanya sebagian kecil yang dapat menuju tanaman. Kadar kromium yang tinggi pada

(50)

37

4.6 Analisis Data Secara Statistik

Kadar kromium, mangan dan zink yang diperoleh dari pengukuran masing-masing larutan sampel, dianalisis secara statistik dan untuk mengetahui

apakah data diterima atau ditolak dilakukan uji t. Pada tingkat kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dk = n-1 = 6-1 = 5 diperoleh nilai t tabel(α/2, dk) = 4,0321.

Data diterima jika t hitung < t tabel. Berdasarkan hasil perhitungan statistik dari kadar kromium, mangan dan zink pada buah kelor diperoleh bahwa t hitung < t tabel, maka semua datanya dapat diterima.Perhitungan dapat dilihat pada

Lampiran 13, halaman 61 sampai halaman 66.

4.7 Analisis Validasi Metode

4.7.1 Uji perolehan kembali (recovery)

Hasil uji perolehan kembali (recovery) kadar kromium, mangan dan zink setelahpenambahan masing-masing larutan baku kromium, mangan dan zink dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 14,halaman 67 sampai halaman 69.

Perhitungan persen recoverykromium, mangan dan zink dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 16,halaman 72sampai halaman 89. Persen recoverykromium, mangan dan zink dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.3

[image:50.595.109.513.637.718.2]

berikut:

Tabel 4.3Persen uji perolehan kembali (recovery) kadar kromium, mangan dan

zink

No. Logam yang dianalisis

Rata-rata recovery

(%) Syarat rentangrecovery (%)

1. Kromium 101,4128

80- 120

2. Mangan 100,1937

(51)

38

Berdasarkan Tabel4.3diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan kembali (recovery) tersebut menunjukkan kecermatan kerja yang memuaskan pada saat pemeriksaan kadar kromium, mangan dan zink dalam

sampel. Hasil uji perolehan kembali (recovery) ini memenuhi syarat akurasi yang telah ditetapkan, jika rata-rata hasil perolehan kembali (recovery) berada pada

rentang 80-120% (Ermer dan McB. Miller, 2005).

4.7.2Simpanganbaku relatif

Perhitungansimpangan baku relatifkromium, mangan dan zink dalam

sampel dapat dilihat pada Lampiran 17,halaman90 sampai halaman 92.Simpangan baku relatif kromium, mangan dan zink dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.4

[image:51.595.115.513.417.498.2]

berikut:

Tabel 4.4Simpangan baku relatifkromium, mangan dan zink dalamsampel

No. Logam yang dianalisis

Simpangan baku (%)

Simpangan baku relatif (%)

Syarat simpangan baku relatif (%)

1. Kromium 11,5023 11,3421

16

2. Mangan 5,3099 5,2996

3. Zink 1,6090 1,4535

Nilai simpangan baku relatif (RSD) untuk analit dengan kadar part per

million (ppm) adalah tidak lebih dari 16% dan untuk analit dengan kadar part per

billion (ppb) RSD-nya adalah tidak lebih dari 32% (Harmita, 2004). Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa metode yang dilakukan memiliki ketelitian yang

baik karena memenuhi syarat.

4.7.3Batas deteksi dan batas kuantitasi

(52)

39

dilihat pada Lampiran 18,halaman 93 sampai halaman 95.Batas deteksi dan kuantitasi kromium, mangan dan zink dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel4.5Batas deteksi dan batas kuantitasi kromium, mangan dan zink

No. Logam yang dianalisis

Batas deteksi

(µg/mL) Batas kuantitasi (µg/mL)

1. Kromium 0,0411 0,1368

2. Mangan 0,0202 0,0673

3. Zink 0,0331 0,1105

(53)

40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan kromium, mangan dan zink pada

buah kelor, maka disimpulkan:

a) Buah kelor(Moringa oleifera Lam.) mengandung mineral kromium, mangan dan zink

b) Kadar kromium, mangan dan zink pada buah kelor secara berturut - turut adalah (0,0875 ± 0,0171) mg/100 g; (0,3416 ± 0,0023) mg/100 g; (0,4238

± 0,0010) mg/100g.

5.2Saran

Berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan mineral kromium, mangan dan zink pada buah kelor, maka disarankanpeneliti selanjutnya untukmeneliti

(54)

41

DATAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama. Halaman 228, 250, 269-272.

Apriyantono A., Fardiaz D., Puspitasari NL., Yasni S., dan Budijanto S.(1989). Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Penelaah : Muchtadi. D.Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Univesitas Pangan dan Gizi Institut pertanian Bogor. Halaman 16.

Aslam, M., Anwar, F., Nadeem, R., Rashid, U., dan Kazi, T.G (2005). Mineral Composition of Moringa oleifera Leaves and Pods from Different Region of Punjab, Pakistan. Asian Journal of Plant Sciences. 4(8): 417 - 421. Damanik, M.B., Hasibuan, B.E., Fauzi, Sarifuddin., dan Hanum, H. (2010).

KesuburanTanah dan Pemupukan. Medan: USU Press. Halaman 97-99.

Depkes RI. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid II. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Halaman 231.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 692.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman1146, 1151, 1126, 1213.

Ermer, J., dan McB. Miller, J.H. (2005). Method Validation in Pharmaceutical Analysis. Weinheim: Wiley-Vch Verlag GmbH & Co. KGaA. Halaman 171.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2008). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan III.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 298, 310.

Harris, D.C. (2010). Quantitative Chemical Analysis.Eighth Edition. New York: W.H. Freeman and Company. Halaman 481.

Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Review Artikel. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3):117-119,12 - 122, 127 - 130.

(55)

42

Katharina, N., Sitorus, M., dan Jonni, M.S (2008). Cegah Malnutrisi dengan Kelor. Yogyakarta: Kansius. Halaman 11.

Khopkar, S.M. (1984). Basic Concepts of Analytical Chemistry. Penerjemah:Saptorahardjo, A., dan Nurhadi. A. (2008).Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: UIPress. Halaman81, 296.

Kristinawati, E., dan Nurlaela (2013). Pengaruh Pemberian Filtrat Buah Kelor (Moringa oliefera Lam.) Terhadap Kadar Asam Urat Pada Hewan Coba Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar. Media Bina Ilmiah. 7(6): 1978-3787.

Kurniasih. (2013). Khasiat dan Manfaat Daun Kelor. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Halaman 35- 36, 39, 59-62.

Kurniawan, S. (2013). Obat Sirih Merah dan Daun kelor. Yogyakarta: Bukubiru. Halaman 11, 17-21.

Linder, M.C (1985). Nutritional Biochemistry and Metabolisme. Penerjemah: Aminuddin Parakkasi. (1992). Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Cetakan I. Jakarta: UIPress. Halaman 285-297.

Mallilin, A., Trinidad, P., Sagum, R.S., Baquiran, P., dan Alcantara, J.S. (2014). Mineral Availability and Dietary Fiber Characteristics of Moringa oleifera. Food and Public Health. 4(5): 242-246.

Paliwal, R., Sharma, V., dan Pracheta. (2011). A Review on Horse Radish Tree (Moringa oleifera): A Multipurpose Tree with High Economic and Commercial Importance.Asian Journal of Biotechnology. ISSN 1996-0700/ DOI: 10.3923/ajbkr.2011.

Rosmarkam, A., dan Yuwono,N.A. (2002). Ilmu Kesuburan Tanah.Yogyakarta: Kanisius. Halaman31, 77, 79.

Sudjana. (2002). Metode Statistika. Edisi Keenam. Bandung: Tarsito. Halaman 93, 168, 239.

Tilong, A.D. (2012). Ternyata Kelor Penakluk Diabetes. Yogyakarta: DIVA Press. Halaman 10 - 14.

(56)

43

(57)

44

LAMPIRAN

(58)

45

[image:58.595.151.475.140.652.2]

Lampiran 2. Gambarpohon dan buah kelor (Moringa oleifera Lam.)

(59)

46

Lampiran 2 (Lanjutan) Buah dan daun kelor

[image:59.595.128.469.140.403.2]

[ d a p in B fo text

Gambar 2. Buah kelor

[image:59.595.130.468.425.726.2]
(60)

47

[image:60.595.190.440.138.423.2]

Lampiran 2 (Lanjutan). Gambar buah kelor yang utuh dan dikupas

[image:60.595.190.440.439.723.2]

Gambar 4. Buah kelor utuh

(61)

48

Lampiran 3. Bagan alir proses dekstruksi kering (buah kelor)

dibersihkan dari pengotor

dicuci dengan akua demineralisata ditiriskan

diangin-anginkan di udara terbuka dihaluskan dengan blender

ditimbang 10 gram di dalam krus porselen ditambahkan 5 tetes Asam Nitrat 65% (b/v) diarangkan di atas hot plate

diabukan dalam tanur dengan temperatur awal 100°C dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500°C dengan interval 25°C setiap 5 menit

dilakukan selama 60 jam dan dibiarkan hingga dingin

ditambahkan 5 mLHNO3 (1:1)

diuapkan pada hot plate sampai kering

dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100°C dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500°C dengan interval 25°C setiap 5 menit dilakukan selama 1 jam dan dibiarkan hingga dingin

di dalam tanur Buah Kelor Muda

Sampel yang telah dihaluskan

Sampel yang telah mengarang

Sampel yang telah mengabu

(62)

49

[image:62.595.138.492.136.402.2]

Lampiran 4. Gambar abu hasil destruksi

(63)

50

Lampiran 5. Bagan alir pembuatan larutan sampel

dilarutkan dalam 5 mLHNO3 (1:1)

dimasukkan ke dalam labuukur 50 mL

dibilas krus porselen sebanyak tiga kali dengan 10 mL akua demineralisata

dicukupkan volumenya dengan akua demineralisatahingga garis tanda

disaring dengan kertas saring Whatmann No.42 dibuang 5 mL untuk menjenuhkan kertas saring

dimasukkan ke dalam botol

dilakukan analisis kualitatif

dilakukan analisis kuantitatif dengan spektrofotometer serapan atom pada λ 357,9 nm (lampu katoda kromium) untuk kromium, λ 279,5 nm (lampu katoda mangan)

untuk mangan, dan λ 213,9 nm (lampu katoda zink) untuk zink

Sampel hasil dekstruksi

Filtrat

Larutan sampel

(64)

51

[image:64.595.170.405.146.421.2]

Lampiran 6. Gambar hasil analisis kualitatif kromium, mangan dan zink

Gambar 7. Hasil analisis kualitatif kromium, mangan dan zink

(65)

52

Lampiran7. Data kalibrasi kromium dengan spektrofotometer serapan atom,

perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi (r)

No Konsentrasi (µ g/mL) (X)

Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,0002

2. 0,1000 0,0011

3. 0,2000 0,0020

4. 0,3000 0,0029

5. 0,4000 0,0037

6. 0,5000 0,0046

No X Y XY

1 0,0000 0,0002 0,0000 0,0000 0,00000004 2 0,1000 0,0011 0,0001 0,0100 0,00000121 3 0,2000 0,0020 0,0004 0,0400 0,00000400 4 0,3000 0,0029 0,0009 0,0900 0,00000841 5 0,4000 0,0037 0,0015 0,1600 0,00001361 6 0,5000 0,0046 0,0023 0,2500 0,00002116

∑ X = 1,5000

∑ Y = 0,0145

∑ XY = 0,0052

∑ X² = 0,5500

∑ Y² = 0,00004851

X = 0,2500 Y = 0,0024

a = ∑XY-((∑Xx∑Y)/ n)

∑X²-( (∑X)² / n )

a= 0,0052-((1,5000 x 0,0145)/ 6) 0,5500- ((1,5000)2/ 6)

a= 0,0088

Y = a X + b b = Y - a X

= 0,00242 - (0,0088 x 0,2500) = - 0,0002

(66)

53

Lampiran 7.(Lanjutan)

r = ∑

XY- [(∑X)(n∑Y)]

��∑X² - (∑X)² / n �(∑Y² - (∑Y)² / n )

r =

0,0052 - �

(1,5)(0,0145)

6 �

��0,55 - (1,5)2

6 ��0,00004851 -

(0,0145)2

6 �

r = 0,001535

0,0015353

(67)

54

Lampiran 8. Data kalibrasi mangan dengan spektrofotometer serapan atom,

perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi (r)

No Konsentrasi (µ g/mL) (X)

Absorbansi (Y)

1. 0,0000 0,0005

2. 0,2000 0,0094

3. 0,4000 0,0194

4. 0,6000 0,0282

5. 0,8000 0,0379

6. 1,0000 0,0475

No X Y XY

1 0,0000 0,0005 0,0000 0,0000 0,00000025 2 0,2000 0,0094 0,0019 0,0400 0,00008836 3 0,4000 0,0194 0,0077 0,1600 0,00037636 4 0,6000 0,0282 0,0169 0,3600 0,00079524 5 0,8000 0,0379 0,0303 0,6400 0,00143641 6 1,0000 0,0475 0,0475 1,0000 0,00225625

∑X = 3,0000

∑Y = 0,1429

∑XY= 0,1044

∑ X²= 2,2000

∑ Y² = 0,00495287

X= 0,5 Ῡ= 0,0238

a=∑X Y-((∑X x∑Y)/ n)

∑X²-((∑X)² / n )

a=0,1044-((3 x 0,1429)/ 6) 2,2000 -((3)2/ 6)

a= 0,0470

Y = a X + b b = Ῡ- a X

= 0,02382- (0,04704 x 0,5) = 0,0003

(68)

55

Lampiran 8. (Lanjutan)

r = ∑

XY-[(∑X)(∑Y)

n ]

��∑X² - (∑X)² / n �(∑Y² - (∑Y)² / n )

r

0,1044 - �(3,0)(0,1429)

6 �

��2,2 - (3)26 ��0,00495287 - (0,1429)2

6 �

=

r =0,03293

0,032933

(69)

56

Lampiran 9. Data kalibrasi zink dengan spektrofotometer serapan atom,

perhitungan persamaan garis regresi dan koefisien korelasi (r)

No Konsentrasi (µ g/mL) (X)

Absorbansi (Y)

1. 0,0000 -0,0002

2. 0,2000 0,0311

3. 0,4000 0,0676

4. 0,6000 0,1004

5. 0,8000 0,1299

6. 1,0000 0,1633

No X Y XY X² Y²

1 0,0000 -0,0002 0,0000 0,0000 0,00000004 2 0,2000 0,0311 0,0062 0,0400 0,00096721 3 0,4000 0,0676 0,0270 0,1600 0,00456976 4 0,6000 0,1004 0,0602 0,3600 0,01008016 5 0,8000 0,1299 0,1039 0,6400 0,01687401 6 1,0000 0,1633 0,1633 1,0000 0,02666689

∑ X = 3,0000

∑ Y = 0,4921

∑ XY = 0,3607

∑ X² = 2,2000

∑ Y² = 0,0591581

X = 0,5000 Y

Gambar

Gambar pohon dan buah kelor (Moringa oleifera Lam.)
Tabel distribusi t ..............................................................
Gambar 2.1 Sistem Peralatan Spektrofotometri Serapan Atom
Tabel 2.1 Rentang persen perolehan kembali yang diizinkan pada analit  sampel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keanugrahan inspirasi dari Tuhan Yang Mahaagung menjadi kekuatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Berorganisasi di

Penelitian ini bertujuan menerapkan metode ketidakpastian Dempster-Shafer pada sistem pakar mendiagnosa penyakit gagal ginjal berdasarkan gejala penyakit

Skripsi SELF-DOMINATION SEBAGAI SUATU HAK:. BANGSA-BANGSA DALAM

(1) allylation of vanillin, (2) HCl-catalyzed condensation allyl vanillin with resorcinol, (3) chloromethylation of C-4-allyloxy-3-methoxyphenylcalix[4] resorcinarene

Budaya Kaizen Terhadap Komitmen Organisasi Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Kendal.

Pasal 54 berbunyi: Setiap orang yang menawarkan, menyerahkan, menjual, atau menyediakan untuk dijual barang kena cukai yang tidak dikemas untuk penjualan eceran

SEKRETARIAT JENDERAL UNIT LAYANAN PENGADAAN. KELOMPOK

Pontianak pada siklus II telah selesai dilaksanakan. Secara keseluruhan, penerapan tipe Student Teams Achievement Division pada siklus II sudah berjalan dengan lancar. Proses