Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STRATA I MEDAN
ANALISIS HUBUNGAN PENGAWASAN TERHADAP
EFISIENSI KERJA KARYAWAN PADA ASURANSI
BUMIPUTERA CABANG PEMATANGSIANTAR
DRAFT SKRIPSI
OLEH
HERAWATI SARAGIH 050502131 MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRACT
HERAWATI SARAGIH (2009), Correlation Analysis between Controlling and Job Efficiency in AJB Bumiputera Pematang Siantar.
The purpose of the research is to analize the correlation of controlling to job efficiency in AJB Bumiputera Pematang Siantar. The data in this research is collected from the observation and quetionary to the sample of the population target . In the correlation model, controlling was as independent variable and job efficiency was as dependent variable.
The overall test showed the Pearson product moment coefficient of correlation in 0,528. The quantitative analysis recommended that there were positif correlation between controlling and job efficiency. The value meant that the correlation between Controlling and Job Efficiency in AJB Bumiputera Pematang Siantar was strong enough.The determinan coefficient (R2) showed that the controlling could explained the job efficiency in 28,7 %. The result of this research showed that the hypothesis was approved.
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
HERAWATI SARAGIH (2009). Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisisensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar. Pembimbing : Dra. Lucy Anna, M.Si. Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara : Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE,M.Si. Penguji I : Dr. Prihatin Lumban Raja, SE, M.Si. Penguji II : Nisrul Irawati, SE, MBA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengawasan dan efisiensi kerja pada AJB Bumiputera Pematang Siantar. Data dari penelitian ini diperoleh dari observasi dan penyebaran kuesioner kepada target sample. Penelitian dilakukan pada 39 orang responden yang merupakan karyawan Asuransi Bumiputera.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis korelasi pearson. Pada persamaan korelasi, pengawasan sebagai variabel bebas, dan efisiensi sebagai variabel terikat.
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai koefisien korelasi pearson sebesar 0,528. Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif antara pengawasan dan efisiensi kerja. Nilai ini juga menunjukkan bahwa hubungan pengawasan dan efisiensi cukup kuat. Koefisien determinan (R2) bernilai 28,7 % yang menujukkan kemampuan variabel pengawasan dalam menjelaskan variabel efisiensi kerja.
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 13
7. Mengintegrasikan Pengendalian dan Strategi ... 24
8. Karakteristik Pengendalian yang Efektif ... 25
C. Efisiensi ... 29
1. Definisi Efisiensi Kerja ... 26
2. Sumber-Sumber Efisiensi Kerja ... 27
3. Syarat dicapainya Efisiensi Kerja ... 28
D. Hubungan Pengawasan dan Efisiensi Kerja... 29
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
B. Falsafah, Visi, dan Misi Perusahaan ... 32
1. Falsafah ... 32
2. Visi ... 32
3. Misi ... 32
C. Struktur Organisasi ... 33
D. Produk dan Pelayanan... 35
E. Sistem Pengawasan Kerja... 38
BAB IV ANALISIS A. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ... 40
1. Pengujian Validitas ... 40
2. Pengujian Reliabilitas ... 42
B. Analisis Deskriptif ... 43
1. Keadaan Responden ... 43
2. Analisis Variabel Pengawasan ... 44
3. Analisis Variabel Efisiensi Kerja ... 47
C. Analisis Kuantitatif ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Efisiensi kerja merupakan salah satu pendorong utama dalam kelancaran
bisnis dan manajemen. Hal ini tidak pernah terlepas dari kultur organisasi dan
kultur di dalam masyarakat tertentu. Efisiensi kerja merupakan gambaran bahwa
pengawasan berjalan dengan baik serta adanya kesadaran kerja dan modal kerja
untuk melakukan tugas yang sesuai dengan petunjuk yang diberikan pimpinan
(Hasibuan, 2006: 243).
Efisiensi kerja adalah bukti dilaksanakannya prosedur kerja sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk lebih menjamin terlaksananya prosedur kerja yang
baik, maka diadakan pengawasan. Fungsi pengawasan dapat dilakukan setiap saat,
baik pada aktivitas awal manejemen, selama proses manajemen berlangsung
maupun setelah berakhir untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian tujuan
suatu organisasi atau unit kerja. Dengan kata lain fungsi pengawasan harus
dilakukan terhadap perencanaan dan pelaksanaan untuk mengetahui sejauh mana
keunggulan perencanaan yang disusun dan diimplementasikan.
Pengawasan yang diterapkan umumnya terlalu ketat atau kurang fleksibel
sehingga menyebabkan para pegawai merasa tertekan. Hal ini dapat membuat
pegawai tidak dapat mengembangkan kreativitasnya dalam melakukan pekerjaan.
Pengawasan merupakan proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif lebih lanjut
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan yang akan terjadi,
sehingga hambatan tersebut dapat segera diantisipasi dan untuk menjaga efisiensi
kerja demi kelancaran operasi perusahaan. Sistem pengawasan yang sesuai
dengan kondisi dan keadaan perusahaan dapat meningkatkan efisiensi kerja
pegawai sehingga segala aktivitas perusahaan dapat berjalan dengan lancar.
Asuransi Bumiputera, sebagai salah satu perusahaan yang telah
membuktikan eksistensinya sejak tahun 1912, telah mengkaryakan sekitar 18.000
pekerja, melindungi lebih dari 9.7 juta jiwa rakyat Indonesia. Dengan jumlah yang
sebanyak itu, asuransi Bumiputera tentu perlu memperhatikan tingkat
pengawasan karyawannya mengingat jaringan kantornya yaitu sejumlah 576
kantor yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia.
Jumlah yang tidak sedikit ini menuntut para pimpinan di kantor
masing-masing cabang untuk mengembangkan suatu sistem pengawasan yang efektif agar
mampu meningkatkan efisiensi kerja. Dengan tercapainya efisiensi kerja,
Asuransi Bumiputera akan mampu mengelola sistem kerja karyawan dengan lebih
baik dan berorientasi pada pencapaian tujuan utama perusahaan.
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera sebagai perusahaan yang memberikan
jasa harus selalu menjalin komunikasi yang baik dengan para nasabahnya dan
megetahui keberadaan dan kondisi dari nasabah. Oleh karena itu Bumiputera
merekrut sejumlah karyawan yang sebagian besar ditempatkan sebagai agen.
Bumiputera cabang Pematang Siantar, menurut data intern perusahaan ,
mempekerjakan 57 orang karyawan. Mayoritas karyawan yaitu sebanyak 42 orang
merupakan karyawan dinas luar kota atau yang sering disebut dengan agen. Agen
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
menjaring nasabah dan membuat dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam
pembuatan polis asuransi. Agen Debet melakukan pengutipan atas pembayaran
premi dari nasabah dan melakukan pengecekan terhadap nasabah yang
bermasalah.
Para agen tidak memiliki ruang kerja khusus di kantor. Mereka bekerja di
luar kantor dan bekerja dengan jam kerja fleksibel. Jam kerja fleksibel merupakan
suatu jadwal kerja yang tidak standar, populer digunakan di berbagai perusahaan
karena dapat menurunkan tingkat ketidakhadiran karyawan, meningkatkan
semangat kerja karyawan serta memperbaiki hubungan karyawan-pimpinan ;
mendorong partisipasi karyawan yang tinggi dalam pengambilan keputusan,
pengendalian terhadap kerja, dan kebijakan ( Schuller, 1997: 167).
Jam kerja fleksibel ini tidak dipungkiri membuat perusahaan mengalami
kesulitan dalam mengawasi kegiatan para agen. Perusahaan memerlukan suatu
sistem pengawasan yang efektif untuk dapat diterapkan diperusahaan dengan
melihat kondisi kerja karyawan. Walaupun bekerja diluar kantor, para agen harus
selalu diawasi untuk melihat kinerja mereka. Hal ini dimaksudkan agar
perusahaan tidak membayar kompensasi secara sia-sia tanpa ada produktivitas
dari para agen. Sejauh ini sistem pengawasan yang diterapkan Bumiputera yaitu
melalui penentuan target produksi. Selebihnya pengawasan dilakukan secara
informal oleh atasan yaitu dengan memberikan teguran dan peringatan.
Pembayaran premi total pada Bumiputera Cabang Pematang Siantar tahun
2008 tidak mengalami permasalahan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari
perbandingan antara target dan realisasi produksi dari aktivitas para agen dan
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 1.1
Perbandingan Target dan Realisasi Produksi Bumiputera Cabang Pematang Siantar
Tahun 2008
BULAN
TARGET REALISASI RASIO
Polis Premi (Rp) Polis Premi (Rp) Polis Premi (Rp)
November 160 120.000.000 73 382.031.507 45,63% 318,36 %
Desember 160 120.000.000 90 1.599.348.650 56,25% 1021,05 %
Sumber : Unit Administrasi dan Keuangan Bumiputera Cab. Pematang Siantar
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa target produksi bulan Desember tercapai
dalam hitungan rupiah saja (berdasarkan pembayaran premi ). Pada kenyataannya
target jumlah polis yang diproduksi hanya mencapai 45,63 % pada bulan
November dan 56,25 pada bulan Desember.
Kinerja para agen secara individu juga sebenarnya menurun pada Bulan
Desember dibandingkan pada Bulan November. Evaluasi kerja para agen untuk
bulan November dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2
Evaluasi Kerja Para Agen Bumiputera Cab. Pematang Siantar Bulan November Tahun 2008
November
Sumber : Unit Administrasi dan Keuangan Bumiputera Cab. Pematang Siantar
Pada bulan Desember kinerja para agen mengalami penurunan apabila
dibandingkan dengan kinerja para agen pada bulan Desember tahun 2008.
Evaluasi kerja para agen untuk bulan November dapat dilihat pada Tabel 1.2
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 1.3
Evaluasi Kerja Para Agen Bumiputera Cab. Pematang Siantar Bulan Desember Tahun 2008
Keterangan
Sumber : Unit Administrasi dan Keuangan Bumiputera Cab. Pematang Siantar
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa pada bulan Desember terjadi penambahan
karyawan. Sementara Agen Produksi yang tidak berproduksi juga meningkat
pada yaitu sebanyak 3 orang pada bulan November dan sebanyak 16 orang pada
bulan Desember. Penambahan jumlah karyawan seharusnya mampu
meningkatkan produktivitas perusahaan lebih signifikan. Sebaliknya pada bulan
Desember terjadi penurunan kinerja yang ekstrim dari para Agen Produksi. Hal ini
mengindikasikan inefisiensi pemanfaatan sumber daya manusia. Walaupun target
pembayaran premi nasabah tercapai, namun hal ini memperlihatkan kinerja Agen
Produksi yang lebih rendah dibandingkan Agen Debet. Apabila masalah ini
dibiarkan berlarut-larut, maka hanya akan menambah biaya tenaga kerja dan pada
akhirnya akan mengurangi laba perusahaan.
Masalah ini tentu memerlukan perhatian khusus pihak perusahaan
terutama dalam proses pengawasan. Perusahaan memerlukan sistem pengawasan
yang lebih efektif untuk diterapkan pada situasi yang dialami perusahaan itu
sendiri.
Pelaksanaan pengawasan sangat penting terhadap pencapaian efisiensi
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
yaitu: “Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan
Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar.”
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah,
penulis merumuskan masalah sebagai berikut : Apakah pengawasan berhubungan
positif terhadap efisiensi kerja karyawan pada Asuransi Bumiputera Pematang
Siantar?
C. KERANGKA KONSEPTUAL
Pengawasan yang dilaksanakan di perusahaan bertujuan agar sumber daya
dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak terjadi pemborosan
yang dapat mengakibatkan kerugian. Didalam pengawasan terdapat
elemen-elemen, yaitu : metode dan sifat pengawasan (Siagian, 2003:114). Sedangkan
efisiensi kerja adalah pelaksanaan pekerjaan yang terbaik dengan membandingkan
output dengan input yang digunakan. Efisiensi disini adalah cara mengerjakannya,
biaya, waktu, beban, dan jaraknya ( Sedarmayanti, 2001:112).
Siagian (2003:113) menyatakan bahwa fungsi pengawasan harus
dilaksanakan seefektif mungkin karena pelaksanaan fungsi pengawasan dengan
baik akan memberikan sumbangan yang besar dalam meningkatkan efisiensi.
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual
Sumber : Siagian (2003), Sedarmayanti (2001), dimodifikasi Pengawasan (X)
- Metode - Sifat
Efisiensi Kerja (Y) - Waktu
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
D. HIPOTESIS
Berdasarkan perumusan masalah , penulis merumuskan hipotesis sebagai
berikut : Pengawasan Berhubungan Positif Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan
pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar.
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITAN
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengawasan
terhadap efisiensi kerja pegawai pada Asuransi Bumputera Pematangsiantar.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi perusahaan
Perusahaan diharapkan dapat mengetahui kendala yang dihadapi dan berusaha
mencari solusi untuk masalah yang berkaitan dengan pengawasan dan efisiensi
kerja.
b. Bagi penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan
teori-teori yang penulis terima di bangku perkuliahan serta menumbuhkembangkan
dan memantapkan sikap profesionalisme dalam memasuki dunia kerja sesuai
dengan profesinya nanti.
c. Bagi peneliti lain
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
F. METODE PENELITIAN
1. Batasan Operasional
Penelitian ini dibatasi hanya membahas pengaruh pengawasan terhadap
efisiensi kerja dimana pengawasan sebagai variabel bebas (independent variable)
dan efisiensi kerja sebagai variabel terikat (dependent variabel). Penelitian
dilakukan terhadap karyawan Asuransi Bumiputera cabang Pematangsiantar.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Pengawasan Sebagai Variabel Bebas (x)
Pengawasan adalah proses pemantauan aktivitas kerja karyawan untuk
menjaga perusahaan agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan dan
membuat koreksi jika diperlukan.
b. Efisiensi Kerja sebagai Variabel terikat (Y)
Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik atau rasionalitas antara hasil
yang diperoleh (output ) dengan kegiatan yang dilakukan serta sumber-sumber
dan waktu yang dipergunakan.
3. Pengukuran Variabel (Parameter Variabel)
Pengukuran variabel menggunakan itemized rating scale dimana dipilih
suatu jawaban dalam bentuk berurutan (Kuncoro, 2003:15). Dalam hubungan ini
akan ditentukan item-item yang relevan dengan apa yang ingin diketahui,
kemudian responden diminta untuk memberikan jawaban-jawaban yang paling
sesuai dengan pendapatnya. Masing-masing item jawaban diberi bobot tertentu.
Skor responden dijumlahkan dan jumlah ini merupakan total skor. Total skor
inilah yang akan ditafsirkan sebagai posisi responden dalam rating scale (skala
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 1.3.
Operasionalisasi Variabel
Variabel Indikator Skala
Pengawasan (X) a. metode yang digunakan baik langsung
Efisiensi kerja (Y) a. waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
rating scale
b. cara kerja, cara
mengerjakan dengan
memperhatikan kuantitas.
rating scale
Sumber : Siagian (2003), Sedarmayanti (2001), diolah penulis
Skala penilaian pada penelitian ini menggunakan 3 (tiga) tingkatan jawaban
sebagai berikut :
Jawaban A diberi skor : 3
Jawaban B diberi skor : 2
Jawaban C diberi skor : 1
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kantor Asuransi Bumiputera cabang
Pematang Siantar Jalan Letjend S.Parman no 3, dan dilaksanakan pada bulan
Oktober 2008 sampai dengan Februari 2009.
5. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Asuransi
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
b. Sampel
Penarikan sampel dilakukan dengan metode Judgement Sampling
(berdasarkan pertimbangan). Judgement Sampling merupakan tipe pengambilan
sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau penelitian
(Indiantoro, 2002:131). Maka penulis mengambil karyawan dinas luar AJB
Bumiputera Pematang Siantar sebanyak 42 orang sebagai sampel penelitian.
6. Jenis dan Sumber Data
Penelitian menggunakan dua jenis sumber data yakni:
a. Data Primer
Data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua
metode pengumpulan data original. Data primer diperoleh dengan
memberikan kuesioner dan wawancara kepada anggota populasi .
b. Data Sekunder
Data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data berupa buku-buku, laporan
perusahaan, dan literatur lainnya
7. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang dapat memberikan informasi
yang berkaitan dengan pengawasan dan efisiensi kerja yaitu kepada pimpinan
dan bagian administrasi dan keuangan.
b. Kuesioner
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
responden yaitu karyawan Asuransi Bumiputera Pematangsiantar.
c. Studi Dokumentasi
Mengumpulkan data dan informasi dari buku-buku, tulisan ilmiah, internet
dan literatur-literatur lainnya yang memiliki relevansi dengan penelitian.
8. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada instrumen penelitian dalam hal
ini adalah kuesioner untuk menguji apakah kuesioner layak digunakan sebagai
instrumen penelitian. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliable adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Uji validitas dan reliabilitas ini akan dilaksanakan
pada PT. Asuransi Jiwasraya Pematang Siantar Jl. Ahmad Yani No.83.
9. Teknik Analisis Data
a. Analisis Statistik Deskriptif
Metode ini digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang masalah yang
dihadapi.
b. Analisis Korelasi Pearson
Dalam penelitian ini penulis menganalisis data dengan memakai metode
pearson product moment coefficient of correlation (koefisien korelasi pearson).
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel
bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent). Korelasi dilambangkan
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Rumus Koefisien Korelasi Pearson:
{
2 2}{
2 2}
Apabila r = -1 artinya korelasi negatif
r = 0 artinya tidak ada korelasi
r = 1 artinya korelasi sangat kuat
Penelitian ini juga akan menguji data dengan beberapa tahap antara lain :
a. Uji Signifikansi (uji t)
Uji t merupakan pengujian dengan menggunakan kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut :
Ho : β = 0 (tidak ada hubungan pengawasan terhadap efisiensi kerja)
H1 : β ≠0 (ada hubungan pengawasan terhadap efisiensi kerja)
Kriteria pengambilan keputusan :
Ho diterima jika t hitung < t tabel = 5%
Ho ditolak jika t hitung >t tabel = 5%
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar
kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin besar
(mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X)
adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Sebaliknya jika R2 semakin kecil
(mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X)
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Harahap (2004) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja pada PT. SUNINDO VARIA MOTOR .
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pengawasan yang positif terhadap
efisiensi kerja dengan nilai koefisien korelasi r = 0.4049 . Selain itu hasil
penelitian Idris (2007) tentang Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja
Karyawan Pada PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) cabang medan juga
menyatakan hal yang sama yaitu ada pengaruh positif pengawasan terhadap
efisiensi kerja. Dari hasil perhitungan diketahui nilai koefisien korelasi r = 0,522.
B. Pengawasan
1. Definisi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen.
Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas
perusahaan agar target perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan
menilai apakah rencana yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai.
Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2001:242) mengemukakan hal
sebagai berikut :
“Controlling can be defined as the process of determining what is to be accomplished, that is the standard; what is being accomplished, that is the performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that is, in conformity with the standard.”
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
pelaksanaan dan melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai
dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
Menurut Henry Fayol dalam Harahap (2001: 10)mengartikan pengawasan
sebagai berikut:
“control consist in verifying whether everything occurs in conformity with the plan adopted, the instruction issued and principles established. It has objective to point out weaknesses and errors in order to rectify then prevent recurrance”.
Pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai
dengan rencana yang ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang
dianut. Juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kesalahan agar dapat
dihindari kejadiannya dikemudian hari.
Pengawasan adalah memantau aktivitas pekerjaan karyawan untuk
menjaga perusahaan agar tetap berjalan kearah pencapaian tujuan dan membuat
koreksi jika diperlukan (Siagian, 2003:30)
Pengawasan secara umum berarti pengendalian terhadap perencanaan
apakah sudah dilaksanakan sesuai tujuan atau penyimpangan dari tujuan yang
diinginkan. Jika terjadi penyimpangan, pihak manajemen yang terkait dalam
pengawasan harus memberikan petunjuk untuk melakukan perbaikan kerja, agar
standar perencanaan tidak jauh menyimpang dari hasil yang diperoleh pada saat
pelaksanaan.
2. Prinsip Pengawasan
Untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan yang efektif, perlu dipenuhi
beberapa prinsip pengawasan yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian
instruksi serta wewenang-wewenang kepada bawahan. Rencana merupakan
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
tersebut menjadi petunjuk apakah sesuatu pelaksanaan pekerjaan berhasil atau
tidak.
Pemberian instruksi dan wewenang dilakukan agar sistem pengawasan itu
memang benar-benar dilaksanakan secara efektif. Wewenang dan instruksi yang
jelas harus dapat diberikan kepada bawahan, karena berdasarkan itulah dapat
diketahui apakah bawahan sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas
dasar instruksi yang diberikan kepada bawahan maka dapat diawasi pekerjaan
seorang bawahan.
Sistem pengawasan akan efektif bilamana sistem pengawasan itu
memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem pengawasan itu tetap
dapat dipergunakan, meskipun terjadi perubahan terhadap rencana yang diluar
dugaan. Menurut Duncan dalam Harahap (2001:246) mengemukakan bahwa
beberapa sifat pengawasan yang efektif sebagai berikut :
a. Pengawasan harus dipahami sifat dan kegunaanya. Oleh karena itu harus
dikomunikasikan.
Masing-masing kegiatan membutuhkan sistem pengawasan tertentu yang
berlainan dengan sistem pengawasan bagi kegiatan lain. Sistem pengawasan untuk
bidang penjualan dan sistem untuk bidang keuangan akan berbeda. Oleh karena
itu sistem pengawasan harus dapat merefleksi sifat-sifat dan kebutuhan dari
kegiatan yang harus diawasi. Pengawasan dibidang penjualan umumnya tertuju
pada kuantitas penjualan, sementara pengawasan dibidang keuangan tertuju pada
penerimaan dan penggunaan dana.
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Titik berat pengawasan sesungguhnya berkisar pada manusia, sebab
manusia itulah yang melakukan kegiatan dalam badan usaha atau organisasi yang
bersangkutan. Karyawan merupakan aspek intern perusahaan yang
kegiatan-kegiatannya tergambar dalam pola organisasi, maka suatu sistem pengawasan
harus dapat memenuhi prinsip berdasarkan pola organisasi. Ini berarti bahwa
dengan suatu sistem pengawasan , penyimpangan yang terjadi dapat ditunjukkan
pada organisasi yang bersangkutan.
c. Pengawasan harus dapat mengidentifikasi masalah organisasi
Tujuan utama dari pengawasan ialah mengusahakan agar apa yang
direncanakan menjadi kenyataan. Oleh karena itu, agar sistem pengawasan
benar-benar efektif, artinya dapat merealisasi tujuannya, maka suatu sistem pengawasan
setidaknya harus dapat dengan segera mengidentifikasi kesalahan yang terjadi
dalam organisasi. Dengan adanya identifikasi masalah atau penyimpangan, maka
organisasi dapat segera mencari solusi agar keseluruhan kegiatan operasional
benar-benar dapat atau mendekati apa yang direncanakan sebelumnya.
d. Pengawasan harus fleksibel
Suatu sistem pengawasan adalah efektif, bilamana sistem pengawasan itu
memenuhi prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa pengawasan itu tetap dapat
dipergunakan, meskipun terjadi perubahan-perubahan terhadap rencana diluar
dugaan.
e. Pengawasan harus ekonomis
Sifat ekonomis dari suatu sistem pengawasan sungguh-sungguh
diperlukan. Tidak ada gunanya membuat sistem pengawasan yang mahal, bila
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
lebih murah. Sistem pengawasan yang dianut perusahaan-perusahaan besar tidak
perlu ditiru bila pengawasan itu tidak ekonomis bagi suatu perusahaan lain. Hal
yang perlu dipedomani adalah bagaimana membuat suatu sistem pengawasan
dengan benar-benar merealisasikan motif ekonomi.
Pengawasan yang efektif tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi. Tidak
ada satu sistem pengawasan yang berlaku untuk semua situasi dan semua
perusahaan.
3. Tujuan Pengawasan
Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan memerlukan
pengawasan agar perencanaan yang telah disusun dapat terlaksana dengan baik.
Pengawasan dikatakan sangat penting karena pada dasarnya manusia-
sebagai objek pengawasan- mempunyai sifat salah dan khilaf. Oleh karena itu
manusia dalam organisasi perlu diawasi, bukan mencari kesalahannya kemudian
menghukumnya, tetapi mendidik dan membimbingnya. Menurut Husaini
(2001:400) tujuan pengawasan adalah sebagai berikut :
1. menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, dan hambatan
2. mencegah terulang kembalinya kesalahan, penyimpangan, pemborosan,
dan hambatan
3. meningkatkan kelancaran operasi perusahaan
4. melakukan tindakan koreksi terhadap kesalahan yang dilakukan dalam
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Ricky W. Griffin mendeskripsikan tujuan pengendalian seperti Gambar 2.1.
berikut :
Gambar 2.1 : Tujuan Pengendalian Sumber : Griffin, 2004:163
1. Beradaptasi dengan perubahan lingkungan
Dalam lingkungan bisnis yang tidak stabil dan bergejolak dewasa ini, semua
organisasi harus menghadapi perubahan. Dalam rentang waktu antara penetapan
tujuan dan pencapaian tujuan, banyak kejadian dalam organisasi dan
lingkungannya yang dapat menuntun pergerakan kearah tujuan atau
menyimpangkan tujuan itu sendiri. Sistem pengawasan yang baik dapat
membantu para manajer mengantisipasi, memantau, dan merespon perubahan.
2. Membatasi akumulasi kesalahan
Kesalahan-kesalahan kecil umumnya tidak menimbulkan kerusakan serius pada
kinerja organisasi. Namun dari waktu ke waktu, kesalahan-kesalahan kecil dapat
terakumulasi dan berdampak serius. Oleh karena itu pengawasan diperlukan untuk
menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan kecil yang dapat berulang-ulang. Beradaptasi dengan
perubahan lingkungan
Membatasi akumulasi kesalahan
Pengendalian membantu organisasi
Mengatasi kompleksitas organisasi
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Dengan adanya pengawasan, manajer dapat melihat penyebab terjadinya
kesalahan dan dapat mengambil keputusan untuk bekerja lebih cermat.
3. Mengatasi kompleksitas organisasi
Jika perusahaan hanya menggunakan satu jenis bahan baku atau sumber daya,
membuat satu jenis produk atau jasa, memiliki desain organisasi yang sederhana,
dan mengalami permintaan produk yang konstan, maka para manajernya dapat
membuat sistem pengawasan yang minim dan sederhana. Tetapi apabila
perusahaan yang memproduksi produk dan jasa dengan memakai beragam bahan
baku dan sumber daya dan memiliki area pasar yang luas, desain organisasi yang
rumit, serta memiliki banyak pesaing memerlukan sistem yang canggih untuk
membuat pengawasan yang memadai.
4. Meminimisasi Biaya
Apabila dipraktekkan secara efektif, pengawasan juga dapat membantu
mengurangi biaya dan meningkatkan output.
4. Jenis Pengawasan
Hasibuan membedakan pengawasan atas beberapa jenis yaitu :
1. Pengendalian intern (Internal control)
Pengendalian intern adalah pengendalian yang dilakukan oleh seseorang
atasan kepada bawahannya. Cakupan dari pengendalian ini meliputi
hal-hal yang cukup luas, baik pelaksanaan tugas, prosedur kerja, kedisiplinan,
karyawan, dan lain-lain.
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Pengendalian ekstern adalah pengendalian yang dilakukan oleh pihak luar.
Pengendalian ekstern ini dapat dilakukan secara formal atau informal,
misalnya pemeriksaan pembukuan oleh kantor akuntan dan penilaian yang
dilakukan oleh masyarakat.
2. Pengendalian resmi (formal control)
Pengendalian resmi adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh instansi atau
pejabat resmi dan dapat dilakukan secara intern maupun ekstern. Misalnya
pemeriksaan yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
terhadap suatu instansi.
3. Pengendalian konsumen (informal control)
Pengendalian informal adalah penilaian yang dilakukan oleh masyarakat
atau konsumen, baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya melalui
media massa.
5. Proses Pengawasan
Sistem pengawasan organisasi memiliki 4 (empat) langkah fundamental
dalam setiap prosesnya (Griffin, 2004: 167). Langkah-langkah tersebut
diilustrasikan dalam Gambar 2.2 sebagai berikut :
Gambar 2.2.
Langkah-Langkah Dalam Proses Pengawasan
Menetapkan standar
Mengukur kinerja Membandingkan kinerja dengan
standar
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Sumber : Griffin, 2004 : 167
Masing-masing langkah ini akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Menetapkan Standar.
Control Standard adalah target yang menjadi acuan perbandingan untuk kinerja
dikemudian hari. Standar yang ditetapkan untuk tujuan pengawasan harus
diekspresikan dalam acuan yang dapat diukur. Strategi pengawasan harus
konsisten dengan tujuan organisasi. Dalam penentuan standar, diperlukan
pengidentifikasian indikator-indikator kinerja. Indikator kinerja adalah ukuran
kinerja yang menyediakan informasi yang berhubungan langsung dengan objek
yang diawasi.
Standar bagi hasil kerja karyawan pada umumnya terdapat pada rencana
keseluruhan maupun rencana-rencana bagian. Agar standar itu diketahui secara
benar oleh karyawan, maka standar tersebut harus dikemukakan dan dijelaskan
kepada karyawan sehingga karyawan akan memahami kemana kegiatannya
diarahkan dan tujuan apa yang sebenarnya ingin dicapai.
Mengukur Kinerja
Pengukuran kinerja adalah aktivitas konstan dan kontinu bagi sebagian
besar organisasi. Agar pengawasan berlangsung efektif, ukuran-ukuran kinerja Mempertahankan
status quo
Mengoreksi penyimpangan
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
harus valid. Kinerja karyawan biasanya diukur berbasis kuantitas dan kualitas
output, tetapi bagi banyak pekerjaan, pengukuran kinerja harus lebih mendetail.
2. Membandingkan Kinerja dengan Standar
Tahap ini dimaksudkan dengan membandingkan hasil pekerjaan karyawan
(actual result) dengan standar yang telah ditentukan. Hasil pekerjaan karyawan
dapat diketahui melalui laporan tertulis yang disusun karyawan, baik laporan rutin
maupun laporan khusus. Selain itu atasan dapat juga langsung mengunjungi
karyawan untuk menanyakan langsung hasil pekerjaan atau karyawan dipanggil
untuk menyampaikan laporannya secara lisan.
Kinerja dapat berada pada posisi lebih tinggi dari, lebih rendah dari, atau
sama dengan standar. Pada beberapa perusahaan, perbandingan dapat dilakukan
dengan mudah, misalnya dengan menetapkan standar penjualan produk mereka
berada pada urutan pertama di pasar. Standar ini jelas dan relatif mudah dihitung
untuk menentukan apakah standar telah dicapai atau belum. Namun dalam
beberapa kasus perbandingan ini dapat dilakukan dengan lebih detail. Jika kinerja
lebih rendah dibandingkan standar, maka seberapa besar penyimpangan ini dapat
ditoleransi sebelum tindakan korektif dilakukan.
3. Menentukan Kebutuhan Tindakan Korektif
Berbagai keputusan menyangkut tindakan korektif sangat bergantung pada
keahlian-keahlian analitis dan diagnotis manajer. Setelah membandingkan kinerja
dengan standar, manajer dapat memilih salah satu tindakan : mempertahankan
status quo (tidak melakukan apa-apa), mengoreksi penyimpangan, atau mengubah
standar. Tindakan perbaikan diartikan sebagai tindakan yang diambil untuk
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk melaksanakan tindakan
perbaikan, maka harus diketahui apa yang menyebabkan penyimpangan. Ada
beberapa sebab yang mungkin menimbulkan penyimpangan, yaitu :
1. kekurangan faktor produksi
2. tidak cakapnya pimpinan dalam mengorganisasi human resources dan
resources lainnya dalam lingkungan organisasi
3. sikap-sikap pegawai yang apatis dan sebagainya
Oleh karena itu, dalam proses pengawasan diperlukannya laporan yang dapat
menyesuaikan bentuk-bentuk penyimpangan kearah pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
6. Sifat dan Waktu Pengawasan
Menurut Hasibuan (2001 : 247) sifat dan waktu pengawasan terdiri dari :
1. Preventive controll, adalah pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan
dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam
pelaksanaannya.
Preventive controll ini dilakukan dengan cara :
a. menentukan proses pelaksanaan pekerjaan
b. membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
d. mengorganisasi segala macam kegiatan
e. menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility bagi
setiap individu karyawan
f. menetapkan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan
g. menetapkan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan
Preventive controll ini adalah pengendalian terbaik karena dilakukan sebelum
terjadi kesalahan.
2. Repressive Controll, adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi
kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan
kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
Repressive controll ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. membandingkan hasil dengan rencana
b. menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari
tindakan perbaikannya
c. memberikan penilaian terhadap pelaksanaannya, jika perlu dikenakan
sanksi hukuman kepadanya
d. menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
f. jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana melalui
training dan education.
3. Pengawasan saat proses dilaksanakan yaitu jika terjadi kesalahan langsung
diperbaiki.
4. pengawasan berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara berkala,
misalnya per bulan, per semeter, dan lain-lain.
5. pengawasan mendadak, adalah pengawasan yang dilakukan secara mendadak
untuk mengetahui apakah pelaksanaan atau peraturan-peraturan yang ada telah
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik. Pengawasan mendadak ini
sekali-sekali perlu dilakukan, supaya kedisiplinan karyawan tetatp terjaga
dengan baik.
6. Pengawasan melekat (waskat) adalah pengawasan yang dilakukan secara
integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan operasional
dilakukan.
7. Mengintegrasikan Pengendalian dengan Strategi
Pengendalian Strategik (strategic control) ditujukan untuk memastikan
bahwa organisasi tetap selaras dengan lingkungannnya dan tetap bergerak kearah
pencapaian tujuan-tujuan strategiknya. Pengendalian strategik secara umum
berfokus pada lima aspek organisasi yaitu struktur, kepemimpinan, teknologi,
sumber daya manusia, serta pengendalian informasi dan operasional. Dengan kata
lain, pengendalian strategik berfokus padasejauh mana strategi yang telah
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
8. Karakteristik Pengendalian yang Efektif
Pengendalian yang efektif akan sukses mengatur dan memantau aktivitas
organisasi. Griffin (2004: 182) menyatakan bahwa sistem pengendalian yang baik
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Integrasi Dengan Perencanaan
Pengendalian harus dikaitkan dengan perencanaa. Semakin eksplisit dan
akurat hubungan ini, semakin efektif sistem pengendalian. Cara terbaik untuk
mengintegrasikan perencanaan dan pengendalian adalah dengan
memperhitungkan pengendalian pada saat rencana dibuat. Dengan kata lain, saat
tujuan ditetapkan selama proses perencanaan, perhatian harus diberikan pada
pembahasan standar-standar yang akan mencerminkan seberapa baik rencana itu
terwujud.
2. Fleksibilitas
Sistem pengendalian itu sendiri harus cukup fleksibel utnuk
mengakomodasi perubahan.
3. Akurasi
Sistem pendelain harus berdasarkan informasi yang akurat. Hal ini akan
menjadikan sistem pengendalian tersebut layak untuk diterapkan di perusahaan
yang bersangkutan.
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Ketepatan waktu tidak berarti kecepatan. Ketepatan waktu
menggambarkan sebuah system pengendalian yang menyediakan informasi tepat
pada saat yang diperlukan.
5. Objektivitas
Sistem pengendalian harus menyediakan informasi yang seobjektif
mungkin. Hal ini dimaksudkan agar sistem pengendalian tersebut mampu untuk
mereflektir tujuan dari pembuatan sistem pengendalian itu sendiri.
C. Efisiensi Kerja
1. Definisi Efisiensi Kerja
Menurut Sedarmayanti (2001 : 112) efisiensi adalah perbandingan terbaik
atau rasionalitas antar hasil yang diperolehatau output dengan kegiatan yang
dilakukan serta sumber-sumber dan waktu yang dipergunakan atau input.
Perbandingan dilihat dari :
a. Segi hasil
Suatu pekerjaan disebut lebih efisien bila dengan usaha tersbut
memberikan hasil yang maksimal mengenai hasil pekerjaan tersebut.
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien bila suatu hasil tertentu tercapai
dengan usaha minimal. Usaha tersebut terdiri dari lima unsur yaitu :
pikiran, tenaga, waktu, ruang, dan benda (termasuk biaya).
M. Sinungan menyatakan bahwa efisensi kerja adalah perbandingan yang
paling harmonis antara pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang diperoleh
ditinjau dari segi waktu yang digunakan, dana yang dikeluarkan, serta tempat
yang dipakai.
Secara umum efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu
usaha dengan hasil yang dicapai. Efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik
antara suatu pekerjaan yang dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan
itu sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya.
2. Sumber-Sumber Efisiensi Kerja
Menurut Sedarmayanti (2001:118) sumber utama efisiensi kerja adalah
manusia. Karena akal, pikiran, dan pengetahuan yang ada, manusia mapau
menciptakan cara kerja yang efisien. Unsur efisensi yang melekat pada manusia
adalah :
a. Kesadaran
Kesadaran manusia akan sesuatu merupakan modal utama bagi
keberhasilannya. Dalam hal efisiensi ini, kesadaran akan arti dan makna
efisiensi akan banyak membantu usaha pencapaian efisiensi itu sendiri.
Efisiensi sesungguhnya berkaitan erat dengan tingkah laku dan sikap hidup
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
pada perbuatan yang efisien atau sebaliknya. Dengan adanya kesadaran,
seseorang akan terdorong untuk membangkitkan semangat atau kehendak
untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang disadarinya dalam
hal ini yang diamksudakan adalah efisiensi.
b. Keahlian
Sesuatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya
hasilnya akan lebih baik dan cendenrung lebih cepat daripada dikerjakan
oleh yang bukan ahlinya. Hal ini berarti unsur keahlian yang juga melekat
pada manusia merupakan bagian yang menjadi sumber efisiensi. Keahlian
manusia dicapai bila ada pelatihan yang mendukung pekerjaan tersebut.
Sehingga apabila suatu pekerjaan difasilitasi dengan suatu peralatan, maka
peralatan tersebut menunjang pencapaian efisiensi kerja. Peralatan
disediakan dengan maksud agar pekerjaan lebih mudah dikerjakan dan
lebih cepat penyelesaiannya. Penyediaan peralatan atau fasilitas kerja yang
tidak disertai dengan keahlian penggunanya malah akan menjadikan
sumber biaya yang tidak bermanfaat.
c. Disiplin
Kedua unsur yang telah diuraikan sebelumnya tidak akan menjamin hasil
kerja yang baik dan efisien jika tidak disertai dengan unsur disiplin. Oleh
karena itu dalam efisiensi diperlukan standar yang akan menjadi penunjuk
arah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sehingga keseluruhan
sumber daya berada dalam satu aturan yang jelas, tidak menyimpang dari
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
3. Syarat Dapat Dicapainya Efisiensi Kerja
Adapun syarat-syarat agar tercapainya efisiensi kerja adalah sebagai
berikut :
a. Berhasil guna atau efektif
b. Ekonomis
c. Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggung jawabkan
d. Pembagian kerja yang nyata
e. Prosedur kerja yang praktis
Dalam dunis bisnes terkadang terjadi kerancuan antara efisiensi dengan
produktivitas. Efisiensi berarti mengahsilkan produk yang berkualitas
tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkion. Akan tetapi harus
dipertimbagkan apakah produk tersebut dibutuhkan. Efektivitas, efisiensi,
dan produktivitas ditentukan secara bersama.
D. Hubungan pengawasan dan efisiensi kerja
Banyak cara yang dapat dilakukan dan harus ditempuh untuk
meningkatkan efisiensi kerja dalam suatu perusahaan. Efisiensi dapat ditingkatkan
dengan rencana yang baik. Peningkatan efisiensi dapat tercapai apabila tidak
terjadi kesimpangsiuran tanggung jawab dan wewenang. Dalam organisasi harus
terdapat pendelegasian wewenang yang dapat mendorong karyawan untuk bekerja
lebih efisien, jujur, dan loyal. Salah satu sasaran pokok manajemen dalam
menjalankan kegiatan pada suatu organisasi adalah mencapai efisiensi yang
semaksimalnya. Seperti yang dikemukakan oleh Siagian (2003 : 113) bahwa
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
pelaksanaan fungsi pengawasan yang baik akan memberikan sumbangan yang
besar pula dalam meningkatkan efisiensi.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Berdirinya Bumiputera
Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M. Ng.
Dwidjosewojo - Sekretaris Persatuan Guru-guru Hindia Belanda (PGHB)
sekaligus Sekretaris I Pengurus Besar Budi Utomo. Dwidjosewojo menggagas
pendirian perusahaan asuransi karena didorong oleh keprihatinan mendalam
terhadap nasib para guru bumiputera (pribumi). Dwidjosewojo mencetuskan
gagasannya pertama kali di Kongres Budi Utomo, tahun 1910. Dan kemudian
terealisasi menjadi badan usaha - sebagai salah satu keputusan Kongres pertama
PGHB di Magelang, 12 Februari 1912.
M. Ng. Dwidjosewojo yang bertindak sebagai Presiden Komisaris, juga
ditunjuk M.K.H. Soebroto sebagai Direktur, dan M. Adimidjojo sebagai
Bendahara. Ketiga orang iniah yang kemudian dikenal sebagai "tiga serangkai"
pendiri Bumiputera, sekaligus peletak batu pertama industri asuransi nasional
Indonesia.
Bumiputera menganut sistem kepemilikan dan kepenguasaan yang unik,
yakni bentuk badan usaha "mutual" atau "usaha bersama" sejak awal pendiriannya
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
kepemilikannya hanya oleh pemodal tertentu. Semua pemegang polis adalah
pemilik perusahaan - yang mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan
Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya perusahaan. Asas
mutualisme ini, yang kemudian dipadukan dengan idealisme dan profesionalisme
pengelolanya, merupakan kekuatan utama Bumiputera hingga hari ini.
Perjalanan Bumiputera yang semula bernama Onderlinge
Levensverzekering Maatschappij PGHB (O.L. Mij. PGHB) kini mencapai 9
dasawarsa. Sejarah Bumiputera sekaligus mencatat perjalanan Bangsa Indonesia.
Termasuk, misalnya, peristiwa sanering mata uang rupiah di tahun 1965 - yang
memangkas asset perusahaan ini; dan bencana paling hangat - multikrisis di
penghujung millenium kedua. Bumiputera juga menyaksikan tumbuh,
berkembang, dan tumbangnya perusahaan sejenis yang tidak sanggup menghadapi
ujian zaman. Semua ini menjadi cermin berharga dari lingkungan yang menjadi
bagian dari proses pembelajaran untuk upaya mempertahankan keberlangsungan.
Bumiputera yang memperjakan sekitar 18.000 pekerja pada saat
memasuki millenium ketiga,, melindungi lebih dari 9.7 juta jiwa rakyat Indonesia,
memiliki jaringan kantor sebanyak 576 di seluruh pelosok Indonesia; tengah
berada di tengah pencapaian baru industri asuransi Indonesia. Sejumlah
perusahaan asing menyerbu dan masuk menggarap pasar domestik. Mereka
menjadi rekan sepermainan yang ikut meramaikan dan bersama-sama
membesarkan industri yang dirintis oleh pendiri Bumiputera, 91 tahun lampau.
Iklim kompetisi ini meniupkan semangat baru bagi Bumiputera karena
makin menegaskan perlunya komitmen, kerja keras, dan profesionalisme. Namun
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
seabad, menjadikan Bumiputera bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah di
negeri sendiri, menjadi asuransi Bangsa Indonesia - sebagaimana visi awal
pendirinya. Bumiputera ingin senantiasa berada di benak dan di hati rakyat
Indonesia.
B. Falsafah, Visi dan Misi Perusahaan
1. Falsafah
Sebagai perusahaan perjuangan, Bumiputera memiliki falsafah sebagai
berikut:
a. Idealisme
Senantiasa memelihara nilai-nilai kejuangan dalam mengangkat
kemartabatan anak bangsa sesuai sejarah pendirian Bumiputera sebagai
perusahaan perjuangan.
b. Kebersamaan
Mengedepankan sistem kebersamaan dalam pengelolaan perusahaan
dengan memberdayakan potensi komunitas Bumiputera dari, oleh dan
untuk komunitas Bumiputera sebagai manifestasi perusahaan rakyat.
c. Profesionalisme
Memiliki komitmen dalam pengelolaan perusahaan dengan
mengedepankan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) dan senantiasa berusaha menyesuaikan diri terhadap tuntutan
perubahan lingkungan.
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Kepala Cabang
Supervisor Supervisor Supervisor
Ka. Unit Adm & Keuangan
Kasir Peg. Adm Peg. Adm
Agen produksi Agen debet AJB Bumiputera 1912 menjadi perusahaan asuransi jiwa nasional yang
kuat, modern dan menguntungkan didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM)
profesional yang menjunjung tinggi nilai-nilai idialisme serta mutualisme.
3. Misi
Menjadikan Bumiputera senantiasa berada di benak dan di hati masyarakat
Indonesia, dengan:
a. Menyediakan pelayanan dan produk jasa asuransi jiwa berkualitas sebagai
wujud partisipasi dalam pembangunan nasional melalui peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
b. Menyelenggarakan berbagai pendidikan dan pelatihan untuk menjamin
pertumbuhan kompetensi karyawan, peningkatan produktivitas dan
peningkatan kesejahteraan, dalam kerangka peningkatan kualitas
pelayanan perusahaan kepada pemegang polis.
c. Mendorong terciptanya iklim kerja yang motivatif dan inovatif untuk
mendorong proses bisnis internal perusahaan yang efektif dan efisien.
C. Struktur Organisasi
Struktur organisasi AJB Bumiputera cabang Pematang Siantar dapat
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 3.1. Struktur Organisasi Bumiputera Cabang Pematang Siantar Sumber : Unit Administrasi dan Keuangan Bumiputera Cab. Pematang Siantar
a. Kepala Cabang
Kepala cabang bertanggung jawab sepenuhnya atas aktivitas Bumiputera
cabang Pematang Siantar serta memimpin karyawan kantor cabang. Kepala
cabang menentukan setiap pengambilan keputusan pada kantor cabang,
mendelegasikan keputusan dari pusat serta mengirimkan laporan ke kantor pusat.
b. Ka. Unit Administrasi dan Keuangan
Unit Administrasi dan keuangan merupakan staf kantor cabang yang
melayani kebutuhan nasabah. Memberikan informasi yang berkaitan dengan
produk dan pelayanan konsultasi asuransi, serta menjalakan seluruh adiministrasi
kantor.
c. Kasir
Kasir melayani pembayaran premi dan pencairan atas pengajuan klaim
nasabah.
d. Pegawai Administrasi
Mengerjakan pekerjaan yang berkaitan dengan administrasi kantor dan
membantu Ka.Unit Administrasi.
e. Supervisor
Mengawasi kegiatan para agen serta memberikan laporan kepada Kepala
Cabang dan Ka. Unit Administrasi dan Keuangan.
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
Agen Produksi bertugas untuk menjaring nasabah baru dan menjalin
komunikasi dengan nasabahyang lama.
g. Agen Debet
Agen Debet bertugas untuk melakukan pengutipan pembayaran premi serta
menangani pembayaran premi yang bermasalah (menunggak).
D. Produk dan Pelayanan
Secara garis besar, produk AJB Bumiputera di bagi menjadi 3 (tiga)
bagian, yaitu :
1. Asuransi Perorangan
2. Asuransi Kumpulan, dan
3. Asuransi Syariah
Asuransi perorangan merupakan produk asuransi yang ditujukan kepada
individu. Asuransi perorangan ini memiliki beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
a. Asuransi Jiwa Mitra Oetama
Pada jenis asuransi ini nasabah akan mendaptkan tabungan, perlindungan
jiwa, dan biaya rawat inap dirumah sakit sekaligus. Mitra Oetama ditawarkan
dalam mata uang US Dollar. Pada akhir kontrak, akumulasi premi akan menjelma
menjadi tabungan.
b. Asuransi Jiwa Mitra Sejati
Pada program Asuransi Mitra Sejati, nasabah akan mendapatkan proteksi
jika sewaktu-waktu nasabah tidak sanggup lagi menghasilkan nilai ekonomi.
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
polis meninggal dunia. Mitra Sejati yang dipasarkan dalam valuta US Dollar,
menjanjikan, pertanggungan resiko sebesar 100% dari nilai pertanggungan kecuali
jika nasabah meninggal pada masa observasi polis.
c. Asuransi Jiwa Mitra Permata
Pada program asuransi ini nasabah akan mendapatkan perlindungan manfaat
tabungan dengan nilai investasi.
d. Asuransi Jiwa Mitra Sehat
Mitra Sehat dirancang khusus bagi nasabah yang karena gangguan kesehatan
harus menjalani perawatan kesehatan namun ingin tetap produktif. Program ini
tidak hanya menyiapkan dana rawat inap di rumah sakit, tetapi sekaligus memberi
kesempatan kepada nasabah untuk mendapatkan hasil investasi yang kompetitif
dari pengembangan dana premi asuransi yang dibayarkan.
e. Mitra Pelangi
Mitra Pelangi memenuhi kebutuhan mendasar dari sebuah program asuransi
yaitu mendapatkan perlindungan selama program berlangsung, dan menyiapkan
warisan jika sewaktu-waktu nasabah meningggal dunia. Program ini juga
menawarkan bonus menarik sejak tahun pertma keikutsertaan, dan empat pilihan
manfaat tambahan yang diadaptasi sesuai dengan kebutuhan dan kesanggupan
financial masing-masing.
f. Mitra Melati
Mitra Melati merupakan perpaduan antara kebutuhan proteksi dan tabungan/
investasi. Selain mendapatkan perlindungan, mitra melati juga memberikan return
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
g. Mitra Cerdas
Mitra Cerdas dirancang untuk mengembangkan dana yang akan dialokasikan
untuk pendidikan.. selain itu progam ini menawarkan proteksi dan tabungan.
h. Mitra Beasiswa
Melalui program ini anak nasabah akan secara teratur akan menerima dana
kelangsungan belajar sesuai dengan jenjang pendidikannya. Selain itu anak juga
mendapatkan perlindungandengan tetap menerima beasiswa bahkan ketika
orangtua, sebagai nasabah, meninggal dunia.
Produk Asuransi Syariah terdiri atas :
a. Mitra Mabrur
Program asuransi yang menggabungkan unsur tabungan dan perlindungan
asuransi. Serta ditujukan untuk melaksanakan niat suci anda, menunaikan
ibadah haji.
b. Mitra Sakinah
Asuransi yang merupakan gabungan antara unsur tabungan dan tolong
menolong dalam menanggulangi musibah kematian, dengan masa
pembayaran premi 3 (tiga) tahun lebih pendek dari masa asuransinya.
c. Mitra Iqra
Program asuransi pendidikan yang menjamin biaya sekolah anak mulai
dari Tanam Kanak Kanak sampai Perguruan Tinggi. Mitra Iqra merupakan
gabungan antara tabungan dan tolong menolong dalam menanggulangi musibah
kematian.
Perusahaan memfokuskan pada sejumlah kebijakan utama agar perusahaan
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
menguntungkan, fokus pada upaya-upaya perbaikan internal guna meningkatkan
kualitas bisnis dan daya saing, serta fokus pada pengelolaan risiko asuransi jiwa
untuk meminimalkan risiko kerugian perusahaan dan upaya menuju tata kelola
perusahaan yang baik.
Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 merupakan satu-satunya
perusahaan di Indonesia yang berbentuk Usaha Bersama atau Mutual
(bukan Perseroan Terbatas) di mana pemegang polis adalah pemilik perusahaan.
Sebagai perusahaan mutual menerbitkan jenis polis dengan hak pembagian laba
(participating policy) di mana pemegang polis memperoleh surplus dari
perusahaan.
E. Sistem Pengawasan Kerja
AJB Bumiputera memiliki sistem pengawasan kerja yang cukup fleksibel.
Terutama manyangkut jadwal kerja para karyawan dinas luar atau yang biasa
disebut dengan agen. Dengan jadwal kerja ini diharapkan para agen mampu
memberikan kontribusi yang terbaik mengingat intentasitas kerja para agen
memang sebagian besar berada diluar kantor. Namun hal ini dikembalikan kepada
para agen dilapangan. Apakah mereka memiliki kesadaran yang cukup untuk
memahami fleksibilitas yang diberikan atasannya. Sejauh ini para supervisor
hanya mengawasi karyawan berdasarkan pencapaian target/ standar kerja.
Selebihnya diserahkan kepada para agen untuk bekerja sesuai dengan tuntutan
jabatannya.
Para pimpinan sebenarnya telah mensosialisasikan pentingnya efisiensi
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
hari jadi AJB Bumiputera ke 97 pada 12 Februari 2009, AJB Bumiputera
mengusung tema “Maksimalisasi profit melalui peningkatan produktivitas,
efisiensi dan profesionalitas SDM”. Hal ini manunjukkan bahwa perusahaan
memberikan perhatian khusus terhadap kinerja SDM yang telah terbukti
perpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
AJB Bumiputera 1912 juga mencanangkan program efesiensi dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Misalnya untuk penyebaran informasi dan administrasi surat
menyurat, kini menggunakan e-mail. Langkah ini diharapkan meminimalisir
pengeluaran serta meningkatkan profit di tengah kondisi perekonomian yang
belum stabil. Para pimpinan mengakui bahwa pemanfaatan teknologi informasi
akan menghasilkan pelayanan makin cepat.
Program tersebut merupakan , bagian dari pencanangan program tahun 2009.
Program lainnya katakan dengan e-mail dan pemilihan Duta Bumiputera. Program
katakan dengan e-mail mencakup penyediaan SMS centre, ucapan selamat
ulangtahun, peringatan jatuh tempo, serta melayani pertanyaan nasabah/pemegang
polis. Layanan ini dimulai pada Februari.
Program pemanfaatan teknologi informasi searah dengan tema perayaan
ulang tahun AJB Bumiputera ke-97 tahun ini, yakni menuju tahun maksimalisasi
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penyajian data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dilapangan
akan diuraikan dalam bab IV ini. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
adalah kuesioner. Jumlah pertanyaan yaitu 20 pertanyaan yang terdiri dari 10
pertanyaan untuk variabel X (pengawasan) dan 10 pertanyaan untuk variabel Y
(efisiensi kerja). Tujuan dari penelitian ini tergambar dalam kuesioner yang
disebarkan kepada responden yang berisikan pertanyaan mengenai hubungan
pengawasan dengan efisiensi kerja pada AJB Bumiputera. Pada proses
pengumpulan data, jumlah yang disebarkan sebanyak 42 kuesioner. Namun
jawaban yang diterima adalah sebanyak 39 kuesioner. Hal ini disebabkan karena
responden tidak mengembalikan kuesioner. Berikut ini hasil pengolahan data
berdasarkan jawaban responden.
A. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
1. Pengujian Validitas Kuesioner
Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan setiap butir
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
variabel penelitian . Agar memiliki tingkat validitas yang tinggi, maka setiap
variabel yang digunakan harus diuji kecermatannya. Metode yang digunakan
adalah dengan membandingkan antara nilai korelasi dan rhitung dari variabel
penelitian dengan rtabel didasarkan pada derajat keyakinan tertentu. Uji validitas
dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Jika rhitung positif dan rhitung > rtabel maka butir pertanyaan itu valid
2. Jika rhitung negatif dan rhitung < rtabel maka butir pertanyaan itu tidak valid
3. rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation
Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan
kepada 30 orang diluar responden. Nilai tabel r dengan ketentuan bahwa data
dinyatakan valid apabila rhitung > rtabel (Situmorang, 2008:44). Untuk data yang
berjumlah 30 maka rtabel adalah sebesar 0,361. Hasil dari uji validitas kuesioner
dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut
Tabel 4.1.
Validitas Instrumen Penelitian
Corrected
Item-Total Correlation r table Validitas
Herawati Saragih : Analisis Hubungan Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada Asuransi Bumiputera Cabang Pematang Siantar, 2009.
USU Repository © 2009
V20 .707 0.361 Valid Sumber : Hasil Penelitian,2009 (data diolah)
Corrected item total merupakan korelasi antara skor item dengan skor total
item yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Pada Tabel 4.1
nilai rhitung > rtabel untuk keseluruhan item pertanyaan. Maka dapat disimpulkan
bahwa seluruh butir pertanyaan adalah valid. Valid berarti bahwa penggunaan
kuesioner sebagai instrumen penelitian dapat menghasilkan data yang dibutuhkan
untuk mengetahui hasil penelitian.
2. Pengujian Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal-hal yang berkaitan dengan variabel.
Penentuan reliabilitas atau tidaknya suatu data, berdasarkan ketentuan
berikut :
1. Jika Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali dalam Situmorang et al,2008)
maka pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel
2. Jika Cronbach Alpha < 0,60 (Ghozali dalam Situmorang et al,2008)
maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak reliabel.
Reliabilitas data berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS
disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2.
Reliabilitas Instrumen Penelitian
Cronbach Alpha Ghozali reliabilitas