• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa oleifera) sebagai Koagulan pada Proses Koagulasi/Flokulasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa oleifera) sebagai Koagulan pada Proses Koagulasi/Flokulasi"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Pemanfaatan Biji Kelor (Moringa oleifera) sebagai Koagulan pada

Proses Koagulasi/Flokulasi dan Sedimentasi Limbah Cair Industri

Pencucian Jeans.

Khairul Amdani

Program Pasca Sarjana

Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Akhir-akhir ini, keragaman hayati yang dimiliki Indonesia mulai mengalami erosi akibat perusakan habitat, eksploitasi spesies flora dan fauna secara berlebihan secta penyeragaman varietas tanaman dan ras hewan budidaya. Sementara itu, industri pencucian jeans mengalami pukulan berat akibat naiknya harga-harga seperti bahan bakar minyak, tarif dasar listrik dan bahan-bahan kimia, termasuk bahan kimia pengolah limbah. Oleh sebab itu, perlu diadakan suatu penelitian untuk mendapatkan bahan pengolah limbah yang lebih ekonomis/murah yang berasal dari sumberdaya hayati yang ada di Indonesia, seperti biji kelor (Moringa oleifera).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; kemampuan koagulan biji kelor dalam menurunkan turbiditas limbah cair industri pencucian jeans pada proses koagulasi/flokulasi, dosis optimum koagulan pada proses tersebut, pengaruh waktu sedimentasi dan kedalaman kolum sedimentasi terhadap turbiditas tersisihkan pada proses sedimentasi dan bentuk grafik profil pengendapan limbah cair industri pencucian jeans yang dikoagulasi/flokulasi dengan koagulan biji kelor.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2003 hingga Januari 2004 pada Laboratorium Proses Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Sampel yang digunakan adalah limbah cair industri pencucian jeans. Untuk membuat koagulan biji kelor, 5 gram tepung biji kelor dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Penelitian pemanfaatan biji kelor sebagai koagulan pada proses koagulasi/flokulasi dilaksanakan sesuai dengan cara kerja alat jar test dan proses sedimentasi dilaksanakan dalam kondisi batch pada kolum sedimentasi laboratorium.

Hasil percobaan pengaruh pH koagulasi terhadap turbiditas limbah cair industri pencucian jeans pada proses koagulasi/flokulasi menunjukkan bahwa pada penggunaan koagulan biji kelor, pH koagulasi berpengaruh sangat nyata terhadap turbiditas tersisihkan limbah cair, pH optimum koagulasinya adalah 3 (tiga) dengan turbiditas tersisihkan 83,08% (dengan tawas, pH optimum adalah 6 dan turbiditas tersisihkan adalah 84,95%).

Hasil percobaan pengaruh dosis koagulan terhadap turbiditas limbah cair industri pencucian jeans pada proses koagulasi/flokulasi menunjukkan bahwa, dosis koagulan biji kelor berpengaruh sangat nyata terhadap turbiditas tersisihkan limbah cair tersebut, dosis optimumnya adalah 120 mg/250 mL atau 480 mg/L dengan turbiditas tersisihkan 92,21 % (tawas, dosis optimumnya adalah 60 mg/250 mL atau 240 mg/L dengan turbiditas tersisihkan 94,25%).

Hasil percobaan pengaruh waktu sedimentasi terhadap turbiditas tersisihkan limbah cair industri pencucian jeans pada proses sedimentasi menunjukkan bahwa untuk ketiga kedalaman titik uji (30 cm, 90 cm dan 150 cm), waktu sedimentasi dari limbah cair yang dikoagulasi/flokulasi dengan biji kelor pada pH dan dosis optimum, berpengaruh sangat nyata terhadap turbiditas tersisihkan.

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

(2)

Pada kedalaman titik uji 30 cm; 60 menit pertama dari waktu sedimentasi, rata-rata 70,21 % turbiditas dari sampel limbah cair dapat disisihkan. (dengan tawas, adalah 71,99%); di atas 120 menit, persen turbiditas tersisihkan dari sampel yang dikoagulasi/flokulasi dengan biji kelor berada di atas persen turbiditas tersisihkan dari sampel yang dikoagulasi/flokulasi dengan tawas; menit ke 150, turbiditas tersisihkan mencapai rata-rata 81,17% (dengan tawas, adalah 78,90%).

Pada kedalaman titik uji 90 cm; 60 menit pertama dari waktu sedimentasi, rata-rata 53,02% turbiditas dari sampellimbah cair dapat disisihkan (dengan tawas, adalah 65,43%); di atas 105 menit, persen turbiditas tersisihkan dari sampel yang dikoagulasi/flokulasi dengan biji kelor berada di atas persen turbiditas tersisihkan dari sampel yang dikoagulasi/flokulasi dengan tawas; menit ke 150, turbiditas tersisihkan mencapai rata-rata 78,30% (dengan tawas, adalah 76,06%).

Pada kedalaman titik uji 150 cm; 60 menit pertama dari waktu sedimentasi, rata-rata 41,17% turbiditas dari sampel limbah cair telah dapat disisihkan (dengan tawas, adalah 62,23%); di atas 105 menit, persen turbiditas tersisihkan dari sampel yang dikoagulasi/flokulasi dengan biji kelor berada di atas persen turbiditas tersisihkan dari sampel yang dikoagulasi/flokulasi dengan tawas; menit ke 150, turbiditas tersisihkan mencapai rata-rata 73,44% (dengan tawas, adalah 66,13%).

Untuk ke tiga kedalaman titik uji (30 cm, 90 cm dan 150 cm) dan waktu sedimentasi hingga 150 menit; semakin lama waktu sedimentasi dari sampel yang dikoagulasi/flokulasi dengan biji kelor, semakin besar turbiditas tersisihkan; dan semakin besar kedalaman kolum, semakin kecil turbiditas tersisihkan untuk waktu sedimentasi yang sama.

Bentuk grafik profil pengendapan limbah cair industri pencucian jeans yang dikoagulasi/flokulasi dengan biji kelor pada pH dan dosis optimum, mirip dengan bentuk grafik profil pengendapan limbah cair yang dikoagulasi/flokulasi dengan tawas yang juga pada pH dan dosis optimum. Namun, waktu penahanan (detention time) dari limbah cair yang dikoagulasi/flokulasi dengan biji kelor untuk persen turbiditas tersisihkan dan kedalaman kolum sedimentasi yang sama, cenderung lebih besar dari pada yang dikoagulasi dengan menggunakan koagulan tawas.

Kata kunci: Kelor, pH, dosis, turbiditas, waktu, koagulasi/flokulasi, sedimentasi,

limbah cair, pencucian jeans.

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

Referensi

Dokumen terkait

Adapun hasil dari penelitian pengembangan ini adalah sebuah produk multimedia interaktif IPA untuk SMP kelas VII semester II dimana proses rancang bangun yang

Diagnosis AR dilakukan dengan pemeriksaan dan assesment pada pasien yaitu bengkak yang disertai nyeri pada sendi 3 atau lebih, adanya keikutsertaan sendi metakarpal atau

Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang berafiliasi dengan Muhammadiyah yang bisa menjadi teladan dalam

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu dosis optimum koagulan biji kelor adalah 5 gram/500 mL

Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013:81) menjelaskan bahwa pengembangan Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi

Marjin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku buah rambutan per kilogram, tiap pengolahan 1 kg buah rambutan menjadi bolu rambutan

Agar penelitian ini lebih sempurna lagi, penulis menyarankan untuk dikembangkan lagi dengan menggunakan sensor yang lebih canggih, yang dapat mendeteksi sampah yang

[r]