PENGARUH KEMAMPUAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
(Di Sekretariat Daerah Kabupaten Nias)
D I S U S U N
O l e h :
Nama : Vebri Linalse Telaumbanua
NIM : 03 0903 010
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
H ALAMAN PERSETU J U AN
SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERBANYAK DAN DIPERTAHANKAN OLEH :
NAMA : VEBRI LINALSE TELAUMBANUA NIM : 03 0903 010
DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JUDUL : PENGARUH KEMAMPUAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PELAKSANAAN OTONOMI
DAERAH
MEDAN, DESEMBER 2007 KETUA DEPARTEMEN
DOSEN PEMBIMBING ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Dra. NURLELA KETAREN, M.SP
NIP. 131 124 049 NIP. 131 568 391
DRS. MARLON SIHOMBING, MA
DEKAN F I S I P – U S U
NIP. 131 757 010
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
H ALAMAN P EN GES AH AN
SKRIPSI INI TELAH DIPERTAHANKAN DIDEPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK OLEH :
NAMA : VEBRI LINALSE TELAUMBANUA NIM : 03 0903 010
DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
JUDUL : PENGARUH KEMAMPUAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH
YANG DILAKSANAKAN PADA : HARI : SABTU
TANGGAL : 15 DESEMBER 2007 PUKUL : 08.00 WIB – 09.30 WIB
TEMPAT : RUANG SIDANG FISIP – USU
PAN ITIA PEN GU J I
KETUA : Drs. ALWI HASYM, MSI ( )
ANGGOTA 1 : Dra. NURLELA KETAREN, MSP ( )
KATA PENGANTAR
Puji syukur, Hormat dan Kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus
Kristus, Allah yang hidup, oleh karena berkat anugerah dan perkenanNya saja
skripsi ini dapat diselesaikan. Topik yang diangkat dalam penelitian ini adalah
Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Terhadap Pelaksanaan
Otonomi Daerah. Hal ini cukup menarik bagi penulis karena dalam
melaksanakan otonomi daerah dibutuhkan kemampuan aparatur yang
memadai dan potensial tanpa menunggu petunjuk dari pemerintah mengenai
apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan otonomi daerah, namun jika
melihat kondisi dan kesiapan aparatur Pemerintah Daerah diberbagai daerah
ada indikasi yang mengkhawatirkan bahwa belum optimalnya kesiapan
aparatur Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah, selain itu
melihat karakteristik Kabupaten Nias yang unik yakni merupakan daerah
kepulauan yang memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 27 pulau, sehingga
dalam pelaksanaan otonomi daerahnya disesuaikan dengan bentuk dan potensi
daerahnya membuat penulis semakin tertarik dengan topik ini.
Dari awal penulisan hingga penyelesaian skripsi ini, banyak kesulitan
dan masalah-masalah yang dijumpai oleh penulis. Kesulitan-kesulitan tersebut
tak kan pernah dapat berlalu tanpa dukungan, cinta dan kasih sayang dari
semua yang telah membantu. Untuk itu, dari dasar hati yang terdalam penulis
ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga.
Secara khusus untuk Ibu Nurlela Ketaren, MSP sebagai Dosen Pembimbing
dengan Ibu. Kesetiaan, kesabaran dan pengertian ibu telah berhasil mengubah
hati yang lemah menjadi terbeban kembali untuk bertanggung jawab
menyelesaikan skripsi ini, bagi penulis anda adalah seorang Guru yang tidak
hanya mengajar tapi juga mendidik.
Kepada segenap keluarga penulis yang tercinta, terimakasih untuk
dukungan doa dan moril yang diberikan. Bersama dengan kalian, penulis
benar-benar menemukan arti dari sebuah keluarga, penulis bersyukur karena
Tuhan tempatkan ditengah-tengah keluarga terbaik yang pernah ada.
Untuk Papa dan Mama Tercinta, Salatieli Telaumbanua dan Nurrayana
Harefa, terimakasih untuk semua kasih sayang, pengorbanan yang sudah papa
dan mama berikan, tak ada satu hal pun yang bisa penulis bagikan untuk
membalas jasa-jasa papa dan mama, penulis hanya bisa berdoa agar Tuhan
memberikan hikmat dan kebijaksanaan, serta menganugerahkan kesehatan
dan umur yang panjang. Buat abang dan adik-adik penulis, Yansel Perlin
Telaumbanua,SKM, Eunika Ratna Telaumbanua dan Arnold Telaumbanua.
Penulis bangga memiliki adik-adik seperti kalian, dengan cara masing-masing
selalu mengingatkan penulis akan tugas dan tanggungjawab. Thank’s
Bro...!!
Untuk kakek nenek tersayang, dimasa tuanya tetap mendukung
penulis untuk mencapai cita-cita setinggi mungkin, trimakasih kakek nenek
buat semuanya terlebih buat nasehat yang paling berharga dar kakek nenek
semoga kakek dan nenek diberi Tuhan kesehatan yang baik dan kesempatan
untuk mendampingi kami cucu kakek dan nenek memperoleh keberhasilan.
Untuk Baya A/I. Ine. Papa Talu A/I. Foni, Ma Ing Pak Cik A/I.
Rebeca, yang telah menjadi orang tua bagi penulis selama mengikuti
perkuliahan di USU, Medan. Trimakasih buat semua doa, perhatian, kasih
sayang maupun dukungan materi yang diberikan kepada penulis hingga
penulis dapat menyelesaikan perkuliahan tepat pada waktunya dan dengan
hasil memuaskan.
Untuk Baya A/I. Ruth, Papa Talu A/I. Desius, Papa Sa’a A/I. Wahyu
Gulo, Papa Sakhi A/I. Nevan Hulu yang telah banyak membantu penulis
selama di bangku perkuliahan baik dari segi moril maupun materil, tiada
balasan yang mampu penulis berikan selain doa semoga berkat Tuhan semakin
melimpah dalam setiap perjalanan kehidupan sehari-hari.
Bantuan yang tak ternilai harganya juga penulis terima dari segenap
pimpinan dilingkungan organisasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sumatera Utara, kepada Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA
selaku Dekan FISIPOL, semoga dibawah kepemimpinan Bapak,
FISIPOL-USU dapat menjadi teladan diantara sekian banyak Fakultas di lingkungan
Universitas Sumatera Utara. Kepada Bapak Drs. Marlon Sihombing, MA
selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara dan Ibu Dra. Beti
Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen, penulis mengucapkan banyak
terimakasih atas waktu dan perhatian yang telah diberikan. Untuk Kak Mega
FISIPOL-USU, terimakasih atas bantuannya mengurus adminstrasi yang
dibutuhkan selama perkuliahan penulis, anda adalah penentu bagi kelancaran
perjalanan penulis menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Administrasi
Negara. Tidak lupa juga penulis menyampaikan rasa hormat yang mendalam
untuk Bapak Drs. Alwi Hasym, M.Si dan Bapak Hatta Ridho, MSP sebagai
Ketua dan Dosen Penguji Skripsi, komentar-komentar Bapak amat
menentukan kualitas skripsi penulis, untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sedalam-dalamnya atas sumbangsih pemikiran dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
Demikian juga kepada segenap pimpinan dan staf Sekretariat Daerah
Kabupaten Nias, Pimpinan dan Staf Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Nias, dan semua pihak yang telah membantu penulis selama
melakukan penelitian di Nias. Terimakasih atas fasilitas dan
kemudahan-kemudahan yang diperoleh, data-data yang diberikan amat membantu
penulis dalam penyelesaian karya tulis ini.
Makna persahabatan yang terdalam penulis temukan bersama Helda
Miyani Tanjung, Agustia Permanda, Fika Yuwana Isbani, Nellis Mardiah dan
Nuning Rohaini. Masa-masa menempuh perkuliahan di FISIP USU akan
terasa amat berat tanpa kehadiran kalian. Untuk seluruh teman-teman di
Komisi Pemuda Sektor Medan Baru ( ribuan banyaknya, ga bisa disebutin
satu persatu……:-D ) ‘n especially to “X 2-c” K’ Ika, K’ Nina, Ningsih,
selama di 2-C semoga ini tiada berubah sampai kapanpun, diamanapun kalian
berada penulis tetap berdoa untuk keberhasilan kalian.
The last but not least, buat Bestarno Lahagu abang kebanggaanku
abang adalah figur yang menjadi motivator bagi penulis untuk menyelesaikan
perkuliahan. Bagi penulis kamu adalah benteng pertahanan terakhir yang
menentukan keberhasilan penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Terimakasih
untuk dukungan doa motivasi, yang tak pernah habis buat penulis,.
Terimakasih juga untuk hari-hari terindah yang pernah dan akan terus kita
lalui. Bersama, tak ada satu hal pun yang tak bisa kita lalui. Keep stay in
peace n always prayer for our relation, God Bless !!
Diakhir pengantar ini, penulis menyadari bahwa tak ada gading yang
tak retak. Sesempurna apapun kita merancang sesuatu, tak akan luput jua
dari kekhilafan. Untuk itu sumbangsih pemikiran dalam bentuk kritik dan
saran yang membangun akan terus menjadi bagian dari proses pencarian
bentuk ideal dari sebuah fenomena demi perbaikan dimasa yang akan datang.
Demikianlah penulis persembahkan skripsi ini dengan harapan bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, 19 Desember 2007
P e n u l i s,
D A F T A R I S I
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ABSTRAKSI
B A B I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Kerangka Teori ... 6
1.5.1 Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah ... 7
1.5.2 Pelaksanaan Otonomi Daerah ... 13
1.6 Hipotesis ... 19
1.7 Defenisi Konsep ... 19
1.8 Defenisi Operasional ... 20
1.9 Sistematika Penulisan ... 23
B A B II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ... 24
2.2 Lokasi Penelitian ... 24
2.3 Populasi dan Sampel ... 24
2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25
2.5 Teknik Analisa Data ... 27
B A B III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Kondisi Wilayah ... 30
3.1.1 Letak Geografis ... 30
3.1.2 Luas Wilayah ... 30
3.1.3 Batas Wilayah ... 30
3.1.4 Keadaan Topografi... 30
3.2 Potensi Wilayah ... 32
3.2.1 Gambaran Umum Perkembangan Ekonomi ... 32
3.2.2 Struktur Perekonomian ... 34
3.2.3 Keadaan Penduduk dan Luas Wilayah ... 35
3.2.4 Perhubungan dan Telekomunikasi ... 38
3.2.4.1 Perhubungan... 38
3.2.4.2 Telekomunikasi ... 39
3.3 Kondisi Sosial ... 39
3.3.1 Pendidikan ... 39
3.3.2 Kesehatan ... 40
3.4 Sekretariat Daerah Kabupaten Nias ... 41
3.4.1 Sekretaris Daerah ... 41
3.4.2 Asisten Tata Praja dan Kesejahteraan Sosial ... 43
3.4.3 Asisten Administrasi, Ekonomi, dan Pembangunan... 54
B A B IV PENYAJIAN DATA 4.1 Data dan Distribusi Identitas Responden... 66
4.2 Jawaban Responden Tentang Kemampuan Aparatur ... 70
4.3 Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah... 86
B A B V ANALISA DATA 5.1 Klasifikasi Data ... 100
5.1.1 Klasifikasi Kemampuan Aoaratur... 101
5.1.2 Klasifikasi Pelaksanaan Otonomi Daerah ... 102
5.2 Analisis Korelasi ... 102
5.3 Analisa Regresi ... 104
5.4 Koefisien Determinasi ... 106
5.5 Interpretasi Data ... 106
B A B VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 114
6.2 Saran ... 115
LAMPIRAN
- Tabel penolong, perhitungan hubungan antara kemampuan aparatur dan
pelaksanaan otonomi daerah ... i - Tabel Tabuasi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Aparatur ... ii - Tabel Tabulasi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan otonomi Daerah… iv - Tabel Nilai Distribusi t
A B S T R A K S I
Nama : Vebri Linalse Telaumbanua
NIM : 03 0903 010
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, MSP
Adapun judul yang dipilih oleh penulis dalam skripsi ini adalah Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah. Judul ini dipilih oleh penulis karena faktor manusia merupakan unsur yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Diantara sumber daya manusia, yang secara potensial berpengaruh terhadap pelaksanaan otonomi daerah adalah aparatur pemerintah daerah , karena aparatur merupakan pelaksana kebijakan publik yang mengemban tugas dan fungsi-fungsi pelayanan, perlindungan, dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga diperlukan persyaratan kualitas yang memadai dari unsur sumber daya manusia ini.
Permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaruh kemampuan aparatur terhadap pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini cukup menarik bagi penulis karena dalam melaksanakan otonomi daerah dibutuhkan kemampuan aparatur yang memadai dan potensial tanpa menunggu petunjuk dari pemerintah mengenai apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan otonomi daerah, namun jika melihat kondisi dan kesiapan aparatur Pemerintah Daerah diberbagai daerah ada indikasi yang mengkhawatirkan bahwa belum optimalnya kesiapan aparatur Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah penelitian asosiatif dengan analisis kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, sehingga dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Data-data yang dibutuhkan dikumpul dengan 3 cara yaitu pengumpulan data primer melalui wawancara langsung, menggunakan angket yang ditetapkan pilihan dan sifatnya tertutup, pengumpulan data sekunder melalui studi kepustakaan dan dokumentasi serta pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan langsung dilapangan.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, dengan jumlah populasi 176 orang dan sampel dengan jumlah 44 orang dengan teknik penentuan sampel simple random sampling.
A B S T R A K S I
Nama : Vebri Linalse Telaumbanua
NIM : 03 0903 010
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, MSP
Adapun judul yang dipilih oleh penulis dalam skripsi ini adalah Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah. Judul ini dipilih oleh penulis karena faktor manusia merupakan unsur yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Diantara sumber daya manusia, yang secara potensial berpengaruh terhadap pelaksanaan otonomi daerah adalah aparatur pemerintah daerah , karena aparatur merupakan pelaksana kebijakan publik yang mengemban tugas dan fungsi-fungsi pelayanan, perlindungan, dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga diperlukan persyaratan kualitas yang memadai dari unsur sumber daya manusia ini.
Permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaruh kemampuan aparatur terhadap pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini cukup menarik bagi penulis karena dalam melaksanakan otonomi daerah dibutuhkan kemampuan aparatur yang memadai dan potensial tanpa menunggu petunjuk dari pemerintah mengenai apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan otonomi daerah, namun jika melihat kondisi dan kesiapan aparatur Pemerintah Daerah diberbagai daerah ada indikasi yang mengkhawatirkan bahwa belum optimalnya kesiapan aparatur Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah penelitian asosiatif dengan analisis kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, sehingga dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Data-data yang dibutuhkan dikumpul dengan 3 cara yaitu pengumpulan data primer melalui wawancara langsung, menggunakan angket yang ditetapkan pilihan dan sifatnya tertutup, pengumpulan data sekunder melalui studi kepustakaan dan dokumentasi serta pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan langsung dilapangan.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, dengan jumlah populasi 176 orang dan sampel dengan jumlah 44 orang dengan teknik penentuan sampel simple random sampling.
B A B I
P E N D A H U L U A N
1.1 Latar Belakang
Republik Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada 17
Agustus 1945. Sebagai sebuah negara, Republik Indonesia memiliki
Undang-Undang Dasar, yaitu Undang-Undang Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan Undang-Undang Undang-Undang
Dasar 1945 kerangka kenegaraan dan sistem pemerintahan Republik Indonesia
diatur. Undang Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Indonesia adalah
negara kesatuan berbentuk republik. Ditegaskan pula Indonesia adalah negara
hukum yang berkedaulatan rakyat. Dengan demikian Negara Indonesia adalah
negara konstitusi, bersendikan demokrasi.
Namun, mengingat wilayah Negara Indonesia yang sangat besar dengan
rentang geografis yang luas dan kondisi sosial-budaya yang beragam, Undang
Undang Dasar 1945 kemudian mengatur pemerintahan daerah melalui Pasal 18
Undang Undang Dasar 1945 yang antara lain menyatakan bahwa pembagian
negara Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan
pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang.
Dalam penjelasan pasal tersebut, antara lain, dikemukakan bahwa “oleh
karena Negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat, maka Indonesia tidak akan
mempunyai daerah dalam lingkungannya yang bersifat staat juga. Daerah
Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi dan daerah propinsi akan dibagi
dalam daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah bersifat otonom atau bersifat
administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan
Daerah. Oleh karena itu, didaerah pun, akan bersendi atas dasar permusyawaratan.
Dengan demikian, Undang Undang Dasar 1945 merupakan landasan yang kuat
dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan
keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah
Dalam perkembangan sejarah Negara Republik Indonesia, untuk
melaksanakan pasal 18 Undang Undang Dasar 1945 tersebut, telah dikeluarkan
undang-undang yang mengatur Pemerintahan Daerah, dan sudah beberapa kali
diadakan perubahan dan penyempurnaan sehingga yang berlaku hingga pada saat
ini adalah Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Dengan lahirnya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 ini, maka dimulailah babak
baru pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Kebijakan otonomi daerah ini
memberikan kewenangan otonomi kepada Daerah Kabupaten dan Kota
didasarkan pada asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab. Desentralisasi merupakan media dalam pelaksanaan
hubungan antar level pemerintahan dalam lingkup suatu negara, yang diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya
saing daerah dengan memperhatikan pemerataan dan keadilan.
Melihat berbagai uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
Otonomi Daerah adalah memungkinkan daerah meningkatkan daya guna dan hasil
guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, terutama dalam pelaksanaan
pembangunan untuk kemajuan daerah dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan publik, serta untuk meningkatkan pembinaan
Inti dari pelaksanaan Otonomi Daerah adalah terdapatnya keleluasan
Pemerintah Daerah (discretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan
sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas, dan peran serta aktif masyarakat dalam
rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya. Otonomi Daerah tidak hanya
berarti melaksanakan demokrasi dilapisan bawah, tetapi juga mendorong aktivitas
masyarakat untuk melaksanakan sendiri apa yang dianggap penting bagi
lingkungannya. Pelaksanaan Otonomi Daerah kelihatannya memang sederhana.
Namun sebenarnya mengandung pengertian yang cukup rumit, karena didalamnya
tersimpul makna pendemokrasian dalam arti pendewasaan politik rakyat daerah,
pemberdayaan masyarakat, dan sekaligus bermakna mensejahterakan rakyat yang
berkeadilan (Koswara, 1998). Menurut Josep Riwu Kaho, ada beberapa faktor
yang mempengaruhi pelaksanaan Otonomi Daerah, salah satunya manusia
pelaksananya harus baik
Memang ada banyak hal yang mempengaruhi pelaksanaan Otonomi
Daerah, namun masalah sumber daya manusia merupakan masalah yang sangat
mendasar karena dengan ditetapkannya status sebagai daerah otonom yang luas
disertai kadar desentralisasi yang tinggi, memungkinkan setiap daerah
mengembangkan kreasi dan inovasi yang tinggi dalam mengurus rumah
tangganya. Dalam format seperti ini, kebutuhan tersedianya sumber daya manusia
yang berkualitas menjadi dasar pertimbangan utama yang memerlukan
langkah-langkah prioritas yang terprogram secara sistematik.
Faktor manusia merupakan unsur yang penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Hal ini disadari karena manusialah yang menjalankan
potensial sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan Otonomi Daerah adalah
aparatur pemerintah daerah. Unsur ini menempati posisi yang bukan saja
mewarnai, melainkan juga menentukan arah ke mana suatu daerah akan di bawa.
Dimana aparatur Pemerintah Daerah adalah pelaksana kebijakan publik yang
mengemban tugas dan fungsi-fungsi pelayanan, perlindungan, dan pemberdayaan
masyarakat. Sehingga diperlukan persyaratan kualitas yang memadai dari unsur
sumber daya manusia ini. Secara teoritik, kemampuan pemerintah, antara lain
terbentuk melalui penerapan azas desentralisasi, yaitu adanya pelimpahan
wewenang dari tingkat atas organisasi, kepada tingkat bawahnya secara hirarkis
(Ryaas Rasyid, 1997). Melalui pelimpahan wewenang itulah pemerintah pada
tingkat bawah diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif dan mengembangkan
kreativitas, mencari solusi terbaik atas setiap masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari.
Namun demikian, kenyataannya dalam pelaksanaan Otonomi Daerah
kapasitas aparatur pemerintah masih sangat terbatas dimana bukan saja
kuantitasnya yang memprihatinkan tetapi juga kualitas dari produk yang
dihasilkan masih belum bisa memenuhi harapan semua pihak, termasuk yang
diakui sebagian aparatur Pemerintah sendiri. Apalagi ada predikat tambahan yaitu
“termasuk peringkat atas sebagai negara korup di dunia”.
Kondisi aparatur pemerintah beberapa waktu yang lalu pernah diamati oleh
sebuah lembaga yang hasilnya cukup memprihatinkan. Ketika jam kerja, banyak
dijumpai aparatur yang hanya baca koran, hanya berbincang-bincang, dan bahkan
tidak berada ditempat kerjanya, sehingga kebanyakan aparatur tidak mengetahui
40-50% adalah lulusan SLTA dan kesempatan mengikuti pelatihan atau program
pemerintah sangat terbatas, keterbatasan ini menimbulkan perbedaan persepsi
dalam menafsirkan dan memahami setiap tugas dan tanggung jawab yang
diberikan kepada setiap aparatur. Apalagi dengan adanya kebijakan otonomi
daerah ini yang memerlukan kemampuan setiap aparatur untuk mengemban tugas
sebagai aparatur daerah otonom, jika kondisi aparatur seperti kondisi ini maka
menghambat percepatan pelaksanaan otonomi daerah karena sebagian diantaranya
merasa takut akan kehilangan kekuasaan akibat kurangnaya pemahaman tentang
otonomi daerah dan sebaliknya sebagian lagi kebablasan dalam menerapkan
otonomi daerah.
Melihat kondisi ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dalam rangka melihat Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah
terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah. Selain itu melihat karakteristik Kabupaten
Nias yang unik yakni merupakan daerah kepulauan yang memiliki pulau-pulau
kecil sebanyak 27 pulau, sehingga dalam pelaksanaan otonomi daerahnya
disesuaikan dengan bentuk dan potensi daerahnya membuat penulis semakin
tertarik dengan topik ini.
1.2 Perumusan Masalah
Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka peneliti
haruslah merumuskan masalahnya dengan jelas, sehingga akan diketahui
darimana suatu penelitian harus mulai diarahkan, kemana, dan dengan apa
(Arikunto, 1996; 19). Berdarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah dan
memberikan batasan pada masalah Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Nias
Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang penulis harapkan dapat dicapai melalui penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kemampuan aparatur
Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan otonomi daerah.
b. Untuk mengetahui pelaksanaan otonomi daerah.
c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui aparatur
Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Pemberian masukan-masukan yang bermanfaat bagi pelaksanaan
otonomi daerah.
b. Karya tulis ini di harapkan dapat memperkaya referensi ilmiah di
bidang Administrasi Negara, sekaligus bermanfaat bagi masyarakat.
c. Melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui
aplikasi teori dan konsep yang relevan dengan topik penelitian.
1.5 Kerangka Teori
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun kerangka
menyoroti masalah yang telah dipilih (Nawawi, 1991:40). Dari perspektif ini
nantinya penulis akan menggeneralisasikan data-data yang diperlukan,
menyusunnya, dan menganalisisnya berdasarkan metode penelitian yang dipilih.
Adapun landasan konseptual yang dibentuk dalam penelitian ini adalah:
1.5.1Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah
Dalam konteks pemerintahan daerah, di era otonomi luas dituntut adanya
keterbukaan, akuntabilitas, ketanggapan, dan kreativitas dari segenap jajaran
aparatur Pemerintah Daerah. Dalam dunia yang penuh kompetitif, sangat
diperlukan kemampuan birokrasi dan sumber daya aparatur untuk memberikan
tanggapan atau responsif terhadap berbagai tantangan secara akurat, bijaksana,
adil dan efektif. Dengan demikian aparatur merupakan faktor yang dominan bagi
berhasilnya penyelenggaraan Pemerintahan di daerah.
Sehubungan dengan aparatur Pemerintah Daerah, Kaho menyatakan:
“Salah satu atribut penting yang memadai suatu Daerah Otonom adalah memiliki aparatur tersendiri yang terpisah dari aparatur Pemerintah Pusat yang mampu untuk menyelenggarakan urusan-urusan rumah tangganya. Sebagai unsur pelaksana, aparatur pemerintah daerah menduduki posisi vital dalam keseluruhan proses penyelenggaraan Otonomi Daerah. Oleh karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bahwa keberhasilan penyelenggaran Otonomi Daerah sangat tergantung pada kemampuan aparatnya” (Joseph Riwu Kaho, 1990:249).
Kata “kemampuan” menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum
Bahasa Indonesia berarti kesanggupan, kecakapan, kekayaan, (Poerwadarminta,
1961: 569).
Selanjutnya Gibson menyatakan bahwa “Kemampuan merupakan sifat
yang dibawa sejak lahir atau yang dipelajari, yang memungkinkan seseorang
Dalam kaitannya dengan kemampuan, Moenir menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan kemampuan pegawai dalam hubungannya dengan pekerjaan
ialah suatu keadaan pada diri seseorang yang secara penuh kesanggupan, berdaya
guna, berhasil guna melaksanakan pekerjaannya sehingga menghasilkan sesuatu
yang optimal (A.S. Moenir, 1983: 76).
Sedangkan aparatur secara etimologis istilah aparatur berasal dari kata
aparat, yakni alat, badan, instansi, pegawai negeri. Sedangkan aparatur disamakan
artinya dengan aparat tersebut diatas, yakni dapat diartikan sebagai alat negara,
aparat pemerintah. Jadi aparatur negara adalah alat kelengkapan negara yang
bertanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari (Victor M.
Situmorang; Cormentyana Sitanggang, 1994:113-114).
Selanjutnya Miftah Thoha berpendapat bahwa “kemampuan merupakan
salah satu unsur yang berkaitan dengan pengetahuan atau ketrampilan yang dapat
diperoleh pegawai melalui pendidikan dan latihan atau pengalaman kerja”.
Dalam hal ini kemampuan aparatur sangat tergantung pada pengetahuan, ketrampilan atau kecakapan.
Adapun tingkat pengetahuan ini bisa dilihat melalui: a. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh.
b. Pendidikan non formal seperti kursus, pelatihan, dan penataran. c. Pengalaman kerja.
Sedangkan pada tingkat ketrampilan atau kecakapan bisa dilihat melalui: a. Cara pelaksanaan kerja.
b. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan kerja. c. Hasil yang dicapai. (Miftah Thoha, 1993: 34)
Berangkat dari pengertian di atas, maka secara keseluruhan pengertian dari
kemampuan aparatur adalah menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh pegawai
negeri sipil dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Ini mengarah pada suatu konsepsi bahwa kemampuan yang dipunyai
pengetahuannya dan ketrampilan yang diperolehnya melalui pendidikan dan
pengalamannya.
Tersedianya modal pengetahuan dan ketrampilan inilah yang merupakan
salah satu faktor untuk mempertimbangkan penempatan seorang calon pegawai.
Modal ini biasanya dimiliki oleh mereka yang berpendidikan. Ketrampilan dan
pengetahuan ini sebagai pertanda adanya kemampuan sebagaimana pendapat
diatas, ternyata dapat dialihkan dari orang yang satu kepada orang lain. Tidak lain
medianya adalah melalui pendidikan
Pendidikan adalah:“Usaha sadar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain.Dengan pengertian di atas jelas tampak bahwa pendidikan dapat bersifat formal akan tetapi dapat pula bersifat non formal. Pendidikan yang bersifat formal ditempuh melalui tingkat-tingkat pendidikan, mulai dari sekolah Taman Kanak-kanak, hingga bagi sebagian orang, pendidikan tinggi, terjadi di ruang kelas dengan program pada umumnya bersifat structured. Di pihak lain pendidikan yang sifatnya unstructured. Dalam kedua sistem pendidikan itu, pengalihan pengetahuan dan ketrampilan tetap terjadi”. Dan membedakan pendidikan dalam 2 kategori, yaitu:
a. Pendidikan formal, seperti TK, SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. b. Pendidikan non formal, seperti kursus, latihan, dan sebagainya (Sondang
P. Siagian, 1982:57).
Berkaitan dengan masalah pendidikan, aparat di lingkungan Kantor
Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, diatur pula dengan peraturan kepegawaian
yang mana pada Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 1980, diatur tentang
pengangkatan pertama dalam pangkat Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan
pendidikan formal yang pernah ditempuh. Sedangkan dalam Undang-undang
No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan pengembangan
karir Pegawai Negeri Sipil Daerah mempertimbangkan integritas, moralitas,
pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian nampak sekali bahwa terdapat adanya
menyesuaikan kemampuannya dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang
diserahkan kepada seorang aparatur yang dijabarkan dalam pangkat pertama
mereka. Kemudian dalam perjalanan kariernya, untuk mendapatkan kenaikan
pangkat, suatu jabatan atau kedudukan dalam birokrasi maka peran pendidikan
non formal seperti pelatihan, sangat menentukan karena dengan pelatihan akan
menambah tingkat pengetahuan seseorang dalam pelaksanaan tugas.
“Ketrampilan merupakan kemampuan teknis untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Artinya usaha pengembangan ketrampilan merupakan bagian dari kegiatan pendidikan, yang berarti dilakukan secara sadar, programatis, dan sistematis, khususnya dalam berbagai bidang yang sifatnya teknis dan dalam penerapannya lebih ditunjukkan kepada kegiatan-kegiatan operasional” (Sondang P.Siagian, 1982:59).
Sondang P. Siagian memandang ketrampilan sebagai kemampuan dalam
batas-batas operasional saja. Lepas dari kemampuan yang bagaimana, yang jelas
ia melihat kemampuan ini dapat dipelajari dan dikembangkan melalui pendidikan.
Selanjutnya kemampuan ini dapat diberikan dan dikembangkan melalui
tiga jalur utama, yaitu pendidikan, latihan, dan pengalaman (Soeroto, 1983:106)
Dimana pendidikan merupakan program yang disediakan sebagai
persiapan sebelum seseorang memasuki pekerjaan. Sekalipun demikian banyak
orang dengan usaha sendiri maupun dengan bantuan instansi, mengikuti
pendidikan lanjutan yang sesuai dengan bidangnya ataupun bidang yang lain,
untuk meningkatkan pengetahuan atau untuk membentuk dan menanamkan
ketrampilan kerja dalam bidangnya. Sedangkan latihan lebih diarahkan pada
ketrampilan yang sesuai dengan tugas pekerjaan seseorang/aparat dalam
organisasi. Dan pengalaman merupakan keseluruhan pelajaran yang dapat dipetik
perjalanan hidupnya khususnya dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan baik
sebagai aparatur maupun sebagai warga masyarakat.
Kemudian dikataka pula oleh Moenir, bahwa dalam kemampuan ini
tedapat tiga unsur, yaitu unsur kecakapan, unsur fisik, dan unsur mental. Ketiga
unsur ini saling menunjang, dan gabungan yang serasi antara ketiganya
menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan persyaratan (A. S. Moenir, 1983: 76).
Betapa pun berkaitannya ketiga unsur tersebut dalam melaksanakan suatu
pekerjaan, apabila kekurangan salah satu dari ketiga unsur tersebut, maka pastilah
hasil yang dicapai tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Misalnya, dalam pelaksanaan otonomi daerah dibutuhkan aparat yang memiliki
unsur kecakapan, unsur fisik, dan unsur mental. Akan tetapi, apabila salah satu
dari unsur tersebut tidak ada, misalnya tidak memiliki unsur kecakapan maka
pelaksanaan otonomi daerah berjalan tapi kurang efektif dan tidak optimal.
Demikian juga apabila seorang aparat hanya hanya memiliki kecakapan dan fisik
yang mendukung tetapi tidak diikuti dengan mental yang baik, maka
penyelewengan kekuasaan dapat terjadi, sehingga tujuan otonomi daerah tidak
tercapai. Begitu juga apabila seorang aparat tidak memiliki kemampuan fisik,
walaupun mempunyai kecakapan dan mental yang baik tapi karena fisiknya
kurang mendukung maka aparat tidak dapat melakukan tugas dan tanggung
jawabnya.
Jadi jelas bahwa apabila salah satu unsur tidak ada atau tidak dimiliki oleh
seorang aparat secara baik, maka seorang aparat itu adalah tidak mampu. Sebab
kecakapan merupakan modal aparat dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan
aparat untuk bertindak sehubungan dengan tantangan yang ditemui dalam
pekerjaan, yang membutuhkan tenaga atau kondisi fisik yang baik. Dalam
penerapannya lebih ditujukan kepada kegiatan-kegiatan operasional di lapangan.
Dan modal mental merupakan sikap atau perilaku aparat, yang erat hubungannya
dengan kejiwaan, yang dalam pelaksanaannya lebih ditujukan kepada kepatuhan
atau kesungguhannya dalam mentaati peraturan dan ketentuan serta tanggung
jawab terhadap tugas tersebut.
Mengenai pendidikan dan pelatihan ini, Richard M. Steers mengemukakan
bahwa pendidikan dan pelatihan dapat mengembangkan kemampuan pekerja
bukan saja untuk menangani pekerjaan mereka pada saat ini, tetapi juga untuk
pekerjaan yang memerlukan tenaga mereka dimasa yang akan datang. Artinya
pendidikan merupakan investasi dalam diri pekerja (bank bakat) yang dapat
ditimba bila diperlukan (Richard M. Steers, 1985:169).
Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pendidikan dan pelatihan
dapat meningkatkan kemampuan seorang aparat, baik kemampuan yang dapat
digunakan untuk menangani pekerjaan yang ada pada saat ini, maupun untuk
pekerjaan yang akan datang. Disamping itu harus dibekali dengan pengalaman,
sebab pengalaman seseorang/aparat yang mempunyai masa kerja lebih lama
dalam suatu pekerjaan, akan memberikan kelebihan untuk dapat melaksanakan
pekerjaan itu dengan baik, dibanding dengan orang yang masih sedikit masa
kerjanya.
Demikian halnya dalam meningkatkan kemampuan aparat di lingkungan
Kantor Sekretariat Daerah, Kabupaten Nias. Dimana aparatur kantor merupakan
oleh Undang-Undang No.32.Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Maka untuk
mewujudkan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab, menurut
T.B.Silalahi sosok sumber daya aparatur Negara, khususnya aparatur Pemerintah
daerah yang dibutuhkan antara lain adalah:
a. Mempunyai wadah, perilaku, kualitas, tujuan, dan kegiatan yang dilandasi dengan keahlian dan ketrampilan tertentu.
b. Kreatif dalam arti mempunyai jiwa inovatif, serta mampu mengantisipasi tantangan maupun perkembangan termasuk di dalamnya etos kerja yang tinggi.
c. Mampu sebagai penggerak swadaya masyarakat yang mempunyai rasa solidaritas sosial tinggi , peka terhadap dinamika masyarakat, mampu bekerjasama, dan mempunyai orientasi berpikir (people centered orientation).
d. Mempunyai displin yang tinggi dalam arti berpikir konsisten terhadap program, sehingga mampu menjabarkan kebijaksanaan nasional menjadi program operasional Pemerintah Daerah sesuai dengan rambu-rambu pengertian program urusan yang ditetapkan (T.B.Silalahi).
Dari uraian dan berbagai pendapat di atas, jelaslah bahwa melalui
pendidikan, latihan, dan pengalaman, sesorang/aparat dapat membekali dirinya
dengan berbagai pengetahuan yang menjadikan cakap dan trampil didalam
melaksanakan segala tugas dan tanggung jawab demi tercapainya tujuan
organisasi dan pelaksanaan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab.
Dengan kata lain kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan
tergambar dari penguasaan berbagai pengetahuan dan ketrampilan yang secara
keseluruhan akan membantu tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Karena dengan kemampuan yang tinggi, seseorang/aparat dapat
berbuat banyak terutama tugas-tugas pekerjaan dalam organisasi. Artinya,
kemampuan itu sendiri merupakan kecakapan untuk mengantisipasikan dan
1.5.2 Pelaksanaan Otonomi Daerah
Istilah Otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autos yang berarti sendiri
dan nomos yang berarti peraturan atau undang-undang. Oleh karena itu, otonomi
berarti peraturan sendiri atau undang-undang sendiri, yang selanjutnya
berkembang menjadi pemerintahan sendiri.
Pengertian otonomi dalam lingkup suatu negara selalu dikaitkan dengan daerah atau pemerintah daerah (local government). Otonomi dalam pengertian ini, selain berarti mengalihkan kewenangan dari pusat (central government) ke Daerah juga berarti menghargai atau mengefektifkan kewenangan asli yang sejak semula tumbuh dan hidup di daerah untuk melengkapi sistem prosedur pemerintahan negara di daerah (Sumitro Maskun, 2000)
Pengertian Otonomi Daerah berdasarkan UUD 1945 adalah hak dan
wewenang daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan. Otonomi menurut UUD 1945 adalah otonomi
yang berkedaulatan rakyat dengan menerapkan pemerintahan daerah yang
bersendi atas dasar permusyawaratan rakyat. Dan daerah yang dimaksud UUD
1945 itu ialah “daerah propinsi” dan “daerah yang lebih kecil dari daerah
propinsi”, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
undang-undang. Otonomi Daerah dalam pengertian UUD 1945 adalah desentralisasi
ketatanegaraan atau teritorial.
Pengertian Otonomi Daerah menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban Daerah
Otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan pengertian dari daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia
Daerah otonom, oleh pemerintah pusat diberikan wewenang yang luas
untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi, asas
dekosentrasi, dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945, dalam arti
daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan diluar yang menjadi urusan Pemerintah yang di tetapkan dalam
undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Daerah
memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,
peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan
pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang
nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa
untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas,
wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk
tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah.
Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama
dengan daerah lainnya. Prinsip otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi
dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud
pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk
Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin
keserasian antar daerah dengan daerah lainnya artinya mampu membangun
kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah
ketimpangan antar daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi
daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan
Pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah
Negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka
mewujudkan tujuan negara.
Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang baru mewajibkan pemerintah
melakukan pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti dalam dalam
penelitian, pengembangan, perencanaan, dan pengawasan. Disamping itu,
diberikan pula standar, arahan bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian,
koordinasi, pemantauan, dan evaluasi. Bersama itu pemerintah wajib memberikan
fasilitas yang berupa pemberian peluang kemudahan, bantuan, dan dorongan
kepada daerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efesien
dan efektif. Penyelenggaraan desentralisasi menurut undang-undang ini
mensyaratkan adanya pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah dengan
daerah otonom. Pembagian urusan pemerintahan didasarkan pada pemikiran
bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya tetap
menjadi kewenangan pemerintah. Kewenangan tersebut dalam prakteknya masih
akan dibatasi oleh kewenangan pemerintah pusat dibidang lainnya, seperti diatur
dalam pasal 7 ayat 1 yang berbunyi
“kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pertahanan keamanan, peradilan moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan
bidang lain” (Undang-Undang Otonomi Daerah, 2004:7).
Disamping itu, terdapat bagian urusan pemerintah yang bersifat
concurrent, artinya urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau
bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan
wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan yang berkaitan dengan
pelayanan dasar, meliputi:
a. perencanaan dan pengendalian pembangunan ;
b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
d. penyediaan sarana dan prasarana umum;
e. penanganan bidang kesehatan;
f. penyelenggaraan bidang pendidikan;
g. penanggulangan masalah sosial;
h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;
i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;
j. pengendalian lingkungan hidup;
k. pelayanan pertanahan;
l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;
n. pelayanan administrasi penanaman modal;
p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
Urusan pemerintahan daerah yang bersifat pilihan meliputi urusan
pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan
daerah yang bersangkutan.
Disamping itu penyelenggaraan Otonomi Daerah harus pula didasarkan
pada semangat dan prinsip yang dijadikan pedoman dalam UU. No.32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah, yaitu:
a. Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan selalu memperhatikan
kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.
b. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
menekankan hubungan antar susunan pemerintahan serta pemberian
hak dan kewajiban otonomi daerah; dengan prinsip: demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan daerah.
c. Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan seperti desentralisasi,
dekosentrasi, dan tugas pembantuan, diselenggarakan secara
proposional sehingga saling menunjang.
d. Tujuan pemberian otonomi daerah tetap seperti yang dirumuskan
sampai saat ini yaitu untuk memberdayakan potensi daerah, termasuk
masyarakatnya, mendorong prakarsa dan peran serta masyarakat
dalam proses pemerintahan dan pembangunan. Disamping itu untuk
penyelenggaraan fungsi-fungsi seperti pelayanan, pengembangan, dan
perlindungan terhadap masyarakat dalam ikatan NKRI.
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau tentasif terhadap masalah
pemilihan yang kebenarannya harus diuji dan dibuktikan melalui penelitian
lapangan (Koentjaraningrat, 1981:36)
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
“terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan aparatur
pemerintah daerah dengan pelaksanaan otonomi daerah”
1.7 Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah-istilah dan defenisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang
menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Masri Singarimbun, 1995:33).
a. Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah
Kemampuan aparatur pemerintah daerah adalah kecakapan,
ketangkasan yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil untuk
memanfaatkan potensi berupa pengetahuan, pengalaman yang
dimilikinya untuk menyelenggarakan tugas/pekerjaannya dalam
menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan prinsip otonomi daerah.
b. Pelaksanaan Otonomi Daerah
Pelaksanaan Otonomi Daerah adalah implmentasi program/urusan
kepentingan masyarakatnya menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
1.8 Defenisi Operasional
“Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel” (Masri Singarimbun, 1995:33).
Di dalam defenisi operasional disajikan indikator-indikator dari masalah
yang akan diteliti, dalam hal ini akan mempermudah pemahaman akan masalah
yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:
1. Variabel Bebas (X)
Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kemampuan
Aparatur Pemerintah Daerah. Indikator-indikator yang terdapat dalam
variabel bebas ini adalah:
a. Pendidikan Formal
- Tingkat pendidikan formal yang dicapai.
b. Pendidikan non formal
- Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang diikuti
- Pendidikan dan pelatihan teknis fungsional yang diikuti
- Ketrampilan yang dimiliki aparatur
c. Pendidikan informal yang dialami
- Lamanya masa kerja pegawai
- Pangkat/Golongan kepegawaian
d. Prestasi kerja yang ditunjukkan
- Keberhasilan mengatasi kesulitan dalam pelaksanaan tugas.
e. Kepatuhan kerja atau displin kerja
- Penyelesaikan tugas tepat pada waktunya
- Kepatuhan pegawai pada jam masuk kerja.
- Kepatuhan pegawai pada jam pulang kerja
f. Prakarsa atau inisiatif bawahan
- Saran pertimbangan atau saran keputusan bawahan kepada
atasan.
- Bawahan bekerja mandiri (tanpa menunggu perintah atasan).
- Keinginan menciptakan sesuatu yang baru atau kreatif
g. Hubungan Kerjasama
- Hubungan atasan dan bawahan
- Hubungan antara sesama aparatur
- Penyelesaian konflik diantara sesama aparatur
h. Tanggung Jawab
- Penyelesaian tugas pokok yang menjadi tanggung jawab
2. Variabel terikat (Y)
a. Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pembangunan
b. Pelaksanaan perencanaan dan pemanfaatan tata ruang
c. Pelaksanaan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat
d. Pelaksanaan penyediaan sarana dan prasarana umum
e. Pelaksanaan penanganan bidang kesehatan
g. Pelaksanaan penanggulangan masalah sosial
h. Pelaksanaan pelayanan bidang ketenagakerjaan
i. Pelaksanaan fasilitasi pengembangan koperasi dan UKM
j. Pelaksanaan pengendalian lingkungan hidup
k. Pelaksanaan pelayanan pertanahan
l. Pelaksanaan pelayanan kependudukan dan catatan sipil
m. Pelaksanaan pelayanan administrasi umum pemerintahan
n. Pelaksanaan pelayanan administrasi penanaman modal
o. Kesiapan aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Nias dalam
pelaksanaan otonomi daerah
p. Pelaksanaan urusan rumah tangga daerah yang bersifat pilihan.
q. Sosialisasi dan evaluasi pelaksanaan Otonomi daerah
r. Keberanian daerah melakukan inisiatif
s. Kesesuaian bidang pemerintahan yang diserahkan pemerintah
1.9 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan dan
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan
konsep, definisi konsep, definisi operasional, dan sistematika
penulisan.
BAB II : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan metode penelitian, lokasi penelitian, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan gambaran umum dari lokasi penelitian antara lain
keadaan geografis, demografis, ekonomi dan sosial budaya serta
hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini berisikan penyajian data yang diperoleh selama
berlangsungnya penelitian.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan analisis penulis terhadap data-data yang diperoleh
dari hasil penelitian.
BAB VI : PENUTUP
Berisikan kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari hasil
B A B I I
METOD OLOGI P EN ELITIAN
2.1 Bentuk Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian
asosiatif dengan analisis kuantitatif. Penelitian Asosiatif merupakan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dengan penelitian ini, maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi
untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias.
2.3 Populasi dan Sampel
Menurut Nawawi (1991:65), populasi adalah keseluruhan objek penelitian
yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, gejala-gejala,
nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu di dalam suatu penelitian.
Pada penelitian ini populasi yang dimaksud adalah seluruh aparatur
pemerintah daerah di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias
Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti.
Sampel adalah sebagian dari populasi penelitian yang akan diselidiki. Sesuai
penelitian tidak selalu perlu meneliti setiap individu dalam populasi, karena
memerlukan lebih banyak biaya dan waku.
Untuk menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan pendapat
Arikunto (1993: 104) apabila subjek kurang dari 100 maka lebih baik diambil
semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, apabila populasi
lebih dari 100 maka dapat diambil 10% atau 20% - 25% sampel atau lebih.
Mengingat waktu, biaya dan banyaknya pegawai yang berada di Kantor
Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, maka peneliti dalam menentukan jumlah
sampel sesuai pendapat Arikunto diatas, karena populasinya berjumlah 176
(100<) maka
Sampel = 25% x 176
= 44
jumlah sampel adalah 44 dan dalam menemukan sampel dari objek penelitian ini
ditetapkan dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2003: 93).
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan data,
yaitu:
a. Data Primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
pada lokasi penelitian.
Data primer dilakukan dengan instrumen:
yaitu dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam
dari objek penelitian
- Kuisioner
yaitu pemberian daftar pertanyaan yang dilengkapi dengan beberapa
alternatif jawaban yang sudah tersedia.
- Observasi
yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung dan
selanjutnya mengadakan pencatatan terhadap gejala-gejala yang
ditemukan di lapangan.
b. Data Sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi
kepustakaan yang terdiri dari:
- Penelitian Kepustakaan
Pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, laporan, pendapat
para ahli dan sebagainya yang berguna secara teoriti yang mendukung
penelitian.
- Studi Dokumentasi
Teknik yang digunakan dengan menelaah catatan tertulis, dokumen
dan arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan
dengan instansi terkait.
Untuk memperoleh instrumen yang valid dan reliabel maka penulis
menggunakan uji prasyarat yaitu :
a. Uji Validitas
rxy =
( )
{
∑
∑
−∑
∑
}
{
∑
∑
−( )
∑
}
− 2 i 2 i 2 i 2 i i i i Y Y n X X n ) Y )( X ( Y X n iDimana : rxy = Indeks validitas yang dihitung
n = Jumlah sampel uji coba
∑
Xi = Jumlah produk skor butir
∑
Xi2 = Jumlah kuadrat produk skor butir
∑
Yi = Jumlah produk skor butir total
∑
Y = Jumlah kuadrat produk skor butir total i2
∑
XiYi = Jumlah produk skor X dikali dengan jumlah produk skor YBila rxy hitung > rxy tabel dengan dk = N-2 dengan taraf signifikan (α =
0,05), maka disimpulkan bahwa butir item disusun sudah valid (sahih).
b. Uji Reliabilitas
Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus split half internal
konsistent Spearmen Brown, Sugiyono ( 2005 : 149 )
b b i r 1 r 2 r +
= Dimana :r = reliabilitas internal seluruh instrumen i
b
r = korelasi product moment antara belahan 1 dan 2
Apabila harga rhitung ternyata lebih besar dari harga rtabel (Product moment)
pada taraf 5%, maka dapat disimpulkan bahwa instrument reliabel.
2.5 Teknik Analisa Data
Pengklasifikasian data dilakukan berdasarkan nilai jawaban-jawaban
responden untuk mengetahui kategori jawaban responden apakah termasuk dalam
kategori tinggi, sedang, atau rendah.
b. Analisis Korelasi dan Uji Signifikan
Analisis korelasi digunakan untuk menemukan arah dan kuatnya hubungan
antara dua variabel atau lebih.
Untuk mengetahui koefisien korelasi Variabel X terhadap Variabel Y
digunakan rumus Product Moment, Sugiyono (2005:212)
( )( )
( )
{
}
{
( )
2}
i 2 i 2 i 2 i i i i i xy y y n x x n y x y x n r
∑
∑
∑
∑
∑
−∑
∑
− − =Dimana : rxy = Indeks validitas yang dihitung
n = Jumlah sampel uji coba
∑
Xi = Jumlah produk skor butir
∑
Xi2 = Jumlah kuadrat produk skor butir
∑
Yi = Jumlah produk skor butir total∑
2i
Y = Jumlah kuadrat produk skor butir total
∑
XiYi = Jumlah produk skor X dikali dengan jumlah produkskor Y
Sedangkan untuk uji signifikannya dengan menggunakan r tabel product
moment (tabel III lampiran), dengan ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel
(r h < r t ), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih
c. Analisa Regresi
Analisis regresi digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen
berdasarkan nilai variabel independent.
Untuk melihat hubungan antara variabel X dan Y digunakan rumus regresi
linier sederhana, Sugiyono (2005:204)
Y = a + bx dimana :
( )
( )
( )( )
( )
22 2 . x x n y x x x y a Σ − Σ Σ Σ − Σ Σ =
( )( )
( )
22 . x x n y x y x n b Σ − Σ Σ Σ − Σ =
Dimana : a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regesi, yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen
∑
Xi = Jumlah produk skor butir
∑
Xi2 = Jumlah kuadrat produk skor butir
∑
Yi = Jumlah produk skor butir total∑
2i
Y = Jumlah kuadrat produk skor butir total
∑
XiYi = Jumlah produk skor X dikali dengan jumlah produk skor YPersamaan regresi yang telah ditemukan tersebut dapat digunakan untuk
melakukan prediksi (ramalan) berapa nilai dalam variabel dependen akan terjadi
apabila nilai dalam variabel independent ditetapkan
d. Koefisien Determinasi
Tujuan koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui berapa
Persamaan determinasinya adalah D=
( )
rxy 2×100%B A B I I I
D ES KRIP S I LOKAS I P EN ELITIAN
3.1 Kondisi Wilayah
3.1.1 Letak Geografis
Kabupaten Nias merupakan salah satu Kabupaten dalam wilayah Propinsi
Sumatera Utara dan berada disebelah barat Pulau Sumatera yang berjarak ± 92 mil
laut dari kota Sibolga /Kabupaten Tapanuli Tengah.
3.1.2 Luas Wilayah
Kabupaten Nias mempunyai luas wilayah 3.799,80 Km2
a. Sebelah Utara dengan Pualu-Pulau Banyak Propinsi Nanggroe Aceh
Darusallam
yang terdiri dari
14 wilayah Kecamatan, 443 desa dan 4 Kelurahan. Ibukota Pulau Nias terletak di
Pulau Nias yaitu Gunungsitoli.
3.1.3 Batas Wilayah
Kabupaten Nias berbatasan dengan :
b. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Nias Selatan
c. Sebelah Timur dengan Pulau Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah dan
Natal Kabupaten Mandailing Natal
Pulau Nias mempunyai kondisi alam/topografi berbukit-bukit sempit dan
terjal serta pegunungan dimana tinggi dari permukaan laut bervariasi antara
0 - 800 m, terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai 24 %,
dari tanah bergelombang sampai tanah berbukit-bukit 28,8 % dan dari tanah
berbukit sampai pegunungan 51,2 % dari keseluruhan luas daratan
Dengan kondisi topografi yang demikian mengakibatkan sulitnya membuat
jalaj-jalan lurus dan lebar. Hal ini menyebabkan kota-kota utama di Kabupaten
Nias terletak di tepi pantai
3.1.5 Iklim
Kabupaten Nias terletak di daerah katulistiwa yang mengakibatkan curah
hujan cukup tinggi. Menurut data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
Kabupaten Nias, rata-rata curah hujan pertahun 3145,1 mm dan banyaknya hari
hujan dalam setahun 273 hari atau rata-rata 22 hari per bulan pada tahun 2002.
Akibat banyaknya curah hujan, maka kondisi alamnya sangat lembab dan basah.
Musim kemarau dan hujan datang silih berganti dalam setahun.
Disamping struktur batuan dan susunan tanah yang labil mengakibatkan
seringnya banjir bandang dan terdapat patahan jalan-jalan aspal dan longsor
disana sini, bahkan sering terjadi daerah aliran sungai yang berpindah-pindah.
Keadaan iklim diperangaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara berkisar
antara 14,30-30,40 dengan kelembaban sekitar 80-90 % dan kecepatan angin
antara 5-6 knot/jam. Curah hujan tinggi dan relatif turun hujan sepanjang tahun
dan seringkali disertai dengan badai besar. Musim badai laut biasanya berkisar
antara bulan September sampai Nopember, namun kadang badai terjadi juga pada
3.2 Potensi Wilayah
3.2.1 Gambaran Umum Perkembangan Ekonomi
Tingkat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan disuatu daerah
dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Laju pertumbuhan
ekonomi tertentu dari berbagai sektor ekonomi yang secara tidak langsung akan
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah.
Berdasarkan perhitungan Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) tahun 2003
menunjukan bahwa Kabupaten Nias memiliki dua lapangan usaha utama yaitu
sektor usaha pertanian dan usaha perdagangan, hotel dan restoran.
Metode penghitungan PDRB yang digunakan untuk melihat tingkat
pertumbuhan ekonomi secara riil adalah PDRB yang dihitung atas dasar harga
konstan tahun 1993. Namun penghitungan atas dasar harga berlaku tetap disajikan
untuk melihat dan menganalisa perkembangan PDRB sebelum dan sesudah
[image:45.595.100.529.624.746.2]pengaruh harga diperhitungkan.
Tabel 1
Nilai dan Kontribusi PDRB Kabupaten Nias Tahun 2006
NO LAPANGAN USAHA
PDRB
Harga Konstan Harga Berlaku Nilai
(Rp juta) %
Nilai
(Rp juta) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN
a.Tanaman Bahan Makanan b.Tanaman Perkebunan Rakyat
796.670.74 284.083.91 402.765.45
43.94 15.67 22.21
187.780.99 99.666.15 55.429.45
2. 3. c.Peternakan d.Perikanan e.Kehutanan PENGGALIAN INDUSTRI
a.Industri Besar dan Sedang
51.322.33 50.615.86 7.883.19 5.354.79 23.927.31 4.928.37 2.83 2.79 0.43 0.30 1.32 0.27 10.332.96 20.290.67 2.061.77 1.185.02 14.666.65 1.209.63 2.03 3.99 0.41 0.23 2.88 0.24
NO LAPANGAN USAHA
PDRB
Harga Konstan Harga Berlaku Nilai
(Rp juta) %
Nilai
(Rp juta) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
4. 5. 6. 7. 8. 9.
b.Industri kecil dan RT
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a.Listrik
b.Gas c.Air bersih BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
a.Perdagangan b.Hotel
c.Restoran
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a.Angkutan Darat
b.Angkutan Laut c.Angkutan Udara d.Komunikasi
BANK, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
a.Bank
b. Lembaga Keuangan bukan Bank dan Jasa Asuransi
c. Jasa Perusahaan d.Sewa Bangunan JASA-JASA
a. Jasa Pemerintahan dan Pertahanan b. Jasa Sosial Kemasyarakatan Swasta c. Jasa Hiburan dan Rekreasi d.Jasa Perorangan dan RT
18.998.94 20.015.00 18.254.20 - 1.760.80 185.704.03 389.428.99 380.831.19 4.953.18 3.644.62 80.594.10 30.942.03 33.869.62 4.169.34 11.613.11 103.158.35 24.441.08 16.799.98 583.10 61.334.19 208.204.56 191.492.12 528.25 10.734.80 5.449.38 1.05 1.10 1.01 - 0.10 10.24 21.48 21.00 0.27 0.20 4.45 1.71 1.87 0.23 0.64 5.59 1.35 0.93 0.03 3.38 11.48 10.56 0.03 0.59 0.30 13.457.02 6.807.41 6.400.66 - 406.75 52.842.26 101.690.46 98.094.11 2.546.22 1.050.13 29.823.34 11.298.30 11.629.30 2.001.44 4.894.30 39.329.72 6.739.76 7.409.14 176.94. 25.003.88 74.351.88 63.437.47 125.79 7.995.38 2.793.24 2.65 1.34 1.26 - 0.08 10.39 20.00 19.29 0.50 0.21 5.87 2.22 2.29 0.39 0.96 7.73 1.33 1.46 0.03 4.92 14.62 12.48 0.02 1.57 0.55
JUMLAH 1.813.057.86 100.00 508.477.74 100.00 Sumber : BPS KAB. NIAS (2006)
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Nias tahun 2004, laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Nias atas dasar harga konstan dari tahun ke tahun mengalami
sebesar 0,23 % atau masih berada dibawah angka pertumbuhan ekonomi Sumut
(3,72 %) dan Nasional (3,45 %). Hingga tahun 2004 pertumbuhan ekonomi naik
sebesar 5,13 % yang berarti berada diatas angka pertumbuhan ekonomi Sumut
(4,42 %) dan Nasional (4,10 %). Namun pada tahun 2005 laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Nias mengalami penurunan sebesar minus 3,61 % karena
bencana gempa yang melanda Pulau Nias.
3.2.2. Struktur Perekonomian
Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan
sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang
terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan masing-masing sektor akan
menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi
dari masing-masing sektor. Untuk menggambarkan struktur tersebut dapat dilihat
[image:47.595.88.538.550.747.2]pada table dibawah ini yang dirinci menurut sektor primer, sekunder, dan tersier.
Tabel 2
Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha
Dan Sektor Utama ADHB Tahun 2003-2006 (%)
No Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. PRIMER Pertanian Penggalian SEKUNDER Industri
Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan
TERSIER
Perdagangan, hotel, dan Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
8.
9.
Bank, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa 47.394.23 70.253.76 142.234.09 65.079.89 83.35076 159.665.42 71.277.72 91.144.94 169.716.99 80.594.10 103.158.35 208.204.56
JUMLAH 1.324.377.5 1.479.546.3 1.621.700.4 1.813.057.8 Sumber : BPS KAB. NIAS (2006)
Dari tabel diatas dapat dilihat secara umum sektor primer (Pertanian)
sangat mendominasi dalam pembentukan total PDRB Kabupaten Nias meski ada
indikasi penurunan pada tahun 2003. Sementara sektor perdagangan dari tahun ke
tahun mengalami kenaikan. Tanpa bermaksud mengabaikan peranansektor-sektor
yang lain, hal ini sudah menjadi modal bagi pemerintah daerah Kabupaten Nias
untuk lebih memprioritaskan kedua sektor tersebut diatas
3.2.3 Keadaan Penduduk dan Luas Wilayah
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2006 yang dilaksanakan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS), diperoleh data jumlah penduduk Kabupaten Nias
441.733 jiwa, dengan rata-rata pertumbuhan penduduk (periode tahun 2000-2006)
[image:48.595.152.472.526.754.2]sebesar 2,01 % pertahun.
Tabel 3
Jumlah Penduduk di Kab. Nias Tahun 2006
No Kecamatan Jumlah Penduduk
10. 11. 12. 13. Lahomi Mandrehe Mandrehe Barat Moro’o 7.836 17.951 6.908 8.727
No Kecamatan Jumlah Penduduk
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31 Mandrehe Utara Ulu Moro’o Hiliduho Hili Serangkai Botomuzoi Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli Gunungsitoli Selatan Tuhemberua Lotu Sitolu Ori Gunungsitoli Utara Sawo Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talumuzoi L a h e w a A f u l u
6.933 5.293 9.503 7.158 7.949 6.173 59.409 13.367 9.325 10.257 10.527 15.731 8.808 24.451 12.530 6.125 21.763 9.471
Sumber : BPS Kabupaten Nias 2006 (SP 2006 dan angka proyeksi)
Kepadatan penduduk Kabupaten Nias tahun 2006 sebesar 126 jiwa/km2,
kepadatan penduduk ini tidak sama untuk setiap kecamatan. Kecamatan yang
terpadat penduduknya adalah Kecamatan Gunungsitoli sebesar 466 jiwa/km2, ini
disebabkan oleh wilayah yang tidak cukup luas, sedangkan Kecamatan yang
terjarang penduduknya adalah Kecamatan Lahewa Timur sebesar 43 jiwa/km2.
Tabel 4
Kepadatan Penduduk, Luas Kecamatan, dan Jumlah Desa
di Kabupaten Nias Tahun 2006
No. Kecamatan Luas Kecamatan (km2
Jumlah Desa )
Kepadatan Penduduk Per km2