• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X-2 SMA KHZ Musthafa Sukamanah Kab. Tasikmalaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA: Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X-2 SMA KHZ Musthafa Sukamanah Kab. Tasikmalaya."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Tia Athiyyah, 2014

ABSTRAK

Tia Athiyyah (1001640). PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X-2 SMA KHZ Musthafa Sukamanah Kab. Tasikmalaya).

(2)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN (CIVIC SKILLS) SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X-2 SMA KHZ Musthafa Sukamanah

Kab. Tasikmalaya)

Tia Athiyyah 1001640

(3)

Tia Athiyyah, 2014

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian... 4

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan ... 9

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 9

2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 10

3. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran PKn ... 12

4. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 14

B. Kajian tentang Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share ... 15

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 15

2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ... 16

a. Pengertian Cooperative Learning... 16

b. Strategi Cooperative Learning ... 18

c. Keunggulan dan Kelemahan Cooperative Learning ... 19

d. Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share ... 20

C. Kajian tentang Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 22

1. Pengertian Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 22

2. Keterampilan-keterampilan yang Dimiliki Warga Negara dalam Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 24

a. Keterampilan Intelektual ... 24

b. Keterampilan Partisipasi ... 25

(4)

Tia Athiyyah, 2014

D. Keterkaitan Metode Think pair Share dengan

Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 30

E. Penelitian Terdahulu ... 32

F. Kerangka Pemikiran (Anggapan Dasar) ... 34

G. Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian... 36

B. Pendekatan Penelitian ... 36

C. Metode Penelitian ... 37

D. Penjelasan Istilah ... 41

1. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share ... 41

2. Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 43

F. Prosedur Penelitian ... 44

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 44

2. Tahap Perizinan Penelitian ... 44

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 45

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Observasi ... 45

2. Wawancara ... 46

3. Kuesioner/Angket ... 47

4. Studi Dokumentasi... 47

5. Catatan Lapangan (Fieldnotes) ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 52

1. Observasi Awal Pembelajaran PKn ... 52

2. Penelitian Siklus I ... 53

a. Perencanaan ... 53

b. Pelaksanaan Tindakan ... 54

c. Observasi dan Pengamatan ... 59

d. Refleksi ... 69

3. Penelitian Siklus II ... 71

a. Perencanaan ... 71

b. Pelaksanaan Tindakan ... 72

c. Observasi dan Pengamatan ... 77

d. Refleksi ... 89

(5)

Tia Athiyyah, 2014

a. Perencanaan ... 90

b. Pelaksanaan Tindakan ... 91

c. Observasi dan Pengamatan ... 96

d. Refleksi ... 108

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 109

1. Persiapan Guru dalam Implementasi Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share... 109

2. Implementasi Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share Dalam Meningkatkan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) Siswa ... 111

3. Peningkatan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) Siswa Setelah Menggunakan Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dalam Pembelajaran PKn... 119

4. Hambatan dalam Implementasi Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share ... 124

5. Upaya dalam Mengatasi Hambatan-hambatan Implementasi Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share ... 126

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 131

1. Bagi Guru ... 131

2. Bagi Siswa ... 131

3. Bagi Sekolah ... 132

4. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan ... 132

5. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 132

DAFTAR PUSTAKA

(6)

Tia Athiyyah, 2014

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengembangan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) .... 28

Tabel 3.1 Klasifikasi Kegiatan Guru dan Siswa ... 49

Tabel 4.1 Daftar Nama-nama Kelompok Siklus I ... 56

Tabel 4.2 Nilai Individu pada saat Diskusi Kelas Siklus I ... 57

Tabel 4.3 Nilai Kelompok pada saat Diskusi Kelas Siklus I ... 58

Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I ... 59

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 64

Tabel 4.6 Hasil Pendapat Siswa tentang Pembelajaran Think Pair Share pada Siklus I ... 67

Tabel 4.7 Daftar Nama-nama Kelompok Siklus II ... 73

Tabel 4.8 Nilai Individu pada saat Diskusi Kelas Siklus II ... 74

Tabel 4.9 Nilai Kelompok pada saat Diskusi Kelas Siklus II ... 76

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II ... 77

Tabel 4.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 82

Tabel 4.12 Hasil Pendapat Siswa tentang Pembelajaran Think Pair Share pada Siklus II ... 87

Tabel 4.13 Daftar Nama-nama Kelompok Siklus III ... 93

Tabel 4.14 Nilai Individu pada saat Diskusi Kelas Siklus III ... 94

Tabel 4.15 Nilai Kelompok pada saat Diskusi Kelas Siklus III ... 95

Tabel 4.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus III ... 97

Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III ... 102

Tabel 4.18 Hasil Pendapat Siswa tentang Pembelajaran Think Pair Share pada Siklus III ... 106

Tabel 4.19 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I, II, dan III ... 113

Tabel 4.20 Perbandingan Hasil Pendapat Siswa Tentang Pembelajaran Think Pair Share pada Siklus I, II, dan III ... 115

Tabel 4.21 Perbandingan Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I, II, dan III ... 120

Tabel 4.22 Nilai Individu pada saat Diskusi Kelas ... 121

(7)

Tia Athiyyah, 2014

DAFTAR GAMBAR

(8)

Tia Athiyyah, 2014

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 SK Pembimbing, SK Penguji, Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN 2 Buku Laporan Penulisan Skripsi dan Lembar Pengesahan

LAMPIRAN 3 Profil Sekolah

LAMPIRAN 4 Instrumen dan Hasil Penelitian

LAMPIRAN 5 Daftar Nilai

LAMPIRAN 6 Perangkat Pembelajaran (Silabus dan RPP)

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai mata pelajaran yang

bertujuan untuk mewujudkan warga negara yang baik masih dianggap sebagai

mata pelajaran yang membosankan dan cenderung tidak disukai oleh kebanyakan

siswa. Hal tersebut dikarenakan materi pelajarannya yang bersifat konseptual dan

metode yang digunakan guru dalam pembelajaran tidak bervariasi yang membuat

siswa menjadi jenuh untuk mengikuti pembelajaran PKn.

Berdasarkan pra penelitian di SMA KHZ Musthafa Sukamanah pada kelas

X-2 maka permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran PKn adalah:

Pertama, dilihat dari aspek guru. Dalam melakukan proses pembelajaran,

guru masih menggunakan metode konvensional sehingga membuat siswa menjadi

jenuh untuk mengikuti mata pelajaran PKn. Berdasarkan hasil wawancara, materi

pelajaran PKn yang kebanyakan bersifat konseptual membuat guru merasa

bingung untuk memakai metode pembelajaran, banyaknya materi dan jam

pelajaran untuk PKn sedikit membuat guru melakukan metode ceramah karena

mengejar materi yang selanjutnya takut tidak tersampaikan. Banyaknya materi

PKn yang bersifat teoritis dan hapalan membuat guru lebih mementingkan aspek

pengetahuan dibandingkan dengan keaktifan siswa di kelas. Terkadang guru

menggunakan metode diskusi yang diharapkan untuk merangsang siswa aktif,

namun pola diskusi yang dilakukan justru membuat siswa menjadi jenuh. Hal

tersebut membuat makna tujuan PKn tidak tersampaikan kepada siswa.

Kedua, dilihat dari aspek siswa. Kemampuan menganalisis dan merespon

terhadap berbagai persoalan yang menyangkut PKn masih kurang. Ketika belajar

PKn siswa diharapkan dapat menganalisis masalah kemasyarakatan secara kritis,

namun kenyataannya kemampuan siswa dalam menganalisis dan merespon

terhadap berbagai persoalan masih kurang. Selain itu, siswa merasa jenuh dengan

metode pembelajaran kelompok, yang dalam hal ini adalah metode diskusi. Hal

(10)

tepat. Kemudian, materi PKn yang diberikan oleh guru di sekolah belum bisa

diimplementasikan secara maksimal oleh siswa. Fakta tersebut menunjukkan

bahwa proses pembelajaran belum berjalan dengan baik. Salah satu faktor yang

menyebabkan hal tersebut adalah kurangnya perencanaan dalam proses

pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar tidak terorganisir dengan baik

karena dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah

satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang

dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Masalah di atas harus segera diatasi karena apabila tidak diatasi maka akan

menghambat proses pembelajaran dan makna dari pembelajaran PKn tidak

tersampaikan kepada siswa. Fokus permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti

adalah kurangnya keterampilan kewarganegaraan (civic skills) yang dimiliki

siswa. Hal tersebut ditandai dengan kurangnya siswa dalam berpikir kritis untuk

menganalisis dan merespon isu-isu kemasyarakatan yang sedang terjadi.

Dalam mempelajari PKn siswa memerlukan pembekalan dengan berbagai

kompetensi agar memiliki pemikiran yang kritis terhadap

permasalahan-permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat. Aspek-aspek kompetensi

yang dikembangkan dalam pembelajaran PKn mencakup pengetahuan

kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills),

dan karakter kewarganegaraan (civic disposition). Aspek kompetensi yang akan

diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai keterampilan kewarganegaraan (civic

skills) siswa.

Dengan demikian pembelajaran PKn yang seharusnya adalah

pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan kewarganegaraan (civic

skills) siswa dalam belajar PKn. Sebagaimana tujuan mata pelajaran PKn yang

tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun 2006

tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

(11)

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Sebagaimana salah satu tujuan PKn di atas adalah berpikir secara kritis,

rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Hal tersebut

merupakan wujud dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic

skills) siswa dan dalam rangka mewujudkan warga negara yang baik sesuai

amanah dalam Pancasila. Menurut Depdiknas (2006, hlm. 49) disebutkan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diartikan sebagai berikut:

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Salah satu model pembelajaran untuk mengatasi masalah-masalah yang

terjadi khususnya yang berkaitan dengan PKn sebagai upaya meningkatkan

keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa adalah adanya implementasi

model cooperative learning tipe think pair share. Think Pair Share merupakan

suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas (Arends,

1997 dalam Komalasari, 2010, hlm. 64). Pola diskusi kelas yang diharapkan

adalah dapat merangsang siswa untuk berani berpendapat, merespon, dan

menganalisis permasalahan yang diberikan oleh guru.

Tujuan pembelajaran PKn tidak mungkin tercapai apabila siswa tidak

memiliki keterampilan kewarganegaraan (civic skills). Bahan-bahan yang

diajarkan dalam pembelajaran PKn dianjurkan pada bahan yang bersifat

controversial issue. Kemudian guru mengembangkan bahan tersebut melalui

model cooperative learning tipe think pair share sehingga siswa mendapatkan

bimbingan dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills).

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Mulyasa (2012,

(12)

upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan

memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan”. PTK

dimaksudkan untuk mengkaji dan memberikan solusi terhadap berbagai

permasalahan yang terjadi dan dialami oleh guru di kelas.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe

Think Pair Share dalam Pembelajaran PKn untuk Meningkatkan Keterampilan

Kewarganegaraan (Civic Skills) Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas X-2

SMA KHZ Musthafa Sukamanah Kab. Tasikmalaya).”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan yaitu rendahnya

keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa kelas X-2 dalam pembelajaran

PKn. Sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka peneliti akan

menerapkan model cooperative learning tipe think pair share. Agar fokus kajian

menjadi jelas, maka peneliti berusaha untuk mengidentifikasi masalah dalam

penelitian ini yaitu persiapan guru dalam implementasi model cooperative

learning tipe think pair share, implementasi model cooperative learning tipe think

pair share, peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa setelah

menggunakan model cooperative learning tipe think pair share, hambatan yang

dihadapi guru dan siswa dalam implementasi model cooperative learning tipe

think pair share, dan upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi

hambatan-hambatan dalam penelitian ini.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah sejauhmana implementasi

model cooperative learning tipe think pair share dalam peningkatan keterampilan

kewarganegaraan (civic skills) siswa dalam pembelajaran PKn.

Adapun rumusan masalah dari permasalahan di atas adalah sebagai

(13)

1. Bagaimana persiapan guru dalam implementasi model cooperative learning

tipe think pair share pada pembelajaran PKn?

2. Bagaimana implementasi model cooperative learning tipe think pair share

dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa pada

pembelajaran PKn?

3. Bagaimana peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa

setelah menggunakan model cooperative learning tipe think pair share?

4. Apa saja hambatan yang dihadapi guru dan siswa dalam implementasi model

cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn untuk

meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)?

5. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan-hambatan

implementasi model cooperative learning tipe think pair share pada

pembelajaran PKn untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic

skills)?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui dan memperoleh gambaran

secara faktual dan aktual mengenai implementasi model cooperative learning tipe

think pair share terhadap keaktifan, kerja sama, dan keberanian peserta didik

dalam berpikir dan mengemukakan pendapat sehingga adanya peningkatan

keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Persiapan guru dalam implementasi model cooperative learning tipe think

pair share pada pembelajaran PKn.

b. Implementasi model cooperative learning tipe think pair share dalam

meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa pada

(14)

c. Peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa setelah

menggunakan model cooperative learning tipe think pair share.

d. Hambatan yang dihadapi guru dan siswa dalam implementasi model

cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn untuk

meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills).

e. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi hambatan-hambatan

implementasi model cooperative learning tipe think pair share pada

pembelajaran PKn untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan

(civic skills).

E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran bagi dunia

pendidikan terutama untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic

skills) siswa dalam pembelajaran PKn melalui implementasi model cooperative

learning tipe think pair share.

2. Secara Praktis

Dengan mengetahui implementasi model cooperative learning tipe think

pair share terhadap keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa dalam

berpikir dan memecahkan masalah diharapkan penelitian ini :

a. Bagi guru, model cooperative learning tipe think pair share dapat

membantu mentransfer ilmu kepada siswa secara efektif, sehingga tujuan

pembelajaran PKn yaitu peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic

skills) dapat tercapai.

b. Bagi peserta didik, dapat dijadikan alat bantu dalam belajar dan dapat

merangsang untuk aktif dalam proses pembelajaran, khususnya

pembelajaran PKn.

c. Bagi sekolah, model cooperative learning tipe think pair share dapat

dijadikan salah satu alternatif dalam meningkatkan mutu pembelajaran di

SMA KHZ Musthafa Sukamanah agar siswanya lebih berkualitas

(15)

d. Bagi jurusan Pendidikan Kewarganegaraan, menambah referensi

kepustakaan jurusan PKn khususnya yang berhubungan dengan penelitian

mengenai penerapan model cooperative learning tipe think pair share

untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa

dan diharapkan menjadi salah satu model pembelajaran yang

dikembangkan dalam kegiatan belajar pembelajaran bagi mahasiswa PKn

sebagai persiapan menjadi guru di lapangan nantinya.

e. Bagi peneliti, memperluas wawasan dan memperoleh pengalaman dalam

memecahkan persoalan khususnya mengenai penerapan model cooperative

learning tipe think pair share untuk meningkatkan keterampilan

kewarganegaraan (civic skills) siswa

F. Struktur Organisasi Skripsi Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi

masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi tentang teori yang sedang dikaji dan kedudukan

masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Pada bab ini, akan dijelaskan

mengenai kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), kajian tentang

model cooperative learning tipe think pair share, kajian tentang keterampilan

kewarganegaraan, keterkaitan metode think pair share dengan keterampilan

kewarganegaraan (civic skills), penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan

hipotesis tindakan.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian,

termasuk beberapa komponen seperti lokasi dan subjek penelitian, pendekatan

penelitian, metode penelitian, penjelasan istilah, instrumen penelitian, prosedur

(16)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV ini terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan yaitu pengolahan

atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah

penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan

atau analisis temuan.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil

analisis temuan penelitian. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan

(17)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi dan Subjek Penelitian

Menurut Nasution (2003, hlm. 43) mengemukakan bahwa “lok

asi penelitian menunjukkan pada tempat atau lokasi sosial dimana

penelitian dilakukan, yang dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu pelaku, tempat, dan kegiatan yang dapat diobservasi”.

Lokasi penelitian adalah di SMA KHZ Musthafa Sukamanah, yang

beralamat di Jl. Pahlawan KHZ Musthafa Sukamanah No. 47 Ds. Sukarapih Kec.

Sukarame Kab. Tasikmalaya. Subjek penelitian adalah guru mata pelajaran PKn

dan siswa kelas X-2 dengan jumlah siswa 26 orang, yang terdiri atas 8 orang

siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Adapun yang menjadi dasar

pertimbangan dipilihnya kelas tersebut adalah karena kemampuan akademik siswa

di kelas X-2 cukup beragam dan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)

dalam pembelajaran PKn masih cukup rendah.

B.Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian

tindakan kelas memerlukan pengamatan dan penelitian yang mendalam.

Pendekatan kualitatif dipilih karena peneliti membutuhkan sejumlah data

lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual.

Siregar (2013, hlm. 110) mengemukakan bahwa “pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks

tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan

(18)

yang aktual untuk memberikan pemahaman yang berarti dan menimbulkan

pemikiran-pemikiran kritis, artinya hal tersebut bersifat deskriptif.

C.Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan bagian yang terpenting dalam menentukan

keberhasilan suatu penelitian, karena hal tersebut akan memecahkan permasalahan

yang sedang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan

kelas. Mulyasa (2012, hlm. 11) mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas

merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta

didik dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja

dimunculkan”. Sedangkan menurut Kunandar (2007, hlm. 44-45) mengatakan

bahwa:

Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.

Penelitian tindakan kelas (PTK) bertujuan untuk memperbaiki praktik

pembelajaran di kelas. Pada prosesnya, PTK merupakan suatu penelitian yang

berulang atau siklus yang pada tiap siklusnya terdiri dari empat tahapan, yaitu

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

PTK merupakan penelitian yang memfokuskan pada pembelajaran di

kelas, hal ini dimaksudkan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang

terjadi dan dialami oleh guru di kelas. Oleh karena itu, penelitian dengan

menggunakan metode PTK harus adanya perubahan dan peningkatan ke arah yang

lebih baik. Apabila tidak adanya perubahan dan penurunan terhadap pembelajaran

maka hal tersebut menyalahi aturan PTK.

Kunandar (2007, hlm. 51) mengungkapkan beberapa alasan PTK menjadi

salah satu pendekatan dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu pembelajaran

(19)

1. Merupakan pendekatan pemecahan masalah yang bukan sekedar trial and error.

2. Menggarap masalah-masalah faktual yang dihadapi guru dalam

pembelajaran.

3. Tidak perlu meninggalkan tugas utamanya, yaitu mengajar. 4. Guru sebagai peneliti.

5. Mengembangkan iklim akademik dan profesionalisme guru.

6. Dapat segera dilaksanakan pada saat muncul kebutuhan.

7. Dilaksanakan dengan tujuan perbaikan.

8. Murah biayanya.

9. Desain lentur atau fleksibel.

10. Analisis data seketika dan tidak rumit. 11. Manfaat jelas dan langsung.

Alasan peneliti menggunakan metode PTK dikarenakan peneliti

menemukan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Permasalahan

yang dimaksud adalah rendahnya keterampilan kewarganegaraan (civic skills)

siswa dalam pembelajaran PKn. Hal tersebut harus dicari penyelesaiannya

sehingga diharapkan dengan penyelesaian yang diterapkan dapat mengatasi

kesulitan belajar di kelas serta dapat memperbaiki kinerja guru di dalam proses

belajar mengajar. Melalui PTK guru dapat mengembangkan model-model

mengajarnya secara bervariasi, pengolahan kelas yang dinamis dan kondusif serta

penggunaan media dan sumber belajar yang tepat dan memadai.

Prosedur penelitian tindakan kelas berbentuk siklus yang terdiri dari empat

tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Terdapat

beberapa model penelitian tindakan kelas, namun dalam penelitian ini peneliti

mengacu pada model spiral dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmadja, 2008, hlm.

(20)

Gambar 3.1

s

Perencanaan

Tindakan

Refleksi SIKLUS 1

Pengamatan

Revisi

Perencanaan

Tindakan SIKLUS II

Refleksi

Pengamatan

Revisi

Perencanaan

Tindakan SIKLUS III

Refleksi

(21)

Siklus pelaksanaan PTK yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Model Spiral)

Pelaksanaan PTK berbentuk daur ulang atau siklus, tahap awal dimulai

dengan siklus pertama yang terdiri dari empat tahap, siklus kedua pun sama

seperti siklus pertama yang terdiri dari empat tahap, begitupun selanjutnya

sehingga adanya perubahan dan hasil yang baik berdasarkan tujuan yang ingin

dicapai. Adapun tahapan dalam PTK terdiri dari empat tahap yaitu:

1. Perencanaan (plan)

Perencanaan yaitu menyusun rencana tindakan dan penelitian yang akan

dilaksanakan dalam pembelajaran PKn. Perencanaan ini dibuat sesudah peneliti

menyikapi kondisi siswa dan fakta yang terjadi. Pada saat perencanaan, peneliti

membuat silabus dan rencana pembelajaran dilengkapi dengan sistem penilaian

yang akan diberikan pada saat proses pembelajaran. Selain itu, peneliti juga

mempersiapkan format observasi yaitu format guru dan siswa, angket, dan

pedoman wawancara untuk guru dan siswa.

Perencanaan bersama dilakukan antara peneliti dan guru mitra tentang

topik kajian. Materi yang disepakati yaitu tentang Sistem Politik di Indonesia

sedangkan pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas X-2 SMA KHZ Musthafa

Sukamanah.

2. Tindakan (Act)

Pelaksanaan yaitu praktek pembelajaran yang nyata berdasarkan rencana

yang disusun secara bersama sebelumnya. Terkadang perubahan harus

dilaksanakan, tatkala kondisi kelas memerlukannya. Tindakan ini diarahkan guna

memperbaiki keadaan, meningkatkan kualitas atau mencari solusi permasalahan,

pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model cooperative

learning tipe think pair share untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan

(civic skills) siswa.

3. Pengamatan (Observe)

Pengamatan dilakukan pada saat tindakan berlangsung. Dalam tahap ini

(22)

terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan

dengan menggunakan format observasi yang telah disusun, termasuk juga

pengamatan secara skenario tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya

terhadap proses dan hasil belajar.

4. Refleksi (Reflect)

Reflection adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang

terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Tahap ini dimaksudkan untuk

mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang

telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan

berikutnya. Peneliti dan guru mitra mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan

dalam pembelajaran dan melakukan perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan

program tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil analisis data, proses, dan

hasil pelaksanaan tindakan sebagai dasar penyusunan rancangan program

selanjutnya.

D.Penjelasan Istilah

Dalam mendukung penyelesaian masalah dari penelitian ini agar sesuai

dengan ruang lingkup masalah yang dikaji maka peneliti menggunakan beberapa

penjelasan istilah sebagai berikut:

1. Model cooperative learning tipe Think Pair Share

Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya

dari Universitas Maryland. Think Pair Share merupakan metode yang memberi

siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain

(Isjoni, 2010, hlm. 67) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama,

saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil

secara kooperatif. Sedangkan Arends (Komalasari, 2010, hlm. 64) menyatakan

bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi

suasana pola diskusi kelas. Metode think pair share adalah metode dalam

pembelajaran kooperatif yang memberi siswa untuk berpikir, merespon, dan

(23)

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam

melakukan metode think pair share (Arends, 1997, disadur Tjokrodihardjo, 2003

dalam Komalasari, 2010, hlm. 64-65) adalah:

1) Berpikir (thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atas masalah.

2) Berpasangan (pairing)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

3) Berbagi (sharing)

Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Langkah-langkah di atas harus dilakukan guru dalam melaksanakan

metode Think Pair Share dan guru harus bisa membimbing siswa agar aktif dalam

proses pembelajaran.

2. Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills)

Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) adalah kecakapan

kewarganegaraan yang terdiri atas kecakapan intelektual (kecakapan berpikir

kritis) dan kecakapan partisipasi yang bertanggung jawab, efektif, dan ilmiah

dalam proses politik dan dalam civil society (Branson, 1999, hlm. 17-20).

Keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills) dalam penelitian ini adalah

kecakapan berpikir kritis terhadap suatu masalah dan kecakapan partisipasi dalam

bekerja sama dengan orang lain pada proses pembelajaran PKn.

Adapun yang menjadi indikator keterampilan kewarganegaraan dalam

penelitian ini adalah:

a. Keterampilan intelektual

Beyer (Sapriya, 2008, hlm. 117) menegaskan bahwa ada seperangkat

(24)

pembelajaran disiplin ilmu-ilmu sosial, keterampilan-keterampilan tersebut

adalah:

1) Membedakan antara fakta dan nilai dari suatu pendapat 2) Menentukan reliabilitas sumber

3) Menentukan akurasi fakta dari suatu pernyataan

4) Membedakan informasi yang relevan dari yang tidak relevan

5) Mendeteksi penyimpangan

6) Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan

7) Mengidentifikasi tuntutan dan argumen yang tidak jelas atau samar-samar

8) Mengakui perbuatan yang keliru dan tidak konsisten

9) Membedakan antara pendapat yang tidak dan dapat

dipertanggungjawabkan

10)Menentukan kekuatan argumen

b. Keterampilan Partisipasi

Welton dan Mallan (Sapriya, 2008, hlm. 156) menyarankan bahwa untuk

belajar berpartisipasi di dalam masyarakat, maka para siswa perlu dibelajarkan

sejumlah keterampilan sebagai berikut:

1) Bekerja dalam kelompok secara efektif, meliputi belajar

mengorganisir, merencanakan, mengambil keputusan, dan mengambil tindakan.

2) Membentuk koalisi kepentingan dengan kelompok lain.

3) Melakukan ajakan, berkompromi dan melakukan bargaining.

4) Bersikap sabar dan tekun dalam bekerja untuk mencapai tujuan.

5) Berusaha memperbanyak pengalaman dalam situasi budaya yang

berbeda-beda.

E.Instrumen Penelitian

Sugiyono (2012, hlm. 305) mengemukakan bahwa:

Dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, instrumen dalam penelitian ini adalah lembar

observasi guru dan siswa yang ditujukan untuk mengamati proses pembelajaran,

kuesioner/angket untuk melihat presentasi peningkatan keterampilan

(25)

mengetahui informasi dan mengumpulkan data berkenaan dengan pelaksanaan

tindakan, studi dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan sejumlah dokumen

yang diperlukan sebagai bahan informasi berkaitan dengan penelitian.

F. Prosedur Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan dapat efektif sesuai dengan yang

diharapkan, maka peneliti mengacu pada prosedur penelitian yang terbagi

kedalam tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap ini, pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan pra

penelitian ke lapangan untuk melihat permasalahan dalam proses pembelajaran di

kelas. Hal yang dilakukan melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran

PKn untuk memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran di kelas

kemudian melihat proses pembelajaran di kelas dan melakukan wawancara

dengan siswa. Setelah melakukan pra penelitian, peneliti mengajukan proposal

penelitian kepada pembimbing.

2. Tahap Perizinan Penelitian

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan

prosedur perizinan yaitu:

a. Mengajukan surat izin penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan

Kewarganegaraan untuk diteruskan kepada Dekan FPIPS UPI melalui

Pembantu Dekan I dengan nomor surat 100/UN40.2.4/DT/2014.

b. Surat permohonan izin penelitian dari jurusan diberikan kepada Dekan FPIPS

UPI melalui Pembantu Dekan I untuk mendapatkan surat rekomendasi dari

Kepala BAAK UPI dengan nomor surat 416/UN.40.2.DI/PL/2014.

c. Pembantu Rektor Bidang Akademik atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat

permohonan izin penelitian skripsi kepada Kantor Kesatuan Bangsa, Politik

dan Perlindungan Masyarakat Kab. Tasikmalaya dengan nomor surat

(26)

d. Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kab. Tasikmalaya

mengeluarkan surat permohonan izin penelitian skripsi kepada Kantor Dinas

Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya dengan nomor surat 070/267/KBL.

e. Dinas Pendidikan Kab. Tasikmalaya mengeluarkan surat izin melakukan

penelitian di SMA KHZ Musthafa Sukamanah dengan nomor surat

070/0728/Disdik.

f. Kepala Sekolah SMA KHZ Musthafa Sukamanah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di kelas X-2.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari

responden. Pada tahap ini peneliti mengadakan wawancara dengan siswa dan guru

mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung dan penerapan model

cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran PKn untuk

meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills). Selain itu, peneliti

mempersiapkan berbagai instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan

penelitian.

G.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dibutuhkan untuk memperoleh data dan informasi yang

berhubungan dengan penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah wawancara, observasi, kuesioner/angket, studi dokumentasi,

dan catatan lapangan (fieldnotes).

1. Observasi

Dalam observasi ini, peneliti langsung meneliti ke lokasi penelitian yaitu

SMA KHZ Musthafa Sukamanah, dan melakukan pengamatan terhadap

penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran

PKn untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa di

kelas X-2. Hal ini dimaksudkan agar peneliti bisa memperoleh data secara

(27)

PKn dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share yang

dapat meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa.

Sebagaimana menurut Nasution (2003, hlm. 106), mengatakan bahwa

observasi adalah:

Alat pengumpul data yang dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang kehidupan sosial dan diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya.

Sejalan dengan pendapat Arikunto (2008, hlm. 145) mengemukakan

bahwa observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara peneliti

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti. Observasi

ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai kondisi objek

penelitian.

Observasi dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi guru dan

siswa yang ditujukan untuk mengamati proses pembelajaran. Lembar observasi ini

dibutuhkan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru dan aktivitas siswa

selama pengembangan tindakan dalam pembelajaran PKn melalui model

cooperative learning tipe think pair share. Penelitian aktivitas guru dan siswa

dalam observasi dilakukan dengan cara penskoran data dan deskripsi data dari

skor tersebut.

Skor 4 = sangat baik Skor 3 = baik

Skor 2 = cukup Skor 1 = kurang

(Kunandar, 2007, hlm. 299)

Rata-rata akhir:

3,01-4,00 : sangat baik 2,01-3,00 : baik

1,01-2,00 : cukup 0,00-1,00 : kurang (Sudjana, 1989, hlm. 77)

2. Wawancara

(28)

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara.

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah guru mata pelajaran

PKn dan siswa-siswa kelas X-2 dengan menggunakan pedoman wawancara yang

telah disiapkan. Tujuan wawancara dalam penelitian ini adalah untuk memperolah

data dan informasi yang berkenaan dengan penerapan model cooperative learning

tipe think pair share pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan keterampilan

kewarganegaraan (civic skills) siswa.

3. Kuesioner/angket

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012, hlm. 199). Kuesioner dalam penelitian ini

diberikan kepada siswa-siswi kelas X-2 untuk memperoleh data mengenai

penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran

PKn dan mengukur peningkatan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)

siswa.

4. Studi dokumentasi

Dokumentasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai

sesuatu yang tertulis, tercetak, atau terekam, yang dapat dipakai, sebagai bukti

atau keterangan. Sedangkan menurut Danial dan Wasriah (2009, hlm. 79),

mengemukakan:

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat,

menganalisis data-data yang berupa dokumentasi yang berhubungan dengan

(29)

adalah profil sekolah, buku yang digunakan oleh guru PKn, foto, gambar-gambar

dan lain-lain yang ditemukan selama penelitian.

5. Catatan lapangan (fieldnotes)

Bogdan dan Bikle (Moleong, 2005, hlm. 209) mengatakan bahwa ‘catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan

dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam kualitatif’. Dalam penelitian ini, peneliti membuat catatan singkat mengenai pokok-pokok pembicaraan dan pengamatan terhadap proses pembelajaran di kelas

X-2 dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share dalam

meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa.

H.Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu kualitatif dan

kuantitatif. Dalam melakukan pengolahan dan analisis data kualitatif, peneliti

mengacu pada teknik yang dikemukakan oleh Moleong (2005, hlm. 190) sebagai

berikut:

1. Reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi, yang merupakan usaha untuk membuat rangkuman isi.

2. Menyusun dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorisasikan

sambil membuat koding.

3. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data dan kemudian diakhiri

dengan penafsiran data.

Dengan mengacu pada pendapat di atas, maka proses analisis data yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penyeleksian dan pengelompokan data, data yang sudah terkumpul diseleksi,

dirangkum dan disesuaikan dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan.

Setelah itu dikelompokan berdasarkan kategori tertentu untuk dicari tema dan

polanya berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat. Kategorisasi data

(30)

a. Latar atau konteks kelas, yaitu berupa informasi umum dan khusus tentang

latar fisik kelas dan latar para pelaku (guru dan siswa).

b. Proses pembelajaran, yaitu berupa informasi umum tentang interaksi sosial

guru dan siswa, interaksi siswa dengan kelompoknya, interaksi antar

kelompok siswa di kelas, dan suasan kelas selama pembelajaran model

cooperative learning tipe think pair share berlangsung.

c. Aktivitas, yaitu berupa informasi umum tentang tindakan para pelaku yaitu

tindakan guru dan siswa. Aktivitas guru dan siswa diamati menggunakan

format observasi dengan menggunakan penskoran data, dan deskripsi dari

skor tersebut, yaitu:

Skor 4 = Sangat baik

Skor 3 = Baik

Skor 2 = Cukup

Skor 1 = Kurang

Perolehan skor

Presentase aktivitas guru = x 100%

Seluruh aktivitas

Perolehan skor

Presentase aktivitas siswa = x 100%

Seluruh aktivitas

Setelah dihitung kemudian hasilnya diklasifikasi, adapun klasifikasi

[image:30.595.142.497.594.678.2]

hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Klasifikasi Kegiatan Guru dan Siswa

Rentang Skor Kategori

76% - 100 % Sangat Baik

51% - 75% Baik

26% - 50% Cukup

< 25% Kurang

(31)

2. Validasi data dilakukan untuk membuktikan kesesuaian antara yang telah

diamati peneliti dengan yang ada dalam dunia nyata. Validasi dilakukan

melalui teknik versi Hopkins (dalam Wiriatmadja, 2008, hlm. 168-171) yaitu:

a. Member chek, yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dan angket

dari narasumber, apakah keterangan atau informasi atau penjelasan sifatnya

tetap tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan data itu

diperiksa kebenarannya.

b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis

yang peneliti sendiri dengan membandingkan hasil orang lain, misalnya

mitra peneliti lain yang hadir dan menyaksikan dalam situasi yang sama.

Menurut Elliot (dalam Wiriaatmadja, 2008, hlm. 168) mengemukakan bahwa “triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang, yakni sudut pandang guru, siswa, dan yang melakukan pengamatan atau observasi (peneliti).”

c. Audit Trial, yaitu mengecek kebenaran hasil penelitian beserta prosedur

dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikan hasil-hasil

temuan bersama teman-teman sekelompoknya (peer group).

d. Expert opinion, yaitu pengecekan terakhir terhadap temuan-temuan

penelitian oleh pakar yang profesional dibidang ini, yaitu dosen

pembimbing. Pada tahapan akhir ini dilakukan perbaikan, modifikasi, atau

penghalusan berdasarkan analisis yang dilakukan akan mengingatkan

derajat kepercayaan penelitian yang dilakukan.

e. Key responden review, yaitu meminta salah seorang atau beberapa mitra

peneliti atau orang yang hendak mengetahui tentang penelitian tindakan

kelas, untuk membaca draft awal laporan penelitian dan meminta

pendapatnya.

3. Interpretasi data, setelah data dikumpulkan, diseleksi, dikelompokan serta

diperiksa keabsahannya, tahap selanjutnya adalah dilakukan interpretasi

terhadap keseluruhan data penelitian untuk memberikan makna terhadap

(32)

dijawab. Interpretasi dilakukan untuk menafsirkan terhadap keseluruhan

temuan peneliti berdasarkan acuan normatif praktis dan aturan teoritik yang

telah disepakati mengenai proses pembelajaran. Kemudian

menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan. Ada beberapa hal yang

dilakukan peneliti, yaitu:

a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan

b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap siklus

c. Mengolah dan menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas

siswa

d. Mendeskripsikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa berdasarkan

analisis di atas.

Mengolah dan menganalisis data kuantitatif berupa angket dengan cara

menghitung presentase setiap item pernyataan. Adapun cara menghitungnya

dengan merujuk pada pendapat Kuntjaraningrat (Sarpiah, 2003, hlm. 33) yaitu

sebagai berikut:

F = E x 100% N

Keterangan:

F = Jumlah presentase setiap pernyataan

E = Jumlah siswa yang memilih/menjawab skor

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan umum yaitu penerapan

model cooperative learning tipe think pair share mampu meningkatkan

keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa pada pembelajaran PKn di

kelas X-2 SMA KHZ Musthafa Sukamanah.

Adapun kesimpulan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persiapan guru dalam implementasi model Cooperative Learning tipe Think

Pair Share pada pembelajaran PKn di kelas X-2 adalah menyiapkan silabus

dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu tentang suprastruktur dan

infrastruktur politik di Indonesia, perbedaan sistem politik di berbagai negara,

dan peran serta dalam sistem politik di Indonesia. Metode yang digunakan

adalah Think Pair Share, media pembelajaran yang digunakan pada siklus I

dan II adalah kartu masalah yang berisi artikel dan pada siklus III adalah artikel

dari internet, dan alat penilaian berupa pedoman observasi guna mengamati

aktivitas pembelajaran dan penilaian individu serta penilaian kelompok.

2. Pelaksanaan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dalam

meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa pada

pembelajaran PKn diterapkan sesuai dengan langkah-langkah penelitian

tindakan kelas (PTK), yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan atau observasi,

dan refleksi. Dalam pelaksanaan model pembelajaran Think Pair Share Siswa

berpikir sendiri mengenai permasalahan yang diberikan oleh guru selama

beberapa menit, kemudian berpasangan dan mendiskusikan apa yang diperoleh

masing-masing, setelah itu setiap pasangan berbagi dengan keseluruhan kelas

mengenai permasalahan yang telah didiskusikan. Pelaksanaan model

Cooperative Learning tipe Think Pair Share pada siklus I belum menunjukkan

hasil yang optimal, siswa yang berpartisipasi dan aktif dalam pembelajaran

hanya sebagian kecil. Pada siklus II mulai muncul beberapa siswa lain yang

aktif dan pada siklus III mayoritas siswa bisa berpartisipasi dan aktif dalam

(34)

Think Pair Share pada proses pembelajaran PKn mengalami kenaikan pada

setiap siklusnya.

3. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I, II, dan III bahwa

keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa meningkat setelah

diterapkannya model Cooperative Learning tipe Think Pair Share pada

pembelajaran PKn di kelas X-2. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil observasi

aktivitas pembelajaran siswa pada siklus I, II, dan III adanya peningkatan.

Pada siklus I masih banyak siswa yang pasif dalam pembelajaran, kemudian

pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan siswa yang tadinya pasif

menjadi aktif dan pada siklus III mayoritas siswa aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran. Selain itu, penilaian individu dan kelompok menunjukkan hasil

positif dan peningkatan pada setiap siklusnya, sehingga penerapan model

Cooperative Learning tipe Think Pair Share pada pembelajaran PKn mampu

meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa kelas X-2.

4. Kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan model Cooperative Learning

tipe Think Pair Share pada pembelajaran PKn adalah guru kurang menguasai

keterampilan dalam mengelola kelas, guru kurang memotivasi siswa untuk ikut

berpartisipasi dalam pembelajaran, guru kurang menguasai keterampilan dalam

membimbing diskusi kelas maupun diskusi kelompok, dan terkadang hal-hal

yang sudah direncanakan tidak sesuai dengan pelaksanaan di lapangan.

5. Upaya guru mengatasi hambatan dalam menerapkan model Cooperative

Learning tipe Think Pair Share pada pembelajaran PKn adalah guru

melakukan refleksi setiap selesai menerapkan model, sehingga hal-hal yang

belum optimal dapat diperbaiki pada proses pembelajaran selanjutnya. Selain

itu guru mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, membimbing, dan dapat

membangun kelas yang demokratis sehingga dapat mengelola kelas dengan

baik. Kemudian guru harus memotivasi siswa salahsatunya dengan

memberikan reward apabila siswa dapat berpartisipasi, memusatkan perhatian

siswa pada tujuan dan topik diskusi sehingga siswa dapat mengikuti proses

(35)

memperbaiki proses pembelajaran pada setiap siklus, sehingga tujuan

pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

B.Saran

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, ada beberapa saran yang

dapat peneliti berikan yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dapat meningkatkan

keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa. Oleh karena itu,

diharapkan guru dapat mengembangkan dan mengimplementasikan

Cooperative Learning tipe Think Pair Share sesuai dengan

tahapan-tahapannya.

b. Guru diharapkan dapat termotivasi dan menciptakan model-model baru

yang lebih kreatif, inovatif, dan variatif agar mampu menumbuhkan

semangat siswa dan meningkatkan partisipasi belajar siswa.

c. Keberhasilan guru dalam menerapkan model Cooperative Learning tipe

Think Pair Share salah satunya ditentukan oleh keterampilan guru dalam

mengelola kelas dan diskusi. Oleh karena itu, guru harus menguasai

keterampilan-keterampilan tersebut agar dapat berjalan secara maksimal.

2. Bagi Siswa

a. Walaupun siswa sudah mengalami peningkatan dalam keterampilan

kewarganegaraan (civic skills) melalui model Cooperative Learning tipe

Think Pair Share, namun alangkah baiknya agar siswa dapat meningkatkan

kemampuan belajar PKn misalnya dengan membaca dan memahami materi

dari buku teks dengan berbagai sumber maupun mencari informasi baik itu

dari televisi, internet, majalah, koran, dll.

b. Siswa diharapkan dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran PKn,

sehingga pembelajaran PKn dapat lebih interaktif dan siswa dapat

(36)

3. Bagi Sekolah

Agar proses pembelajaran di sekolah berjalan secara maksimal, maka

hendaknya sekolah memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan

mendukung dalam rangka mengoptimalkan pembelajaran agar lebih berkualitas.

Sekolah juga harus memberikan keleluasaan guru mata pelajaran untuk

menerapkan metode baru yang lebih inovatif dan kreatif sehingga dapat

menimbulkan semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran.

4. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dapat memberikan pengetahuan

yang lebih luas kepada mahasiswa mengenai model-model pembelajaran untuk

bekal mengajar ketika sudah menjadi guru dan memberikan fasilitas yang

menunjang mahasiswa untuk berkreasi dalam mengembangkan model

pembelajaran sehingga dapat diimplementasikan di sekolah.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Mengingat keterampilan kewarganegaraan (civic skills) sangat penting

dimiliki oleh siswa, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

penerapan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share untuk

meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa dalam

pembelajaran PKn. Selain untuk meningkatkan keterampilan kewarganegaraan

(civic skills) siswa, peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan model

Cooperative Learning tipe Think Pair Share dengan variabel lain, seperti

penerapan model Cooperative Learning tipe Think Pair Share dalam

pembelajaran PKn untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, kemudian dapat

menggunakan metode eksperimen untuk melihat pengaruh model Cooperative

Learning tipe Think Pair Share terhadap keterampilan kewarganegaraan (civic

(37)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN DAFTAR PUSTAKA

A.Sumber Buku

Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Studi Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aryani, I. K. dan Susatim, M. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai. Bogor: Ghalia Indonesia.

Branson, M. S. (1999). Belajar “Civic Education” dari Amerika. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS).

Danial, E. dan Wasriah, N. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Silabus Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Kewarganegaraan: Departemen Pendidikan Nasional.

Djahiri, A. K. (2006). PKN Sebagai Strategi Pembelajaran Demokrasi di Sekolah. Bandung: Jurusan PMPKn FPIPS UPI.

Gatara, A. S. dan Sofhian, S. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Bandung: Fokusmedia.

Hassoubah, Z. I. (2004). Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa.

Huda, M. (2013). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ibrahim, M., dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Unesa.

Isjoni. (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Julianti. (2000). Implementasi Model Cooperative Learning dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Bandung: UPI.

(38)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN Kunandar. (2007). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lie, A. (2004). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Moleong, L. J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2012). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rahmat, dkk. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Sa’dijah, C. (2006). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS). Malang: Lembaga Penelitian UM.

Sapriya. (2002). Studi Sosial Konsep dan Model Pembelajaran. Bandung: Buana Nusantara.

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Solihatin, E. dan Raharjo. (2008). Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Somantri, M. N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

(39)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN Surya, M. (2004). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka

Bani Quraisy.

Suryabrata, S. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Usman, U. (2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Winardi. (2002). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Winataputra, U. (2001). Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi. Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wuryan, S. dan Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

B.Sumber Jurnal dan Prosiding Seminar

Komalasari, K. (2012). The Effect of Contextual Learning in Civic Education on Students Civic Skills. Educare Journal: International Journal for Educational Studies, 4(2), hlm.179-189.

Maftuh, B. dan Sapriya. (2005) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Pemetaan Konsep. Jurnal Civicus: Implementasi KBK Dalam Pendidikan Kewarganegaraan dalam Berbagai Konteks, 1(5), hlm. 319-328.

Setiawan, D. (2008) Inovasi Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Pemberdayaan Warga Negara dan Implikasinya terhadap Restrukturisasi Isi Kurikulum. Jurnal Civicus: Inovasi Pendidikan Kewarganegaraan dan Kemasyarakatan. 2(11), hlm. 749-762.

Zuriah, N. (2009). Pengembangan Kompetensi Kewarganegaraan Multikultural di Era Global (Peluang dan Prospeknya pada Perkuliahan PKn di Lingkungan Perguruan Tinggi). Dalam: Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd.

(penyunting) Prosiding Seminar Internasional Pendidikan

(40)

Tia Athiyyah, 2014

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN C.Sumber Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Gambar

Gambar 3.1
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Pada umumnya, analisis transmisi harga vertikal dilakukan terhadap harga- harga komoditas yang sama, namun demikian, analisis transmisi harga vertikal juga dapat dilakukan

PENGARUH AKSESIBILITAS FASILITAS BELAJAR DAN KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA JURUSAN TEKNIK PENDINGIN DI SMK NEGERI 1 CIMAHI Universitas

Metode sintesis sitronelal dapatdilakukan dengan katalis homogen, namun katalis homogen tidak dapat digunakan kembali untuk melakukan reaksi siklisasi yang dilanjutkan dengan

Pengaruh cukup dalam diartikan bahwa orang tua tetap mengawasi dan menegur apabila melakukan tindakan merokok di rumah, namun apabila sudah di luar rumah kontrol

Penilaian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh, tentang proses dan hasil belajar yang dicapai oleh

The concrete must be poured in the slabs formworks in vertical and not in horizontal layers since, in case concreting has to be stopped for a long period of time, when it is

Kita diberi kesempatan mengeluarkan sebagian dari bahan makanan kita untuk saudara-saudara kita yng berhak menerimanya lewat zakat fitrah. Di samping makna solidaritas yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Efektivitas Komunikasi Instruksional Pelatih Sekolah Sepakbola Ketika Pertandingan Berlangsung Terhadap Kinerja