KARYA AKHIR
PERANCANGAN SEBUAH MESIN DIGESTER YANG
DIPERGUNAKAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT
DENGAN KAPASITAS 10 TON TBS/JAM
OLEH :
JHON ELISA TARIGAN NIM : 015202032
KARYA AKHIR YANG DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH
IJAZAH SARJANA SAINS TERAPAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANIK INDUSTRI
PROGRAM DIPLOMA-IV FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan karunia serta berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
merampungkan Tugas Akhir ini dengan baik tepat pada waktunya.
Laporan Tugas Akhir ini dibuat sebagai suatu syarat untuk menyelesaikan
perkuliahan pada Program Studi Teknologi Mekanik Industri, Departemen Teknik
Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang khusus memberi
penekanan pada industri pengolahan hasil perkebunan.
Pada kesempatan ini penulis memilih judul “Perancangan Sebuah Mesin
Digester Yang Dipergunakan Pada Pabrik Kelapa Sawit Dengan Kapasitas 10 Ton TBS/Jam”. Dalam menyelesaikan tugas ini, penulis banyak menemui
kendala. Namun demikian berkat bantuan semua pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikannya tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri Selaku Ketua Departemen Teknik
Mesin
2. Bapak Ir. Kata Mulia Sembiring selaku Dosen Pembimbing
3. Staf pengajar dan staf administratif di Departemen Teknik Mesin
Selain itu, penulis juga berkenan untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang
setulusnya kepada :
1. Ayah dan Ibunda tercinta serta segenap keluarga yang senantiasa
2. Semua teman yang di kampus dan mereka yang namanya tak dapat
disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan kalian semua
Medan ; 10 Maret 2008 Penulis,
Jhon Elisa Tarigan
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2Batasan Masalah
1.3Pemecahan Masalah
BAB II PEMBAHASAN MATERI
2.1 Pembahasan Materi
2.2 Tujuan Umum Pengadukan
2.2.1 Tujuan Umum Proses Pengadukan
2.2.2 Pengisian Digester
2.3 Prinsip Kerja Mesin Digester
BAB III PENETAPAN SPESIFIKASI
3.1 Daya Motor Penggerak
3.1.1 Volume dan Kapasitas Digester
3.2 Perhitungan Sabuk dan Puli
i
iii
vi
vii
1
1
1
2
3
3
3
4
5
5
10
10
13
3.2.1 Perhitungan Panjang Sabuk
BAB IV PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI
4.1 Perencanaan Roda Gigi
4.1.1 Roda Gigi Cacing
4.1.2 Perhitungan Kekuatan Gigi
4.1.3. Efisiensi Roda Gigi
4.2 Perencanaan Poros I
4.3 Perencanaan Bantalan
4.3.1 Perencanaan Bantalan Pada Poros
Penggerak (Poros I)
4.3.2 Perencanaan Bantalan Pada Poros
Yang digerakkan (Poros II)
4.4 Perencanaan Poros II
4.5 Perencanaan Kopling
4.5.1. Pemeriksaan Flens Dan Naf Terhadap
Tegangan Geser Flens
4.6 Perhitungan Pasak
4.7 Perencanaan Baut Kopling
BAB V PERENCANAAN TANGKI DIGESTER
BAB VI KESIMPULAN
18
22
22
22
28
30
30
32
36
42
46
48
50
51
54
57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Susunan Buah Kelapa Sawit 3
Gambar 2 Mesin Digester 6
Gambar 3 Jenis Pisau Yang Digunakan Pada Digester 11
Gambar 4 Konstruksi Sabuk “V” 15
Gambar 5 Bentuk dan Ukuran Puli – V 18
Gambar 6 Roda Gigi Perantara 22
Gambar 7 Skema Motor Penggerak Terhadap Poros 33
Gambar 8 Bantalan Rol Kerucut Baris Tunggal 34
Gambar 9 Analisa Gaya Pada Bantalan Poros Penggerak 37
Gambar 10 Analisa Gaya Pada Bantalan Poros Yang Digerakkan 42
Gambar 11 Kopling Flens 49
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Koreksi Daya Yang Akan Ditransmisikan 15
Tabel 2 Faktor Koreksi 16
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi dari waktu ke waktu banyak membantu umat
manusia dalam memecahkan masalah-masalah yang rumit sehingga didapatkan
suatu efisiensi kerja yang tinggi, dengan adanya penemuan-penemuan baru
dibidang teknologi merupakan suatu bukti manusia terus menerus berpikir
bagaimana cara merancang, menciptakan serta menemukan suatu hal yang baru
guna mempermudah pekerjaan yang akan dilakukan dalam suatu bidang
teknologi.
Kemajuan yang cepat dapat dilihat didalam bidang industri yang
memerlukan banyak sarana penunjang guna untuk mendukung kelancaran
pekerjaan didalam suatu pabrik, seperti halnya mesin-mesin yang sangat
dibutuhkan dalam kelancaran suatu pabrik yang tergolong besar. Salah satunya
adalah “Perencanaan Mesin Digester Berkapasitas 10 Ton TBS/Jam Sebagai
Suatu Alat Proses Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit”.
Mesin digester digunakan untuk membantu proses pengolahan dan
pengadukan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah (CPO). Dengan
demikian alat-alat atau mesin-mesin adalah suatu sarana yang sangat berpengaruh
pada kelangsungan dan kelancaran suatu industri, karena suatu proses produksi
tergantung dari alat atau mesin yang digunakan.
Mesin digester yang direncanakan akan digunakan untuk mencabik sambil mengaduk material yang berbentuk berondolan (fruitlet) yaitu buah kelapa sawit
yang sudah dimasak di stasiun perebusan kemudian dilakukan proses selanjutnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka direncanakan sebuah mesin digester yang
sesuai dengan kebutuhan.
Disebabkan oleh luasnya cakupan permasalahan pada perencanaan ini, maka
perlu dibatasi perencanaan yang akan dibahas, antara lain :
1) Perencanaan komponen utama mesin digester
2) Perencanaan motor penggerak
3) Perencanaan transmisi
4) Komponen pendukung yang dianggap perlu
1.3 Pemecahan Masalah
Metode perencanaan yang dilakukan berupa survey lapangan di Pabrik
Kelapa Sawit (PKS), serta ditambah dengan studi pustaka maupun referensi
lainnya dengan memaparkan teori dasar dan rumus –rumus yang berkaitan dengan
perhitungan yang dilakukan. Pemakaian rumus umum yang aplikatif dalam
perhitungan sebagai penunjang dalam menyelesaikan perhitungan yang ada, serta
penggunaan table yang merupakan suatu metode yang baik untuk mendapatkan
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
2.1 Pengertian Digester
Digester berasal dari kata “digest” yang berarti mencabik, jadi yang
dimaksud dengan mesin digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk
mencabik sambil mengaduk, dalam hal ini yang diaduk adalah berondolan
(fruitlet)agar terbuka daging buahnya dengan cara memutar pisau yang terpasang pada poros ke-2 dan buah tersebut akan terbentur pada pisau tetap (wall blade)
yang dipasang pada dinding dalam digester.
2.2 Tujuan Umum Pengadukan (Digesting)
Proses pengadukan atau penyayatan yang harus dijalani oleh buah (daging
buah) untuk memperoleh minyak secara rasional adalah proses yang cukup
penting untuk dimengerti hakikatnya dengan baik, yaitu dari proses pengadukan
untuk mendapat perhatian dan pengawasan dalam proses pengolahannya.
Untuk memperoleh hasil yang bagus diperlukan pengertian daging buah
dan susunannya tampak pada gambar 2.1 diatas. Secara umum, maka buah kelapa
sawit terdiri dari daging buah, cangkang dan inti. Tebal daging buah dari buah
yang cukup baik (normal) berkisar antara 2 hingga 8 mm sesuai dengan jenis
buahnya.
2.2.1 Tujuan Utama Proses Pengadukan
Tujuan utama dari proses pengadukan adalah untuk mempersiapkan
daging buah untuk di-press, sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan
dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya.
Untuk mencapai tujuan itu diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
1) Pengadukan harus menghasilkan cincangan yang baik sehingga
daging buah terlepas seluruhnya dari bijinya dan tidak boleh ada
lagi terdapat buah yang utuh (daging buah masih melekat pada
bijinya)
2) Pengadukan harus menghasilkan massa yang sama rata, dan
biji-biji tidak boleh terpisah dari masa daging buah dan turun ke bagian
bawah ketel
3) Daging buah tidak boleh teremas terlalu lumat menjadi bubur,
harus tampak struktur serabut dari daging buah
4) Pemanasan (100 0C) selama proses pengadukan untuk
mempertinggi efek penge-pressan dan suhu dapat diatur dan
Penelitian terhadap syarat-syarat diatas adalah penting sekali, dimana sebagian
besar diperoleh dari penglihatan dan pengamatan minyak yang keluar dari bejana
pengadukan.
2.2.2 Pengisian Digester
Untuk mencapai pengadukan yang baik maka pengadukan harus dilakukan
pada digester yang berisi 75% saja. Jika digester terisi 75% saja, maka tekanan yang ditimbulkan oleh beban berat isian itu sendiri mempertinggi gaya-gaya
gesekan yang diperlukan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Jangka waktu pengadukan yang dialami oleh digester sebelum dikempa
atau dipress juga merupakan faktor yang cukup penting untuk dapat memenuhi
syarat-syarat pengadukan yang baik.
Semakin banyak isian suatu digester maka semakin lama buah teraduk
sebelum msuk ke srew press. Jadi gabungan kedua faktor diatas dapat
disimpulkan bahwa isian digester dan jangka waktu pengadukan harus diusahakan
sejauh mungkin untuk dipenuhi secara simultan.
2.3 Prinsip Kerja Mesin Digester
Sebelum kita mengoperasikan mesin terlebih dahulu hidupkan elektro
motor pada posisi hidup (on), dengan berputarnya elektro motor dan dihubungkan
ke poros I dan roda gigi cacing melalui sabuk, maka poros II dapat berputar
dengan adanya kopling, kecepatan elektro motor memutar roda gigi cacing adalah
Buka katup valve steam (kran pipa uap masuk) sebelum digester diisi, hal
ini bertujuan untuk memanaskan digester, bila sudah mencapai ± 95 0C dan
merata maka berondolan dimasukkan ke digester melalui screw conveyor atas.
Keterangan gambar :
Squirel cake motor
Hydro flow coupling
Slipring motor
V – Belt
Pulley
Gear box reduction
Air vent plug
Steam piping flange
Steam piping
Isulation plate
Thermo meter
Discharge cock
Jointing pipe
Valve
Steam piping (lingkaran)
Bottom chute
Sight glass
Cover plate
Oil piping
Kerangan (valve)
Bottom wear plate
Fixing rock complete
19
Pulley dan handle
Pressure cage
Upper chute
Cover plate
Sight glass
Intermediate shaft
Screw with nut
Console flange
Wear jacket
Screw with nut
Coupling
Screw with nut
Glass woll
Digester arm long
Wear plate ailoy steel
Wear jacket
Wear plate beater
Digester arm short
String shaft
Steam injector
Expeiler arm
Screw with nut
Collar
Bottom sleeve
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
Packing
Pivot
Packing gland
Flange cover of bottom gland
Tap bolt
Bottom gland
Bottom base plate
Steam injector
Gear wheel
Pinion gear/pinion
1
1
1
1
4
1
1
1
1
1
Didalam digester tersebut bua atau berondolan yang sudah terisi penuh
diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau atau parang pengaduk (long
stearing arms) yang terpasang pada bagian poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke screw press.
Mesin digester dilengkapi juga dengan pisau tetap (wall blade) yang berfungsu sebagai penahan (strator), sedangkan pisau yang berputar berfungsi
sebagai rotor. Jadi berondolan tidak diputar melainkan dibenturkan dengan pisau
tetap. Dengan adanya pisau pengaduk dan pisau tetap inilah buah yang masuk
akan tercecah dan memecah serta membuka susunan daging buah juga sekaligus
BAB III
PENETAPAN SPESIFIKASI
3.1 Daya Motor Penggerak
Dasar perencanaan dan pemilihan motor penggerak berdasarkan
faktor-faktor antara lain :
1. konstruksi
2. ekonomis
3. perawatan
Pada perencanaan ini dipilih motor listrik dengan sumber arus dari uap kering
yang keluar dari turbin uap. Adanya dasar pemilihan tipe motor ini adalah sebagai
berikut :
1. konstruksi sederhana namun sangat kokoh
2. harga relatif murah
3. tidak menimbulkan polusi dan suara bising
4. biaya perawatan relatif kecil
Daya yang digunakan untuk memutar poros adalah perkalian momen putar yang
diberikan dengan kecepatan sudut pemutar (handle).
P = T ω ...1
Dimana :
P = daya (W)
T = torsi (Nm)
ω = kecepatan sudut (rad/det)
1
P = F R (2πn/60)
Dimana :
F = gaya
n = putaran poros
sedangkan gaya dapat dicari dengan rumus :
F = P A
Dimana :
F = gaya (N)
P = daya (kg/cm2)
Harga A diperoleh sebagai berikut :
A = t R
Dimana :
t = tebal pisau (cm)
R = panjang pisau (cm)
Bahan pisau = baja tahan karat
Gambar 3.1 Jenis pisau yang digunakan pada digester
a. untuk pisau panjang
t = 1,7 cm
Banyak pisau : 4 pasang (8 buah)
b. untuk pisau pelempar
t = 2,0 cm
R = 48 cm
Banyak pisau : 1 pasang (2 buah)
Maka untuk pisau panjang :
A = t R (8 buah)
A = 1,7 cm . 46 cm (8 buah)
A = 625,6 cm2
Untuk pisau pelempar :
A = t R (2 buah)
A = 2,0 cm . 48 cm (2 buah)
A = 192 cm2
Sehingga total harga A:
At = A pisau panjang + A pisau pelempar
= 625,6 cm2 + 192 cm2
= 817,6 cm2
Untuk mencari gaya memecah sawit adalah perkalian antara kekerasan sawit
dengan luas total bidang permukaan pisau, dari data yang diperoleh nilai tekanan
sawit adalah 0,255 (kg/cm2)
Maka :
F = P . At . g
F = 0,255 kg/cm2 . 817,6 cm2 . 9,81 m/s2
c. Untuk R1 pisau panjang = 46 cm (8 buah), maka P1 adalah :
P1 = F R1 (2πn/60)
= 2045,2672 N . 0,46 cm (2π.22/60)
= 2166,40 watt x 8 buah
= 17331,21 watt
d. Untuk R2 pisau pelempar = 48 cm (2 buah), maka P2 adalah :
P2 = F R2 (2πn/60)
= 2045,2672 N . 0,48 cm (2π.22/60)
= 2260,59 watt x 2 buah
= 4521,18 watt
Dengan demikian :
Ptotal = P1 + P2
= 17331,21 watt + 4521,18 watt
= 21852,39 watt
= 21,85 kW diambil Ptotal = 22 kW
3.1.1 Volume dan Kapasitas Digester
Berikut ini merupakan perhitungan volume digester yang direncanakan
Volume = ¼ . π . d2 . L
= ¼ . π . (1,13)2 . 2,6
= 2,6 m3
Volume stearing arms, poros dan wall blade diasumsikan 0,1 m3 sehingga
volume digester : 2,6 – 0,15 = 2,5m3, kerapatan berondolan (fruitlet) adalah
ρ = 0,9 Ton/m3. Jadi berat digester diisi berondolan adalah sebagai berikut :
Kapasitas 1 digester = 10 Ton/jam
Kapasitas berondolan 75% terhadap 10 Ton TBS kelapa sawit,
sehingga :
Kapasitas 1 digester = x 10 Ton
= 7,5 Ton kelapa sawit
Sedangkan yang diperoleh dari data pabrik 10 Ton/jam. Jadi, kapasitas 1 digester
dari hasil perhitungan adalah : 7,5 Ton/jam.
Jumlah pengisian 1 jam diperlukan :
=
= 3 kali pengisian
Waktu pengisian :
=
= 20 menit sekali
3.2 Perhitungan Sabuk dan Puli
Untuk meneruskan daya putaran dari elektro motor ke poros putaran I
digunakan sabuk transmisi dan puli. Dalam perencanaan ini sabuk yang dipilih
berbentuk “V” karena type ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain :
- dapat mentransmisikan daya yang besar
- mempunyai faktor slip yang lebih kecil
Sabuk “V” ini biasanya terbuat dari karet yang berpenampang trapesium
Bantal karet Karet Pembungkus Bagian Penarik Terpal
Gambar 3.2 Konstruksi sabuk “V”
Untuk menentukan type ukuran sabuk “V” yang akan digunakan dapat dilihat dari
table berikut.
Daya yang akan ditransmisikan Harga fc
Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 -1,5
Tabel 3.1 Koreksi Daya yang akan ditransmisikan
Daya elektro motor yang ditransmisikan adalah 22 kW,
sehingga daya rencana :
Pd = fc . P (kW) ...2
Dimana :
Pd = daya rencana
2
fc = faktor koreksi
P = daya minimal out put
Untuk menentukan faktor koreksi (fc) dapat dilihat pada tabel 3.2, dimana
irencanakan jumlah jam mesin pengaduk tiap hari 8 – 10 jam.
esin Yang Digerakkan Penggerak
d
M
Momen Puntir Puncak 200 % Momen Puntir Puncak > 200 %
Motor arus bolak balik (momen normal, sangkar
bajing, sinkr shunt)
or tinggi fasa tunggal, lilitan
seri), motor aru an seri),
me opling tet on), motor arus searah (lilitan
Motor arus bolak balik (mot
s searah (lilitan kompon, lilit
sin torak, k ap
Jumlah jam kerja tiap hari Jumlah jam kerja tiap hari
3-5 jam 8-10 jam 16-24 jam 3-5 jam 8-10 jam 16-24 jam
Variasi beban
sangat kecil
1,0 1,1 1,2 1,2 1,3 1,4
Pengadukan zat cair,
kipas angin, blower
(sampai 7,5 kW)
pompa sentrifugal,
konveyor tugas ringan
Variasi beban
kecil
kW)
sin
1,2 1,3 1,4 1,4 1,5 1,6
Konveyor sabuk
(pasir, batu bara),
pengaduk kipas angin
(lebih dari 7,5
mesin torak,,
peluncur,me
perkakas, mesin
percetakan
Variasi beban
sedang
roots-1,3 1,4 1,5 1,6 1,7 1,8
Konveyor (ember,
sekrup), pompa,
torak, kompresor,
gilingan, palu,
pengocok,
blower, mesin tekstil,
mesin kayu
Variasi beban
besar
, mesin
pabrik karet (rol,
kalender)
1,5 1,6 1,7 1,8 1,9 2,0
Penghancur, gilingan
bola atau batang,
pengangkat
Maka daya rencana (Pd) :
Pd = fc . P (kW)
= 1,3 . 22 kW
dalah 225 mm. Pada umumnya puli dibuat dari besi
cor kelabu Fc 20 atau Fc 30.
Sabuk-V
(diameter lingkaran jarak Α
(0) W* L
0 K K0 e f
= 28,6 kW
Setelah dilihat jenis sabuk, maka dari tabel 3.3 berikut ini diperoleh diameter puli
minimum yang dianjurkan a
Penampang
Diameter nominal
bagi dp)
A
126 atau lebih
9,2 4,5 8,0 15,0 10,0
201 atau lebih
12,5 5,5 9,5 19,0 12,5
316 atau lebih
16,9 7,0 12,0 25,5 17,0
451 atau lebih
24,6 9,5 9,5 37,0 24,0
Dengan melihat tabel 3.3 maka ukuran puli adalah :
m
= 17 Dp = 400 mm
dp = 225 m
= 340
W = 21,18
L0 = 16,9
K = 7,0
e = 25,5
f
a
Gambar 3.3 Bentuk dan ukuran puli - V
.3.1
L = 2 c + (π/2) (dp + Dp) + ¼ (Dp – dp)2 ...3
Dimana :
L = panjang sabuk (mm)
c = jarak sumbu poros
= (1,5 - 2)Dp
= 1,5 x Dp
Untuk harga Dp 400
= 1,5 x 400
= 600
dp = diameter puli kecil = 225 mm
Dp = diameter puli besar = 400 mm (direncanakan)
Sehingga :
L = 2 . 600 + (π/2) (225 + 400) + ¼ (400 – 225)2
L = 2194 mm
Dari tabel diperoleh bahwa panjang sabuk standar diperoleh nomor
nominal sabuk adalah 2194 mm, maka diambil dari tabel panjang sabuk “V”
standar = 2194 mm, dengan hasil perhitungan umumnya sukar, maka :
Jarak sumbu poros C sebenarnya :
...4
Dimana :
b = 2. L – π (Dp + dp)
= 2 . 2194 – π (400 + 225)
3
Sularso Kiyokatsu Suga “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” Hal. 170
4
= 2425,5 mm
Jadi :
C
= 600 mm
Dalam perencanaan sabuk dan puli ini jumlah sabuk yang digunakan
adalah 3 buah, dan untuk mencari gaya sabuk dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
Po = ...5
Dimana :
Po = besar daya yang ditransmisikan untuk 1 sabuk
= 1,83 (diambil dari tabel)
Fe = gaya tarik efektif sabuk
V = kecepatan linear sabuk
) / ( 100 . 60
.
s m n dp
V ...6
Dimana :
dp = diameter nominal sabuk = 5 mm
n = putaran poros penggerak = 1500 rpm
maka :
V =
= 5,625 m/s
Sehingga :
5
Sularso Kiyokatsu Suga “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin” Hal. 171
6
P0 =
1,83 =
Fe = 33,18 kg
Fe = 34 kg (dibulatkan)
Dari perhitungan diatas diperoleh spesifikasi dari sabuk dan puli yang
direncanakan :
- Type sabuk : C – V Belt
- Jumlah sabuk : 3 buah
- Panjang sabuk : 2194 mm
- Diameter puli kecil : 225 mm
- Diameter puli besar : 400 mm
BAB IV
PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI
4.1 Perencanaan Roda Gigi
Pada mesin digester ini roda gigi yang digunakan adalah roda gigi cacing
(worm gear). Roda gigi cacing ini terdiri dari roda ulir dan roda gigi lurus.
Gambar 4.1 Roda gigi perantara
Keuntungan memakai roda gigi cacing antara lain :
1. gerakannya antara roda ulir dan roda gigi cacing hampir bebas getaran
2. perbandingan transmisi relatif tinggi
sedangkan kerugian memakai roda gigi cacing adalah :
1. terjadi panas yang besar akibat gesekan
2. efisiensi rendah (daya yang dikeluarkan rendah)
4.1.1 Roda Gigi Cacing (worm gear)
68
kelengkungan sisi gigi (Φ) = 700 dan dalam perencanaan roda gigi harus diketahui
lebih dahulu besar modulnya.
Pada roda gigi cacing modul terbagi dua yang modul normal (Mn) dan
modul aksial (Ms). Adapun modul-mudul tersebut adalah :
Modul normal
Mn = 0,86 . ( )
Zn = Jumlah gigi
Dalam perencanaan ini direncanakan jumlah gigi para roda gigi cacing (Z2) =
68. Maka diameter lingkaran bagi masing-masing roda gigi didapat dengan
persamaan :
Untuk cacing diameter jarak baginya :
d1 =
Untuk roda gigi cacing diameter jarak baginya :
d2 = Z2 . Mn ……..10
8-10
= 68.10
= 680 mm.
Untuk sumbu poros (a) cacing dan roda gigi cacing :
a = 2
2 1 d
d
……..11
=
2 68 66 , 23
= 45,92 mm.
Tinggi kepala (hk) :
hk = Mn = 10 mm …….12
Tinggi kaki (hf) :
hf = 1,157 . Mn ……..13
= 1,157 . 10
= 11,57 mm
Celah bebas (C) :
C = 0,157 . Mn ……..14
11-14
= 0,157 . 10
= 1,57 mm
Tinggi gigi (H)
H = 2,157 . Mn ……..15
= 2,157 . 10
= 21,57 mm
Sehingga didapat dimensi perencanaan adalah :
- Diameter luar cacing (dk1) :
dkl = d1 2 . hk ……..16
= 23,66 – 2 (10)
= 43,66 mm
- Diameter inti cacing (drl) :
drl = d1 2 . hk ……..17
= 23,66 – 2 (11,57)
= 0,52 mm
- Diameter tenggorok roda gigi cacing (dt)
dt = d2 + . hk ……..18
15
Sularso, Kiyokatsu Suga. “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”. Hal. 277 16-18
= 680 + 2 (10)
= 700 mm
- Diameter roda gigi cacing (b)
b = 0,577 . dkt ……..19
= 0,577 . 43,66
= 25,19 mm
- Lebar sisi efektif roda gigi cacing (bc) :
bc = dkt . Sin ( /2) ……..20
= 43,66 . Sin 2 70
= 25,04 mm
- Jari-jari kelengkungan puncak gigi roda roda cacing (rt)
rt = hk d
2
1 ……..21
= 2
66 , 23
- 10
= 1,83 mm
- Diameter luar roda gigi cacing (dk2)
dkt = d2 + hk d
1
1 (c – Cos )
2
……..22
19-22
= 680 + 2
4.1.2 Perhitungan Kekuatan Gigi
Pada gigi cacing ini terjadi tegangan lentur yang ditentukan dengan
persamaan :
ba
Dari tabel diperoleh tegangan lentur yang diizinkan (ba) 5,5 Kg/mm2 dan bahan
cacing SF 40 dan bahan untuk roda gigi cacaing Fac = 20.
Gaya permukaan gigi yang diizinkan (Fac) :
Fac = K . d2 . bc . Ky ……..25
Dimana :
Kc = Faktor ketahanan terhadap keausan untuk besi cor
= 0,035 Kg / mm2 (diambil)
Ky = Faktor sudut kisar ( <10º)
Maka :
Fac = 0,035 . 680 . 25,04 Kg
= 595,95 kg
Gaya tangensial pada roda gigi (ft)
ft =
Dengan demikian, roda gigi dalam keadaan baik karena Fac > ft
25-26
4.1.3 Efisiensi Roda Gigi
4.2. Perencanaan Poros I
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari mesin. Putaran
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Dalam perencanaan ini
mesin digester mempunyai data sebagai berikut :
Pd = daya rencana
= 28,6 kW
n = putaran elektromotor
= 1500 Rpm
Sehingga momen rencana dapat dihitung dengan persamaan :
T = 9,74 x 105
Sularso, Kiyokatsu Suga. “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”. Hal. 279 28
= 9,74 x 105
Bahan poros dipilih baja karbon tempa Sl 45 dengan kekuatan tarik B- 45
kg/mm2
maka tegangan geser izin :
2
Sf1 = faktor keamanan akibat kelelahan lentur
= 6 (diambil)
Sf2 = faktor akibat konsentrasi tegangan yang cukup besar
= (1,3 – 3,0)
untuk mencari diameter poros I dapat diperoleh dengan persamaan :
ds =
Sularso, Kiyokatsu Suga. “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”. Hal. 7-8 30
dimana :
K1 = (1,5 – 3,0) karena beban kejutan dan tumbukan
= 2,5 (diambil)
Cb = (1,2 – 2,3) terjadi pemakaian dengan beban lentur
= 1,5 (diambil)
maka diameter poros I :
ds =
Tegangan geser yang terjadi pada poros I :
a
karena tegangan geser yang terjadi lebih besar dari tegangan izin (2,77>0,74)
maka poros terhadap tegangan geser aman.
4.3 Perencanaan Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga
putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan
31
panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan
baik maka prestasi seluruh system akan menurun atau tak dapat bekerja secara
semestinya. Jadi, bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan
pondasi pada gedung.
Keterangan gambar :
1. Sabuk V – Belt 5. Bantalan 9. Kopling
2. Puli 6. Roda gigi cacing 10. Baut pengikat
3. Motor penggerak 7. Bantalan 11. Bantalan
4. Roda gigi lurus 8. Spline dan naf 12. Bantalan
Pada perencanaan ini bantalan yang dipilih adalah bantalan rol kerucut
dengan baris tunggal dan jumlah bantalan yang dipakai 2 buah.
Gambar 4.5 Bantalan rol kerucut baris tunggal
Gaya tangensial di ulir cacing
Wwt = w R Mt
Dimana :
Mt = momen torsi pada poros cacing
Rw = jari-jari roda gigi cacing
= 2
w D
P = Daya rencana (28,6 kW)
= 746 , 0
6 , 28
Mt = 9,74 x 105
Gaya tangensial pada roda gigi cacing.
Tan
Gambar 4.6 Analisa gaya pada bantalan poros penggerak (poros I)
Jarak antara bantalan A dengan bantalan B adalah 200 mm, dimana worm
gear (roda gigi cacing) berada di tengah-tengah poros drum, maka perhitungan
gaya-gaya yang bekerja pada sumbu x adalah sebagai berikut.
FX = 0
Jumlah momen dari A terhadap sumbu Z :
MA =
Jumlah momen di A terhadap sumbu Y.
MA = 0
Gaya-gaya vertikal (sumbu Y)
FZ = WGtFBz – FAz = 0
FAz = WGt - FBz
FAz = 562,58 – 92,12
= 470,46 Kg
Gaya radial bantalan A
RA = (470,58)2(166,76)2
RA = 499,14 KG
Gaya radial pada bantalan B
RB = (133,42)2 (92,12)2
RB = 162,13 Kg
Perhitungan Bantalan A
Fr = 499,14 KG
Fa = 365,56 Kg
Dipilih bantalan rol silindris :
No = 30310
d = 50 mm
D = 110 mm
C = 8900 Kg
Co = 7150 Kg
P = X . V . Fr . Y . Fa ……..32
73 , 0 14
, 499 . 1
56 , 365
Kg V
Fa Fr
32
maka diambil :
Faktor kecepatan :
Fn =
Umur nominal Lh adalah umur bantalan :
Lh = 500 fh10/3 ……..34 = 500 . (12,24)10/3
Lh = 2113041,68 jam
Perhitungan pada Bantalan B:
Fr = 162,13 Kg
Fa = 365,56 Kg
33-34
Dipilih bantalan rol silindris :
Faktor kecepatan :
fh = 12,96
Umur nominal Lh adalah umur bantalan :
Lh = 500 fh10/3 ……..35
= 500 . (12,96)10/3
Lh = 2.556.544,42 jam
4.3.2 Perencanaan Bantalan Pada Poros Yang digerakkan (poros II)
Gambar 4.7 Analisa gaya pada bantalan poros yang digerakkan (poros II)
35
=
Perhitungan Bantalan C :
Fr = 520,13 Kg
Fa = 365,56 Kg
dipilih bantalan rol silindris NO. Seri 02 dengan spesifikasi :
d = 100 mm
Faktor kecepatan :
= 1,13 .
Umur nominal Lh adalah umur bantalan
Lh = 500 . (fh)10/3
= 500 . (18,94)10/3
Lh = 905538,55 jam
Perhitungan Bantalan D :
Fr = 480,1 Kg
Faktor kecepatan :
=
10 3
22 3 , 33
fn = 1,13
Faktor Umur :
fh = fn .
P C
= 1,13 . 64 , 813 15714
= 21,82
Umur nominal Lh adalah umur bantalan
Lh = 500 . (fh)10/3
= 500 . (21,82)10/3
Lh = 14515070,8 jam
4.4 Perencanaan Poros II
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari mesin. Putaran
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Dalam perencanaan ini
mesin digester mempunyai data sebagai berikut :
Pd = daya rencana
= 28,6 kW
n = putaran elektromotor
= 1500 rpm
T = 9,74 . 105 .
Untuk bahan pada poros ini diambil S 50 C dengan kekuatan tariknya adalah
.
Untuk mencari diameter porosnya dengan persamaan :
ds =
= 1,5 (diambil)
dan tegangan geser yang terjadi :
a = 3
4.5 Perencanaan Kopling
Dalam perencanaan digester ini, kopling yang digunakan adalah kopling
jenis flens (fleksibel). Kopling flens adalah merupakan suatu elemen yang
berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang
digerakkan secara pasti tanpa terjadi slip. Beberapa alasan menggunakan kopling
flens dalam penggunaan mesin digester ini, yaitu dapat mencegah pembebanan
berlebih. Pemasangan mudah dan cepat Aman terhadap putaran tinggi, getaran
Gambar 4.8 Kopling Flens
Dalam hal ini bahan kopling yang digunakan adalah baja karbon cor (SC37) JIS
G.5101, dengan kekuatan tarik B = 37 kg / mm2. Untuk bahan SC dengan
pengaruh massa, maka faktor keamanan untuk bahan Sf1 adalah 6 (diambil) dan
faktor koreksi (Kr) diambil 3 karena kopling mengalami beban kejutan, tumbukan
dan getaran. Maka besarnya tegangan izin (a) :
a =
t f
B K S 1.
……..38
a = 37
3 . 6 37
2
mm Kg
= 2,05 kg / mm2
Dimana, hasil survei telah diketahui sebelumnya daya pada poros II yang
direncanakan 28,6 kW, dan putarannya (n1) = 1500 rpm serta putaran poros II (n2)
= 22 rpm. Maka besarnya torsi rencana (T) adalah :
T = 9,74 x 105 n Pd
……..39
38
Sularso, Kiyokatsu Suga. “Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin”. Hal. 7-8 39
= 9,74 x 105 22 6 , 28
= 1.266.200 kg.mm
Dimensi dari kopling dapat diambil berdasarkan diameter poros II (output)
dimana diameternya adalah 100 mm dari tabel 11 diperoleh dimensi kopling.
A = 355 mm F = 35,5 mm
G = 315 mm H = 63 mm
L = 125 mm K = 8
C = 180 mm n = 6 buah
B = 265 mm d = 25 mm
4.5.1 Pemeriksaan Flens Dan Naf Terhadap Tegangan Geser Flens
Besar tegangan geser yang terjadi pada flens adalah :
T = D . fst .tt
= 0,202 kg/mm2
Naf
Besar tegangan geser yang terjadi pada naf kopling (h) adalah :
T = . . .(1 )
K = perbandingan diameter poros dengan diameter naaf
dimana :
Maka tegangan geser yang terjadi pada naaf adalah :
f =
Dari perhitungan diatas, maka flens dan naf kopling aman dipakai karena
tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan.
4.6 Perhitungan Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang berfungsi menetapkan kopling pada
poros agar tidak terjadi slip. Pasak pada kopling ini direncanakan dari baja karbon
41
untuk konstruksi mesin dengan jenis S40C dengan kekuatan tarik
(B = 55 Kg/mm2) dan faktor keamanannya diambil 6 (yang umum digunakan)
secara tiba-tiba dan tegangan tumbukan berat, maka besarnya tegangan geser izin
(ka) pasak :
ka =
2
. fk fkl
B S S
……..42
maka :
ka =
3 . 6
/ 55Kg mm2
= 3,055 Kg/mm2
Dari tabel ukuran standar pasak (sumber R. S. Khurni “At Ext Book Of
Machine Design”, hal. 463) untuk diameter poros kopling 100 mm, maka
diperoleh data-data sebagai berikut :
b = lebar pasak
= 28 mm
h = tinggi pasak
= 16 mm
t = kedalaman alur pasak pada poros
= 10,0 mm
t2 = kedalaman alur pasak pada naf
= 6,4 mm
Gaya tangensial (F) pada poros dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut : F =
2 s d
T
……..43
42
“Machine Design”. RS. Khurni JK Gupta. Hal 481 43
Dimana :
ds = diameter poros kopling 100 mm
T = besarnya torsi rencana = 1266200 Kg/mm
Maka :
F =
2 100 1266200
= 25324 Kg
Panjang pasak yang dibutuhkan pada perencanaan ini dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
2
.t L
F
Pa ……..44
dimana :
Pa = tekanan permukaan yang diizinkan (kg)
Dalam perencanaan ini, direncanakan menggunakan poros yang mempunyai
diameter besar, jadi berdasarkan Lit 1 hal 27, harga tekanan permukaan yang
diizinkan poros yang besar = 10 Kg/mm2.
Dimana :
L = panjang pasak (mm)
t2 = kedalaman alur pasak (mm)
F = gaya tangensial (kg)
Maka :
L
2
.t P
F a
44
=
Besar tegangan geser yang terjadi pada pasak kopling (k) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
L
Dari perhitungan di atas teganga geser yang terjadi lebih dari tegangan geser yang
diizinkan (a < ka) jadi untuk ini pasak kopling aman untuk dipakai.
4.7 Perencanaan Baut Kopling
Baut kopling berfungsi untuk mengikat kopling, bahan baut direncanakan
dari baja karbon SF 45 dengan kekuatan tarik (B = 45 Kg/mm2). faktor keamanan
“Machine Design”. RS. Khurni JK Gupta. Hal 481 46
b =
3 . 6
45
= 2,5 Kg / mm2
Berdasarkan data dari literatur, biasanya dalam perhitungan dianggap
hanya 50% saja dari sebuah baut berjumlah n buah menerima bahan secara merata
jumlah baut yang efektif yang menanggung beban dinyatakan dengan n, maka :
nc = 0,5 x nbaut
dimana :
nbaut = jumlah baut
= 6 buah
Maka :
nc = 0,5 x 6 baut
= 3 buah
Besarnya diameter baut (db) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
T =
2 . . . . 4
2 B
n db b c
……..47
Dimana :
T = torsi rencana
= 1.266.200 Kg. mm
d 2b = diameter luar baut b = tegangan geser izin baut
= 2,5 kg /mm2
nc = jumlah baut yang efektif menanggung beban
= 3 buah
B = diameter pitch kopling = 315 mm
47
Maka :
d2b =
G n T
c b. . .
8 .
=
315 . 3 . 5 , 2 .
8 . 1266200
d 2b = 1364,8 mm db = 36,9 mm
Dengan demikian diperoleh diameter luar baut = 36,9 dan jenis baut adalah jenis
BAB V
PERENCANAAN TANGKI DIGESTER
Pada perencanaan tangki / drum digester ini bahan drum digester adalah
baja plat SS50 dan tebal plat drum digester ini dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
f
tmaka tebal pelatnya :
f
tPada digester ini terdapat dua buah drum digester, karena pemberian uap
pada kedua sisi drum digester. Jarak antara drum dalam dan luar drum luar
direncanakan 25 mm.
48
Gambar 5.1 Drum digester
Keterangan gambar :
1. drum digester dalam
2. drum digester luar
3. rock woll (pembalut tahan panas isolasi)
4. pelat aluminium
Untuk tebal plat drum digester luar (1) tebalnya sama dengan plat drum dalam (2)
yaitu 2 cm.
Drum digester diberi lapisan / pembalut (rock woll) yaitu semacam serat
warna putih dan dilapisi dengan plat aluminium agar panas tidak langsung
BAB VI KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
Motor Listrik
a. Daya
b. Putaran
Sabuk dan Puli
a. Diameter puli besar
b. Diameter puli kecil
c. Panjang sabuk
d. Type sabuk
e. Jumlah sabuk
f. Jarak sumbu puli
Roda Gigi
a. Ukuran diameter gigi
b. Bahan roda gigi
c. Bahan untuk cacing
Poros
a. Pada poros I
= 22 kW
= 1500 rpm
= 400 mm
= 225 mm
= 2194 mm
= C – V Belt
= 3 buah
= 600 mm
=681,1 mm
= FC 20
5.
6.
a.1 Bahan poros
a.2 Diameter poros
b. Pada poros II
b.1 Bahan poros
b.2 Diameter poros
Bantalan
a. Pada poros I
a.1 Nomor bantalan
a.2 diameter luar
a.3 Diameter dalam
a.4 Umur bantalan
b. Pada poros II
b.1 Jenis bantalan
b.2 Diameter luar
b.3 Diameter dalam
b.4 Umur bantalan
Kopling
a. Bahan kopling
b. A
C
H
c. d
= SF 45
= 47,33 mm
= S 45 C
= 100 mm
= 30310
= 110 mm
= 50 mm
= 2113041,68 jam
= AFBMA No. 2
= 180 mm
= 100 mm
= 9055308,55 jam
= SC 37
= 355 mm
= 180 mm
= 63 mm
7.
8.
9.
G
B
d. K
L
F
e. N
Pasak
a. Lebar pasak
b. Tinggi pasak
c. Kedalaman alur pasak pada poros
d. Kedalaman alur pasak pada naf
Baut Kopling
a. Jenis baut
b. Lebar diameter luar
Drum / Tangki Digester
a. Bahan drum
b. Tebal dinding drum
c. Kapasitas drum
= 315 mm
= 265 mm
= 8
= 125 mm
= 35,5 mm
= 6 buah
= 28 mm
= 16 mm
= 10 mm
= 6,4 mm
= M 24
= 11,47 mm
= SS50 (JIS G 3101)
= 20 mm
DAFTAR PUSTAKA
1. Sularso dan Kiyokatsu Suga,”Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen
Mesin”.Pradnya Paramita:Jakarta,1994.
2. Schaum.S.Allen,”Theory and Problem of Machine Design”.McGraw-Hill
Book Company:New York,1982.
3. Nieman.G,Winter,”Elemen Mesin”.Jilid 1,Erlangga:Jakarta,1992.
4. Spotts.M.F&T.E.Shoup,”Design of Machine Elements”. Seventh Edition,
Prentice-Hall International,USA,1996.
5. PTPN-III ,”Proses Pengolahan Kelapa Sawit’.Medan,2002.
6. Naibaho.Ponten,”Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit”.Pusat Penelitian
Kelapa Sawit:Medan,1998.
7. Parker,R.Earl,”Material Data Book”.McGraw-Hill Book Company:New
York,1967.
8. Tata Surdia,Saito Shinroku,”Pengetahuan Bahan Teknik”.Cet.6,Pradnya