PRA RANCANGAN PABRIK
MINYAK OLEIN DARI CRUDE PALM OIL (CPO)
KAPASITAS 500 TON/HARIKARYA AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Program Diploma IV ( D – IV )
Program Studi Teknologi Kimia Industri FT – USU
Disususn Oleh :
NIM : 015201056
SYAFARUDDIN MANURUNG
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
PROGRAM D – IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PRA RANCANGAN PABRIK
MINYAK OLEIN DARI CRUDE PALM OIL (CPO)
KAPASITAS 500 TON/HARIKARYA AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Program Diploma IV ( D – IV )
Program Studi Teknologi Kimia Industri FT – USU
Disususn Oleh :
NIM : 015201056
SYAFARUDDIN MANURUNG
Telah Diperiksa/Disetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
(Ir. Indra Surya, MSc)
NIP. 131 836 666 NIP. 132 206 946
(Mersi Suriani Sinaga, ST. MT)
Penguji I Penguji II Penguji III
(Ir. Indra Surya, MSc) (Dr. Ir. Rosdanelli. Hsb, MT)
NIP. 131 836 666 NIP. 132 096 129 NIP. 132 126 842 (Dr. Ir. Irvan, M.Si)
Diketahui Oleh Koordinator Karya Akhir
NIP. 132 126 842
(Dr. Ir. Irvan, M.Si)
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
PROGRAM D – IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
INTI SARI
Pra – Rancangan Pabrik Pembuatan Minyak Olein dari CPO dengan kapasitas 500 ton/hari. Pabrik beroperasi selama 24 jam sehari. Pabrik tersebut direncanakan didirikan di daerah Bandar Pasir Mandoge (ASAHAN). Luas Areal Pabrik yang dibutuhkan adalah 13.585 m
Bentuk badan usaha pabrik yang akan direncanakan adalah Perseroan Terbatas (PT) sistem organisasi garis dan staff membutuhkan tenaga kerja 136 orang.
2
Hasil analisa ekonomi :
• Modal investasi : Rp. 436.217.494.750,-
• Biaya produksi : Rp. 906.050.271.450,-
• Hasil penjualan : Rp. 1.064.598.484.950,-
• Laba bersih : Rp. 111.001.249.800,-
• Profit Margin : Rp. 15 %
• Break Event Point : Rp. 47,29 %
• Return on Investment : Rp 25%
• Pay Out Time : Rp. 4 tahun
• Internal Rate of Return : Rp. 33,9%
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T, atas berkah dan rahmatNya yang telah dilimpahkan kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini yang berjudul”Pra Rancangan Pabrik Minyak Olein Dari Crude Palm Oil (CPO)”
Penyususnan Karya Akhir ini sebagai salah satu syarat yang harus dilakukan untuk dapat mengikuti siding sarjana pada ProgramStudi Teknologi Kimia Industri D-IV, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan salam dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang tua penulis yang telah memberikan dukungan sehingga penelitian berjalan dengan baik. Juga tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. Indra Surya, MSc, selaku Ketua jurusan Program Studi Teknologi Kimia Industri dan juga sebagai Dosen Pembimbing I.
2. Ibu Mersi Suriani Sinaga, ST, MT, selaku dosen pembimbing II Karya Akhir yang telah memberikan bimbingan, masukan dan arahan kepada penulis selama meyelesaikan Karya Akhir ini.
3. Bapak Dr. Ir. Irvan, M.Si, selaku Koordinator Karya Akhir Program Studi Teknologi Kimia Industri D-IV, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Rondang Tambun, ST, MT, selaku Koordinator Program Studi Teknologi Kimia Industri D-IV, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Staff Pengajar Program Studi Teknologi Kimia Industri D-IV, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
7. Buat Saudara aku yang telah memberikan dorongan serta dukungan baik itu secara spiritual serta juga materil.
8. Buat sahabat aku terutama Kristianto dan Indra kumala (terima kasih atas TA nya). 9. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah
memberikan bantuan materil maupun spiritual.
Dan banyak pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu atas dukungan, bantuan, kebaikan kepada penulis. Hanya kepada Allah S.W.T sajalah penulis tumpukan balasan atas segala hal, karena ia Maha Adil dan Bijaksana dalam memberikan balasan.
Penulis menyadari bahwa Karya Akhir ini masih belum sempurna karena hakikat ilmu pengetahuan senantiasa berkembang, untuk itu penulis megharapkan kritik dan saran guna peningkatan mutu Karya Akhir dimasa mendatang. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua pihak.
Medan, September 2007 Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR….……… i
INTI SARI……… iii
DAFTAR ISI…...……… iv
DAFTAR GAMBAR…...……… vi
DAFTAR TABEL……...……… vii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang….……… I-1 1.2 Tujuan Perancangan Pabrik…….……… I-3 1.3 Batasan Masalah……….. I-3 1.4 Bahan Baku Utama dan penolong……… I-4 1.5 Minyak Kelapa Sawit……….. I-6 BAB II PERENCANAAN PROSES
2.1 Deskripsi Proses………. II-3 2.2 Penentuan Kapasitas……….. II-5 BAB III NERACA MASSA DAN PANAS
3.1 Neraca Massa………. III-1 3.2 Neraca Panas……….. III-5 BAB IV SPESIFIKASI PERALATAN
BAB V UTILITAS
BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi……… VI-1 6.2 Keselamatan Kerja………. VI-3 6.3 Keselamatan Kerja Pada Pabrik Minyak Olein………. VI-4 BAB VII ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN
7.1 Pengertian Organisasi dan Manajemen………. VII-1 7.2 Bentuk Badan Usaha………. VII-1 7.3 Bentuk Struktur Organisasi………... VII-2 7.4 Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab……….. VII-3 7.5 Sistem Kerja dan jam Kerja……….. VII-12 7.6 Sistem Upah………. VII-13 7.7 Kesejahteraan Karyawan………. VII-13 7.8 Jumlah dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja………. VII-14 7.9 Analisa Jabatan……… VII-16 BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK
8.1 Landasan Teori………. VIII-1 8.2 Tata Letak Unit Proses……… VIII-6 8.3 Perincian Luas Lahan Pabrik Olein………. VIII-8 BAB IX SEGI EKONOMI DAN PEMBIAYAAN
9.1 Modal Investasi……….. IX-1 9.2 Hasil Penjualan………... IX-3 9.3 Biaya Produksi Total……….. IX-5 9.4 Perkiraan Rugi/Laba Usaha……… IX-5
BAB X KESIMPULAN………. X-1
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 9.4 Biaya Variabel…….………IX-4 Tabel LA-1 Neraca Massa pada Kristalizer (K-01)…….……….…………...LA-5 Tabel LA-2 Neraca Massa pada Separator (S-01)…….……….………...LA-7 Tabel LA-3 Neraca Massa pada Dryer Vacumm (H-01)…….………..……LA-9 Tabel LA-4 Neraca Massa pada Mixer (M-01)…….……...………….…………LA-12 Tabel LA-5 Neraca Massa pada Bleacher (H-02)…….……….………...LA-14 Tabel LA-6 Neraca Massa pada Niagara Filter (NF-01)…….……….……LA-17 Tabel LA-7 Neraca Massa pada Dearator (H-03)…….……….…………..LA-19 Tabel LA-8 Neraca Massa pada Neutralized Deodorized Refining (H-04)……..LA-21 Tabel LA-9 Kapasitas Panas Bahan Berupa Padatan pada Suhu 2980
Tabel LA-10 Kapasitas Panas Untuk Cairan pada Suhu 298
K……….LA-22 0
Tabel LA-12 ΔH Bahan Masuk pada Heat Exchanger (E-01)…….……….LA-25 K………..LA-23
Tabel LD-3 Perincian Harga Peralatan Utilitas…….………..………LD-3 Tabel LD-4 Perkiraan biaya Sarana Transportasi…….………..……….LD-6 Tabel LD-5 Perincian Gaji Pegawai untuk 1 Bulan…….………..………..LD-11 Tabel LD-6 Perkiraan Depresiasi…….………..………...LD-15 Tabel LD-7 Nilai Perhitungan IRR…….………..………...LD-24
INTI SARI
Pra – Rancangan Pabrik Pembuatan Minyak Olein dari CPO dengan kapasitas 500 ton/hari. Pabrik beroperasi selama 24 jam sehari. Pabrik tersebut direncanakan didirikan di daerah Bandar Pasir Mandoge (ASAHAN). Luas Areal Pabrik yang dibutuhkan adalah 13.585 m
Bentuk badan usaha pabrik yang akan direncanakan adalah Perseroan Terbatas (PT) sistem organisasi garis dan staff membutuhkan tenaga kerja 136 orang.
2
Hasil analisa ekonomi :
• Modal investasi : Rp. 436.217.494.750,-
• Biaya produksi : Rp. 906.050.271.450,-
• Hasil penjualan : Rp. 1.064.598.484.950,-
• Laba bersih : Rp. 111.001.249.800,-
• Profit Margin : Rp. 15 %
• Break Event Point : Rp. 47,29 %
• Return on Investment : Rp 25%
• Pay Out Time : Rp. 4 tahun
• Internal Rate of Return : Rp. 33,9%
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembangunan industri sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah
ditujukan untuk memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha,
menyediakan barang dan jasa yang bermutu dengan harga yang bersaing di pasar
dalam dan luar negeri, menunjang pembangunan daerah dan sektor-sektor
pembangunan lainnya serta sekaligus mengembangkan penguasaan teknologi.
Dalam menghadapi perekonomian indonesia yang bersifat terbuka,
apalagi menghadapi tantangan globalisasi, tentu saja perkembangan ekonomi
minyak kelapa sawit dan minyak nabati lainnya di dunia akan berpengaruh
terhadap perkembangan komoditi minyak kelapa sawit dalam negeri.
Dari berbagai perkembangan dan kajian yang ada, terlihat bahwa
persaingan minyak kelapa sawit untuk masa yang akan datang tidak lagi
persaingan antar negara produsen, seperti Nigeria, Malaysia dan negara-negara
lain, melainkan persaingan dengan jenis minyak nabati lainnya, seperti minyak
kedelai, minyak bunga matahari, soyben dan lainnya. Hal ini terlihat jelas dari
Tabel 1.1. Pangsa Konsumsi Minyak Nabati Dunia
Uraian 1983 – 1987 1993 – 1997 2003 - 2007
Total konsumsi (1.000 ton) 67.410 92.028 117.879
Pangsa (%)
Soyben 20,9 21,1 23,0
Palm Oil 10,0 14,9 10,1
Rape Seed Oil 8,9 10,3 10,1
Sun Flower Oil 9,6 9,7 9,1
Lainnya 50,1 43,9 39,7
(Sumber : Oil World, 2005)
Dari segi daya saing, minyak kelapa sawit mempunyai kemampuan daya
saing yang cukup kompetitif dibandingkan dengan minyak nabati lainnya karena :
- Produktifitas perusahaan cukup tinggi.
- Merupakan tanaman tahunan yang cukup handal terhadap berbagai
perubahan iklim dan cuaca.
- Ditinjau dari segi aspek gizi, minyak sawit tidak terbukti sebagai
penyebab meningkatnya kadar kolesterol, bahkan mengandung β
-karoten sebagai produsen vitamin A.
Minyak sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati yang potensial
khususnya sebagai oleo pangan dan oleokimia. Sebagai contoh, minyak kelapa
sawit dipergunakan sebagian besar untuk minyak olein dan pengganti lemak
coklat (cocoa butter), sedangkan bahan non-pangan (oleokimia) dapat berupa
Dengan memperhatikan potensial sumber daya manusia dan potensi
kelapa sawit serta letak geografis, maka dapat diharapkan kelapa sawit menjadi
salah satu komoditi andalan untuk agrobisnis baik di Indonesia maupun dunia.
1.2.Tujuan Prarancangan
Tujuan prarancangan pabrik Minyak Olein adalah untuk pendirian Pabrik
Minyak Olein dari Crude Palm Oil serta mengaplikasikan ilmu Teknologi Kimia
Industri yang meliputi neraca massa, neraca energi, operasi teknik kimia, utilitas
dan bagian ilmu Teknologi Kimia Industri lainnya yang penyajiannya disajikan
pada prarancangan pabrik.
1.3.Batasan Masalah
Sebelum tahun 1972 bahan baku utama untuk pembuatan minyak olein
adalah kopra. Akan tetapi sekitar tahun 1972 produksi kopra sebagai bahan baku
mengalami penurunan yang sangat tajam, sehingga produksi minyak goreng
sebagai konsumsi dalam negeri tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu untuk
mengatasi masalah ini pemerintah mengambil kebijaksanaan menjadikan kelapa
1.4.Bahan Baku Utama dan Penolong
1.4.1. Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang digunakan dalam prarancangan ini adalah crude
palm oil yang sering juga disebut CPO. Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut
(Perry, 1997):
1. Sifat Fisika :
a. Warnanya kuning
b. Berwujud cair (pada 1 atm, 300
c. Densitas : 0,884 gr/cm C)
3
pada suhu 600
d. Indeks bias : 1,451 pada suhu 60
C
0
e. Titik didih : 240
C
0
f. Titik cair : -8 C
0
2. Sifat Kimia :
C
a. Dapat mengalami hidrolisa menghasilkan gliserol dan asam lemak
bebas jika ditambahkan dengan air.
Reaksi : trigliserida + air → gliserol + free fatty acid
b. Mengalami reaksi oksidasi yang menyebabkan bau tengik
c. Dapat mengalami reaksi esterifikasi membentuk senyawa ester
d. Iod value (IV) : 53
e. Safonifikasi value (SV) : 178
1.4.2. Bahan Baku Penolong
Bahan baku penolong yang digunakan dalam prarancangan ini adalah
sebagai berikut :
1.4.2.1.Detergen
Detergen adalah bahan kimia penolong untuk membantu memisahkan
fraksi-fraksi dalam CPO menjadi fraksi olein dan fraksi stearin. Detergen
merupakan gabungan dari tiga bahan kimia yaitu :
a. 0,75% NaLS (Natrium Laurit Sulfat)
b. 1,75% MgSO
c. 97,2% H
4
2
1.4.2.2.Degumming O
Bahan-bahan degumming adalah tepung CaCO3 yang berfungsi untuk
menghilangkan bau tengik dengan jumlah 0,2 kg/ton CPO dan H3PO4
1.4.2.3.Bleaching Earth
untuk
menghilangkan bau lender (gum/pospholida) dengan jumlah 0,1 kg/ton CPO.
Bahan-bahan yang digunakan dalam proses ini adalah activated carbon
yang juga sering dinamakan dengan activated bleaching earth. Fungsinya untuk
menghilangkan impurities yang tidak diinginkan dalam minyak dengan sifat-sifat
sebagai berikut :
a. Bahan penyerap (adsorptive material)
1.5.Minyak Kelapa Sawit (CPO)
Berdasarkan perbedaan titik cairnya, CPO terdiri dari 2 fraksi yaitu olein
sebagai fraksi berbentuk cair pada suhu kamar dan stearin sebagai fraksi yang
berbentuk padat pada suhu kamar.
Menurut Bernandini (1983) stearin pada suhu kamar berbentuk padat
dengan titik cair 44,5 - 56°C dan olein pada suhu kamar berbentuk cair dengan
titik cair 21,6ºC.
Olein merupakan trigliserida yang bertitik cair rendah serta mengandung
asam oleat dengan kadar yang lebih tinggi dibanding dengan stearin. Komposisi
asam lemak yang terdapat dalam olein merupakan campuran dari golongan asam
lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Standar mutu olein kasar (crude palm oil)
dan olein yang telah dimurnikan (refined bleached deodorized olein) ditetapkan
oleh departemen perdagangan seperti tertera pada tabel berikut :
Tabel 1.1. Syarat Mutu Crude Palm Olein
Karakteristik Syarat
Asam lemak bebas (sebagai palmitat, % b/b) maksimum 0,5
Kadar air dan kotoran, % (bobot/bobot) maksimum 0,25
Titik lunak, ºC minimum. 24
(Sumber : Departemen Perdagangan, 1996)
1.6.Minyak Olein/RBDPO (Refinery Bleached Deodorized Palm Oil)
RBDPO (Refinery Bleached Deodorized Palm Oil) sering juga dinamakan
dengan minyak olein yang sudah bersih. Sifat-sifatnya adalah :
2. Densitas : 0,9175 gr/cm
3. Indeks bias : 1,4728
3
4. Viskositas : 50,09 cP
5. Kapasitas panas : 0,458 kal/gr
6. Panas pembakaran : 9478 kal/gr
7. Titik nyala : 328 0
8. Titik beku : -10 s/d -16 C
0
BAB II
PERENCANAAN PROSES
Proses pengolahan bahan baku CPO (crude palm oil) untuk menghasilkan
RBDPO (Refinery Bleached Deodorized Palm Olein) pada proses pembuatan
Minyak Olein dari CPO (crude palm oil) berdasarkan metode fraksinasinya
terbagi dua cara, yaitu :
1. Kristalisasi tanpa pelarut (Dry cristalization)
2. Kristalisasi dengan pelarut (Wet Cristalization)
Perbedaan diantara kedua proses tersebut hanyalah terletak pada unit
fraksinasinya saja, dimana pada Dry Cristalization pemisahan fraksi olein dari
fraksi stearin terjadi pada akhir dari keseluruhan proses, dengan berdasarkan
karakteristik fisik yaitu suhu, tanpa adanya penambahan senyawa lain sedangkan
pada Wet Cristalization pemisahan dilakukan sejak awal proses dan memerlukan
penambahan senyawa lain sebagai pelarut.
Secara garis besarnya digambarkan sebagai berikut :
1. Dry Cristalization
CPO
Fraksionasi Bleaching-Degumming
BPO (bleached palm oil)
RBDPO (refinerybleached deodorized palm oil)
Rafinasi
RBDP Stearin RBDP Olein
2. Wet Cristalization
CPO
OLEIN STEARIN
Fraksionasi Bleaching-Degumming
BPO (bleached palm oil)
RBDPO (refinerybleached deodorized palm oil)
Rafinasi
Gambar 2.2. Diagram proses produksi RBDPO Wet Cristalization
Keunggulan dan kekurangan kedua proses tersebut adalah :
Dry Cristalization :
1. Keunggulan :
• Tidak menggunakan senyawa pelarut.
• Tidak menghasilkan limbah cair.
2. Kekurangan
• Rendemen yang diperoleh rendah.
Wet Cristalization :
1. Keunggulan :
• Menghasilkan rendemen yang tinggi.
2. Kekurangan :
• Menghasilkan limbah cair yang apabila terakumulasi dapat mencemari
Pada Pra rancangan Pabrik Minyak Olein dari Cruide Palm Oil (CPO)
ini proses yang digunakan adalah Wet Cristalization. Proses ini digunakan karena
melihat dari faktor hasil rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses
Dry Cristalization walaupun menghasilkan limbah cair namun dapat diolah
sehingga tidak mencemari lingkungan.
2.1. Deskripsi Proses
CPO (crude palm oil) yang disimpan pada tangki penyimpanan dengan
kondisi suhu 550C dialirkan dengan pompa kedalam tangki kristalisasi setelah
didinginkan didalam exchanger untuk menurunkan suhunya menjadi 330C.
Tujuan pemisahan ini untuk membantu tangki kristalisasi dalam proses
pendinginan. Tangki kristalizer berfungsi untuk memisahkan fraksi olein dan
fraksi stearin dengan memakai bahan kimia penolong yang disebut dengan
detergen.
Homogenisasi dan pendinginan dalam tangki kristalisasi dilakukan pada
suhu 220C. Perbandingan pemakaian antara CPO dengan detergen adalah 80 % :
20 % berat (PT. ASIAN AGRO AGUNG JAYA, Medan). Setelah campuran CPO
dan detergen menjadi slurry, kristal stearin akan diikat detergen dan terpisah dari
fraksi olein.
Fraksi olein yang masih terikat detergen dan mengandung fraksi stearin
dialirkan ke separator melalui pompa sentrifugal untuk pemisahan suspensi stearin
detergen dari fraksi olein. Pemisahan dalam separator ini didasarkan atas
perbedaan densitas antara stearin dan olein dengan menggunakan gaya sentrifugal.
yang bercampur dengan detergen akan menempel pada dinding separator dan
kemudian keluar secara under flow. Sedangkan fraksi olein yang memiliki
densitas rendah akan menempel/tinggal pada separator dan keluar secara over
flow. Hasil pemisahan separator bersuhu 240C dialirkan ke dalam dryer vacumm
melalui exchanger.
Fraksi olein dipanaskan dalam exchanger sehingga suhunya menjadi 900C,
kemudian dialirkan ke dalam dyer vacumm. Didalam dyer vacumm fraksi olein
akan dipisahkan dari kandungan air berlebih dengan jalan menghisap uap air oleh
vakum pada suhu 900
Crude olein kemudian dialirkan kedalam mixer untuk dicampurkan dengan
bahan penolong tepung CaCO
C. Tahapan proses diatas dikatakan dengan proses
fraksionasi.
3 yang berfungsi menghilangkan bau tengik dengan
jumlah 0,23 kg/ton CPO dan H3PO4 yang berfungsi untuk menghilangkan lender
(gum/pospholopida) dengan jumlah 0,1 kg/ton CPO. Proses ini dikatakan dengan
proses degumming.
Campuran olein dialirkan ke dalam bleacher untuk dicampur dengan
bleaching earth. Dalam bleacher akan terjadi pemucatan warna. Dengan adanya
pemanasan untuk menaikkan suhunya menjadi 1100C maka bleaching earth dan
campuran olein akan bereaksi sempurna. Pemanasan pada bleacher akan
mengakibatkan kandungan air dan gas-gas terlarut dapat menguap dan keluar pada
tekanan vakum.
Olein yang telah mengalami proses bleaching pada bleacher dialirkan ke
dalam Niagara Filter untuk melakukan penyaringan cake olein sehingga diperoleh
melalui pipa poros outlet sedangkan cake akan tertahan dan melekat pada filter
leaf.
Bleached palm oil dialirkan ke dalam deaerator melalui pompa untuk
mendapatkan minyak olein (RBDPO). Dalam dearator dilakukan pemanasan
dengan menggunakan steam untuk menaikkan suhu operasi menjadi 1200C.
Kandungan air dan oksigen pada olein akan ditarik pada tekanan vakum. RBDP
Olein kemudian dialirkan ke dalam Neutralizeed Deodorizer Refening (NDR)
untuk memurnikan olein dari fatty acid yang dilakukan pada suhu 2750C. Fatty
acid yang terkandung dalam olein dapat dipisahkan dengan jalan penguapan,
sehingga RBDP Olein sebagai fraksi yang berat akan jatuh kedasar deodorizer dan
fatty acid sebagai fraksi ringan menguap ke atas deodorizer dan ditarik oleh
vakum.
RBDP Olein yang turun ke dasar tangki akan dikirim ke tangki timbun
setelah suhunya diturunkan di dalam heat exchanger sehingga RBDP Olein
suhunya 300C. RBDP Olein ini sudah siap untuk diperdagangkan.
2.2. Penentuan Kapasitas
Prarancangan Pabik Minyak Olein dari CPO (crude palm oil)
direncanakan berproduksi pada tahun 2010 dengan kapasitas bahan baku 500
BAB III
NERACA BAHAN DAN PANAS
3.1. Neraca Massa
3.1.1. Pada Kristalizer (K-01)
Tabel 3.1. Neraca Massa Pada kristalizer (K-01)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
7 9 10 12
A 10.937,86 - 10.937,86 -
B 8.791,94 - 1.416,71 7.375,24
C 1.041,7 - 1.041,7 -
D 52,08 - 52,08 -
E 10,41 - 10,41 -
F - 5.208,5 708,35 4.500,15
TOTAL 26.042,5 26.042,5
3.1.2. Pada Separator (S-01)
Tabel 3.2. Neraca Massa Pada Separator (S-01)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
13 15 16 18
A 10.937,86 - - 10.937,86
B 1.416,71 - 1.416,71 -
C 1.041,7 - - 1.041,7
D 52,08 - - 52,08
E 10,41 - - 10,41
F 708,35 3.541,77 4.250,12 -
3.1.3. Pada Dryer Vacumm (H-01)
Tabel 3.3. Neraca Massa Pada dryer vacumm (H-01)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
20 22 24
A 10.937,86 - 10.937,86
C 1.041,7 - 1.041,7
D 52,08 2,36 48,15
E 10,41 - 10,41
TOTAL 12.042,05 12.042,05
3.1.4. Pada Mixer (M-02)
Tabel 3.4. Neraca Massa Pada mixer (M-02)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
24 25 26 27
A 10.937,86 - - 10.937,86
C 1.041,7 - - 1.041,7
D 48,15 - - 48,45
E 10,41 - - 10,41
G - 2,76 - 1,86
H - - 1,20 0,31
J - - - 0,93
K - - - 0,26
L - - - 0,3
TOTAL 12.042,08 12.042,0
3.1.5. Pada Bleacher (H-02)
Tabel 3.5. Neraca Massa Pada bleacher (H-02)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
27 29 30 31
A 10.937,86 - - 10.937,86
C 1.041,7 - - 1.041,7
D 48,45 - 12,08 36,37
E 10,41 - - 10,41
G 1,86 - - 1,86
H 0,31 - - 0,31
J 0,93 - - 0,93
I - 88,14 - 88,14
K 0,26 - - 0,26
L 0,3 - - 0,3
3.1.6. Pada Niagara Filter (NF-01)
Tabel 3.6. Neraca Massa Pada niagara filter (NF-01)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
31 33 34
A 10.937,86 - 10.937,86
C 1.041,7 - 1.041,7
D 36,37 - 36,37
E 10,41 9,20 1,21
G 1,86 1,86 -
H 0,31 0,31 -
J 0,93 0,93 -
I 88,14 88,14 -
K 0,26 0,26 -
L 0,3 - 0,3
TOTAL 12.118,14 12.118,14
3.1.7. Pada Dearator (H-03)
Tabel 3.7. Neraca Massa Pada dearator (H-03)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
36 38 39
A 10.937,86 - 10.937,86
C 1.041,7 - 1.041,7
D 36,37 0,31 36,06
E 1,21 - 1,21
L 0,3 0,3 -
3.1.8. Pada Neutralized Deodorizer Refining (H-04)
Tabel 3.8. Neraca Massa Pada neutralized deodorizer refining (H-04)
Komponen Masuk (kg/jam) Keluar (kg/jam)
39 42 43
A 10.937,86 - 10.937,86
C 1.041,7 1.025,25 16,45
D 36,06 25,09 10,97
E 1,21 0,11 1,1
TOTAL 12.016,83 12.016,83
3.2. Neraca Panas
3.2.1. Pada Heat Exchanger (E-01)
Tabel 3.9. Neraca Panas Pada heat exchanger (E-01)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Komponen Qin=n.Cp.dT Komponen Qout=n.Cp.dT
A 770.529,9 A 286.196,82
B 2.162.895,44 B 803.361,16
C 76.165,04 C 28.289,87
D 7.610,52 D 2.826,76
E 3.651,06 E 1.356,10
Air Pendingin -1.898.821,25 - -
3.2.2. Pada Kristalizer (K-01)
Tabel 3.10. Neraca Panas Pada kristalizer (K-01)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Komponen Qin=n.Cp.dT Komponen Qout=n.Cp.dT
A 286.196,82 A 44.030,28
B 803.361,16 B 19.875,63
C 28.289,87 C 4.352,28
D 2.826,76 D 434,88
E 1.356,10 E 208,63
F 39.962,22 F 1.083,04
Air Pendingin -981.433,19 B 103.670,03
- - F 6.904,97
TOTAL 180.559,74 TOTAL 180.559,74
3.2.3. Pada Separator (S-01)
Tabel 3.11. Neraca Panas Pada separator (S-01)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Komponen Qin=n.Cp.dT Komponen Qout=n.Cp.dT
A 44.030,28 A 88.060,56
B 19.875,63 C 8.704,57
C 4.352,28 D 869,77
D 434,88 E 417,26
E 208,63 B 39.751,26
F 1.083,04 F 13.040,77
F 27.164,58 - -
Air Panas 53.694,87 - -
[image:30.595.133.492.462.703.2]3.2.4. Pada Heat Exchanger (E-02)
Tabel 3.12. Neraca Panas Pada heat exchanger (E-02)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Komponen Qin=n.Cp.dT Komponen Qout=n.Cp.dT
A 88.060,56 A 1.541.059,8
C 8.704,57 D 152.330,08
D 869,77 E 15.221,05
E 417,26 B 7.302,12
Steam 1.617.860,89 - -
TOTAL 1.715.913,05 TOTAL 1.715.913,05
3.2.5. Pada Bleacher (H-02)
Tabel 3.13. Neraca Panas Pada bleacher (H-02)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Komponen Qin=n.Cp.dT Komponen Qout=n.Cp.dT
A 1541.059,8 A 1.981.362.6
C 152.330,08 C 195.852.96
D 14.062,35 D 13.719.26
E 7.302,12 E 9.388.44
G 92,03 G 118.33
H 14,14 H 18.18
I 4.939,72 I 6.351.07
J 38,41 J 49.39
K 16,43 K 21.13
L 15,84 L 20.37
Steam 491.581,32 D 4.550.51
3.2.6. Pada Dearator (H-03)
Tabel 3.14. Neraca Panas Pada dearator (H-03)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Komponen Qin=n.Cp.dT Komponen Qout=n.Cp.dT
A 1.981.362,6 A 2.201.514
C 195.852,96 C 217.614,41
D 13.719,26 D 15.108,19
E 1.064,02 E 1.182,24
L 20,37 L 22,90
Steam 243.550,16 D 127,90
TOTAL 2.435.569,37 TOTAL 2.435.569,37
3.2.7. Pada Neutralized Deodorizer Refining (H-04)
Tabel 3.15. Neraca Panas Pada neutralized deodorizer refining (H-04)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Komponen Qin=n.Cp.dT Komponen Qout=n.Cp.dT
A 2.201.514 A 5.613.860,7
C 217.614,41 C 8.761,84
D 15.108,19 D 11.722,76
E 1.182,24 E 2.660,05
Steam 3.775.797,87 C 547.230,91
- - D 26.803,12
- - E 177,33
3.2.8. Pada Heat Exchanger (E-03)
Tabel 3.16. Neraca Panas Pada heat exchanger (E-03)
Panas Masuk (kJ/jam) Panas Keluar (kJ/jam)
Komponen Qin=n.Cp.dT Komponen Qout=n.Cp.dT
A 5.613.860,7 A 220.151,4
C 8.761,84 C 343,60
D 11.722,76 D 459,71
E 2.660,05 E 104,31
Air Pendingin -5.415.946,33 - -
BAB IV
SPESIFIKASI PERALATAN
4.1. Tangki CPO (F-01)
Fungsi : untuk menampung CPO selama 5 hari
Jumlah : 3 buah
Spesifikasi :
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup berbentuk ellipsoidal,
alas datar.
Bahan Konstruksi : carbon steel grade B
Volume : 3.188,86 m3
Diameter : 13,45 m
Tinggi : 20,17 m
Tekanan desain alat : 0,251 psi
Tebal dinding : 1,3 inchi
4.2. Tangki Detergent (F-02)
Fungsi : untuk menampung detergent selama 4 hari
Jumlah : 3 buah
Spesifikasi :
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup berbentuk ellipsoidal,
alas datar.
Bahan Konstruksi : carbon steel grade B
Diameter : 6,58 m
Tinggi : 11,16 m
Tekanan desain alat : 0,216 psi
Tebal dinding : 0,2 inchi
4.3. Tangki Stearin (F-03)
Fungsi : untuk menampung stearin selama 5 hari
Jumlah : 3 buah
Spesifikasi :
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup berbentuk ellipsoidal,
alas datar.
Bahan Konstruksi : carbon steel grade B
Volume : 448,56 m3
Diameter : 6,99 m
Tinggi : 12,22 m
Tekanan desain alat : 0,261 psi
Tebal dinding : 1,2 inchi
4.4. Pompa -01 (P- 01)
Fungsi : Mengalirkan CPO ke Heat Exchanger
Tipe : Pompa sentrifugal
Material pipa : commercial steel 3 in schedule 40
Effisiensi pompa : 80 %
Daya pompa : 1,7 hp
4.5. Heat Exchanger
Fungsi : Untuk menurunkan suhu CPO dari 550C menjadi
330
• Shell :
C
Jumlah : 1 buah
Jenis : 1-2 Shell and Tube
Diamete dalam (ID) : 35 in
Saffle Space (B) : 8 in
Passes : 1
• Tube :
Diamete dalam (ID) : 0,670 in
Diamete luar (OD) : 1 in
Panjang tube : 20 ft
4.6. Kristalizer (K-01)
Fungsi : Untuk membentuk kristal stearin
Jumlah : 2 buah
Spesifikasi :
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup berbentuk ellipsoidal,
alas datar.
Volume : 452,82 m3
Diameter : 7,02 m
Tinggi : 12,28 m
Tekanan desain alat : 0,212 psi
Tebal dinding : 3 inchi
4.7. Pompa -02 (P- 02)
Fungsi : Mengalirkan Olein ke tangki separator
Tipe : Pompa sentrifugal
Material pipa : commercial steel 3 in schedule 40
Panjang pipa : 144,23 ft
Effisiensi pompa : 80 %
Daya pompa : 3,1 hp
4.8. Separator (S-01)
Fungsi : Untuk pemisahan stearin sisa dari olein
Jumlah : 1 buah
Spesifikasi :
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup berbentuk ellipsoidal,
alas datar.
Bahan Konstruksi : carbon steel grade B
Volume : 555,86 m3
Diameter : 7,51 m
Tekanan desain alat : 0,261 psi
Tebal dinding : 1,1 inchi
4.9. Dryer Vacuum (H-01)
Fungsi : Untuk mengurangi kadar air pada olein
Jumlah : 1 buah
Spesifikasi :
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup berbentuk ellipsoidal,
alas datar.
Bahan Konstruksi : carbon steel grade B
Volume : 377,98 m3
Diameter : 6,61 m
Tinggi : 11,56 m
Tekanan desain alat : 0,262 psi
Tebal dinding : 2,62 inchi
4.10. Mixer (M-01)
Fungsi : Untuk pencampuran olein dengan CaCO3 dan H3PO4
Jumlah : 1 buah
Spesifikasi :
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup berbentuk ellipsoidal,
alas kerucut.
Bahan Konstruksi : carbon steel grade B
Diameter : 5,59 m
Tinggi : 9,77 m
Tekanan desain alat : 0,283 psi
Tebal dinding : 3/16 inchi
Tipe pengaduk : Helical ribbon
Daya pengaduk : 5 hp
4.11. Bleacher (H-02)
Fungsi : Untuk pemucatkan warna pada olein
Jumlah : 1 buah
Spesifikasi :
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup berbentuk ellipsoidal,
alas datar.
Bahan Konstruksi : carbon steel grade B
Volume : 380,76 m3
Diameter : 6,61 m
Tinggi : 11,56 m
Tekanan desain alat : 0,262 psi
Tebal dinding : 3/16 inchi
4.12. Dearator (H-03)
Fungsi : Untuk menghilangkan kadar air sisa pada olein
Spesifikasi :
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup berbentuk ellipsoidal,
alas datar.
Bahan Konstruksi : carbon steel grade B
Volume : 377,22 m3
Diameter : 6,60 m
Tinggi : 11,55m
Tekanan desain alat : 0,262 psi
Tebal dinding : 0,36 inchi
4.13. Pompa -03 (P- 03)
Fungsi : Mengalirkan CPO dari niagara filter ke dearator
Tipe : Pompa sentrifugal
Material pipa : commercial steel 3 in schedule 40
Panjang pipa : 89,25 ft
Effisiensi pompa : 80 %
Daya pompa : 2,3 hp
4.14. Neutralized Deodorizer Refining (H-04)
Fungsi : Untuk memurnikan olein dari fatty acid
Jumlah : 1 buah
Spesifikasi :
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup berbentuk ellipsoidal,
Bahan Konstruksi : carbon steel grade B
Volume : 377,22 m3
Diameter : 6,60 m
Tinggi : 11,54 m
Tekanan desain alat : 0,26 psi
Tebal dinding : 0,36 inchi
4.15. Tangki Timbun OLEIN (F-04)
Fungsi : Untuk menampung OLEIN selama 5 hari
Jumlah : 3 buah
Spesifikasi :
Bentuk : Silinder tegak dengan tutup berbentuk ellipsoidal,
alas datar.
Bahan Konstruksi : carbon steel grade B
Volume : 573,71 m3
Diameter : 7,59 m
Tinggi : 13,27 m
Tekanan : 0,262 psi
BAB V
UTILITAS DAN SARANANYA
Utilitas dalam suatu pabrik adalah sarana penunjang utama dalam
kelancaran operasi. Mengingat pentingnya utilitas ini, maka segala sarana dan
prasarananya haruslah direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin
kelangsungan operasi pabrik. Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada
Prarancangan Pabrik Minyak Olein dari CPO ini meliputi:
1. Kebutuhan uap (steam)
2. Kebutuhan air
3. Kebutuhan bahan kimia
4. Kebutuhan listrik
5. Kebutuhan bahan bakar
6. Pengolahan Limbah
5.1. Kebutuhan Uap
Pada pengoperasian pabrik dibutuhkan uap sebagai media pemanas.
Adapun kebutuhan uap pada Prarancangan Pabrik Minyak Olein dari CPO ini
adalah sebesar 3.401,61 kg/jam.
Tambahan untuk kebocoran dan lain-lain diambil 5% dan faktor keamanan
diambil sebesar 20% (Perry, 1997). Maka kebutuhan uap adalah :
Total kebutuhan uap = 3.401,61 kg/jam = 81.638,64 kg/hari
Tambahan untuk kebocoran = 5% x 81.638,64 = 4.081,93 kg/hari
Total uap yang dihasilkan ketel =(81.638,64 + 4.081,93 + 16.327,72) kg/hari
= 102.048,29 kg/hari = 4.252,01 kg/jam
Diperkirakan 80% kondensat dapat digunakan kembali (Evans, 1978),
sehingga kondensat yang digunakan kembali adalah :
= 80% 102.048,29 = 81.638,63 kg/hari = 3.401,6 kg/jam
Kebutuhan air tambahan ketel = 20% x 81.638,63 = 16.327,72 kg/hari
= 680,32 kg/jam
5.2. Kebutuhan Air
Kebutuhan air pada Prarancangan Pabrik Minyak Olein dari CPO ini
mencakup kebutuhan air umpan ketel, pendinginan dan domestik.
Total kebutuhan air untuk pendingin dan pemanas = 284.048,28 kg/jam
Air yang telah digunakan sebagai pendingin dan pemanas dapat
dimanfaatkan kembali setelah diproses di water cooling tower. Selama proses
sirkulasi terjadi kehilangan akibat penguapan, blow down dan selama pengaliran,
sehingga penambahan air segar sebanyak :
Wm = We + Wd + Wb (Perry,1997)
We = 0,00085 x Wc (T1-T2
1
−
S We
) (Perry,1997)
Wb = (Perry,1997)
Dimana :
Wm = Air segar yang harus ditambahkan, m3/hari
We = Air yang hilang akibat penguapan, m3
Wb = Air yang terhembus (blow down), m /hari
3
Wd = Air yang hilang sepanjang aliran, m3/hari
0,1% s/d 0,2% ; diambil 0,2% (Perry,1997)
Wc = Kebutuhan air untuk pendingin, kg/hari
T1 = Temperatur masuk = 40oC
T2 = Temperatur keluar = 20oC
S = Perbandingan antara padatan terlarut pada air untuk pendingin
dengan air yang ditambahkan = 3 s/d 5 ; diambil s = 5 (Perry, 1997)
Densitas (ρ) air 996,53 kg/m3
pada suhu 200
kg/m 996,53
kg/jam 281.907,36
3
C dan tekanan 1 atm
Laju alir volumetrik air pendingin,
Wc = = 282,88 m3/jam
Maka :
We = 0,00085 (282,88) (40 – 20) = 4,80 m3
1 5
/hari m 4,80 3
−
/jam
Wb = = 1,2 m3/jam
Wd = 0,002 x 282,88 m3/jam = 0,56 m3/jam
Air tambahan yang dibutuhkan untuk air pendingin :
Wm = 4,80 + 0,56 + 1,2 = 6,56 m3
Kebutuhan air domestik (keperluan sehari-hari, kantin dan lain-lain).
Kebutuhan air domestik untuk masyarakat industri diperkirakan 10 liter/jam per
orang. Jumlah karyawan 136 orang.
/jam
= 6.537,23 kg/jam
Air pendingin yang digunakan kembali,
= (282,88 – 6.537,23) kg/jam = 275.370,13 kg/jam
Maka,
Kebutuhan total air domestik adalah 136 orang x 10 liter/jam per orang
= 1.360 liter/jam x 0,9965 kg/liter
= 1.314,44 kg/jam = 31.546,56 kg/hari
5.2.4. Kebutuhan Air Umpan Ketel
Kebutuhan air untuk umpan ketel adalah sebesar 680,32 kg/jam.
5.2.5. Kebutuhan Air Tambahan
Kebutuhan air tambahan untuk keperluan sehari-hari (laboratorium,
pencucian peralatan dan lain-lain) diperkirakan 5% dari total kebutuhan air.
Kebutuhan air tambahan,
= 5% (275.370,13 + 680,32 + 1.314,44) kg/jam
= 13.868,24 kg/jam
Tabel 5.1. Perkiraan Kebutuhan Air di Pabrik
Kebutuhan Air kg/hari Air pendingin
Air tambahan pendingin
Air domestik
Air Umpan ketel
Air tambahan
281.907,36
6.537,23
1.314,44
680,32
13.868,24
TOTAL 304.307,59
Unit Pengolahan Air
Kebutuhan air untuk Prarancangan Pabrik Minyak Olein dari CPO ini
diperoleh dari air bawah tanah. Kualitas air dapat dilihat pada tabel 5.2 dan
Tabel 5.2. Sifat Fisika Air Bawah Tanah di Bandar Pasir Mandoge (Asahan)
No Parameter Range (mg/liter)
1 Padatan terlarut 32,80
2 Kekeruhan 10 NTU
3 Suhu 30,60 0C
4 Daya Hantar Listrik 66,20 us/cm
Tabel 5.3. Kandungan Bahan Kimia dalam Air Bawah Tanah di Bandar Pasir
Mandoge (Asahan)
No Bahan Kimia Range (mg/liter)
1 Alumunium 0,020
2 Ammonia -
3 Besi 2,250
4 Fluorida 0,200
5 Klorida 4,000
6 Kromium 0,000
7 Mangan 0,150
8 Nitrat 0,470
9 Nitrit 0,003
10 pH 7,100
11 Seng 0,040
12 Sianida 0,000
13 Sulfat 0,000
14 Sulfid 0,065
15 Tembaga 0,000
16 BOD 6,000
17 COD 14,000
18 Alkalinitas 29,000
19 Kesadahan 36,000
Pengolahan air pada pabrik ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Pengendapan
Air dari bak penampung dialirkan kedalam bak pengendapan dimana
partikel-partikel padat yang berdiameter besar akan mengendap secara gravitasi
tanpa bantuan bahan kimia. Ukuran partikel yang mengendap ini berkisar antara
10-1 sampai 10-3
ρ
m
m (Alaert, 1987)
Massa air yang dibutuhkan untuk 1 jam,
= 304.307,59 kg/jam
Volume,
= = 3
/ 53 , 996
kg/jam 304.307,59
m
kg = 305,36
Faktor keamanan, 20%
= (1+0,2) x 305,36
= 366,43
Direncanakan : Panjang bak = 3 x lebar bak
Tinggi bak = lebar bak
Sehingga, volume :
= p x l x t
= 3p x l x 2t
= 6l
3
6 43 , 366
3
V = = 3,93 m = 12,89 ft
Maka, Panjang bak = 3 x 3,89 m = 11,79 m = 38,68 ft
Lebar bak = 3,93 m = 12,89 ft
2. Klarifikasi
Klarifikasi merupakan proses penghilangan kekeruhan didalam air. Air
dari pengendapan dialirkan kedalam klarifier setelah diinjeksikan dengan larutan
alum, Al2(SO4)3, dan Na2CO3. Al2(SO4)3 berfungsi sebagai koagulan.
Alum biasanya digunakan masing-masing sebesar 5-50 ppm terhadap
jumlah air yang diolah (Hammer, 1979). Berdasarkan jumlah alkalinitas untuk
menghilangkan turbiditas air, diketahui 1 mg/liter alum bereaksi dengan 0,5
mg/liter alkalinitas air, sedangkan perbandingan antara Al2(SO4)3 dengan
Na2CO3 adalah 1 : 0,53 (Hammer, 1979).
Total kebutuhan air = 304.307,59 kg/jam
Jumlah alkalinitas = 29 ppm
Jumlah Al2(SO4)3
6
10 29 5 , 0
1 −
x x
yang digunakan,
= x 304.307,59 kg/jam
= 17,64 kg/jam
Jumlah Na2CO3
3. Filtrasi
yang digunakan,
= 0,53 x 17,64 kg/jam
= 9,34 kg/jam
Proses filtrasi dilakukan dengan menggunakan penyaring pasir (sand
filter). Sand filter ini berfungsi unuk menyaring kotoran/flok yang masih
terkandung atau tertinggal di dalam air. Sand filter yang digunakan terdiri dari 3
lapisan, yaitu :
Lapisan II terdiri dari antrasit, setinggi 12,5 in = 31,75 cm
Lapisan III terdiri dari batu grafel, setinggi 7 in = 17,78 cm
(Pengolahan air PT. Asian Agro Agung Jaya, 2006)
Pada bagian bawah sand filter dilengkapi dengan strainer agar air
menembus celah-celah pasir secara merata. Daya saring sand filter akan
berkurang sehingga diperlukan pencucian (back wash) secara berkala (Sugiharto,
1987). Dari penyaring ini, air dipompakan ke menara air sebelum didistribusikan
ke berbagai pemakaian air. Untuk air umpan ketel masih diperlukan lagi
pengolahan air lebih lanjut, yaitu demineralisasi dan deaerasi.
Untuk air domestik dilakukan proses klorinasi, yaitu mereaksikan air
dengan klor untuk membunuh kuman-kuman di dalam air agar syarat air minum
dapat terpenuhi. Klor yang digunakan biasanya dalam bentuk kaporit CaClO2
3 , 0
44 , 314 . 1 10 2x −6x
.
Kebutuhan air domestik = 1.314,44 kg/jam
Kaporit yang direncanakan mengandung klorin 30%
Kebutuhan klorin = 2 ppm dari berat air (Gordon,1968)
Kebutuhan kaporit = = 0,0087 kg/jam = 0,2088 kg/hari
4. Demineralisasi
Air untuk umpan ketel harus air murni dan bebas dari garam-garam
terlarut, untuk itu perlu dilakukan proses demineralisasi dengan langkah-langkah
sebagai berikut,
• Menghilangkan kation-kation Ca2+, Mg2+, Al2+, Fe2+, Mn2+ dan Zn
• Menghilangkan anion-anion S
2+
2-, NO32-, NO22- Cl-, F
Alat demineralisasi dibagi atas :
-a. Penukar kation (Cation Exchanger)
Berfungsi untuk mengikat logam-logam alkali dan mengurangi kesadahan
air yang dipakai. Proses yang terjadi adalah pertukaran antara kation Ca2+
dan Mg2+ yang larut dalam air dengan kation hidrogen dari resin. Resin
yang digunakan bersifat asam dengan merek Amberlite IR-120 Plus
(Baron, 1982).
Reaksi yang terjadi :
2H+R + Ca2+ → R2Ca + 2 H+
2H+R + Mg2+ → R2Mg + 2H+
2H+R + Al2+ → R2Al + 2 H+
2H+R + Fe2+ → R2Fe + 2 H+
2H+R + Mn2+ → R2Mn + 2 H+
2H+R + Zn2+ → R2Zn + 2 H+
Untuk regenerasi resin agar aktif kembali, digunakan H2SO4 dengan
reaksi sebagai berikut :
H2SO4 + Ca2+ → CaSO4 + 2H+
H2SO4 + Mg2+ → MgSO4 + 2H+
H2SO4 + Al2+ → AlSO4 + 2H+
H2SO4 + Fe2+ → FeSO4 + 2H+
H2SO4 + Mn2+ → MnSO4 + 2H+
H2SO4 + Zn2+ → ZnSO4 + 2H+
Perhitungan kesadahan kation :
Kebutuhan air untuk umpan ketel = 680,32 kg/jam
= kg 1 kgrain 15,4322 10 kg/hr 36x680,32 6 x
= 0,3778 kgrain/jam
Kesadahan awal terhadap Al2+
kg kgrain x hr kg x 1 4322 , 15 10 / 9.840,34 02 , 0 6 , =
= 0,0002 kgrain/jam
Kesadahan awal terhadap Fe2+
kg kgrain x hr kg x 1 4322 , 15 10 / 32 , 80 6 25 , 2 6 , =
= 0,0236 kgrain/jam
Kesadahan awal terhadap Mn2+
kg kgrain x hr kg x 1 4322 , 15 10 / 32 , 80 6 15 , 0 6 , =
= 0,0015 kgrain/jam
Kesadahan awal terhadap Zn2+
kg kgrain x hr kg x 1 4322 , 15 10 / 32 , 80 6 04 , 0 6 , =
= 0,0004 kgrain/jam
Total kesadahan kation,
= 0,4035 kgrain/jam
Resin yang digunakan memiliki EC (exchanger capacity) = 20 kgrain/ft3
(Nalco water Handbook, 1982). Exchanger capacity adalah kemampuan penukar
ion (ion exchanger) untuk menukar ion yang ada pada air yang dilaluinya.
Jumlah air yang yang diolah setiap regenerasi, = jam kgrain jam kg x ft kgrain x ft / 4035 , 0 / 32 , 680 / 20
5 3 3
= 168.604,70 kg
Waktu regenerasi, = jam kg/ 32 , 680 kg 168.604,70
= 247,83 jam = 10,32 hari
Untuk regenerasi dipakai H2SO4 8% dimana pemakaiannya sebanyak
0,7025 lb H2SO4/gallon (Nalco water Handbook, 1982) = 2,3838 kg H2SO4/ft3.
Maka kebutuhan H2SO4
hr ft kg x ft 32 , 10 / 3838 , 2
5 3 3
,
=
= 1,14 kg/hari = 0,0479 kg/jam
b. Penukar anion (Anion Exchanger)
Penukar anion berfungsi untuk pertukaran anion negatif yang terdapat
dalam air dengan ion hidroksida dari resin. Resin yang digunakan merk
R-Dowex dengan reaksi :
2ROH- + H2SO4 → RSO42- + 2 H2O
Untuk regenerasi dipakai larutan NaOH dengan reaksi :
RCL- + NaOH → NaCl + ROH
-Dari tabel 5.3 diperoleh anion yang terkandung dalam air bawah tanah
Bandar Pasir Mandoge adalah S2-, NO32-, NO22- Cl-, F-.
Perhitungan kesadahan anion :
Kesadahan awal terhadap S 2-kg 1 kgrain 15,4322 10 kg/jam 32 0,065x680, 6 x , =
= 0,0006 kgrain/jam
Kesadahan awal terhadap NO3
2-kg kgrain x jam kg x 1 4322 , 15 10 / 32 , 80 6 47 , 0 6 , =
= 0,0049 kgrain/jam
Kesadahan awal terhadap NO2
2-kg kgrain x jam kg x 1 4322 , 15 10 / 32 , 80 6 003 , 0 6 , =
= 0,00003 kgrain/jam
Kesadahan awal terhadap Cl
-kg kgrain x jam kg x 1 4322 , 15 10 / 32 , 80 6 4 6 , =
= 0,0420 kgrain/jam
Kesadahan awal terhadap F
-kg kgrain x jam kg x 1 4322 , 15 10 / 32 , 80 6 2 , 0 6 , =
= 0,0020 kgrain/jam
Total kesadahan anion,
= 0,0495 kgrain/jam
Resin yang digunakan memiliki EC (exchanger capacity) = 20 kgrain/ft3
ion (ion exchanger) untuk menukar ion yang ada pada air yang dilaluinya.
Direncanakan volume kation exchanger 5 ft
jam kgrain jam kg x ft kgrain x ft / 0495 , 0 / 32 , 80 6 / 20
5 3 3
3
Jumlah air yang yang diolah setiap regenerasi,
=
= 1.374.383,83 kg
Waktu regenerasi, = jam kg kg / 32 , 680 83 , 383 . 374 . 1
= 2.020,20 jam = 84,17 hari
Untuk regenerasi dipakai NaOH dimana pemakaiannya sebanyak 4,5 lb
NaOH/gallon (Nalco water Handbook, 1982) = 2,3838 kg H2SO4/ft3
hr ft lb x ft 17 , 4 8 / 5 , 4
5 3 3
.
Maka kebutuhan NaOH,
=
= 0,267 lb/hari = 0,121 kg/hari = 0,005 kg/jam
5. Dearasi
Dearator berfungsi untuk memanaskan air yang keluar dari alat penukar
ion (ion exchanger) sebelum dikirimkan sebagai umpan ketel. Air hasil
demineralisasi dikumpulkan pada tangki air umpan ketel sebelum dipompakan ke
dearator.
Pada dearator ini air dipanaskan hingga 90oC sehingga gas-gas yang
terlarut dalam air seperti O2 dan CO2 dapat dihilangkan, sebab gas CO2 dapat
besar antara umpan air dengan suhu didalam ketel sehingga beban ketel dapat
dikurangi.
5.3. Kebutuhan Bahan Kimia
Kebutuhan bahan kimia meliputi sebagai berikut :
1. Al2(SO4)3
2. Na
= 17,64 kg/jam = 423,36 kg/hari yang berfungsi sebagai
koagulan.
2CO3
3. H
= 9,34 kg/jam = 224,16 kg/hari yang berfungsi sebagai bahan
pembantu untuk mempercepat pengendapan dan menetralkan pH.
2SO4
4. NaOH = 0,005 kg/jam = 0,12 kg/hari berfungsi sebagai regenerasi resin
pada penukar anion (Anion Exchanger).
= 0,0479 kg/jam = 1,1496 kg/hari berfungsi sebagai regenerasi
resin pada penukar kation ( Cation Exchanger)
5. Kaporit = 0,0087 kg/jam = 0,2088 kg/hari berfungsi untuk membunuh
kuman-kuman di dalam air.
5.4. Kebutuhan Listrik
Perincian kebutuhan listrik diperkirakan sebagai berikut :
Tabel 5.4. Kebutuhan listrik pada pabrik
Nama Alat Daya Listrik (hp) Unit Proses
Unit Utilitas
Ruang Kontrol dan Laboratorium
Penerangan dan Kantor
Bengkel
60
140,28
20
25
15
Faktor keamanan diambil 10% maka total kebutuhan listrik :
= 1,1 x 260,28 = 286,3 Hp = 213,4 kW
Effisiensi generator 80% (Deshpande, 1985)
= 8 , 0 213,4
= 266,75 kW
Untuk prarancangan dipakai :
Diesel generator AC, 300 kW, 220-240 Volt, 50 Hz, 3 Phase
Jumlah = 2 unit (1 unit dipakai untuk operasi normal dan 1 untuk cadangan)
5.5. Kebutuhan Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan untuk boiler (ketel) dan pembangkit tenaga
(generator) adalah minyak solar, karena minyak solar mempunyai nilai bakar yang
tinggi.
5.5.1. Bahan Bakar Generator
Daya output generator = 266,75 kW = 229.511,7 kkal/jam
Digunakan bahan bakar solar dengan data :
Nilai bakar solar = 1.020 kkal/l (Laban, 1971)
Densitas solar = 0,89 kg/l (Perry, 1997)
Kebutuhan bahan bakar =
l kkal
jam kkal
/ 020 . 1
/ 7 , 511 . 29 2
= 225,01 l/jam
Kebutuhan solar =
l kg
jam l
/ 89 , 0
/ 01 , 25 2
5.5.2. Bahan Bakar Ketel
Laju steam yang dihasilkan = 61.502,09 kg/hari
Entalpi steam (279,80C; 64 bar), Hs = 1.230,5 kkal/kg (Geankoplis, 1983)
Kondensat yang digunakan kembali,
= 0,8 x 61.502,09 kg/hari = 49.201,67 kg/hari
Entalpi kondensat (2750
75 , 0
/ 12
1.033.235, kkkal hari
C; 1,47 bar) = 1.213,7 kkal/kg (Geankoplis, 1983)
Panas yang dibutuhkan ketel = (Hs – Hb) x total steam yang dihasilkan ketel
= (1.230,5 – 1.213,7) kkal/kg x 61.502,09 kg/hari
= 1.033.235,12 kkal/hari
Effisiensi ketel uap = 75% (Ashton,1981)
Total kebutuhan panas, Qk
=
= 1.377.646,82 kkal/hari = 5.463.383,64 Btu/hari
= 227.640,98 Btu/jam
Digunakan bahan bakar minyak solar (Perry,1997) :
a. Nilai bakar (Heating Value), Nb = 11.040,45 kkal/kg
b. Densitas, ρ = 8,9 kg/l
c. Effisiensi bahan bakar = 60%
Kebutuhan bahan bakar,
= Qk / Nb = kg hari
kg kkal hari kkal / 78 , 124 / 45 , 040 . 11 / 82 1.377.646, =
= l hari
5.6. Unit Pengolahan Limbah
Pabrik menghasilkan limbah cair. Limbah cair ini berasal dari air limbah
domestik dan air dari laboratorium. Selain itu juga limbah bahan organik yang
berasal dari kamar mandi/WC di lokasi pabrik.
Diperkirakan jumlah air buangan pabrik adalah sebagai berikut :
5.6.1. Air Buangan Domestik (dapur, kamar mandi)
Diperkirakan air buangan tiap orang = 60 liter/hari (Hammer, 1986)
Untuk semua karyawan = 60 liter/hari x 136 orang
= 8.160 liter/hari
5.6.2. Dari Laboratorium
Diperkirakan = 500 liter/hari
Sehingga total air buangan = 8.160 + 500 = 8.660 liter/hari
= 8,660 m3
a. Bak Penampung
/hari
Pengolahan limbah cair pada pabrik pembuatan olein ini direncanakan
melalui bak penampung, bak pengendapan, dan bak penetralan dengan proses
sebagai berikut:
Fungsi : Tempat menampung air buangan sementara
Bentuk : Persegi panjang
Jumlah : 1 unit
Laju volumetrik air buangan = 8,660 m3/hari
Waktu penampungan air buangan = 7 hari
Direncanakan digunakan 1 buah bak penampung
Bak terisi 80 %, maka volume bak = 60,620 / 0,8 = 75,775 m3
Direncanakan ukuran bak sebagai berikut:
- Panjang bak (p) = 2 x lebar bak (l)
- Tinggi bak (t) = lebar bak (l)
Maka:
Volume bak = p x l x t
75,775 m3
3 3,358
2 775 , 75
m
l = =
= 2l x l x l
Lebar bak = 3,358 m
Jadi dimensi bak
Panjang = 2 x 3,358 = 6,716 m
Lebar = 3,358 m
Tinggi = 3,358 m
Luas bak = 6,716 x 3,358 = 22,552 m
b. Bak Pengendapan
2
Fungsi : Menghilangkan padatan dengan cara pengendapan
Bentuk : Persegi panjang
Jumlah : 1 unit
Laju volumetrik air buangan = 8,660 m3/hari
Direncanakan kecepatan overflow maksimum = 6 m3/m2
Volume bak = 8,660 m
hari
Waktu tinggal air buangan = 1 hari = 24 jam
3
Luas bak, A = 2
2 3
3
m 443 , 1
hari m m 6
hari m 660 , 8
=
A = ¼ π D
2 1
14 , 3
443 , 1
4
2
D = = 1,085 m
Kedalaman bak, h = V/A = 8,660/1,085 = 6,138 m
c. Bak Penetralan
Fungi : Tempat menetralkan pH limbah yang bersifat asam (limbah
dianggap bersifat asam)
Bentuk : Persegi panjang
Jumlah : 1 unit
Laju volumetrik air buangan = 8,660 m3/hari
Waktu penampungan air buangan = 1 hari
Volume bak = 8,660 m3/hari x 1 hari = 8,660 m3
Direncanakan menggunakan 1 buah bak penetralan dengan volume 80%
Volume bak = 8,660 /0,8 = 10,825 m3
Direncanakan ukuran bak sebagai berikut:
- Panjang bak (p) = 2 x lebar bak (l)
- Tinggi bak (t) = lebar bak (l)
Maka:
Volume bak = p x l x t
3 1,755
2 825 , 10
m
l = =
Lebar bak = 1,755 m
Jadi dimensi bak
Panjang = 2 x 1,755 = 3,510 m
Lebar = 1,755 m
Tinggi = 1,755 m
Luas bak = 3,510 x 1,755 = 6,160 m2
Air buangan dari pabrik yang menghasilkan bahan-bahan organik.
Maka air limbah tersebut harus dinormalkan dari keadaan asam sampai
mencapai pH=7. untuk menetralkan air limbah menggunakan soda abu
(Na2CO3). Kebutuhan soda abu untuk menetralkan limbah organik = 0,15
gram soda abu/30 ml air limbah yang mempunyai pH = 5 (laboratorium Kimia
analitik FMIPA, USU, 1999).
Jumlah air buangan = 8,660 m3
Proses lumpur aktif merupakan proses aerobis dimana flok lumpur aktif
(lumpur yang mengandung mikroorganisme mikroflora dan mikrofauna)
tersuspensi di dalam campuran lumpur yang mengandung O /hari = 8.660 ml/hari
Kebutuhan soda abu = 8.660 ml/hari x (0,15 gr/30 ml)
= 43,3 gr/hari
d. Pengolahan Limbah Dengan Sistem Activated Sludge (Lumpur Aktif)
Pengolahan limbah cair pabrik ini dilakukan dengan menggunakan
activated sludge (sistem lumpur aktif), mengingat cara ini dapat menghasilkan
effluent dengan BOD yang lebih rendah (20-30 mg/l) (Perry, 1999).
mikroorganisme yang digunakan merupakan kultur campuran seperti bakteri
(Sphaerotilus natans, Thiothrix sp, lactobacillus sp, Peloploca sp, dan lain-lain),
protozoa, fungi (Leptomitus sp, Geotrichum cdanidum, dan lain-lain), rotifera,
dan nematoda. Flok lumpur aktif ini sendiri merupakan makanan bagi
mikroorganisme ini sehingga akan diresirkulasi kembali ke tangki aerasi.
• Data:
Laju alir volumetrik air buangan (Q) = 8,660 m3/hari = 2.287,71 gal/hr
BOD5 influent (So) = 760 mg/l (Hammer, 1986)
Efisiensi reaktor (E) = 95 % (Metcalf dan Eddy, 1991)
Koefisien cell yield (Y) = 0,8 mgvss/mg BOD5 (Metcalf dan Eddy, 1991)
Koefisien endogenous decay (Kd) = 0,025 hari-1
1. Penentuan BOD5 Effluent (S)
(Metcalf dan Eddy, 1991)
Mixed liquor suspended solid = 450 mg/l
Mixed liquor volatile suspended solid (X) = 340 mg/l
Waktu tinggal sel (Qc) = 5 hari
% 100 x S
S S E
o o −
= (Metcalf dan Eddy, 1991)
100 ES S
S o
o −
=
100 760 x 95 760 S= −
2. Penentuan volume aerator (Vr)
) e Kd. (1 X.
S) (S Y Q. . e Vr
c o c
+ −
= (Metcalf dan Eddy, 1991)
0,025x5) (1
mg/l) (340
mg/l 38) (760 . (0,8) . /hari) m (8,660 . hari)
(7 3
+ −
=
= 58,352 m
3. Penentuan ukuran kolom aerasi
3
Tinggi cairan dalam aerator = 3,57 m (Metcalf dan Eddy, 1991)
Perbandingan lebar dan tinggi = 1,5 :1 (Metcalf dan Eddy, 1991)
Jadi, lebar = 1,5 x 3,57 m = 5,355 m
V = p x l x t
58,352 m3
117 , 19
352 , 58
= p x 3,57 m x 5,355 m
p = = 3,05 m
Faktor kelonggaran = 0,5 m diatas permukaan air (Metcalf dan Eddy, 1991).
Jadi, ukuran aerator, sebagai berikut:
Panjang = 4,57 m
Lebar = 3,05 m
Tinggi = 3,57 + 0,5 = 4,07 m
4. Penentuan jumlah flok yang disirkulasi (Qr)
Dimana :
Qw = Debit alir Sludge
Xr = Masa padatan resirkulasi (yang diolah kembali)
Xc = Masa padatan limbah olahan
Perhitungan: (Metcalf dan Eddy,
1991)
Qc = Q = 2.287,71 galon/hari
Xe = 0,001 X = 0,001 x 340 mg/l = 0,34 mg/l
Xr = 0,999 X = 0,999 x 340 mg/l = 339,66 mg/l
Px = Qw + Xr
Yobs c d θ k 1 Y + = Yobs 5 025 , 0 1 8 , 0 x +
= = 0,15
Px = 0,15 x 2.287,71 (760-38) mg/l = 247.758,99 gal.mg/l.hari
Neraca massa pada bak sedimentasi
Akumulasi = Jumlah massa masuk – jumlah massa keluar
0 = (Q + Qr) X - Qe Xe - Qw Xr
= QX + QrX - Q (0,001 X) - P
(
)
X
P QX 0,001−1 + x
x
Qr =
=
(
)
340 99 , 758 . 247 1 001 , 0 340 71 , 287 .2 x − +
= 3.014,12 m
5. Penentuan waktu tinggal di aerator (θ)
3 hari m 660 , 8 m 352 , 58 Q V θ 3 3 r =
BP 1 BP 2
BP 3
Tangki Aerasi
Q+Qr Qe
Xe X
Bak Sedimentasi Tangki
Aerasi
Bak Pengendapan
Qw
Gambar 5.1. Bak penampungan limbah cair
5.7. Spesifikasi Peralatan Utilitas
1. Bak Penampungan (X-01)
Fungsi : untuk menampung dan mengendapkan kotoran yang terbawa dari
air bawah tanah di Bandar Pasir Mandoge (Asahan).
Bentuk : bak dengan permukaan persegi
Jumlah : 4 unit
Spesifikasi
- Kapasitas : 7.303.382,16 kg/hari
- Ukuran : Panjang = 21,45 m
Lebar = 7,15 m
2. Bak Penampungan (X-02)
Fungsi : untuk menampung dan mengendapkan kotoran yang terbawa dari
air bawah tanah di Bandar Pasir Mandoge (Asahan)
Bentuk : bak dengan permukaan persegi
Jumlah : 4 unit
Spesifikasi
- Kapasitas : 7.303.382,16 kg/hari
- Ukuran : Panjang = 21,45 m
Lebar = 7,15 m
Tinggi = 7,15 m
3. Klarifier (CL-01)
Fungsi : memisahkan endapan (flok) yang terbentuk karena
penambahan alum dan Na2CO3
Bentuk : continous thickener
Jumlah : 1 unit
Bahan : carbon steel SA-53, grade B
Spesifikasi
Ukuran: Diameter : 10,22 ft
Tinggi : 15,33 ft
4. Saringan Pasir/Sand Filter (SF-01)
Fungsi : menyaring kotoran-kotoran air yang berasal dari klarifier
Bentuk : silinder tegak dengan tutup segmen bola
Jumlah : 2 unit
Bahan : carbon steel SA-53 grade B
Spesifikasi
Kapasitas : 304.307,59 kg/jam
- Diameter : 3,67 m
Tinggi : 9,05 m
5. Menara Air (MA-01)
Fungsi : mendistribusikan air untuk berbagai keperluan
Bentuk : silinder tegak dengan tutup segmen bola dan alas datar
Bahan : fiber glass
Jumlah : 1 unit
Spesifikasi
- Kapasitas : 304.307,59 kg/jam
- Ukuran : diameter : 6,77 m
Tinggi : 10,15 m
6. Penukar Kation (CE-01)
Fungsi : mengurangi kandungan kation dalam air
Bentuk : silinder tegak dengan tutup ellipsoidal
Spesifikasi
- Kapasitas : 680,32 kg/jam
- Diameter : 1,7842 m = 5,8536 ft
- Tinggi : 5,6499 m = 18,536 ft
7. Penukar Anion (AE-01)
Fungsi : menurunkan kandungan anion dalam air
Bentuk : silinder tegak dengan tutup ellipsoidal
Bahan : Plate steel SA-167, Tipe 304
Spesifikasi
- Kapasitas : 680,32 kg/jam
- Diameter : 1,7842 m
- Tinggi : 5,6499 m
8. Cooling Tower (CW-01)
Fungsi : Untuk mendinginkan air proses bekas
Bentuk : mechanical draft Cooling Tower
Spesifikasi tangki
- Ukuran : panjang : 19,8 m
9. Dearator (DE-01)
Fungsi : Untuk menghilangkan gas-gas CO2 dan O2 yang terlarut dalam air
umpan ketel.
Bentuk : silinder horizontal dengan tutup ellipsoidal
Spesifikasi tangki :
- Volume 1,194 m3
11.Pompa Sumur bor (L-01)
- Ukuran : Diameter : 0,812 m
Tinggi : 2,03 m
10. Boiler (B-01)
Fungsi : memanaskan air menjadi steam
Bentuk : ketel pipa api
Spesifikasi tangki
- Jumlah tube : 51 buah
- Ukuran : OD tube : 1 in
Panjang : 6,09 m
Daya : 147,5807 Hp
Jumlah tube : 51 buah
Fungsi : mengalirkan air dari sumur ke bak pengendapan
Tipe : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 buah
Panjang pipa : 220,42 ft
Effisiensi pompa : 80 %
Daya motor : 4,7 Hp
12.Pompa Bak Pengendapan X-01 (L-02)
Fungsi : mengalirkan air dari bak pengendapan X-01 ke klarifier
Tipe : Pompa sentrifugal
Jumlah : 2 buah
Material pipa : commercial steel 10 in schedule 40
Panjang pipa : 220,42 ft
Effisiensi pompa : 80 %
Daya motor : 4,7 Hp
13.Pompa Bak Pengendapan X-02 (L-03)
Fungsi : mengalirkan air dari bak pengendapan X-02 ke sand filter
Tipe : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 buah
Material pipa : commercial steel 10 in schedule 40
Panjang pipa : 170,25 ft
Effisiensi pompa : 80 %
14.Pompa Sand Filter (L-04)
Fungsi : mengalirkan air dari sand filter ke menara air
Tipe : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 buah
Material pipa : commercial steel 10 in schedule 40
Panjang pipa : 225,92 ft
Effisiensi pompa : 80 %
Daya motor : 18 Hp
15.Pompa Cation Exchanger (L-05)
Fungsi :mengalirkan air dari Cation Exchanger ke Anion
exchanger
Tipe : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 buah
Material pipa : commercial steel 10 in schedule 40
Panjang pipa : 45,195 ft
Effisiensi pompa : 80 %
Daya motor : 1 Hp
16.Pompa Anion Exchanger (L-06)
Fungsi : mengalirkan air dari Anion Exchanger ke Dearator
Tipe : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 buah
Panjang pipa : 64,226 ft
Effisiensi pompa : 80 %
Daya motor : 1 hp
17.Pompa Cooling Tower (L-07)
Fungsi : mengalirkan air dari Cooling Tower ke proses
Tipe : Pompa sentrifugal
Jumlah : 1 buah
Material pipa : commercial steel 10 in schedule 40
Panjang pipa : 178,05 ft
Effisiensi pompa : 80 %
BAB VI
INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
6.1 Instrumentasi
Instrumentasi merupakan sistem dan susunan yang dipakai di dalam suatu
proses kontrol untuk mengatur jalannya proses agar diperoleh hasil sesuai dengan
yang diharapkan. Di dalam suatu pabrik kimia, pemakaian instrumen merupakan
suatu hal yang penting karena dengan adanya rangkaian instrumen tersebut maka
operasi semua peralatan yang ada di dalam pabrik dapat dimonitor dan dikontrol
dengan cermat, mudah dan efesien. Dengan demikian kondisi operasi selalu
berada dalam kondisi yang diharapkan (Ulrich,1984).
Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga mekanis atau
tenaga listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara manual ataupun
otomatis (menggunakan komputer kecepatan tinggi). Penggunaan i