• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Penyuluhan Dan Partisipasi (Studi Korelasional Tentang Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI Sumatera Utara Terhadap Tingkat Partisipasi Wanita Di Kelurahan Belawan II)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Komunikasi Penyuluhan Dan Partisipasi (Studi Korelasional Tentang Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI Sumatera Utara Terhadap Tingkat Partisipasi Wanita Di Kelurahan Belawan II)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI PENYULUHAN DAN PARTISIPASI

(Studi Korelasional Tentang Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI Sumatera Utara Terhadap Tingkat Partisiapsi Wanita Di Kelurahan

Belawan II)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi

Disusun oleh:

FLORA KRESTIANTI SINURAT 060904082

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH: NAMA : FLORA KRESTIANTI SINURAT

NIM : 060904082

JUDUL : KOMUNIKASI PENYULUHAN DAN PARTISIPASI

(Studi Korelasional Tentang Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI Sumatera Utara Terhadap Tingkat Partisipasi Wanita Di Kelurahan Belawan II)

Pembimbing Ketua Departemen

Drs.Dayana, M.Si Drs.Amir Purba,M.A NIP. 196007281987032002 NIP. 1952102191987011001

Dekan

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Pada Hari :

Tanggal : Pukul :

Tim Penguji:

1. Ketua :

2. Anggota 1 :

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkat, karunia dan kemurahan yang telah diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada peneliti selama ini. Sungguh besar kuasa, kebaikan,dan pertolonganNya yang tidak pernah telambat sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat meraih gelar kesarjanaan.

Peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada orang tua, Bapak Juner Sinurat dan Ibu Minar Manihuruk yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, semangat, nasehat dan dukungan. Sungguh tiada kata yang dapat menggambarkan betapa berharganya kedua orang tua bagi peneliti. Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada adik-adik tercinta Artha Maria Sinurat dan Meleni Theresia Sinurat untuk setiap doa, perhatian, dan semangat yang telah diberikan kepada peneliti.

Pada kesempatan kali ini peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu diantaranya:

1. Dekan FISIP USU, Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution.

2. Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Bapak Drs. Amir Purba, MA.

3. Dosen Pembimbing Peneliti, Ibu Dra.Dayana, M.Si yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, nasihat, motivasi dan ilmunya dengan sabar bagi peneliti selama menyusun skripsi ini.

4. Ibu Dra.Lusiana Andriana Lubis, M.Si sebagai dosen wali peneliti.

(5)

6. Ibu Dra. Dewi Kurniawati selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU beserta Kak Cut, Kak Maya, dan Kak Ros yang telah membantu dalam urusaan administrasi.

7. Mbak Rahmadani Hidayatin,Psi selaku Direktur Pelaksana Daerah PKBI

SUMUT yang dengan sangat ramah menyambut peneliti ketika pertama kali peneliti berkunjung ke kantor PKBI SUMUT, padahal waktu telah menunjukkan jam untuk pulang. Terima kasih buat izin penelitian yang diberikan, mbak.

8. Terima kasih kepada Kak Emilya Ginting,Psi yang sangat ramah dan telah

mengikutsertakan peneliti dalam kegiatan penyuluhan ke Belawan. Itu pengalaman pertama peneliti yang sungguh berharga. Peneliti menjadi semakin tertarik untuk lebih dekat dengan masyarakat.

9. Terima kasih kepada Keluarga besar penulis dimanapun berada yang terus mendorong penulis untuk menyelesaikan kuliah tepat pada waktunya, yang memberikan motivasi dan dukungan doa kepada penulis, khususnya Bou Lidya, Uda Jon, dan Ompung Galang.

10. Sahabat peneliti, Inda Riany Christina Marbun yang terus memberi dukungan doa, semangat dan saran yang membangun peneliti.

11. Sahabat-sahabat peneliti, Power Rangers, Christina Anggreani Tdjoe, Efron

(6)

12. Terimakasih buat Rawati Saragih, Esther Isabel Napitupulu, yang telah mengajarkan SPSS pada peneliti, kepada Olin yang membantu peneliti menginstall softwear SPSS.

13. Terima kasih buat teman-teman Ilmu Komunikasi 2006, Diana, Frensi,

Hanna, Vega, Ropesta, Tommy, Erin, Laila, Dinda, Cecil, Gusti, Jojo, Andi, Shandy, Melisa dan seluruh teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, mari kita menjadi sarjana sukses yang terus saling mendukung.

14. Terima kasih buat teman-teman Kubu Doa FISIP USU yang dahsyat dan luar biasa, Surya, Emma, Tabitha, Natasia, Linda, Tetty, Herbin, Irwan, Perdana, Firman. Terima kasih buat doa-doanya, dukungan, motivasi yang diberikan kepada peneliti.

15. Terima kasih buat teman-teman satu kost di Jl. Djamin Ginting No. I-14 Komp.Pamen Padang Bulan, Agnes Gulo dan Kak Monik yang rajin bertanya seputar perkembangan penelitian peneliti, serta doa dan dukungan yang diberikan.

16. Terimakasih buat teman CMR PKBI, Baim, Uli, Nad, serta teman-teman lainnya. Mari kita saling memotivasi satu sama lain teman-teman-teman-teman. 17. Terimakasih kepada Youth Army Prayer buat segala doa dan dukungan yang

menjadikan peneliti semakin bersemangat.

18. Terima kasih kepada kak Rensi yang telah membantu peneliti menemukan alamat kantor PKBI SUMUT. Kepada Bu Eti, Kader Pertamina Sehati, kepada Elina Manurung, dan Betharia yang rela panas-panasan kesana-kemari, menemani dan membantu peneliti turun ke masyarakat.

19. Terima kasih kepada seluruh responden yang telah memberikan waktu untuk

(7)

20. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu, peneliti mengucapkan terima kasih atas doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Medan, Juni 2010

(8)

DAFTAR ISI

I.1. Latar Belakang Masalah I.2. Perumusan Masalah I.3. Pembatasan Masalah

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

I.4.2. Manfaat Penelitian I.5. Kerangka Teori

I.6. Kerangka Konsep I.7. Model Teoritis I.8. Variabel Operasional

I.9. Defenisi Opersional Variabel I.10. Hipotesis

BAB II URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi dan Komunikasi Penyuluhan II.1.1. Komunikasi

A. Pengertian Komunikasi B. Unsur-Unsur Komunikasi C. Proses Komunikasi D. Tujuan Komunikasi E. Fungsi Komunikasi II.1.2. Komunikasi Penyuluhan

A. Pengertian Komunikasi Penyuluhan B. Falsafah Penyuluhan

C. Faktor Pendukung Efektifitas Penyuluhan D. Tujuan Komunikasi Penyuluhan

E. Fungsi Komunikasi Penyuluhan F. Perencanaan Komunikasi Penyuluhan II.2. Penyuluh Sebagai Agen Perubahan

A. Pengertian Penyuluh Sebagai Agen Perubahan B. Kompetensi Komunikasi Agen Perubahan C. Kualifikasi Dasar Agen Perubahan

D. Peranan Utama Agen Perubahan E. Tugas-Tugas Agen Perubahan II.3. Teori Difusi dan Adopsi Inovasi II.3.1. Teori Difusi Inovasi

A. Pengertian Teori Difusi Inovasi B. Unsur-Unsur Difusi Inovasi C. Atribut Difusi Inovasi II.3.2. Teori Adopsi Inovasi

(9)

C. Tahap Putusan Inovasi II.4. Kanker Serviks dan Pap Smear II.4.1. Kanker Serviks

A. Pengertian Kanker Serviks

B. Faktor Yang Memengaruhi Kanker Serviks C. Gejala Penderita Kanker Serviks

II.4.2. Pap Smear

A. Pengertian Pap Smear B. Tujuan Pap Smear

C. Wanita Yang Dianjurkan Tes Pap Smear D. Syarat Pendeteksian Pap Smear

E. Faktor Yang Memengaruhi Hasil Pap Smear BAB III METEODOLOGI PENELITIAN

III.1. Metode Penelitian III.2. Lokasi Penelitian III.3. Waktu Penelitian III.4. Populasi dan Sampel

III.4.1. Populasi III.4.2. Sampel

III.5. Teknik Pengumpulan Data III.6. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.I. Deskripsi Lokasi Penelitian

IV.1.1. PKBI Sumatera Utara A. Sejarah Singkat PKBI

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan

(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Hal

I.I Data Distribusi Kanker Serviks ... 3

1.2 Variabel Operasional ... 20

4.1 Luas Kelurahan Di Kecamatan Medan-Belawan II ... 66

4.2 Jumlah Pendataan Penduduk ... 67

4.3 Usia Responden ... 69

4.4 Pendidikan Terakhir ... 69

4.5 Pekerjaan Responden ... 70

4.6 Suku Responden ... 71

4.7 Responden Mengenal Penyuluh ... 71

4.8 Penyuluh Menguasai Materi ... 72

4.9 Cara Penyampaian Penyuluh ... 72

4.10 Maksud Yang Disampaikan Penyuluh ... 73

4.11 Kepribadian Penyuluh ... 73

4.12 Informasi Penyuluhan ... 74

4.13 Suasana Penyuluhan ... 75

4.14 Penampilan Fisik Penyuluh ... 76

4.15 Kepercayaan Diri Penyuluh ... 76

4.16 Perasaan Responden ... 77

4.17 Dialog Langsung Penyuluh ... 78

4.18 Penyuluh Pada Posisi Responden ... 78

4.19 Penyuluh Berbaur Dengan Responden ... 79

4.20 Interaksi Penyuluh Terhadap Responden ... 80

4.21 Alat Bantu Gambar ... 81

4.22 Pesan Gambar ... 82

4.23 Informasi Penyuluhan ... 83

4.24 Penjelasan Melalui Gerak-Gerik Tubuh Penyuluh ... 83

4.25 Maksud Penyuluhan ... 84

4.26 Bahasa Penyuluh... 85

4.27 Pemilihan Waktu Penyuluhan ... 85

4.28 Pemilihan Tempat Penyuluhan ... 86

4.29 Pengetahuan Tentang Kanker Serviks ... 87

4.30 Informasi Pap Smear ... 87

4.31 Keuntungan Penyuluhan Kanker Serviks ... 88

4.32 Keuntungan Tes Pap Smear ... 89

4.33 Keserasian Tes Pap Smear ... 90

4.34 Kerumitan Tes Pap Smear ... 91

4.35 Keputusan Mengikuti Tes Pap Smear ... 92

4.36 Konfirmasi Melanjutkan Pap Smear ... 93

4.37 Hubungan antara Maksud Penyuluhan Terhadap Keuntungan Tes Pap Smear ... 95

4.38 Hubungan antara Informasi Penyuluhan Terhadap Keputusan Responden Mengikuti Tes Pap Smear ... 97

4.39 Hubungan antara Informasi Penyuluhan Terhadap Konfirmasi Responden Melanjutkan Pap Smear ... 99

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Hal

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Izin Penelitian Lampiran II Tabel Fotron Cobols

Lampiran III Surat Keterangan Melakukan Penelitian Ilmu Politik USU

Lampiran IV Kuesioner

(13)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Penyuluhan dan Partisipasi (Studi Korelasional Tentang Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI Sumatera Utara Terhadap Tingkat Partisipasi Wanita Di Kelurahan Belawan II). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kanker serviks yang dilakukan oleh PKBI Sumatera Utara terhadap tindakan wanita di Kelurahan Belawan II dalam bentuk partisipasi tes pap smear.

Peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan dengan penelitian yaitu: Komunikasi dan Komunikasi Penyuluhan, Penyuluh Sebagai Agen Perubahan, Teori Difusi dan Adopsi Inovasi, serta Kanker Serviks dan Pap Smear. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional adalah metode yang digunakan untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel yakni komunikasi penyuluhan terhadap variasi variabel lain yakni tingkat partisipasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta penyuluhan yang telah mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh PKBI Sumatera Utara pada tanggal 29 April 2010 di Kelurahan Belawan II. Penelitian ini menggunakan total sampling dengan jumlah keseluruhan populasi yakni 20 orang, namun karena 3 responden dianggap tidak layak untuk diteliti karena tidak memenuhi kriteria yang dimaksud dalam penelitian, maka jumlah sample selanjutnya adalah 17 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 34 pertanyaan. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal. Proses pengolahan data menggunakan program SPSS for Windows version 15.0.

(14)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Komunikasi Penyuluhan dan Partisipasi (Studi Korelasional Tentang Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI Sumatera Utara Terhadap Tingkat Partisipasi Wanita Di Kelurahan Belawan II). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kanker serviks yang dilakukan oleh PKBI Sumatera Utara terhadap tindakan wanita di Kelurahan Belawan II dalam bentuk partisipasi tes pap smear.

Peneliti menggunakan beberapa teori yang relevan dengan penelitian yaitu: Komunikasi dan Komunikasi Penyuluhan, Penyuluh Sebagai Agen Perubahan, Teori Difusi dan Adopsi Inovasi, serta Kanker Serviks dan Pap Smear. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional adalah metode yang digunakan untuk meneliti sejauhmana variasi pada suatu variabel yakni komunikasi penyuluhan terhadap variasi variabel lain yakni tingkat partisipasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta penyuluhan yang telah mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh PKBI Sumatera Utara pada tanggal 29 April 2010 di Kelurahan Belawan II. Penelitian ini menggunakan total sampling dengan jumlah keseluruhan populasi yakni 20 orang, namun karena 3 responden dianggap tidak layak untuk diteliti karena tidak memenuhi kriteria yang dimaksud dalam penelitian, maka jumlah sample selanjutnya adalah 17 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 34 pertanyaan. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal. Proses pengolahan data menggunakan program SPSS for Windows version 15.0.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kanker adalah penyakit yang berbahaya bagi semua orang, hal ini karena angka kematian akibat kanker yang sangat tinggi. Tidak hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai negara. Pertumbuhan kanker terus berlanjut dengan kecepatan yang mengkhawatirkan di seluruh dunia. Akan tetapi, kemajuan dalam pengobatan, pencegahan dangan gaya hidup yang lebih sehat dan deteksi dini pada akhirnya akan membantu mengurangi jumlah kematian dari kanker-kanker tertentu. (Diananda, 2009: 15)

Kanker secara umum merupakan bentuk pertumbuhan sel-sel dalam tubuh. Khususnya dimulai di bagian organ tertentu yang rentan dan yang tidak normal. Ketidaknormalan kanker tercermin dari adanya kemampuan tumbuh sel yang tidak terbatas. Pada kanker dapat diawali dengan tahap preinisiasi yakni masuknya bahan-bahan pemicu kanker. Bahan tersebut dapat dari radikal bebas dari mana saja, misalnya saja dari makanan, minuman, kosmetik, bahan aditif, dan lingkungan. Bahan-bahan yang memicu kanker disebut senyawa karsinogenik (Sukaca, 2009: 21-22).

(16)

menduduki peringkat pertama dari seluruh kasus kanker sebesar 17,2% diikuti kanker payudara (12,2%).

Kedua kanker diatas menjadi salah satu masalah utama bagi kesehatan perempuan di dunia, terutama pada negara berkembang yang mempunyai sumber daya terbatas, seperti di Indonesia. Alasan utama meningkatnya kedua kanker tersebut di negara berkembang adalah karena kurangnya program penapisan yang efektif yang bertujuan untuk mendeteksi keadaan sebelum kanker maupun kanker pada stadium dini termasuk pengobatannya sebelum proses invasif yang lebih lanjut. Kematian yang terjadi pada kedua kasus kanker tersebut pada negara berkembang dua kali lebih besar dibanding negara maju. Hal ini terjadi selain karena kurangnya program penapisan, juga diperparah dengan rendahnya kemampuan dan aksesibilitas untuk pengobatan.

Pada penelitian ini, kasus yang diangkat adalah kasus kanker leher rahim atau yang lebih dikenal dengan sebutan kanker serviks. Kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita di seluruh dunia. Kanker ini adalah jenis kanker ketiga yang paling umum pada wanita—dialami oleh 1,4 juta wanita di seluruh dunia. Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus terjadi dan sekitar 231.000 wanita meninggal karena penyakit tersebut. Di Indonesia berdasarkan data yang diperoleh kanker leher rahim menempati urutan kedua dari kanker pada wanita. (JNPK-KR, 2007:1-1).

Kanker serviks adalah salah satu penyebab kematian yang sering terjadi pada

perempuan di Indonesia. Namun informasi mengenai hal ini belum banyak diketahui

karena kanker serviks sering tidak menimbulkan gejala atau keluhan sehingga wanita

datang ke dokter dalam kondisi yang sudah terlambat. Cara penularannya, yaitu lewat

(17)

Papilloma Virus), yang mana sebenarnya virus ini sudah ada dalam tubuh wanita

sejak di atas umur 10 tahun. Oleh karena itu pemeriksaan bisa dilakukan mulai umur

20 tahun keatas, karena perkembangan menuju kanker serviks memakan waktu 10-15

tahun.

Yayasan Kanker Indonesia memaparkan: diperkirakan, 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker serviks, sementara 36 persen perempuan dari seluruh penderita kanker adalah pasien kanker serviks. Ada 15.000 kasus baru per tahun dengan kematian 8.000 orang per tahun. Angka harapan hidup lima tahun jika kanker ini diketahui dan diobati pada stadium 1 adalah 70-75 persen, pada stadium 2 adalah 60 persen, pada stadium 3 tinggal 25 persen, dan pada stadium empat penderita sulit diharapkan bertahan (Kompas.com).

Kejadian kanker di Indonesia memang tinggi. Dari Departemen Kesehatan RI memperkirakan kejadian per tahun kanker serviks hingga 100 per penduduk Indonesia. Berikut ini data mengenai distribusi kanker serviks menurut daerah di Indonesia:

TABEL 1.1

Data Distribusi Kanker Serviks

Daerah Total %

Medan 262 1,01

Padang 260 1

Palembang 511 1,96

Bandung 2161 8,31

Semarang 2347 9,02

Yogyakarta 1205 4,63

(18)

Surabaya 9761 37,51

Malang 896 3,44

Denpasar 769 2,96

Makassar 638 2,45

Manado 297 1,14

Jakarta 5411 20,8

Sumber: Cermin Dunia Kedokteran (Sukaca 2009: 36).

Kanker serviks cenderung muncul pada perempuan berusia 35 sampai 55 tahun. Data yang didapat dari Yayasan Kanker Indonesia (tahun 2007) menyebutkan setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan didiagnosa menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Total 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks.

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang kerapkali mengadakan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi di Kecamatan Belawan. Tetapi dalam penelitian ini, yang menjadi sasaran penelitian adalah wanita yang berada di Kelurahan Belawan II, dimana pada lokasi ini, peneliti turut serta menyaksikan proses penyuluhan yang dilaksanakan oleh PKBI Sumatera Utara. Penyuluhan yang dilakukan oleh PKBI adalah penyuluhan konkrit, yaitu penyuluhan yang tidak hanya mengandung pesan tetapi juga membawa serta tindakan konkrit. Dalam setiap penyuluhan, pihak PKBI menyediakan fasilitas langsung untuk memeriksakan kesehatan reproduksi masyarakat yang disuluh, salah satu fasilitasnya adalah tes pap smear, yaitu tes yang digunakan untuk mendeteksi kanker serviks.

(19)

yang dicita-citakan. Penyuluhan juga mengandung usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru (paling tidak, dianggap atau dirasakan baru) agar masyarakat berminat dan bersedia melaksanakannya dalam kehidupan nyata sehari-hari. Cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penyuluhan umumnya memerlukan persiapan yang matang dalam menggunakan berbagai metode dan teknik berkomunikasi.

Oleh karena itu, maka komunikasi penyuluhan yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat dari segi pendidikan dan pola pikirnya, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian masyarakat tersebut agar penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi masyarakat yang telah disuluh tersebut menerima penyuluhan itu melalui tindakan yaitu ikut berpartisipasi memeriksakan kesehatan reproduksinya melalui tes pap smear.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmanakah komunikasi penyuluhan kanker serviks oleh PKBI Sumatera Utra berpengaruh terhadap tingkat partisipasi wanita di Kelurahan Belawan II.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertaik merumuskan masalah sebagai berikut “Sejauhmanakah Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI Sumatera Utara Berpengaruh Terhadap Tingkat Partisipasi Wanita Di Kelurahan Belawan II?”

I.3. Pembatasan Masalah

(20)

1. Penelitian terbatas pada pengaruh penyuluhan kanker serviks yang dilakukan oleh PKBI Sumatera Utara.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah 17 orang wanita di Kelurahan Belawan II yang hadir dalam penyuluhan kanker serviks oleh PKBI Sumatera Utara. 3. Penelitian ini dilakukan mulai Bulan April 2010.

I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Belawan II

tentang kanker serviks.

2. Mengetahui strategi komunikasi yang digunakan oleh PKBI Sumatera dalam menyampaikan pesan tentang kanker serviks.

3. Untuk mengetahui tanggapan peserta penyuluhan terhadap pelaksanaan penyuluhan kanker serviks yang dilakukan oleh PKBI Sumatera Utara.

4. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kanker serviks yang dilakukan oleh PKBI Sumatera Utara terhadap tindakan wanita di Kelurahan Belawan II dalam bentuk partisipasi tes pap smear.

I.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan

menambah pengetahuan peneliti mengenai ilmu komunikasi khususnya komunikasi penyuluhan.

(21)

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan pikiran dan kontribusi kepada mahasiswa atau pihak-pihak yang memberikan perhatian terhadap pengetahuan yang berhubungan dengan Komunikasi Penyuluhan.

I.5. Kerangka Teori

Teori menurut Kerlinger merupakan himpunan konstruk (konsep), defenisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi dimana variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).

Setiap penelitian memerlukan teori sebagai landasan kerangka berpikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan dibahas (Nawawi, 1995:40). Dengan adanya kerangka teori, peneliti akan memiliki landasan dalam menemukan tujuan arah penelitiannya. Adapun teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah: I.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Penyuluhan

a. Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang

berarti “membuat sama” (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005: 41).

(22)

Wilbur Schramm (Effendy, 1992: 32-33) dalam karyanya “How Communication Works” mengatakan the condition of success in communication diringkas sebagai

berikut:

a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat

menarik perhatian sasaran yang dimaksud.

b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama dapat dimengerti.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan, dan

menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

d. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

b. Komunikasi Penyuluhan

Pada hakikatnya, penyuluhan adalah suatu kegiatan komunikasi. Proses yang dialami mereka yang disuluh sejak mengetahui, memahami, meminati, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan yang nyata adalah suatu proses komunikastor yang baik untuk tercapainya hasil penyuluhan yang baik. Seperti mana suatu komunikasi baru berhasil bila kedua belah pihak sama-sama siap untuk itu, demikian pula dengan penyuluhan, suatu perencanaan yang matang dan bukan dilakukan secara asal-asalan saja. Persiapan dan perencanaan inilah yang hendak dipenuhi dengan menyusun lebih dahulu suatu desain komunikasi penyuluhan.

(23)

laku komunikan. Akhirnya, penyuluhan boleh ditujukan untuk kegiatan mempengaruhi orang lain. Tetapi dengan pengenalan yang sangat singkat ini saja sebuah lembaga, kelompok, ataupun individu tidak dapat begitu saja dengan mudah untuk melakukan kegiatan penyuluhan. Banyak faktor yang mesti diperhatikan dan itu sangat dibutuhkan. Seorang penyuluh harus terampil mengolah media pendukung. Media komunikasi yang mutlak digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah: komunikasi massa (cetak dan elektronik, komunikasi kelompok, dan komunikasi antar pribadi).

Melihat bentuk dan tujuannya, maka penyuluhan merupakan wujud konkrit dari apa yang sekarang dikenal dengan sebutan komunikasi serbaguna. Suatu bidang yang berkembang pesat sejak penghujung dekade 60-an. Dalam arti luas, komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) antar semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan penilaian terhadap hasil pencapaian penyuluhan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi penyuluhan yang berasal dari pihak yang memprakarsai dan ditujukan dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi dalam melaksanakan gagasan-gagasan yang disampaikan tersebut.

Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu, penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini:

(24)

3) Apa tujuan (objectivites) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan.

4) Pengembangan pesan

5) Metoda atau saluran yang digunakan

6) Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990:10).

Komunikasi penyuluhan lebih tepat dimasukkan ke dalam kelompok definisi secara paradimatis, karena proses komunikasi dalam penyuluhan selalu dikaitkan dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, pengetahuan dan keterampilan sasaran komunikasi, baik secara langsung atau tidak langsung sehingga sasaran komunikasi akan berubah menuju kearah lebih baik dengan cara mengikuti saran, gagasan, atau inovasi yang diajarkan (Setiana, 2005: 18).

Berikut adalah faktor pendukung efektivitas penyuluhan (Setiana, 2005: 48-56): a. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni:

1) Pendekatan Perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah, lokasi, atau lahan usaha tani, hubungan telepon dan lain sebagainya. Namun pendekatan ini dinilai kurang efektif karena memakan banyak waktu.

2) Pendekatan Kelompok

(25)

yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya.

3) Pendekatan Massal

Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunalkan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi.

b. Media Penyuluhan

Media penyuluhan meruupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sample, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambing grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

c. Materi penyuluhan

(26)

d. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.

I.5.2. Penyuluh sebagai Agen Perubahan

Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan tersebut. Orang-orang itu, dalam pustakaan ilmu-ilmu sosial dikenal dengan sebutan Agent Of Change (Agen Perubahan). Pada penelitian ini yang menjadi agen perubahan adalah PKBI SUMUT. Menurut Havelock, agen perubahan adalah orang yang membantu pelaksanaan perubahan sosial. Selanjutnya menurut Rogers dan Shoemaker agen perubahan merupakan tugas profesional yang memengaruhi suatu putusaan pada inovasi menurut arah yang diinginkannya. Para agen perubahan ini dipandang sebagai mata rantai komunikasi antara dua atau lebih sistem sosial. (Dilla, 2007:144)

Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikator selain mengenal dirinya sendiri, ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power). (Cangara, 2000: 95-100)

a. Kepercayaan (Credibility)

(27)

Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki komunikator pada masalah yang dibahasnya. Sikap menunjukkan pribadi komunikator apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicaraan memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat, sedangkan dinamika menunjukkan apakah hal yang disaampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan.

b. Daya Tarik (Attractive)

Daya tarik adalah saalah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Faktor daya tarik (attractiveness) banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang komunikator karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking), dan fisiknya (physic).

c. Kekuatan (Power)

Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin memengaruhi orang lain.

I.5.3. Teori Difusi Inovasi

Difusi adalah sebuah proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu kepada seluruh anggota sistem sosial. Difusi inovasi merupakan bagian khusus yang dari proses komunikasi yang ada disebabkan informasi yang dipertukarkan adalah inovasi. Teori difusi inovasi adalah sebuah model yang menggambarkan aktivitas pertukaran informasi baru yang berlangsung dengan tujuan terjadinya proses adopsi inovasi dalam diri khalayak (Purba, 2006: 57).

(28)

sosial. Difusi adalah suatu komunikasi jenis khusus yang yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam pesan itu terdapat ketermasaan (newness) yang memberikan ciri khusus kepada difusi yang menyangkut ketidakpastian (uncertainty). Derajat ketidakpastian seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi. (Dilla, 2007: 53)

Proses penyebarserapan inovasi terdiri dari 4 unsur utama, yaitu: (1) suatu inovasi, (2) yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu, (3) dalam jangka waktu tertentu, (4) diantara para anggota suatu sistem sosial. Dalam pandangan masyarakat yang menjadi klien dalam penyebarserapan suatu inovasi, ada lima atribut yang menandai setiap inovasi, yaitu:

1) Keuntungan-keuntungan relatif. Apakah cara-cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relative bagi mereka yang kelak menerimanya?

2) Keserasian. Apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nila-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan? Begitu pula, apakah inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan?

3) Kerumitan. Apakah inovasi tersebut rumit? Pada umumnya masyarakat tidak

atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit; karena selain sukar dipahami, juga cenderung dirasa sebagai beban.

(29)

5) Dapat dilihat. Bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya, maka orang akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan-gagasan atau ide yang abstrak.

(Nasution 1990: 15-17)

Pada Penelitian Penyuluhan Kanker Servirs oleh PKBI SUMUT, poin ke empat dan lima di atas, tidak dapat dijadikan bahan penelitian dikarenakan inovasi yang dibawa dalam penyuluhan ini, yakni pap smear, tidak dapat di cobakan dan di lihat. Namun, teori Difusi Inovasi ini tetap dijadikan sebagai landasan dalam penelitian.

Everett M. Rogers dan Floyd Shoemaker memperkenalkan sebuah formula baru dalam proses adopsi inovasi. Teori adopsi tersebut diformulasikan menjadi 4 tahap, yakni:

1. Pengetahuan : mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian bagaimana inovasi tersebut berfungsi.

2. Persuasi : menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut.

3. Keputusan : terlibat dalam kegiatan yang membawa seseorang pada situasi memilih apakah menerima atau menolak.

4. Konfirmasi : mencari penguat bagi keputusan yang telah diambil

sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka seseorang dapat merubah keputusan tersebut.

(30)

I.5.4. Kanker Serviks dan Pap Smear A. Kanker Serviks

Kanker serviks adalah nama lain dari kanker leher rahim. Kanker ini merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita di seluruh dunia. Kanker serviks termasuk ke dalam kategori kanker yang ganas. Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya pendarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal.

Beberapa data yang lain menyebutkan kanker serviks ternyata dapat tumbuh pada wanita yang usianya lebih muda dari 35 tahun. Di Indonesia sekarang diperkirakan dalam setiap harinya terjadi 41 kasus baru kanker serviks. Parahnya sekitar 20 orang setiap harinya meninggal dunia karena kanker tersebut.

Gejala umum kanker adalah dikarenakan adanya pertumbuhan sel yang tidak normal dalam tubuh. Namun, sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker terjadi perubahan bentuk yang dialami oleh sel-sel tersebut. Perubahan itu tidak hanya satu atau dua tahun saja. Perubahan itu memakan waktu hingga bertahun-tahun sebelum menjadi kanker.

Salah satu sumber penularan utama (75%) adalah hubungan seksual. Sebab kanker ini ditularkan melalui HPV (Human Pappiloma Virus). HPV ini menyerang mulai adanya kematangn seksual, mulai anak umur 9 tahun hingga lansia umur 70 tahun. Dengan begitu, maka dengan ada kontak seksual, sangat mungkin selama hidup seorang wanita masih berada dalam ancaman HPV (Sukaca, 2009: 24-27).

B. Pap Smear

(31)

dan hendaknya pemeriksaannya dilakukan secara teratur. Pemeriksaan pap smear untuk pertama kali harus dilakukan segera setelah wanita tersebut mulai melakuka n hubungan seksual, setelah itu harus ada pengulangan pemeriksaan setelah satu tahun. Hal ini dilakukan karena sel-sel abnormal dapat terluput dari sekali pemeriksaan. Jika tidak didapati kelainan pada salah satu pemeriksaan pap smear, pemeriksaan akan diulang, sekurang-kurangnya dua tahun.

Pemeriksaan pap smear merupakan suatu test yang aman dan murah, telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. Tes pap smear juga bisa diartikan sebagai pemeriksaan epitel porsio dan endoservik uteri untuk pemantauan adanya perubahan diporsio atau serviks pada tingkat pra ganas dan ganas.

Tujuan Tes Pap Smear

Tujuan dari tes pap smear adalah:

• Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi

kanker serviks.

• Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang

yang belum menderita kanker.

• Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher

rahim. Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks. Syarat Pendeteksian Pap Smear

Hal-hal penting yang harus diperhatikan jika ingin melakukan tes pap smear adalah sebagai berikut:

• Waktu pengambilan sebaiknya memperhatikan waktu menstruasi, yaitu

(32)

• Pasien harus memberikan informasi mengenai aktivitas seksualnya dan riwayat

kesehatan yang pernah dideritanya dengan sejujur-jujurnya.

• Hindari hubungan intim yang tidak boleh dilakukan dalam waktu 24 jam

sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.

• Pembilasan vagina dengan bermacam-macam cairan kimia tidak boleh

dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.

• Hindari pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang pemeriksaan pap smear.

Jika meminum obat, maka informasikan kepada petugas, sebab beberapa obat akan mempengaruhi hasil analisis sel.

I.6. Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan perumusan pada hipotesa (Nawawi, 1995: 40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang dapat digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social (Singarimbun, 1995: 57).

Dengan demikian, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesa yang merupakan jawaban sementara dari masalah yag diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus di operasionalkan dengan mengubahnya menjadi variable.

Adapun variable yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Bebas

(33)

atau munculnya faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1997:40). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Komunikasi Penyuluhan.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau unsur atau faktor yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena variabel lain (Nawawi: 1997). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Partisipasi.

c. Karakteristik Responden

Variabel antara adalah variabel yang berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tersebut. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

I.7. Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. Variabel-variabel yang dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

GAMBAR 1.1 Model Teoritis

Variabel Bebas (X) Komunikasi

Penyuluhan

(34)

I.8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan dan kerangka konsep yang telah diuraikan, maka untuk lebih memudahkan dalam penelitian, perlu dibuat operasional konsep-konsep yang terkait sebagai berikut:

TABEL 1.2 Variabel Operasional

Variable Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas (X)

Komunikasi Penyuluhan

a. Penyuluh: Kredibilitas Daya Tarik Kekuatan

b. Metode Penyuluhan Pendekatan Perorangan:

• Dialog langsung, • Kemampuan empati,

• Menciptakan suasana homophily.

Pendekatan Kelompok: • Diskusi kelompok.

c. Media Penyuluhan Gambar atau slide. d. Materi Penyuluhan

Pesan (verbal dan nonverbal) Makna (gagasan atau ide)

(35)

Waktu Tempat 2. Variabel Terikat (Y)

Tingkat Partisipasi

a. Pengetahuan b. Persuasi

1) Keuntungan-keuntungan relatif 2) Keserasian

3) Kerumitan c. Keputusan d. Konfirmasi 3. Karakteristik

Responden

a. Usia

b. Pendidikan Terakhir c. Pekerjaan

d. Suku

I.9. Defenisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional juga merupakan informasi ilmiah yang amat membantu penelti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).

(36)

a. Variabel Bebas (Komunikasi Penyuluhan), meliput i: 1. Penyuluh, terdiri dari:

• Kredibilitas

Kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki komunikator sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak. Kredibilitas seorang komunikator berasal dari kompetensi, sikap, tujuan, kepribadian, dan dinamika yang dimilikinya.

• Daya Tarik

Daya tarik adalah adanya sesuatu hal yang memberi nilai lebih dan ketertarikan kepada komunikator. Daya tarik dapat berupa kesamaan, keakraban/ dikenal baik, disukai, dan fisiknya.

• Kekuatan

Kepercayaan diri yang harus dimiliki oleh seorang komunikator dalam memengaruhi orang lain.

2. Metode Penyuluhan terdiri dari: Pendekatan Perorangan, yaitu

a) Dialog Langsung, adalah metode yang dilakukan oleh PKBI dengan berdialog atau berkomunikasi secara tatap muka dengan peserta penyuluhan.

b) Kemampuan Empati, adalah kemampuan Penyuluh PKBI dalam menempatkan dirinya pada posisi para peserta penyuluhan.

(37)

Pendekatan Kelompok

a) Diskusi Kelompok, adalah metode pendekatan yang dilakukan oleh PKBI ketika melakukan penyuluhan melalui pertukaran informasi atau pendapat dengan peserta penyuluhan.

3. Media Penyuluhan, terdiri dari:

a) Gambar atau slide, yaitu media penyuluhan yang mengandung tampilan pesan-pesan penyuluhan.

4. Materi Penyuluhan, terdiri dari:

a) Pesan (verbal dan nonverbal), yaitu bentuk informasi atau penjelasan yang disampaikan kepada peserta penyuluhan melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh dari petugas penyuluhan.

b) Makna (gagasan atau ide), yaitu gagasan atau ide dalam penyuluhan yang disampaikan oleh Petugas Penyuluh PKBI kepada peserta penyuluhan. c) Simbol yang Digunakan (bahasa atau kata-kata), yaitu gaya bahasa, cara

berbicara, pilihan kata yang disampaikan oleh petugas penyuluhan kepada peserta penyuluhan.

5. Waktu dan Tempat Penyuluhan

a) Waktu, adalah saat yang tepat yang dipilih dan ditentukan oleh petugas penyuluhan untuk melakukan penyuluhan

(38)

b. Variabel Terikat ( Tingkat Partisipasi), meliputi: 1) Pengetahuan

Mengetahui adanya inovasi dan memiliki pengertian bagaimana inovasi tersebut berfungsi.

2) Persuasi

Menentukan sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi tersebut.

a) Keuntungan-keuntungan Relatif, yaitu apakah cara-cara atau gagasan baru ini memberikan keuntungan relatif bagi masyarakat.

b) Keserasian, yaitu apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi

dengan nila-nilai, sistem kepercayaan, adapt-istiadat, kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.

c) Kerumitan, yaitu apakah inovasi tersebut rumit, karena pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit, karena selain sukar dipahami juga cenderung dirasa sebagai beban baru.

3) Keputusan

Terlibat dalam kegiatan yang membawa seseorang pada situasi memilih apakah menerima atau menolak.

4) Konfirmasi

Mencari penguat bagi keputusan yang telah diambil sebelumnya. Jika informasi yang diperoleh bertentangan maka seseorang dapat merubah keputusan tersebut.

c. Karakteristik Responden, meliput i:

1. Usia : Usia responden saat mengisi kuesioner 2. Pendidikan Terakhir : Jenjang pendidikan responden

(39)

4. Suku : Identitas budaya responden

I.10. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaan atau terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan penghubung antara teori dan dunia empiris (Rakhmat, 2004:14), Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak Terdapat Hubungan Antara Komunikasi Penyuluhan Kanker Serviks Oleh PKBI Sumatera Utara Terhadap Tingkat Partisipasi Wanita Di Kelurahan Belawan II.

(40)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II. I. KOMUNIKASI DAN KOMUNIKASI PENYULUHAN II.I.I. Komunikasi

A. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatis.

1. Pengertian komunikasi secara umum

Pengertian komuniaksi secara umum dapat dilihat dari dua segi: a. Pengertian komunikasi secara etimologis

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communist. Arti communist di sini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna

mengenai suatu hal.

Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Jelasnya, jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya, maka komunikasi berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara mereka itu bersifat komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak berlangsung. Dengan lain perkataan, hubungan antara orang-orang itu tidak komunikatif.

b. Pengertian komunikasi secara terminologis

(41)

Jadi, yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan di sini adalah komunikasi manusia atau dalam bahasa asing human communication, yang sering pula disebut komunikasi sosial atau social

communication. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari komunikasi

antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi kemasyarakatan karena hanya pada manusia-manusia yang bermasyarkat terjadinya komunikasi. Masyarakat terbentuk dari paling sedikit dua orang yang saling berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya.

2. Pengertian komunikasi secara paradigmatis

Dalam pengertian paradigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film, maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spandoek, dan sebagainya.

Jadi komunikasi dalam pengertian paradigmatis bersifat intensional (intentional), mengandung tujuan; karena itu harus dilakukan dengan perencanaan. Sejauh mana kadar perencanaan itu, bergantung kepada pesan yang akan dikomunikasikan dan pada komunikan yang dijadikan sasaran.

Pengertian komunikasi secara paradigmatis ini banyak dikemukakan oleh para ahli, tetapi dari sekian banyak defenisi itu dapat disimpulkan secara lengkap dengan menampilkan maknanya yang hakiki, yaitu:

(42)

B. Unsur-Unsur Komunikasi

Unsur-unsur dalam komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dan saling melengkapai satu sama lain dalam sebuah rangkaian sistem yang memungkinkan berlangsungnya suatu aktivitas komunikasi. Dalam sebuah proses komunikasi yang sangat sederhana paling tidak memerlukan tiga unsur, yakni komunikator, pesan, dan komunikan. Carl I. Hovland dalam bukunya Social Communication menyebutkan: communication is the process by which an individual (the communicator) transmit

stimuli (usually verbal symbol) to modify the behavior of other individual

(communicate), (komunikasi adalah suatu proses dimana seorang individu

(komunikator) mengirimkan stimuli (simbol kata) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). (Purba, 2006: 39)

Claude E. Shannon dan Warren Weaver (1949), dua orang insinyur listrik menyatakan bahwa terjadinya proses komunikasi memerlukan lima unsur yang mendukungnya, yakni pengirim, transmitter, signal, penerima, dan tujuan. Pada awal tahun 1960-an David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana. Formula ini dikenal dengan nama “SMCR”, yakni: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media), dan Receiver (penerima). Gerald Miller dan Melvin L. De Fleur menambahkan lagi unsur efek dan umpan balik (feedback) sebagai pelengkap dalam membangun komunikasi yang sempurna.

Perkembangan terakhir adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno, dan Erika Vora yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.

Sumber

(43)

disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder.

Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesaan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesaan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content, atau information.

Media

Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.

Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut audience atau receiver.

Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesaan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982). Karena itu, pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

Tanggapan Balik

(44)

juga berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima.

Lingkungan

Lingkungan atau situasi adalah faktor-faktor tertentu yang dapat memengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu. (Cangara, 2005: 21-26)

C. Proses Komunikasi

Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

a. Proses Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu berbentuk ide, informasi, atau opini; baik mengenai hal yang konkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.

b. Proses Komunikasi secara sekunder

(45)

sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan cirri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. Komunikan media surat, poster, atau papan pengumuman akan berbeda dengan komunikan surat kabar, radio, televisi, atau film. Setiap media memiliki ciri atau sifat tertentu yang hanya efektif dan efisien untuk dipergunakan bagi penyampaian suatu pesan tertentu pula. (Effendy, 2006: 16-18) D. Tujuan Komunikasi

a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (pinion change) c. Perubahan perilaku (behavior change) d. Perubahan sosial (social change)

E. Fungsi Komunikasi

a. Menyampaikan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain) d. Memengaruhi (to influence)

II.I.2. Komunikasi Penyuluhan

A. Pengertian Komunikasi Penyuluhan

(46)

penjelasan kepada mereka yang disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu.

Claar et al. membuat rumusan bahwa penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan; yang mengajarkan sesuatu; mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif.

Samsudin menyebut penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal yang dimaksudkan untuk mengajak orang sadar dan mau melaksanakan ide-ide baru. Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan baru agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya.

Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan pendidikan non-formal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan. Dalam upaya mengubah masyarakat tersebut, terdapat unsur-unsur seperti: gagasan/ide/konsep yang dididikkan, lembaga/badan/pihak yang memprakarsai perubahan masyarakat secara keseluruhan, tenaga penyebar ide/konsep yang dimaksud, dan anggota masyarakat baik secara individu maupun secara keseluruhan yang menjadi sasaran dari kegiatan penuluhan tersebut.

(47)

suatu desain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini:

7) Masalah yang dihadapi 8) Siapa yang akan disuluh

9) Apa tujuan (objectivites) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan.

10) Pengembangan pesan

11) Metoda atau saluran yang digunakan

12) Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana

keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990: 7-11). B. Falsafah Penyuluhan

Pengertian falsafah ialah sebagai suatu pandangan hidup, sebagai landasan pemikiran yang bersumber pada kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam praktik. Falsafah penyuluhan harus berpijak pada pentingnya pengembangan individu dalam perjalanan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan sehubungan dengan falsafah penyuluhan tersebut.

1. Penyuluhan harus bekerja sama dengan masyarakat, dan bukan bekerja untuk masyarakat.

2. Penyuluh tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi justru harus mampu mendorong kemandirian.

3. Penyuluhan harus selalu mengacu pada terwujudnya kesejahteraan hidup masyarakat.

4. Penyuluhan harus mengacu pada peningkatan harkat dan martabat manusia

(48)

Penyuluhan juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Penyuluhan adalah proses pengembangan individu maupun kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga meningkat harkat dan martabatnya.

2. Penyuluhan adalah pekerjaan yang harus diselaraskan dengan budaya masyarakat setempat.

3. Penyuluhan adalah proses dua arah dan harus merupakan pendidikan yang berkelanjutan.

4. Penyuluhan adalah hidup dengan saling berhubungan, saling menghormati

dan saling mempercayai.

5. Penyuluhan harus mampu menumbuhkan cita-cita yang melandasi untuk berfikir kreatif, dinamis, dan inovatif.

6. Penyuluhan harus mengacu pada kenyataan-kenyataan dan selalu disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi.

C. Faktor Pendukung Efektifitas Penyuluhan:

e. Metode Penyuluhan, berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni:

1) Pendekatan Perorangan

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan seperti kunjungan ke rumah, lokasi, atau lahan usaha tani, hubungan telepon dan lain sebagainya. Namun pendekatan ini dinilai kurang efektif karena memakan banyak waktu.

2) Pendekatan Kelompok

(49)

sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode pendekatan kelompok lebih menguntungkan karena adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya.

3) Pendekatan Massal

Metode yang menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak dan dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunalkan media massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi.

f. Media Penyuluhan

Media penyuluhan meruupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sample, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambing grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

g. Materi penyuluhan

(50)

yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapai oleh sasaran penyuluhan.

h. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.

D. Tujuan Komunikasi Penyuluhan

Dalam perencanaa dan pelaksanaan penyuluhan, harus mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

A. Tujuan Jangka Pendek

1) Perubahan tingkat pengetahuan

2) Perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan 3) Perubahan sikap

4) Perubahan motif tindakan B. Tujuan Jangka Panjang

1) Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara hidup lama dengan cara-cara yang lebih baik.

2) Better business, berusaha yang lebih menguntungkan.

3) Better living, menghemat dan tidak berfoya-foya setelah tujuan utama telah tercapai.

E. Fungsi Komunikasi Penyuluhan

(51)

1. Fungsi penyuluhan dengan demikian menimbulkan dan merangsang kesadaran para peserta penyuluhan agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya itu.

2. Menjembatani gap antara praktek yang harus atau biasa dijalankan oleh para objek

yang disuluh dengan pengetahuan teknologi atau umum yang selalu berkembang menjadi kebutuhan sehari-hari.

3. sebagai penyampai, pengusaha, dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh objek yang disuluh.

4. sebagai pemberian pendidikan dan bimbingan yang kontinyu, yang artinya

penyuluhan tidak akan berhenti karena yang dikehendakinya, keadaan yang berkembang, lebih baik dan lebih maju dengan perkembangan zaman.

(Kartasapoetra, 1987: 7-13)

F. Perencanaan Komunikasi Penyuluhan

Perencanaan komunikasi dalam rangka melakukan kegiatan penyuluhan amat diperlukan karena pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari kegiatan ini adalah “sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. Tujuan yang dimaksud ialah tujuan dari kegiatan penyuluhan, dan tujuan komunikasi dari penyuluhan itu tentu merupakan suatu kesatuan dengan tujuan penyuluhan tersebut. Tanpa suatu perencanaan, dapat dibayangkan bagaimana jadinya pekerjaan kita itu nantinya.

a. Dukungan Komunikasi (Communication Support) Untuk Penyuluhan

(52)

diperlukan keterampilan berkomunikasi untuk dapat menyuluhkan dengan baik. Mengapa demikian? Karena keterampilan berkomunikasi ini merupakan bekal dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Keterampilan ini antara lain menyangkut bagaimana mengutarakan sesuatu dengan jelas, dapat dimengerti oleh orang lain yang mendengarkan kita.

Dalam bidang komunikasi, suatu rencana komunikasi bahkan merupakan suatu perkakas komunikasi yang penting untuk dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan yang dimaksud. Menurut Middleton dan Lin, 1975 ada beberapa prinsip penting dalam menyusun rencana komunikasi, yaitu:

1. Perencanaan komunikasi membutuhkan konsultasi. 2. Rencana yang disusun hendaklah fleksibel.

3. Rencana yang disusun harus mengandung “what to do” dan “how to do it”. b. Perlunya Disain Komunikasi Penyuluhan

Meskipun mungkin saja kita merasa telah “siap” untuk menyuluh, namun kerapkali masih timbul keragu-raguan dalam hati, tentang “apakah penyuluhan yang akan kita lakukan itu nantinya berhasil atau tidak?”. Pertanyaan yang berikutnya adalah : “Dapatkah khalayak yang disuluh memahami apa-apa yang disuluhkan itu”, “sungguh-sungguhkan mereka tertarik mendengarkan penyuluhan tersebut, ataukah hanya pura-pura mengikuti, padahal dalam hatinya tidak berminat sama sekali?”. Dan masih banyak lagi pertanyaan lanjutan yang menyangkut keinginan penyuluh agar kegiatan yang dilakukannya tidaklah sia-sia, melainkan mencapai hasil seperti yang direncanakan.

c. Penyusunan Rencana Komunikasi Penyuluhan

(53)

1) Menganalisi problem atau masalah yang dihadapi 2) Merumuskan tujuan (objectives) komunikasi 3) Memilih media

4) Menentukan pendekatan yang digunakan 5) Memproduksi media

(Nasution, 1990: 54-58)

II.2. PENYULUH SEBAGAI AGEN PERUBAHAN A. Pengertian Penyuluh sebagai Agen Perubahan

Dalam proses perubahan, komunikator yang adalah penyuluh merupakan fasilitator yang membantu anggota masyarakat melaksanakan proses yang dimaksud.

Dengan gagasan-gagasan dan ide-ide yang disebarluaskan, penyuluh adalah agen perubahan atau orang-orang yang menyebarserapkan inovasi ke tengah-tengah masyarakat. Karena itu seorang penyuluh juga menjadi tempat bertanya, tempat anggota masyarakat menanyakan sesuatu untuk memperoleh informasi yang mereka perlukan. Jadi seorang penyuluh adalah juru informasi atau juru penerang bagi khalayak di sekitarnya.

B. Kompetensi Komunikasi yang diperlukan Agen Perubahan

Melihat cakupan dan titik berat misi yang diemban seorang penyuluh terutama sebagai salah satu agen perubahan, maka diperkirakan kompetensi komunikasi yang paling diperlukan antara lain adalah yang menyangkut:

(54)

C. Kualifikasi Dasar Agen Perubahan

1) Kualifikasi teknis, yakni kompetensi teknis dalam tugas spesifik dari proyek perubahan yang bersangkutan.

2) Kemampuan administrative, yaitu persyaratan administrative yang paling

dasar dan elementer, yakni kemauan untuk mengalokasi waktu untuk persoalan-persoalan yang relatif menjelimet (detailed). Maksudnya, para agen perubahan merupakan orang-orang yang menyediakan waktu dan tenaga mereka untuk secara sepenuh hati mengurus masyarakat yang dibinanya.

3) Hubungan antar-pribadi. Suatu sifat agen perubahan yang paling penting

adalah emphatic, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada kedudukan orang lain, berbagi pandangan dan perasaan dengan mereka sehingga hal-hal tersebut seakan-akan dialami sendiri.

D. Peranan Utama Agen Perubahan

Agen-agen perubahan itu menurut Rogers dan Shoemaker berfungsi sebagai mata rantai komunikasi antar dua (atau lebih) sistem sosial, yaitu menghubungkan antara suatu sistem sosial yang mempelopori perubahan tadi dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam usaha perubahan tersebut. Hal ini tercermin dalam peranan utama agen perubahan:

1) Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau melakukan

perubahan.

2) Sebagai pemberi pemecahan persoalan.

(55)

a. Mengenali dan merumuskan kebutuhan

b. Mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan c. Mendapatkan sumber-sumber yang relevan

d. Memilih atau menciptakan pemecahan masalah

e. Menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan masalah 4) Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi. E. Tugas-Tugas Agen Perubahan

Ada tujuh tugas utama agen perubahan dalam melaksanakan difusi inovasi, yaitu:

1) Menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan. 2) Membina suatu hubungan dalam rangka perubahan (change relationship). 3) Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

4) Menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien.

5) Menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata. 6) Menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop-out.

7) Mencapai suatu terminal hubungan. II.3. TEORI DIFUSI DAN ADOPSI INOVASI II.3.1.Teori Difusi Inovasi

A. Pengertian Teori Difusi Inovasi

(56)

sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukar informasi untuk mencapai pengertian bersama. Di dalam pesan itu terdapat ketermasaan (newness) yang memberikan ciri khusus kepada difusi yang menyangkut ketidakpastian (uncertainty). Derajat ketidakpastian seseorang akan dapat dikurangi dengan jalan memperoleh informasi. (Dilla, 2007: 53)

Difusi inovasi merupakan bagian khusus yang dari proses komunikasi yang ada disebabkan informasi yang dipertukarkan adalah inovasi. Teori difusi inovasi adalah sebuah model yang menggambarkan aktivitas pertukaran informasi baru yang berlangsung dengan tujuan terjadinya proses adopsi inovasi dalam diri khalayak (Purba, 2006: 57).

Dalam pelaksanaannya, sasaran dari upaya difusi inovasi umumnya petani dan anggota masyarakat pedesaan. Teori ini pada prinsipnya adalah komunikasi dua tahap, jadi di dalamnya dikenal pula adanya pemula pendapat atau yang disebut juga dengan istilah agen perubahan. Oleh karenanya teori ini sangat menekankan pada sumber-sumber non-media (sumber-sumber personal, misalnya tetangga, teman, ahli, dan sebagainya), mengenai gagasan-gagasan baru yang dikampanyekan untuk mengubah perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya memengaruhi motivasi dan sikap. (Sendjaja, 2005: 5.17)

B. Unsur-unsur Difusi Inovasi

Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), dalam proses penyebarserapan inovasi, terdapat unsur-unsur utama yang terdiri dari:

1) Suatu inovasi

2) Yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu 3) Dalam jangka waktu tertentu

(57)

C. Atribut Difusi Inovasi

Dalam pandangan masyarakat yang menjadi klien dalam penyebarserapan suatu inovasi, ada lima atribut yang menandai setiap inovasi, yaitu:

6) Keuntungan-keuntungan relatif. Apakah cara-cara atau gagasan baru ini

memberikan keuntungan relative bagi mereka yang kelak menerimanya?

7) Keserasian. Apakah inovasi yang hendak didifusikan itu serasi dengan nila-nilai, sistem kepercayaan, gagasan yang lebih dahulu diperkenalkan? Begitu pula, apakah inovasi yang dimaksud itu serasi dengan kebutuhan, selera, adat-istiadat, dan karakteristik penting lainnya dari masyarakat yang bersangkutan?

8) Kerumitan. Apakah inovasi tersebut rumit? Pada umumnya masyarakat tidak atau kurang berminat pada hal-hal yang rumit; karena selain sukar dipahami, juga cenderung dirasa sebagai beban.

9) Dapat dicobakan. Suatu inovasi akan lebih cepat diterima bila dapat dicobakan lebih dahulu dalam ukuran (skala) kecil sebelum orang terlanjur menerima secara keseluruhan.

10)Dapat dilihat. Bila suatu inovasi dapat dilihat langsung buktinya, maka orang akan lebih mudah untuk menerimanya, ketimbang yang berupa gagasan-gagasan atau ide yang abstrak.

(Nasution 1990: 15-17) II.3.2.Teori Adopsi Inovasi

A. Pengertian Teori Adopsi Inovasi

Gambar

TABEL 1.2
TABEL 4.2
Gambar IV.1
TABEL 4.3 Usia Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu penulis berharap kepada semua pihak untuk senantiasa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dan apa yang pembaca lihat dapat bermanfaat bagi pembaca

Penelitian ini adalah kausal yaitu penelitian yang menganalisis pengaruh satu variabel atau lebih dengan variabel lainnya, Adapun variabel yang dimaksud dalam

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Eksekusi Obyek

Dengan menggunakan budaya kerja 5S tersebut dapat memperbaiki lingkungan kerja yang kurang nyaman agar menjadi lebih baik dan kualitas

Pertumbuhan vegetatif tomat Cherry di dalam rumah tanaman dengan perlakuan penambahan cahaya High Intensity Discharge (HID) dan LED lebih baik dari pertumbuhan

memberi tawaran apakah padi yang saya tanam mau dijual dengan sistem tebasan, kadang juga ada perantara yang mendatangi rumah memberi tawaran kepada saya

Proses frais naik lebih banyak digunakan karena alasan tersebut, akan tetapi keausan pahat lebih cepat karena mata potong lebih banyak menggesek benda kerja

Ketentuan perundang-undangan Indonesia memiliki pengertian yang mendasar mengenai capital gains yang dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d Undang-undang Nomor