• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mediakom Edisi 24 Juni 2010 - [MAJALAH]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mediakom Edisi 24 Juni 2010 - [MAJALAH]"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Untuk Apa Merokok?

Etalase

SUSUnAn REDAKSI

Penanggung Jawab

drg. Tritarayati,SH

Redaktur

Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS Drs. Sumardi

Editor/Penyunting

Dra. Hikmandari A., M.Ed drg. Anitasari SM. Prawito, SKM, MM

Busroni S.IP Mety Setyowati, SKM Aji Muhawarman, ST

Desain Grafis dan Fotografer

Resty Kiantini, SKM, M.Kes Dewi Indah Sari, SE, MM

Sri Wahyuni, S.Sos, MM Giri Inayah, S.Sos.

R. Yanti Ruchiati Wayang Mas Jendra, S.Sn

Sekretariat

Agus Tarsono Waspodo Purwanto

Hambali Yan Zefrial

Alamat Redaksi

Pusat Komunikasi Publik Gedung Kementerian Kesehatan RI

Blok A, Ruang 107

Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950

Telepon

021-5201590; 021-52907416-9

Fax

021- 5223002; 021-52960661

Email

info@depkes.go.id kontak@depkes.go.id

Call Center

021-500567, 021-30413700

Media

kom

L

ebih banyak rugi, dari manfaatnya. Lima belas jenis penyakit akan menggerogoti tubuh, akibat merokok. Mulai dari rambut rontok, gangren (matinya jaringan tubuh) sampai amputasi kaki, bila dibiarkan dan tak mendapat perawatan yang tuntas. Belum lagi penyakit stroke, penyebab kematian terbesar di dunia. Pemakaian tembakau salah satu faktor risiko terbesar untuk penyakit ini. Rokok

menyebabkan jantung berdebar, hipertensi, penyumbatan arteri yang dapat menyebabkan serangan jantung.

Rokok juga merusak kulit, berubah menjadi keriput, bahkan menyebabkan kanker kulit. Memutihkan lensa mata, yang dapat menyebabkan katarak dan kebutaan. Merusak kantong udara pada paru-paru, menurunkan kapasitas paru-paru untuk menghisap oksigen dan melepaskan CO².

Merokok beresiko kanker servik dan uterus. Menganggu kesuburan pada wanita, komplikasi selama masa kehamilan dan saat kelahiran bayi. Meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah. Kegagalan kehamilan/abortus terjadi 2-3 lebih besar bagi wanita perokok.

Bila berhenti merokok, manfaat segera terasa. Enam jam setelah berhenti merokok, denyut nadi dan tekanan darah kembali normal. Dua belas jam berikutnya, karbon monoksida ( CO) meninggalkan sistem peredaran darah dan pernapasan. Setelah satu hari, tekanan darah lebih rendah dan kegiatan jantung lebih kuat. Satu tahun, risiko serangan jantung menurun sampai setengah, dibanding dengan perokok aktif. Jika berheti merokok setalah 5-15 tahun, risiko stroke menurun sampai tingkat bukan perokok.

Mediakom edisi 24, mengetengahkan dampak buruk merokok pada perokok, pesan iklan rokok yang menyesatkan dan keuntungan berhenti merokok. Juga menyajikan peringatan Hari Tanpa Tembakau sedunia (HTTS) di Kota Padang Panjang Sumbar. Tak ketinggalan mengangkat berbagai topik penyakit dan pencegahannya. Semoga dapat menjadi referensi dan antisipasi agar tidak terinfeksi. Selamat membaca….!n

Redaksi

drg. Tritarayati, SH

Redaksi menerima naskah dari pembaca:

(4)

Cover: Pembacaan dukungan anak Indonesia untuk bebas tembakau

Foto: Ratna Datu

Daftar Isi

3

Etalase

4

Daftar Isi

6

Surat Pembaca

7

Info Sehat

Lingkar Pinggang Indikator Kesehatan Kuku Bersih dan Sehat

Senam Otak

Keuntungan Berhenti Merokok dimulai dari 20 Menit Pertama

Konsumsi Besar Merah, Kurangi Risiko Penyakit Jantung

10 Ragam

ngantuk, Tapi tak dapat tidur Politeknik Kesehatan Ternate Terus Dikembangkan

16 Kolom

Solusi Penerbitan Media Pemerintah

17 Media Utama

Rakerkesnas: Tingkatkan Sinergi dan Koordinasi Untuk Capai Target MDGs Forum Komunikasi Bidang Kesehatan Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut Sekilas Tentang MDGs

Padang Panjang Tuan Rumah Peringatan Htts 2010

Apa Kata Mereka Tentang Larangan Iklan Rokok

7

10

19

17

(5)

27 Peristiwa

Clinical Governance, Pendekatan Baru Tingkatkan Pelayanan Kesehatan di RS Kemenkes Buka Pelayanan Terpadu

RSUP Hasan Sadikin Miliki Gedung Pelayanan Terpadu dan Askes Center

Sidang World Health Assembly Ke-63

37 Stop Press

Hari Malaria Sedunia 2010 Berantas Malaria

Aceh Canangkan Bebas Malaria 2015

Pengobatan Hemoilia diupayakan melalui

Jamkesmas

44

Potret

Dr. Ahmad Azis Wasis Budiharto

49 nasional

Penyakit Menular Bersumber Binatang di Maluku Utara

Untuk Menjaga Mutu Pelayanan Peralatan Kesehatan Perlu Kalibrasi

54 Daerah

Pasang Surut Pembangunan Kesehatan Provinsi Maluku Utara

56 Siapa Dia

Christian Sugiono Cathy Sharon nicholas Saputra Ratih Sanggarwati

58 Lentera

Panggung Sandiwara Membangun Interaksi Sosial

Daftar Isi

28

33

39

46

49

54

(6)

Surat Pembaca

Peserta Askes

Selama ini jaminan kesehatan untuk anak kami sebenarnya sudah dicover ASKES, tetapi jaminan gol. II b hanya sebagian, karena obat-obatan, bone cement, & jaringan tulang dll yang harganya relatif mahal tidak masuk dalam ASKES. Sedangkan anak kami Andika (8 tahun) menurut dokter yang menanganinya harus mendapatkan perawatan (operasi) dan penanaman tulang berulang kali secara berkala selama usia pertumbuhan.

Anak kami sudah operasi yang ke 5 di RSUP Dr. Soetomo Karang Menjangan Surabaya untuk pengambilan Bone Cement dan Pencangkokan Tulang sementara.

Seperti yang pernah disampaikan Staf Ahli

Pembiayaan Kesehatan Depkes RI pada acara Barometer di Stasiun TV swasta pada tanggal 10 Februari 2010 bahwa orang mampu tapi tidak mampu untuk

membiayai Pengobatan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama dijamin Pemerintah seperti kasus yang terjadi pada anak Bilqis ( Menderita kelainan hati).

Apakah hal itu benar? apakah PNS gol II seperti kami bisa mendapatkannya? Dan kalau bisa bagaimana cara mendapatkan jaminan tersebut?

Akhmad Syaifudin

Jawab:

Saudara Akhmad Syaifudin, semoga anak Anda segera mendapat kesembuhan. Kami sampaikan mulai 1 Juli 2010, PNS tidak lagi cost sharing (ditanggung sebagian) untuk pembiayaan perawatan dan pengobatan, semua akan ditanggung oleh Askes. Untuk informasi lebih lanjut, Saudara dapat menghubungi PT Askes setempat. Redaksi

Menggunakan Jamkesmas

Assalamualaikum wr. wb. Anak kami 3 tahun tidak dapat mendengar,saran dokter pakai alat bantu dengar. kami mohon kepada Kemenkes supaya kami bisa membeli alat bantu dengar tersebut melalui Jamkesmas agar anak kami dapat mendengar dan berbicara. Mudah- mudahan harapan kami dikabulkan. Terima kasih.

Afniati, Kabupaten Aceh Tamiang 24472 hp 085277892330.

Jawab:

Penggunaan Jamkesmas, hanya untuk masyarakat miskin yang mendapat persetujuan Bupati / Wali Kota yang terdaftar dalam peserta Jamkesmas Kabupaten/ Kota. Kami sarankan Saudara dapat mencoba menghubungi Pemda untuk mendapat Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah ). Redaksi

Informasi Thalasemia

Saya telah melakukan pemeriksaan laboratorium dan dinyatakan Beta Thalashemia demikian juga adik.

Riwayat pemeriksaan :

melakukan pemeriksaan ke RS Dr. Soetomo akibat kelelahan yang sangat rujukan dari RSUD Bangil Pasuruan

Pengobatan :

tidak ada, hanya berinisiatif minum suplemen Folat dan Fe organik

dan adik :

Nama : Arum Rahardhini

Umur : 15 Thn

Tahun pemeriksaan Lab (pengekan diagnosa) : 2006

Riwayat pemeriksaan & Penyakit :

penegakan diagnosa di RSSA Malang, seminggu yg lalu Tranfusi Hb: 6,5

Pengobatan / terapi :

Mohon Info yang selengkapnya tentang Thalasemia, dan harus kemana bila saya berada di Jawa Timur ? apa ada rumah sakit rujukan ? atau lembaga sosial yang menyediakan info selengkapnya di sekitar Provinsi. Jawa Timur.

Mohon bantuannya, terima kasih.

aryatama rahardhiman” <spears.ya@gmail.com>

Jawab:

(7)

Info Sehat

Lingkar

Pinggang

Indikator

Kesehatan

Kuku Bersih dan Sehat

K

uku kaki ternyata bisa menjadi barometer kesehatan. Bahkan terkadang tanda-tanda penyakit sistemik bisa diketahui dari kondisi kuku kaki. Sebagai contoh, kuku kaki yang bergelombang dan menebal bisa jadi merupakan manifestasi dari penyakit psoriasis. Kuku kaki yang cekung tidak cembung seperti normal dapat menunjukkan kekurangan zat besi atau anemia.

Walaupun tidak terlalu mengganggu, ternyata kuku yang sakit tidak boleh dianggap remeh. Apalagi jika menderita diabetes atau gangguan sirkulasi darah. Bahkan kuku yang masuk ke dalam daging biasa kita sebut cantengan juga tidak bisa dianggap enteng.

Terutama jika penderita diabetes atau gangguan sirkulasi darah, jangan iseng mencoba mengobati sendiri ini. Apalagi jika daerah ini sudah terinfeksi. Segera pergi ke dokter spesialis kulit atau spesialis kaki, yang dapat mendiagnosa kemudian merawat dengan tindakan dan obat yang tepat.

Ada satu lagi penyakit kuku yang biasanya tidak terlalu mendapat perhatian kita, tetapi sesungguhnya mencakup 50% kasus kelainan kuku. Infeksi jamur pada kuku atau onychomycosis, biasanya dapat diderita kuku

kaki tanpa menimbulkan rasa sakit. Tetapi penyakit ini dapat mengubah kualitas dan warna kuku kaki, sehingga menjadi buruk kondisinya.

Sesungguhnya kondisi ini adalah infeksi di bawah permukaan kuku yang disebabkan oleh jamur. Ketika

dari 89 cm (35 inci). Semakin tinggi kadar kolesterol jahat, maka semakin panjang ikat pinggang orang tersebut.

Sebuat riset yang dilakukan di Universitas Birmingham, Inggris menunjukkan bahwa sel lemak di sekitar pinggang bukanlah bongkahan lemak yang pasif melainkan sel-sel aktif berlebih yang dapat mengacaukan stabilitas insulin dan meningkatkan tekanan darah dan kolesterol dalam darah.

Penyakit seperti jantung dan diabetes kini tak lagi menghantui mereka yang nampak berisi dari luar, namun juga orang-orang yang kelihatan langsing. Maka jangan pernah lengah.n

www.info-sehat.com

B

anyaknya lemak di pinggang adalah salah satu peringatan untuk mengubah lifestyle menjadi lebih sehat lagi. Menurut sebuah kampanye anti-obesitas di Inggris, mengukur lingkar

pinggang dengan meteran adalah tolok ukur kesehatan yang lebih

akurat daripada menimbang berat badan. Dengan mengukur lingkar pinggang, resiko terkena diabetes tipe 2 dan penyakit jantung dapat diprediksi lebih akurat.

Mereka yang mempunyai resiko paling tinggi untuk terkena penyakit yang bersangkutan dengan obesitas adalah pria yang mempunyai lingkar pinggang lebih dari 101 cm (40 inci) dan wanita dengan lingkar pinggang lebih

ISTIME

W

A

ISTIME

W

(8)

Info Sehat

Senam Otak

T

ahukah anda bahwa otak kita terdiri dari 10 milyar sel syaraf (neutron). Seringkali otak kita kehilangan konsentrasi, apalagi saat kita dalam keadaan lelah, tertekan, atau stess. Oleh karena itu kita butuh senam otak untuk menyegarkan otak. Tujuannya adalah untuk menjadikan sisi kiri dan sisi kanan otak bekerja dengan selaras. Berikut ini tata caranya :

Minum Air Putih

Meminum air putih merupakan dasar perawatan otak dan system syaraf. Berguna untuk membuat rileks pikiran dan badan, sehingga otak kita lebih siap untuk menerima informasi.

Membuat Angka 8

Cobalah untuk membuat angka delapan diudara didepan anda, mulai dari sisi kiri, bergerak ke bawah, bergerak ke tengah, naik keatas, kemudian bergerak untuk menyelesaikan bagian atas, cobalah selama lima menit, terutama sebelum membaca pelajaran atau hafalan. Hal ini dapat mengurangi rasa kantuk dan dapat

menghafal lebih jelas. Gunanya untuk meningkatkan kemampuan membaca dan pemahaman yang menggabungkan otak kiri dengan otak kanan.

Menekan Kening

Caranya tekan kening perlahan-lahan, tekan dengan menggunakan dua jari pada kening sebelah kiri dan kanan kira-kita tepat di tengah-tengah garis antara garis rambut dan alis, tahan selama tiga sampai sepuluh menit. Gunanya untuk melepaskan ketegangan dan meningkatkan aliran darah ke otak.

Menguap

Dengan menguap sembari memijat rahang, akan membuat pandangan anda menjadi lebih rileks dan mampu menjaga konsentrasi ketika anda banyak mengalami tekanan mental.

Menggambar Coretan

Gambarlah coretan apa saja pada kertas dengan menggunakan

kedua tangan secara bersamaan. Hal ini baik untuk meningkatkan kemampuan koordinasi dengan menyelaraskan kedua sisi otak. Ini juga akan membantu untuk mengikuti arahan secara lebih efektif dan memperbaiki teknik pengucapan serta kemampuan matematis.

organisme-organisme bersarang di sana, biasanya kuku akan menjadi gelap warnanya dengan disertai bau yang tidak sedap. Jika tidak ditindak, infeksi bisa menyebar ke kuku kaki lain, kulit bahkan ke kuku jari tangan. Jika tetap tidak dirawat, infeksi ini dapat menyebar dan mengganggu kemampuan seseorang untuk berjalan.

Mungkin tidak perlu terlalu kuatir dengan penyakit-penyakit di atas. Bila rajin pedicure di salon 1 minggu sekali. Tetapi belum menjamin, karena pada peralatan pedicure salon yang kemungkinan besar tidak streril atau dibersihkan dengan baik, justru bisa banyak bakteri atau bahkan virus yang tersembunyi.

Proses pedicure, yang biasanya termasuk membersihkan kulit kering di sekitar kuku, tak jarang jika dilakukan pegawai salon yang belum berpengalaman dapat menyebabkan luka kecil. Luka sekecil apapun akan menyebabkan darah seseorang menempel pada peralatan yang digunakan, dan bisa dibayangkan bila berapa orang yang berdarah akibat menggunakan peralatan yang sama dan jika salah satu orang yang di pedicure menderita penyakit, misalnya hepatitis C.

Jika memang tidak bisa hidup tanpa pedicure, dapat diantisipasi dengan membeli peralatan pedicure pribadi yang lengkap dan selalu membawanya ke salon langganan. Sebab di Indonesia belum ada peraturan yang mengharuskan salon untuk membersihkan peralatannya. Paling tidak jika memakai peralatan sendiri, bisa memastikan peralatan itu selalu bersih. n

(9)

Info Sehat

Menggosok Pusar dan Dada

Letakkanlah satu tangan anda pada pusar, sementara tangan lain di tulang dada (tepat di bawah tulang leher) gosoklah kedua bagian tersebut dengan lembut selama kurang lebih sepuluh detik. Berguna untuk

mengurangi kebingungan, merangsang energi, serta membantu berikir dengan lebih jernih.

Dengan beberapa latihan tadi, sikap easy going akan membantu dalam upaya meminimalisir gangguan-gangguan pada otak kita, karena konsentrasi merupakan kebiasaan yang dapat dilatih dan bukan bakat ataupun bawaan. Semoga bermanfaat. nwww.voa-islam.com

Konsumsi Beras

Merah, Kurangi Risiko

Penyakit Jantung

K

ebiasaan mengkonsumsi beras putih mengakibatkan minimnya ketertarikan kita pada jenis beras lain. Padahal, secara genetis beras terbagi menjadi beberapa jenis, seperti beras putih, beras merah, beras hitam dan beras ketan. Padahal, setiap jenis beras mengandung manfaat yang tak terduga.

Hasil riset yang dipresentasikan pada Experimental Biology Annual Conference di Anaheim, California, AS mengungkapkan beras merah dan setengah-giling bisa mengurangi risiko penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Peneliti juga melaporkan beras merah ternyata jauh lebih baik ketimbang beras putih saat melindungi tubuh dari tekanan darah tinggi dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).

“Penelitian kami menunjukkan adanya potensi dari beras yang mungkin menjadi titik awal yang baik untuk mencari obat preventif untuk penyakit kardiovaskuler,” kata peneliti Satoru Eguci, profesor isiologi di Temple University School of Medicine di Philadelphia, AS. Sebelumnya, Eguci dan kolega mengatakan penelitian mereka mencatat kandungan beras merah mampu melawan protein yang dikenal sebagai angiotensin II yang memberikan kontribusi untuk tekanan darah tinggi dan penyumbatan arteri.

Kandungan tersebut berada pada lapisan beras terkelupas ketika beras merah diubah menjadi beras putih. Namun, lapisan itu bisa dipertahankan bila digiling menggunakan alat tradisional seperti yang dilakukan masyarakat Jepang. n

gi-sumber www.republika.co.id

Keuntungan Berhenti

Merokok dimulai dari

20 Menit Pertama

Perubahan tubuh setelah berhenti merokok :

• Dalam 20 menit Tekanan darah dan denyut jantung membaik

• Dalam 12 jam Tingkat karbon monoksida di dalam darah kembali ke normal

• Dalam 48 jam Sistem aliran darah membaik dan fungsi jantung dapat meningkat

• Dalam 2-12 minggu Nikotin tidak terdeteksi lagi dari dalam tubuh, indera pengecap dan penciuman membaik

• Dalam 1-9 bulan Nafas pendek (sesak) dan batuk-batuk berkurang

• Dalam 1 tahun Risiko untuk terjadinya jantung koroner berkurang setengahnya dibandingkan dengan perokok

• Dalam 10 tahun Risiko kanker paru setengahnya dibandingkan perokok

• Dalam 15 tahun Risiko serangan jantung dan stroke turun ke tingkat yang sama dengan yang bukan perokok

Manfaat lainnya yaitu :

• Menghemat Uang

Anda tidak lagi harus menyisihkan uang untuk membeli rokok, misalnya dalam 1 hari uang membeli rokok sebanyak Rp.10.000, maka :

- 1 minggu menjadi Rp.70.000 - 1 bulan menjadi Rp.300.000 - 1 tahun menjadi Rp.3.600.000 - 5 tahun menjadi Rp.18.000.000 - 20 tahun menjadi Rp.72.000.000 n

(10)

Ragam

S

ebagian orang begitu mudah tidur. Duduk di kursi sebentar, sambil bersandar langsung tidur. Mendengar ceramah di masjid langsung pulas. Termasuk ketika duduk di kendaraan umum atau mobil pribadi. Apalagi sengaja rebahan di tempat tidur, tak perlu menunggu waktu hitungan puluhan menit, langsung pulas. Ada yang memberi julukan “pelor”, begitu nempel molor.

Tapi, ada sebagian orang yang susah tidur. Sudah berusaha untuk tidur, tapi tak kunjung tidur juga. Padahal persiapan sudah maksimal. Mulai dari lampu kamar diredupkan,

tubuh direbahkan, berusaha rileks, serileks-rileksnya, kemudian mata dipejamkan, berharap segera tidur pulas dan bangun dalam keadaan segar. Secara isik badan telentang, mata terpejam, tapi pikiran tetap melayang-layang, mengenang berbagai peristiwa kehidupan, hingga larut malam belum tertidur juga. Jika demikian terus berulang mereka akan menderita insomnia.

Ada tiga jenis insomnia yang sering dialami oleh penderita, seperti diungkapkan oleh Dr. Nurmiati Amir SpKJ (K) dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Berikut ciri dan cara penanganannya.

ngantuk,

tapi

Tak Dapat

Tidur

Insomnia transien.

Tipe insomnia ini sangat mungkin dialami oleh setiap orang. Insomnia ini dapat mengusik sesorang ketika ada faktor pemicu “stresor akut”, sehingga ada perubahan dalam sirkadian (siklus 24 jam), jet lag dan jadwal kerja dapat menjadi pencetus.

Insomnia transien, muncul dalam bentuk kesulitan tidur yang berlangsung kurang dari seminggu. Keluhan ini akan mulai mengganggu ketika seseorang mengalami

masalah. Sifatnya temporer dan akan kembali normal, ketika akar masalah teratasi.

Insomnia jangka pendek

Insomnia jangka pendek biasanya berlangsung satu sampai empat minggu. Gangguan tidur ini umumnya terjadi karena datangnya stressor berat yang berkelanjutan. Penyakit akut dan obat-obatan juga dapat menjadi penyebab.

Insomnia kronis

Orang yang terkena insomnia kronis, akan terganggu berminggu-minggu susah tidur. Bahkan ada yang keluhannya menetap sampai hitungan tahun. Bagi penderita insomnia kronis, mulai tidur

merupakan tantangan besar. Mereka butuh berjam-jam di peraduan untuk dapat tidur pulas. Kalaupun akhirnya tertidur, sering terbangun dan susah tidur lagi.

Bangun tidur dengan rasa penat yang masih tersisa, juga merupakan tanda insomnia. Mereka juga akan sering mengeluhkan kondisinya, mudah marah, uring-uringan dan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik dalam pekerjaan.

Banyak penyebab yang membuat orang terus menderita insomnia

ISTIME

W

(11)

Ragam

kronis yakni adanya depresi, penyakit tertentu, bipolar dan penyalahgunaan zat tertentu juga berperan dalam kasus ini.

Munculnya insomnia kronis bukan karena faktor tunggal, dapat juga merupakan akibat perubahan struktur kimia otak dan hormon otak, serta gangguan psikisatris sebagai pelengkapnya.

Tatalaksana Insomnia

Tatalaksana insomnia harus dirancang secara individual. Sebab, setiap orang memiliki karakteristik yang unik. Lamanya waktu tidur setiap orang juga berbeda. Ada yang cukup empat sampai enam jam, tapi ada juga yang harus delapan jam, baru merasa segar

setelah bangun tidurnya.

Khusus untuk insomnia transien, dapat diatasi dengan menerapkan higiene tidur menjadi kebiasaan, yakni bangun pagi teratur, tidur begitu ngantuk dan tidur di siang hari. Selain itu, hindari coklat, merokok dan alkohol.

Selain higiene tidur, juga harus mampu mengelola stres. Upayakan agar tidak merasa tertekan dengan persolan hidup, walau banyak persoalan. Caranya, serahkan persoalan itu kepada yang Maha Kuasa, setelah berikhtiar dan berdo’a. Jangan banyak dipikirkan. Jangan pula membiasakan membawa pekerjaan ke tempat tidur.

Higiene tidur dapat dilatih dengan mengawali tidur dengan

berwudhu dan melakukan relaksasi. Berdoa dan berzikir akan membantu suasana batin lebih tenang. Kemudian redupkan lampu kamar untuk memudahkan terlelap. Mengapa redup lebih baik ?. dr.Nurmiati mengatakan, mendekati pukul sembilan malam, melatonin mulai diproduksi tubuh. Gelap akan memicu pengeluarannya. Seiring dengan itu, suhu tubuh menurun. Matapun tertidur lelap.

Untuk insomnia kronis, penderita harus melakukan konsultasi dan berobat kepada dokter. Jangan menggunakan obat-obatan yang tidak atas resep dokter, karena bukan kesembuhan yang akan didapat, tapi justru bisa berdampak negatif lainnya. nPra

Politeknik Kesehatan Ternate

Terus Dikembangkan

I

ndonesia sebagai negara dengan ribuan pulau, memiliki tantangan tersendiri dalam pengelolaan kesehatan penduduknya. Antara lain bagaimana mengatasi penyakit yang khas pada warga kepulauan.

Ketersediaan tenaga-tenaga terampil di bidang kesehatan yang sesuai merupakan solusi penting, sehingga pengembangan jenis pendidikan pada politeknik kesehatan (Poltekkes) di berbagai daerah merupakan langkah yang strategis.

Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan bagian integral dalam pembangunan kesehatan untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri.

Keberhasilan pembangunan kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama SDM kesehatan yang bermutu dan mampu berperan sebagai pemikir, perencana, pelaksana, penggerak, dan pengawas

pembangunan kesehatan.

Di era keterbukaan ini, lalu lintas penduduk dan arus informasi sedemikian derasnya, masyarakat semakin kritis terhadap segala aspek, termasuk terhadap pelayanan kesehatan. Kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan semakin meningkat, sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan kemampuan ekonomi masyarakat yang semakin tinggi.

Perubahan dan perkembangan ini tentu saja sangat mempengaruhi orientasi pelayanan kesehatan. Jika semula pelayanan bersifat kuratif dan rehabilitatif bagi perorangan, di masa sekarang dan yang akan datang sudah dituntut menjadi pelayanan yang lebih bersifat promotif dan preventif bagi seluruh penduduk.

TENAGA YANG SESUAI

(12)

Ragam

kesehatan adalah perubahan pendekatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Di samping itu juga diperlukan penyesuaian karakteristik maupun mutu SDM kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan tersebut.

Dalam upaya menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi, maka jumlah dan mutu SDM

kesehatan perlu ditingkatkan melalui pengembangan jenis pendidikan. Ini menjadi tantangan pemerintah, khususnya pemerintah daerah yang lebih memahami jenis tenaga kesehatan apa yang diperlukan di daerah masing-masing.

Tujuan pendidikan tenaga kesehatan untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang terampil dan

P

oliteknik Kesehatan (Poltekkes) Ternate , merupakan salah satu Sekolah Kesehatan yang bernaung dibawah Badan

Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

(BPPSDMK) bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang lebih berorientasi pada kebutuhan lapangan kerja (Link and match).

Politeknik Kesehatan Ternate, merupakan konversi

Sejarah Politeknik Kesehatan Ternate

(13)

Ragam

bermutu tinggi. Tenaga kesehatan yang dihasilkan harus memenuhi kebutuhan pelayanan, baik dalam jenis, jumlah, kualiikasi dan terdistribusi secara merata.

INSPIRASI DARI MALUKU UTARA

Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang profesional seperti Perawat, Bidan, Gizi, Analis Kesehatan,

Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Elektromedik dan

Rontgen, Kementerian Kesehatan mempunyai 33 Politeknik Kesehatan di seluruh Indonesia, satu diantaranya adalah Politeknik Kesehatan Ternate di Maluku Utara.

Politeknik Kesehatan Ternate menyelenggarakan tiga Jurusan, yaitu Jurusan Keperawatan, Jurusan Kebidanan, dan Jurusan Gizi, ditambah dua Program Studi yaitu mulai dari Sekolah Penjenang Kesehatan Umum (SPKU),

berdasarkan SK MENKES RI. Nomor : 05/B.V/Pend.17, tanggal 9 Januari 1971 dengan lamanya pendidikan dua tahun atau 4 semester. Pendidikan ini berlangsung selama + 8 tahun.

Kemudian pada tahun 1979 SPKU dikonversi menjadi Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) bedasarkan SK. MENKES RI. Nomor 84/Kep/Diklat/Kes tanggal 8 September 1978 dengan lama pendidikan 3 tahun (VI Semester) dengan menerima peserta didik dari lulusan SLTP melalui SIPENSIMARU Pendidikan Tenaga Kesehatan (Diknakes).

Perkembangan selanjutnya pendidikan SPK dirasakan kurang layak dalam menghadapi segala tuntutan kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, hal ini sejalan dengan lajunya kemajuan pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang kesehatan, tentu akan berpengaruh pada orientasi pelayanan kesehatan. Implikasi perubahan tersebut adalah perubahan pendekatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam tatanan nyata, maka adaptasi karakteristik maupun kualitas SDM kesehatan mendapat perhatian yang sangat srategis.

Untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu maka kualitas SDM kesehatan perlu ditingkatkan melalui pengembangan pendidikan. Wacana semacam ini semakin memperkecil peluang pendidikan SPK ditandai dengan dibukanya Program DIII Keperawatan (AKPER Depkes Ternate) berdasarkan SK. MENKES RI. Nomor : 11.01.09, tanggal 15 April 1998 dan disusul dengan pembukaan Program D III Kebidanan (AKBID Depkes Ternate) berdasarkan SK MENKES RI. Nomor : HK.00.06.1.3.1438 tanggal 15 Mei 2000.

Akademi Keperawatan (AKPER) pada tahun pertama dan kedua melaksanakan program khusus bagi lulusan SPR dan SPK dengan lama pendidikan 4 semester. Selanjutnya pada tahun ketiga dan seterusnya

bersama-sama dengan Akademi Kebidanan (AKBID) menerima peserta didik dari lulusan SLTA / MAN, dan Jalur Khusus.

Sesuai kebijakan Pemerintah (Depkes) dalam menyederhanakan manajemen maupun administrasi kependidikan, semua Pendidikan Program D III Kesehatan digabung menjadi satu lembaga yaitu POLITEKNIK KESEHATAN. Dengan demikian pada tahun 2001 AKPER dan AKBID Depkes Ternate dimerjer menjadi satu yaitu POLITEKNIK KESEHATAN TERNATE berdasarkan SK.MENKES RI. Nomor : 1207/MENKES/SK/ XI/2001 tanggal 12 Nopember 2001, dan selanjutnya berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor HK. 00.006.1.4.2.0226 tanggal 1 Juli 2004 dibentuk Jurusan Gizi.

JURUSAn KEPERAWATAn

Jurusan Keperawatan Poltekkes Ternate berpedoman pada Kurikulum Nasional D III Keperawatan tahun 1999 yang diberlakukan pada tahun Akademik 2002/2003. Beban studi program D III Keperawatan 108 SKS (90%) dari kurikulum lengkap dan dimungkinkan penambahan 12 SKS untuk muatan lokal sehingga dapat mencapai 120 SKS (12 - 24 SKS kurikulum Institusi) dilaksanakan dalam 6 semester. Kurikulum terdiri dari sejumlah mata kuliah wajib dan mata kuliah muatan lokal. Mata kuliah wajib adalah mata kuliah yang menunjang pembentukan kepribadian dan kompetensi profesional seorang lulusan yang merupakan kesiapan baginya dalam memasuki kehidupan bermasyarakat.

Mata kuliah wajib terdiri dari : Mata Kuliah Umum (MKU) sebagai Pelengkap (11,1 %), yang terdiri dari mata kuliah: Agama, Pancasila, Kewiraan, Etika Umum, Biologi, Fisika, Psikologi dan Sosiologi

(14)

Ragam

Gizi, Biokimia, Patologi, Biostatistik, Epidemiologi, Demograi Kesehatan Lingkungan, Ilmu Bedah, Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Kesehatan Anak, Obstetric dan Ginekologi, Psikiatri, Kepemimpinan dan Manejemen, Komunikasi, Keperawatan Professional, Konsep Dasar Keperawatan, Kebutuhan Dasar Manusia, Etika Keperawatan, Pendidikan Kesehatan, Pengantar Riset, Dokumentasi Keperawatan.

Mata Kuliah Keahlian (MKK) sebagai mata kuliah Inti (65,74 %), yang terdiri dari :

Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Anak, Keperawatan Maternitas, Keperawatan Jiwa, Keperawatan Gawat Sarurat, Keperawatan Komunitas, Keperawatan Keluarga, Keperawatan Gerontik, serta 12 SKS muatan lokal.

Selain mengikuti mata kuliah, peserta didik juga diwajibkan mengikuti praktek terdiri dari : Praktek Laboratorium, Praktek Keperawatan Klinik, Praktek Keperawatan Klinik dan Praktek Keperawatan Komunitas. Pencapaian kompetensi (target) Praktek Keperawatan Klinik dan Praktek Lapangan (komunitas) berdasarkan pada pedoman.

Penilaian Hasil Belajar

Kegiatan dan kemajuan belajar peserta didik dilakukan secara berkala dalam bentuk penugasan individu, penugasan kelompok, seminar, dan ujian. Sedangkan penilaian praktek klinik dan praktek

lapangan dilaksanakan pada lahan praktek berdasarkan pedoman praktek.

Ujian diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester dan ujian akhir program. Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D dan E yang masing – masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0. Lama pendidikan D-III Keperawatan bagi lulusan SMU adalah 3 Tahun (6 semester) dengan masa terpanjang 10 semester.

Ijazah dan Transkrip

Bagi peserta didik yang telah menyelesaikan proses belajar dan dinyatakan lulus berhak untuk memperoleh ijazah dan transkrip dari institusi.

JURUSAn KEBIDAnAn

Jurusan Kebidanan Poltekkes Ternate

meyelenggarakan pendidikan dengan menggunakan petunjuk teknis yang diterbitkan oleh Pusat Diknakes Depkes RI.

Pendidikan diselenggarakan dengan dua metode : a. Peyelenggaraan pendidikan 6 semester dengan

beban studi 110 SKS bagi lulusan SMU yang terdiri dari teori 50 SKS (46,4 %), praktikum dan klinik 60 SKS (54,5 %).

b. Peyelenggaraan pendidikan 4 – 6 semester dengan beban studi 80 - 90 SKS (10 SKS muatan lokal) bagi peserta didik dengan latar belakang Bidan A.

Mata Kuliah Wajib

Mata kuliah wajib adalah mata kuliah yang menunjang pembentukan kepribadian dan kompetensi profesional seorang lulusan yang merupakan kesiapan baginya dalam memasuki kehidupan bermasyarakat. Mata kuliah wajib terdiri dari : Mata Kuliah Perkembangan Keterampilan (MPK) : Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Inggris.

Mata Kuliah Khusus Ketrampilan (MKK) : Anatomi, Fisiologi, Biologi Reproduksi, Biokimia, Fisika Kesehatan, Farmakologi, Mikrobiologi, Keterampilan Dasar Praktek klinik, Obstetri , Ginekologi, Ilmu Kesehatan Anak, Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi, Psikologi, Epidemiologi, dan Biostatistik,

Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) : Askeb I (Kehamilan), Askeb II (Persalinan), Askeb III (Nifas), Askeb IV (Patologi Kebidanan), Askeb V Diploma IV Bidan Pendidik, dan Diploma IV Keperawatan

Gawat Darurat Peminatan Kesehatan Kelautan yang dimulai sejak tahun 2008.

Poltekkes Ternate bersama-sama dengan Pusat Diknakes dan Direktorat Kesehatan TNI-AL mengembangkan D-IV Keperawatan Gawat Darurat Peminatan Kesehatan Kelautan. Program ini ditujukan

untuk mendidik perawat yang bertugas di rumah sakit maupun Puskesmas daerah perifer, untuk menangani kasus-kasus gawat darurat yang terjadi pada masyarakat maupun olahragawan perairan. Dalam proses

(15)

Ragam

(Kebidanan Komunitas), Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita,Kesehatan Reproduksi, Pelayanan KB, Dokumentasi Kebidanan, Praktek Klinik Kebidanan.

Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB) : Konsep kebidanan, Etika Profesi dan Hukum Kesehatan, Komunikasi dan Konseling Dalam Praktek Kebidanan, Mutu Layanan Kebidanan, Metode Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah

Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) : Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Promosi Kesehatan, Organisasi , dan Manajemen Pelayanan Kesehatan.

Seperti halnya pada jurusan keperawatan, pada jurusan kebidanan juga diadakan Praktek Laboratorium, Praktek Klinik Kebidanan, Praktek Kebidanan Komunitas .

Pencapaian Kompetensi (target) :

- ANC antara 100 - 120 Bumil per mahasiswa latar belakang SMU dan 50 – 60 Bumil per mahasiswa latar belakang Bidan.

- INC 50 – 60 Bulin per mahasiswa latar belakang Umum 25 – 40 latar belakang Bidan

- PNC 50 – 60 Bulin per mahasiswa latar belakang Umum 25 – 40 latar belakang Bidan

- IUD 3 – 5 PUS per mahasiswa latar belakang Umum dan 5 – 10 latar belakang Bidan

- Asuhan Kebidanan pada Anak dan Balita 20 dan 25. Lama pendidikan D-III Kebidanan bagi lulusan SMU adalah 3 Tahun atau 6 semester dengan masa terpanjang 10 semester; Lama pendidikan D-III Kebidanan bagi lulusan Bidan adalah 2 Tahun atau 4 semester dengan masa terpanjang 10 semester.

JURUSAn GIZI

Kurikulum Poltekkes Depkes Ternate Jurusan Gizi berpedoman pada Kurikulum Nasional D III Gizi tahun 2004 yang diberlakukan pada tahun Akademik 2004/2005. Beban studi program D III Keperawatan 108

SKS (90%) dari kurikulum lengkap dan dimungkinkan penambahan 12 SKS untuk muatan lokal sehingga dapat mencapai 120 SKS (12 - 24 SKS kurikulum Institusi) dilaksanakan dalam 6 semester. Kurikulum terdiri dari sejumlah mata kuliah wajib dan mata kuliah muatan lokal.

Mata kuliah wajib terdiri dari : Mata Kuliah Umum (MKU) sebagai Pelengkap (11,1 %), Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK) sebagai Penunjang (23,15 %); dan Mata Kuliah Keahlian (MKK) sebagai mata kuliah Inti (65,74 %).

Penyelenggaraan Praktek terdiri dari : Praktek Laboratorium, Praktek Keperawatan Klinik, dan Praktek Keperawatan Komunitas. Pencapaian kompetensi (target) Praktik Klinik Keperawatan dan Praktek Lapangan (Komunitas). Lama pendidikan D-III Keperawatan bagi lulusan SMU adalah 3 Tahun (6 semester) dengan masa terpanjang 10 semester.

Jumlah Pendaftar (SIPENSIMARU) Tahun Akademik 2008/2009

Jurusan Keperawatan : 168 Peserta Jurusan Kebidanan : 224 Peserta Jurusan Gizi : 63 Peserta Prodi D-IV Bidan Pendidik : 23 Peserta Prodi D-IV Gadar : 11 Peserta Lintas Provinsi : 7 Peserta Jumlah Mahasiswa tahun akademik 2009/2010 sebanyak 1.343 mahasiswa.

- Jurusan Keperawatan : 493 Peserta - Jurusan Kebidanan : 672 Peserta - Jurusan Gizi : 147 Peserta - Prodi D-IV Bidan Pddk : 20 Peserta - Prodi D-IV Gadar : 11 Peserta Ternate, dan Puskesmas dalam wilayah Kota Ternate.

Pengembangan wilayah provinsi dari dua Kabupaten dan 1 Kota menjadi 6 Kabupaten dan 2 Kota jelas berimplikasi pada penyerapan tenaga kesehatan yang dihasilkan, seperti rumah sakit, puskesmas, Dinas Kesehatan, perusahaan, klinik swasta, klinis atau rumah sakit bersalin, dan sebagainya.

Disamping itu, ada kemungkinan dikembangkan jurusan atau program studi lain yang sangat

(16)

Kolom

Solusi Penerbitan Media Pemerintah

Oleh: Prawito

H

idup segan, mati tak mau. Demikian pola penerbitan media pemerintah. Media seringkali terbit molor, tak sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Bahkan tidak sedikit institusi pemerintah yang mampu menerbitkan majalah atau bulletin, tapi menjadi terbitan yang perdana, sekaligus terakhir. Bangkit, lalu tumbang dan akhirnya mati. Begitulah seterusnya, tak pernah ada kelanjutan penerbitan yang bertahan lama.

Sebelumnya, ada dua terbitan di lingkungan Kementerian Kesehatan yang agak eksis, yakni Majalah Kesehatan terbitan Biro Hukum dan Organisasi dan Bina Diknakes diterbitkan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. Keduanya terdistribusi keseluruh Indonesia. Majalah Kesehatan disebarluaskan melalui dinas kesehatan dan rumah sakit vertikal. Sedangkan Bina Diknakes di distribusikan ke politeknik kesehatan seluruh Indonesia.

Sayang, kedua terbitan itu hanya bertahan beberapa tahun saja. Seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan kebijakan struktur Kementerian Kesehatan, Majalah

Kesehatan, berganti nama menjadi Buletin Kesehatan. Sementara Bina Diknakes, kemudian bermetamorfosis menjadi Media PPSDM Kesehatan yang diterbitkan Badan PPSDM Kesehatan.

Selain itu ada juga penerbitan kecil-kecilan yang bersifat sporadik oleh beberapa instutusi kesehatan seperti Badan Litbangkes, Direktorat Bina Pelayanan Medik, Direktorat Bina Pelayanan Masyarakat dan Pusat Promosi Kesehatan. Hasil terbitannya berupa bulletin dengan distribusi terbatas, sehingga sedikit dari kalangan internal Kementerian Kesehatan yang mengenalnya.

Akhir tahun 2006, bangkit kembali media baru bernama Mediakom. Penerbitan bertaraf nasional yang diterbitkan oleh Pusat Komunikasi Publik. Tampilan cukup meyakinkan, walau isi sering kali kurang uptodate. Misal tulisan yang terjadi bulan Januari, baru beredar bulan Maret. Pendistribusian cukup luas meliputi semua puskesmas, rumah sakit vertikal, politeknik kesehatan, dinas kesehatan kota/kabupaten dan provinsi di seluruh Indonesia.

Kenyataannya, pengelolaan mediakom masih belum optimal, hal itu terbukti penerbitan belum sesuai jadwal yang ditetapkan yakni setiap bulan Februari, April, Juni, Agustus, Oktober dan Desember. Kendala yang dihadapi sama dengan media sebelumnya, kurang naskah.

Usulan solusi

Untuk lebih mengenali kendala penerbitan media, berikut gambaran kendala secara umum, sehingga semua pihak dapat berkontribusi memberi solusi yang tepat, guna meningkatkan kualitas penerbitan media di Kementerian

Kesehatan.

Pertama penulis. Kurang penulis, dapat dihitung dengan jari, bahkan kurang dari 10 jari yang produktif menulis dengan standar jurnalistik. Wajar, bila media pemerintah selalu kesulitan memenuhi kebutuhan naskah. Sekalipun ada yang mengelola dan tersedia dana, karena kurang naskah, menyebabkan penerbitan tidak sehat. Walau dapat saja meminta orang lain menulis artikel. Tapi penerbitan model ini, tak akan bertahan lama, ia akan segera tamat.

Karena kurang naskah, media internal sering telat terbit. Setelah terbitpun tidak semua artikel memenuhi kriteria jurnalistik. Banyak tulisan media internal seperti makalah, menggunakan bahasa dewa dan kalimat panjang yang membuat pembaca tersengal. Akibatnya media internal kurang minat untuk dibaca.

Solusi dari problem di atas, harus memproduksi penulis baru. Makin banyak penulis makin baik bagi institusi. Sebab institusi akan memiliki SDM yang mampu menulis artikel. Jika banyak artikel, pengelola media akan banyak pilihan. Media akan menampilkan artikel yang baik, sedang yang kurang baik ada kesempatan bagi penulis untuk memperbaiki. Dengan demikian, media akan menampilkan artikel yang enak dibaca dan perlu.

Untuk melahirkan penulis sebaiknya institusi

menyelenggarakan pelatihan jurnalistik. Melalui pelatihan ini diharapkan menumbuhkan motivasi dan menambah keterampilan menulis. Selanjutnya, perlu dibentuk forum penulis kesehatan yang beranggotakan alumni peserta pelatihan. Termasuk peminat menulis yang belum sempat mengikuti pelatihan. Melalui forum ini peserta saling belajar, bertukar pengalaman dan mengasah keterampilan menulis.

Kedua, pengelola. Pengelola merupakan usur penting berikutnya. Tanpa pengelola yang fokus, media tidak akan terbit secara rutin. Umumnya, PNS yang bekerja di Kementerian mempunyai tugas pokok, sementara mengelola media terkadang hanya tugas tambahan.

Ketiga, dana. Pendanaan menjadi faktor penentu. Sebab setelah ada bahan media, membutuhkan dana pencetakan dan opreasional. Untuk itu institusi harus mengalokasikan anggaran penerbitan media setiap tahun sesuai kebutuhan.

(17)

Media Utama

Media

Utama

M

enteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH membuka Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) Tahun 2010, 5 Mei 2010 di Jakarta. Rapat dihadiri Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta, berbagai nara sumber dari Kementerian Negara/Lembaga, Pejabat Struktural dan Staf Khusus Menteri Kesehatan, Direktur RS Vertikal, Pimpinan UPT Kementerian Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, Direktur Rumah Sakit Provinsi/ Kabupaten/Kota se- Indonesia, serta Pimpinan Organisasi Profesi.

Menurut Menkes, Rakerkesnas ini penting sebagai upaya meningkatkan koordinasi dan sinergi antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) sesuai proporsi dan kemampuan masing-masing. Target MDGs yang berkaitan dengan kesehatan adalah Penurunan angka kematian anak, Meningkatkan kesehatan ibu, dan Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.

Menkes dalam sambutannya menyatakan sasaran pembangunan kesehatan tahun 2010 – 2014, meliputi 8 prioritas, yaitu 1) meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, 2) menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular; 3) menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender; 4) meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan; 5) meningkatnya

Rakerkesnas:

Tingkatkan Sinergi dan

Koordinasi untuk

(18)

Media Utama

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat; 6) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan strategis di daerah DTPK; 7) pengendalian penyakit tidak menular di seluruh provinsi; serta 8) pelaksanaan standar pelayanan minimal (SPM) di seluruh kabupaten/ kota.

Untuk mencapai kedelapan sasaran strategis pembangunan kesehatan, dibutuhkan reformasi kesehatan masyarakat yang mendasar untuk mencapai tujuan tersebut. Berkaitan dengan hal itu, Kementerian Kesehatan telah menetapkan tim penyusun roadmap yang terdiri dari unsur Kementerian Kesehatan,lintas sektor, para pakar, akademisi dan pelaksana di lapangan. Tim telah berhasil menyusun

roadmap reformasi kesehatan masyarakat meliputi 7 prioritas, yaitu:

Pertama, Revitalisasi pelayanan kesehatan dasar, hal ini perlu dilakukan dalam rangka mendukung berjalannya kegiatan pelayanan kesehatan dasar. Salah satu upaya penting dalam revitalisasi kesehatan dasar adalah Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yaitu bantuan pembiayaan untuk operasional Puskesmas khususnya untuk mendukung upaya promotif dan preventif. Selama ini, komponen biaya operasional Puskesmas belum optimal dianggarkan oleh

pemerintah daerah.

Kedua, di bidang sumber daya manusia, khususnya dalam upaya meningkatkan keberadaan (distribusi) dan menjamin mutu tenaga kesehatan. Distribusi tenaga kesehatan di daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan perlu mendapat perhatian khusus. Oleh karena itu perlu disusun skenario jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dalam perencanaan dan pengembangan sumberdaya manusia kesehatan.

Ketiga,penggalakan

pemanfaatan obat generik untuk meringankan biaya pelayanan kesehatan karena sebagian besar biaya pelayanan ditentukan untuk pembelian obat.

Di lain pihak perlu mempersiapkan diri agar mampu memproduksi bahan baku obat sendiri, mengingat pada saat ini 80% dari bahan baku obat berasal dari luar negeri. Juga memperkuat penggunaan jamu agar dapat dijadikan sebagai obat juga ditingkatkan dengan saintiikasi jamu.

Keempat, jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dengan berbagai cara penjaminan saat ini baru mencapai 50,8% penduduk yang mempunyai jaminan kesehatan, dengan kontribusi terbesar dari peserta Jamkesmas. Perluasan cakupan kepesertaan terus

diupayakan secara bertahap pada tahun 2014 sebagai implementasi UU SJSN mencapai 245,3 juta penduduk (100% penduduk).

Kelima, mengatasi permasalahan

pelayanan kesehatan di Daerah yang Bermasalah Kesehatan (PDBK) dengan pendekatan spesiik yang tidak bisa disamakan dengan daerah lainnya. Hasil Riskesdas tahun 2007 menghasilkan instrumen pengukuran Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM). Dengan IPKM, dapat diketahui dimana daerah-daerah bermasalah tersebut dapat dipetakan berdasarkan peringkat kabupaten/kota.

Keenam, Reformasi Birokrasi

dalam arti yang lebih luas, memberikan makna muatan antisipatif untuk menghindari terjadinya

penyimpangan-penyimpangan administratif. Saat ini proses pengadaan barang dan jasa di Kementerian Kesehatan seluruhnya sudah melalui proses e-procurement. Reformasi birokrasi juga harus memberikan ruang untuk terjadinya transparansi data base dan prosedur-prosedur pelayanan adminstrasi di Kementerian Kesehatan.

Ketujuh, World Class Health Care. Sudah saatnya masyarakat Indonesia mendapatkan pelayanan kesehatan dengan taraf Internasional, sehingga tidak perlu lagi warga negara

Indonesia berobat keluar negeri. Selain memenuhi tuntutan masyarakat, upaya ini juga akan mengurangi mengalirnya devisa Indonesia yang cukup besar ke luar negeri.

Rakerkesnas Tahun 2010 mengangkat tema "Melalui Good Governance Kita Wujudkan Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan". Beberapa topik yang dibahas diantaranya Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, Kebijakan Pengawasan dan Langkah-langkah Mencapai Good Governance di Lingkungan Kemkes, dan Strategi Inovatif dalam Akselerasi Pencapaian Target MDGs dan

Neglected Desease.nSmd, pra, giri

(19)

Media Utama

Forum Komunikasi

Bidang Kesehatan

R

akerkesnas yang diselenggarakan tanggal 4-7 Mei di Jakarta merupakan kegiatan tahunan Kementerian Kesehatan. Rakerkesnas merupakan forum komunikasi, konsultasi dan sinkronisasi program kesehatan antara Pusat, Provinsi, Kabupaten/ Kota, UPT Kementerian Kesehatan dan seluruh stakeholders yang berperan dalam

pembangunan kesehatan.

Tema Rakerkesnas tahun 2010 “Melalui Good Governance Kita Wujudkan Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Tema tersebut diharapkan menjadi kesamaan pandang tentang arah pembangunan kesehatan untuk bersinergi dan berkoordinasi dalam hal pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan pembangunan kesehatan.

Mekanisme Rakerkesnas Tahun 2010 berbeda dengan

rakerkesnas sebelumnya. Pelaksanaannya terdiri dari 3 bagian yang berlangsung secara simultan, pertama

penyajian informasi yang bertujuan memberikan arah dan tuntunan sesuai dengan fungsi Stewardship

Kementerian Kesehatan. Arahan tersebut difokuskan kepada Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Provinsi/ Kabupaten/ Kota, seluruh Unit Pelaksana Teknis Kementerian Kesehatan serta mitra kerja lain yang berperan dalam peningkatan upaya kesehatan di tingkat pusat dan daerah.

Kedua informasi yang bersifat interaktif, yakni paparan berbagai program Kementerian Kesehatan berbentuk

(20)

Media Utama

R

akerkesnas mengagendakan tiga kelompok diskusi yakni pencapaian target MDGs 2015, Pengelolaan PNBP dan dialog-pusat daerah. Diskusi pencapaian target MDGs sebagaimana tertuang dalam Inpres 3/2010, dilakukan oleh Pusat, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota terpilih dan RS UPT Vertikal. Diskusi telah menghasilkan kesepakatan dan komitmen bersama untuk meninindaklanjuti pelaksanaan rencana aksi.

Diskusi yang membahas pengelolaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Badan Layanan Umum diikuti oleh Kepala UPT Vertikal di lingkungan Badan PPSDM, Badan Litbangkes, Ditjen P2PL, Ditjen Bina Kesmas dan Kepala Dinas Kabupaten/ Kota. Demikian juga dialog interaktif diikuti pusat, daerah, Kepala Dinas Kabupaten/ Kota, Direktur Rumah Sakit Daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota.

Diskusi interaktif merupakan desk bersifat dua arah yang bertujuan memberikan informasi, mencatat seluruh masukan/ kritik serta memberikan jawaban atas pertanyaan yang berasal dari peserta Rakerkesnas.

Bentuk kegiatan ini adalah Pameran Poster Kesehatan yang disajikan oleh masing – masing unit penanggung jawab program di tingkat Kementerian Kesehatan.

Hal ini dilakukan karena berdasarkan pengalaman menunjukkan bahwa tanya jawab dalam forum yang besar tidak dapat diakomodir. Sehinggga melalui forum ini diharapkan seluruh peserta Rakerkesnas dapat memanfaatkan secara maksimal guna perbaikan pelaksanaan program.

Pada umumnya topik dan materi yang disajikan dalam Rakerkesnas sangat menarik, namun tidak semua materi dapat mengakomodir seluruh keinginan peserta, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu. Disamping itu masih banyak peserta yang kurang memahami substansi materi yang disampaikan sehingga menimbulkan antusiasme peserta untuk melontarkan pertanyaan – pertanyaan yang menjadi catatan penting yang perlu tindaklanjut.

Secara umum seluruh pertanyaan peserta dapat dirangkum sebagai berikut: Mekanisme penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan, Pembagian kuota Jamkesmas, Pengelolaan PNBP di rumah sakit BLU dan Puskesmas, Pemenuhan kebutuhan, distribusi, pendayagunaan dan insentif tenaga dokter spesialis di DTPK, dan rumah sakit daerah.

Disamping itu, ada pertanyaan dukungan regulasi dan sumber daya bagi implementasi SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota, Implementasi Bantuan Operasional Kesehatan, dukungan terhadap penelitian dan para peneliti di daerah, tindaklanjut investigasi food security

di daerah, istilah obat generik dan obat paten, ketetapan Kemenkes RI yang belum mengakomodasi jenis obat dan bahan habis pakai yang dibutuhkan di daerah, serta perlindungan hukum terhadap jajaran kesehatan.

Rekomendasi

dan Rencana

Tindak Lanjut

Pameran Poster Kesehatan yang “dikawal” oleh masing – masing unit penanggung jawab program. Penanggung jawab harus mencatat seluruh masukan serta

memberikan jawaban bagi pertanyaan dan kritik yang berasal dari peserta rakerkesnas.

Kegiatan ini merupakan desk yang bersifat dua arah sehingga dapat diidentiikasi berbagai bottleneck

yang terjadi di tingkat pelaksanaan teknis. Dari forum ini diharapkan seluruh Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota dapat berperan aktif dan menarik manfaat secara maksimal guna perbaikan pelaksanaan program. Hal ini dilakukan karena berdasarkan

pengalaman menunjukkan bahwa tanya jawab dalam forum yang besar tidak akan memadai dalam rangka mengakomodir begitu banyaknya permasalahan teknis yang terjadi di lapangan.

Ketiga diskusi kelompok antara Pusat dan Dinas

Kesehatan Propinsi serta RS UPT Vertikal guna mendorong percepatan pencapaian target Millenium Development Goals

(MDGs) 2015. Untuk mencapai hal tersebut memerlukan upaya bersama antara pusat dan daerah.

Pada sesi ini dilaksanakan pula seminar paralel kelompok PNBP yang diikuti oleh UPT Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Provinsi Kabupaten/ Kota agar memperoleh informasi tentang pengelolaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Badan Layanan Umum secara benar.

(21)

Media Utama

Sekilas Tentang

Millennium Development Goals

P

ada bulan September 2000, Kepala Pemerintahan dari 189 negara

menandatangani deklarasi yang disebut sebagai Millennium Declaration. Millennium Declaration ini mengandung 8 poin dan 18 target yang harus dicapai sebelum tahun 2015.

Delapan poin ini tergabung dalam tujuan yang dinamakan Millennium Development Goals (MDGs).

Sebutan bahasa Indonesianya adalah Tujuan Pembangunan Milenium.

Kepala Pemerintahan yang hadir dan menandatangani deklarasi Milenium itu tidak

Rekomendasi

Beberapa rekomendasi penting terkait dengan komitmen pusat dan daerah dalam pencapaian MDGs, yaitu 1) mengerahkan seluruh sumber daya, 2) menyusun dan menindaklanjuti Rencana Aksi MDGs (SPM, PONED, PONEK, gizi, penyakit menular, lingkungan sehat, dll), 3) pemerintah daerah kabupaten/ kota meningkatkan anggaran kesehatan, 4) menyediakan regulasi di tingkat pusat/ daerah, 5) rumah sakit memberikan dukungan dalam upaya akselerasi pencapaian MDGs, 6) dinas kesehatan provinsi/ kabupaten/ kota akan melakukan advokasi dan sosialisasi kepada pemerintah daerah, DPRD dan stakeholders, 7) membangun sinergisme antara RSUD dan kepala dinas provinsi/ kabupaten/ kota dalam mendukung program MDG’s di daerah.

Rencana Tindak lanjut

n Menyusun instrumen Pelaporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Program Prioritas Terkait MDGs

tahun 2010, khususnya pada goals ke 1, 4, 5, 6 dan 7 yang terkait bidang kesehatan.

n Melaksanakan Rapat Koordinasi antara Kementerian Kesehatan dan seluruh Dinas Kesehatan Provinsi berkala setiap dua bulan.

n Melakukan Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan komitmen dalam matriks Rencana Tindak Program Pembangunan Millenium (Inpres 3/ 2010) menggunakan metode evaluasi Inpres I/ 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional.

(22)

Media Utama

hanya negara-negara kaya, tapi juga negara-negara yang termasuk dalam jajaran negara miskin dan berkembang.

Tujuan Pembangunan Milenium

Tujuan pembangunan milenium merupakan agenda serius untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan tingkat kehidupan yang disetujui oleh para pemimpin dunia pada Millennium Summit

(pertemuan tingkat tinggi Millenium) pada bulan September 2000.

Untuk setiap tujuan terdapat satu atau lebih dari satu target yang telah disetujui untuk tahun 2015, dengan menggunakan tahun 1990 sebagai titik awal. 1. Mengentaskan kemiskinan ekstrim dan

kelaparan (MDG ke-1)

• Target 1: Mengurangi jumlah penduduk yang mengalami kemelaratan ekstrim hingga separuhnya

• Target 2: Mengurangi jumlah penduduk yang mengalami kelaparan hingga separuhnya 2. Mewujudkan pendidikan dasar bagi semua (MDG

ke-2)

• Target 3: pada tahun 2015 semua anak Indonesia baik laki-laki maupun perempuan mampu memperoleh pendidikan dasar yang lengkap.

3. Mendorong adanya kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan (MDG ke-3) • Target 4: Menghilangkan perbedaan jender

pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. 4. Mengurangi jumlah kematian anak (MDG ke-4)

• Target 5: pada tahun 2015 dapat menurunkan kematian anak-anak usia di bawah 5 tahun hingga dua per tiganya (dari kondisi tahun 1990).

5. Meningkatkan derajat kesehatan ibu (MDG ke-5) • Target 6: pada tahun 2015 dapat menurunkan

tingkat kematian ibu dalam proses melahirkan hingga tiga per empatnya (dari kondisi tahun 1990)

6. Memerangi penyakit HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya (MDG ke-6)

• Target 7: Menghentikan kecenderungan penyebaran HIV/AIDS di Indonesia • Target 8: Menghentikan kecenderungan

penyebaran Malaria dan penyakit-penyakit utama lainnya di Indonesia.

7. Menjamin kelestarian lingkungan hidup (MDG ke-7)

• Target 9: Mengintegrasikan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan kedalam kebijakan dan program-program Pemerintah, mengurangi hilangnya sumber daya lingkungan • Target 10: Mengurangi jumlah penduduk yang

tidak memiliki akses kepada air minum sehat dan sanitasi dasar hingga separuhnya.

• Target 11: Mencapai perbaikan yang signiikan bagi kehidupan penduduk yang tinggal di daerah-daerah kumuh hingga separuhnya. 8. Mengembangkan kemitraan global untuk tujuan

pembangunan (MDG ke-8)

• Target 12: Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangunan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional. • Target 13: Membantu kebutuhan-kebutuhan

khusus negara-negara kurang berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan kuota untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan.

• Target 14: Membantu kebutuhan-kebutuhan negara berkembang dan negara-negara kepulauan kecil (melalui program pembangunan berkelanjutan bagi negara-negara kepulauan kecil dan ketentuan sidang umum ke-22).

• Target 15: Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang. • Target 16: Mengembangkan usaha produktif

yang layak dijalankan untuk kaum muda. • Target 17: Dalam kerja sama dengan pihak

farmasi untuk menyediakan akses obat penting yang terjangkau oleh negara-negara berkembang.

(23)

Media Utama

Padang Panjang

Tuan Rumah

Peringatan

HTTS 2010

T

ingginya jumlah perokok, menempatkan Indonesia pada urutan ketiga setelah China dan India dengan konsumsi 220 milyar batang pada tahun 2005. Kalau harga sebatang rokok Rp 300,- saja, berarti setiap tahun enam puluh enam triliun rupiah dibelanjakan untuk rokok. Padahal rokok banyak mudharatnya. Saatnya melindungi masyarakat terutama anak-anak dan perempuan dari bahaya asap rokok.

Kota Padang Panjang menjadi tuan rumah puncak peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) tahun 2010. Pemilihan kota ini karena berdasarkan penilaian, Padang Panjang sebagai salah satu dari 18 Kabupaten/ Kota yang telah menerapkan kawasan tanpa rokok di 7 tempat yaitu sekolah, tempat ibadah, sarana kesehatan, tempat kerja, angkutan umum, tempat rekreasi dan tempat kegiatan proses belajar mengajar.

Di samping itu, Padang Panjang merupakan kota pertama di Indonesia yang menerapkan larangan iklan, promosi, maupun sponsorship rokok. Keberhasilan Kota Padang Panjang ini patut dijadikan contoh untuk daerah-daerah lainnya di Indonesia. Pada acara ini, diserahkan penghargaan WHO kepada Walikota Padang Panjang. Juga diserahkan penghargaan Gubernur Sumatera Barat kepada Walikota Padang Panjang, Walikota Payakumbuh, Walikota Padang, dan Bupati Sijunjung serta Bupati Agam.

“Konsumsi rokok merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit tidak menular seperti

(24)

Media Utama

kardiovaskuler, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, kanker paru, kanker mulut, dan kelainan kehamilan. Penyakit itu, saat ini menjadi penyebab kematian utama di dunia, termasuk Indonesia. Menurut WHO, rokok adalah pembunuh di tengah-tengah masyarakat. Setiap detik, satu orang meninggal akibat merokok. Rokok, juga membunuh separuh dari masa hidup perokok, dan separuh perokok meninggal pada usia 35-69 tahun”, ujar Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih.

“Data epidemi dunia menunjukkan, rokok membunuh lebih lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini terus berlanjut, diproyeksikan pada tahun 2020 terjadi 10 juta kematian, dengan 70% di negara sedang berkembang”, imbuh Menkes.

Asap rokok mengandung lebih 4.000 senyawa kimia, 43 diantaranya bersifat karsinogen. Tidak ada kadar paparan minimal dalam asap rokok yang “aman”. Asap

dari ujung rokok yang terbakar disebut asap rokok sampingan (side stream smoke) bahayanya 3 kali lebih dari asap rokok yang dihisap perokok.

Lima puluh tujuh persen rumah tangga di Indonesia mempunyai sedikitnya satu perokok, dan hampir semua perokok (91,8 %) merokok di rumah. Seseorang bukan perokok yang menikah dengan perokok mempunyai risiko kanker paru sebesar 20-30 %, dan mempunyai risiko terkena penyakit jantung”. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 melaporkan, 64,2% anak sekolah terpapar asap rokok. Sebanyak (37,3%) pelajar merokok, dan 3 diantara 10 pelajar pertama kali merokok sebelum berusia 10 tahun (30,9%).

Pengendalian rokok merupakan tanggung jawab semua komponen bangsa, baik individu, masyarakat, pemerintah maupun parlemen. Karena itu, kawasan tanpa rokok perlu dikembangkan untuk mempersempit area bagi perokok. Komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai elemen akan sangat berpengaruh pada keberhasilan penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) tersebut, ujar Menkes.

Sampai saat ini 18 Kabupaten/kota telah memiliki kebijakan dalam KTR. Kabupaten/kota yang sudah mempunyai Perda adalah Palembang, DKI Jakarta, Bogor, Surabaya, Padang Panjang. Sedangkan provinsi yang telah mensosialisasikan dan merencanakan KTR adalah Sumsel, Sumbar, Bali, Kalbar, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, DI Yogyakarta, Sulsel, NTB dan NTT.

Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan, tembakau dan produk tembakau merupakan zat adiktif. Hal ini tercantum dalam pasal 113 yang mengatur pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif. Pada ayat 2 disebutkan “zat adiktif meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya”. Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan rokok ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan (pasal 114). Pemerintah Daerah wajib menetapkan kawasan tanpa rokok di wilayahnya (pasal 115 ayat 2). Karena itu, untuk melaksanakan amanah UU, telah disusun RPP tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan.

Dalam memperingati HTTS 2010, telah dibentuk panitia peringatan dengan empat bidang yaitu bidang penggerakan masyarakat, bidang media dan informasi, bidang lomba dan bidang acara puncak. Panitia terdiri dari unsur Kementerian Kesehatan, Lintas Sektor, Swasta, LSM Peduli Masalah Rokok, Organisasi Kemasyarakatan, organisasi profesi dan organisasi internasional dengan

Penyair Tauik Ismail dan

Prof. Dr. Amin Sweeney, Guru Besar Sastra

(25)

Media Utama

tema “ Gender and Tobacco with an Emphasis on Marketing to Women ”.

Selain acara puncak, juga diselenggarakan berbagai kegiatan seperti penyelenggaraan seminar, Forum Anak Bebas Tembakau, Jumpa Pers, Lomba foto dan penulisan artikel, Aksi Simpatik di bundaran Hotel Indonesia dengan membagikan PIN, selebaran, stiker dan lain-lain.

Menurut Kepala Perwakilan WHO untuk Indonesia, Kanchit dalam sambutannya menyatakan peringatan HTTS adalah momentum untuk menyuarakan bahaya rokok kepada semua orang. Semua orang, khususnya wanita dan anak-anak adalah target utama industri rokok. Hal ini dilakukan, karena Industri rokok harus mencari perokok baru karena perokok lama meninggal disebabkan penyakit akibat rokok. Meskipun wanita dewasa Indonesia umumnya tidak merokok, namun ada kekhawatiran diantara perempuan di perkotaan tertarik iklan, promosi dan sponsor rokok. Hal ini sejalan gencarnya iklan rokok yang menggambarkan wanita perokok terlihat modern.

Gubernur Sumatera Barat, Marlis Rahman dalam sambutannya menyatakan, hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 di Provinsi Sumatera Barat ditemukan umur merokok tertinggi pada usia produktif, yaitu umur 25-64 tahun. Dan persentase tertinggi pertama kali merokok, pada kelompok usia 15-19 tahun, disusul usia 20-24 tahun, dan bahkan ada yang berusia 10-14 tahun.

Perokok di Provinsi Sumatera Barat sebagian besar merokok di dalam rumah. Dari catatan yang dapat dikumpulkan statistik, 82,8% perokok merokok di dalam

[image:25.595.42.539.106.363.2]

rumah. Hal ini juga akan mempengaruhi anggota keuarga lain yang menjadi perokok pasif di dalam rumah tersebut, termasuk ibu hamil dan anak-anak. Berdasarkan gambaran itu terlihat konsumsi tembakau atau rokok telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu segera ditangani secara bersama-sama, komprehensif dan konsisten.

”Saya mengharapkan melalui kegiatan ini, komitmen dari berbagai pihak tentang pengendalian tembakau, khususnya perlindungan masyarakat dari bahaya rokok dan tembakau dapat direalisasikan di kota-kota lainnya di daerah Sumatera Barat”, ujar Marlis Rahman.

Walikota Padang Panjang dr. H. Suir Syam, minta HTTS dijadikan momentum untuk bersatu dan bangkit dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Kota Padang Panjang dijadikan tempat acara puncak peringatan HTTS berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah kota dalam melahirkan Perda No.8 tahun 2009 tentang kawasan tertib merokok dan kawasan larangan merokok.

”Melalui momentum ini, kami selaku walikota dan secara pribadi mengajak dan menghimbau hadirin, terutama warga Kota Padang Panjang untuk berhenti merokok sekarang juga. Begitu banyak mudharat daripada manfaat merokok. Lindungilah keluarga kita dan anak-anak kita dari bahaya asap rokok. Marilah kita ciptakan lingkungan yang sehat dan bebas asap rokok sehingga anak-anak kita dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sehat, berkualitas. Sekali lagi selamatkan dan lindungi diri kita dan keluarga kita dari bahaya rokok”, ujar dr. H.Suir Syam.npra

(26)

Media Utama

Taufan

Pimpinan Radio Bahana FM Padang Panjang.

Pada awal tahun 2005, Walikota Padang Panjang, dr. H. Suir Syam dalam berbagai kesempatan menyampaikan statemen bahwa ”Tidak ada lagi iklan rokok di Padang Panjang”. Waktu itu, belum menyebutkan secara spesiik di mana. Statement itu, menurut saya sebagai pengelola radio, ”sangat membunuh”. Kemudian, 2007, Walikota sudah mengatakan ”tidak ada lagi penyiaran iklan rokok di Padang Panjang”. Karena radio Bahana telah ada kerja sama dengan perusahaan rokok, kami diundang untuk membahas imbauan walikota. Pak Firdaus ( akrab dipanggil Feri) sebagai Marketing berusaha meminta penjelasan kepada walikota. Satu kali surat ke pemerintah kota tidak digubris. Kedua kali, minta ketemu dengan walikota belum juga dijadwalkan. Surat ketiga, diantar lagi untuk bertemu dengan walikota meminta penjelasan. Ini penting, karena iklan bagi media merupakan sumber pendapatan utama. Hampir 50% pendapatan dari iklan, dan iklan rokok menyumbang Rp 9-10 juta rupiah per bulan.

Setelah berdiskusi dengan dr. H. Suir Syam, Walikota Padang Panjang,

kami menyadari bahwa rokok lebih besar bahayanya bagi kesehatan. ”Carilah iklan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat”, kira-kira begitu imbau Pak Wali. Tetapi Pak Wali juga memberi solusi, imbuhnya. Akhirnya, melalui Humas dan SKPD kami memperoleh iklan sebagai pengganti iklan rokok. Sejak 2009, kami tidak lagi menayangkan iklan rokok.

Fauziah Fauzan, SE, Akt,

M.Si.

Direktur Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang.

Awalnya larangan merokok dilakukan di ruangan ini (sambil menunjuk ruangan rapat berukuran 3x 5 meter itu). Kemudian diperluas ke ruangan lainnya. Semua staf juga dilarang merokok termasuk di halaman kantor dan sekolah/ perguruan. Bahkan anggota satpam berani menegur tamu yang coba-coba merokok di halaman kantor. Dalam kurikulum juga kami masukkan materi bahaya merokok bagi kesehatan. Diharapkan, anak-anak juga menyampaikan kepada orang tuanya. Di tempat ini juga dihasilkan ijtima (pendapat ulama) yang mengharamkan rokok bagi ibu hamil dan anak-anak. Jadi bagi kami, larangan iklan, promosi dan sponsorship rokok sangat sesuai dengan visi dan misi kami dalam

mendidik anak-anak generasi penerus bangsa.

Forum Anak Bebas

Tem-bakau Sumatera Barat.

Forum Anak Bebas Tembakau di Sumatera Barat.

Kota Padang Panjang sebagai salah satu kota di Indonesia yang telah melindungi masyarakatnya, khususnya generasi muda dari bahaya rokok dengan tidak menerima iklan, promosi, dan sponsor rokok. Karena itu, untuk melindungi generasi muda kami mendambakan Indonesia bebas dari segala bentuk iklan rokok. Dengan ini kami mewakili anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus mendukung lahirnya peraturan yang : 1. Melarang segala bentuk iklan,

promosi, dan sponsor rokok agar kami tidak terjerumus menjadi perokok

2. Menjadikan tempat-tempat umum sebagai kawasan bebas dari asap rokok agar kami dapat tumbuh dan berkembang secara optimal

3. Menaikan harga rokok dan melarang penjualan rokok secara batangan agar tidak terjangkau oleh anak-anak

Demikianlah harapan kami, agar anak-anak Indonesia dapat meneruskan cita-cita bangsa. npra

Apa Kata Mereka

(27)

Peristiwa

C

linical Governance, merupakan

pendekatan baru untuk menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan bermutu, berdasarkan standar pelayanan yang tinggi, dengan dukungan lingkungan kerja yang kondusif dan tenaga kesehatan yang profesional.

Pendekatan baru tersebut untuk menjawab lima penyebab kegagalan pelayanan kesehatan yakni; tidak tepat sasaran, pelayanan kuratif mahal dan jatuh miskin,

terkotak-kotak dan tidak holistik,tidak amandanalokasi dana tidak tepat.

Hal ini disampaikan oleh Dr.dr. Sutoto, M.Kes Plt Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) di Jakarta.

Menurut Sutoto, ada empat komponen utama dalam deinisi clinical governance, yakni Accountability, dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, etik, moral, dan berbasis pada bukti terkini dan terpercaya (evidance

based practice). Continuous quality improvement, upaya peningkatan mutu harus dilakukan secara terus menerus, komprehensif, dan berkesinambungan. High quality standard of care, upaya pelayanan kesehatan harus didasari oleh standar tertinggi yang diakui secara profesional dan Environment, memfasilitasi dan menciptakan lingkungan yang menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan yang bermutu.

Untuk meningkatkan pelayanan mutu pelayanan kesehatan, diperlukan pengembangan institusi yang meliputi: klasiikasi dan perijinan RS (A,B,C,D), akreditasi rumah sakit (5,12,16 pelayanan), pengembangan RS pendidikan dan jejaringnya, peningkatan Labkes (BLK) yang terakreditasi, pengembangan RS bergerak dan pengembangan RS menuju pelayanan kelas dunia (World Class Hospital).

Disamping pengembangan institusi, juga harus melakukan pengembangan pelayanan kesehatan yakni; penerapan standar pelayanan minimal RS, program RS sayang ibu dan bayi dan pelayanan obstetri neonatal

Clinical Governance

, Pendekatan

(28)

Peristiwa

emegensi komprehensip ( PONEK) di rumah sakit. Juga diselenggarakan pengembangan kemanan pasien melalui : adverse event, clinical risk management, program pengendalian resistensi anti mikroba (PPRA), pencegahan & engendalian infeksi (PPI) dan PPI TB.

Selain itu, dikembangkan pula pelayanan tuberculosis, HIV/AIDS di RS Rujukan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), peningkatan mutu pelayanan gawat darurat dan pelayanan darah aman, pengembangan pelayanan kedokteran keluarga ( dr & drg), peningkatan pelayanan pengobatan komplementer - alternatif,

pengembangan upaya pelayanan kesehatan jiwa prima.

Juga dikembangkan pelayanan keperawatan dan kebidanan, peningkatan mutu pelayanan

penunjang medik (radioterapi, kedokteran nuklir, KMKF, dan PME), pengembangan sistem INA-DRG, peningkatan kapasitas tempat tidur kelas III di rumah sakit, pelayanan kesehatan bagi jamaah haji Indonesia di embarkasi dan pelayanan kesehatan di Institusi Lembaga Permasyarakatan.

Untuk mendukung peningkatan mutu layanan, maka SDM kesehatan harus dikembangkan khususnya; percepatan peningkatan pendidikan dokter spesialis berbasis kompetensi (PDSBK), peningkatan kemampuan teknis SDM kesehatan di rumah sakit (PONEK, Gawat darurat, Akreditasi, DOTS-TB, PPI/PPI TB, pelayanan darah), peningkatan SDM Keperawatan dengan sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional (SP2KP) dan peningkatan mutu eksternal (PME) SDM

penunjang medik.

Lebih lanjut Sutoto mengatakan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan sangat diperlukan dalam mencapai sasaran dan tujuan dari RPJMN dan Renstra Kemenkes 2010-2014 serta pencapaian MDGs. Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dapat dilakukan melalui

good clinical governance & good corporate governance.

Untuk itu perlu koordinasi dan sinergi peran Pusat dan Daerah dalam melaksanakan upaya dan kebijakan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Koordinasi tersebut juga dilakukan dengan organisasi profesi dan asosiasi terkait (PERSI, AIPKI, KKI, IDI, PDGI, IBI, PPNI dll) serta Pusat Pendidikan SDM Kesehatan, khususnya

Fakultas Kedokteran penyelenggara pendidikan dokter spesialis.npra

Kementerian Kesesehatan

Buka Pelayanan Terpadu

U

ntuk mendukung pelaksanaan Undan

Gambar

gambaran itu  terlihat  konsumsi tembakau atau rokok

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat dan serahkan ini merupakan hasil karya saya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan- ringkasan yang

Bagaimana kita butuh waktu 2-3 minggu Untuk merencanakan suatu kegiatan Islami. Namun bisa merencanakan kegiatan

Kepuasan kerja karyawan merupakan satu faktor penting dalam upaya meningkatkan kinerja, oleh karena itu setiap perusahaan perlu berusaha agar karyawan mempunyai kinerja

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sindangrasa Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis dengan dasar pertimbangan penelitian ingin mengetahui pengetahuan dan perilaku ibu tentang

Penelitian ini mengacu pada penelitian dari Widayati dan Nurlis (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak wajib pajak orang pribadi

Sebagai bahan pembuktian kualifikasi diminta agar Saudara membawa asli dokumen yang sah yang ada dalam formulir Isian Kualifikasi sebagai berikut :.. Akte Pendirian beserta

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung 07/Ba-HPL/Fisik II/BM-APBD/PU/X/2014 Tanggal 03