• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL KARYA ILMIAH MINAT REMAJA KELAS XII IPA SMA UNGGUL SAKTI TAHUN AJARAN 2016/2017 DALAM MEMBACA BUKU FIKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROPOSAL KARYA ILMIAH MINAT REMAJA KELAS XII IPA SMA UNGGUL SAKTI TAHUN AJARAN 2016/2017 DALAM MEMBACA BUKU FIKSI"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejauh ini ada banyak sekali buku fiksi yang diterbitkan, baik dari media cetak maupun media elektronik. Buku fiksi ada yang baik dibaca, ada juga yang berdampak buruk jika dibaca. Seperti yang telah diketahui, bawasanya semua buku fiksi pastinya telah lulus sunting dan memenuhi syarat penerbitan yang diberi oleh lembaga penerbitan buku tertentu. Buku-buku fiksi yang diterbitkan di Indonesia, banyak di antaranya berasal dari lembaga penerbitan buku yang

menerbitkan buku fiksi berkualitas, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri (asli dan terjemahan).

Di dalam kalangan remaja, terkhusus kelas XII lagi suka-sukanya dengan namanya science fiction. Selain menambah wawasan, segala yang berbau science fiction juga menghibur penikmatnya. Setiap orang punya minatnya masing-masing. Juga halnya dengan membaca buku adalah kegemaran tersendiri untuk orang tertentu. Oleh karena itu, di dalam proposal karya ilmiah ini akan dibuat rencana penelitian mengenai minat remaja kelas XII dalam membaca buku fiksi dan diambilah sampel penelitian dari remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti tahun ajaran 2016/2017, sebab banyak dari mereka tertarik dengan science fiction.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan masalah yang secara garis besar, yaitu:

(2)

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah di atas adalah:

1. Untuk mengetahui minat remaja Kelas XII IPA SMA Unggul Sakti tahun ajaran 2016/2017 dalam membaca buku fiksi.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari karya tulis ini, yaitu:

1. Sebagai sumber informasi untuk pembaca mengenai minat remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti tahun ajaran 2016/2017 terhadap membaca buku fiksi.

2. Sebagai penambah wawasan penyusun dan pembaca.

3. Sebagai sumber kajian terhadap remaja yang berminat, kurang berminat, dan tidak berminat membaca buku fiksi.

4. Sebagai sumber kajian terhadap guru dalam menyelesaikan masalah yang bersangkutan.

(3)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Minat

Minat adalah suatu sistem mental yang terdiri dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu sehingga merasa senang dan puas.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Anwar, 2005 : 217), minat berarti ‘perhatian’, ‘kesukaan’, dan ‘kecenderungan hati’.

Minat yang ada pada diri seseorang akan memberi gambaran dalam aktivitas untuk mencapai suatu tujuan. Minat merupakan suatu keinginan yang dimiliki oleh seseorang secara sadar. Minat tersebut mendorong seseorang untuk memperoleh subjek khusus, aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan perhatian ataupun pencapaian yang diinginkan oleh seseorang tersebut.

Minat juga berkaitan dengan perasaan seseorang tentang suka atau senang terhadap suatu objek atau aktivitas.

Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan keterkaitan yang kuat faktor-faktor internal lain pada diri, seperti perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan terhadap sesuatu (Tim WRI : 2001). Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2008 : 136).

Minat adalah suatu perasaan dapat positif, dan dapat juga negatif

terhadap orang, aktivitas, maupun benda, apabila perasaannya positif maka akan dilaksanakan dan apabila perasaanya negatif maka orang, aktivitas maupun benda itu akan ditinggalkan (Painun, 1994 : 46). Minat menunjukkan

kecenderungan ingin mengetahui sesuatu secara lebih mendalam (Walgito, 1981 : 38).

(4)

2.2 Hakikat Remaja

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Anwar, 2005 : 291), remaja berarti ‘mulai dewasa’.

Menurut situs Wikipedia, remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.

Dilihat dari Bahasa Inggris ‘teenager’, remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun. Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian

masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan. Remaja memiliki tempat di

antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.

Remaja adalah sebagai suatu periode transisi tertentu dalam kehidupan manusia dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. merupakan suatu konsep yang relative baru dalam kajian psikologi. Istilah remaja dikenal dengan nama ‘adolescence’ yang berasal dari kata dalam bahasa latin ‘adolescere’ (ata benda adolescentia) yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada

(5)

(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah. Namun sejak abad ke-19 muncul konsep adolesen sebagai suatu periode kehidupan tertentu yang berbeda dari masa anak-anak dan dewasa.

Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orang tua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang

berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para orang tua. Masa remaja sering menjadi pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orang tua hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana adanya. Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orang tua para remaja hendaknya justru menjadi pemberi teladan di depan, di tengah membangkitkan semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk si remaja.

(6)

Istilah remaja sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini didukung oleh Piaget yang menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.

Masa remaja disebut juga masa ‘storm and stress’, dan laim dikenal dengan istilah masa pancaroba. Pada masa ini si anak seolah-olah disertai badai dan tidak merasa aman. Pada saat ini si remaja tampak kurang menyadari dirinya. Kekurangsadaran akan diri ini menghadapkan dia pada masalah-masalah yang merepotkan. Kemudian ia kadang-kadang kehilangan pengendalian diri, suka berontak, menentang otoritas orang tua atas emosi yang meluap-luap, atau atas pertentangan-pertentangan dalam hal pendapat dan selera.

Masa remaja ini sering pula disebut sebagai masa belasan tahun yang penuh pergolakan jiwa. Hidup anak terasa seolah-olah diliputi pelbagi macam ketegangan, sehingga sampai membuat diri anak itu kurang keseimbangan. Kemudian si remaja tampak gelisah dan cemas, seolah-olah kehilangan pegangan. Dalam hal ini si anak merasa khawatir, karena tidak mendapat tempat di mata orang lain, terutama dalam kelompok orang dewasa. Ingin digolongkan orang dewasa. Dikatakan anak-anak ia merasa tersinggung, karena ia sudah

meninggalkan masa kanak-kanaknya. Konflik semacam inilah membuat dia kemudian merasa ragu-ragu.

Kadang-kadang pula si remaja merasa gelisah, seolah-olah diliputi rasa takut, suka bermalas-malasan, malah kadang-kadang suka menyendiri. Kadang-kadang ia dapat saja tiba-tiba naik emosi kalau merasa terganggu, dan berani mengacungkan tinjunya kepada orang tua, dan seolah-olah hendak menyatakan dirinya sudah dapat berdiri sendiri. Kemudian ia bingung karena ia belum berpenghasilan sendiri.

(7)

baru, yakni harapan sosial yang baru. Misalnya berhubungan dengan percintaan, bila kisah cinta berjalan lancar, remaja bahagia, dan menjadi sedih, bila

percintaannya tidak lancar.

Pola emosi masa remaja, yakni perlakuan sebagai ‘anak kecil’ atau secara ‘tidak adil’ membuat remaja sangat marah, dibandingkan dengan hal-hal lain. Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu dan diam (tidak mau berbicara).

Masa remaja merupakan salah satu fase dari perkembangan individu yang terentang sejak anak masih dalam kandungan sampai dengan meninggal. Masa remaja memiliki ciri yang berbeda dengan masa sebelum atau sesudahnya, sehingga masa remaja menjadi menarik untuk dibicarakan. Usia masa remaja dimulai pada usia 11 tahun sampai dengan 18 tahun.

Problem sosial yang sering muncul pada masa ini adalah remaja lebih berkelompok dalam sebuah ‘gang’ dimana rasa solidaritas remaja dituntut di dalam ‘gang’ tersebut. Selain itu remaja juga cenderung merasa ingin untuk diperhatikan oleh orang lain dengan cara menonjolkan diri dan menaruh perhatian kepada orang lain. Dan juga remaja juga sering untuk menerima aturan serta berusaha menentang otoritas untuk urusan pribadinya.

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,

sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Intelegensi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai

integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.

Karakteristik Remaja

(8)

stabil dan berbagai label buruk lainnya. Orang dewasa seharusnya menyadari bahwa remaja tidak ingin dituntut patuh kepada apa saja yang diinginkan orang tua atau orang dewasa lainnya, tetapi mereka butuh untuk dimandirikan dalam memecahkan masalah kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat umumnya (Prayitno, 2006 : 3).

Menurut Blair dan Jones, 1964; Ramsey, 1967; Mead, 1970; Dusek, 1977; Besonky, 1981; (dalam Prayitno, 2006 : 4-6) mengemukakan sejumlah ciri khas perkembangan remaja sebagai berikut:

1. Remaja mengalami perubahan fisik (pertumbuhan) paling pesat, dibandingkan dengan periode perkembangan sebelum maupun sesudahnya, pertumbuhan fisik pada permulaan remaja sangat cepat. 2. Mempunyai energi yang berlimpah secara fisik dan psikis yang

mendorong mereka untuk berprestasi dan beraktivitas.

3. Perhatian mereka lebih terarah kepada teman sebaya dan secara berangsur melepaskan diri dari keterikatan dengan keluarga.

4. Remaja memiliki keterkaitan kuat dengan lawan jenis.

5. Periode idealis. Periode ini remaja merupakan periode terbentuknya keyakinan tentang kebenaran, keagamaan, dan kebijaksanaan yang benar terjadi di masyarakat.

6. Menunjukkan kemandirian. Remaja menunjukkan keinginan untuk mengambil keputusan tentang diri mereka sendiri.

7. Berada pada posisi transisi antara kehidupan masa kanak-kanak dan kehidupan orang dewasa. Oleh karena itu, mereka akan mengalami

berbagai kesulitan dalam hal penyesuaian diri untuk menempuh kehidupan sebagai orang dewasa.

8. Pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri merupakan suatu kekhasan perkembangan remaja untuk mengatasi periode transisi.

Remaja adalah masa transisi dari periode anak ke dewasa. Secara psikologi, kedewasaan sudah ada ciri-ciri psikologi tertentu yang memang mulai tampak pada masa ini (Sarwono, 1989 : 71-72). Menurut G. W. Allport (dalam Sarwono, 1989 : 71-72) adalah sebagai berikut :

1. Pemekaran diri sendiri (extension of the self).

(9)

3. Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life). Perkembangan Remaja

Havighurst (dalam Prayitno, 2006 : 13) menjelaskan sembilan tugas perkembangan yang seharusnya dicapai pada periode remaja, yaitu:

1. Menguasai kemampuan membina hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya atau berbeda jenis kelamin. Kemampuan itu adalah kemampuan berpikir sosial positif, empati, kontrol emosi dan altruistik. 2. Menguasai kemampuan melaksanakan peranan sosial sesuai dengan jenis

kelamin.

3. Menerima keadaan fisik dan mengaktualisasikan secara aktif. 4. Mencapai kemerdekaan emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

5. Memiliki kemampuan untuk mandiri secara ekonomi

6. Memiliki kemampuan untuk memilih dan mempersiapkan diri untuk karier.

7. Berkembangnya keterampilan intelektual, dan konsep-konsep yang perlu untuk menjadi warga Negara yang baik.

8. Memiliki keinginan untuk bertanggungjawab terhadap tingkah laku sosial. 9. Memiliki perangkat nilai dan sistem etika dalam bertingkah laku.

Lain halnya dengan Syamsu (Yusuf, 2001 : 193-201) yang mengemukakan lebih rinci lagi tentang perkembangan remaja, yaitu:

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik remaja ditandai semakin matangnya fungsi organ-organ tubuh remaja.

2. Perkembangan Kognitif (intelektual)

Menurut Piaget (dalam Yusuf, 2001 : 195) masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi merupakan kegiatan-kegiatan mental mengenai gagasan). Remaja secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak.

(10)

Frontal ini terus berkembang sampai usia dua puluh tahun atau lebih. Perkembangan Lobe Frontal ini sangat berpengaruh kepada kemampuan intelektual remaja, seperti pada usia dua belas tahun, walaupun secara intelektual remaja ini temasuk anak berbakat atau pintar, namun belum bijaksana. Maksudnya remaja tersebut mampu memecahkan masalah secara benar, tetapi tidak seterampil remaja yang lebih tua usianya yang menunjukkan wawasan atau perspektif yang luas terhadap masalah.

Sejalan dengan itu, Keating, Adam & Gullota (dalam Yusuf, 2001 : 195) merumuskan lima hal pokok yang berkaitan dengan perkembangan berpikir operasi formal, yaitu sebagai berikut:

a. Berlainan dengan cara berpikir anak-anak. Remaja sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi dan dapat membedakan antara yang nyata dan konkret dengan yang abstrak dan mungkin. b. Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul

kemampuan nalas secara ilmiah.

c. Remaja dapat memiikirkan tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya.

d. Remaja menyadari tentang aktivitas kognitif dan mekanisme yang membuat proses kognitif itu efisien atau tidak.

e. Berpikir operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru, ekspansi (perluasan) berpikir.

3. Perkembangan Emosi

Gessel, dkk (dalam Yusuf, 2001 : 197) mengemukakan bahwa remaja empat belas tahun sering kali mudah marah, mudah terangsang, dan emosinya cenderung ‘meledak’, tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai keprihatinan. Jadi, adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja. 4. Perkembangan Sosial

(11)

menjalin hubungan sosial yang lenih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya), baik melalaui jaringan persahabatan maupun percintaan (Yusuf, 2001 : 198).

Pada masa ini juga berkembangan sikap ‘conformity’ , yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran, ‘hobby’ atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap konformitas remaja memberikan dampak yang positif maupun yang negatif bagi dirinya (Yusuf, 2001 : 198).

5. Perkembangan Moral

Pada masa ini remaja sudah mengenal nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memberi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis. Rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya (Yusuf, 2001 : 199-200).

6. Perkembangan kepribadian

Pada perkembangan kepribadian ini, ditandai dengan adanya perkembangan identity, yaitu perkembangan dalam pencarian identitas diri, idenity merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa (Yusuf, 2001 : 200-201).

Dengan demikian, remaja dalam perkembangannya mengalami perkembangan fisik, kognitif, sosial, emosional, dan kepribadian.

2.3 Hakikat Membaca

“Membaca adalah sebuah keterampilan. Keterampilan tersebut akan berkembang cepat jika dilakukan secara rutin dan berkesinambungan melalui latihan yang intensif.” (Mafrukhi, 2007 : 133). Membaca juga bisa diartikan sebagai kegiatan meresepsi, menganalisis, dan menginterpretasi yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis dan dapat memahami pokok-pokok isi bacaan dalam media tulisan.

(12)

telinga ke depan menutup lubang pendengaran. Teknik ini berguna untuk mendengarkan apakah lafal, intonasi, dan ucapan sudah tepat dan jelas atau belum. Teknik ini berguna apabila mempunyai alat perekam. Jika membaca dengan teknik ini, suara yang didengar akan mendekati suara asli bila direkam. Manfaat Membaca

Kita tahu bahwa buku adalah jendela dunia, untuk mengetahui isi sebuah buku kita perlu memiliki kemampuan membaca. Banyak sekali manfaat yang akan didapat dengan membaca. Manfaat dari membaca untuk kita adalah :

1. Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.

2. Ketika sibuk membaca, sesorang terhalang masuk dalam kebodohan. 3. Dengan sering membaca, seseorang bisa mengembangkan keluwesan dan

kefasihan dalam bertutur kata.

4. Membaca membatu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara pikir.

5. Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.

6. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, seperti mencontoh kearifan orang bijaksanan dan kecerdasan para sarjana.

7. Dengan sering membaca, seseorang dapat mengembangkan

kemampuannya baik untuk mendapat dan merespon ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari disiplin ilmu dan aplikasi di dalam hidup. 8. Keyakinan seseorang akan bertambah ketika dia membaca buku-buku

keagaman. Buku itu adalah penyampai ceramah terbaik dan ia mempunyai pengaruh kuat untuk menuntun seseorang menuju kebaikan dan

menjauhkan dari kejahatan.

9. Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia.

10. Dengan sering membaca, seseorang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai model kalimat, lebih lanjut lagi ia bisa

(13)

11. Membantu menghilangkan insomnia. Dengan sering membaca, lama-kelamaan akan timbul rasa kantuk dan mudah sekali untuk tertidur. Cara Membaca Buku yang Baik dan Benar

1. Memilih Topik Bacaan.

Kita suka membaca buku karena ‘paksaan’. Kegiatan membaca buku masih dinilai sebagai beban. Kita jarang menggunakan kegiatan membaca sebagai kebutuhan. Satu penyebab utama yaitu kesalahan memilih topic bacaan. Oleh karena itu, hendaknya kita memilih topic bacaan yang menarik.

Topik buku yang menarik tentu sering berhubungan dengan profesi. Mengapa? Agar isi buku dapat menunjang karier. Oleh karena itu,

hendaknya kita membaca buku-buku yang relevan dengan profesi kita saat ini. Dari sekadar menyalurkan hobi, kita menambah wawasan untuk memperbaiki kualitas profesi.

2. Usahakan untuk Menyelesaikan

Ketika membaca buku, hendaknya kita pandai-pandai memilih buku. Usahakan agar buku itu tidak terlalu tebal. Mengapa? Agar buku itu terselesaikan membacanya dalam sekali duduk. Hendaknya kita

menghindari menunda menyelesaikan membaca buku. Selesaikan agar pemahaman isi buku tidak sepotong-potong.

3. Memilih Waktu

Kegiatan membaca buku memerlukan waktu tersendiri. Kegiatan membaca buku tidak dapat dilakukan dengan serampangan. Oleh karena itu, hendaknya kita memilih waktu yang tepat agar kita dapat

menyelesaikan buku itu. Tips Esekusi Membaca

1. Pilihlah tempat dan suasana yang sesuai untuk membaca, yaitu tempat yang terang/baik dalam pencahayaan, sejuk, bersih, nyaman, tenang dan rapih menurut kita sendiri.

2. tingkatkan motivasi agar lebih bersemangat dalam membaca

(14)

bungkuk, dan pastikan jarak antara buku dengan mata kita kurang lebih 30 cm.

4. Percepatlah bagian yang sudah Anda pahami. Jika Anda menemukan sub bab yang tidak penting atau familiar, Anda bisa melompatinya.

5. Perlambatlah ketika menemukan sesuatu yang baru dipahami. Perlambatan ini diperlukan untuk mencerna istilah-istilah yang baru dikenal atau baru ditemui.

6. Siapkan juga hal-hal yang biasanya membantu kita dalam membaca, seperti pensil atau spidol.

7. Berilah garis bawah atau stabillo pada kalimat-kalimat yang menurut anda penting. Dengan memberikan sesuatu, seperti garis bawah atau stabillo anda dapat mengingat baca dan merangkumnya.

8. Konsentrasi .Kebanyakan kita menganggap bahwa konsentrasi adalah pekerjaan berat dan sangat sulit dilakukan. Kita memiliki suatu keyakinan bahwa hal tersebut susah untuk dilakukan. Maka lakukan dengan baik intruksi sebelumnya agar bisa berkonsentrasi dengan baik

9. Tidak mengeluarkan suara dalam membaca karena dapat memakan waktu lebih lama.

10. Usahakan tidak banyak bergerak saat Anda membaca. Gerak yang

dihasilkan akan membuang waktu dan menghambat untuk membaca cepat. 11.Mental block. Artinya, ketika membaca buku jangan mulai berpikir kita

sudah mengetahui isi dalam buku tersebut.

2.4 Hakikat Buku Fiksi

“Setiap karya sastra, baik sastra lama maupun modern, diciptakan dengan pengaruh latar sosial, budaya, alam, dan agama yang melatarbelakangi pengarangnya.” (Mafrukhi, 2007 : 222). Buku termasuk karya sastra. Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar.

(15)

seluler dan lainnya, serta menggunakan perangkat lunak tertentu untuk membacanya.

Buku fiksi berarti karya sastra yang bersifat fiktif. Buku fiksi adalah buku yang dibuat berdasarkan khayalan dan imajinasi penulis, berisi karangan atau tulisan yang tidak nyata atau imajinatif. Buku fiksi ada banyak jenisnya, yaitu novel fiksi, komik, buku cerita fiksi, dan sebagainya.

Karya fiksi adalah sebuah tulisan yang melibatkan kisah atau karangan yang bersifat imajinatif yang menyangkut kehidupan. Karya fiksi berupa tulisan naratif. Abrams menyatakan bahwa yang membedakan karya fiksi dengan karya nonfiksi, yaitu tokoh, peristiwa, dan tempat yang disebut-sebut dalam karya fiksi bersifat imajinatif sedangkan pada karya nonfiksi bersifat faktual. Altenbernd dan Lewis menyatakan bahwa fiksi dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang

mendramatisasi hubungan-hubungan antarmanusia.

Fiksi adalah suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi.

Ada 2 macam fiksi :

1. Fiksi imajinatif (berdasarkan imajinasi) 2. Science fiction (berdasarkan analisa ilmiah) Sifat Fiksi

1. Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan sehari-hari, merupakan hasil rekaan.

2. Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas imajinatif bukan obyektif.

3. Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif melainkan kebenaran logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran. 4. Manusia-manusia yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat

dalam seluruh aspek kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi & membentuk sifat dan sikap pembaca, pendengar, pemirsa.

(16)

Unsur-unsur Fiksi

1. Tema merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema diangkat dari konflik kehidupan.

2. Plot, yaitu dasar cerita; pengembangan cerita. Sedangkan alur merupakan rangkaian cerita.

a. proses alur bisa maju; mundur; atau maju mundur (campuran). b. penyelesaian alur, ada alur klimaks dan ada alur anti-klimaks. 3. Latar/setting merupakan tempat terjadinya cerita, terbagi menjadi: a. setting geografis : tempat di mana kejadian berlangsung

b. setting antropologis : kejadian berkaitan dengan situasi masyarakat, kejiwaan pola pikir, adat-istiadat.

4. Tokoh dan Penokohan

Tokoh ada yang digambarkan sebagai tokoh utama (protagonis), tokoh yang bertentangan (antagonis), maupun tokoh pembantu.

Penghadiran tokoh bisa langsung dengan cara melakukan deskripsi, melukiskan pribadi tokoh; atau tidak langsung dengan cara dialog antar tokoh.

Bidang tokoh harus digambarkan :

a. bidang tampak : gestur, mimik, pakaian, milik pribadi, dan sebagainya.

b. bidang tak tampak : motif berupa dorongan/keinginan, psikis berupa perubahan kejiwaan, perasaan, dan religiusitas.

5. Sudut pandang, yang mendasari tema dan tujuan penulisan. Penghadiran bisa dengan:

a. gaya orang pertama : penulis terlibat sebagai salah satu tokoh

b. gaya orang ketiga : penulis serba tahu apa yang terjadi tetapi tidak terlibat di dalam cerita.

6. Suasana yang mendasari dalam cerita adalah penokohan karena perbedaan karakter sehingga menimbulkan konflik. Dengan konflik pengarang berhadapan dengan suasana menyedihkan, mengharukan, menantang, menyenangkan, atau memberi inspirasi.

(17)

dan setting juga harus jelas sehingga karya fiksi benar-benar utuh sebagai karya seni bukan berupa sekadar curahan hati (seperti diary).

Langkah-Langkah Pembuatan Suatu Karya Fiksi 1. Ide

Tanpa ide kita layaknya balon yang tertiup udara yang entah kan terbang ke mana. Untuk itu, ide adalah modal saat bagi kita untuk

menentukan arah den tujuan ke mana kita melangkah. Ide dapat kita petik dari berbagai sumber. Baik secara formal maupun non formal. Baik pengalaman pribadi, teman, atau lingkungan.

2. Pengembangan Ide

Setelah kita mendapatkan ide, make kita harus mampu mengembangkan ide tersebut. Misal, saya ambil contoh. Kite

mendapatkan ide untuk membuat suatu novel tentang kehidupan seorang anak adopsi. Make kita harus mengembangkan cerita ini. Bagaimana alur ceritnya, tokoh-tokohnya, karakter tokoh, dan masalah-masalah yang akan kita tulis dalam setiap babnya.

3. Membangkitkan Daya Imajinasi

Dalam pengembangan ide ini, kita harus mampu membangkitkan daya imajinasi kita. Kita dapat berkhayal setinggi mungkin dan

menciptakan sesuatu hal yang mungkin tidak masuk akal (tetapi dalam karya fiksi, hal ini bisa saja terjadi, contoh Novel Harry Potter karya J. K. Rowling).

4. Menuliskan Sinopsis

Setelah terbentuk sempurna, gambaran cerita yang akan kita buat, maka kita dapat menuliskannya menjadi sebuah sinopsis. Sinopsis ini berupa cerita singkat dari cerita saat hingga akhir (ending).

5. Membuat Kerangka Karangan

Dalam pembuatan kerangka karangan, kita dapat membagi cerita ke dalam beberapa bab. Misalnya dalam novel The Power Of First Love (karya Syarifah Aliyyah) terdapat 19 bab dan dalam novel Kawin Kontrak (karya Syarifah Aliyyah) terdapat 12 bab. Pada setiap bab, terdapat

(18)

6. Mu1ai Mengembangkan Cerita

Dalam tahap ini merupakan proses yang amat panjang. Kite harus mampu mengolah kata, agar menjadi sajian yang hangat bagi para

pembaca. Mengembangkan cerita yang kita inginkan dengan berbagai adegan yang romantis, melankolis, ataupun tragis.

7. Proses Editing

Ketika cerita kita telah selesai, maka kita perlu mengedit cerita tersebut. Dalam proses ini kita cukup membaca ulang hasil karya kita, sekaligus membetulkan kata yang salah ketik, ejaan atau kalimat yang rancu, tanpa harus mengubah alur cerita.

8. Pencarian Penerbit

Tentulah kita ingin agar karya kita diterbitkan. Maka kita harus mencari penerbit yang berminat untuk membantu proses penerbitan karya kita itu. Alamat penerbit dapat kita peroleh dari beberapa buku yang kita miliki. Lalu catat alamatnya dan kita dapat melakukan kontak kepada penerbit via telepon.

Karya fiksi terbagi menjadi : 1. Prosa

Prosa berasal dari bahasa Latin, ‘prosa’ yang berarti ‘terus terang’. Prosa adalah suatu karya tulis yang menceritakan kehidupan yang bersifat imajinatif. Di dalamnya memuat alur kehidupan yang diceritakan dengan kecenderungan apa adanya. Tidak dikiaskan. Prosa terbagi menjadi tiga, yaitu:

2. Novel

(19)

3. Cerpen (Cerita Pendek)

Cerpen adalah prosa yang pendek, mengandung satu konflik, dan dapat dibaca dengan sekali duduk. Sekali duduk di sini maksudnya adalah tidak memerlukan waktu lama, mengingat pendeknya prosa itu. Cerpen paling panjang hanya sampai belasan halaman.

Sumardjo (dalam Sukino, 2010: 142) menyatakan bahwa cerpen (cerita pendek) adalah seni, keterampilan menyajikan cerita, yang di dalamnya merupakan satu kesatuan bentuk utuh, manunggal, dan tidak ada bagian-bagian yang tidak perlu, tetapi juga ada bagian yang terlalu banyak. Semuanya pas, integral, dan mengandung suatu arti.

Lubis (dalam Sukino, 2010: 144) menyatakan bahwa dalam cerpen harus ada:

a. Cerpen mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai penghidupan, baik secara langsung atau tidak langsung. b. Sebuah cerpen harus menimbulkan suatu hempasan, suatu kesan dalam

pikiran pembaca.

c. Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca, bahwa pembaca merasa terbawa oleh jalan cerita, dan cerpen pertama-tama menarik perasaan, baru kemudian menarik pikiran.

d. Cerpen mengandung rincian dan insiden-insiden yang dipilih dengan sengaja dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca.

Suroto (dalam Sukino, 2010: 146) menyatakan bahwa cerpen pada dasarnya dibangun atas unsur-unsur tema, amanat, perwatakan, latar, dialog, dan pusat pengisahan.

Beberapa contoh cerpen, antara lain: Laki-laki Sejati karya Putu Wijaya, Cinta Tak Bertuan karya Dewi Lestari, Playboy Berkedok Ikhwan karya Panisia Julita, Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa, Surat dari Israel karya Siti Arfidah dkk, dan masih banyak lagi.

4. Drama

Drama terdiri dari dua bagian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama dalam bentuk pementasan. Secara umum drama dapat diartikan sebagai karangan yang menggambarkan kehidupan manusia yang

(20)

Drama yang dipentaskan merupakan drama yang dipertontonkan di panggung. Sedangkan drama yang tidak dipentaskan atau naskah drama merupakan tulisan atau teks yang menjadi patokan atau rujukan dalam suatu pementasan drama.

5. Puisi

Puisi merupakan salah karya fiksi yang menggunakan kata-kata yang indah, penuh kiasan, dan sepadat-padatnya untuk menyampaikan isi hati, emosi, dan hal-hal mengenai eksplorasi diri. Sayuti (dalam Sukino, 2010: 113) menyatakan bahwa puisi merupakan pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya, yang

mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individu dan sosialnya, yang diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga puisi itu dapat membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengarnya.

Puisi juga bisa diartikan sebagai karya fiksi yang indah. Ya, puisi paling kental dengan kata-kata indahnya. Banyak sekali yang menyatakan ‘puitis’ (indah atau diindah-indahkan).

Puisi terbagi menjadi dua, yaitu puisi lama dan puisi baru atau modern. Puisi lama terdiri dari pantun, gurindam, syair, dan beberapa puisi lain. Puisi lama adalah puisi yang terikat. Maksudnya, penulisnya

terkekang oleh aturan-aturan yang melekat padanya. Pantun misalnya, terdiri dari beberapa syarat.

1) Setiap bait terdiri dari empat baris. 2) Bersajak a-b-a-b atau a-a-a-a.

3) Baris pertama dan kedua adalah sampiran. 4) Baris ketiga dan keempat adalah isi.

(21)

menggunakan bahasa yang sangat singkat untuk menyampaikan maksud yang terbesit dalam hati.

Dampak Membaca Buku Fiksi 1. Dampak Positif/Manfaat

a. Mencegah Depresi dan Mengurangi Stres

Karya fiksi memiliki sifat menghibur. Bagi Anda yang sedang galau atau penat, cobalah membaca buku fiksi. Niscaya, galau dan rasa penat Anda akan berkurang bahkan hilang.

b. Meningkatkan Kemampuan Mengolah Emosi

Sebenarnya ketika kita membaca buku fiksi, kita sedang berlatih berimajinasi dan mengolah emosi diri kita sendiri. Ketika berimajinasi, otomatis emosi dalam diri kita pun akan bergejolak. Kadang sedih, kadang kesal, kadang bahagia. Kalau kita jeli, ini sebenarnya adalah permainan emosi, dimana emosi kita dilatih naik-turun – naik-naik-turun seperti melatih otot lengan dengan sebuah barbel. Semakin sering emosi kita dipermainkan, kemampuan kita mengontrol emosi menjadi lebih baik.

c. Menambah Kemampuan Membaca Pikiran Orang Lain

Masih tersambung dengan poin nomor 2, emosi yang naik turun itu akan membuat pengindraan Anda semakin peka. Itu artinya, Anda akan lebih peka terhadap lingkungan, termasuk pada orang yang Anda ajak bicara. Secara tidak sadar, Anda akan memiliki kemampuan untuk membaca isi hati dan perasaan orang lain.

d. Merilekskan Tubuh

Bagi Anda yang baru saja menyelesaikan sebuah proyek besar, bagi Anda yang baru saja mengalami ketegangan karena bekera terus-menerus, membaca buku fiksi bisa menjadi sarana yang baik dalam merilekskan tubuh. Ya, membaca buku fiksi adalah salah satu hiburan yang merilekskan otak dan tubuh.

e. Meningkatkan Kualitas Tidur

(22)

Anda akan lebih mudah tertidur dan tidur Anda akan lebih nyenyak dari biasanya.

f. Mencegah Alzheimer

Sebuah penelitian membuktikan bahwa ternyata membaca buku fiksi dapat mencegah terjadinya penyakit lupa yang disebut dengan alzheimer. Jika Anda ingin mencegah penyakit lupa, membaca buku fiksi bisa menjadi solusi aman tanpa harus mengonsumsi obat-obatan kimia.

g. Mempertajam Otak

Selain mencegah kepikunan, membaca buku fiksi juga merangsang otak untuk berpikir dan berimajinasi. Akibatnya, kemampuan otak Anda akan lebih tajam daripada sebelumnya. h. Meningkatkan Empati

Mungkin Anda adalah orang apatis yang tidak mudah iba dan tidak mudah berempati terhadap lingkungan Anda sendiri. Jika memang ya, maka berubahlah, karena apatis itu bukan sifat yang baik. Mulailah memperhatikan dan berempati terhadap orang lain. Jika Anda sulit menjadi orang yang berempati, membaca buku fiksi bisa menjadi latihan yang baik.

i. Meningkatkan Kesehatan Psikis. j. Mudah untuk Bersosialisasi. 2. Dampak Negatif

a. Menyebabkan mata minus (miopi), atau bahkan mata plus

(hipermetropi). Miopi dan hipermetropi adalah kerusakan pada mata yang disebabkan oleh kurangnya elastisitas otot silaris pada mata. Otot silaris ini adalah pengatur fokus mata. Ketika kita melakukan aktivitas membaca buku, otot silaris kita dituntut untuk berada dalam kondisi statis. Karena berada dalam kondisi statis yang terlalu lama, maka otot silaris pun menjadi tidak fleksibel lagi. Pada akhirnya, para penderita miopi dan hipermetropi tidak dapat melihat secara jelas suatu benda yang terlalu dekat atau terlalu jauh.

(23)

postur tubuh, kebugaran dan daya tahan tubuh seorang kutu buku juga biasanya terus memburuk seiring berjalannya waktu.

c. Membaca buku memang dapat mencegah kepikunan, tetapi apabila membaca banyak buku dengan jenis berbeda dalam satu waktu, justru akan menyebabkan berkurangnya daya ingat seseorang karena

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam meneliti minat remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti tahun ajaran 2016/2017 dalam membaca buku fiksi adalah metode angket. Sebelumnya, angket itu merupakan teknik pengumpulan data dengan menyebarkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan, baik yang bersifat terbuka maupun tertutup dan dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis. Tujuannya, yaitu untuk mengonstruksi mengenal orang, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain (Sugiyanto, 2014 : 37).

Di sini peneliti menggunakan metode angket yang bersifat tertutup, yaitu metode di mana peneliti ingin mengetahui jawaban yang jujur dari pengisi angket tanpa perlu merasa khawatir akan identitasnya. Dengan metode ini dapat diketahui bagaimana minat remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti tahun ajaran

2016/2017 dalam membaca buku fiksi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penyebaran angket tertutup pada: hari, tanggal : Senin, 6 Maret 2017 waktu : Pukul 12.00 WIB – selesai

tempat : Ruang kelas XII IPA SMA Unggul Sakti kegiatan : Menyebarkan angket sebanyak 34 rangkap

3.3 Sampel Penelitian 1. Sampel

(25)

representative sifatnya dari keseluruhannya (Suharsimi, 1993 : 104). Pada prinsipnya, tidak ada peraturan-peraturan secara mutlak yang menentukan berapa persen sampel tersebut harus diambil dari populasi (Kartono, 1986 : 120). Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel secara keseluruhan. Dan sampel yang diambil adalah 34 orang remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti tahun ajaran 2016/2017.

2. Populasi

Populasi adalah totalitas semua kasus, kejadian orang, hal, dan lain-lain. Populasi itu dapat berwujud sejumlah manusia, kurikulum, kemampuan manajemen, alat-alat mengajar, cara mengajar, cara

pengadministrasian, kepemimpinan, peristiwa dan lain-lain (Kartono, 1990 : 133). Sedangkan Moh. Surya menyatakan bahwa:

“Populasi adalah sejumlah individu atau subjek yang terdapat dalam kelompok tertentu yang dijadikan sumber data, yang berada dalam daerah yang jelas batasannya, mempunyai pola-pola kualitas yang unik serta memiliki keseragaman ciri-ciri di dalamnya yang dapat diukur secara kualitatif untuk memperoleh kesimpulan penelitian” (Surya, 1974 : 8 ).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini, adalah 34 remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti tahun ajaran 2016/2017.

Berikut adalah perincian sampel untuk diteliti:

sampel : 34 orang remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti populasi : 34 orang remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti

(26)

Kelas Sampel yang diambil Populasi siswa

XII IPA 34* 34

XII IPS 1 0 34

XII IPS 2 0 34

XII IPS 3 0 34

[image:26.595.113.423.86.189.2]

Total 34 136

Tabel 3.1 Perincian Sampel dan Populasi

*keterangan: yang diberi warna kuning akan menjadi sampel dalam populasi penelitian.

3.4 Prosedur Penelitian

Berikut ini adalah langkah-langkah untuk melakukan penelitian: 1. Membuat kisi-kisi penelitian.

Penyusunan kisi-kisi penelitian ini merupakan hal yang sangat penting karena kisi-kisi penelitian disusun sebagai acuan untuk menyusun angket. Kisi-kisi penelitian ini meliputi, judul, pertanyaan penelitian, data yang akan dikumpulkan, indikator-indikator dan item.

2. Menyusun item.

Item (pertanyaan) dalam angket merupakan penjabaran dari indikator-indikator yang kemudian dibuat dalam bentuk pertanyaan. 3. Mencetak dan memperbanyak angket.

Setelah angket dirasa telah memenuhi syarat sebagai alat

pengumpul data dan telah diperbaiki, kemudian dicetak dan diperbanyak sesuai dengan kebutuhan.

4. Sebarkan angket kepada sampel yang telah ditetapkan.

Menyebarkan angket kepada responden yang telah ditentukan sebelumnya. Pelaksanaan penyebaran angket dibagi dalam dua tahap kegiatan yaitu:

a. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ini dipersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses penyebaran angket, yaitu:

1) Menetapkan sampel sesuai dengan judul penelitian. 2) Mempersiapkan surat ijin dari pihak yang berwenang.

(27)

disebarkan.

4) Mempersiapkan alat tulis yang dipergunakan apabila ada yang perlu ditulis/ dicatat.

5) Sebarkan angket pada jadwal yang ditetapkan. b. Tahap pelaksanaan

Setelah mendapat izin dari pihak yang berwenang maka mulailah angket disebarkan. Di dalam proses penyebaran angket ini penulis dibantu oleh satu orang pengurus yayasan dengan cara mendatangi responden yang hendak diminta informasinya. Sebelum responden mengisi angket, terlebih dahulu diberi beberapa penjelasan yang berkaitan dengan pengisian angket.

5. Pengumpulan data

Pelaksanaan penyebaran angket dan wawancara untuk mengumpulkan data dilakukan dengan tiga tahap yaitu:

a. Tahap Persiapan meliputi mempersiapkan angket yang sudah disusun dan difotokopi sesuai dengan jumlah reponden yang akan diteliti.

b. Tahap pelaksanaan, yaitu dengan menyebarkan angket kepada reponden.

c. Pengambilan angket.

(28)

ANGKET PENELITIAN

MINAT REMAJA KELAS XII IPA SMA UNGGUL SAKTI TAHUN AJARAN 2016/2017 DALAM MEMBACA BUKU FIKSI

Cara pengisian data:

1. Pilih pernyataan dengan memberi tanda () pada kolom tabel ya/tidak! 2. Jawablah dengan sejujur-jujurnya!

Pernyataan Ya Tidak

1. Buku fiksi adalah suatu kebutuhan.

2. Merasa seperti memerankan tokoh dalam buku fiksi ketika membacanya. 3. Sering mengkhayal setelah sering membaca buku fiksi.

4. Membaca buku fiksi dapat mempengaruhi mood.

5. Suka membaca buku fiksi ketika pembelajaran berlangsung. 6. Tetap melanjutkan bacaan ketika ada tugas lain.

7. Dengan seringnya membaca buku fiksi dapat mempengaruhi keputusan yang diambil. 8. Mementingkan buku fiksi daripada belajar.

9. Menabung demi mengoleksi buku fiksi yang disukai.

10. Lebih berminat membaca buku fiksi dalam negeri ketimbang luar negeri. 11. Suka menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

12. Suka untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dengan menulis.

13. Suka untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dengan berbicara kepada orang lain. 14. Buku fiksi mempengaruhi cara berpikir.

(29)

Pertanyaan tambahan:

1. Bagaimana minat Anda dalam membaca buku fiksi? Tuliskanlah alasan Anda!  Sangat suka

 Suka  Cukup suka  Kurang suka  Sangat tidak suka Alasan Anda:

... ... ... ... 2. Menurut Anda, apakah membaca buku fiksi berpengaruh terhadap kehidupan

Anda?

(30)

3.5 Cara Menganalisis Data

Peneliti menggunakan metode angket tertutup. Angket yang dibuat merupakan pertanyaan yang berhubungan dengan judul penelitian. Di dalam angket terdapat dua puluh pertanyaan olah pikir yang mencakup topik dan dua pertanyaan tambahan berbentuk esai.

Angket digandakan sebanyak 34 rangkap. Angket disebarkan di ruang kelas XII IPA SMA Unggul Sakti pada hari Senin, 6 Maret 2017 dan diberikan pada seluruh remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti. Data akan didapat dari 34 orang tersebut yang menyatakan bahwa mereka berminat, kurang berminat, dan tidak berminat membaca buku fiksi serta alasan-alasan mereka terhadap minat mereka tersebut. Setiap pertanyaan dalam angket yang dibuat peneliti

mengandung aspek-aspek kehidupan remaja yang berminat membaca buku fiksi. Pengolahan dan analisis data dilakukan sesuai dengan ketentuan penelitian kuantitatif yaitu diinterpretasikan dan di analisis secara terus menerus dari awal hingga selesai penelitian. Analisis data dimulai sejak di lapangan, sejak itu sudah ada penghalusan data, penyusunan katagori dan kawasannya dan sudah ada upaya yang dimulai dalam rangka menyusun historis yaitu teorinya sendiri.

Perhitungan statistik yang digunakan dalam mengolah dan

mendeskripsikan data adalah statistik deskriptif. Pengolahan datanya dilakukan dengan menggunakan perhitungan persentase.

Dengan membuat tabel persentase, dapat diketahui berapa persen minat para remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti tahun ajaran 2016/2017 dalam membaca buku fiksi. Rumus untuk mencari persentase minat remaja kelas XII IPA SMA Unggul Sakti dalam membaca buku fiksi adalah sebagai berikut:

persentase=jumlah ya/tidak jumlah angket ×100

(31)

Setelah data diolah dengan teknik persentase, untuk mempermudah penarikan kesimpulan terlebih dahulu diadakan penafsiran dan interpretasi berdasarkan golongan persentase yakni sebagai berikut:

0 % = Tak seorangpun yang berminat dalam membaca buku fiksi. 1 % - 24 % = Sebagian kecil yang berminat dalam membaca buku fiksi. 25 % - 49 % = Hampir setengah yang berminat dalam membaca buku fiksi. 50 % = Setengahnya yang berminat dalam membaca buku fiksi. 51 % - 74 % = Lebih dari setengah yang berminat dalam membaca buku fiksi. 75 % - 99 % = Hampir seluruh/sebagian besar yang berminat dalam membaca

buku fiksi.

100 % = Seluruhnya berminat dalam membaca buku fiksi.

Gambar

Tabel 3.1 Perincian Sampel dan Populasi

Referensi

Dokumen terkait

Saccharomyces cerevisiae tunduk pada efek Crabtree di bawah kelebihan glukosa. Fenomena ini dapat terjadi pada tangki skala besar dimana terdapat heterogenitas

During the process of rectification, the discrete data include GCPs and check points (CPs), utilized for rectification and evaluation of the remote sensing image,

Pedoman ini disusun sebagai acuan penulisan naskah yang disiapkan untuk dipublikasikan di Jurnal Sistem Informasi Indonesia. (1995), “ Integrated obstacle

 Hubungan Sistem Konfigurasi Elektron dengan Letak Unsur dalam Tabel Periodik Unsur  Sifat-Sifat Unsur dan Massa Atom Relatif (Ar)  Sifat Keperiodikan Unsur. 

Sehubungan dengan pelelangan yang dilakukan oleh POKJA II Pengadaan Barang/Jasa Tahun Anggaran 2017 Pada Bagian Layanan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin untuk kegiatan :.

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan

Administrasi Bidang Akademik (Akad) menyerahkan hasil EPBM ke Ketua dan atau Sekretaris Jurusan untuk disampaikan dalam rapat internal jurusan dan sebagai bahan

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsep diri dan efikasi diri dengan daya juang siswa jurusan IPA dalam