• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I - bab 4 kti revisi pembahasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I - bab 4 kti revisi pembahasan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

diujikan dihadapan Tim Penguji Proposal Karya Tulis Ilmiah Jurusan

Keperawatan Gigi Politeknik Kementrian Kesehatan Pontianak.

Pontianak, 2017

Pembimbing Utama

Budi Suryana,S.SiT, SKM, MPH

NIP. 197604022001121003

Pembimbing Pendamping

drg. Erma Mahmiyah, M.Kes

NIP. 196608021993032001

(2)

KATA PENGANTAR Asslamu’alaikum wr, wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga peniulis telah dapat

menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini dengan judul “Efektifitas Perbedaan

Penyuluhan Metode Cerita Dengan Boneka Tangan dan Metode Cerita Dengan

Film Terhadap Respon Anak Prasekolah”.

Dlam rangka menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis

banyak mengalami kesulitan. Namun berkat bantuan pembimbing, proposal

Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Budi Suryana, SKM, S.Si.T, MPH selaku pembimbing pertama

yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan

proposal karya tulis ilmiah ini.

2. Drg. Erma Mahmiyah, M.Kes selaku pembimbing kedua yang telah

memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan proposal karya tulis

ilmiah ini.

3. Ibu Nike Haryani, S.Si.T, MDSc selaku Ketua Jurusan Keperawatan Gigi

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Pontianak.

4. Seluruh dosen dan staff Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes

Pontianak.

5. Kepada orang tuaku Bapak H. Usman Jelai dan Ibu HJ. Norpiah serta

keluargaku tercinta atas doa serta dorongan dan bantuan moral maupun

materi selama penulis mengikuti pendidikan D-III Keperawatan Gigi.

(3)

7. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi khususnya

angkatan 2014 yang telah memberikan semangat dalam penulisan karya

tulis ilmiah ini.

Penulis sangat menyadari sepenuhnya akan kekurangan-kekurangan

yang terdapat dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Saran dan

Kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah

Semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis sendiri

maupun bagi pihak lain yang memanfaatkannya. Wassalamu’alaikum wr.wb

Pontianak, 2017

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan Penelitian...4

D. Manfaat Penelitian...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan...5

B. Karakteristik Anak Usia Dini...6

C. Penyuluhan...8

D. Metode Bercerita Menggunakan Boneka Tangan...10

E. Metode Penyuluhan Dengan Audio Visual...11

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HEPOTESA A. Kerangka Konsep...14

B. Definisi Operasional...15

C. Hipotesa...16

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...17

B. Waktu dan Tempat Penelitian...17

C. Populasi dan Sampel Penelitian...17

D. Teknik Pengumpulan Data...18

E. Instrumen Penelitian...18

F Jalannya Penelitian...18

(5)
(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikaan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Penanaman

perilaku hidup bersih dan sehat pada usia dini diharapkan membentuk

kematangan berfikir dan membentuk continuitas prilaku (Notoatmojo, 2012).

Pendidikan Kesehatan adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang

dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktifitas jasmani,

pengembangan jasmani, mental, sosial, emosional yang selaras, serasi, dan

seimbang (Ahsanul Bani, 2016). Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari

keseluruhan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi yang

menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat

(Kriswanto, 2012)

Usia kritis anak-anak untuk pembentukan perilaku adalah kisaran usia 3

hingga 6 tahun yaitu fase usia pembentukan inisiatif perilaku pada manusia.

Sehingga diharapkan upaya pembentukan perilaku pada rentang usia tersebut

dapat memeberikan signifikasi positif dalam pembentukan karakter anak di masa

yang akan datang. Karakter individu dimulai dari perubahan perilaku yang

berubah menjadi kebiasaan. Sehingga harapan terciptanya perilaku hidup bersih

dan sehat dimulai dari pengubahan perilaku yang dimulai sedini mungkin, (wiwik,

2013). Upaya perubahan perilaku ini harus diiringi dengan stimulasi penguat agar

kebiasaan-kebiasaan baik menjadi sebuah karakter yang kuat dan bertahan lama

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang di lakukan

(7)

tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu

anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Syarifah, 2013). Penyuluhan

kesehatan gigi yang di berikan merupakan tindakan pencegahan primer sebelum

terjadinya penyakit gigi dan mulut. Adapun tujuan dari penyuluhan kesehatan gigi

adalah untutk merubah prilaku seseorang mengarah kepada upaya hidup sehat.

Metode yang dilakukan saat penyuluhan disesuaikan dengan tingkat

kematangan dan pengetahuan anak. (Rizky, 2013).

Seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan lebih baik apabila

menggunakan lebih dari satu indra ketika menerima penyuluhan, apa yang di

ingat dari isi penyuluhan adalah 50% dari apa yang didengar dan dilihat.

Semakin banyak menggunakan pengindraan dalam belajar maka akan semakin

baik, panca indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah

mata (kurang lebih sampai 87%), sedangkan 13% pengetahuan manusia

diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya (Depkes RI, 2008).

Pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak. Penyuluhan harus di buat

semenarik mungkin, aktraktif, dan kreatif tanpa mengurangi isinya. Pendidikan

juga bisa dilakukan melalui bercerita secara lansung dan program audio visual,

merupakan salah satu yang cocok dalam penyuluhan. Upaya dalam menjaga

kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak usia dini dan harus

diberikan secara berulang-ulang dan menarik (Riyanti dan Eriska, 2010).

Metode cerita adalah metode yang mengisahkan suatu peristiwa atau

kejadian pada anak (Fadlillah, 2014). Kejadian atau peristiwa tersebut

disampaikan kepada anak melalui tutur kata, ungkapan dan mimik wajah yang

(8)

3

mengasyikkan. Hal tersebut dikarnakan dalam cerita disampaikan kisah yang

menarik yang berkaitan materi penyuluhan. Pada saat menggunakan metode

cerita yang disertai alat praga yaitu boneka tangan, anak prasekolah lebih

menyukai mendengarkan cerita dengan alat praga, karna dengan alat praga

anak anak lebih tertarik untuk memperhatikan.

Media audio visual adalah media yang menyajikan suara sekaligus

gambar yang memungkinkan siswa lebih tertarik dalam memperhatikan apa yang

disampaikan oleh materi penyuluhan. Gambar yang terlihat tersebut merupakan

hasil proyeksi melalui lensa proyektor secara mekanis. Film itu bergerak dari

frame ke frame di depan lensa pada layar, gambar-gambar itu juga secara cepat bergantian dan memberikan proses visual yang kontinyu di antara gambar demi

gambar tak ada celah-celah, bergerak dengan cepat dan pada layar terlihat

gambar-gambar yang berurutan dan melukiskan suatu alur cerita, seperti pada

aslinya (Ridan, 2011).

Penggunaan metode cerita dengan mendongeng dan cerita melalui film

diharapkan dapat menggugah minat anak prasekolah dalam mendengarkan dan

melihat materi dari penyuluhan, sehingga materi penyuluhan yang diberikan

mudah di ingat dan dipahami.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Perbedaan

Efektifitas Penyuluhan Metode Cerita Dengan Boneka Tangan dan Metode Cerita

(9)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui Perbedaan Efektifitas Penyuluhan Metode Cerita Dengan Boneka

Tangan dan Metode Cerita Dengan Film Terhadap Respon Anak Prasekolah

2. Tujuan khusus

a. Mendiskripsikan respon anak prasekolah terhadap

penyuluhan melalui metode cerita dengan Boneka Tangan

b. Mendiskripsikan respon anak prasekolah dalam

penyuluhan melalui metode media film

c. Mengetahui perbedaan respon anak prasekolah dalam

penyuluhan antara media audio visual dengan metode cerita dengan

mendongeng

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman yang nyata dalam penerapan penelitian

berdasarkan pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan

3. Tenaga Kesehatan Gigi

Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan gigi untuk metode-metode

yang tepat dalam menyampaikan penyuluhan kedada anak-anak prasekolah

4. Puskesmas

Sebagai informasi yang tepat ke pihak puskesmas dalam kegiatan tahunan

khususnya di bidang penyuluhan sehingga pihak puskesmas memberikan dan

melakukan perencanaan dalam menyediakan media atau sarana dalam

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. P endidikan Kes ehat an

1. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan (Notoatmojo

2007). Yang artinya bahwa pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat

menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka,

bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan

mereka dan kesehatan orang lain.

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan

didalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah

semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan

praketek individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoadmojo, 2005). Pendidikan

kesehatan segala yang upaya yang direncanakan dalam mempengaruhi orang

lain dalam menyadarkan atau merubah sikapnya dibidang kesehatan agar lebih

baik (Nuradita, 2013).

5. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini

Pendidikan kesehatan untuk anak usia dini adalah orientasi pada

pemenuhan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak, fisik, mental dan

sosial. Kegiatan pembelajaran melalui bermain. Merangsang munculnya

kreatifitas dan inovasi kemudian dan menjadi pembiasaan dalam hidup bersih

dan sehat. Pendidikan kesehatan anak usia dini dilakukan dengan memberi

(11)

ransangan dengan berulang-ulang dengan seluruh aspek kecerdasan anak

sesuai dengan aspek-aspek kesehatan, yaitu fisik, mental, sosial secara

produktif, effesien dan ekonomis memberikan pengalaman empirik dalam

kehidupan sehat sehari-hari, penempatan lingkungan baik dari lingkungan

bermain dan tempat tinggal maupun sarana dan prasarana kesehatan sebagai

bahan pendidikan. Pendidikan kesehatan didasarkan pada tahap-tahap

kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Objek material pendekatan

tersebut adalah anak isia dini dengan seluruh aspek pertumbuhan dan

perkembanganya, sedangkan objek formulanya adalah kegiatan orang tua,

anggota keluarga, dan masyarakat dalam menuntun atau membimbing anak

menuju tuan tertentu dan kebujakan dalam program pemerintah PAUD. Jadi,

PAUD adalah aplikasi pendidikan dibidang kesehatan dengan sasaran anak usia

dini

E. K a r a k te r istik Anak Usia Di n i

Pada dasarnya anak memiliki ciri khas tertentu yang membedakan anak

dengan orang dewasa. Pemberian stimulasi pada anak hendaknya disesuaikan

dengan karakteristik anak usia dini. (Hartati, 2005) memaparkan berbagai

karakteristik anak usia dini, yaitu:

1. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar

Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekitarnya. Dia ingin

mengetahui segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Rasa ingin tahu

tersebut ditandai dengan munculnya berbagai macam pertanyaan misalnya:

apa, siapa, mengapa, bagaimana dan dimana. Berbagai pertanyaan tersebut

hendaknya disikapi dengan sikap bijaksana dengan memberi jawaban yang

(12)

7

6. Anak bersifat unik

Meskipun terdapat kesamaan dalam pola umum perkembangan namun

setiap anak memiliki keunikan masing-masing, misalnya dalam hal gaya belajar,

minat dan latar belakang keluarga. Keunikan ini dapat berasal dari faktor genetis

atau berasal dari lingkngan. Dengan adanya keunikan tersebut, pendidik perlu

melakukan pendekatan individual sehingga keunikan anak dapat terakomodasi

dengan baik.

7. Anak umumnya kaya dengan fantasi

Anak usia dini sangat suka membayangkan dan mengembangkan

berbagai hal. Dia dapat menceritakan berbagai hal dengan sangat meyakinkan

seolah-olah dia melihat atau mengalaminya padahal hal tersebut hanya hasil

fantasi dan imajinasinya.fantasi dan imajinasi pada anak sangat penting bagi

pengembangan kreativitas dan bahasanya, oleh karena itu perlu diarahkan agar

secara perlahan anak mengetahui perbedaan khayalan dengan kenyataan.

Kegiatan bercerita dan mendongeng dapat mengembangkan imajinasi anak.

8. Anak merupakan masa belajar yang paling potensial

Anak usia dini sering disebut dengan istilah golden age atau usia emas karena pada rentang usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan

yang sangat pesat dalam berbagai aspek. Usia dini menjadi masa yang paling

peka dan potensial bagi anak untuk mempelajari sesuatu. Pendidik perlu

memberikan berbagai stimulasi yang tepat agar masa peka ini tidak terlewatkan

begitu saja.

9. Anak bersifat egosentris

Pada umumnya anak masih bersifat egosentris atau mau menang sendiri.

(13)

menangis atau merengek jika apa yang diinginkannya tidak di turuti. Untuk

mengurangi sifat egosentris anak, pendidik dapat memberikan berbagai

kegiatan, misalnya mengajak anak mendengarkan cerita, melatih kepedulian

sosial dan empati dan sebagainya.

10. Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek

Anak usia dini seringkali berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang

lain karena anak usia ini mempunyai rentang perhatian yang sangat pendek

sehingga perhatiannya mudah teralihkan pada kegiatan lain, apalagi jika

kegiatannya tidak menarik perhatiannya. Pembelajaran dapat dilakukan

dengan menggunakan pendekatan yang bervariasi dan menyenangkan,

sehingga tidak membuat anak terpaku di tempat dan menyimak dalam waktu

lama (Sofia Hartati, 2005)

11. Anak adalah makhluk sosial

Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebaya. Dia

mulai belajar berbagi, mengalah, sabar menunggu giliran saat bermain dengan

teman-temannya. Melalui interaksi sosial dengan teman sebaya, konsep diri

anak akan terbentuk, anak juga belajar bersosialisasi dan belajar untuk dapat

diterima di lingkungannya.

F. Penyuluhan

Kata penyuluhan dalam kamus Bahasa Indonesia berarti menerangkan.

Makna menerangkan bukanlah secara fisik seperti cahaya lampu atau api yang

memberi kekuatan sinar yang dapat mengubah kondisi lingkungan sekitarnya

dari gelap menjadi terang. Penyuluhan sebagai bagian dari sebuah sistem sosial,

objek materi ilmu penyuluhan adalah prilaku yang dihasilkan dari proses

(14)

9

ilmu, penyuluhan mrupakan sebuah organisasi yang tersusun dari bangunan

pengetahuan dan pengembangan ilmu. Ilmu penyuluhan mampu menjelaskan

secara ilmiah transformasi prilaku manusia yang dirancang dengan menerapkan

pendekatan pendidikan dan komunikasi yang efektif. Tujuan penyuluhan tidak

lain adalah hidup manusia yang berkualitas (Amanah, 2007).

Penyuluhan yang dimaksud disini adalah sebuah penyampaian atau

menerangkan pesan yang berisi informasi, gagasan, emosi dan keterampilan

dari suatu lembaga, kelompok dan individu lain (Komunikasi) dengan tujuan

mengubah pengetahuan dan kesehatan (willa, 2012)

Penyuluhan adalah sebuah terjemhan dari counseling, yaitu bagian dari

bimbingan baik dari berbagai layanan maupun sebagai teknik (Machfoedz, 2007)

1. Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan yaitu sebuah kegiatan pendidikan kesehatan, yang

dilakukan untuk menyebar luaskan pesan yang di dapat, menanamkan

keyakinan , sehingga masyarakat tidak saja sadar, tau dan mengerti tetapi juga

mau dan bisa melakukan suatu yang ada hubungan dengan kesehatan

(Machfoedz, 2007).

12. Penyuluhan Kesehatan Gigi

Penyuluhan kesehatan gigi pada anak merupakan salah satu usaha

menanamkan pengertian kepada anak sejak usia dini bahwa kesehatan gigi

tidak kalah pentingnya dengan kesehatan tubuh secara umum. Penyuluhan

kesehatan gigi bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan perorangan dan

masyarakat guna tercapainya tingkat kesehatan gigi yang lebih baik di masa

mendatang. Penyuluhan kesehatan gigi ini tidak semata-mata menjadi tanggung

(15)

13.Tujuan

Menurut WHO tujuan untuk melakukan penyuluhan kesehatan adalah untuk

merubah prilaku perseorang dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan

(Notoatmodjo, 2006).

G. Metode B ercerita M enggunakan B oneka T angan

Metode cerita merupakan salah satu metode yang diajarkan di Taman

Kanak-Kanak. metode cerita adalah metode yang mengisahkan suatu peristiwa

atau kejadian kepala peserta. Kejadian atau peristiwa peristiwa tersebut

disampaikan peristiwa didik melalui tutur kata, ungkapan dan mimik wajah yang

unik serta di dukung dengan media boneka tangan (Fadlillah, 2014).

metode cerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi

anak Taman Kanak-Kanak dengan membawakan cerita kepada anak secara

lisan (Marini, 2015). Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan

mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak

prasekolah.

Kegiatan bercerita ini bisa menarik daya konsesntrasi anak-anak dalam

menyimak cerita 5-10 menit, oleh karena itu dalam bercerita sebaiknya

menggunakan media bercerita dengan boneka tangan. Boneka tangan dijadikan

sebagai media atau alat bantu yang digunakan oleh guru dalam kegiatan

pembelajaran yang terbuat dari potongan kain flanel, katun dan lain-lain,

kemudian dibentuk dan dihias sedimikan rupa sehingga dapat ditampilkan

beragam tokoh dengan karakter masing-masing yang disuguhkan dalam cerita

dan penampilan dalam setiap karakter boneka. Dinamakan boneka tangan

karena para pemain (guru, siswa) memainkannya dengan cara memasukkan

(16)

11

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa metode cerita adalah metode sesuatu yang mengisahkan

peristiwa atau kejadian untuk memberikan pengalaman belajar bagi anak

Prasekolah membawakan cerita secara lisan dengan boneka tangan. Metode

cerita dalam penelitian ini adalah suatu penyampaian materi melalui kegiatan

becerita dengan tujuan untuk meningkatkan perhatian anak.

Metode cerita ini mempunyai kelebihan yaitu guru mudah menguasai dan

mengatur kelas, mudah untuk membuat persiapan, sehingga mudah

melaksanakannya, dapat maningkatkan konsentrasi anak didik dalam waktu

yang lama dan dapat diikuti anak didik dalam jumlah yang banyak

Metode cerita ini juga mempunyai kekurangan yaitu anak didik kadang

terbuai dengan jalannya cerita sehingga tidak dapat mengambil intisarinya,

apalagi jika tidak disimpulkan diakhiri cerita, hanya guru yang bisa bermain

dengan kata-kata dan kalimat, dapat menyebabkan anak didik pasif, dan anak

didik lebih cenderung hafal isi cerita dari pada intisari cerita yang dituturkan

H. Metode P enyuluhan D engan A udio V isual

Salah satu jenis media pembelajaran adalah media audio visualmedia

audio visual adalah seperangkat alat yang memproyeksikan gambar dan suara

(Sanaky 2009). Penyuluhan melalui media audio visual adalah suatu cara

penyampaian materi yang di terima oleh indra pendengaran dan indra

penglihatan, akan tetapi gambar yang dihasilkan nya adalah gambar diam atau

sedikit memeiliki unsur gerak (Zuldinyn, 2012). Mesin-mesin mekanis dan

elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual, pengkajian pengajaran

secara audio-visual secara jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama

(17)

(Syarifah, 2013). Film termasuk dalam media audio visual gerak. Film adalah

salah satu media pembelajaran yang efektif karena melihat kecerendungan

meningkatnya kepemilikan alat elektronik seperti televisi dan personal komputer.

Keunggulan media film adalah kemampuannya menampilkan kedua efek suara

dan gambar sehingga informasi yang disampaikan dalam satu kesatuan audio

atau visual saja, melainkan keduanya sehingga dapat ketertarikan akan lebih

besar, akibatnya proses pembelajaran menjadi lebih cepat . Dalam film tersebut

sudah terkandung suatu tujuan dari pemutaranya. Selain itu dengan media film,

kelompok konsumnen target yang dijangkau dapat lebih luas, karena tidak

membutuhkan keahlian/ ketrampilan khusus untuk mengolah informasi dalam film

(Pepti, 2010).

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media

audio visual mempunyai manfaat yang beragam diantaranya dengan

menghadirkan media audio visual, maka semua anak didik atau anak prasekolah

dapat menikmati media tersebut sekaligus menyerap ilmu melalui media audio

visual. Selanjutnya media audio visual dapat menghadirkan benda-benda,

bebrapa obyek dan gerak gerakan tertentu yang sekiranya sulit dihadirkan

hal-hal tersebut lansung didalam kelas. Fungsi dari media audio visual berfungsi

media audio visual yaitu Membuat pelajaran atau penyampaian lebih menarik,

Memungkinkan hasil belajar lebih tahan lama karna mudah dipahami, Dapat

memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak diperoleh dengan cara lain

membuat pembajaran lebih mudah efesien dan beraneka ragam, Media audio

visual dapat dilakukan dengan berulang-ulang(Faizar, 2012).

Kelebihan dari metode audio visual yaitu menarik perhatian, dapat

(18)

13

menayangkan peristiwa atau acara yang telah terjadi, dapat menanamkan

konsep yang benar, dapat membangkitkan keinginan dan minat baru dan

meningkatkan daya tarik dan perhatian anak prasekolah. Selain kelebihan media

ini juga mempunyai kekurangan yaitu mahal, visual yang terbatas, media ini

hanya dapat memberikan visual berupa gambar gerak yang mewakili isi

(19)

A. Kerangka Konsep

Secara sistematika kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan

yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulanya. Dalam penelitian ini ditetapkan variabel

penelitian sebagai berikut :

1. Varialbel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penyuluhan dengan metode cerita

menggunakan media boneka tangan dan media film.

14. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peneliti akan melihat perbedaan

respon metode cerita dengan boneka tangan dan metode film

14 Penyuluhan cerita dengan

media boneka tangan

Penyuluhan cerita dengan media film

(20)

15

I. Definisi Operasional 1. Penyuluhan bercerita dengan media boneka tangan

Penyuluhan melalui metode cerita dengan media boneka tangan yaitu

kegiatan menyampaikan pesan dimana penyuluh atau seseorang lebih dominan

untuk memberikan penyuluhan dengan bercerita menggunakan media boneka

tangan dengan tema makanan yang merusak gigi dengan durasi waktu selama

15 menit

15. Penyuluhan bercerita dengan media film

Penyuluhan melalui media film yaitu suatu cara menyampaikan materi

dengan menggunakan gambar yang bergerak dan suara pada layar.

Menyampaikan informasi lebih mengutamakan kepada audio interaktif dengan

bantuan infocus, dengan tema makanan yang merusak gigi dengan durasi waktu

selama 15 menit

16. Respon anak terhadap penyuluhan

Respon yaitu reaksi yang di tunjukkan oleh anak prasekolah tersebut

terhadap penyuluhan yang disampaikan dengan metode cerita menggunakan

boneka tangan dan metode film, sehingga anak tersebut bisa mengikuti

penyuluhan dengan tertib, bisa mendengarkan dengan penuh perhatian, dan

juga anak-anak mampu menginterpretasikan pada saat penyuluhan yang sedang

berlansung. Cara mengukur melalui observasi lansung dengan kriteria baik,

sedang dan buruk. Pengukuran ini menggunakan skala ordinal.

J. Hipotesa

Terdapat perbedaan efektifitas penyuluhan metode cerita dengan mendongeng

(21)
(22)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi exsperiment, dengan melihat perbedaan dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok

sebelum dan sesudah menggunakan perlakuan yang berbeda. Penelitian ini

yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas perbedaan penyuluhan metode

cerita dengan boneka tangan dan metode cerita dengan film terhadap respon

anak prasekolah

K. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2017 yang dilaksanakan di Taman

Kanak-Kanak Pembina Negeri Ketapang

L. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Pada penelitian ini anak prasekolah TK Pembina Negeri Ketapang yaitu kelas TK

B2 yang berjumlah 31 orang siswa

17. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah anak prasekolah TK Pembina Negeri

Ketapang kelas TK B2 yang berjumlahkan 31 siswa yang diperoleh dengan

menggunakan metode tatal sampling. Besar sampel 31 siswa yang akan dibagi

dua kelompok dengan cara random yaitu kelompok yang pertama berjumlah 15

siswa akan diberikan penyuluhan dengan metode cerita boneka tangan dan

kelompok kedua yang berjumlah 16 siswa akan diberikan penyuluhan dengan

metode film.

(23)

M. Tekn i k Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh lansung dari sumber asli

yang diambil melalui obsevasi lansung dengan pengamatan mendengarkan

dengan penuh perhatian pada anak prasekolah pada saat penyuluhan di Taman

Kanak-kanak Negeri Pembina Ketapang.

18. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa absensi siswa-siswi, berupa nama

kelas dan umur yang mendukung dalam penelitian ini.

N. Instrumen Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan lembar observasi

dengan indikator-indikator yang telah ditentukan oleh peneliti untuk menilai anak

prasekolah, penilaian dari lembar obsevasi yaitu Melihat kearah pemateri, Mimik

wajah terlihat senang mendengarkan dan memperhatikan sesuai apa yang

disampaikan, dengan kriteria penilaian yang telah ditentukan yaitu buruk dengan

skor 0-2, sedang dengan skor 3-4, baik dengan skor 5-6. Penelitian ini harus

mempersiapkan alat dan bahan yaitu satpel, cerita, boneka tangan dan infocus.

O. Jalannya Penelitian 1. Tahap Awal

a. Menentukan lokasi

d. Perizinan dari lembaga Politeknik Kesehatan Kemenkes

Pontianak Jurusan Keperwatan Gigi

e. Perizinan dari Kepala Sekolah TK Pembina Negeri Ketapang

(24)

19

19. Tahap Pelaksanaan

Kelas TK B2 yang berjumlah 31 siswa akan di bagi menjadi dua kelompok

yaitu kelompok pertama dan kelompok kedua setelah pembagian kelompok

selesai, maka peneliti akan memulai penelitian yang pertama dengan kelompok

pertama akan diberikan penyuluhan dengan menggunakan metode cerita boneka

tangan, berjalanya penyuluhan peneliti akan melihat siswa yang merespon pada

saat penyuluhan berlansung, jika penelitian sudah selesai maka kelompok

pertama dipersilahkan meninggalkan ruangan kelas. Peneliti akan memasukkan

kelompok yang kedua jika sudah tertib rapi maka peneliti akan memulaikan

penelitiannya dengan penyuluhan menggunakan metode film, berjalanya

penyuluhan peneliti akan melihat siswa yang merespon pada saat penyuluhan

berlansung, jika penelitian sudah selesai kelompok pertama dipersilahkan masuk

keruangan kelas dan peniliti menutup penyuluhan yang sudah dilaksanakan.

P. Pengolahan Data 1. Pengeditan Data

Pengeditan adalah pemeriksaan suatu koreksi data yang telah dikumpulkan.

Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak

memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan

20. Pemberian kode

Untuk memudahkan pengolahanya, lembar observasi dilihat kembali dan

dilakukan dalam bentuk memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap lembar

(25)

21. Menyusun Data

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengelompokkan data tersebut

dalam suatu tabel tertentu menurut sifat yang dimiklikinya sesuai dengan tujuan

peneiti

22. Entry Data

Data yang sudah diolah kemudian dimasukkan kedalam master tabel / data base

computer

Q. Analisis Data 1. Analisa univariat

Analisa ini dilakukan untuk mendiskripsikan semua variabel, baik variabel bebas

maupun variabel terikat dalam bentuk distribusi frekuensi.

23. Analisa bivariat

Untuk menguji hipotesis penelitian diuji analisis secara bivariat untuk mengetahui

perbedaan intervensi penyuluhan metode cerita dengan boneka tangan dan

(26)

21

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan TK Negeri Pembina Ketapang yang

berlokasi di Jalan Sisingamangaraja kecamatan Delta Pawan Kabupaten

Ketapang.

R. Karakteristik Responden

Hasil Penelitian yang dilakukan pada siswa/i kelas B2 TK Negeri Pembina

Ketapang yang berjumlah 31 orang, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin

Tabel 5.1

Distribusi Frefekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa/i TK Negeri Pembina Ketapang

Metode Cerita Boneka Tangan NN

o Jenis Kelamin

Jumlah

Frekuensi Presesntase (%)

11 Laki-laki 7 46,6

22 Perempuan 8 53,4

33 Total 15 100

Sumber : Olahan data primer

Dari tabel 5.1 diperoleh bahwa sebagian besar responden dengan jenis

kelamin perempuan yaitu berjumlah 8 responden (53,4%).

(27)

Distribusi Frefekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa/i TK Negeri Pembina Ketapang

Metode Cerita film

NNo Jenis Kelamin Jumlah

Frekuensi Presesntase (%)

11 Laki-laki 7 43,8

22 Perempuan 9 56,2

33 Total 16 100

Sumber : Olahan data primer

Dari tabel 5.2 diperoleh bahwa sebagian besar responden dengan jenis

kelamin perempuan yaitu berjumlah 9 responden (56,2%).

24. Analisis univariat

a. Univariat

Tabel. 5.3

Distribusi Presentase Respon Anak Terhadap Penyuluhan Cerita dengan Media Boneka Tangan Siswa/i TK Negeri Pembina Ketapang

No INDIKATOR Respon

Iya Tidak

1 Melihat kearah pemateri atau film 100% 0%

2 Mimik wajah terlihat serius memperhatikan cerita 86,6% 13,4%

3 Antusias mendengarkan cerita

atau menonton cerita 73,4% 26,6%

4 Menanggapi cerita pada saat berlangsung 80% 20%

5 Mengikuti kegiatan penyuluhan dengan tertib 80% 20%

6 Mengikuti dan menyimak

cerita sampai selesai 93,4% 6,6%

Sumber : Olahan data primer

Dari tabel 5.3 diperoleh bahwa anak-anak lebih merespon dan fokus pada

saat penyuluhan cerita dengan media boneka tangan dengan indikator yaitu

melihat kearah pemateri atau film (100%), Mimik wajah terlihat serius

memperhatikan cerita (86,6%), dan Mengikuti dan menyimak cerita sampai

(28)

23

Tabel. 5.4

Distribusi Penyuluhan Cerita dengan Media Boneka Tangan Siswa/i TK Negeri Pembina Ketapang

Penyuluhan Cerita dangan Media Boneka Tangan

Jumlah

F %

Baik 12 80

Sedang 3 20

Buruk 0 0

Jumlah 15 100

Sumber : Olahan data primer

Pada table 5.4 terlihat sebagian besar yaitu 12 (80%) anak lebih

merespon serta fokus dalam memperhatikan penyuluhan dengan media boneka

tangan, media penyuluhan ini yaitu boneka tangan serta alat media yang sesuai

dengan narasi cerita sehingga itu salah satu untuk membuat daya tarik dari

anak-anak untuk fokus dalam memperhatikan penyuluhan yang disampaikan.

Tabel. 5.5

Distribusi Presentase Respon Anak Terhadap Penyuluhan Cerita dengan Media Film Siswa/i TK Negeri Pembina Ketapang

No INDIKATOR Respon

Iya Tidak

1 Melihat kearah pemateri atau

film 100% 0%

2 Mimik wajah terlihat serius memperhatikan cerita 93,8% 6,2%

3 Antusias mendengarkan cerita atau menonton cerita

93,8% 6,2%

4 Menanggapi cerita pada saat berlangsung

93,8% 6,2%

5 Mengikuti kegiatan penyuluhan dengan tertib 93,8% 6,2%

6 Mengikuti dan menyimak cerita sampai selesai

93,8% 6,2%

(29)

Dari tabel 5.5 diperoleh bahwa anak-anak lebih merespon dan fokus pada

saat penyuluhan cerita dengan media film dengan indikator yaitu melihat kearah

pemateri atau film (100%), Antusias mendengarkan cerita atau menonton cerita

(93,8%), Menanggapi cerita pada saat berlangsung (93,8), Mimik wajah terlihat

serius memperhatikan cerita (93,8%), Mengikuti kegiatan penyuluhan dengan

tertib (93,8), Mengikuti dan menyimak cerita sampai selesai (93,8%)

Tabel. 5.6

Distribusi Penyuluhan Cerita dengan Media Film Siswa/i TK Negeri Pembina Ketapang

Metode Cerita Boneka Tangan Penyuluhan Cerita dangan

Media Film

Jumlah

F %

Baik 15 93,75

Sedang 1 6,25

Buruk 0 0

Jumlah 16 100

Sumber : Olahan data primer

Pada table 5.6 terlihat sebagian besar yaitu 15 (93,75%) anak lebih

merespon serta fokus dalam memperhatikan penyuluhan dengan media film,

penyuluhan media ini yaitu film animasi yang unik sehingga memungkinkan anak

untuk tertarik menonton, infokus untuk memproyeksikan hasil gambar atau film

lebih besar serta soundsistem dengan suara yang besar dan jernih untuk

memudahkan anak dalam mendengarkan film tersebut,, sehingga anak lebih

fokus dalam menonton film yang ditayangkan.

(30)
[image:30.595.110.498.176.301.2]

25

Tabel 5.7

Perbandingan Penyuluhan Metode Cerita dan Film Siswa/i TK Negeri Pembina Ketapang

Metode Cerita film

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa hasil uji indenpendet t-test

rata-rata perbedaan penyuluhan antara metode cerita dengan media boneka tangan

dan media film di dapatkan penyuluhan dengan metode film P>0,05 yang berarti

terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok metode cerita boneka tangan

dan cerita film. Pada kelompok cerita boneka tangan dengan rata-rata 5,27 dan

pada kelompok metode film dengan rata-rata 5,75.

A. Pembahasan

Data kateristik jenis kelamin dari tabel 5.1 diketahui bahwa kelompok dari

metode cerita dengan media boneka tangan mayoritas adalah perempuan

dengan presentase 53,4% dan laki-laki dengan presentase 46,6%. Sedangkan

kateristik jenis kelamin dari tabel 5.2 diketahui bahwa kelompok dari metode

cerita dengan media film mayoritas adalah perempuan dengan presentase

56,2% dan laki-laki dengan presentase 43,8%. Berdasarkan hasil analisis

univariat bahwa responden yang lebih merespon dalam penyuluhan cerita

dengan media boneka tangan sebesar 80%, sedangkan responden yang lebih

merespon dalam penyuluhan cerita dengan media film 93,75%. N o Penyuluha n N Rata-rata SD (standar devisiasi ) Probabilita s Keteranga n 1 Metode Cerita Boneka Tangan

15 5.27 .961 .098 Sig

2 Metode

(31)

Dari hasil penilaian skor yang telah didapat dengan nilai rata-rata dari

penyuluhan cerita dengan media boneka tangan terhadap respon anak adalah

5,27 sedangkan nilai rata-rata yang didapat dari penyuluhan cerita dengan media

film terhadap respon anak adalah 5,75. Dapat disimpulkan bahwa respon anak

terhadap penyuluhan cerita dengan media film terhadap respon anak menjadi

pusat perhatian anak-anak karena dengan film animasi yang lebih menarik serta

alat pendukung seperti infokus memproyeksikan gambar atau film menjadi besar

dan soundsistem suara yang besar sehingga memberikan efek kepada

anak-anak untuk lebih fokus menonton film yang di tontonkan. Sedangkan metode

cerita dengan media boneka tangan terhadap respon anak kurang menjadi pusat

perhatian karena banyak faktor seperti vocal yang kurang besar sehingga kurang

menarik perhatian anak-anak untuk menonton penyuluhan dan alat peraga yang

kurang mendukung juga menjadi salah satu faktor untuk menarik perhatian anak

dalam penyuluhan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan adanya selisih rata-rata nilai respon

anak prasekolah ketika dilakukan penyuluhan dengan metode cerita dan metode

film. Menunjukkan bahwa adanya perbandingan nilai terhadap kedua jenis

penyuluhan setelah di uji t-Test. Nilai dari respon anak terhadap penyuluhan

cerita dengan media film lebih besar dari pada penyuluhan dengan cerita media

boneka tangan rata-rata yaitu 5.75 sedangkan nilai rata-rata respon anak

terhadap penyuluhan dengan cerita boneka tangan yaitu 5.27. Metode cerita film

terhadap respon anak lebih menarik perhatian anak-anak prasekolah

dikarenakan film yang di tontonkan sangat menarik sehingga media film lebih

(32)

27

pendukung seperti sound sistem sehingga suara dari film lebih jelas didengar

dan infokus untuk memproyeksikan gambar atau film menjadi besar.

Hasil Penelitian didapatkan nilai dan kriteria yang dilakukan penyuluhan

melalui cerita boneka tangan adalah 5,25 dengan kriteria baik. Penggunaan

metode bercerita ini untuk mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian kepada

anak. Kejadian atau peristiwa tersebut disampaikan kepada anak melalui tutur

kata, ungkapan, dan mimik wajah yang unik. Bagi anak TK kegiatan

mendengarkan cerita merupakan hal yang mengasyikkan karena dalam cerita

disampaikan berbagai macam kisah menarik yang berkaitan dengan materi

penyuluhan. Pada saat bercerita apabila tidak disertai dengan media yang

menarik maka perhatian anak terhadap cerita yang dibacakan guru akan

berkurang. Menurut Endaswara (2011) Bercerita yang baik adalah dimana anak

memberikan respon yang baik berupa pertanyaan kepada yang membacakan

cerita dimana tujuan membaca cerita adalah untuk bisa meningkatkan

pemahaman anak terhadap materi pembelajaran disekolah dan membangkitkan

rasa ingin tau anak. Topik yang menarik pada cerita dapat memancing anak

untuk membahasnya. Seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan lebih baik

apabila menggunakan lebih dari satu indra ketika menerima pembelajaran, apa

yang di ingat dari isi pembelajaran adalah 50% dari apa yang didengar dan

dilihat. Semakin banyak menggunakan pengindraan dalam belajar maka akan

semakin baik, panca indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke

otak adalah mata (kurang lebih sampai 87%), sedangkan 13% pengetahuan

manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya (Depkes RI, 2008).

Hasil Penelitian didapatkan nilai dan kriteria yang dilakukan penyuluhan

(33)

dengan media audia visual mempunyai banyak manfaat yang sangat membantu

siswa dalam memahami sebuah materi yang akan disampaikan, para siswa akan

berkonsentrasi dan berimplikasi pada pemahaman mereka sendiri karena alat

pendengaran dan penglihatan digunakan secara bersamaan sehingga siswa

lebih mudah berkonsentrasi.

Penyuluhan melalui media film adalah media yang mempunyai unsur

gambar. Jenis meia ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi

kedua jenis media yaitu auditif (mendengar) dan visual (melihat). Audio visual

terdiri dari video dengan film. Film juga merupakan teknologi untuk

menangkap,merekam, memperoses, menstransmisikan dan menata ulang

gambar bergerak. Media film juga mempunyai keuntungan yang mempermudah

proses pembelajaran tapi juga mempunyai kekurangan yang menghambat dalam

proses pembelajaran. Media film adalah media yang menyajikan suara sekaligus

gambar yang memungkinkan siswa lebih tertarik dalam memperhatikan apa yang

disampaikan oleh materi penyuluhan, materi dengan menampilkan kedua efek

suara dan gambar sehingga informasi yang disampaikan dalam satu kesatuan

audio atau visual saja, melainkan keduanya sehingga dapat ketertarikan akan

lebih besar, akibatnya proses pembelajaran menjadi lebih cepat . Dalam film

tersebut sudah terkandung suatu tujuan dari pemutaranya. Menurut Bakhrudin

(2012) umumnya manusia belajar dari 10% membaca (Media Teks), 20%

Mendengar (Media Audio), 30% melihat (Media Grafis/foto), 50 % melihat dan

mendengar (Media Video/Audio), 80% bebicara dan 90% berbicara dan

(34)

29

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Rata-rata hasil penyuluhan dengan metode cerita dengan boneka tangan

adalah 5,27 (baik).

2. Rata-rata hasil penyuluhan dengan metode cerita melalui film adalah 5,75

(baik).

3. Adanya efektifitas penyuluhan dengan metode cerita boneka tangan dengan

penyuluhan cerita memalui film terhadap respon anak prasekolah.

S. Saran 1. Bagi Penulis

Perlu melalakukan penelitian lebih mendalam tentang penyuluhan dengan

menggunakan metode cerita boneka tangan dan cerita melalui film terhadap

respon anak prasekolah.

26. Bagi Ilmiah

Perlu diinformasikan kepada publik bahwa penyuluhan menggunakan metode

cerita film dapat meningkatkan respon anak terhadap penyuluhan.

27. Bagi Instansi Kesehtan

Diharapkan pada instansi kesehatan seperti puskesmas untuk lebih rutin

(35)

boneka tangan dan media cerita film yang menarik sehingga anak-anak lebih

(36)

31

DAFTAR PUSTAKA

Amanah. 2007: Makna Penyuluhan dan Transformasi Prilaku Manusia.

Bani. 2016: Peran Pendidikan Kesehatan Terhadap Prilaku Hidup Bersih Sehat Siswa Kelas Atas Sd Negeri 1 Kesugihan [Skripsi]. UNY, Yogyakarta.

Bintarawati, K P. 2010: Efektifitas Media Film Sebagai Upaya Peningkatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Kalicacing Kota Salatiga 2010) [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang.

Darojah. 2011: Peningkatan Kemampuan Berbicara Melaporkan Dengan Film Animasi Pada Siswa Kelas VIII SMPN 12 Yogyakarta [Skripsi]. Universitas Negeri Yogyakarta.

Dewi. 2012: Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Terhadap Pemilihan Penolongan Persalinan Oleh Ibu Hamil Di Desa Karangasari [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Depkes. RI. 2008: Pengembangan Penyuluhan Kesehatan Melalui Media Cetak. Pusat Promosi Kesehatan : Jakarta, www. Promokes.go.id.

Hartati. 2005: Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.

Kriswanto. 2012: Konsep proses dan Aplikasi dalam Pendidikan Kesehatan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

Fadillah. 2014: Desain Pembelajaran Paud. Yogyakarta. Arruz Media.

(37)

Pada Siswa Kelas V SDN 09 Pontianak Tenggara Tahun 2012 [KTI]. Poltekkes Pontianak.

Ketut, Pudjawan, Asril. 2015: Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Anak Kelompok B3 2015.

Machfoedz. 2007: Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Cetakan Ke Lima. Yogyakarta; Fitramaya.

Notoatmodjo, S. 2005: Promosi kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta; Renika Cipta.

---. 2006: Promosi kesehatan dan ilmu prilaku. Jakarta; Renika Cipta.

---. 2007: Promosi kesehatan dan ilmu prilaku. Jakarta; Renika Cipta.

---. 2012: Pendidikan dan prilaku kesehatan. Jakarta; Renika Cipta.

Nuradita. 2013: Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang Bahaya Rokok Pada Remaja Di SMP Negeri 3 Kendal.

Rusmania. 2013: Pengaruh Penyuluhan Antara Media Audio Visual Dan Penyuluhan Melalui Metode Ceramah Menggunakan Media Flipchart Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sungai Kakap. [KTI]. Poltekkes Kemenkes Pontianak.

(38)

33

Setiawan. 2013: Perbandingan Efektifitas Penyuluhan Metode Ceramah Dan Membaca Cerita Terhadap Tingkat Pengetahuan Murid Di SDN 28 Pontianak Utara Tahun 2013 [KTI]. Poltekkes Kemenkes Pontianak.

Siswanto. 2012: Pendidikan Kesehatan Unsur Utama Dalam Pendidikan Anak Usia Dini.

Sulianto. 2014: Media Boneka Tangan Dalam Metode Bercerita Untuk Menanamkan Karakter Positif Kepada Siswa Sekolah Dasar.

Sanaky, Hujair. 2009: Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press.

Wahyuni, Purwana. 2013: Efektifitas Pemberian Penyuluhan Terhadap Perubahan Prilaku dalam Mencuci Tangan Pada Murid-murid Taman Kanak-kanak R.Amadiatun Naja Tahun 2013.

Zhuldhyn, (2012). Makalah Audio Visual.

(http://zhuldhyn.wordpress.com/2012/03/15/makalah-audio-visual,

Gambar

Tabel 5.1Distribusi Frefekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel. 5.3Distribusi Presentase Respon Anak Terhadap Penyuluhan Cerita dengan
Tabel. 5.4
Tabel. 5.6
+2

Referensi

Dokumen terkait

(PERSERO) SUCOFINDO Gugur Tidak memasukkan dokumen kualifikasi 15 PT JHONSON SARASI JAYA Gugur Tidak memasukkan dokumen kualifikasi 16 CV. SMARTMEDIA Gugur Tidak memasukkan

KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DALAM PEMASANGAN LISTRIK PRABAYAR PT PLN (PERSERO) WS2JB RAYON SUKARAMI PALEMBANG (Studi Kasus Pelanggan di Wilayah

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pada Tabel 5, diperoleh hasil bahwa hanya leverage operasi dan umur perusahaan yang berpengaruh terhadap tindakan

Critical Path Method (CPM) Melalui program Microsoft Project 2013 pada proyek Rehabilitasi Gedung Man 1 Samarinda yang sebelumnya pada proyek ini tidak ada

Bahan makanan yang ditetesi dengan reagen biuret dan mengocoknya, berubah warna menjadiungu, maka bahan makanan tersebut mengandung protein.bahan makanan yang didenan reagen

Berdasarkan hasil yang diperoleh aktivitas enzim amilase kasar dari isolat bakteri termofil Penen lebih tinggi dibandingkan oleh aktivitas amilase kasar yang didapatkan dari

Sahabat MQ/ Prediksi kuat Lebaran 1430 Hijriyah/ jatuh pada Minggu 20 September besok/ karena ketinggian hilal sudah mencapai 3 hingga 5 derajat di atas ufuk//

tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran