• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas dakwah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aktivitas dakwah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah bi al-qalam, seorang ulama sangat memegang peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan. Untuk itulah seorang mubaligh tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk menyampaikan misi dakwahnya. Salah satu tokoh yang akan penulis angkat adalah Drs. H. Ahmad Yani yang banyak mengkontribusikan hidupnya dalam dakwah melalui tulisan atau

dakwah bi al-qalam.

Tujuan penelitian ini adalah penulis akan menjelaskan aktivitas, metode dan materi apa yang dipakai oleh Drs. H. Ahmad Yani dalam dakwah melalui tulisan, juga efektivitas dakwah melalui tulisan yang dapat dijadikan pelajaran yang bermanfaat.

Maka perumusan penelitiannya adalah bagaimana aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani? Apa saja materi dan metode penyajian da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani? Seberapa besar efektivitas da’wah bi al-qalam menurut Drs. H. Ahmad Yani?

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penulis menggambarkan aktivitas dakwah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani dan efektivitas tulisannya di masyarakat. Metode ini didukung oleh penelitian lapangan (field research), observasi dan wawancara.

Drs. H. Ahmad Yani dalam berdakwah adalah menggunakan aspek publisistik melalui dakwah bi al-qalam, dan metode penggabungan antara dakwah bi al-lisan, bi al-hal, dan bi

al-qalam. Sesuai dengan prinsip dalam berdakwah beliau yaitu “Menulis Apa Yang

(2)

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan taufiq, rahmat, dan rezeki yang berlimpah, dan hidayah-Nya kepada manusia. Shalawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Rasulullah SAW yang selalu memberikan cahaya kepada seluruh umatnya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Aktivitas Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani”.

Karena ini adalah tugas akhir bagi penulis sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana strata 1 dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka selama penulis melakukan penelitian, tidak mudah bagi penulis dalam melakukan penelitian ini. Disamping itu penulis juga mengalami berbagai macam hambatan baik itu kecil maupun besar. Tetapi tidak hanya itu, dukungan moril dan support dari manusia serta para kerabat menjadikan penulis bersemangat menyelesaikan tugas akhir ini, walaupun ini masih jauh kepada kesempurnaan.

Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis. Karena dengan bimbingan, arahan, serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, terutama kepada:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 3. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarofah, M.A, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan

(3)

5. Ayah dan Mama tersayang, serta kakak saya Marwaziah, S.T dan adik saya Qothrunnada. Tanpa cinta dan do’a dari kalian penulis tidak akan memiliki semangat

yang besar untuk menyelesaikan laporan skripsi ini.

6. Ust. Drs. H. Ahmad Yani, selaku narasumber beserta keluarga yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.

7. Sahabat seperjuangan saya, Irvan Fachmi Akbar, Abi Sakti, Achmad Ghauzie An-Nuur, Abdul Mujib, Muhammad Badrussalam, serta Sofyan Hadi Rahman yang selalu memberikan dukungan tenaga dan moril.

8. Kekasih hati penulis, Safinatun Najah yang telah banyak membantu dalam memberikan semangat dan motivasi untuk penulis.

9. Teman-teman KPI D angkatan 2007 yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, semoga saling memotivasi jika bertemu.

Penulis sadar, masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, dan penulis terbuka terhadar saran dan kritik yang membangun. Akhir kata penulis mempersembahkan dengan segala kelebihan dan kekurangannya, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

DAFTAR ISI

(4)

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dann Kegunaan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Metodologi Penelitian ... 5

F. Tinjauan Pustaka ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Aktivitas ... 10

B. Dakwah ... 10

C. Dakwah Bi Al-Qalam ... 13

D. Da’i dan Mad’u ... 16

E. Tujuan Dakwah ... 21

F. Materi Dakwah ... 23

G. Metode Dakwah dan Media Dakwah ... 24

BAB III. SEKILAS TENTANG PROFIL DRS. H. AHMAD YANI DAN LPPD

(LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN DAKWAH)

(5)

2. Pendidikan Drs. H. Ahmad Yani ... 31

3. Karya-Karya Drs. H. Ahmad Yani ... 33

4. Perjalanan Dakwah Drs. H. Ahmad Yani ... 36

B. Profil LPPD Khairu Ummah ... 37

BAB IV. AKTIVITAS DAKWAH BI AL-QALAM DRS. H. AHMAD YANI A. Dakwah Bi Al-Qalam Menurut Drs. H. Ahmad Yani ... 45

B. Materi dan Metode Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani ... 49

C. Efektivitas Dakwah Bi Al-Qalam Menurut Drs. H. Ahmad Yani ... 57

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah adalah sebuah aktivitas penyampaian ajaran Islam yang sangat dibutuhkan manusia. Karena dakwah merupakan proses mengajak manusia dengan bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan Yang Maha Esa. Untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. 1

Berdakwah, artinya memberikan jawaban Islam terhadap berbagai masalah kehidupan.2 Dakwah, dengan demikian harus bersifat aktual, faktual, dan kontekstual. Benar bahwa tugas seorang juru dakwah itu hanyalah menyampaikan. Tetapi kita tidak boleh lupa, bahwa tehnik menyajikan sesuatu, akan sangat mewarnai barang yang kita sajikan.

Dalam pelaksanaan aktivitas dakwah, seorang ulama sangat memegang peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan. Untuk itulah seorang mubaligh tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam pengetahuan, tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kepandaian dalam peranan dakwah untuk menyampaikan misi dakwahnya, seperti dakwah melalui tulisan atau dakwah bi al-qalam. Dakwah bi al-qalam adalah dakwah melalui media cetak, mengingat kemajuan teknologi informasi yang

1

Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Pedoman Jaya, 2004), Cet. Ke-1. hal: 3.

2

(7)

memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat tulisan mutlak dimanfaatkan oleh kemajuan informasi.3

Dalam aktivitas dakwah, para ulama mempunyai peranan penting dan menentukan suatu keberhasilan seorang da’i untuk menyampaikan kebenaran dalam agama Islam, dan harus memiliki kepandaian dan kemampuan untuk menyampaikan pada mad’u dan diterima dengan baik. Kegagalan pelaksanaan

dakwah yang sering terjadi disebabkan ketidakpahaman dan kurang telitinya seorang da’i dalam strategi berdakwah.

Adapun sosok da’i yang penulis jadikan objek penelitian adalah Drs. H. Ahmad Yani. Beliau merupakan ketua pengurus pusat Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah (LPPD) Khairu Ummah yang seringkali melalui dakwahnya lewat mimbar masih tetap bertahan sampai sekarang.. Selain melalui masjid dan mushalla, Drs. H. Ahmad Yani melakukan dakwahnya melalui media cetak, seperti koran atau majalah, beliau juga seorang penulis aktif di bidang dakwah, salah satu karyanya adalah buku yang berjudul “Materi Khotbah Jumat Setahun”.

Dalam sistem penyampaian dakwahnya yang baik, beliau menulis banyak buku tentang dakwah dan pengetahuan Islam yang berhasil mencetak kader-kader mubaligh di berbagai kalangan. Disinilah ketertarikan penulis pada sosok Drs. H.

(8)

Ahmad Yani yang memiliki cita-cita luhur untuk memajukan Islam dan usahanya untuk membina para mad’unya agar tetap di jalan yang dirihai oleh Allah SWT.

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam tentang peranan dakwah melalui tulisan atau aktivitasnya Drs. H. Ahmad Yani dalam menyampaikan dakwah Islam dalam sebuah skripsi yang penulis beri judul “Aktivitas Da’wah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Supaya penelitian ini terarah, penulis merasa perlu membuat batasan masalah, bahwa yang akan dibahas adalah bagaimana aktivitas dakwah bi

al-qalam Drs. H. Ahmad Yani. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani?

2. Apa saja materi dan metode penyajian da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani?

3. Seberapa besar efektivitas da’wah bi al-qalam menurut Drs. H. Ahmad Yani?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

(9)

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menemukan jawaban dari pertanyaan di atas, kemudian berangkat dari dasar pemikiran serta perumusan masalah di atas, penelitian ini diharapkan memberi konstruksi aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani.

1. Untuk mengetahui aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani.

2. Untuk menjelaskan materi dan metode da’wah bi al-qalam yang digunakan Drs. H. Ahmad Yani.

3. Untuk menjelaskan seberapa efektifkah dakwah melalui tulisan menurut Drs. H. Ahmad Yani.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

(10)

2. Manfaat Praktis

Peneliti berharap dapat menambah wawasan sebagai pengetahuan terhadap aktivitas dakwah dalam aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani dalam membawa umat khususnya kaum muslimin dapat mengambil hikmah menurut ajaran Islam.

E. Metodologi Penelitian

1.Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan adalah deskriptif, yaitu menggambarkan kenyataan sebagaimana adanya. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, yaitu sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang yang diamati.4

2.Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah deskriptif analitik. Deskriptif adalah gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok tertentu, atau gambaran tentang suatu gejala, hubungan antara dua gejala atau lebih. Sedangkan analitik berarti uraian, hanya memaparkan situasi

(11)

atau peristiwa.5 Dalam penyelesaian skripsi, data diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, telaah kepustakaan:

a. Observasi

Yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan. Penulis mengamati dan mencatat dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. 6 Dengan metode ini penulis mengadakan pengamatan langsung tulisan-tulisan Drs. H. Ahmad Yani.

b. Wawancara

Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab, dengan menggunakan alat panduan wawancara. Wawancara adalah teknik dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu yang sesuai dengan data.7 Data yang diperoleh dengan teknik ini adalah dengan cara wawancara dan tanya jawab dengan bertatap muka langsung dengan Drs. H. Ahmad Yani.

5

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2002) cet. ke-1, hal. 24.

6

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LKiS, Yogyakarta, 2007, cet Ke-1, hal.111.

(12)

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengambil data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Pengumpulan data ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang berupa catatan formal, dan dengan mengumpulkan serta menelaah beberapa literatur baik berupa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

d. Telaah Kepustakaan

Dalam penelitian terhadap aktivitas da’wah bi al-qalam Drs. H. Ahmad Yani, digunakan telaah pustaka (Library Research), penulis mencari dan membaca sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas untuk dijadikan landasan teoritis dalam penulisan skripsi ini, termasuk buku-buku hasil karya beliau.

F. Tinjauan Pustaka

(13)

al-qalam (melalui tulisan). Oleh karena itu, apa yang penulis lakukan ini pada dasarnya tidak adanya tulisan yang penulis jadikan suatu perbandingan terhadap skripsi ini, sehingga skripsi yang saya angkat benar-benar hasil karya penulis.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Merupakan bab pendahuluan yang berisiskan tentang permasalahan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan rumusan masalah. Penelitian yang meliputi persyaratan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bingkai konsep dan metodologi penelitian meliputi konsep, metodologi penelitian, dan tinjauan pustaka. Serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis

Merupakan landasan teoritis tentang dakwah yang didalamnya meliputi Pengertian Aktivitas, Pengertian Dakwah dan Dakwah Bi Al-Qalam, Da’i dan Mad’u, Tujuan Dakwah, Materi Dakwah, Metode dan Media Dakwah.

(14)

Sekilas Tentang Profil Drs. H. Ahmad Yani yang mencakup: Riwayat Hidup Drs. H. Ahmad Yani, Pendidikan dan Karya-Karya Drs. H. Ahmad Yani, Perjalanan Dakwah Drs. H. Ahmad Yani, serta Sekilas Tentang Profil LPPD (Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah) Khairu Ummah.

BAB IV : Aktivitas Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani

Membahas tentang Dakwah Bi Al-Qalam Menurut Drs. H. Ahmad Yani, Materi dan Metode Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani; Efektivitas Dakwah Bi Al-Qalam Menurut Drs. H. Ahmad Yani.

BAB V : Penutup

(15)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pengertian Aktivitas

Aktivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah keaktifan, kegiatan, atau kesibukan atau bisa juga salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian.8

Dalam kegiatan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan, ataupun kesibukan yang dilakukan manusia, namun berarti atau tidaknya kegiatan tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena aktivitas sebenarnya bukan sekedar kegiatan, tetapi aktivitas dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.

Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi pintar dan pandai. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus belajar dengan cara bersekolah, mengunjungi majelis-majelis ta’lim atau tempat-tempat ilmu atau bisa juga dengan cara membaca buku, berdiskusi, dan kegiatan lainnya.

B. Dakwah

Kata dakwah berasal dari bahasa arab yang mempunyai arti sebagai berikut:

(16)

1. Menurut Kamus Al-Munawwir, dakwah berasal dari kata fiil madhi yang mempunyai arti (menyeru, memanggil).9

2. Menurut Kamus Al-Munir diambil dari kata (memanggil ia, menyeru ia akan dia).10

Sedangkan, dakwah secara etimologi (bahasa, lughah) berasal dari kata Arab da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’aa (madli), yad’u (mudlari’), berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat

dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan.11 Dalam Al-Quran kata dakwah biasa berarti menyeru kepada kebaikan maupun keburukan:

























Artinya:

“Hai kaumku, Bagaimanakah kamu, aku menyeru kamu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeru aku ke neraka?” (QS. Al-Mu’min:41)

Maka secara etimologis memiliki makna yang luas dan netral, karena itu bisa berarti menyeru atau mengajak orang menuju kebaikan juga kejahatan. Akan tetapi dakwah sebagai konsepsi Islam, sepenuhnya mengandung arti menyeru atau mengajak kepada kebaikan, sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai ajaran Islam. Jadi

9 KH. Ali Ma’sum dan KH. Zaenal Abidin Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Yogyakarta: Daarul Kutub, 1998) h. 406.

10 Ahmad Warsan Munawwar, Al-Munir; Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1993) h. 127.

(17)

seruan atau ajakan kepada kejahatan tidak termasuk dalam konsep dakwah Islam.12

Menurut Toto Tasmara, perkataan dakwah secara etimologis berasal dari bahasa arab yang berarti: seruan-ajakan-panggilan. Seruan atau ajakan tersebut

dikenal dengan panggilan daí (orang yang menyeru). tetapi meningat bahwa proses memanggil atau menyeru tersebut juga merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu, maka dikenal pula istilah mubaligh yaitu orang yang berfungsi sebagai komunikator untuk menyampaikan pesan atau message kapada pihak komunikan. dengan demikian, secara etimologis

(lughah) pengertian dakwah dan tabligh itu merupakan proses penyampaian

tabligh atau pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan-ajakan/ seruan dengan

tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.13

Sedang menurut Drs. Abdullah Rosyad Shaleh, pengertian dakwah bila dilihat dari segi dakwah berarti: panggilan, seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut masdar, sedang bentuk kata kerja atau fiílnya adalah daá, yadú artinya memanggil, menyeru, mengajak.

Muhammad Natsir, dalam tulisannya yang berjudul Fungsi Dakwah Islam; Dalam Rangka Perjuangan mendefinisikan: “Usaha-usaha menyerukan dan

menyampaikan kepada perorangan dan seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf

(18)

nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam prikehidupan bernegara”.14

Dalam bukunya Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, H. S.M. Nasaruddin Latif mendefinisikan dakwah sebagai setiap usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan lainnya, yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menta’ati Allah SWT, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari’at serta akhlak Islamiyah.15

C. Dakwah Bi Al-Qalam

Dari pengertian tentang definisi dakwah di atas dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan baik secara lisan maupun tulisan, menyeru kepada kebaikan dan melarang kemunkaran sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits, agar manusia mendapatkan kebahagiaan baik di dunia dan akhirat.

Sedangkan pengertian Al-Qalam secara etimologis, berasal dari bahasa Arab berakar kata dengan huruf qaf, lam, dan mim yang berarti memperbaiki sesuatu sehingga menjadi nyata dan seimbang.16 Banyak pendapat para pakar tafsir mendefinisikan pengertian Al-Qalam, diantaranya:

14

Abdul Rasyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997) h. 7.

15 H.S.M. Nasaruddin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah, (Jakarta:Firmadara) h.11

(19)

Pertama, Jalaluddin Abdurahman Assuyuthi mendefinisikan bahwa

Äl-Qalam adalah alat yang digunakan Allah SWT untuk menulis takdir yang baik

maupun yang buruk, yang bermanfaat atau yang berbahaya. Kedua, M. Quraish Shihab menyatakan bahwa Al-Qalam adalah segala macam alat untuk tulis menulis sampai kepada mesin tulis dan cetak yang canggih. Ketiga, Al-Qurtubi mengartikan bahwa Al-Qalam adalah suatu penjelasan sebagaimana lidah dan

qalam yang dipakai menulis (Allah) baik yang ada di langit maupun di bumi.17

Jika tadi dilihat dari definisi terpisah antara “dakwah” dan “al-qalam” maka sekarang akan dilihat definisi dakwah bi al-qalam dengan menggabungkan kedua kata tersebut.

Mengutip Fakhrurrazi, Hamka mengatakan bahwa para malaikat melahirkan sebuah dakwah bi al-qalam. Hal ini digambarkan dalam Al-Qur’an surat Al-Infithar mulai ayat 10, 11, dan 12. di ayat itu, disebutkan tentang malaikat-malaikat mulia yang ditugaskan Allah untuk menuliskan amalan manusia dan memeliharanya. Malaikat itu mengetahui apa yang dikerjakan oleh manusia di dunia ini. Di dalam surat Al-Jatsiyah ayat 29 Allah berfirman, ”Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan sebenarnya.

Sesungguhnya Kami menyuruh (kalian) apa-apa yang telah kalian kerjakan.”18

17 Suf Kasman, Jurnalisme Universal; Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Quran, (Jakarta: Teraju 2004) h.116.

18

(20)

Menurut Suf Kasman, ayat di ataslah yang kemudian membuat nabi Sulaiman mempelopori “dakwah bi al-qalam” sebagaimana ditulis al-Maraghi

dalam tafsirnya bahwa surat Sulaiman merupakan surat bercorak dakah yang pertama kali dimulai dengan kalimat, “Bismillahirrahmanirrahim.”19

Sedangkan menurut Ali Yafie, dakwah bi al-qalam pada dasarnya adalah, Menyampaikan informasi tentang Allah, tentang alam, makhluk-makhluk dan tentang hari akhir/ nilai keabadian hidup. Dakwah model ini merupakan dakwah tertulis lewat media cetak.20

Senada dengan mantan ketua umum Majelis Ulama Indonesia itu, Jalaluddin Rakhmat, pakar komunikasi dari Universitas Padjadjaran dalam bukunya Islam Aktual mengatakan bahwa, Dakwah bi al-qalam adalah dakwah melalui media cetak, mengingat kemajuan teknologi informasi yang memungkinkan seseorang berkomunikasi secara intens dan menyebabkan pesan dakwah bisa menyebar seluas-luasnya, maka dakwah lewat ulisan mutlak dimanfaatkan oleh kemajuan informasi.21

Dari beberapa definisi di atas, ada kesimpulan yang bisa kita petik yaitu,

dakwah bi al-qalam adalah ajakan kepada manusia lewat perantaran pena untuk

membawa manusia kepada jalan Allah.

19 Suf Kasman, Jurnalisme Universal; Menelusuri Prinsip-Prinsip Da’wah Bi Al-Qalam dalam Al-Quran, (Jakarta: Teraju 2004) h.121.

20 Ali Yafie, Dakwah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Al-Qalam, 2004) h.36.

(21)

Jadi, dakwah bi al-qalam bisa dilakukan oleh kita semua. Kita bisa berdakwah lewat menulis di media cetak, buku, majalah, koran, selebaran, pamflet bahkan sms yang isinya dakwah. Yang paling penting dalam dakwah lewat tulisan ini adalah materi (content) yang akan kita sampaikan sesuai dengan kaidah Islam, namun juga tetap mengandung unsur seni tulisan yang indah dibaca dan menarik.

D. Da’i dan Mad’u

1. Da’i

Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah bi

al-qalam. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i menjadi salah satu

faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah. Da’i pada dasarnya adalah

penyeru ke jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang yang mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia.22

Seorang da’i bi al-qalam wajib mengetahui bahwa dirinya adalah seorang da’i. Artinya, sebelum menjadi da’i dia perlu mengetahui apa tugas-tugas da’i,

modal, syarat-syaratnya, bekalnya, senjatanya, serta bagaimana akhlak yang harus dimiliki oleh seorang da’i.

Dalam Al-Quran dan Sunnah, terdapat penjelasan tentang amar ma’ruf

nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera

(22)

dakwah Islam. Merekalah yang mampu mengajar agama, baik melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat memahaminya. Ini menunjukkan bahwa siapa saja yang menyatakan pengikut Nabi Muhammad SAW hendaknya menjadi seorang da’i, dijalankan sesuai hujjah

yang nyata dan kokoh.23

Da’i bi al-qalam juga harus bisa memberikan solusi, terhadap problema

yang dihadapi manusia. Juga metode-metode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan prilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng. Berkaitan dengan hal-hal ilmu dan keterampilan khusus, memang kewajiban berdakwah terpikul dipundak orang-orang tertentu. Seperti dalam surat An-Nahl ayat 43:

































Artinya:

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami

beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai

pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)

(23)

Menurut M. Masyhur Amin, da’i harus memiliki kredibilitas dalam

berdakwah dan mempunyai ilmu pengetahuan yang mendalam, maka bagi seorang da’i harus memperhatikan syarat-syarat tertentu:

a. Syarat yang bersifat akidah. Mereka harus beriman terlebih dahulu dengan iman yang mantap sebelum mereka mengajak orang lain untuk ikut beriman. Dalam surat Al-Baqarah ayat 285:



















































Artinya”

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari

Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."(QS. Al-Baqarah: 285)

(24)

sebelum mengajak orang lain beriman kepada wahyu dan agama yang dibawanya.

b. Syarat yang bersifat akhlakul karimah. Para da’i dituntut untuk membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran yang bersifat amoral, seperti

hasud, takabbur, dan sebagainya. Serta harus mengisi hatinya dengan

sifat-sifat sabar, syukur, dan lain-lain.

c. Syarat yang bersifat ilmiah. Para da’i harus mempunyai kemampuan ilmiah yang luas lagi mendalam, terutama yang menyangkut materi dakwah yang hendak disampaikan kepada khalayak.

d. Syarat yang bersifat jasmani. Selayaknya para da’i itu mempunyai kondisi fisik yang baik dan sehat.

e. Syarat yang bersifat kelancaran berbicara. Sebagai da’i yang lebih layak mempergunakan bahasa kata-kata untuk menyampaikan pesannya tentang kebenaran Islam dan ajaran-ajarannya. Selayaknya apabila para da’i itu mempunyai kemampuan berbicara yang lancar lagi fasih seirama dengan aturan-aturan logika yang cepat diterima akal dan mampu menembus dan menyentuh perasaan para pendengarnya.

(25)

mujahid yang baik, melalui perjuangan dan pengorbanannya sebagai bakti dan ujian atas kadar keimanannya.24

2. Mad’u

Mad’u adalah objek dakwah, yaitu manusia, mulai dari individu, keluarga,

kelompok, golongan, kaum, massa. Setiap orang yang normal biasanya mempunyai cita-cita mencapai kebahagiaan hidup, dengan demikian pesan dakwah mesti mengarah kepada persoalan hidup manusia seluruhnya.25

Objek dakwah bi al-qalam pada intinya adalah manusia, baik individu maupun kelompok (masyarakat). Pemahaman mengenai masyarakat sangatlah beragam, sangat tergantung dari cara memandangnya, sebab dari sudut sosiologi masyarakat mempunyai struktur yang selalu mengalami perubahan sebagai akibat interaksi yang terjadi di dalamnya ataupun antar kelompok lainnya. Sebagai objek dakwah seharusnya da’i dapat memahami terlebih dahulu permasalahan yang ada

di masyarakat.26

Dalam hal ini dapat dikemukakan tiga tingkatan manusia yang mesti disikapi guna kelancaran pencapaian dakwah bi al-qalam, antara lain:

a. Golongan Cendikiawan. Biasanya golongan ini mendapat julukan kaum terpelajar (intelektual) yang mempunyai data kritis yang tinggi dan

24 M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral. (Yogyakarta: Al-Amin Press 1997) h.70-71.

(26)

memiliki ilmu pengetahuan untuk membantingkan dari pengalaman yang banyak ditempatnya terutama dari aspek penglihatannya yang peka.

b. Golongan Awam. Golongan ini biasanya berfikir lemah, jelas pemahaman yang diberikan golongan ini lebih dikhususkan pada pemahaman yang mudah, yakni dengan membawanya kepada rasa berfikir.

c. Golongan Menengah. Dalam menghadapi golongan ini jangan terlalu menonjolkan ilmu dan rasio, tetapi jangan pula seperti golongan awam, namun dititikberatkan kepada bertukat pikiran secara mudah, diskusi dalam meningkatkan pengertian dan keyakinan dalam lehidupan masyarakat.27

Memahami berbagai tingkatan manusia sebagai objek dakwah bi al-qalam, memberikan gambaran yang spesifik bagi setiap da’i untuk mengantisipasi

pelaksanaan dakwahnya dan berusaha untuk menerapkan cara dan metode yang tepat, begitu pula dalam menghadapi kaum intelektual yang berfikir kritis dan praktis.

3. Tujuan Dakwah

Pada dasarnya dakwah dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan (sa’adah) bagi umat manusia baik dalam kehidupan mereka di dunia maupun di akhirat kelak.28 Sebab tanpa tujuan maka segala bentuk pengorbanan

(27)

dalam rangka kegiatan dakwah bi al-qalam itu menjadi sia-sia belaka. Karena itu, tujuan dakwah bi al-qalam harus jelas dan konkrit, agar usaha dakwah itu dapat diukur berhasil atau gagal. Kalau ditilik dari segi objek dakwah, maka tujuan

dakwah bi al-qalam itu dapat dibagi menjadi empat macam:

a. Tujuan perorangan, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang mempunyai iman yang kuat. Berprilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyariatkan Allah SWT dan berakhlak karimah. Diharapkan agar pribadi-pribadi umat manusia itu menjadi muslim secara tuntas.

b. Tujuan untuk keluarga, yatu terbentuknya keluarga bahagia penuh ketentraman dan cinta kasih antara anggota keluarga.

c. Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat sejahtera yang penuh dengan suasana keislaman. Suatu masyarakat di mana anggota-anggota mematuhi peraturan-peraturan yang disyariatkan oleh Allah SWT, baik yang berkaitan antara hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia sesama manusia, maupun manusia dengan alam sekitarnya, saling bantu-membantu, penuh rasa persaudaraan, persamaan, dan senasib sepenanggungan.

(28)

menghormati. Dengan demikian alam semesta ini seluruhnya dapat menikmati Islam sebagai rahmat bagi mereka.29

Tujuan ini, dengan demikian, tidak dapat dicapai tanpa memperkuat aqidah seseorang itu sendiri. Untuk itu, sasaran utama dakwah, menurut Sayyid Quthub, berpusat pada dua hal pokok. Pertama, memperkenalkan kepada manusia Tuhan mereka yang sebenar-benarnya yaitu Allah SWT dan membimbing mereka agar menyembah hanya kepada-Nya. Kedua, dakwah menghendaki agar manusia menjadi Islam, yaitu sikap berserah diri serta tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan melepaskan diri dari penuhanan terhadap sesama manusia dan hanya menuhankan Allah semata.30

4. Materi Dakwah

Dakwah yang berarti mengajak dan menyeru manusia agar mengamalkan ajaran Islam, tentu berisi pesan-pesan ajaran Islam yang harus disampaikannya. Materi dakwah bi al-qalam bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits, penjabarannya terbagi ke dalam tiga kelompok bahasan yaitu: aqidah, syariah, dan akhlaq. Semua unsur itulah yang menjadi materi pokok bahasan dakwah.31

29

Hasanuddin, Hukum Dakwah;Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. Ke-1, h. 15.

30 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub; Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah (Jakarta: Penamadani, 2006) Cet.1 h. 141.

(29)

Sebagai materi pokok Al-Quran dan Al-Hadits, hendaknya seorang da’i mampu menyampaikannya kepada orang lain sesuai dengan bahasa yang dipahaminya. Di dalamnya terkandung petunjuk, pedoman, hukum, sejarah, permasalahan, keyakinan, peribadatan, pergaulan, dan akhlak serta ilmu pengetahuan.

Secara umum pokok kandungan Al-Quran meliputi berbagai aspek yang menuntun manusia untuk dapat memahami, meyakini, dan sekaligus mengamalkannya di dalam kehidupan sehari-hari, antara lain yaitu: aqidah, ibadah, mu’amalah, akhlaq, sejarah, dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi

serta uraian mengenai anjuran, janji, dan ancaman.

Secara garis besar, meteri dakwah adalah seluruh ajaran Islam secara

kaffah yang tidak dapat dipisahkan atau dipecah-pecah, sebagaimana yang

dijabarkan dalam Al-Quran dan Al-Hadits serta dikembangkan secara luas lagi sesuai kultur Islam yang murni serta bersumber dari keduanya. Sekalipun demikian, harus disadari bahwa dalam penyampaian materi dakwah juga memerlukan prioritas-prioritas lainnya, seperti situasi dan kondisi masyarakat.

5. Metode dan Media Dakwah

A. Metode Dakwah

Ushlub (metode) menurut tinjauan bahasa berarti jalan dan seni.

(30)

penyampaian dakwah (ilmu tentang dakwah melalui tulisan), sekaligus menghilangkan rintangan-rintangan dari jalan dakwah tersebut.32

Berbicara mengenai pemahaman tentang metode dari sejumlah cara memberikan gambaran untuk mengambil metode secara tepat yang mengarah kepada sasaran dakwah itu sendiri.

Abdurrahman A-Roisi, mengemukakan beberapa metode yang bisa diterapkan dalam berdakwah, antara lain:

a. Dakwah bil Hikmah. Yang mana mempunyai pengertian perkataan yang

benar, lurus dan disertai dengan penggunaan dalil-dalil yang menyatakan akan kebenaran dan menghilangkan keraguan.

b. Dakwah bil Mau’idzatil Hasanah. Tutur kata yang baik penuh kelembutan yang dapat menyentuh hati, selaras dengan ajaran-ajaran Al-Quran dan tidak membebani manusia, kecuali dengan kemampuan sendiri.

c. Dakwah bil Mujadalah. Bertukat pikiran dengan cara yang terbaik dalam

upaya menguak tentang kebenaran yang dapat diambil nilai kebenarannya secara utuh, terutama hal ini yang berhubungan dengan nilai Islam, juga dapat diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.33

32 Said bin Ali Al-Qathtani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press, 1994) h. 101.

(31)

Beberapa pemahaman mengenai ragam metode, ternyata semuanya merujuk kepada landasan pokok, yakni Al-Quran dan Al-Hadits sehingga apapun bentuk yang digunakan atau yang dipakai tidak satu pun yang keluar dari pokoknya yang utama tersebut, dipahami pula bahwasanya penerapan metode akan lebih mengena pada objek sasarannya.

B. Media Dakwah

Salah satu unsur dakwah yang dapat memberikan sumbangsihnya terhadap suksesnya dakwah adalah penggunaan media yang tepat. Mengenai pembahasan tentang media ini dapat di bagi ke dalam tiga fase atau golongan, yaitu:

a. Media Tradisional. Bahwa masing-masing dipahami tentang masyarakat tradisional yang pada kenyatannya selalu menggunakan media yang disesuaikan dengan kebudayaannya, sesuai dengan komunikasi yang terjadi di dalamnya.

(32)

c. Perpaduan antara media tradisional dengan media modern menghasilkan satu tujuan, agar bagaimana penyampaian dakwah tepat pada sasaran yang dikehendakinya.34

Melihat kenyataan yang berkembang di masa modern, tentu efektivitas media lebih diperlukan sesuai dengan dan tepat untuk dipakai, di mana kemajuan ilmu, teknologi yang dapat manusia pergunakan ternyata memberikan nilai tambah yang lebih berarti dan bermakna.

Adapun yang dimaksud dengan media dakwah ialah alat objektif yang menjadi saluran, yaitu menghubungkan ide dengan umat, satu elemen yang vital dan merupakan urat nadi di dalam totalitas dakwah.35

Baik media elektronik maupun media cetak keduanya mempunyai peran dalam upaya menyampaikan pesan dalam upaya menyampaikan pesan dakwah di tengah-tengah masyarakat. Pembagian media yang merupakan sarana di dalam penyampaian dakwah dapat dilihat sebagai berikut:

a. Media Auditif. Yaitu alat-alat yang di operasionalkan sebagai sarana penunjang dakwah yang dapat di dengar oleh indera pendengaran, seperti halnya: Radio, Tape Recorder, Telepon, dan Telegram.

34 Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah;Pengantar ke Arah Metodologi, (Bandung: Yayasan Syahida, 1994) h. 89.

(33)

b. Media Visual. Yaitu alat ataupun sarana yang dapat digunakan untuk kepentingan dakwah yang dapat di tangkap oleh inder penglihatan. Perangkat visual tentunya untuk kepentingan dakwah, seperti: Buku, Internet, Slide Show, Projector, dan sebagainya.

c. Media Audio Visual. Media ini dapat di lihat dan di dengar bentuknya antara lain: Movie Film, Televisi, Radio, dan Video serta yang lainnya.36

Dengan demikian media yang sebagai salah satu unsur dakwah adalah sesuatu yang dapat membantu terlaksananya dakwah bi al-qalam di dalam mencapai tujuannya, karena media merupakan sarana yang dapat menghantarkan manusia kepada sesuatu dan dapat membantu da’i dalam menyampaikan dakwah

bi al-qalamnya.

(34)

BAB III

SEKILAS TENTANG PROFIL DRS. H. AHMAD YANI DAN

LPPD (LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN DAKWAH) KHAIRU UMMAH

A. Profil Drs. H. Ahmad Yani

1. Riwayat Hidup Drs. H. Ahmad Yani

Drs. H. Ahmad Yani lahir pada 5 Oktober 1964 di Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Beliau dilahirkan dari lingkungan keluarga yang berlatarbelakang agamis, karena orang tua beliau juga merupakan salah satu tokoh agama di daerah tersebut. Beliau adalah putra betawi asli yang sudah pasti digembleng untuk taat beragama sejak kecil oleh orang tuanya, sejak kecil beliau sudah diajarkan membaca Al-Quran dengan baik dan benar, sudah diajarkan ilmu-ilmu agama dan umum secara lembaga seperti madrasah/ pesantren maupun privat seperti ngaji

sorogan. Itu semua menurut beliau bentuk kegigihan orang tuanya yang

menginginkan anaknya menjadi seseorang yang dibanggakan oleh keluarga dan lingkungannya.37 Beliau adalah anak ke-tiga dari enam bersaudara pasangan Hj. Syarifah dan H. Nafsih, dibesarkan dengan kasih dan sayang orang tuanya, juga diajarkan untuk hidup mandiri sejak kecil sehingga ketika besar menjadi orang yang mempunyai sosok pemimpin yang teduh, bijaksana, dan disegani.

37

(35)

Drs. H. Ahmad Yani masa remaja sudah dipercaya oleh orang tuanya untuk mengajar teman-temannya mengaji, karena diketahui di Madrasah Tsanawiyah atau biasa disingkat MTs, setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah memegang kegiatan Rohani Islam (Rohis), sampai beliau masuk ke Madrasah Aliyah (MA) pun beliau dipercaya kembali mengurusi organisasi ekstra kulikuler tersebut. Hingga beliau masuk di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta, Fakultas Ushuluddin. Sejak beliau menjadi mahasiswa sampai lulus Strata Satu (S1), beliau sudah mempunyai banyak aktivitas mengajar, dan ceramah-ceramah agama. Sampai pada saat kesempatan yang tidak diduga-duga, ketika beliau sedang ceramah di salah satu Majelis Ta’lim di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ada yang mengagumi sosok beliau, yaitu seorang wanita cantik yang bernama Maimunah yang pada akhirnya mereka menikah pada tahun 1989. Sejak menikah, beliau tinggal di jl. Islamiyah, Cidodol, Kebayoran Lama yang letaknya tak jauh dari kediaman orang tua istrinya. Drs. H. Ahmad Yani menjadi pasangan dengan Dra. Hj. Maimunah, sekarang beliau dikaruniai enam orang anak yaitu: Hadi Fawwaz, Nida Khairiyah, As’ad

Najmuddin, Ahmad Yasin, Muhammad Alwan, dan Lina Hanifah. Menjadi keluarga yang harmonis ketika semuanya berkumpul di rumah.

(36)

memasukkan anak-anaknya ke sekolah Negeri seperti SMP, SMA, SMK dan sebagainya, akan tetapi beliau memasukkan anak-anaknya karena cinta dengan Madrasah yaitu lembaga pendidikan Islam seperti Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah. Beliau merasa ada sedikit ringan mengurus anak dalam bidang agama Islam karena sebagian besar yang diajarkan dalam Madrasah adalah ilmu-ilmu agama, berbeda dengan lembaga pendidikan Negeri. Selepas manyekolahkan anak-anaknya di Mts beliau tidak memasukkan anaknya ke Madrasan Aliyah, tetapi beliau memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan tradisional atau yang biasa dikenal dengan Pesantren.38 Beliau menginginkan seluruh anak-anaknya pandai dalam masalah-masalah agama Islam, hingga dapat meneruskan jejak langkah ayahnya.

Drs. H. Ahmad Yani saat ini sedang mengurus lembaga yang dikenal dengan nama Khairu Ummah, dalam lembaga tersebut beliau mencetak banyak da’i-da’i muda berbakat yang siap untuk terjun ke dunia dakwah. Lembaga yang

beralamat di jl. Sumbawa daerah Menteng Jakarta Pusat tersebut beliau pimpin sejak lama dengan banyak program yang orientasinya pada Dakwah Islamiyah, diantaranya mencetak kader da’i dan da’iyah, manajemen masjid dan mushalla, praktek khatib jum’at, dan lain-lain. Beliau kini juga aktif menjadi pembicara di

banyak seminar baik di perkantoran, kampus, ataupun majelis-majelis umum di dalam dan luar kota.

38

(37)

2. Pendidikan Drs. H. Ahmad Yani

Melihat latarbelakang dan pendidikan Drs. H. Ahmad Yani, beliau memulai pendidikannya di Sekolah Dasar (SD) dan Pengajian Awaliyah Madrasah Diniyah selama enam tahun. Setelah itu beliau melanjutkan jenjang pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah 2 Pondok Pinang selama tiga tahun dan Madrasah Aliyah Negeri 3 Pondok Pinang. Sampai beliau duduk di perguruan tinggi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ushuluddin Jurusan Dakwah. Beliau memang tidak mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan tradisional atau pesantren, karena sejak remaja beliau sudah diamanatkan oleh orang tuanya mengajar, sehingga orang tuanya merasa pendidikan pesantren akan seimbang dengan orang yang rajin mengaji dan aktif di kegiatan-kegiatan keagamaan di sekitar tempat tinggalnya.39

Remaja beliau karena rajin menghadiri pengajian-pengajian sorogan dengan tenaga pengajar Kiyai-Kiyai yang sudah tidak diragukan lagi keilmuan agamanya menjadikan beliau banyak menyerap ilmu agama secara mendalam, karena itu banyak bahan-bahan ceramah beliau dari apa yang beliau dapatkan ketika beliau mengaji. Beliau juga merupakan orang yang rajin tulis menulis, hingga beliau mempunyai prinsip dalam dakwahnya bahwa apa yang ditulis adalah apa yang disampaikannya dalam ceramahnya.

Beliau banyak mengikuti berbagai training atau pelatihan jurnalistik di banyak tempat terutama ketika beliau mengenyam pendidikan di sekolah tinggi.

39

(38)

Cikal bakal menjadi penulis beliau awali dengan menulis di beberapa buletin jum’at dan buletin kampus, beliau juga mulai menulis di surat kabar seperti

Harian Pelita, Tabloid Salam (Bandung), dan Majalah Sabili hingga beliau dipercaya menjadi sekretaris redaksi di tabloid jum’at Masjid Istiqlal.40

Dari daerah yang pernah beliau tempati selama pendidikannya, ternyata banyak membawa pengaruh yang tidak sedikit, di samping ilmu agama yang beliau dapatkan juga banyak ilmu pengetahuan. Proses sosialisasi juga banyak memberikan sumbangsih ke arah pemikirannya dalam bermasyarakat. Karena kepandaiannya beliau dalam bidang dakwah sejak masa remaja, saat ini beliau dipercaya untuk memimpin sebuah lembaga yang bergerak di bidang Dakwah Islamiyah yaitu lembaga Khairu Ummah, dari tahun 1992 beliau sudah aktif menulis dalam buletin lembaga tersebut, di sana beliau banyak memberikan ilmu dan pengalamannya dalam berdakwah.

3. Karya-Karya Drs. H. Ahmad Yani

“Menulis Apa Yang Diceramahkan Dan Menceramahkan Apa Yang Ditulis” merupakan salah satu prinsip Drs. H. Ahmad Yani. Dengan prinsip itu,

baru 29 judul buku diterbitkan oleh beberapa penerbit seperti Al Qalam, Gema Insani, Intermasa, Tarbiatuna, dan Khairu Ummah. Beliau memang aktif dalam bidang dakwah dari bebagai hal, baik itu ketika di atas mimbar, maupun dalam tulis menulis.

40

(39)

Karya-karya beliau juga banyak digunakan oleh masyarakat pembaca dengan bermacam-macam judul buku serta manfaatnya, 29 buku karya beliau antara lain:

1. 30 Uraian Dakwah Ramadhan (Khairu Ummah, 2007, 215 halaman)

2. 52 Materi Khutbah; Kumpulan Khutbah Jum’at Setahun (Khairu Ummah, 2008, 483 halaman)

3. 53 Materi Khotbah Ber-Angka (Al-Qalam, 2009, 418 halaman)

4. 80 Masalah Masjid (Khairu Ummah, 2009, 140 halaman)

5. Adab Terhadap Masjid dan Hari Jum’at (Khairu Ummah, 2007, 42 halaman)

6. Akhlak Pribadi Muslim (Khairu Ummah, 2010, 223 halaman)

7. 160 Materi Dakwah Pilihan (Al-Qalam, 2006, 369 halaman)

8. Manajemen Harta (Khairu Ummah, 2008, 132 halaman)

9. Tata Cara Shalat Berjama’ah (Khairu Ummah, 2008, 80 halaman)

10.Bekal Menjadi Khatib & Mubaligh (Al-Qalam, 2005, 151 halaman)

11.Selalu Kuat Dihadapan Musuh Abadi; Kumpulan Khutbah Idul Fitri & Idul Adha (Khairu Ummah, 2009, 271 halaman)

12. Materi Khotbah Jum’at Setahun (Al-Qalam, 2008, 363 halaman)

(40)

14.100 Kisah Seputar Keluarga (Khairu Ummah, 2010, 327 halaman)

15.Mencintai Masjid (Pustaka Harum, 2002, 152 halaman)

16.Mencintai Masjid (Khairu Ummah, 2009, 152 halaman)

17.Panduan Mengelola Masjid; Sebagai Pusat Kegiatan Umat (Intermasa, 2007, 419 halaman)

18.Panduan Memakmurkan Masjid; Kajian Praktis Bagi Aktivis Masjid (Khairu Ummah, 2008, 208 halaman)

19.12 Khutbah Nikah (Khairu Ummah, 2008, 108 halaman)

20.Beginilah Seharusnya Menjadi Pemimpin; Kisah-Kisah Pemimpin Sejati (Intermasa, 2007, 112 halaman)

21.Bekal Menjadi Pemimpin (Intermasa, 2006, 126 halaman)

22.Panduan Ibadah Ramadhan (Khairu Ummah, 2008, 65 halaman)

23.30 Pesan-Pesan Ramadhan (Khairu Ummah, 2009, 156 halaman)

24.Panduan Masuk Surga (Khairu Ummah, 2009, 341 halaman)

25.Panduan Safar (Menempuh Perjalanan) (Khairu Ummah, 2007, 59 halaman)

26.Be Excellent; Menjadi Pribadi Terpuji (Al-Qalam, 2010, 332 halaman)

(41)

28.Beginilah Seharusnya Memakmurkan Masjid;135 Kisah Seputar Masjid (Khairu Ummah, 2010, 360 halaman)

29. Khutbah Jum’at Sistimatis (Khairu Ummah, 2011, 520 halaman)

Di usia beliau yang masih terbilang muda mungkin masih akan banyak lagi karya beliau yang akan mengisi ilmu pengetahuan masyarakat dalam bidang dakwah. Di dalam dunia maya beliau juga penulis yang aktif, hingga saat ini beliau dipercaya menjadi Pimpinan Redaksi www.nuansaislam.com. Banyak artikel-artikel beliau yang dipakai oleh pembaca sebagai bahan ceramah atau sebagai referensi menulis buku.41

4. Perjalanan Dakwah Drs. H. Ahmad Yani.

Dalam kehidupan sehari-hari, melayani jama’ah merupakan tugas yang harus dilakukannya tanpa membedakan asal-usul dan golongan. Terbukti Perjalanan dakwahnya cukup jauh, tidak hanya dari ujung Sabang sampai Papua, tapi juga dari Tokyo, Hokkaido hingga Kyoto dan Hirosima di Jepang serta Amsterdam, Den Haag, Delf di Belanda hingga Stockholm Swedia di Eropa. Semuanya beliau awali sejak masa kuliah, berawal dari khutbah jum’at di beberapa masjid di sekolah-sekolah menengah di kawasan Jakarta seperti di SMEA 9, SMA 18, dan lainnya bersama Toto Tasmara pada saat itu juga ikut membantu guru-guru dalam pembinaan dakwah untuk para siswa. Hingga awal tahun 90 beliau telah banyak khutbah di berbagai masjid kampus seperti UI, UHAMKA, UMJ, sampai saat ini dakwah beliau sudah memasyarakat, terbukti

41

(42)

beliau telah banyak berdakwah di DKI Jakarta dan sekitarnya bahkan ke berbagai bagian di Indonesia. Beliau juga banyak berdakwah di banyak perusahaan seperti GAS di Bontang, Pertamina di Cilacap, Pupuk Kaltim di Kalimantan Timur, Vico di Samarinda, Caltex di Riau, dan Freeport di Papua. Beliau juga banyak mengisi beberapa undangan di Masyarakat maupun Lembaga untuk mengisi seminar-seminar, pernah juga beliau mengisi ceramah di stasiun radio seperti RRI, Radio Bekasi, RAS, Radio Attahiriyah, Radio Draba. Di televisi beliau pernah mengisi di RCTI, Lativi, TVRI, dan Indosiar.

Perjalanan dakwah bi al-qalam beliau awali sejak duduk di bangku kuliah. Tahun 1985 beliau sering menulis di Harian Pelita, tahun 1987 menulis di tabloid Salam (Bandung), mulai tahun 1989 sampai sekarang menulis di majalah Sabili, tahun 1990 menulis di tabloid Jumat, tahun 1995 menulis di majalah Fityah, tahun 2006 menulis di majalah Saksi. Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah (LPPD) Khairu Ummah dan Pengurus KODI (Koordinasi Dakwah Islam) DKI Jakarta ini juga menekuni pengkaderan da’i melalui kursus dan pelatihan yang ditanganinya. Beliau juga sering menjadi narasumber dalam seminar dan pelatihan manajemen masjid di berbagai daerah, termasuk yang diselenggarakan oleh Departemen Agama Pusat. Mantan Ketua Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PII) DKI Jakarta (1987-1989) ini pun aktif sebagai Koordinator Majelis Da’i Paguyuban Ikhlas Jakarta dan Pemimpin Redaksi www.nuansaislam.com.

B. Profil LPPD Khairu Ummah

(43)

setiap pagi hari kerja beliau berangkat menuju lembaga tersebut di bilangan Menteng Jakarta Pusat. Sebagai ketua pengurus harian, beliau mempunyai tanggung jawab yang berat untuk menjalankan amanah.

Seiring dengan perkembangan masyarakat dalam era globalisasi dan informasi dengan segala persoalan yang ditimbulkannya, lembaga-lembaga dakwah semakin ditantang untuk melakukan dakwah secara lebih profesional yang meliputi perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan tugas-tugas dakwah dengan baik serta melakukan kontrol dan evaluasi guna peningkatan kualitas dan kuantitas dakwah pada masa-masa mendatang.

Dengan latar belakang seperti itulah, kami dirikan lembaga dakwah yang diberi nama dengan Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah (LPPD) Khairu Ummah.42 Berdiri sejak tahun 1989 dan telah menjadi anggota tetap Forum Komunikasi Lembaga Dakwah (FKLD) Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta.

Kedudukan:

Lembaga ini berkedudukan di Jakarta, dengan cabang/perwakilan di tempat lain yang dianggap perlu.

Asas:

Lembaga ini berasaskan Islam.

42

(44)

Sifat:

Sifat lembaga ini adalah independen dan tidak menjadi bagian dari secara struktural dengan partai politik manapun.

Visi:

Menjadi unsur dan wadah yang melahirkan konsep pengembangan dakwah, pembinaan umat dan lembaga keumatan serta pelayanan dakwah, pendidikan dan sosial menuju kejayaan Islam dan Umatnya.

Misi:

1. Berjuang untuk mengembalikan peran da’i, muballigh, ustadz dan ulama pada barisan terdepan dalam menghadapi dan mengatasi problematika umat.

2. Berusaha menjadi konseptor pembinaan dan pengembangan dakwah, baik melalui lembaga, majelis ta’lim maupun masjid.

3. Berusaha memberikan pelayanan yang profesional dalam berbagai aktivitas dakwah, pendidikan dan sosial.

Tujuan:

(45)

Badan Pengurus:

Ketua : Drs. H. Ahmad Yani

Wakil Ketua : Muhammad Haikal. S.Ag

Sekretaris : Drs. H. Agus Wahid Rahman.

Wakil Sekretaris : Drs. Muhammad Nurman

Bendahara : H. Sukeri Abdillah. MBA

Wakil Bendahara : Irvan Kusnadi, S. Sos

Divisi-Divisi:

1. Publikasi dan Penerbitan:

 H. Muhammad Ihsan

2. Kursus, Pelatihan dan Studi Islam:

 Muhendri Mukhtar, Birk (Hons)

 Mahfuz. S. Ag

3. Penelitian dan Pengembangan Konsep Dakwah:

 M. Fahmi Akbar, M.Ag

 Ismeidas Makfiansyah

4. Korps Muballigh dan Muballighah:

 H. Muhsin Sholeh, Lc

(46)

5. Humas dan Pengembangan Organisasi:

 Amrul Nurdin

 Abdul Basith,S.Pd

6. Sosial dan Pengembangan Ekonomi:

 H. Ahmad Rusli

 Nurohman

 Drs. H. Masdan Sutan Panis

Usaha-Usaha:

1. Mengkaji dan mengembangkan konsep dakwah sesuai dengan Al-Qur’an dan Al Hadits serta aplikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang.

2. Mengkaji dan mengembangkan konsep pendidikan yang sesuai dengan Nilai-nilai Islam dan teraplikasi sesuai dengan kebutuhan umat.

3. Mengkaji dan mengembangkan konsep pembinaan masyarakat dan Mengorganisir kegiatan sosial dalam arti yang seluas-luasnya.

4. Melakukan publikasi hasil-hasil kajian baik melalui media cetak maupun elektronik.

(47)

Aktvitas yang telah berjalan:

1. Pelayanan dakwah dengan memenuhi kebutuhan khatib dan muballigh, baik masjid lingkungan masyarakat, komplek perumahan, perkantoran, sekolah dan kampus, rumah sakit maupun pabrik.

2. Penugasan dai di berbagai daerah seperti Maluku, Aceh, Riau, Kalimantan, Papua, dan sebagainya.

3. Pelatihan Khatib dan Muballigh di berbagai tempat, baik di Jakarta maupun daerah.

4. Pelatihan Manajemen Masjid di berbagai tempat, baik di Jakarta maupun daerah.

5. Pelatihan Mengurus Jenazah di berbagai tempat, baik di Jakarta maupun daerah.

6. Kursus Khatib dan Mubaligh yang telah menyelesaikan angkatan 25, setiap angkatan rata-rata 30-40 peserta.

7. Penerbitan Buletin Jum’at Khairu Ummah sejak tahun 1990 dengan oplag sekarang sekitar 10.000 eksemplar.

8. Penerbitan buku, baik yang diterbitkan oleh Khairu Ummah maupun penerbit lain seperti Tarbiatuna, Dea Press, Al Qalam, Gema Insani Press, Pustaka Intermasa, dan Pustaka Harum.

Rekanan LPPD Khairu Ummah:

(48)

1. Badan Dakwah Islam (BDI) PT. Badak LNG, Bontang Kalimantan Timur.

2. Badan Dakwah Islam (BDI) PT. Pupuk Kaltim, Bontang Kalimantan Timur.

3. Badan Dakwah Islam (BDI) Pertamina Pusat, Jakarta.

4. Badan Dakwah Islam (BDI) Pertamina Tongkang, Jakarta

5. Badan Dakwah Islam (BDI) Pertamina Dumai.

6. Badan Dakwah Islam (BDI) Conoco Philips, Jakarta dan Kepulauan Riau.

7. Sarana Kerohanian Islam (SKI) PT. Indosat, Jakarta.

8. Forum Silaturrahim Masjid Perkantoran Jakarta (Forsimpta).

9. Dewan Masjid Indonesia Palembang, Sumatera Selatan.

10. Jamaah Dakwah Islamiyah PT. PLN.

11. Badan Pembina Rohani Islam (Baperohis) PT Telkom.

12. Majelis Taklim Telkomsel.

13. Badan Pembina Kerohanian Islam (BAPEKIS) Bank Mandiri.

14. Rohis Lintasarta, Jakarta.

15. Badan Dakwah Islam (BDI) Vico Badak, Kalimantan Timur.

16. Badan Dakwah Islam (BDI) Freeport, Timika, Papua.

(49)

18. Masjid Bimantara, Jakarta.

19. Masjid Ar Royyan, PT. Indosat, Daan Mogot, Jakarta.

20. Masjid Baitul Hikmah, PT. El Nusa, Jakarta.

21. Masjid Baitussalam, PT. PLN LMK Duren Tiga, Jakarta.

22. Masjid Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta.

23. Masjid Al Muhajirin, Unilever, Jakarta.

24. Masjid Az Zawiyah, Rasuna Said Kuningan, Jakarta.

25. Masjid Rumah Sakit Jakarta.

26. Masjid Al Mubasyirin, Karet Belakang.

27. Masjid Az Zahra, Komplek Gudang Peluru, Jakarta.

28. Masjid Istiqomah, Kampung Melayu, Jakarta.

29. Masjid Al Mubarok, Krukut, Jakarta Barat.

30. Masjid Istiqomah, Petojo, Jakarta Pusat.

Demikian beberapa hal pokok yang berkaitan dengan LPPD Khairu Ummah, untuk memajukan dakwah dan pembinaan umat, LPPD Khairu Ummah siap menjalin kerjasama dakwah dengan semua pihak.43

43

(50)

BAB IV

AKTIVITAS DAKWAH BI AL-QALAM DRS. H. AHMAD YANI

A. Dakwah Bi Al-Qalam menurut Drs. H. Ahmad Yani

Dalam proses pengertian, dakwah merupakan proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju pada kehidupan yang Islami.44 Dakwah adalah menyeru, mengajak, memanggil manusia agar beriman dan taat kepada Allah SWT. Untuk taat itu tentu saja berarti harus ada perubahan. Merubah orang dari keadaan yang apa adanya kepada keadaan yang seharusnya, seharusnya menurut Allah dan Rasun-Nya. Jadi, Dakwah itu, ingin mengubah orang dari keadaan tidak beriman menjadi beriman, keadaan tidak taat menjadi taat dan seterusnya. Kalau dilihat dari sisi ini maka, dakwah itu sebenarnya makin lama makin berat, karena dakwah itu dituntut semakin meluaskan wilayah dakwah. Maksudnya, dakwah itu harus tersebar kemana-mana. Di mana ada manusia disitu harus ada dakwah, bukan hanya di mana ada orang Islam tapi di mana ada manusia disitu harus ada dakwah. Itu artinya, kalau melihat pada aspek penyebaran, di mana ada muslim saja itu belum tentu ada dakwah disitu secara baik, meskipun seseorang tidak tahu berapa sebenarnya perbandingan yang dibutuhkan, antara jumlah muslim dengan jumlah da’i.

44

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah. (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet-1 hal.

(51)

. Dalam kehidupan sehari-hari, sering sekali terdengar kata dakwah, seperti dakwah melalui tulisan. Dan itu sudah tidak asing lagi, apalagi sebagai umat muslim pastinya akan lebih sering mendengar kata tersebut. Dakwah bi

al-qalam bisa diartikan penyebaran ilmu agama Islam yang dilakukan oleh seseorang

atau suatu lembaga keagamaan kepada khalayak banyak melalui tulisan. Akan tetapi, dakwah bi al-qalam tidak bisa hanya diartikan seperti itu saja. Karena pada dasarnya, dakwah bi al-qalam itu memiliki arti yang lebih luas dan cara penyampaian yang sangat beragam. Karena ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk berdakwah. Bisa secara langsung atau tatap muka dalam artian seorang da’i langsung berhadapan dengan pendengarnya untuk memberikan

tausyiah-tausyiah agama Islam dalam satu ruangan dan waktu. Atau bisa juga secara tidak langsung atau yang biasa disebut dengan dakwah secara tulisan atau

dakwah bi al-qalam. Dengan begitu, seorang bisa berdakwah dimana saja dan

kapan saja. Oleh dasar itulah, apabila seseorang mendapatkan suatu ilmu baru dan memiliki kesempatan, dia harus mengamalkan ilmu tersebut. Agar ilmu tersebut berguna bagi kita semua baik di dunia maupun di akhirat.45

Dakwah bi al-qalam tidak hanya dilakukan oleh seorang da’i atau ulama

kondang. Asal mau, setiap orang juga bisa berdakwah tersebut. Dan dengan adanya dakwah melalui tulisan tersebut, seseorang bisa dengan mudah membagi ilmu kita kepada orang lain kapanpun dan dimanapun kita berada. Karena caranya mudah dan sederhana.

45

(52)

Karena itu, predikat khaira ummah (umat yang paling baik dan pilihan) hanyalah diberikan Allah SWT kepada kelompok umat yang aktif terlibat dalam kegiatan dakwah atau dakwah bi al-qalam, dalam surat Ali Imran ayat 110 diterangkan:



























































Artinya:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara

mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”(Ali Imran: 110).

Mengingat fungsi dan peran dakwah yang demikian penting dan menentukan, maka pengertian dakwah bi al-qalam adalah dakwah melalui tulisan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, harus dipahami secara tepat dan benar, sejalan dengan ketentuan Al-Qur’an, Sunnah Rasul dan sirah nabawiyah yang berisikan petunjuk bagaimana dakwah itu dilakukan, sehingga menghasilkan pribadi-pribadi yang istiqamah dan tangguh, dan melahirkan tatanan masyarakat yang Islami.46

(53)

B. Materi dan Metode Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani

1. Materi Dakwah Bi Al-Qalam Drs. H. Ahmad Yani

Drs. H. Ahmad Yani menulis beberapa tema-tema atau topik pembahasan yang menjadi judul buku beliau, misalnya tentang manajemen harta, tentang surga dan neraka. Beliau juga menulis buku tentang panduan masuk surga, dan ada beberapa buku beliau tentang masjid, ada buku tentang khutbah, yang mencakup beberapa materi seperti tahun baru, idul fitri, idul adha, maulid, haji, dan seterusnya. Ada pula tentang pembentukan akhlak, sehingga beliau menulis buku akhlak pribadi muslim dan buku be excellent;menjadi pribadi terpuji, kemudian masalah keluarga sehingga beliau menulis buku 12 khutbah nikah. Jadi materi yang beliau berikan sangat beragam. berikut adalah perinciannya:

A. Buku tentang Materi Khatib / Khutbah

1. 30 Uraian Dakwah Ramadhan

2. 52 Materi Khutbah; Kumpulan Khutbah Jum’at Setahun

3. 53 Materi Khotbah Ber-Angka

4. 160 Materi Dakwah Pilihan

5. Bekal Menjadi Khatib & Mubaligh

6. Materi Khotbah Jum’at Setahun

(54)

8. Selalu Kuat Dihadapan Musuh Abadi; Kumpulan Khutbah Idul Fitri & Idul Adha

9. Khutbah Jum’at Sistimatis

Dalam buku 160 Materi Dakwah Pilihan misalnya, Drs. H. Ahmad Yani menjelaskan tentang materi-materi dakwah yang isinya mencakup:

A. Syariat: Pada halaman 152 beliau membahas tentang beberapa sujud dalam agama Islam, seperti sujud sahwi (sujud yang dilakukan karena lupa dalam gerakan shalat), sujud syukur (sujud yang dilakukan sebagai tanda bersyukur kepada Allah) dan sujud tilawah (sujud yang dilakukan saat menjumpai ayat-ayat sajadah).47

B. Aqidah: Pada halaman 213 beliau memberikan materi bagaimana cara meraih ridha Allah swt. Ada tiga kiat yang beliau utarakan. Pertama, beribadah kepada Allah dengan landasan iman. Kedua, Bersatu padu dalam ikatan Ilahi Rabbi dan tidak suka bercerai-berai dalam kerangka Ukhuwah Islamiyah. Ketiga, memberi nasihat kepada penguasa atau pemimpin sehingga ketaatan kepada pemimpin tidak bersifat mutlak.48

47 Drs. H. Ahmad Yani, 160 Materi Dakwah Pilihan (Jakarta: Al-Qalam, 2006) Cet. Ke-3, h. 152

(55)

C. Akhlak: Pada halaman 39 beliau membahas tentang bentuk istiqamah, yang merupakan suatu perkara yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim.49

B. Buku tentang Materi Masjid

1. Adab Terhadap Masjid dan Hari Jum’at

2. Tata Cara Shalat Berjama’ah

3. Mencintai Masjid

4. Panduan Mengelola Masjid; Sebagai Pusat Kegiatan Umat

5. Panduan Memakmurkan Masjid; Kajian Praktis Bagi Aktivis Masjid

6. Beginilah Seharusnya Memakmurkan Masjid;135 Kisah Seputar Masjid

Dalam buku Beginilah Seharusnya Memakmurkan Masjid;135 Kisah

Seputar Masjid misalnya, Drs. H. Ahmad Yani menjelaskan tentang materi-materi

dakwah yang isinya mencakup:

A. Syariat: Pada halaman 153 beliau menjelaskan bahwa salah satu cara memakmurkan masjid adalah dengan melaksanakan shalat jenazah di masjid.50

(56)

B. Aqidah: Pada halaman pertama beliau menjelaskan tentang wakaf masjid, ketika masjid hendak dibangun, tentu saja dibutuhkan tanah yang diwakafkan. Pahala yang terus mengalir akan diberikan oleh Allah swt kepada orang yang berwakaf.51

C. Akhlak: Pada halaman 4 beliau memberikan materi tentang gotong royong membangun masjid, dan bahu membahu dalam menyelesaikan pembangunan masjid.52

C. Buku tentang Materi Akhlak

1. Akhlak Pribadi Muslim

2. Beginilah Seharusnya Menjadi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari latar belakang di atas, maka pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa hal, yakni pelaksanaan pemenuhan klaim garansi sepeda motor merek Yamaha

Karena Puskesmas di Kota Semarang selaku FKTP belum merupakan BLUD, maka penganggaran dana kapitasi untuk tahun 2015 berpedoman pada ketentuan tersebut dan dialokasikan

Berdasarkan proses estimasi data yang telah dilakukaan maka diperoleh ringkasan hasil pengujian seperti yang terlihat pada Tabel 4.16, maka dapat dijelaskan dari

Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Bupati melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan

Penegakan hukum yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik terhadap pencemaran udara di Kecamatan Gresik dan Kebomas berjalan tidak efektif,

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Penelitian dan pengembangan ini menggunakan model Borg and Gall yang terdiri dari tujuh tahapan yaitu analisis kebutuhan, pembuatan rancangan produk awal, evaluasi para ahli, uji