BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang SD
sampai dengan perguruan tinggi. Alasan penting matematika untuk dipelajari
karena begitu banyak kegunaannya. Suwangsih (2006: 9) menyebutkan kegunaan
matematika yaitu: (1) matematika sebagai pelayanan ilmu yang lain, (2)
matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan
sehari-hari.
Kebanyakan konsep matematika dibangun dari konsep sebelumnya. Apabila
konsep sebelumnya tidak dikuasai, akan sulit atau tidak mungkin mempelajari
konsep berikutnya; para siswa yang tidak bisa mengurangkan atau mengalikan
tidak akan menguasai hitungan yang lebih rumit, siswa yang tidak memahami
konsep bilangan pecahan, tidak akan mampu memahami apa itu bilangan desimal,
Pembelajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan kompetensi anak.
Materi pembelajaran matematika diajarkan secara bertahap yaitu mulai dari
konsep-konsep yang sederhana, menuju konsep-konsep yang lebih sulit, selain itu
pembelajaran matematika dimulai dari yang kongkret, ke semi kongkret dan
akhirnya kepada yang abstrak (Suwangsih, 2006: 25). Setiap konsep yang abstrak
yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan
bertahan lama dalam memori siswa. Sehingga, akan melekat pada pola pikir atau
tindakannya (Herumawan, 2007: 2).
Berdasarkan hasil observasi bidang studi matematika kelas V SDN 3 Tempel Rejo
Pesawaran, mengenai hasil belajar siswa yang dicapai masih rendah atau di bawah
kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditentukan oleh guru yaitu 5,00
sebanyak 6 siswa telah tuntas dengan persentase 40% sedangkan 9 siswa belum
tuntas dengan persentase 60%.
Sebagian siswa mengatakan bahwa pembelajaran matematika dianggap sebagai
pembelajaran yang menakutkan. Kekurangpahaman dan rasa takut yang dimiliki
siswa selalu ditutupi dengan keseganan maupun ketakutan siswa pada guru yang
mengajar. Selain itu, bagi siswa yang lambat dalam menerima pelajaran merasa
bahwa pembelajaran yang disampaikan oleh guru terlalu cepat, sebaliknya siswa
yang cepat menerima pelajaran merasa bahwa pelajaran yang dilakukan guru
terlalu lambat. Siswa yang lambat dalam belajar akan bingung sedangkan siswa
yang cepat dalam belajar akan merasa bosan. Hal ini dapat mempengaruhi hasil
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan model pembelajaran yang cocok,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 3
Tempel Rejo Pesawaran. Salah satu model pembelajaran yang cocok adalah
model kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Model ini memunculkan kerja sama antarsiswa dari semua tingkatan untuk
bekerja sama menjalin tujuan. Siswa yang pandai diberi kesempatan untuk
menghabiskan waktunya dengan cara membantu siswa yang kurang pandai.
Sebaliknya siswa yang kurang pandai akan bertambah pemahamannya karena
mendapat bimbingan dari temannya yang lebih pandai (Suwangsih, 2006:159).
Hal ini akan membuat siswa yang segan atau takut pada guru untuk menanyakan
materi yang kurang dimengerti kepada temannya sendiri yang lebih pandai tanpa
ada rasa segan atau takut.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian tentang hasil
belajar matematika melalui model kooperatif tipe TAI siswa kelas V SDN 3
Tempel Rejo Pesawaran. Diharapkan dengan menggunakan model kooperatif tipe
TAI, hasil belajar matematika siswa kelas V SDN 3 Tempel Rejo Pesawaran dapat
meningkat, serta siswa tidak lagi takut dengan pelajaran matematika karena jika
ada kesulitan dalam materi dapat menanyakan langsung pada teman yang lebih
Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada,
yaitu sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Tempel Rejo Pesawaran hanya
7 siswa (46, 67%) dari 15 siswa yang mencapai nilai KKM (5,00).
2. Kurang menariknya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru.
3. Kurangnya minat belajar matematika siswa kelas V SDN 3 Tempel Rejo
Pesawaran.
4. Pada saat pembelajaran siswa kurang berinteraksi dengan guru.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah model kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas V SDN 3 Tempel Rejo Pesawaran?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Meningkatkan hasil belajar matematika tentang operasi hitung bilangan bulat
melalui model kooperatif tipe TAI siswa kelas V SDN 3 Tempel Rejo
2. Meningkatkan mutu pembelajaran matematika tentang operasi hitung bilangan
bulat melalui model kooperatif tipe TAI siswa kelas V SDN 3 Tempel Rejo
Pesawaran.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat secara positif dalam kegiatan pembelajaran matematika tentang Operasi
Hitung Bilangan Bulat. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika kelas
V SDN 3 Tempel Rejo Pesawaran
b. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
guru bahwa model kooperatif tipe TAI merupakan salah satu model
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan siswa, sehingga dapat
diterapkan dalam pembelajaran di sekolah khususnya pada pelajaran
matematika
c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan guna meningkatkan mutu dan kwalitas pendidikan
melalui model kooperatif tipe TAI khususnya pada mata pelajaran
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian hanya terbatas pada mata pelajaran matematika yaitu
materi operasi hitung bilangan bulat untuk siswa kelas V di SDN 3 Tempel Rejo
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hasil Belajar
Belajar merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh subjek didik (siswa, pelajar)
sebagai bagian dari kegiatan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya.
Hasil belajar yang diharapkan tentunya akan terwujud sebagai hasil atau
usaha-usaha yang dilakukan oleh objek didik melalui cara-cara yang baik (Syarifudin,
dkk. 2006: 90).
Menurut Sudjana (dalam Kunandar, 2010: 276) hasil belajar adalah suatu akibat
dari proses dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun
secara terencana, bentuk tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Menurut
Abdurrahman (2003: 37) mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Hamalik (2001: 183) mengemukakan bahwa perbedaan hasil belajar dikalangan
kematangan akibat dari kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi
masing-masing, sikap dan bakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan.
Salah satu cara untuk melihat hasil belajar siswa adalah dengan memberi tes.
Arikunto (2001: 57) berpendapat bahwa: “Nilai yang diperoleh waktu ulangan bukanlah menggambarkan partisipasi, tetapi menggambarkan hasil belajar”.
Menurut Gagne (1986) yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono (2002), bahwa:
“Hasil belajar yang diperoleh seseorang setelah belajar berupa keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai berasal dari interaksi pebelajar dengan lingkungan.
Interaksi itu menimbulkan proses kognitif dan psikomotor yang dilakukan oleh
pebelajar”.
2.2. Pengertian Matematika
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah dasar.
Kata matematika berasal dari bahasa Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematika berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi berdasarkan asal katanya, maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dari berpikir
Menurut Ruseffendi (dalam Herumawan, 2008: 1) mengatakan bahwa matematika
adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari
unsur yang tidak didefinisasikan keunsur yang didefinisasikan, keaksioma dan
akhirnya dalil.
Hal ini sejalan dengan pendapat Subarinah (2006: 1) yang mengatakan bahwa
matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak
dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti bahwa matematika pada
hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep, dan mencari hubungan antar
konsep dan strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus
diketahui oleh guru sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan
tepat, mulai dari konsep-konsep sederhana sampai yang kompleks.
Menurut Johnson dan James (dalam Suwangsih, 2006: 4) matematika adalah pola
berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis. Matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan
akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol
mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan
terstruktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori dibuat secara deduktif
berdasarkan kepada unsure yang tidak terdefinisikan, aksioma, sifat atau teori
yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide,
dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan
2.3. Model Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
TAI merupakan suatu model kooperatif yang menitikberatkan pada proses belajar
dalam kelompok, proses belajar dalam kelompok membantu siswa dalam
menentukan dan membangun sendiri pemahaman tentang materi pelajaran (Heru
Wahyudi dalam Http:// Model Pembelajaran TAI.Com).
Dalam TAI, siswa secara individu belajar dan menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan dalam jumlah-jumlah tertentu, selanjutnya siswa yang memiliki
kemampuan unggul diminta untuk memeriksa jawaban yang dibuat anggota
lainnya disertai memberikan layanan kepada anggota kelompoknya apabila
menemui kesulitan, sehingga soal-soal yang diberikan dapat terjawab semuanya
(Suwangsih, 2006:164).
Model TAI memiliki beberapa ciri khas diantaranya yaitu: 1) setiap siswa secara
individual mempelajari materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru;
2) hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan
dibahas oleh anggota kelompok; 3) semua anggota kelompok bertanggung jawab
atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama; 4) menitikberatkan
pada keaktivan siswa (Heru Wahyudi dalam Http:// Model Pembelajaran
TAI.Com).
Menurut Slavin (2009: 195- 200) model kooperatif tipe TAI, memiliki 8 (delapan)
1. Team (Teams). Para siswa dalam TAI dibagi ke dalam tim-tim yang
beranggotakan 4 sampai 5 orang seperti STAD dan TGT.
2. Tes Penempatan (Placement Test). Para siswa diberikan tes pra program
dalam bidang operasi matematika pada permulaan pelaksanaan program.
Mereka ditempatkan pada tingkat yang sesuai dalam program individual
berdasarkan kinerja mereka dalam tes ini. Hal ini bertujuan mengetahui
kelemahan siswa pada bidang tertentu.
3. Materi-Materi Kurikulum (Curriculum Materials). Untuk sebagian besar dari
pengajaran matematika mereka, para siswa bekerja pada materi-materi
kurikulum individual yang mencakup penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, angka, pecahan, desimal, rasio, persen, statistik, dan aljabar.
4. Belajar Kelompok (Team Study). Tahapan tindakan belajar yang harus
dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individu
kepada siswa yang membutuhkan bantuan secara individual kepada siswa
yang membutuhkannya.
5. Skor Tim dan Rekognisi Tim (Team Scores and Team Recognition). Pada tiap
akhir minggu, guru menghitung jumlah skor tim. Skor ini didasarkan pada
jumlah rata-rata unit yang bisa dicakupioleh tiap anggota tim dan jumlah
tes-tes unit yang berhasil diselesaikan dengan akurat. Kriterianya dibangun dari
kinerja tim. Kriteria yang tinggi ditetapkan bagi sebuah tim super, kriteria
sedang menjadi tim sangat baik, dan kriteria minimum untuk menjadi tim
baik. Tim-tim yang memenuhi kriteria menjadi tim super atau tim sangat baik
6. Kelompok Pengajaran (Teaching Group). Setiap hari guru memberikan
pengajaran selama sekitar 10 – 15 menit kepada 2 atau 3 kelompok kecil siswa yang terdiri dari siswa-siswa dari tim berbeda yang tingkat pencapaian
kurikulumnya sama. Inti dari kegiatan ini yaitu pemberian materi secara
singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
7. Tes Fakta (Fact Test). Seminggu dua kali, para siswa diminta mengerjakan
tes-tes fakta selama 3 menit (biasanya fakta-fakta perkalian atau pembagian).
Para siswa tersebut diberikan lembar- lembar fakta untuk dipelajari di rumah
untuk menghadapi tes-tes ini.
8. Unit Seluruh Kelas (Whole-Class Units). Pada akhir tiap-tiap minggu, guru
menghentikan program individual dan menghabiskan satu minggu mengajari
seluruh kelas kemampuan semacam geometri, ukuran, serangkaian latihan,
dan strategi penyelesaian masalah.
Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam Team Assisted Individualization,Robert E. Slavin (dalam Kurniati 2007:25) adalah sebagai berikut.
1. Team (kelompok) Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok
yang terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik dengan kemampuan yang
berbeda.
2. Tes Penempatan Peserta didik diberi tes di awal pertemuan, kemudian peserta
didik ditempatkan sesuai dengan nilai yang didapatkan dalam tes, sehingga
didapatkan anggota yang heterogen (memiliki kemampuan berbeda) dalam
3. Langkah-langkah Pembelajaran.
1) Diawali dengan pengenalan konsep oleh guru dalam mengajar secara
kelompok (diskusi singkat) dan memberikan langkah-langkah cara
menyelesaikan masalah atau soal.
2) Pemberian tes keterampilan yang terdiri dari 10 soal.
3) Pemberian tes formatif yang terdiri dari dua paket soal, tes formatif A dan
tes formatif B, masing-masing terdiri dari 8 soal.
4) Pemberian tes keseluruhan yang terdiri dari 10 soal.
5) Pembahasan untuk tes keterampilan, tes formatif, dan tes keseluruhan.
4. Belajar Kelompok Berdasarkan tes penempatan, guru mengajarkan pelajaran
pertama, kemudian peserta didik bekerja pada kelompok mereka
masing-masing. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1) Peserta didik berpasangan atau bertiga dengan anggota kelompok mereka.
2) Peserta didik diberi LKS pempelajaran yang disiapkan guru untuk bahan
diskusi sebagai pemahaman konsep materi yang akan dipelajari. Peserta
didik diberi kesempatan bertanya pada teman sekelompok atau guru untuk
minta bantuan jika mengalami kesulitan. Selanjutnya dimulai dengan tes
pertama yaitu tes keterampilan.
3) Masing-masing peserta didik dengan kemampuannya sendiri mengerjakan
3 soal tes keterampilan yang pertama, bila sudah selesai, peserta didik
boleh melanjutkan 3 soal berikutnya. Begitu sudah selesai baru
melanjutkan 4 soal terakhir. Peserta didik yang mengalami kesulitan bisa
meminta bantuan pada teman sekelompoknya sebelum meminta bantuan
4) Apabila sudah bisa menyelesaikan soal tes keterampilan dengan benar,
peserta didik bisa melanjutkan mengerjakan tes formatif A yang terdiri
dari 8 soal. Dalam tes ini peserta didik juga bekerja sendiri-sendiri dulu
sampai selesai. Jika peserta didik dapat mengerjakan 6 soal dengan benar,
maka peserta didik tersebut bisa mengambil soal tes keseluruhan. Jika
peserta didik tidak bisa menjawab 6 soal dengan benar, guru merespon dan
menampung semua masalah yang dimiliki peserta didik. Guru boleh
menyuruh peserta didik untuk bekerja kembali pada nomor-nomor soal tes
keterampilan dan kemudian mengambil soal tes formatif B, yaitu 8 soal
kedua yang isi dan tingkat kesulitannya sebanding dengan tes formatif A.
Selanjutnya peserta didik boleh melanjutkan ke tes keseluruhan. Peserta
didik tidak boleh mengambil soal tes keseluruhan sebelum dia bisa
menyelesaikan tes formatif dengan kelompoknya.
5) Peserta didik kemudian mengikuti tes keseluruhan. Tes ini merupakan tes
terakhir dalam model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), yang terdiri dari 10 soal. Di sini peserta didik juga bekerja secara individu dulu sampai selesai. Setelah selesai baru bisa
berdiskusi dengan kelompoknya. Setelah tes keseluruhan ini selesai
kemudian dilakukan pembahasan dan penilaian bersama antara guru dan
peserta didik.
6) Penilaian kelompok
Pada akhir pertemuan, guru menghitung nilai dari masing-masing
kelompok. Nilai ini berdasarkan pada jumlah rata-rata dari anggota
pemberian predikat berdasarkan kemampuan kelompok. Kelompok dengan
kemampuan bagus diberi predikat Super Team, kelompok dengan
kemampuan sedang diberi predikat Great Team, kelompok dengan
kemampuan kurang diberi predikatGood Team. Pemberian predikat ini
bertujuan untuk memotivasi dan memberi semangat kepada
masing-masing kelompokagar pada pada pembelajaran selanjutnya mau berusaha
untuk melakukan yang lebih baik lagi.
7) Mengajar kelompok
Setiap pertemuan guru mengajar 10 sampai 15 menit untuk dua atau tiga
kelompok yang mempunyai nilai yang sama. Guru menggunakan konsep
belajar yang diprogramkan atau direncanakan sebelumnya. Tujuannya
adalah untuk memperkenalkan konsep utama pada peserta didik.
Pembelajaran dibuat untuk membantu peserta didik agar mengerti dan
memahami hubungan antara matematika yang mereka pelajari dengan
masalah kehidupan nyata. Ketika guru sedang mengajardalam suatu
kelompok, peserta didik lain melanjutkan bekerja dalam kelompok mereka
sendiri dengan kemampuan individu masing-masing.
2.3.1. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization ( TAI)
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
1) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah
3) Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dalam
keterampilannya
4) Adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah
5) Menghemat presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif
2.3.2 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Adapun kelemahan model pembelajaran ini adalah:
1) Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantung pada
siswa yang pandai
2) Tidak ada persaingan antarkelompok
3) Tidak semua materi dapat diterapkan pada metode ini
4) Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kurang baik maka proses
pembelajarannya juga berjalan kurang baik.
5) Adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya
mengandalkan teman sekelompoknya.
2.4. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Fetty Yudha Winata
Sekti dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap pra tindakan dan tahap tindakan.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI Ilmu Alam SMA Brawijaya Smart
School Malang tahun ajaran 2009/ 2010 sebanyak 19 siswa. Penelitian ini terdiri
dari siklus I dan siklus II. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran matematika.
Peningkatan ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai kuis sebelum tindakan adalah
69,92 menjadi 78,68 pada siklus I dan 85,84 pada siklus II. Sedangkan pada
motivasi siswa terjadi peningkatan yang ditunjukkan dengan rata- rata skor
motivasi awal siswa adalah 2,94 yaitu dalam kategori baik menjadi 3,12 dalam
kategori sangat baik. Sehingga pembelajaran kooperatif tipe TAI ini layak
dikembangkan dalam pembelajaran matematika.
2.5. Kerangka Pikir
Penggunaan model pembelajaran yang tidak bervariatif dalam pembelajaran
matematika membuat siswa merasa bosan dan enggan dalam belajar matematika,
sehingga hasil belajar matematika cenderung rendah. Penggunaan model
kooperatif tipe TAI dapat menjadi alternatif pemecahan masalah dalam
Dengan demikian, gambaran pola pemecahannya melalui tahapan sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
2.6. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas dirumuskan
hipotesis tindakan oleh peneliti sebagai berikut :
“Penggunaan model kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan model kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya meningkatnya persentase
aktivitas belajar siswa sebesar 51,43% pada siklus I menjadi 68,57% pada
siklus II.
2. Penggunaan model kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar
siswa, hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang
meningkat dari 57,33 pada siklus I menjadi 66,67 pada siklus II.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, maka penulis memberikan saran
kepada:
- Siswa
Siswa diharapkan mengikuti dengan seksama pembelajaran menggunakan
- Guru
Rekan-rekan guru hendaknya dapat menggunakan model kooperatif tipe TAI
dalam pembelajaran matematika karena model kooperatif tipe TAI merupakan
salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
- Sekolah
Kepada pihak sekolah agar menerapkan pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe TAI sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Depdiknas. Jakarta.
Aqip, Zainal dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, & TK. Yrama Widya. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Herumawan. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. PT. Remaja Rosdakrya. Bandung.
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kurniati, Ana. 2007. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik Kelas VIII SMP N 1 Ngadirejo Temanggung. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang: Univesitas Negeri Semarang. Diakses tanggal 22 Oktober 2012 @ 14.00 WIB.
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosda Karya. Bandung.
Slavin, Robert, E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktek. Nusa Media. Bandung.
Sekti, Fetty Yudha Winata. 2010. Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Pada Siswa Kelas XI Ilmu Alam di SMA Brawijaya Smart School Malang. Diakses tanggal 29 April 2012 @ 11.00 WIB.
Subarinah, Sri. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Jakarta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Surabaya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Setting Penelitian
1. Waktu penelitian
Kegiatan ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/ 2013,
dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan hasil penelitian.
2. Tempat penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Tempel Rejo Kecamatan
Kedondong Pesawaran.
3.2. Subjek Penelitian
Adapun subjek penelitian adalah guru/ peneliti, teman sejawat ( guru bidang studi
matematika kelas V SDN 3 Tempel Rejo) dan siswa kelas V SDN 3 Tempel Rejo
Pesawaran dengan jumlah siswa 15 anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 6
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Tes yang dilakukan dengan cara memberikan lembar soal berbentuk isian pada
siswa guna mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya model
kooperatif tipe TAI pada pembelajaran matematika kelas V SDN 3 Tempel
Rejo Pesawaran. Jumlah soal adalah 5 soal dengan kriteria penskoran sebagai
berikut:
- Skor 0 jika langkah pengerjaan dan hasil salah
- Skor 1 jika langkah pengerjaan benar dan hasil salah atau sebaliknya
- Skor 2 jika langkah pengerjaan dan hasil benar
Skor maksimal yang diperoleh jika semua soal dikerjakan secara benar adalah
10.
2. Observasi dengan menggunakan lembar pengamatan untuk mengetahui kinerja
guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika dan aktivitas siswa
selama pembelajaran berlangsung. Pada lembar observasi kinerja guru
terdapat 27 aspek yang dinilai. Dalam pemberian skor digunakan dua kriteria
yaitu ya (nilai 1) dan tidak (nilai 0) dengan skor maksimal 27. Pada lembar
observasi aktivitas siswa terdapat 3 aspek yang dinilai. Dalam pemberian skor
digunakan tiga kriteria yaitu skor 0 (jika aspek sama sekali tidak dilakukan,
skor 1 (jika aspek dilakukan 1 – 5 kali), dan skor 2 (jika aspek dilakukan lebih
3.4. Validasi Alat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas content/ isi. Tes yang
diberikan sesuai dengan kurikulum, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan
materi yang diajarkan. Tes ini untuk mengukur kemampuan pemahaman siswa
dalam pelajaran matematika tentang operasi hitung bilangan bulat.
3.5. Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data secara kuantitatif
untuk menganalisis data yang menunjukkan hasil belajar siswa dalam
hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru.
a. Nilai individual menggunakan rumus:
R
S = X 100
N
Keterangan:
S = nilai yang dicari/diharapkan
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab
N = skor maksimum dari tes
100 = bilangan tetap
b. Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa, peneliti menggunakan dua
kriteria yaitu tuntas dengan rentang nilai 51-100 dan tidak tuntas dengan
rentang nilai 0-50.
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa, digunakan rumus
sebagai berikut:
siswa yang tuntas belajar
P = x 100%
siswa
(sumber: adopsi Aqib, dkk. 2009: 41)
c. Persentase aktivitas belajar siswa diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
NP =
M x 100%
Keterangan :
NP : nilai persen yang dicari atau diharapkan
R : jumlah siswa yang aktif
SM : jumlah siswa
100% : bilangan tetap
Untuk menentukan keaktivan kelas, peneliti menggunakan lima kategori yaitu
sangat tinggi dengan rentang persentase 81% - 100%, tinggi dengan rentang
persentase 61% - 80%, sedang dengan rentang persentase 41% - 60%, rendah
dengan rentang persentase 21% - 40%, dan sangat rendah dengan rentang
persentase 0% - 20%.
d. Analisis kinerja guru diperoleh dengan rumus :
NP =
M x 100%
Keterangan:
NP : nilai persen yang dicari atau diharapkan
R : skor mentah yang diperoleh guru
SM : skor maksimum ideal tes yang bersangkutan
100% : bilangan tetap
Diadaptasi dari Purwanto (2008: 102)
Untuk menentukan nilai kinerja guru selama proses pembelajaran, peneliti
menggunakan lembar pengamatan yang diadaptasi dari IPKG yang digunakan
pada PKM S1 PGSD Dalam Jabatan 2011/ 2012. Peneliti menggunakan dua
kriteria yaitu jika aspek yang diamati dilaksanakan (ya) oleh guru memperoleh
skor 1 dan jika tidak dilaksanakan (tidak) maka nilainya 0. Sedangkan untuk
peneliti menggunakan lima kriteria yaitu sangat tinggi (81-100), tinggi
(61-80), sedang (41-60), rendah (21-40), dan sangat rendah (0-20).
3.6. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini menghendaki adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam
pelajaran matematika melalui penggunaan model kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI). Hasil belajar meningkat bila > 65% siswa mencapai
KKM yang telah ditetapkan oleh guru.
3.7. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan berbentuk siklus. Siklus ini tidak hanya berlangsung
satu kali tetapi beberapa kali hingga tujuan pembelajarannya dapat tercapai.
Dalam penelitian ini, tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning),
penerapan tindakan, mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan,
dan melakukan refleksi. Adapun siklus tersebut antara lain:
Siklus I
1. Tahap Perencanaan (planning)
Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran untuk mencapai hasil
belajar yang diinginkan. Dalam siklus pertama, peneliti mempersiapkan proses
pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe TAI dengan
a. Menetapkan materi pelajaran, yaitu materi kelas V sesuai dengan
kurikulum KTSP yang berlaku saat ini di SDN 3 Tempel Rejo Pesawaran
b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
e. Menyiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
f. Menyiapkan instrument yang digunakan dalam siklus PTK ( lembar
observasi untuk melihat aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran
berlangsung )
g. Menyusun alat evaluasi pembelajaran
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif
tipe TAI meliputi beberapa tahap yaitu:
a. Kegiatan awal
1) Guru mengecek kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran
2) Guru menyampaikan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran
3) Guru menyampaikan apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan
dipelajari dengan kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan
operasi hitung bilangan bulat
b. Kegiatan inti
1) Guru memberikan penjelasan tentang materi pembelajaran
2) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5
sampai 6 orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda menurut
tingkat kemampuan akademik (tinggi, sedang, dan rendah)
4) Setiap siswa menyelesaikan tugas berupa soal-soal yang berkaitan
dengan materi yang sudah disediakan oleh guru secara individual.
Guru mengamati kerja setiap siswa dan memberikan bantuan kepada
siswa yang mengalami kesulitan seperlunya
5) Dengan membawa hasil penyelesaian soal-soal yang telah dikerjakan
siswa secara individual, siswa menuju ke kelompok belajar sesuai
dengan kelompok yang telah diinformasikan guru
6) Siswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan teman satu kelompok
dengan cara saling memeriksa, mengoreksi, dan memberikan masukan,
kemudian guru mengamati kerja kelompok siswa dan memberikan
bantuan kepada siswa yang membutuhkan
7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi yang telah
diselesaikan dengan teman sekelompoknya sedangkan guru
mengarahkan siswa
8) Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi, guru memberikan
soal yang dikerjakan setiap siswa secara individual hasil pekerjaan
siswa dikumpulkan sebagai nilai individual.
c. Kegiatan akhir
Guru bersama siswa menyimpulakan materi yang telah dipelajari,
mengukur tingkat keberhasilan siswa terhadap materi pelajaran yang telah
dilaksanakan.
3. Observasi
Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati
oleh observer ( guru kelas V ) dengan lembar observasi mengenai aktivitas
belajar siswa serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran
berlangsung.
4. Refleksi
Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu
yang terjadi dalam siklus pertama yang dilakukan oleh peneliti baik itu
kelebihan ataupun kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung.
Kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran, maka
akan dilakukan perbaikan pada perencanaan tindakan untuk siklus kedua.
Sedangkan kelebihan atau kebaikan pada siklus pertama perlu dipertahankan
untuk siklus selanjutnya dan dapat dijadikan contoh dalam melaksanakan
pembelajaran yang akan datang.
Siklus II
1. Tahap Perencanaan (planning)
Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran untuk mencapai hasil
pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe TAI dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan materi pelajaran, yaitu materi kelas V sesuai dengan
kurikulum KTSP yang berlaku saat ini di SDN 3 Tempel Rejo Pesawaran
b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c. Menyiapkan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
d. Menyiapkan instrument yang digunakan dalam siklus PTK ( lembar
observasi untuk melihat aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran
berlangsung )
e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif
tipe TAI meliputi beberapa tahap yaitu:
a. Kegiatan awal
1) Guru mengecek kesiapan siswa dalam memulai pembelajaran
2) Guru menyampaikan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran
3) Guru menyampaikan apersepsi dengan mengingatkan kembali kepada
siswa tentang materi yang telah lalu
4) Guru memotivasi siswa untuk belajar mengaitkan materi yang akan
dipelajari dengan materi yang telah lalu
b. Kegiatan inti
2) Guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa tentang materi
yang telah dijelaskan
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5
orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda menurut tingkat
kemampuan akademik (tinggi, sedang, dan rendah)
4) Setiap siswa menyelesaikan tugas berupa soal-soal yang berkaitan
dengan materi yang sudah disediakan oleh guru secara individual.
Guru mengamati kerja setiap siswa dan memberikan bantuan kepada
siswa yang mengalami kesulitan seperlunya
5) Dengan membawa hasil penyelesaian soal-soal yang telah dikerjakan
siswa secara individual, siswa menuju ke kelompok belajar sesuai
dengan kelompok yang telah diinformasikan guru
6) Siswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan teman satu kelompok
dengan cara saling memeriksa, mengoreksi, dan memberikan masukan,
kemudian guru mengamati kerja kelompok siswa dan memberikan
bantuan kepada siswa yang membutuhkan
7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi yang telah
diselesaikan dengan teman sekelompoknya sedangkan guru
mengarahkan siswa
8) Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi, guru memberikan
soal yang dikerjakan setiap siswa secara individual hasil pekerjaan
c. Kegiatan akhir
1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
2) Menindak lanjuti dengan membagi lembar kerja siswa untuk mengukur
tingkat keberhasilan siswa terhadap materi pelajaran yang telah
dilaksanakan
3. Observasi
Selama proses pembelajaran dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir diamati
oleh observer ( guru kelas V ) dengan lembar observasi mengenai aktivitas
belajar siswa serta observasi kinerja guru selama proses pembelajaran
berlangsung.
4. Refleksi
Hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah membahas sesuatu
yang terjadi dalam siklus kedua yang dilakukan oleh peneliti baik itu
KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) SISWA KELAS V SD NEGERI 3 TEMPEL REJO KEDONDONG
KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2012/ 2013 Oleh
RATNA NINGSIH
Masalah dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa rendah. Tujuan penelitian adalah meningkatkan hasil belajar dan mutu pembelajaran matematika tentang operasi hitung bilangan bulat melalui model kooperatif tipe TAI siswa kelas V SD Negeri 3 Tempel Rejo.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/ 2013 di SDN 3 Tempel Rejo Kedondong Kab. Pesawaran. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Tempel Rejo yang berjumlah 15 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan observasi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus; yang masing-masing terdiri dari tahap-tahap; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika melalui model kooperatif tipe TAI pada siswa kelas V SD Negeri 3 Tempel Rejo yang ditunjukkan data dari siklus I sebagai berikut; siswa yang belum tuntas 6 orang (40%) dan 9 orang (60%) yang telah mencapai ketuntasan belajar. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hasil belajar 9,34 atau (13,33%), siswa yang belum tuntas 4 orang (26,67%), dan 11 orang (73,33%) yang telah mencapai ketuntasan belajar. Kesimpulan penelitian ini terdapat peningkatan hasil belajar matematika melalui model kooperatif tipe TAI pada siswa kelas V SDN 3 Tempel Rejo Kedondong tahun pelajaran 2012/ 2013. Saran penulis adalah siswa, guru, dan sekolah dapat mengikuti dan menggunakan model kooperatif tipe TAI agar hasil belajar dan mutu pembelajaran dapat meningkat.
SISWA KELAS V SD NEGERI 3 TEMPEL REJO KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2012/ 2013
Oleh RATNA NINGSIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Ratna Ningsih dilahirkan di Metro pada tanggal 06 Mei 1987 merupakan anak pertama dari
dua bersaudara pasangan Bapak Ahmad Subandi (Alm) dan Ibu Rakinah. Pendidikan sekolah
dasar diselesaikan pada tahun 1999 di Sekolah Dasar Xaverius Metro. Setelah itu penulis
melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Metro dan selesai pada tahun
2002 kemudian penulis melanjutkan studi pada sebuah sekolah negeri yakni Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Metro dan selesai pada tahun 2005.
Setelah itu penulis memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Universitas
Lampung Cabang Metro dengan mengambil Program Study Diploma II PGSD dan dapat
diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2009, penulis berhasil lulus tes penerimaan
Pegawai Negeri Sipil untuk formasi tahun 2008. Sekarang penulis mengajar disebuah sekolah
dasar negeri di Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran yakni Sekolah Dasar Negeri 3
iv
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ………. 18
2. Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa ……… 48
3. Perkembangan Kinerja Guru ………. 49
DAFTAR ISI
Halaman Persembahan ……….. viii
Kata Pengantar ………... ix
2.3 Model Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) ………... 10
2.3.1 Kelebihan Model Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) ……… 15
2.3.2 Kelemahan Model Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) ………. 16
2.4 Hasil Penelitian yang Relevan ……….. 16
2.5 Kerangka Pikir ……….. 17
ii
3.3 Teknik Pengumpulan Data ……….. 20
3.4 Validasi Alat Penelitian ……… 21
3.5 Analisis Data ……….. 21
3.6 Indikator Keberhasilan ……… 24
3.7 Prosedur Penelitian ……….. 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 31
4.1 Gambaran Setting Penelitian ………... 31
4.2 Hasil Penelitian Persiklus ………. 31
4.3 Pembahasan ………... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 52
5.1 Kesimpulan ……… 52
5.2 Saran ……….. 52
v Lampiran
1. RPP Siklus I
2. Lembar hasil belajar pada siklus I
3. Lembar pengamatan aktivitas siswa pada siklus I
4. Lembar pengamatan aktivitas guru pada siklus I
5. RPP Siklus II
6. Lembar hasil belajar pada siklus II
7. Lembar pengamatan aktivitas siswa pada siklus II
8. Lembar pengamatan aktivitas guru pada siklus II
9. Surat izin penelitian
10.Surat keterangan penelitian
11.Surat kesediaan sebagai teman sejawat
12.Surat pernyataan teman sejawat
iii
Tabel Halaman
1. Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa ……… 47
2. Perkembangan Kinerja Guru ………. 49
MOTTO
“ Sehari selembar benang lama-lama menjadi kain”
Perbuatan orang yang sabar dan tekun lama-lama berhasil jua. (Peribahasa)
“Berjalan sampai ke atas, berlayar sampai ke pulau”
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Alloh SWT karena taufik dan hidayah-Nya, serta
usaha yang penulis lakukan, maka penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi ini berisi tentang “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Kooperatif
Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Siswa Kelas V SD Negeri 3Tempel Rejo
Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/ 2013”.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan yang sangat
berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sugeng, M. Si, Rektor Universitas Lampung
2. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penyusunan skripsi
3. Dr. H. Darsono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi yang telah memberikan kemudahan
kepada penulis
4. Dr. Lilik Sabdaningtyas, M. Pd. Selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis saat penyusunan skripsi ini dengan arif dan bijaksana
5. Dra. Fitria Akhyar, M. Pd. Selaku Dosen Pembahas yang telah dengan bijaksana
membimbing penulis
6. Bapak dan Ibu Dosen serta staf FKIP Universitas Lampung
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar bermanfaat dalam pembuatan laporan
yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan penulis khususnya.
Pesawaran, September 2012
Penulis
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Penguji : Dra. Fitria Akhyar, M.Pd. ……….
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd. ……….
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ratna Ningsih
NPM : 1013109132
Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization (TAI) Siswa Kelas V SD Negeri 3 Tempel Rejo Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2012/2013.
Menyatakan bahwa penelitian ini adalah merupakan karya saya sendiri dan menurut
sepengetahuan saya tidak berisi tentang materi yang pernah diduplikasikan atau ditulis oleh
orang lain.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya
orang lain telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai norma dan kaidah penulisan karya
ilmiah.
Demikian pernyataan ini saya buat berdasarkan kondisi yang sebenar-benarnya.
Pesawaran, Oktober 2012
Yang membuat pernyataan
PERSEMBAHAN
Bapakku tercinta Ahmad Subandi (Alm) dan Ibuku tersayang Rakinah, yang senantiasa mendoakan,
merawat, menjaga dan menyayangi. Terimakasih atas bimbingan, kasih saying, kesabaran, dan
pengorbanan yang tulus.
Suamiku (Taufiq Gustadiki) dan buah hati (Tamam Husain Alfarizi) tersayang. Terimakasih atas doa
dan motivasi yang kalian berikan selama ini.
Hj. Sutarti, S.Pd. ibu mertua ku yang menyayangiku, selalu mendoakan untuk keberhasilanku,
Saudara-saudaraku (Santi, Andi, Rani, Iis, Roni, Martini) yang selalu mendukungku dan
mendoakanku
Sahabat-sahabat tersayang, seperjuangan yang tak jenuh-jenuhnya memberikan dorongan dan
motivasi
INDIVIDUALIZATION (TAI) SISWA KELAS V SD NEGERI
3 TEMPEL REJO KEDONDONG KABUPATEN
PESAWARAN TAHUN 2012/ 2013
Nama Mahasiswa :
Ratna Ningsih
No.Pokok Mahasiswa : 1013109132
Program Studi : S1 PGSD SKGJ
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan, Pembimbing,