• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL

ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

by

I. Made Adijaya Negara Tangkas

This watchfulness aims to detect zeolite gift influence beramonium and zeolite beramonium + organic mineral in ration towards degree amonia (NH3) and volatile fatty acid (VFA) rumen with best influence from treatment towards degree amonia (NH3) and volatile fatty acid (VFA) rumen.

This watchfulness carried out in November - December 2010, at Husbandry Direction stable, Faculty of Agriculture, Lampung University. Watchfulness uses rancangan acak lengkap (RAL) with 3 treatments and 3 repetition times, data that got to cultivated with analysis kind in real standard 5% and or 1% then continued with contrast test orthogonal. Watchfulness execution is done 30 adaptation time days, 2 data taking days. treatment that given R1 (basalt ration); R2 (basalt ration + 3% zeolite beramonium); R3 (basalt ration + 3% zeolite beramonium + 1% organic mineral).

(2)

This study aims to determine the effect of zeolites and zeolite amonium beramonium + organic minerals in the ration on levels of ammonia (NH3) and volatile fatty acids (VFA) rumen and

the best effect of treatment on levels of ammonia (NH3) andvolatile fatty acids (VFA) rumen.

This research has been conducted in November-December2010, housed in cages Department of Animal Husbandry, Facultyof Agriculture, University of Lampung. Research using completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 3 replications,the data obtained is processed by the analysis of real diversity at the level of 5% or 1% and then followed

by orthogonal contrasttest. Implementation of the study was conducted 30 daysadaptation period, two days of data collection. The treatmentgiven is R1 (basal rations); R2 (Rations basal +

3% zeoliteberamonium); R3 (basal rations beramonium zeolite + 3% + 1%organic minerals).

The results showed that the use of organic and

(3)
(4)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY

ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

Oleh

I. Made Adijaya Negara Tangkas

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian zeolit beramonium dan zeolit beramonium + mineral organik dalam ransum terhadap kadar amonia (NH3) dan volatile fatty acid (VFA) rumen serta pengaruh terbaik dari perlakuan

terhadap kadar amonia (NH3) dan volatile fatty acid (VFA) rumen.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada November--Desember 2010, bertempat di kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan, data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam pada taraf nyata 5% dan atau 1% kemudian dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan 30 hari masa adaptasi dan 2 hari pengambilan data. Perlakuan yang diberikan adalah R1 (Ransum basal); R2 (Ransum basal + 3% zeolit beramonium); R3 (Ransum basal + 3% zeolit beramonium + 1% mineral organik).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan zeolit beramonium dan mineral organik di dalam ransum menghasilkan konsentrasi NH3 dan VFA rumen sapi PO yang paling baik (P<0,01). Rata-rata kadar amonia (NH3) tertinggi pada

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Pembangunan subsektor peternakan provinsi Lampung memiliki peranan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan ini sejalan dengan visi pembangunan peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan

Hewan Provinsi Lampung yaitu “ Terwujudnya Lampung sebagai Lumbung Ternak “ melalui pembangunan peternakan yang tangguh, berdaya saing dan

berkelanjutan untuk kemakmuran dan ketahanan masyarakat Lampung.

Pakan merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam budidaya ternak untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pakan berguna untuk kebutuhan pokok, produksi, dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik kualitas maupun kuantitas dapat meningkatkan produksi ternak ruminansia.

(6)

Salah satu solusi untuk meningkatkan dan menjaga produktivitas ternak adalah memaksimumkan pemberian bahan-bahan pelengkap (suplemen) baik yang tidak mengandung zat nutrisi seperti antibiotik, antioksidan, dan perangsang nafsu makan maupun yang mengandung zat nutrisi seperti mineral, vitamin, asam amino dan asam lemak tambahan.

Salah satu suplemen yang saat ini sedang diteliti pemanfaatannya sebagai campuran ransum ternak adalah zeolit beramonium dan mineral organik.

Penggunaan zeolit sebagai pakan tambahan untuk ternak telah menunjukkan efek yang positif. Zeolit yang telah dijenuhi oleh ion amonium ini selanjutnya disebut sebagai zeolit beramonium. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pemberian zeolit dapat menaikkan kecepatan pertambahan berat tubuh,

keefeisienan penggunaan makanan (Mumpton and Fishman, 1997), produksi susu, dan performan reproduksi ternak (Muller, 1974).

Menurut penyelidikan Direktorat sumber daya mineral sebagai mana dikutip oleh Burhanuddin (1990), di Indonesia terdapat 46 lokasi yang mengandung zeolit; sebagian diantaranya telah dieksploitasi. Demikian juga pemakaiannya sebagai campuran ransum ternak telah mulai berkembang. Akan tetapi, seberapa jauh efektifitas zeolit alam yang ada di Indonesia dapat memperbaiki perfomans hewan ternak khususnya ternak ruminan dan bagaimana pengaruh tersebut berlangsung secara fisiologis belum banyak diungkapkan.

(7)

mengakibatkan terganggunya proses pencernaan pakan. Respon-respon positif ini diduga berhubungan dengan aksi zeolit untuk mengikat bahan-bahan toksis yang ada di dalam saluran pencernaan dan menaikkan intensitas proses-proses

pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan, sehingga mempengaruhi peningkatan pertumbuhan dan produksi ternak.

Bagi ternak ruminansia, mineral selain digunakan untuk memenuhi kebutuhannya juga digunakan untuk mendukung dan memasok kebutuhan mikroba yang hidup didalam rumen. Untuk mencerna pakan berserat, ternak ruminansia menggunakan jasa fermentasi dari mikroba rumen. Optimalisasi bioproses rumen dan pasca rumen dapat tercapai jika semua prekusor mikroba dalam rumen dan

keseimbangan zat-zat makanan pasca rumen terpenuhi. Untuk menjalankan fungsinya mikroba membutuhkan nutrisi mineral.

Mineraladalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah

mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat komplek dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawa organik biasanya tidak termasuk). Mineral digolongkan menjadi mineral makro dan mineral mikro.

(8)

Amonia adalah salah satu bahan toksik yang banyak diproduksi di dalam saluran pencernaan dan diserap kedalam tubuh (Visek, 1978). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah zeolit beramoniasi berpengahruh terhadap konsentrasi amonia. Secara tidak langsung dapat menunjukkan ada tidaknya aksi pengikat ammonia oleh zeolit di dalam saluran pencernaan. Pemberian zeolit beramonium diharapkan dapat berguna sebagai sumber ilmu pengetahuan dalam

pengembangan aplikasi zeolit khususnya untuk bidang peternakan sesuai dengan karakteristik zeolit alam yang ada di Indonesia.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui :

1. pengaruh pemberian zeolit beramonium dan zeolit beramonium + mineral organik dalam ransum terhadap kadar NH3 dan VFA cairan rumen.

2. pengaruh terbaik dari perlakuan terhadap kadar NH3 dan VFA cairan rumen.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi akan pengaruh pemberian zeolit beramonium, zeolit beramonium + mineral organik, dan perlakuan terbaik terhadap NH3 dan VFA rumen sapi PO.

D. Kerangka Pemikiran

(9)

pokok, produksi dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik kualitas maupun kuantitas dapat meningkatkan produksi ternak ruminansia.

Zeolit dapat meningkatkan nafsu makan dan mengurangi penyakit lambung, mengontrol kandungan NH3dalam kotoran, serta berperan dalam mekanisme biologis untuk memperlancar proses pencernaan, fisiologis, dan biokimia ternak (Mumpton dan Fishman, 1997). Kelebihan ion NH4 dalam rumen dapat diikat oleh zeolit sehingga dapat dimanfaatkan oleh bakteri untuk keperluan sintesa protein sesuai dengan kebutuhan, dengan demikian zeolit disini berfungsi sebagai

buffer ion NH4. Kemampuan zeolit untuk membantu proses penyerapan zat-zat makanan dari dalam ransum serta sifat zeolit sebagai buffer menyebabkan zat-zat makanan akan terserap dengan baik oleh ternak (Arifin dan Komarudin, 1999). Mineral merupakan salah satu unsur yang juga mempengaruhi produksi ternak. Sekitar 4% tubuh ternak terdiri atas mineral, namun hewan tidak dapat mensintesa mineral sendiri karena itu harus diberikan dalam pakan (Maynard et al., 1979). Mineral adalah unsur esensial yang diperlukan mikroba rumen untuk optimalisasi bioproses dalam rumen. Optimalisasi bioproses dalam rumen diharapkan dapat memacu fermentasi dan pertumbuhan mikroba rumen, sehingga dapat

(10)

Pemberian mineral dalam bentuk anorganik tidak dapat mencukupi kebutuhan mineral dalam tubuh ternak akibat adanya interaksi mineral dengan bahan dalam saluran pencernaan. Untuk menghindari interaksi tersebut, mineral harus terlebih dahulu berikatan dengan bahan pengikat organik (lisin dan asam lemak) sebelum masuk ke dalam tubuh ternak. Keunggulan penggunaan mineral organik antara lain mudah larut dan mudah diserap dalam tubuh ternak serta dapat langsung masuk ke dalam sel organ sasaran dan lebih efisien penggunaannya (Sutardi,

1997). Dengan adanya penambahan mineral organik dalam ransum diharapkan meningkatkan populasi mikroba rumen sehingga kecernaan terhadap zat-zat makanan meningkat.

E. Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan ialah

1. pemberian zeolit beramonium dan pemberian zeolit beramonium + mineral organik berpengaruh terhadap NH3 dan VFA rumen sapi PO;

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Pencernaan Pada Ternak Ruminansia

Pencernaan adalah proses perubahan fisik dan kimia yang dialami bahan makanan dalam alat pencenaan dilakukan oleh mikroba rumen. Mikroba rumen merubah zat-zat hara yang terdapat dalam makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana, sehingga dapat diserap tubuh dan dapat digunakan sebagai energi membentuk senyawa-senyawa baru.

Perbedaan anatomis antara ternak ruminansia dan non ruminansia adalah pada ternak ruminansia tidak mempunyai banyak gigi pada rahang atas sebagaimana yang dimiliki ternak non ruminansia. Pengunyahan makanan di bagian mulut pada ternak ruminansia berlangsung relatif singkat, sebagian besar makanan yang dikonsumsi langsung ditelan dan disimpan (sementara waktu) di dalam bagian perut (Kartadisastra, 1997).

(12)

Ketika pakan memasuki rumen, semua unsur nutrisi yang terkandung di dalam pakan akan mengalami pertukaran yang menghasilkan produk siap cerna. Setiap unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan setelah dikonsumsi akan dicerna oleh ternak ruminansia di dalam alat pencernaannya (Kartadisastra, 1997). Pada umumnya pakan dengan kandungan nutrisi tinggi akan memiliki kecernaan tinggi pula (Suarti, 2001)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecernaan, yaitu suhu, laju perjalanan makanan dalam organ pencernaan, bentuk fisik bahan pakan, komposisi ransum, dan pengaruh perbandingan dari zat-zat makanan lainnya (Anggorodi, 1994).

Menurut Sutardi (1980), proses pencernaan dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan perubahan yang terjadi pada bahan makanan dalam alat pencernaan, yaitu

pencernaan mekanik, pencernaan hidrolitik, dan pencernaan fermentatif. Tilman

et al., (1998) menyatakan makanan yang masuk melalui mulut ternak ruminansia akan mengalami proses pengunyahan atau pemotongan secara mekanik hingga membentuk bolus. Dalam proses ini makanan akan bercampur dengan saliva lalu masuk ke dalam rumen melalui esophagus. Selanjutnya di dalam rumen makanan mengalami proses pencernaan fermentatif.

(13)

ditampung, makanan dikembalikan ke mulut untuk dikunyah kembali, proses ini disebut regurgitasi. Pengunyahan kembali makanan yang berasal dari rumen biasa dilakukan ternak pada saat istirahat dan sering kali dilakukan pada kondisi

berbaring (Kartadisastra, 1997). Kemudian makanan ditelan kembali, dicerna oleh mikroba rumen membentuk digesta halus dan masuk ke dalam saluran pencernaan selanjutnya untuk mengalami pencernaan hidrolitik (Fradson, 1993).

Proses pencernaan fermentatif di dalam rumen terjadi sangat intensif. Di dalam rumen terkandung berjuta-juta mikroorganisme bersel tunggal (bakteri dan protozoa) yang menggunakan campuran makanan dan air sebagai media

hidupnya. Bakteri tersebut memproduksi enzim pencerna serat kasar dan protein, serta mensintesis vitamin B yang digunakan untuk berkembang biak dan

membentuk sel-sel baru. Sel-sel inilah yang akhirnya dicerna sebagai protein hewani yang dikenal dengan sebutan protein mikroba (Kartadisastra, 1997).

Menurut Blakely dan Bade (1994), saat mikroorganisme bekerja terhadap pakan di dalam saluran pencernaan, maka akan dihasilkan produk sampingan berupa asam lemak terbang atau volatile vatty acid (VFA). VFA diserap melalui dinding rumen melalui penonjolan-penonjolan yang menyerupai jari yang disebut vili, serta menghasilkan energi. Sutardi (1980) menyatakan bahwa energi yang terbuang dalam bentuk gas metan (CH4) dan panas fermentasi, kemudian protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi NH3.

(14)

gula, asam lemak, dan sebagainya) dihasilkan disini melalui proses kerja cairan lambung terhadap bakteri dan protozoa yang diserap melalui dinding usus. Bahan-bahan yang tidak tercerna bergerak ke secum dan usus besar kemudian disekresikan sebagai feses melalui anus (Blakely dan Bade, 1994).

B. Zeolit Beramonium

Zeolit adalah kristal aluminosilikat terhidrasi dari kation-kation alkali dan alkali tanah. Zeolit pertama kali ditemukan pada 1756 oleh Cronstedt, seorang ahli mineralogi Swedia. Zeolit berasal dari dua kata Yunani yaitu zein berarti mendidih dan lithos yang artinya mengembang jika dipanaskan. Lebih lanjut dinyatakan zeolit merupakan aluminosilikat polihidrat dari alkalin dengan struktur kerangka dimensi dan pori-pori. Struktur ini menunjukkan zeolit mampu

menyerap dan melepas air secara reversible dan menukar kation yang ada di dalamnya, tanpa perubahan yang berarti pada strukturnya (Mumpton dan Fishman, 1997). Zeolit terbentuk dari reaksi antara batuan tufa asam berbutirat halus dan bersifat riolistis dengan air pori atau air meteorik.

Struktur zeolit tersusun dari kerangka tetrahedra A104 dan Si04 yang sangat banyak serta terdapat saluran atau ruang. Berat jenisnya berkisar 2,0--2,4

(15)

Di alam, zeolit terdapat dalam deposit-deposit sebagai hasil reaksi abu vulkanis atau bahan-bahan aluminosilikat lain. Dengan waktu yang cukup dan lingkungan kimia yang cocok, hampir semua rektan yang kaya silikon dapat berubah menjadi zeolit. Sampai saat ini dikenal sekitar 50 jenis zeolit alam. Lima jenis

diantaranya banyak digunakan dalam pertanian yaitu klipnotilolit, kabazit, fillipsit, erionit, dan mordenit (Hawkins, 1984). Karena terbentuk secara bertahap, batuan zeolit biasanya mengandung 50--95% zeolit murni, sisanya berupa bahan-bahan vulkanis yang bersifat lembab. Batuan zeolit berkualitas tinggi idealnya mengandung 90--95% zeolit murni. Akan tetapi kemurnian seperti ini jarang ditemukan (Mumpton, 1988).

Sehubungan dengan komposisi kimia dan struktur fisiknya, zeolit mempunyai sifat-sifat yang unik antara lain dapat mempertukarkan kation, menyerap molekul secara selektif, dan mengalami hidrasi atau dehidrasi tanpa menimbulkan

perubahan yang nyata pada strukturnya (Mumpton and Fishman, 1997). Aplikasi zeolit dalam bidang pertanian terutama melibatkan sifat menukar kation dan menyerap molekul (Shepherd, 1984). Kation-kation logam yang digunakan untuk menetralkan kekurangan muatan positif akibat penggantian sebagian Si4 dengan Al4, terikat secara longgar pada kerangka tektosilikat zeolit. Keadaan ini

membuatnya mudah dipertukarkan dengan kation-kation lain (Mumpton, 1988).

Kerangka tektosilikat zeolit tersusun dalam struktur tiga dimensi sehingga

menghasilkan pori-pori dan rongga-rongga kosong yang tersebar di seluruh tubuh kristal. Diameter pori-pori zeolit alam umumnya berkisar antara 3 dan 10

(16)

volume total zeolit (Mumpton and Fishman, 1997). Rongga-rongga kosong ini biasanya diisi oleh molekul air yang membentuk bidang hidrasi sekitar kation-kation mobil. Bila dehidrasi, zeolit akan membentuk struktur yang microporous dengan luas permukaan internal dapat mencapai beberapa ratus ribu m2/kg zeolit.

Sifat inilah yang membuat zeolit dapat menyerap molekul gas atau cairan secara selektif (Mumpton, 1988). Unit dasar pembentukan zeolit adalah SiO4 dan AlO4 yang memilki kemampuan absorbsi yang besar dengan rumus molekul

Na4K4Al8Si40O9624H2O. Kandungan mineral dari zeolit adalah SiO2

(55,53%), Al2O3 (20,48%), Fe2O3 (2,36%), TiO2 (0,67%), CaO (1,04%), MgO (0,60%), K2O (4,03%), Na2O (1,01%), MnO2 (0,11%), dan loss on ignition

(14,17%) (BPS, 2004).

Di dalam rumen, zeolit beramonium diharapkan dapat berperan sebagai pemasok amonia, yaitu dengan melepaskan NH4 melalui proses pertukaran dengan kation-kation yang masuk dari saliva, terutama Na dan K. Proses pelepasan NH4 dari zeolit diperkirakan terjadi secara berkelanjutan dan perlahan-lahan, karena pasokan kation-kation secara bertahap. Peristiwa pelepasan amonia secara bertahap diharapkan dapat memungkinkan pengendalian konsentrasi amonia dalam rumen, sehingga dapat berada dalam kisaran konsentrasi yang cukup dan tidak terlalu fluktuatif dan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi ternak.

(17)

demikian zeolit berfungsi sebagai buffer ion NH4+ . Dengan adanya mekanisme tersebut pemanfaatan protein oleh ternak lebih efisien yang akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi ternak (Arifin dan Komarudin, 1999).

Hasil penelitian Mumpton dan Fishman (1997) menyatakan bahwa penambahan zeolit ke dalam ransum akan memperlambat laju pencernaan dan saluran

pencernaan sehingga kandungan Si yang ada dalam mineral zeolit akan mengikat Ca dalam saluran pencernaan dan akan terserap lebih efisien.

Zeolit mempunyai kandungan mineral Si yang tinggi. Unsur Si yang besar ini karena mineral zeolit termasuk tektosilikat yang tersusun atas rangkaian SiO4-4 tetahedral tiga dimensi dimana keempat ion oksigen disetiap sudut tetrahidronnya berkaitan dengan tetrahedral lain di sekelilingnya. Model ini menyebabkan berkurangnya nisbah oksigen dan silicon (Si) menjadi 2:1 (Mumpton dan Fishman, 1997).

(18)

C. Mineral Organik

Mineral adalah bahan kimia anorganik yang berperan aktif dalam reaksi-reaksi yang melibatkan enzim, memiliki fungsi spesifik dan penting bagi kehidupan ternak (Church, 1988). Mineral digolongkan menjadi dua yaitu mineral makro dan mineral mikro. Bioproses dalam rumen dan pascarumen harus didukung oleh kecukupan mineral makro dan mikro.

Mineral merupakan salah satu unsur nutrisi yang berpengaruh juga dalam berbagai fungsi biologis dalam tubuh, seperti pembentukan tulang dan gigi, pembentukan haemoglobin, menjaga keseimbangan asam basa, mempertahankan tekanan osmosis, mengatur transpor zat makanan ke sel-sel, mengatur

permeabilitas sel dan mengatur metabolisme zat makanan (Sutardi, 1980).

Sebagai unsur nutrisi, mineral dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit, tetapi sangat esensial, karena tubuh ternak tidak dapat mensintesisnya sendiri. Jumlah mineral yang dibutuhkan ternak bervariasi tergantung pada jenis, kelas, dan tipe ternak (Kartadisastra, 1997).

Mineral-mineral ini berperan dalam optimalisasi bioproses dalam rumen dan metabolisme zat-zat makanan. Mineral mikro dan makro di dalam alat

pencernaan ternak dapat saling berinteraksi positif atau negatif dan faktor lainnya seperti asam fitat, serat kasar, dan zat-zat lainnya dapat menurunkan ketersediaan (availability) mineral. Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat

(19)

Mineral dalam bentuk chelates dapat lebih tersedia diserap dalam proses pencernaan. Agensia Chelating dapat berupa karbohidrat, lipid, asam amino, fosfat, dan vitamin. Dalam proses pencernaan, chelates dalam ransom

memfasilitasi menembus dinding sel usus. Secara teoritis, chelates meningkatkan penyerapan mineral. Mineral-mineral ini merupakan mineral pembentuk mineral organik yang berperan dalam optimalisasi bioproses dalam rumen dan

metabolisme zat-zat makanan.

Pembuatan mineral organik dapat dilakukan dengan cara biologis dan kimiawi. Penggunaan suplementasi mineral organik Ca, Mg (mineral makro) dan Zn,Cu,Cr, Se (mineral mikro) diharapkan dapat meningkatkan penyerapan bioproses rumen, pascarumen dan metabolisme zat makanan dalam upaya meningkatkan produksi ternak ruminansia.

1) Mineral makro

1. Mineral Ca

(20)

kalsium fosfat dan kulit kerang. Oleh karena itu, suplementasi Ca dibutuhkan dalam pakan yang rendah leguminosa dan tinggi jumlah konsentratnya.

2. Mineral Mg

Magnesium tergolong mineral makro. Maknesium terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan lemak yakni sebagai katalisator enzim. Selain itu magnesium juga dibutuhkan dalam oksidasi dalam sel dan mempengaruhi activator neuromuscular

(Parakkasi,1998). Mineral ini diperlukan dalam oksidasi fosforilasi untuk pembentukan ATP dan merupakan activator untuk semua reaksi enzim yang membutuhkan tiaminpirofosfat (TPP), yaitu, oksidasi piruvat, perubahan alfa-ketoglutarat menjadi suksinil Co-A, dan reaksi transketolase (Tillman et al., 1991). Sumber utama Magnesium adalah hijauan dan biji-bijian. Kekurangan Mg pada ternak ruminant dapat menyebabkan gangguan nafsu makan, populasi mikroba rumen, dan pencernaan pada rumen (Parakkasi, 1998).

2) Mineral mikro

1. Mineral Zn

(21)

Defisiensi mineral ini sangat merugikan bagi ternak ruminan karena dapat mengakibatkan penurunan fungsi rumen sehingga produksi VFA akan menurun yang pada akhirnya akan dapat menurunkan pertumbuhan ternak tersebut (Tillman

et al., 1991). 2. Mineral Cu

Bahan kering ransum sapi dianjurkan berkadar Cu 10 mg/kg ransum (NRC, 1988). Jumlah Cu yang terdapat dalam tubuh dan pakan biasa tidak dapat

mencukupi kebutuhan Cu ternak. Analisis mineral tanah, pakan, darah dan organ tubuh ternak sapi yang dipotong di Jawa Tengah pada 1983 memperlihatkan status Cu yang berkisar dari defisien sampai marjinal (Sutardi, 1980).

Mineral Cu berfungsi sebagai katalisator enzim metallo-protein (Tillman et al., 1991) karena Cu merupakan salah satu unsur enzim tersebut. Penambahan mineral Co bersama dengan Cu dapat meningkatkan kecernaan serat kasar pada ternak ruminansia (Arora, 1995). Defisiensi Cu akan mengakibatkan ternak mengalami anemia karena seruplasmin dalam tubuh akan rendah sebagai imbas dari rendahnya mineral Cu (Tillman et al., 1991).

(22)

3. Mineral Cr

Mineral Cr termasuk mineral mikro yang harus tersedia dalam tubuh dalam jumlah yang sedikit. Kromium berperan dalam sintesis lemak, metabolisme protein dan asam nukleat (McDonald et al, 1995). Selanjutnya McDonald et al (1995) menyatakan bahwa defisiensi mineral Cr dapat mengakibatkan penurunan kolesterol darah dan peningkatan HDL (High Density Lipoprotein) dalam plasma darah. Selain itu mineral Cr esensial untuk kerja optimum hormon insulin dan jaringan mamalia serta terlibat dalam kegiatan lipase. Mineral Cr erat kaitannya dalam produksi susu. Susu mengandung karbohidrat (laktosa) yang membutuhkan

precursor, yaitu propionat hasil fermentasi rumen. Propionat tersebut masuk kedalam sel susu dalam bentuk glukosa dan Cr dapat meningkatkan pemasukan glukosa kedalam sel alveolus untuk pembentukan laktosa susu.

4. Mineral Se

Ransum sapi perah dianjurkan agar mengandung Se 0,3 mg/ton bahan kering ransum (NRC, 1988). Selenium dalam jumlah yang normal dapat menstimulir sintesa protein mikroba namun sebaliknya, jika berlebih akan menghambat sintesa protein mikroba (Arora, 1995). Mineral ini mungkin juga diperlukan dalam mekanisme penyerapan lipid di saluran pencernaan atau pengangkutan lemak melalui dinding usus (Parakkasi, 1998). Kombinasi mineral Se dengan vitamin E berperan dalam sistem imun dan dapat mencegah keracunan logam berat

(McDonald et al., 1995).

(23)

daging putih (white muscle desease) serta kemandulan pada sapi betina (Sutardi, 1980). Defisiensi Se dapat dicegah dengan suplementasi vitamin E (McDonald et al, 1995). Konsumsi Se dalam jumlah yang berlebih (3--4 ppm) dalam ransum akan menyebabkan gangguan reproduksi pada sapi, babi, domba dan ayam (Tillman et al., 1991).

D. NH3 (Kadar Amonia)

NH3 dalam rumen merupakan petunjuk antara proses degradasi dan sintesis protein oleh mikroba rumen. Protein pakan dalam rumen akan dirombak oleh mikroba rumen menjadi amonia, karbondioksida, dan VFA. Menurut Sutardi (1980) protein ransum akan dihidrolisis oleh enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mikroba rumen menjadi oligopeptida dan kemudian menjadi asam keto alfa dan NH3. Jika pakan defisien akan protein atau proteinnya tahan degradasi maka konsentrasi amonia dalam rumen akan rendah dan pertumbuhan mikroba rumen akan lambat yang menyebabkan turunnya kecernaan pakan (McDonald et al., 1995). Kadar NH3 yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan mikroba rumen yang maksimal adalah 8--12 mM (Sutardi, 1997).

(24)

adalah pengguna amonia yang paling efisien. Sekitar 82% spesies mikroba rumen mampu menggunakan amonia sebagai sumber nitrogen untuk sintesis protein.

Menurut Tillman et al. (1991), nilai protein mikroorganisme dipengaruhi oleh pH rumen. Suasana asam akan menurunkan aktifitas protozoa dan menaikkan aktifitas beberapan mikroba. Namun, pengaruh ini sebagian dapat dicegah dengan

melintasi atau menghindari (bypass) fermentasi protein yang biasanya terjadi pada pH cairan rumen yang rendah. Fermentasi protein makanan yang rendah

kualitasnya dalam rumen dapat menaikkan kualitas protein, karena nilai biologis protein mikroorganisme adalah tinggi. Perombakan beberapa protein adalah cepat, sehingga menghasilkan kadar amonia rumen yang tinggi, sebagian diserap dan disekresikan sebagai urea. Protein mikroba tersebut bersama dengan protein pakan yang lolos degradasi mengalami kecernaan di dalam usus oleh enzim-enzim protease dengan hasil akhir asam amino (Sutardi, 1977).

Gambar 1. Proses degradasi protein dalam rumen (Sutardi, 1977)

(25)

E. VFA (Volatile Fatty Acid)

VFA (Volatile Fatty Acid) adalah asam lemak yang mudah menguap dan berubah menjadi sumber energi dan CO2 + CH4¯ . VFA merupakan hasil akhir dari

pencernaan karbohidrat dalam rumen (Parakkasi, 1998). Karbohidrat yang masuk ke dalam rumen ternak akan mengalami proses degradasi oleh mikroba rumen menjadi sakarida yang sederhana dan kemudian sakarida tersebut diubah menjadi piruvat melalui lintasan glikolitik Embden – meyerhof (Russen dan Hesfel, 1981). Piruvat selanjutnya akan diubah oleh mikroorganisme intraseluler menjadi asam lemak terbang (VFA) yang terdiri dari asam asetat, propionat, butirat, isobutirat, isofalerat dan 2-metil butirat (Sutardi, 1997).

VFA rumen merupakan sumber energi utama dan karbon untuk pertumbuhan ternak dan mempertahankan mikroorganisme rumen. Sebanyak 70--80%

kebutuhan energi ternak ruminansia dipenuhi oleh produksi VFA rumen. Energi yang didapat akan digunakan oleh ternak untuk hidup pokok dan produksi. Jumlah produksi VFA yang baik untuk memenuhi sintesis mikroba rumen yaitu sekitar 80--160 mM (Sutardi et al., 1983).

Produk fermentasi (VFA) di dalam rumen diserap melalui epitel rumen lalu masuk ke dalam aliran darah dan menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Sebagian mikroba yang tumbuh dalam rumen bersama digesta akan bergerak

(26)

Asam-asam lemak rantai cabang berasal dari katabolisme protein. Adanya

pergerakan dan kontraksi dinding rumen sangat berperan untuk mendukung proses metabolisme diatas. Pergerakan dan kontraksi tersebut membantu proses

pengadukan digesta dan inokulasi partikel pakan dan pergerakan digesta ke abomasum (Erwanto, 1995)

(27)

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada November - Desember 2010, bertempat di kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Analisis NH3 dan VFA dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Bahan dan Alat Penelitian

1) Bahan penelitian

(28)

2) Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit kandang dengan sistem koloni berkapasitas 9 ekor sapi. Ukuran per unit kandang 150 x 90 cm, tempat ransum, tempat minum, timbangan ternak, timbangan duduk, timbangan digital, timbangan gantung, kandang jepit, selang penghisap cairan rumen, cawan

conway, tabung tempat rumen, buret untuk titrasi, alat destilasi, labu erlenmeyer, gelas ukur, pipet, dan plastik.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan, data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam pada taraf nyata 5% dan atau 1% kemudian dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan 30 hari masa adaptasi dan 2 hari pengambilan data. Perlakuan yang diberikan adalah

R1 : ransum basal

R2 : ransum basal + 3% zeolit beramonium

(29)

Tata letak ternak dan kandungan nutrisi ransum basal dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 1 di bawah ini.

Sapi 9 Sapi 8 Sapi 7 Sapi 6

R2U3 R1U3 R1U2 R3U3

Sapi 4 Sapi 3 Sapi 2 Sapi 1 Sapi 5 R2U2 R3U1 R1U1 R2U1 R3U2

Gambar 2. Tata letak ternak penelitian

Tabel 1. Kandungan nutrisi ransum basal

Bahan Pakan Komposisi BK Abu PK LK SK TDN

Bungkil kelapa (%) 21 92,52 4,14 14,11 11,90 10,72 67,43

Dedak padi (%) 13 91,26 10,80 9,96 2,32 18,51 55,52

Onggok (%) 44 90,17 2,40 2,83 0,67 8,26 77,24

Pod coklat (%) 21 17,00 12,20 7,20 0,80 32,50 53,00

SDS (%) 88,20 9,51 24,84 23,82 7,14 65,17

Premix (%) 1 1,00 2,88 00,00 00,00 00,00 00,00

Keterangan : SDS = silase daun singkong (berdasarkan bobot badan).

D. Peubah yang Diukur

Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah menghitung kadar NH3 dan VFA rumen. Menurut Muhtarudin et al. (2002), perhitungan kadar NH3 dan VFA adalah sebagai berikut :

 Kadar NH3 = (ml titrasi x N H2SO4 x 1000) mM

(30)

E. Pelaksanaan Penelitian

1)Persiapan bahan ransum

1. Pembuatan zeolit beramonium

2. Pembuatan mineral organik

a) Pembuatan Mineral-makro Organik

a. Prosedur Pembuatan Mg

Prosedur pembuatan Mg berdasarkan Muhtarudin (2002), yaitu :

Menyiapkan zeolit dan amonium sulfat dan aquades dengan ukuran zeolit 500 g, aquades 500 g dan amonium sulfat 420 g.

Melarutkan amonium sulfat dengan aquades sampai larut seluruhnya.

Memasukkan larutan amonium sulfat ke dalam zeolit, tunggu sampai zeolit mengeluarkan air lalu keringkan dengan menjemur dibawah sinar matahari

Menentukan bilangan penyabunan minyak jagung (didapat 190,6)

Menyiapkan minyak jagung sebanyak 1000 g (larutan A);

Menyiapkan NaOH 5 mol lalu dilarutkan dalam aquades 1653,9 ml (larutan B), lalu melarutkan MgSO4 sebanyak 5 mol dalam aquades 987,1 ml

(larutan C);

Mencampurkan larutan A dan B, setelah itu dengan larutan C dengan reaksi sebagai berikut

(31)

b. Prosedur Pembuatan Ca

Prosedur pembuatan Ca berdasarkan Muhtarudin (2002), yaitu :

b) Pembuatan mineral-mikro organic

a. Prosedur pembuatan Zn - lisinat

Prosedur pembuatan Zn-lisinat berdasarkan Muhtarudin (2002), yaitu :

Menentukan bilangan penyabunan minyak jagung (didapat 190,6)

Menyiapkan minyak jagung sebanyak 1000 g (larutan A);

Menyiapkan NaOH 200 g lalu dilarutkan dalam aquades 1653,9 ml (larutan B), lalu melarutkan CaCO3 sebanyak 200 g dalam aquades 925 ml (larutan

C);

Menyiapkan 43,823 g lisin HCL yang dilarutkan dalam aquades 100 ml ;

Mencampurkan ZnSO4 sebanyak 16,139 g yang dilarutkan dengan aquades 100 ml hingga diperoleh campuran Zn-lisinat dengan reaksi sebagai berikut

Zn2 + 2 lisin Zn (lisin)2 Kation Anion

Mencampurkan larutan A dan B, setelah itu dengan larutan C dengan reaksi sebagai berikut

(32)

b. Prosedur pembuatan Cu - lisinat

Prosedur pembuatan Cu-lisinat berdasarkan Muhtarudin (2002), yaitu :

c. Prosedur pembuatan Cr - lisinat

Prosedur pembuatan Cr-lisinat berdasarkan Muhtarudin (2002), yaitu :

Menyiapkan 48,823 g lisin HCL yang dilarutkan dalam aquades 100 ml ;

Mencampurkan CuSO4 sebanyak 15,955 g yang dilarutkan dengan aquades 100 ml hingga diperoleh campuran Cu-lisinat dengan reaksi sebagai berikut

Cu2 + 2 lisin Cu (lisin)2 Kation Anion

Menyiapkan larutan Cr dari K2Cr2O7 sebanyak 29,4 g lalu dilarutkan dengan aquades sampai 500 ml ;

Menambahkan H2O2 sebanyak 8,79 ml dan HCL sebanyak 100,69 ml

Melarutkan kembali dengan aquades hingga mencapai 1 liter larutan, sehingga diperoleh reaksi sebagai berikut:

2K2Cr2O7 + 3H2O + 16 HCl 3O2 + 4CrCl3 + 11H2O + 4KCl

Reaksi diatas kemudian dicampurkan dengan lisin HCl sebanyak 65,73 g yang dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 liter dan akan diperoleh campuran Cr-lisinat dengan reaksi sebagai berikut :

(33)

d. Prosedur pembuatan Se - lisinat

Prosedur pembuatan Se-lisinat berdasarkan Muhtarudin (2002), yaitu :

2) Prosedur pengambilan cairan rumen

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel cairan rumen yang diperoleh pada hari terakhir masa pengambilan data. Sampel rumen yang diambil sebanyak 10 ml. Pengambilan cairan rumen dengan cara menyedot isi rumen sapi dengan menggunakan selang penyedot. Sampel cairan tersebut kemudian

dianalisis kadar NH3 dan VFA rumen yang dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Universitas Lampung.

3) Prosedur analisis NH3 dan VFA rumen

a. Analisis NH3 rumen

Menurut Muhtarudin et al.., (2002) analisis NH3 rumen dilakukan dengan cara, sebagai berikut :

Menyiapkan larutan Se dari Na2 SeO3 sebanyak 2,1096 g lalu dilarutkan dengan aquades sampai 100 ml ;

Reaksi di atas kemudian dicampurkan dengan larutan lisin HCl sebanyak 4,38 g yang dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 liter, sehingga diperoleh campuran Se-lisinat dengan reaksi sebagai berikut

(34)

b. Analisis VFA Rumen

Menurut Muhtarudin et al.., (2002) analisis VFA rumen dilakukan dengan cara, sebagai berikut :

Mensentrifugasi cairan rumen agar terpisah antara supernatan dan endapan;

Mengambil 1 ml supernatan cairan rumen dan letakkan disisi kanan cawan conwai dengan 1 ml larutan Na2CO3 jenuh pada sisi kiri;

Masukkan asam borat 2% sebanyak 1 ml pada bagian tengah cawan conwei untuk menangkap nitrogen dari sampel lalu tutup cawan dengan dengan diolesi vaselin;

Mencampurkan supernatan dengan larutan Na2CO3 jenuh hingga merata lalu diamkan selama 24 jam hingga warna berubah dari warna ungu menjadi warna

hijau;

Menitrasi dengan menggunakan H2SO4 0,0143 N Menghentikan titrasi setelah warna kembali semula (dari warna hijau menjadi ungu) dan catat volume H2SO4

0,0143 N yang terpakai lalu hitung Kadar NH3 dengan rumus.

Mensentrifugasi cairan rumen pada kecepatan 800 rpm selama 10 menit;

Mengambil 5 ml supernatan cairan rumen dan masukkan ke dalam destilasi uap lalu Tambahkan 1 ml H2SO4 15% dan tutup;

Masukkan NaOH 0,5 N ke dalam tabung erlenmeyer dan meletakkan pada ujung kondensor agar menangkap uap panas dan VFA yang terbang;

Manitrasi larutan dengan HCl 0,5 N sehingga warna menjadi bening dan catat volumen HCl 0,5 N yang terpakai. Hitung kadar VFA dengan rumus. Menghidupkan pemanas dan hentikan setelah volume mencapai 200 ml lalu

(35)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :

1. penggunaan zeolit beramonium di dalam ransum tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan ransum basal (R1) terhadap kadar amonia (NH3) rumen dan Volatile Fatty Acid (VFA) rumen pada sapi PO ;

2. penggunaan zeolit beramonium dan mineral organik di dalam ransum menghasilkan konsentrasi NH3 dan VFA cairan rumen sapi PO yang terbaik (P<0,01).

B. Saran

(36)

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL

ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) DAN VOLATILE FATTY ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

(Skripsi)

Oleh

I. MADE ADIJAYA NEGARA TANGKAS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(37)

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL

ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) DAN VOLATILE FATTY ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

(Skripsi)

Oleh

I. MADE ADIJAYA NEGARA TANGKAS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(38)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1 B. Tujuan Penelitian ... 4 C. Manfaat Penelitian ... 4 D. Kerangka Pemikiran ... 4 E. Hipotesis ... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

(39)

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 23 1) Bahan penelitian... 23 2) Alat penelitian... 24 C. Metode Penelitian... 24 D. Peubah yang Diukur ... 25 E. Pelaksanaan Penelitian ... 26 1) Persiapan bahan ransum... ... 26 2) Prosedur pengambilan cairan rumen... 29 3) Prosedur analisis NH3 dan VFA rumen... 29 IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Kadar NH3 (Amonia)... . 31 B. Produksi VFA (Volatile Fatty Acid)... 35 V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

(40)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Kandungan Nutrisi Ransum basal... 25 2. Pengaruh ransum perlakuan terhadap NH3 rumen…... ... 31 3. Data pemberian ransum... 32 4. Pengaruh ransum perlakuan terhadap produksi VFA rumen……….. 35 5. Data penelitian hasil analisis laboratorium……….. ….. 44 6. Analisis data kadar amonia (NH3) ...………….……….. 45 7. Uji kontras orthogonal terhadap kadar amonia (NH3)………. 45 8. Analisis ragam dan uji kontras orthogonal terhadap kadar amonia

(NH3) rumen pada sapi PO... 46 9. Analisis data Volatile Fatty Acid (VFA)...………. 47 10. Uji kontras orthogonal ransum perlakuan terhadap VFA rumen…… 47 11. Analisis ragam dan uji kontras orthogonal Volatile Fatty Acid

(41)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Proses degradasi protein dalam rumen ……….. 20

2. Tata letak ternak penelitian ……….. 25

3. Analisis produksi Volatile Fatty Acid (VFA)...……. 50

4. Titrasi produksi Volatile Fatty Acid (VFA)……… 50

5. Analisis kadar NH3...……… 51

6. Titrasi analisis kadar NH3...……… 51

7. Pembuatan zeolit beramonium ……… 52

(42)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY

ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

Oleh

I. Made Adijaya Negara Tangkas

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian zeolit beramonium dan zeolit beramonium + mineral organik dalam ransum terhadap kadar amonia (NH3) dan volatile fatty acid (VFA) rumen serta pengaruh terbaik dari perlakuan

terhadap kadar amonia (NH3) dan volatile fatty acid (VFA) rumen.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada November--Desember 2010, bertempat di kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan, data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam pada taraf nyata 5% dan atau 1% kemudian dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan 30 hari masa adaptasi dan 2 hari pengambilan data. Perlakuan yang diberikan adalah R1 (Ransum basal); R2 (Ransum basal + 3% zeolit beramonium); R3 (Ransum basal + 3% zeolit beramonium + 1% mineral organik).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan zeolit beramonium dan mineral organik di dalam ransum menghasilkan konsentrasi NH3 dan VFA rumen sapi PO yang paling baik (P<0,01). Rata-rata kadar amonia (NH3) tertinggi pada

(43)

PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL

ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) dan VOLATILE FATTY ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

by

I. Made Adijaya Negara Tangkas

This watchfulness aims to detect zeolite gift influence beramonium and zeolite beramonium + organic mineral in ration towards degree amonia (NH3) and volatile fatty acid (VFA) rumen with best influence from treatment towards degree amonia (NH3) and volatile fatty acid (VFA) rumen.

This watchfulness carried out in November - December 2010, at Husbandry Direction stable, Faculty of Agriculture, Lampung University. Watchfulness uses rancangan acak lengkap (RAL) with 3 treatments and 3 repetition times, data that got to cultivated with analysis kind in real standard 5% and or 1% then continued with contrast test orthogonal. Watchfulness execution is done 30 adaptation time days, 2 data taking days. treatment that given R1 (basalt ration); R2 (basalt ration + 3% zeolite beramonium); R3 (basalt ration + 3% zeolite beramonium + 1% organic mineral).

(44)

This study aims to determine the effect of zeolites and zeolite amonium beramonium + organic minerals in the ration on levels of ammonia (NH3) and volatile fatty acids (VFA) rumen and

the best effect of treatment on levels of ammonia (NH3) andvolatile fatty acids (VFA) rumen.

This research has been conducted in November-December2010, housed in cages Department of Animal Husbandry, Facultyof Agriculture, University of Lampung. Research using completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 3 replications,the data obtained is processed by the analysis of real diversity at the level of 5% or 1% and then followed

by orthogonal contrasttest. Implementation of the study was conducted 30 daysadaptation period, two days of data collection. The treatmentgiven is R1 (basal rations); R2 (Rations basal +

3% zeoliteberamonium); R3 (basal rations beramonium zeolite + 3% + 1%organic minerals).

The results showed that the use of organic and

(45)
(46)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Proses degradasi protein dalam rumen ……….. 20

2. Tata letak ternak penelitian ……….. 25

3. Analisis produksi Volatile Fatty Acid (VFA)...……. 50

4. Titrasi produksi Volatile Fatty Acid (VFA)……… 50

5. Analisis kadar NH3...……… 51

6. Titrasi analisis kadar NH3...……… 51

7. Pembuatan zeolit beramonium ……… 52

(47)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 4

D. Kerangka Pemikiran ... 4

E. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Sistem Pencernaan pada Ternak Ruminansia ... 7

B. Zeolit Beramonium... 10

C. Mineral Organik ... 14

1) Mineral makro... . 15

2) Mineral mikro... 16

D. NH3 (Amonia) ... 19

(48)

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 23

1) Bahan penelitian... 23

2) Alat penelitian... 24

C. Metode Penelitian... 24

D. Peubah yang Diukur ... 25

E. Pelaksanaan Penelitian ... 26

1) Persiapan bahan ransum... ... 26

2) Prosedur pengambilan cairan rumen... 29

3) Prosedur analisis NH3 dan VFA rumen... 29

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Kadar NH3 (Amonia)... . 31

B. Produksi VFA (Volatile Fatty Acid)... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

A. Kesimpulan... 38

B. Saran... 38

DAFTAR PUSTAKA... 39

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1979, Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.

---. 1985, Ilmu Makanan Ternak Umum 2. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.

---. 1994, Ilmu Makanan Ternak Umum 3. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.

Arifin, M dan Komarudin. 1999. Zeolit. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum.

Arora, S.P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta.

Askar, S. P. dan N. Marlina. 1997. ”Komposisi kimia beberapa hijauan pakan ternak”. Buletin Teknik Pertanian. Vol.11:10.

Biro Pusat Statistik. 2004. Statistika Peternakan (on line). http://www.bps.com. Blakely, J. dan D.H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B. Srigandono).

Burhanuddin, B. M. 1990. ”Pengkajian Zeolit alam dan strategi

pendayagunaannya Dalam industri agro”. Makalah pada Seminar Nasional ” Zeo-agroindustri” yang diselenggarakan pada tanggal 18 Juli 1990 di Bandung. Clark, D. and C,. Davis. 1980. Digestive Physiology and Nutrition Ruminant. Vol 1, 2 Edition. New York

Erwanto. 1995. ”Optimalisasi Sistem Fermentasi Rumen melalui Suplementasi Sulfur, Defaunasi, Reduktasi Emisi Metan dan Stimulasi Pertumbuhan Mikroba pada Ternak Ruminansia”. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(50)

Gill, T.D. L.F. Kubena, R.B. Haevey. 1973. Protein Nutrition in Ruminants. Academic Prees. London

Hawkins, M.G. 1984. Encyclopedia of Science and Technologi. 5th Ed. Reston and Publishing Company, Inc. Prentice Hall Company. Reston. Virginia.

Hurlburt and Klein, 1977. “Protein and non-protein utilization in dairy cattle”. J. Dairy Sci. 64: 1170-1181

Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Kanisius. Jakarta.

Kondo, T. Wu, Y. and K. K. Kao. 1969. “Protein or non protein utilization in Dairy cattle”. Journal Dairy Science. 64:117

Maynard, L. A.,J.K. Loosly, H.f. Hintz, and R.G. Warner. 1979. Animal Nutrition. 7 th edition. Mc Grew-Hill book Co. Inc. New York.

Mc Donald, P.,R.A. Edwards, J.F.D. Greenhalgh, and C.A. Morgan. 1995. Animal Nutrition. 5 th Ed. Library of Congress Cataloging Publication. London.

---. 1995. Animal Nutrition. 4th Ed. Longman Group Ltd. London Morrison, F.B. 1959. Feeds and Feeding. The Morisson Publishing Coy. Ithaca Muller, Z. O.1974. ”Livestock Nutrition in Indonesia”. Report Prepared for Development Program, Foot, and Agricultural Organization of The United Nation. Rome.

Muhtarudin. 2002. “Pengaruh Amoniasi, Hidrolisat Bulu Ayam, Daun Singkong, dan Campuran Lisin-Zn-Minyak Lemuru terhadapo Penggunaan Pakan pada Ruminansia”. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Muhtarudin, Erwanto, dan F. Fathul. 2002. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia. Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Mumpton, F. A. 1984. “Flammae et Fumus Proximi sunt : the role of natural ziolites in agriculture and aquaculture”. In. W.G. pond and F. A. Mupton, Zeo agriculture: use of natural zeolites in agriculture and aquaculture.Westview press. Colorado.pp.3-27.

Mumpton, F.A. and P.H. Fishman .1997. “Pengaruh strain dan lama penyimpanan terhadap Kualitas Internal Telur dari Ayam yang Mendapat

(51)

National Research Council. 1988. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 6th Ed. National Academy Science. Washington, D. C.

Parakkasi, A. 1983. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

---. 1987. ”Ilmu Nutrisi Ruminansia Pedaging”. Diktat. IPB. Bogor. ---. 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Prihandono, R. 2001. ”Pengaruh Suplementasi Probiotik Bioplus, Lisinat Zn dan Minyak Lemuru (Sardinella longiceps) Terhadap Tingkat Penggunaan Pakan dan Produksi Fermentasi Rumen Domba”. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Russen dan Hesfel, 1981. Animal Nutrition in Tropics. Vikas Publising House. New Delhi.

Satter dan Slyter. 1974. “Effects of zeolite A or clinoptilolite in diets of growing swine”. J. Anim. Sci.

Schaefer, B.J., W.H. Hoover, J.P. Sargent, R.J. Crawford JR and W. V. Thayne. 1980. “Fermentation of a high concentrate diets as affected by ruminal pH and digesta flow”. J. Dairy Sci

Shepherd, 1984. Animal Nutritions. 7th Ed. Tata Mc.Graw-Hill Book Company. Inc. New York.

Suarti, M. 2001. “Pengaruh amoniasi, Penambahan Tepung Bulu Ayam, Tepung Daun Singkong, Lisin-Zn-PUFA dalam Ransum terhadap Kecernaan Zat

Makanan Kambing Peranakan Etawa”. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sutardi T. 1977. Ikhtisar Ruminologi. Bahan Kursus Peternakan Sapi Perah. Kayu Ambon. Dirjen Peternakan-FAO

---. 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

---. 1997. Peluang dan Tantangan Pengembangan Ilmu Nutrisi

Ternak. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Nutrisi Ternak. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.

(52)

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Tkchev, E. Z and V. V. Ustin. 1985. “Digestive and metabolic functions of the digestive tract of young pigs given a feed mixed with natural zeolite”. In Pig News and Inf.

Tsitsishvili,G.V.T.G Andronikashhivili, N. Ph. Kvashali, R.M. Bagishvili and Z.A Zurabashvili.1984. “Agricultural Applications of Natural Zeolites in the Soviot Union”. In W.G Pond and F.A Mumpton(Eds). Zeo-agriculture : use of Natural Zeolites in Agriculture and Aquaculture. Westview Press. Colorado.pp.367-93. Visek, B. 1978. “The theory and practice of mineral proteinates in the animal feed industry”. Journal Animal Science. Vol III (3): 133-146.

(53)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 06 April 1988, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak I Nyoman Sudama dan Ibu Ni Made Arwini.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Pelita Bhakti Telukbetung pada 2000, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN 18 Bandarlampung pada 2003 dan sekolah lanjutan tingkat atas di SMA Taman Siswa Bandarlampung pada 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru pada 2006.

(54)

Tidak ada orang yang bisa menjadi besar dengan

menganggap rendah orang lain untuk merasa

kebahagiaannya sendiri. Demikian juga,

Tidak ada orang yang akan menjadi kecil jika ia tulus

menjadikan kebahagiaan orang lain sebagai syarat bagi

kebahagiaannya sendiri

(Khalil Gibran)

” HIDUP ”

seperti sederetan kata yang hanya menyisakan beberapa spasi.

Terkadang kita butuh koma untuk mengistirahatkan perjalanan kita, tapi

yakinlah bahwa titik bukan akhir dari segalanya karena masih ada

banyak kata yang harus kita untai menjadi

sebuah lembar kehidupan yang baru dan lebih

” INDAH ”.

(Adijaya Tangkas)

Bersyukurlah atas segala yang diberikan Tuhan YME baik dalam

kondisi senang maupun susah dan bersabarlah atas apa yang

belum engkau raih dan berbaik sangkalah kepada-Nya selalu

(55)

Tanpa doa, motivasi, pengorbanan dan kasih sayang, aku

bukanlah dan tidaklah berarti apa-apa. Sebagai tanda hormat

dan terima kasih kupersembahkan karya kecil ini untuk

Bapak dan Ibu tercinta dan seluruh keluarga besarku, semua

sahabatku, keluarga besar Peternakan Unila serta Almamater

(56)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN Y.M.E, karena berkat rahmat dan hidayad-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir Muhtarudin,M.S.--selaku Pembimbing Utama dan Ketua Jurusan Peternakan--atas bimbingan, arahan, serta nasehat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi;

2. Ibu. Ir. Nining Purwaningsih--selaku Pembimbing Anggota--atas arahan, bantuan, petunjuk, dan pengertian kepada penulis selama penyusunan skripsi; 3. Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S.--selaku Pembahas--atas ide, arahan,

bimbingan, dan izin selama penelitian dan penyusunan skripsi;

4. Ibu. Dian Septinova, S.Pt., M.T.A.--selaku Pembimbing Akademik--atas saran, bimbingan, dan nasehat yang diberikan selama menempuh pendidikan; 5. Bapak. Ir. Arif Qisthon, M.Si.--selaku Sekretaris Jurusan Peternakan--atas

bimbingan, kritik, dan saran selama masa perkuliahan;

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Peternakan yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan;

(57)

9. Kakak adikku (bli Gede dan Agung), pamanku (Pak Yan, Pak Tut, Pak Mang) yang selalu memberi kasih sayang, semangat dan motivasi;

10.Mas Feri, Mbak Erni, Agus, Mas Tio, Mas Rajino sekeluarga--atas bantuan fasilitas dan kebaikannya selama penulis penelitian dan penyusunan skripsi; 11.Sahabatku kak Dido, kak Njun, kak Yudi, Jul, Arman, Jay, Apunk, Yandri dan

lain-lain--yang selalu menemani disaat susah dan senang;

12.Heri Doni Sinaga dan Zaki Mauludy--teman perjuangan selama penelitian dan penyusunan skripsi--atas bantuan, kritik dan saran serta kerjasamanya;

13.Teman angkatan ’06 Alex, Andik, Andra, Anggi, Anu, Danil, Dwi P, Dwi S, Iyan, Ifan, Jepron, Larto, Prio, Qisti, Rizki, Tofik, Wahyu, Abi, Aulia, Dewi, Dian, Echa, Fika, Fitri, Garnis, Icha, Ika, Meri, Triana, Wulan, Yuyun, Yunia atas persahabatan dan kebersamaan yang telah terjalin bersama;

14.Bang Lai, Uchit, Dodo, Yuda, Panji, Nanda, Andreas, Arif, Dani, Komeng, Bobi, Ucok, Lina, Yayu, Tegar, Maulana, Rahdian, Wayan, dan semua

angkatan ’04, ’05, ’07, ’08, ’09, ’10, ’11 atas kebersamaan, persaudaraan dan

bantuannya kepada penulis;

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,…… Astungkare.

Bandar Lampung, Februari 2012

(58)

Judul Skripsi : PENGARUH PEMBERIAN ZEOLIT BERAMONIUM DAN MINERAL ORGANIK TERHADAP KADAR AMONIA (NH3) DAN VOLATILE FATTY ACID (VFA) CAIRAN RUMEN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

Nama Mahasiswa : I. Made Adijaya N. Tangkas

Nomor Pokok Mahasiswa : 0614061038 Jurusan / Program Studi : Peternakan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. Ir. Nining Purwaningsih NIP 19610307 198503 1006 NIP 19570726 198603 2001

2. Ketua Jurusan

(59)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S. ...

Sekretaris : Ir. Nining Purwaningsih ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S. ………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1001

Gambar

Gambar 1.  Proses degradasi protein dalam rumen (Sutardi, 1977)
Gambar 2. Tata letak ternak penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Uji Kecernaan Bahan Kering, Bahan Organik, Kadar NH3 dan VFA pada Jerami Jagung, Pelepah Daun Sawit dan Pucuk Tebu Terolah Pada Sapi Secara In vitro.. Program Studi