• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH NILAI ph DAN NILAI VOLATILE FATTY ACID (VFA) TERHADAP KEMANTAPAN LATEKS PEKAT KARYA ILMIAH RYZKA HENDRIYANI PANE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH NILAI ph DAN NILAI VOLATILE FATTY ACID (VFA) TERHADAP KEMANTAPAN LATEKS PEKAT KARYA ILMIAH RYZKA HENDRIYANI PANE"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

PENGARUH NILAI pH DAN NILAI VOLATILE FATTY ACID (VFA) TERHADAP KEMANTAPAN LATEKS PEKAT

KARYA ILMIAH

RYZKA HENDRIYANI PANE 062401074

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

(2)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

PENGARUH NILAI pH DAN NILAI VOLATILE FATTY ACID (VFA) TERHADAP KEMANTAPAN LATEKS PEKAT

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

RYZKA HENDRIYANI PANE 062401074

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

(3)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH NILAI pH DAN NILAI VOLATILE

FATTY ACID (VFA) TERHADAP KEMANTAPAN LATEKS PEKAT

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : RYZKA HENDRIYANI PANE

Nomor Induk Mahasiswa : 062401074

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui di

Medan, Juni 2009

Diketahui/Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Komisi Pembimbing:

Ketua, Pembimbing

Dr.Rumondang Bulan,MS. Dr.Marpongahtun,MSc

(4)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

PERNYATAAN

PENGARUH NILAI pH DAN NILAI VOLATILE FATTY ACID (VFA) TERHADAP KEMANTAPAN LATEKS PEKAT

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

RYZKA HENDRIYANI PANE 062401074

(5)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT, atas berkat rahmad dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.Karya ilmiah yang penulis sajikan berjudul “Pengaruh Nilai pH dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat”. Karya ilmiah ini disusun untuk melengkapi dan menyelesaikan program diploma 3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selesainya karya ilmiah ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Ruslan Efendi Pane dan Ibunda Megawati Rambe yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil

2. Ibu Dr.Marpongahtun,MSc selaku pembimbing pada penyelesaian karya ilmiah ini yang telah memberikan panduan dan kepercayaan penuh kepada penulis untuk menyempurnakan karya ilmiah ini

3. Ibu Dr.Rumondang Bulan,MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU

4. Kakanda Rahmad Hendra Pane, SE, Serda Hendra Kurniawan Pane dan adikku

Satria Suhanda Pane yang selalu memberikan dukungannya

5. Pangeran hatiku Syahri Kurniawan, yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini

6. Kakanda Danny Araby, ST yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

7. Sahabat yang sangat penulis sayangi Erna, Ika dan Evi yang telah membantu penulis selama menyelesaikan studi

8. Ibunda Sutikah dan Ibunda Cut Harnani Arsyad sebagai ibu angkat yang selalu penulis sayangi

9. Rekan rekan seperjuangan Kimia Analis khususnya angkatan 2006

Penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun kesempurnaan karya ilmiah ini. Penulis mohon maaf jika ada kesalahan dan terdapat kekurangan dalam laporan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penulis.

(6)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Salah satu parameter analisa yang menentukan untuk memperoleh lateks pekat yang bermutu tinggi adalah nilai pH dan nilai Volatile Fatty Acid (VFA).

Nilai pH dan nilai Volatile Fatty Acid (VFA) sangat mempengaruhi kualitas lateks. Nilai pH pada range basa (pH 10,20-10,50) menyebabkan nilai Volatile Fatty Acid (VFA) semakin rendah sehingga lateks pekat yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Sedangkan jika nilai pH pada range asam (<10,10) nilai Volatile Fatty Acid akan semakin tinggi dan menyebabkan kemantapan lateks berkurang sehingga menurunkan kualitas lateks. Telah dilakukan pengamatan nilai pH dan nilai Volatile Fatty Acid dengan metode titrasi menggunakan Ba(OH)2 0,005 M

sebagai zat peniter dan Brom Timol Blue 0,5% sebagai indikator. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada pH 10,18 diperoleh nilai VFA = 0,038%; pada pH 10,16 nilai VFA = 0,044%; pH 10,15 nilai VFA = 0,047%; pH 10,14 nilai VFA = 0,048%; pH 10,12 nilai VFA = 0,051% dan pada pH 10,07 diperoleh nilai VFA = 0,067%. Hal ini menunjukkan bahwa lateks pekat telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia.

(7)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

THE INFLUENCE pH VALUE AND THE VOLATILE FATTY ACID (VFA) OF THE STABILITY OF CONCENTRATE LATEX

ABSTRACT

One of the analysis parameters that was decisive to receive high-quality concentrate latex was the pH value and the Volatile Fatty Acid (VFA). The pH value and the Volatile Fatty Acid (VFA) really influence the quality latex. The pH Value in range alkaly (pH 10.20-10.50) caused the Volatile Fatty Acid (VFA) low increasing so as concentrate latex that was produced had the good quality.If the value of the pH in range acid (<10.10) the Volatile Fatty Acid will increase high and caused the stability of latex decreasing so reducing the quality of latex. The observation of the pH value and the Volatile Fatty Acid have done with titration method using Ba (OH) 2 0,005 M as titrant and Brom Timol Blue 0,5% as indicator. Results of observation showed that in the pH 10.18 were received by the value VFA = 0.038; in the pH 10.16 value of VFA = 0.044; the pH 10.15 value of VFA = 0.047; the pH 10.14 value of VFA = 0.048; the pH 10.12 value of VFA = 0.051 and in the pH 10.07 were received by the value VFA = 0.067. This showed that concentrate latex filled standard that was determined by the National Indonesian Standard.

(8)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR ISI Halaman Persetujuan………... ii Pernyataan……….. iii Penghargaan………... iv Abstrak……… v Abstract………... vi

Daftar Isi………. vii

Daftar Gambar……… ix BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang……… 1 1.2 Permasalahan……….. 3 1.3 Tujuan………. 3 1.4 Manfaat………... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Lateks……….. 5

2.2 Sifat Kimia Lateks……… 6

2.3 Penanganan Bahan Baku………... 7

2.4 Pengawetan dan Pemantapan Lateks……….. 10

2.5 Pemeriksaan Mutu Bahan Baku………. 12

2.5.1 Parameter Lateks……….... 12

2.6 Penyebab Terjadinya Koagulasi………. 12

2.6.1 Tindakan Pencegahan Prakoagulasi dan Zat Antikoagulan 13

2.6.2 Bahan Senyawa Penggumpal (koagulan)………… 14

2.7 Sifat Karet………... 15

2.7.1 Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintetis……….. 16

2.7.2 Jenis-Jenis Karet Alam………... 17

2.7.3 Manfaat karet……….. 18

2.8 Volatile Fatty Acid (VFA)……….. 18

BAB 3 Metodologi Percobaan 3.1 Alat-Alat………. 20

3.2 Bahan-Bahan……….. 21

3.3 Prosedur……….. 21

BAB 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil……… 23

4.1.1 Perhitungan………. 24

4.2 Pembahasan……… 24

BAB 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan……….. 27

(9)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Daftar Pustaka……… 28 Lampiran

Data Hasil Perhitungan………. 30 Daftar Tabel

Tabel 1. Standard Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Pusingan Menurut 32 PT Bridgestone Rubber Estate

Tabel 2. Standard Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Pusingan Menurut SNI 33

(10)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Rumus Bangun Cis 1,4-poliisoprena (karet alam) 5

(11)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

SURAT PERNYATAAN

NAMA : RYZKA HENDRIYANI PANE NIM : 062401074

FAK/JUR : MIPA/KIMIA ANALIS

JUDUL : PENGARUH NILAI pH DAN NILAI VOLATILE FATTY ACID (VFA) TERHADAP KEMANTAPAN LATEKS PEKAT

Disetujui Oleh

(12)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karet Havea brasiliensis diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1876 yang berasal dari lembah Amazone, Brasil. Saat ini karet Havea di Indonesia sudah merupakan tanaman perkebunan yang cukup luas yaitu sekitar 2,7-3 juta hektar dan merupakan sumber devisa bagi negara.

Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang disebut lateks. Banyak tanaman yang dilukai atau disadap mengeluarkan cairan putih yang menyerupai susu, tetapi hanya beberapa pohon saja yang menghasilkan karet. Diantara tanaman tropis hanya Havea brasiliensis (family Euphorbiaceae) yang telah dikembangkan dan mencapai tingkat perekonomian yang penting.

Hasil yang diambil dari tanaman karet adalah lateks yang diolah menjadi sit, lateks pekat dan karet remah. Lateks dapat diperoleh dengan cara menyadap antara kambium dan kulit pohon yaitu merupakan cairan berwarna putih atau kekuning-kuningan.

Banyak perkebunan-perkebunan karet yang tersebar di berbagai propinsi di Indonesia. Perkebunan karet yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah serta swasta. Sedangkan perkebunan karet dalam skala kecil pada umumnya dimiliki oleh rakyat. Bila dikumpulkan secara keseluruhan jumlah kebun karet rakyat di Indonesia sedemikian besar sehingga usaha tersebut cukup untuk menentukan bagi perkaretan nasional.

(13)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

terutama pada cara penggumpalan lateks dengan asam dalam praktek di pabrik ataupun di laboratorium (Tampubolon, 1986).

Berdasarkan hal diatas penulis ingin melakukan pengamatan (kajian) mengenai perbandingan nilai pH dan Volatile Fatty Acid (VFA) serta pengaruhnya terhadap stabilitas dan kemantapan lateks pekat.

1.2. Permasalahan

Kadar Volatile Fatty Acid (VFA) pada lateks pekat pada tangki penyimpanan dapat berubah-ubah disebabkan oleh adanya bakteri (mikroorganisme). Salah satu parameter yang harus dipenuhi dalam meningkatkan kualitas lateks dan karet remah yang dihasilkan adalah kadar Volatile Fatty Acid (VFA) yang memiliki standar <0,070. Apabila lebih dari itu maka dapat menurunkan mutu dari lateks pekat yang dihasilkan sehingga dapat merugikan pihak

perusahaan.

Adapun pokok permasalahannya adalah bagaimana perbandingan nilai pH terhadap nilai Volatile Fatty Acid (VFA) serta pengaruhnya terhadap kemantapan lateks pekat.

1.3. Tujuan Percobaan

- Untuk mengetahui kadar Volatile Fatty Acid (VFA) pada lateks pekat yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan karet remah

- Untuk mengetahui nilai pH terhadap kadar Volatile Fatty Acid (VFA) pada lateks pekat - Untuk mengetahui standar nilai Volatile Fatty Acid (VFA) yang ditetapkan oleh SNI dan

PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate

1.4. Manfaat

- Untuk mengetahui nilai pH dan nilai Volatile Fatty Acid (VFA) pada lateks pekat serta pengaruhnya terhadap kemantapan lateks pekat tersebut

(14)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

- Untuk memberikan pengetahuan terhadap pembaca mengenai pengaruh pH dan VFA terhadap kemantapan lateks pekat

BAB 2

(15)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

2.1 Lateks

Lateks adalah cairan putih yang berupa susu, dalam mana berada bagian-bagian karet dengan ukuran yang sangat kecil (diameter antara 0,0001-0,001 mm). Bagian-bagian karet ini tidak melekat satu dengan yang lainnya, karena dikelilingi oleh lapisan protein dan lemak. Lateks

Havea brasiliensis terdiri dari dua bahan pokok yaitu partikel-partikel hidrokarbon (karet) dan

bahan bukan karet. Bahan bukan karet dalam lateks terdiri dari air, protein, lipida, karbohidrat dan beberapa logam.

Karet murni terdiri dari senyawaan kimia yang disebut hidrokarbon. Hidrokarbon dari karet alam murni tersusun oleh rantai-rantai panjang dari suatu zat kimia yang disebut isoprene. Rantai-rantai panjang dari isoprene ini disebut polimer dari isoprene. Nama kimia dari polimer ini adalah Cis 1,4-poliisoprena dengan rumus umum (C5H8)n. Semakin besar harga n maka

semakin panjang molekul karet, dan semakin besar berat molekulnya, maka semakin kental karet tersebut.

CH3 H CH3 H H R O H R O

C = C C = C - N - CH - C - N - CH - C –

-CH2 CH2 - CH2 CH2 - n n

Karet Alam Protein

Gambar 2.1 Rumus bangun Cis 1,4-poliisoprena (karet alam)

terutama pada cara penggumpalan lateks dengan asam dalam praktek di pabrik ataupun di laboratorium (Tampubolon, 1986).

Dimana n adalah derajat polimerisasi yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah monomer di dalam rantai polimer. Nilai n dapat berkisar antara 3000-15000 ( Rubber, 1983).

(16)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Viskositas karet berkorelasi dengan nilai n. Semakin besar nilai n akan semakin panjang rantai molekul karet menyebabkan sifat viskositas karet semakin tinggi. Karet yang terlalu kental (viscous) kurang disukai konsumen, karena akan menkonsumsi energi yang besar sewaktu proses vulkanisasi pada pembuatan barang jadi. Tetapi sebaliknya karet yang viskositasnya terlalu rendah juga kurang disukai karena sifat barang jadinya seperti tegangan putus dan perpanjangan putus menjadi rendah (Ompusunggu, 1987).

2.2 Sifat Kimia Lateks

Hasil utama tanaman karet (Havea brasiliensis) adalah lateks. Apabila lateks segar dipusing (disentrifuge) padan kecepatan tinggi (32000 rpm), maka akan terbentuk 4 fraksi:

Fraksi karet

Fraksi Frey Wessling Fraksi serum

Fraksi bawah

Gambar 2.2 Fraksi lateks Havea setelah disentrifugasi

1. Fraksi karet terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan diameter 0,05-3 mikron. Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari protein dan lipida dan berfungsi sebagai pemantap.

2. Fraksi Frey Wessling yang terdiri dari partikel-partikel Frey Wessling yang ditemukan FREY WESSLING. Fraksi ini berwarna kuning karena mengandung karotenida.

3. Fraksi serum disebut juga fraksi C (centrifuge serum) yang mengandung sebagian besar komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein dan ion-ion logam.

(17)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

4. Fraksi bawah, terdiri dari partikel-partikel lutoid yang bersifat gelatin, mengandung senyawa nitrogen dan ion-ion kalsium serta magnesium.

Komposisi kimia lateks Havea secara garis besar adalah 25-40% karet (poliisopren) dan 60-75% bukan karet. Kandungan buka karet selain air terdiri dari 15% protein (glubin dan havein), 1-2% karbohidrat (sukrosa, glukosa, galaktosa dan fruktosa), 1-1,5% lipida (gliserida, sterol dan fosfolipida) dan sekitar 0,5% ion-ion logam (K, Na, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn dan lain-lain). Komposisi ini bervariasi tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman, musim, sistem deres dan penggunaan stimulan.

2.3 Penanganan Bahan Baku

Bahan olah untuk pembuatan lateks pekat adalah lateks kebun yaitu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diperoleh dengan cara penyadapan dari pohon karet Havea brasiliensis. Air (getah) lateks yang dihasilkan dari pohon karet kira-kira mengandung:

- bahan karet mentah (25-40%)

- serum (air dan zat-zat lain yang larut di dalamnya) (60-75%) Bahan karet mentah antara lain mengandung:

- karet murni (90-95%) - protein (2,0-3,0%)

- asam-asam lemak (1,0-2,0%) - gula-gula (0,2%)

- garam-garam mineral (0,5%)

Sebelum tercampur atau terkontaminasi dengan bahan-bahan lain, lateks mempunyai pH normal yaitu 6,9-7,0, cair, dan bersifat koloid yang stabil. Susunan kimia dari lateks tersebut di atas tidak

(18)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

selamanya stabil (tidak konstan), tetapi bergantung kepada jenis pohon karet (klon) darimana lateksnya berasal, cara penyadapan, umur tanaman, dan pengaruh musim (Tampubolon, 1986).

Lateks pada saat keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaaan steril, tetapi lateks mempunyai komposisi yang cocok dan baik sebagai media tumbuh bagi mikroorganisme, sehingga dengan cepat mikroba dari lingkungan akan mencemari lateks. Mikroba akan merusak bagian-bagian lateks terutama protein dan karbohidrat yang diubah menjadi asam-asam lemak eteris yaitu asam-asam yang mudah menguap seperti asam formiat, asetat, propionat, sehingga dapat menurunkan pH. Bila penurunan pH mencapai 4,5-5,5 (titik isoelektrik partikel karet), akan menyebabkan nilai bilangan asam lemak eteris (ALE) menjadi naik. Semakin tinggi bilangan ALE, maka mutu lateks juga semakin buruk dan akan mengakibatkan proses koagulasi. Untuk mencegah terjadinya prokoagulasi, maka penyebab-penyebab terjadinya prokoagulasi harus dihindarkan. Mencegah pertumbuhan mikroba dalam lateks sama kaitannya dengan menjaga mutu, langkah-langkah yang perlu dilakukan antara lain:

1. Menjaga kebersihan lingkungan kebun dan peralatan

Areal lingkungan kebun yang ditumbuhi semak belukar akan dapat mempertahankan kelembaban yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kebersihan peralatan, terutama yang kontak langsung dengan lateks harus dijaga sebaik mungkin seperti pisau deres, talang sadap, mangkok sadap, ember tempat pengutipan lateks, tangki penerimaan, dan sarana pengolahan di pabrik.

(19)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Bahan pengawet lateks yang dianggap terbaik hingga saat ini adalah amoniak. Dosis bahan pengawet amoniak dalam lateks kebun untuk diolah menjadi lateks pekat adalah 6-7 gram/liter. Pemberian bahan pengawet kimia pada bahan baku lateks kebun harus diusahakan paling lama 5 jam setelah penyadapan. Pemberian dilakukan setelah lateks terkumpul di tempat pengumpul hasil.

3. Segera mengangkut lateks dari tempat pengumpulan hasil ke pabrik

Pengangkutan lateks ke pabrik harus dilakukan secepat mungkin, tanpa penundaan waktu yang lama. Mikroba dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan lateks yang ,mengandung amoniak, sehingga semakin lama, aktifitas mikroba dapat meningkat untuk merusak lateks dan akibatnya mutunya menjadi turun.

Proses pemekatan lateks kebun menjadi lateks pekat terdiri dari 4 cara yaitu pemusingan (centrifuging), pendadihan (creaming), penguapan (evaporation), dan dekantasi listrik (elektrodecantation). Dari keempat cara pemakatan ini yang banyak digunakan adalah cara pemusingan, karena proses ini mempunyai kapasitas pengolahan yang tinggi dan mudah pemeliharaan peralatannya. Hampir sekitar 90% lateks pekat yang diperdagangkan dibuat dengan cara pemusingan.

Lateks pekat adalah lateks yang mengandung kadar karet kering (DRC) minimum 25%. Proses pemekaan lateks kebun (DRC 25-40%) menjadi lateks pekat (DRC minimum 25%) dapat dilakukan dengan cara pemusingan atau penguapan.

2.4 Pengawetan dan Pemantapan Lateks

Lateks pada saat keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan steril, tetapi lateks mempunyai komposisi yang cocok dan sangat baik bagi sebagai media tumbuh mikroorganisme, sehingga dengan cepat mikroba dari lingkungan akan mencemari lateks. Pertumbuhan mikroba di dalam lateks sangat pesat yaitu sekitar 1-10 juta sel/ml lateks, tergantung waktu dan keadaan

(20)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

lingkungan lateks. Mikroba akan merusak bagian-bagian lateks terutama protein dan karbohidrat yang diubah menjadi asam-asam lemak eteris yaitu asam-asam yang mudah meguap seperti asam formiat, asetat dan propionat. Terbentuknya asam-asam di dalam lateks akan menurunkan pH, sehingga kemantapan lateks menjadi terganggu. Jumlah asam-asam lemak eteris di dalam lateks menggambarkan tingkat kebusukan lateks. Semakin tinggi bilangan ALE, maka mutu lateks semakin buruk (Ompusunggu, 1987).

Untuk mencegah pertumbuhan mikroba di dalam lateks kaitannya dengan menjaga mutu (kualitas), maka dalam penanganan lateks kebun harus dijaga kebersihan lingkungan kebun dan peralatan yang digunakan serta membubuhkan bahan pengawet ke dalam lateks sedini mungkin.

Bahan pengawet lateks kebun yang banyak digunakan adalah amoniak karena harganya yang murah dan hasilnya cukup baik. Amonia akan bereaksi dengan air:

NH3 + H2O NH4OH NH4+ + OH

-Ion OH- yang terbentuk dapat menetralkan asam yang terbentuk oleh kegiatan mikroba, sehingga pH lateks menjadi naik. Pada pH 9-10 lateks akaqn bertambah mantap.

Ion ammonium (NH4)+ juga dapat mengikat ion logam seperti Ca++ dan Mg++ dengan

membentuk senyawa yang tidak larut dalam air. Senyawa ini akan keluar dari sistem koloid, sehingga lateks akan bertambah mantap.

NH4+ + Mg++ + PO43- MgNH4PO4

NH4+ + Ca++ + PO43- CaNH4PO4

Kelebihan amoniak sebagai pengawet lateks selain karena harganya murah dan hasilnya cukup baik adalah bahwa amoniak dengan dosis tinggi bersifat “bactericide” atau membunuh mikroba dan bila dosis rendah bersifat “bacteristatic” atau menghambat pertumbuhan mikroba.

(21)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Untuk mencegah pertumbuhan bakteri tersebut biasa digunakan pengawet amoniak dengan kadar 0,3-0,7% berat lateks tergantung pada keadaan tanaman, klon, musim dan lain lain.

Lateks adalah suatu sistem koloid dimana partikel karet dilapisi oleh protein dan fosfolipida yang terdispersi dalam air.

Protein terdiri dari asam-asam amino yang mengandung gugus amina (-NH2) dan

karboksil (-COOH) yang bersifat amfoter (dapat bersifat asam atau basa). Dengan sifat amfoter maka pH lingkungan sangat berperan terhadap kemantapan lateks.

Lapisan pelindung protein dan lipida dengan muatan negatif bersifat hidrofilik, sehingga berinteraksi dengan molekul air. Molekul air tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk lapisan disekeliling partikel karet menyebabkan partikel-partikel karet tersebut terdispersi membentuk larutan koloid yang mantap (Ompusunggu, 1987).

2.5 Pemerikasaan Mutu Bahan Baku

Persyaratan mutu lateks kebun setibanya di pabrik untuk dapat diolah menjadi lateks pekat adalah:

- Kadar karet akering (DRC) : minimum 25%

- Jumlah padatan (TSC) : maksimum 1,8% di atas DRC

- Bilangan VFA : maksimum 0,070

- Bilangan KOH : maksimum 1,70

2.5.1 Parameter Lateks Pekat

(22)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

- VFA (volatile Fatty Acid) yaitu jumlah ml larutan Ba(OH)2 yang dibutuhkan untuk

menetralkan asam lemak yang menguap - Analisa NH3 lateks

- Analisa KOH lateks

- Analisa DRC lateks yaitu menghitung kadar karet kering - Analisa pH lateks

2.6 Penyebab Terjadinya Prokoagulasi

Kemungkinan penyebab terjadinya prokoagulasi antara lain: - Dalam pengangkutan terjadi goncangan yang besar

- Panas, terutama lateks yang langsung terkena sinar matahari - Terkena air hujan (air yang mengandung asam)

- Akibat adanya kegiatan mikroorganisme (Soenardjan,1975)

2.6.1 Tindakan Pencegahan Prakoagulasi dan Zat Antikoagulan

Untuk mencegah terjadinya prakoagulasi, maka penyebab-penyebab terjadinya prakoagulasi harus dihindarkan. Tindakan lain untuk mencegah terjadinya prakoagulasi dapat dilakukan dengan memberikan zat anti koagulan, misalnya amionialiquida.

Anti koagulan sebaiknya hanya diberikan pada keadaan tertentu saja. Bukan hanya karena harga yang mahal, tetapi juga pada saat lateks mengalami proses koagulasi, harus menggunakan bahan pembeku yang lebih besar dosisnya dari ukuran yang biasa karena kelebihan itu digunakan untuk menetralisir dari anti koagulan yang diberikan sebelumnya.

(23)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Disamping itu, antikoagulan juga akan memperlambat proses pengeringan dari karet, sehingga akan mempertinggi ongkos pengolahan. Pemberian antikoagulan sebaiknya dilakukan:

- Pada musim gugur daun

- Hujan yang lebat pada malam hari

- Letak kebun yang jauh dari tempat pengolahan

Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai anti koagulan antara lain: - Soda (Na2CO3)

Harganya lebih murah. Terdapat dalam bentuk tepung dan juga dalam bentuk kristal, bersifat hygroskopis (mudah menyerap air) jika disimpan dalam keadaan terbuka, dapat disimpan lebih lama dalam bentuk larutan. Karena bereaksi basa, mudah membentuk gelembung-gelembung udara pada lateks (CO2). Adanya gelembung-gelembung udara itu

akan menurunkan kualitas hasil pengolahan lateks. - Amoniak

Terdapat dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk gas dan dalam bentuk cairan. Yang biasa digunakan adalah amoniak dalam bentuk cairan. Amoniak mudah menguap, jika cara penyimpanannya kurang baik, maka khasiatnya akan menurun. Amoniak tidak menimbulkan gelembung-gelembung udara, dan dapat membunuh mikroorganisme.

- Natrium sulfit (NaSO3)

Terdapat dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk tepung, tidak mengandung air dan dalam bentuk kristal yang mengandung air. Jika disimpan dalam keadaa terbuka, khasiatnya akan menurun, maka sebaiknya dibuat larutan induk 10% yang dapat disimpan dalam botol tertutup. Zat ini bereaksi basa dan dapat membunuh mikroorganisme.

(24)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Sudah jarang digunakan pada saat sekarang. Bentuknya cair. Perlu dibuat larutan induk sebelum penggunaannya (Soetedjo, 1985).

2.6.2 Bahan Senyawa Penggumpal (koagulan)

Proses penggumpalan (koagulasi) lateks terjadi karena penetralan muatan partikel karet, sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel karet yang sudah bebas akan bergabung sesamanya membentuk gumpalan.

Penggumpalan karet di dalam lateks kebun dapat dilakukan dengan penambahan asam dengan menurunkan pH sehingga tercapai titik isoelektrik yaitu pH dimana muatan positif protein seimbang dengan muatan negatif sehingga elektrokinetis potensial sama dengan nol. Senyawa-senyawa penggumpal yang sering digunakan dalam proses koagulasi lateks antara lain:

- Asam semut disebut juga asam formiat, CHOOH, berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, berbau merangsang dan mudah larut dalam air.

- Asam cuka (asam asetat), CH3COOH, berupa cairan jernih, tidak berwarna dan mudah

larut dalam air.

Asam formiat atau asam asetat banyak digunakan sebagai asam penggumpal karena karet yang dihasilkan bermutu baik. Sedangkan penggunaan asam kuat seperti asam sulfat atau nitrat dapat merusak mutu karet yang digumpalkan. Petani karet sering menggunakan tawas (Al3+) sebagai bahan penggumpal lateks. Sifat karet yang digumpalkan dengan tawas kurang baik, karena dapat mempertinggi kadar abu

dan kotoran karet. Selain itu semakin tinggi konsentrasi logam akan mempercepat oksidasi karet oleh udara menyebabkan terjadi pengusangan karet dan PRI menjadi rendah (Ompusunggu, 1987).

2.7 Sifat Karet

Karet alam yang dihasilkan dari pohon Havea brasiliensis dengan struktur molekul Cis 1,4-poliisoprena yang teratur memiliki sifat fisik yang sangat baik untuk berperan sebagai karet penggunaan umum.

Karet alam merupakan komoditi perkebunan yang unik karena penggunaannya sebagai bahan baku industri. Sebelum menjadi barang jadi (misalnya ban kedaraan), karet mengalami

(25)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

pengujian mutu teknis yang ketat dan kemudian diproses dengan prosedur pengolahan yang cukup rumit. Karet alam mempunyai keunggulan tersendiri yaitu dalam hal ketahanan retak lentur, tetapi karet alam lemah dalam hal ketahanan terhadap ozon dan cuaca (Anwar, 1987).

Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus, tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –C-C- di dalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditekan, ditarik dan lentur (Ompusunggu, 1987).

2.7.1 Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintesis

Pertimbangan memilih karet alam dan karet sintetis tidak saja ditinjau dari segi biaya, tetapi juga dari segi teknik juga menjadi faktor penentu. Karet alam tidak dapat menandingi karet sintetik dalam penggunaan khusus misalnya tahan minyak dan permeabilitas gas yang rendah . Bahan dasar karet sintetis adalah minyak mentah yang merupakan suatu energi yang tidak dapat diperbaharui, sehingga peningkatan rasio konsumen karet alam terhadap karet sintetis merupakan penghematan minyak mentah yang cukup berarti disamping meningkatkan pendapatan perkebunan karet dan meningkatkan devisa negara (Hongggokusumo, 1987).

2.7.2 Jenis-jenis Karet Alam

Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas antara lain: - Bahan olah karet

(26)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet Havea brasiliensis. Menurut pengolahannya, bahan oleh karet dibagi menjadi empat macam yaitu lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar.

- Karet konvensional

Jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe - Karet spesifikasi teknis

Merupakan karet alam yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. - Karet reklim

Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas, terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan

- Lateks pekat

Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk padatan dan lembaran lainnya. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.

- Karet bongkah

Merupakan karet remah yang telah dikeringkan menjadi bandela-bendela dengan ukuran yang telah ditentukan.

2.7.3 Manfaat Karet

(27)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Barang yang dibuat dari karet alam antara lain ban kendaraan, sepatu karet, penggerak mesin, pipa karet, kabel, isolator dan lain-lain.

Bahan baku karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil dan alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getar sehingga tidak tembus air. Dalam pemuatan jembatan sebagai penahan getaran juga digunakan karet. Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem, perekat kasur busa serta peralatan menulis juga menggunakan karet sebagai bahan pembuatnya.

2. Karet Sintesis

Karet sintesis memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam, maka dalam pembuatan beberapa jenis barang digunakan bahan baku karet sintesis.

Jenis NBR (Nytrile Butadiene Rubber) yang memiliki ketahanan tinggi minyak biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet pembungkus kabel dan lain lain.

Sifat kedap gas yang dimiliki oleh jenis IIR (Isobutene Isoprene Rubber) dapat dimanfaatkan untuk pembuatan ban kendaraan bermotor.

2.8 Volatile Fatty Acid (VFA)

VFA (Volatile Fatty Acid) atau Asam Lemak Eteris (ALE) dinyatakan sebagai jumlah gram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak eteris dalam lateks.

VFA merupakan uji khusus yang menunjukkan tingkat pengawetan lateks. Apabila tingkat pengawetan cukup baik, biasanya VFA nya berkisar antara 0,01-0,06, menurun standar mutu yang tercantum dalam ISO, VFA maksimum lateks pekat adalah 0,2. Terbentuknya asam

(28)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

lemak eteris, karena bakteri-bakteri menguraikan quabraocitol dan glukosa yang terdapat dalam lateks. Substrat terbentuknya asam lemak eteris dalam lateks yang telah dibubuhi amoniak adalah suatu kompleks glukosa-asam amino.

Penentuan VFA, dilakukan dengan penyulingan sejumlah serum yang diasamkan, dimana serum tersebut dari sisa penggumpalan lateks dengan ammonium sulfat. Selanjutnya destilat yang dihasilkan dititrasi dengan larutan barium hidroksida (Tampubolon, 1980).

(29)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat-Alat - Neraca analitis - Desikator - Oven - Hotplate - Elektroda - Boiler - Markham still - Mikroburet - Gelas beaker 500 ml - Gelas ukur 100 ml - Pipet volume - Bola karet - Termometer - Tin - PH meter Ecosean - Batang pengaduk - Erlenmeyer 500 ml - Kertas saring - Steam boiler - Corong

(30)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009 3.2 Bahan-Bahan - Lateks pekat - Ba(OH)2 0,005 M - Indikator BTB 0,5% - Akuades - (NH2)SO4 30% - H2SO4 50% 3.3 Prosedur Analisa TSC lateks:

- Ditimbang tin bersama dengan tutupnya - Dimasukkan 2 gr sampel lateks ke dalam tin

- Dipanaskan lateks pada hotplate dengan temperature 105oC (sampai sampel lateks kering)

- Didinginkan lateks beserta tinnya - Ditimbang lateks dan tinnnya - Dihitung % TSC lateks Analisa VFA lateks:

- Dihitung nilai TSC dan DRC dari lateks

- Dimasukkan 50 gr sampel lateks ke dalam gelas beaker

- Ditambahkan 50 ml (NH4)SO4 30% ke dalam gelas beaker yang berisi sampel lateks

(31)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

- Disaring serum dari koagulum lateks dengan menggunakan kertas saring

- Dipipet sebanyak 25 ml serum lateks yang sudah disaring dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

- Ditambahkan 5 ml larutan H2SO4 50% dan diaduk hingga rata

- Dilakukan pemanasan selama 15 menit pada boiler - Dimasukkan serum ke dalam Markham still

- Ditampung hasil destilasi sebanyak 100 ml

- Dimasukkan hasil destilasi ke dalam Erlenmeyer 250 ml kemudian tambahkan 1 tetes indikator Brom timol Blue 0,5%

- Dititrasi dengan larutan Ba(OH)2 0,005M hingga terjadi perubahan warna menjadi hijau

pada titik akhir titrasi

- Dihitung % VFA yang diperoleh

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

(32)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Dari analisa nilai pH dan Volatile Fatty Acid (VFA) dengan penambahan Ba(OH)2 0,005M dan

BTB 0,5% diperoleh hasil seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1 Tabel 4.1 : Analisa Lateks Dengan Penambahan Ba(OH)2 0,005M

No Waktu (jam) Ba(OH)2 0,005M (ml) Diff (ml) TSC (%) DRC (%) pH VFA (%) 1 0 1,4 1,1 33,46 30,46 10,18 0,038 2 1 1,5 1,2 35,74 32,74 10,18 0,038 3 2 1,6 1,3 33,48 30,48 10,16 0,044 4 3 1,65 1,35 33,68 30,68 10,16 0,045 5 4 1,7 1,4 33,64 30,64 10,15 0,047 6 5 1,7 1,4 33,50 30,50 10,15 0,047 7 6 1,75 1,45 33,79 30,79 10,14 0,048 8 7 1,8 1,5 33,90 30,90 10,14 0,050 9 8 1,8 1,5 33,29 30,29 10.12 0,051 10 9 2,3 2,0 33,81 30,81 10,10 0,067 11 10 2,8 2,5 33,03 30,03 10,07 0,085 12 11 3,7 3,4 33,62 30,62 10,07 0,114 13 12 4,3 4,0 34.34 31,34 10,06 0,131 14 13 5,2 4,9 34,97 31,97 10,06 0,157 15 14 8,3 8,0 34,40 31,40 10,04 0,262 4.1.1 Perhitungan

Nilai % Volatile Fatty Acid (VFA) lateks dapat dihitung dengan persamaan seperti di bawah ini.

% VFA =       − +       p DRC m x mTSC cv 100 ) 100 ( 50 64 , 134

(33)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Dimana: c = konsentrasi larutan Ba(OH)2

v = volume larutan Ba(OH)2 yang digunakan untuk titrasi (ml)

m = massa lateks (gr) DRC = DRC dari lateks (%) TSC = TSC dari lateks (%) p = densitas dari serum (1,02) 134,64= faktor

Contoh perhitungan analisa % VFA lateks (persamaan 1,1)

%VFA1 =       + −       ) 02 , 1 ( 100 ) 74 , 32 100 ( 50 50 ) 74 , 35 ( 50 ) 2 , 1 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,038

Hal yang sama dilakukan untuk sampel lateks dengan pH yang berbeda. Data hasil perhitungan selanjutnya ditunjukkan pada lampiran.

4.2 Pembahasan

Dalam meningkatkan mutu lateks pekat yang dihasilkan, maka parameter yang harus dipenuhi adalah nilai pH dan nilai Volatile Fatty Acid (VFA).

Dari pengamatan yang dilakukan pada pH 10,18 diperoleh nilai VFA = 0,038; pada pH 10,16 nilai VFA = 0,044; pH 10,15 nilai VFA = 0,047; pH 10,14 nilai VFA = 0,048; pH 10,12 nilai VFA = 0,051 dan pada pH 10,07 diperoleh nilai VFA = 0,067. Hal ini menunjukkan bahwa lateks pekat yang dihasilkan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan

(34)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

ataupun SNI, yaitu maksimum 0,070. Sedangkan pada pH 10,07 diperoleh nilai VFA = 0,085; pada pH 10,06 diperoleh nilai VFA = 0,114.

Lateks yang kadar Volatile Fatty Acidnya < 0,070 selanjutnya akan diolah menjadi bahan baku untuk pembuatan SIR 3 sedangkan lateks yang kadar Volatile Fatty Acidnya > 0,070 masih dapat diolah menjadi bahan baku pembuatan SIR 20.

Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) akan menaik secara linier apabila nilai pH lateks semakin menurun. Hal ini disebabkan karena adanya bakteri pada lateks. Lateks segar merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Mikroba akan merombak karbohidrat dan protein menjadi asam-asam lemak yang mudah menguap (misalnya asam formiat, asetat dan propionat). Terbentuknya asam-asam lemak yang mudah menguap ini di dalam lateks akan menurunkan pH hingga ,mencapai titik isoelektrik sehingga lateks membeku dan menimbulkan rasa bau sehingga kemantapan lateks menjadi terganggu. Jumlah asam-asam lemak yang mudah menguap di dalam lateks menggambarkan tingkat kebusukan lateks. Semakin tinggi jumlah asam-asam lemak yang mudah menguap, semakin buruk kualitas lateks.

Suhu udara tinggi juga akan mengaktifkan kegiatan bakteri, sehingga dalam penyadapan ataupun pengangkutan diusahakan pada suhu rendah (pagi hari). Semakin banyak mikroorganisme yang terdapat dalam lateks, maka senyawa asam yang dihasilkan akan semakin banyak pula (Ompusunggu, 1987).

Lateks adalah suatu system koloid dimana partikel karet dilapisi oleh protein dan fosfolipida yang terdispersi di dalam air. Protein terdiri dari asam-asam amino dengan mengandung gugus amina –(NH2) dan karboksil –(COOH) yang bersifat amfoter. Dengan sifat amfoter maka pH

(35)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Perubahan pH pada lateks dapat terjadi dengan penambahan asam, basa, atau karena penambahan elektrolit. Perubahan pH dapat mempengaruhi perubahan kestabilan atau kemantapan lateks. Perubahan pH akan langsung mempengaruhi muatan lapisan listrik pelindung yaitu protein. Ternyata lateks hanya dapat menggumpal dengan segera pada titik isoelektris dan pada pH sedikit di atas dan di bawah titik isoelektris.

Bila pH diturunkan terlalu rendah dengan cepat lateks akan tetap cair (stabil) karena lapisan pelindung seluruhnya bermuatan positif .

Jasad renik juga berpengaruh terhadap kestabilan lateks. Jasad renik mula-mula akan menyerang karbohidrat terutama gula yang terdapat dalam serum dan menghasilkan asam-asam lemak yang mudah menguap. Terbentuknya asam-asam lemak ini secara perlahan-lahan akan menurunkan pH lateks (Tampubolon, 1980).

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

(36)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa pada pH 10,18 didapat nilai VFA = 0,038%; pada pH 10,16 nilai VFA = 0,044%; pH 10,15 nilai VFA = 0,047%; pH 10,14 nilai VFA = 0,048%; pH 10,12 nilai VFA = 0,051% dan pada pH 10,07 diperoleh nilai VFA = 0,067%. Hal ini menunjukkan bahwa lateks pekat yang dihasilkan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh SNI atau perusahaan yaitu maksimum 0,070.

5.2 Saran

Sebaiknya digunakan campuran pengawet NH3 dan NaOH pada pengawetan lateks pekat.

Campuran NH3 dan NaOH bila digabung akan memberikan efek sinergis (saling menguatkan)

sebagai pengawet. NH3 berperan sebagai bakteriside dan NaOH berperan dalam

mempertahankan pH.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A. dan Anas, A. 1987. Teknologi Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis. Sungei

(37)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Honggokusumo, S. 1987. Karet Alam Epoksi. BPP Bogor.

Ompusunggu, M. 1987. Pengolahan Lateks Pekat. Sungei Putih: Lembaga Pendidikan

Perkebunan.

Rubber, S. 1983. Karet Alam. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Kinta.

Soenardjan, 1975. Bercocok Tanam dan Pabrikasi Karet. Yokyakarta: Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Soetedjo, R. 1985. Buku Peladjaran Ilmu Bertjotjok Tanam Tanaman Keras. Djakarta: Penerbit PT Soeroengan.

Tampubolon, M. 1986. Komposisi dan Sifat Lateks. Tg.Morawa: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

(38)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

Data Hasil Perhitungan

%VFA0 =       − +       ) 02 , 1 ( 100 ) 46 , 30 100 ( 50 50 ) 46 , 33 ( 50 ) 1 , 1 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,038

(39)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009 %VFA2 =       + −       ) 02 , 1 ( 100 ) 48 , 30 100 ( 50 50 ) 48 , 33 ( 50 ) 3 , 1 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,044 %VFA3 =       − +       ) 02 , 1 ( 100 ) 68 , 30 100 ( 50 50 ) 68 , 33 ( 50 ) 35 , 1 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,045 %VFA4 =       + −       ) 02 , 1 ( 100 ) 64 , 30 100 ( 50 50 ) 64 , 33 ( 50 ) 4 , 1 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,047 %VFA5 =       − +       ) 02 , 1 ( 100 ) 50 , 30 100 ( 50 50 ) 50 , 33 ( 50 ) 4 , 1 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,047 %VFA6 =       + −       ) 02 , 1 ( 100 ) 79 , 30 100 ( 50 50 ) 79 , 33 ( 50 ) 45 , 1 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,048 %VFA7 =       + −       ) 02 , 1 ( 100 ) 90 , 30 100 ( 50 50 ) 90 , 33 ( 50 ) 5 , 1 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,050 %VFA8 =       − +       ) 02 , 1 ( 100 ) 29 , 30 100 ( 50 50 ) 29 , 33 ( 50 ) 5 , 1 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,051 %VFA9 =       + −       ) 02 , 1 ( 100 ) 81 , 30 100 ( 50 50 ) 81 , 33 ( 50 ) 0 , 2 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x

(40)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009 = 0,067 %VFA10=       + −       ) 02 , 1 ( 100 ) 03 , 30 100 ( 50 50 ) 03 , 33 ( 50 ) 5 , 2 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,085 %VFA11=       + −       ) 02 , 1 ( 100 ) 62 , 30 100 ( 50 50 ) 62 , 33 ( 50 ) 4 , 3 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,114 %VFA12=       + −       ) 02 , 1 ( 100 ) 34 , 31 100 ( 50 50 ) 34 , 34 ( 50 ) 0 , 4 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,131 %VFA13=       − +       ) 02 , 1 ( 100 ) 97 , 31 100 ( 50 50 ) 97 , 34 ( 50 ) 9 , 4 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,157 %VFA14=       + −       ) 02 , 1 ( 100 ) 40 , 31 100 ( 50 50 ) 40 , 34 ( 50 ) 0 , 8 )( 005 , 0 ( 64 , 134 x = 0,262

Tabel 1. Standar Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Pusingan Munurut PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate

No Parameter Mutu SIR3WF

TA01

SIR3WF TA03

Keterangan

(41)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

(%max)

2 Kadar abu (%max) 0,50 0,50 In spect

3 VM (%max) 0,80 0,80 In spect

4 PO (min) - - -

5 PRI (min) - - -

6 ASHT (max) - - -

7 ML1+4 (range) 43-57 45-65 In spect

8 Nitrogen (%max) 0,10-0,30 0,25 In spect

9 VFA (%max) 0,070 0,070 In spect

10 KOH (max) 1,70 1,70 In spect

11 DRC (%min) 25,0 25,0 In spect

12 TSC (%max) - - -

13 Lovibond (max) - - -

Sumber: Data PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate 22 Februari 2008

Tabel 2. Standar Spesifikasi Mutu Lateks Pekat Pusingan Menurut SNI

No Parameter Mutu SIR3WF Keterangan

1 Kadar kotoran (%max) 0,030

In spect

> 0,030 Out spect

(42)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009 In spect 3 VM (%max) 0,80 In spect > 0,80 Out spect 4 PO (min) 30 In spect < 30 Out spect 5 PRI (min) 75 In spect < 75 Out spect 6 ASHT (max) - - 7 ML1+4 (range) - - 8 Nitrogen (%max) 0,60 In spect > 0,60 out spect 9 VFA (%max) 10 KOH 11 DRC (%max) 12 TSC (max) 13 Lovibond (max) - - Keterangan: VM = Volatile matter PO = Original Plasticity

PRI = Plasticity Retention Index

(43)

Ryzka Hendriyani Pane : Pengaruh Nilai Ph Dan Nilai Volatile Fatty Acid (VFA) Terhadap Kemantapan Lateks Pekat, 2009. USU Repository © 2009

ML1+4= Mooney Viscometer

VFA = Volatile Fatty Acid (Asam Lemak Eteris) DRC = Dry Rubber Content (Kadar Karet Kering) TSC = Total Solid Content

Gambar

Gambar 2.2 Fraksi Lateks Havea setelah disentrifuge    6
Gambar 2.1 Rumus bangun Cis 1,4-poliisoprena (karet alam)
Gambar 2.2 Fraksi lateks Havea setelah disentrifugasi
Tabel 4.1 : Analisa Lateks Dengan Penambahan Ba(OH) 2  0,005M  No  Waktu  (jam)  Ba(OH) 2 0,005M  (ml)  Diff (ml)  TSC (%)  DRC (%)  pH  VFA (%)  1  0  1,4  1,1  33,46  30,46  10,18  0,038  2  1  1,5  1,2  35,74  32,74  10,18  0,038  3  2  1,6  1,3  33,48
+3

Referensi

Dokumen terkait

Salatiga merupakan Kota yang berada di provinsi Jawa Tengah, Sektor pariwisata merupakan faktor penting bagi pendapatan daerah dan negara, karena selain memberikan

(d) Kegiatan akhir pembelajaran dalam kelas yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 2 Cepu Blora juga mengandung pendidikan spiritual yakni sikap tawakkal kepada Allah karena di

Kelebihan lainnya Framework CodeIgniter menggunakan konsep Model, View, Controller (MVC) sehingga lebih mudah untuk tahap pengembangan dan maintenance website

perusahaan atau lembaga terdapat jenjang karier yang pasti (peluang.. tinggi) maka seorang karyawan akan merasa diperlakukan adil dan. tentunya akan dengan suka

JUDUL : FK UGM RAIH POSISI KEDUA MEDIA : HARIAN JOGJA. TANGGAL : 03

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah matematika adalah soal-soal penerapan atau soal-soal aplikasi dalam kehidupan sehari-hari pada

 L1- GoMe : sudut yang dibentuk dari perpotongan garis melalui sumbu panjang insisivus bawah dengan bidang mandibula, menunjukkan posisi insisivus bawah... Overjet

e. Gerak yang selalu dilihat pada objek sehari-hari.. Berbeda dengan anak yang di usia diatas 12 tahun dapat diajarkan untuk mengenal tari Klasik. Beberapa sifat