• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN (Studi pada Petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN (Studi pada Petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENYULUHAN PERTANIAN TERHADAP SIKAP PETANI DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN

(Studi pada Petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh

NOVA EKO SUSILO

Penyuluhan pertanian merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan aktivitas pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani yang melibatkan diri dalam berbagai aktivitas di sektor produksi pertanian. Salah satu materi penyuluhan yang disampaikan adalah penerapan teknologi pertanian yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas usaha tani.

Penelitian ini dilandasi dengan teori Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian yaitu proses keputusan inovasi merupakan proses mental di mana individu melangkah dari pengetahuan awal mengenai inovasi menuju keputusan untuk mengadopsi atau menolak dan untuk mengkonfirmasi atas keputusan yang diambilnya. Teori lain adalah Teori Stimulus–Organisme–Respon, sebagai prinsip belajar yang sederhana, di mana respon merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu

(2)

penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui pelaksanaan penyuluhan pertanian mengenai penerapan teknologi pertanian (2) Untuk mengetahui sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian (3) Untuk mengetahui besarnya pengaruh penyuluhan pertanian terhadap sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian survey, dengan mengambil sampel yaitu 69 petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner dan dokumentasi. Data selanjutnya dianalisis menggunakan rumus Regresi Linier Sederhana.

(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF AGRICULTURAL EXTENSION TOWARD FARMERS ATTITUDES IN THE APPLICATION

OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY

(Study on Farmers at Poncowarno Village Kalirejo District Central Lampung Regency)

By

NOVA EKO SUSILO

Agricultural extension is a term used to refer to non formal education activities aimed at farmers who engage in various activities in the agricultural production sector. One of the outreach material presented is the application of agricultural technologies that aim to increase farm productivity.

This research is based on the theory of the Adoption of Agricultural Technology Innovation as a decision of mental process in which individuals move from the initial knowledge about the innovation to the decision to adopt or reject and to confirm the decision. Another theory is the theory Stimulus-Organism-Response, a simple principle of learning, in which the response is a reaction to certain stimuli

(4)

the attitudes of farmers in the application of agricultural technologies (3) To determine the influence of agricultural extension toward farmers attitudes in the application of agricultural technology at Poncowarno Village Kalirejo District Central Lampung Regency

This study uses a type of survey research, by taking samples of the 69 farmers at Poncowarno Village Kalirejo District Central Lampung Regency. Data was collected through questionnaires and documentation. The data were then analyzed using simple linear regression formula.

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pertanian di Indonesia adalah untuk: (1) Menjamin berlangsungnya hidup masyarakat baik yang hidup disektor pertanian melalui peningkatan pendapatan riil maupun yang hidup di sektor non pertanian

melalui penyediaan pangan yang cukup dan harga yang terjangkau; (2) Memberikan akses kepada masyarakat terhadap kebutuhan hidup di luar

pangan sejalan perkembangan aspirasi masyarakat; (3) Mengatasi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan serta kesejahteraan; (4) Mengembangkan dan meningkatkan produktivitas, kreativitas dan kewirausahaan masyarakat tani; dan (5) Mendukung serta mempercepat proses tranformasi perekonomian nasional (Kementerian Pertanian, Tahun 2009)

(6)

sektor ini masih terus harus dikembangkan guna mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur sejahtera. Salah satu upaya yang dilakukan dalam mencapai tujuan pembangunan pertanian adalah dengan penyuluhan pertanian (Totok Mardikanto, 1991:10).

Penyuluhan pertanian merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan aktivitas pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani yang melibatkan diri dalam berbagai aktivitas di sektor produksi pertanian. Istilah penyuluhan pada dasarnya diturunkan dari kata extention yang telah digunakan secara meluas oleh banyak kalangan. Extention memiliki arti perluasan atau penyebar luasan. Sehingga penyuluhan pertanian bermakna sebagai proses penyebar luasan informasi yang berkaitan erat dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi tercapainya tingkat produktivitas, pendapatan petani dan perbaikan kesejahteraan keluarga/ masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian (Amri Jahi dalam Totok Mardikanto, 1991:11).

(7)

menikmati kehidupan lebih baik dan memuaskan. Penyuluhan pertanian mendidik warga masyarakat agar dapat membuat sendiri keputusan yang perlu diambil (Totok Mardikanto, 1991:13).

Pada dasarnya penyuluhan pertanian ini sejalan dengan pembangunan pertanian di Indonesia. Pembangunan pertanian merupakan sektor yang terus di canangkan dan terus dikembangkan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, penyuluhan pertanian memegang peranan yang penting dan signifikan, agar petani dapat melaksanakan sistem pertanian yang lebih baik.

(8)

Apabila ditinjau dari perspektif ilmu komunikasi, penyuluhan pertanian merupakan suatu proses komunikasi, sebab dalam aktivitas ini terdapat berbagai komponen komunikasi sebagaimana dikemukakan Laswell dalam Onong Uchjana Effendi (2000:12), bahwa yang disebut dengan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who say what in which channel to whom with what effect (siapa mengatakan apa dengan saluran kepada siapa dan dengan efek apa).

Berdasarkan konsep komunikasi Laswell di atas, maka dalam penyuluhan pertanian terdapat komponen-komponen komunikasi sebagai berikut: komunikator (who say), yaitu petugas penyuluh pertanian; pesan (what), yaitu materi yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian; media (channel), yaitu sarana yang digunakan dalam penyuluhan pertanian; komunikan (to whom), yaitu sasaran penerima penyuluhan pertanian dan efek (effect) yang terjadi setelah penyuluhan pertanian dilaksanakan.

(9)

Oleh karena itu, agar aktivitas penyuluhan pertanian dapat terlaksana dengan baik dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) harus memperhatikan dan menguasai: (1) Metode atau cara penyampaian materi penyuluhan, (2) Media penyuluhan kepada petani, (3) Materi yang disampaikan kepada sasaran penyuluhan.

Salah satu materi penyuluhan yang disampaikan pada petani adalah mengenai penerapan teknologi pertanian yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas usaha tani yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan kata lain, salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan persentase penerimaan dan pendapatan dalam usahatani adalah melalui penerapan teknologi baru, karena dengan penerapan teknologi baru diharapkan produksi dapat meningkat baik dalam jumlah maupun mutunya. Teknologi pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teknik bercocok tanam yang baik oleh petani dengan menggunakan sistem pertanian modern dalam rangka pelaksanaan pembangunan di bidang pertanian.

(10)

Sesuai dengan penjelasan di atas maka jelaslah bahwa teknologi pertanian modern sangat bermanfaat dalam upaya peningkatan produktivitas hasil-hasil pertanian. Para petani yang menerapkan teknologi dalam usaha pertaniannya memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil pertanian yang lebih baik dan produktif dibandingan dengan para petani yang masih menggunakan peralatan pertanian yang manual atau tradisional.

Dengan disampaikannya materi mengenai penerapan teknologi pertanian dalam budidaya padi maka para petani diharapkan akan dapat menerapkan teknologi tersebut dalam usaha pertanian dengan varietas tanaman pangan tersebut, sebagaimana disampaikan dalam kegiatan penyuluhan. Dengan demikian maka tujuan penyuluhan pertanian yang ingin dicapai adalah agar para petani memiliki sikap positif dan dapat menerapkan teknologi pertanian dalam usaha tani yang dilakukan. Pada pelaksanaannya aktivitas penyuluhan pertanian ini dilakukan pada para petani yang tergabung dalam komunitas para petani yang lazim disebut dengan kelompok tani. Kelompok tani merupakan kumpulan para petani yang yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian, kebutuhan dan kepentingan bersama dalam bidang pertanian. Artinya penyuluhan pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan pertanian di Indonesia.

(11)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pelaksanaan penyuluhan pertanian mengenai penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah?

2. Bagaimanakah sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah?

3. Seberapa besar pengaruh penyuluhan pertanian terhadap sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penyuluhan pertanian mengenai penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

2. Untuk mengetahui sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penyuluhan pertanian terhadap

sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

D. Kegunaan Penelitian

(12)

1. Secara Teoritis

Kegunaan secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan referensi bagi kajian ilmu komunikasi khususnya yang berkaitan dengan kegiatan penyuluhan sebagai bentuk komunikasi dan berguna bagi ilmu-ilmu sosial pada umumnya.

2. Secara Praktis

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Tentang Penyuluhan Pertanian

1. Pengertian penyuluhan Pertanian

Menurut Samsudin S (2004: 12), penyuluhan merupakan aktivitas pendidikan yang mengandung proses belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar berlangsung efektif dan efesien, diperlukan suasana belajar mengajar yang tepat. Metode penyuluhan tidak lain adalah suasana belajar mengajar yang diciptakan sumber belajar (dengan partisipasi peserta belajar) untuk merangsang dan mengarahkan aktivitas belajar.

Menurut Azwar (2001: 11), penyuluhan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan berbagai hal yang disampaikan dalam aktivitas penyuluhan.

(14)

individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang dilakukan, sehingga perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu.

Penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective) maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh pada masyaraat sasarannya. Penerimaan disini

mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi sampai dapat melaksanakan atau

menerapkan dengan benar dan menghayatinya dalam usaha taninya.

2. Penyuluhan Pertanian Sebagai Proses Penyebar Luasan Informasi

Menurut Totok Mardikanto (2001:12), penyuluhan pertanian sebagai proses penyebar luasan informasi dalam hal ini memiliki arti sebagai proses penyebar luasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara bertani dan berusaha tani demi tercapai peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian.

Penyebaran informasi yang dimaksud sebenarnya mencakup penyebaran beragam informasi. Ditinjau dari isi materinya, informasi mencakup: a. Ilmu dan teknologi yang bermanfaat bagi upaya peningkatan jumlah

(15)

b. Analisis ekonomi yang berkaitan dengan upaya memperoleh pendapatan dan atau keuntungan dari kegiatan berusaha tani

c. Ragam kelembagaan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan produksi dari pendapatan alau keuntungan usaha tani. d. Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk melakukan "rekayasa sosial"

demi tercapainya tujuan peningkatan produksi dan pendapatan atau keuntungan yang diinginkan.

e. Peraturan dan kebijakan yang harus diterapkan dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dengan upaya peningkatan produksi dan pendapatan atau keuntungan usaha tani.

Di lain pihak, menurut sumber dan alur informasinya, Lionberger dan Gwin (1983) membagi informasi dalam:

a. Informasi tentang hasil-basil temuan yang dihasilkan oleh para peneliti (melalui para penyuluh) kepada masyakat penggunanya. b. Umpan-balik (baik berupa laporan keberhasilan maupun masalah yang

dijumpai/dihadapi) dari penerapan hasil penelilian, yang disampaikan masyarakat pengguna (melalui penyuluh) kepada peneliti.

(16)

tetapi terkandung maksud yang lebih jauh, yakni untuk: dipahami, dikaji, dianalisis, dan diterapkan/dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dalam pembangunan pertanian, sampa terwujudnya tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pembangunan pertanian itu sendiri (yang berupa peningkatan produk, pertambahan pendapatan atau keuntungan usaha tani, dan perbaikan kesejahteraan keluarga atau masyarakat).

3. Penyuluhan Pertanian sebagai Proses Penerangan

Istilah penyuluhan berasal dari kata dasar "suluh" yang berarti pemberi terang di tengah kegelapan (Totok Mardikanto, 2001: 39). Dengan demikian, penyuluhan pertanian diartikan sebagai proses untuk memberikan penerangan kepada masyarakat (petani) tentang segala sesuatu yang belum diketahui, untuk dilaksanakan/diterapkan dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan/keuntungan yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian. Namun perlu diingat bahwa, penerangan yang dilakukan tidaklah sekadar "memberikan penerangan", tetapi penerangan yang dilakukan selama penyuluhan pertanian harus terus menerus dilakukan sampai betul-betul diyakini (oleh juru penerang/ penyuluh) bahwa segala sesuatu yang diterangkan tadi benar-benar telah dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh masyarakat sasarannya.

(17)

masyarakat sasarannya, penyuluh yang bersangkutan harus terus-menerus memberikan penerangannya. Penyuluh tidak boleh jemu untuk melakukan tugasnya, yaitu melaksanakan penyuluhan tentang hal yang sama.

4. Penyuluhan Pertanian Sebagai Proses Pendidikan

Penyuluhan pertanian sebenarnya merupakan proses perubahan perilaku melalui pendidikan, yakni suatu perubahan perilaku yang didasarkan oleh: a. Pengetahuan/pemahaman tentang segala sesuatu yang dinilainya lebih baik atau bermanfaat (bagi dirinya sendiri, keluarga, dan masyarakat). b. Dengan kemauan sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun juga

(keluarga, kerabat, tetangga, sahabat, ataupun penguasa).

c. Kemampuan untuk melakukan sesuatu dan menyediakan sumberdaya (input) yang diperlukan untuk terjadinya suatu perubahan.

(18)

5. Penyuluhan Sebagai Agen Perubahan

Penyuluh pertanian merupakan agen perubahan (agent of change) karena aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh tersebut dapat merubah pandangan, sikap dan perilaku para petani yang menjadi sasaran penyuluhan. Setelah mengikuti penyuluhan, petani yang semula tidak mengetahui suatu hal yang berkaitan dengan pertanian modern akan menjadi tahu. Petani yang semula hanya berorintasi pada sistem dan peralatan pertanian tradisional akan bergeser pada sistem dan peralatan pertanian modern. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa penyuluh pertanian merupakan agen perubahan (Totok Mardikanto, 2001: 42).

Menurut MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 21-22), sebagai agen perubahan penyuluh memiliki beberapa peran. Ada dua peran yang berkaitan dengan adopsi inovasi, pertama peran menghubungkan sistem sumber perubahan dengan sistem sasaran perubahan. Dalam menghubungkan kedua sistem tersebut, penyuluhan menyediakan saluran tempat ”diluncurkan” inovasi kepada sasaran. Kedua, sebagai akseleran proses adopsi. Dalam mempengaruhi pengambilan keputusan adopsi inovasi tersirat pula upaya untuk mempercepat proses pengambilan keputusan. Terdapat tiga jenis keputusan adopsi inovasi, yaitu keputusan opsional yang diambil secara individual, keputusan kolektif dan keputusan kekuasaan.

(19)

Penyuluh berperan sebagai akseleran pengambilan keputusan opsional yang diambil secara individual. Disadari bahwa keputusan seperti ini dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan rasional individu pengambil keputusan secara mandiri, maka penyuluh dapat menawarkan alternatif-alternatif keputusan sebagai masukan pengambilan keputusan.

Selanjutnya MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 22), menjelaskan bahwa penawaran tersebut dapat dilakukan secara persuasif, sehingga dapat menggiring keputusan ke arah tujuan diadakan perubahan. Menurut Widjaja (2000: 21), komunikasi persuasif adalah salah satu jenis komunikasi, di mana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan dengan menggunakan pendekatan yang bersifat mengajak atau membujuk untuk melakukan apa yang dikehendaki komunikator. Dengan demikian maka diharapkn akan tercipta pengertian, kesamaan makna, dukungan, gagasan dan tindakan yang positif dari pihak-pihak yang berkomunikasi.

Selanjutnya menurut MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 27) adapun langkah-langkah persuasi yang harus ditempuh oleh penyuluh adalah:

a. Presentasi, yaitu dengan menjelaskan sifat-sifat inovasi secara proporsional, yang meliputi:

(20)

(2) Kompatibilitas, merupakan derajat di mana inovasi dirasakan konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan sasaran

(3) Kompleksitas, merupakan derajat di mana inovasi dirasakan sebagai sesuatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan

(4) Triabilitas, merupakan derajat di mana inovasi mungkin dicoba dengan menggunakan dasar keterbatasan

(5) Observabilitas, merupakan derajat di mana hasil-hasil inovasi dapat diamati oleh para adopter

(6) Input komplementer, merupakan tuntutan terhadap fasilitas pendukung inovasi

b. Atensi, yaitu menunjukkan perhatian yang besar dari penyuluh terhadap inovasi secara komprehensif.

c. Komprehensi yaitu adopter memahami inovasi secara komprehensif

d. Penghasilan, yaitu seseorang memperoleh hasil dari sesuatu yang dialaminya

e. Retensi, yaitu membantu adopter mengendapkan pengetahuan yang telah dijelaskan

B. Tinjauan Tentang Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Menurut Mulyana (2001: 41-42), secara etimologis, kata komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communis yang

(21)

‘membuat sama’ (to make common). Istilah Communis-berasal dari bahasa latin- adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, merujuk pada suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan yang dianut secara sama.

Kata lain yang juga dekat dengan komunikasi menurut Ralph Ross dalam Mulyana, 2001: 42), adalah komunitas (community), yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas merujuk pada sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, saling berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas. Dalam komunitas berbagi atau berbagai bentuk-bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa, yang setiap bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas tersebut.

(22)

Menurut S.M. Siahaan (2002:4), komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan) dari komunikator untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan pemahamannya) ke pola pemahaman yang dikehendaki oleh komunikator. Jadi proses penyampaian informasi itu berdaya guna (berefek) terhadap komunikan atau komunikator

Pengertian lain dikemukakan Usnadibrata (2001: 71-72), bahwa komunikasi adalah pengoperan lambang dan bertujuan partisipasi ataupun motivasi, mempengaruhi komunikan ke arah pemikiran yang diinginkan oleh komunikator. Jadi, dalam hal ini komunikasi diartikan sebagai suatu proses yang berlangsung dalam dua arah yang timbal balik, untuk mempengaruhi dan bereaksi. Dalam hal ini komunikasi adalah proses cerdas, artinya selalu giat dan berubah, komunikasi dapat dibagi dua yaitu kegiatan informatif, agar orang lain mengerti atau tahu dan kegiatan persuasif, agar orang lain bersedia menerima paham dan yakin untuk melakukan perbuatan/kegiatan.

2. Komponen-Komponen Komunikasi

Menurut Effendy (2002:16-19), komponen-komponen komunikasi meliputi: a. Komunikator (source), orang yang membawa/menyampaikan pesan. b. Pesan (message), berita/informasi yang disampaikan oleh komunikator

dalam melalui lambang-lambang, pembicaraan, gerakan dsb.

c. Saluran (channel), sarana penyampaian pesan dalam kegiatan komunikasi. Saluran tersebut meliputi:

1) Pendengaran (lambang berupa suara)

(23)

4) Rabaan (lambang-lambang yang berupa rangsangan rabaan)

d. Komunikan (communicant), objek sasaran dari kegiatan komunikasi atau orang yang menerima berita atau lambang.

e. Umpan balik (feedback), arus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya komunikasi. Umpan balik dapat dijadikan tolok ukur untuk mengetahui sejauh mana pencapaian pesan yang telah disampaikan.

3. Hal-hal yang berkaitan dengan proses komunikasi

Menurut Joseph Devito (1997) dalam Onong Uchjana Effendy, hal-hal yang berkaitan dengan proses komunikasi:

a. Komunikasi paling sedikit melibatkan dua orang. Pada hakikatnya setiap manusia suka berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya, karena itu tiap-tiap orang harus berusaha agar mereka lebih dekat antara satu dengan yang lainnya.

Faktor kedekatan atau proximity bisa menyatakan dua orang yang memiliki kedekatan atau hubungan yang erat, kedekatan antarpribadi itulah yang menyebabkan seseorang bisa menyatakan pendapat-pendapatnya dengan bebas dan terbuka. Kebebasan dan keterbukaan akan mempengaruhi berbagai variasi pesan baik verbal atau nonverbal.

(24)

(1) Saluran suara (audio) dalam wujud pendengaran.

(2) Saluran cahaya untuk pengelihatan (visual) dapat dirasa, dipegang dan diraba.

d. Gangguan. Gangguan dapat mengacaukan makna dalam penyampaian pesan dalam komunikasi. Ada tiga macam gangguan:

(1) Eksternal. Faktor fisik biasanya mempengaruhi komunikasi, misalnya deru kendaraan, cahaya yang silau dan suara musik yang keras.

(2) Internal. Faktor internal pada diri komunikator dan komunikan, misalnya, kurang pendengaran atau tidak bisa bicara dengan benar (gagap), gila dsb.

(3) Semantik. Faktor bahasa pada diri peserta komunikasi yang mengalami kesulitan dalam memaknai pesan komunikasi yang dikirimkan, misalnya perbedaan budaya.

e. Umpan Balik. Umpan balik adalah pemberian tanggapan terhadap pesan yang dikirimkan dengan suatu makna tertentu. Umpan balik berarti bahwa pesan yang diterima, didengar atau diketahui maknanya. Umpan balik disampaikan secara verbal atau nonverbal, dan berfungsinya adalah untuk memahami pesan yang dikirimkan apakah diterima, ditolak atau dikoreksi. f. Konteks. Konteks adalah keadaaan atau suasana yang bersifat fisik-historis, dan psikologis tempat terjadinya komunikasi artinya komunikasi tidak terjadi dalam ruang hampa sosial. Dalam hal ini, konteks memiliki empat dimensi:

(25)

(3) Psikologis ; dorongan, kebutuhan, motivasi, sikap dan sebagainya yang mempengaruhi komunikasi

(4) Temporal ; kapan komunikasi dilakukan

Berdasarkan komponen-komponen maka komunikasi sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan antara komunikator dengan komunikan akan menghasilkan berbagai efek dan umpan balik sebagai bagian dari proses komunikasi yang dipengaruhi oleh komponen lain di dalamnya.

4. Komunikasi Yang Efektif

Komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat mempengaruhi, merubah sikap dan perilaku. Efek komunikasi yang timbul pada komunikan biasanya adalah: a. Efek kognitif, adalah yang berkaitan dengan pikiran, nalar atau rasio,

misalnya komunikan yang semula tidak tahu, tidak mengerti menjadi mengerti atau tidak sadar menjadi sadar.

b. Efek Afektif, adalah efek yang berkaitan dengan perasaan, misalnya komunikan yang merasa tidak senang menjadi senang, sedih menjadi gembira.

c. Efek konatif, adalah efek yang berkaitan dengan timbulnya keyakinan dalam diri komunikan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh komunikator berdasarkan pesan atau message yang ditransmisikan, sikap dan perilaku pascaproses komunikasi juga tercermin dalam efek konatif (Onong Uchjana Effendy, 2002:22-23).

(26)

seorang komunikator mengharapkan komunikan berperilaku sesuai dengan keinginan dengan harapannya. Harapan itu tidak akan muncul jika komunikator sendiri tidak memberikan informasi atau menciptakan suasana perasaan senang bagi komunikan untuk berperilaku sesuai dengan harapannya. Sebaliknya bila komunikan sudah mengerti dan merasa senang atau puas, maka ia akan berperilaku sesuai yang diharapkan komunikator.

5. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Efektivitas Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy (2003:60-64), hal-hal yang berkaitan dengan efektivitas komunikasi adalah:

a. Komunikator harus memahami diri dan berempati

Memahami diri maksudnya adalah memahami nilai pribadi yang baik, yang seharusnya ada dan dimiliki komunikator. Nilai pribadi merupakan perpaduan antara kemampuan, kejujuran dan iktikad baik. Ketiga hal ini tercermin dalam perasaan, akhlak dan watak seseorang. Dengan kemampuan, kejujuran dan iktikad baik, seorang komunikator akan memperoleh kepercayaan.

(27)

b. Komunikator harus memahami pesan yang disampaikan pada komunikan Pesan yang disampaikan tidak hanya harus dimengerti oleh komunikan tetapi oleh komunikator sendiri harus benar-benar memahami pesannya tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa komunikator ketika mengucapkan sesuatu harus menggunakan pemikiran secara seksama dan memeperhitungan makna pesan bagi komunikan yang dihadapinya. Sehubungan dengan pesan, Wilbur Schram (dalam Onong Uchjana Effendy, 2003:63) menyebutkan bahwa pesan harus:

(1) Dirancang dan disampaikan sedemikian rupa agar menarik komunikan. (2) Menggunakan lambang-lambang yang tertuju pada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti.

(3) Membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

(4) Menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang ia kehendaki oleh komunikator.

c. Komunikator harus memahami komunikan yang dituju

(28)

sehingga efek yang ingin dicapai akan lebih telihat secara jelas. Pemahaman ini menjadi penentu keberhasilan tujuan komunikasi yang dilakukan.

C. Tinjuaan Tentang Sikap

1. Pengertian Sikap

Menurut A. W. Masri (1999:176), sikap (attitude) adalah respon yang diarahkan pada penilaian dan penanggapan terhadap sesuatu objek tertentu. Objek yang dimaksud dapat berbentuk person atau situasi. Bagaimana respon yang dapat diberikan pada person atau situasi itu, itulah gambaran dari sikap (attitude) pada objek tersebut. Menurut W.A.Gerungan (2001: 151), sikap adalah tanggapan terhadap objek tertentu. yang merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana yang disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu.

Menurut Abu Ahmadi (2002:53), ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:

(29)

b. Sikap tidak semata-mata berdiri sendiri melainkan selalu berhubungan dengan suatu objek. Pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan sederetan objek-objek serupa. Misal si A seorang pemberani. Dalam hal ini mungkin bukan si A saja yang pemberani tetapi orang-orang yang sebangsa A juga pemberani.

c. Sikap umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi, sedangkan pada kecakapan dan pengetahuan hal itu tidak ada.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut W.A. Gerungan (2001:155), faktor yang mempengaruhi sikap adalah: a. Faktor Internal, adalah faktor yang tumbuh dari dalam diri individu. Faktor ini memegang peranan dalam perubahan sikap, di mana di dalam diri seseorang terdapat daya pilih (selectivity) antara minatnya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Rangsangan yang datang tidak diterimanya begitu saja, akan tetapi seseorang akan memilih perangsang yang mempunyai nilai bagi dirinya. Berarti ia mengerti secara pasti apa yang harus diperbuat sehubungan dengan rangsangan tersebut, apakah akan menerima atau menolak. Dengan adanya keputusan-keputusan itu menandakan bahwa dalam diri subjek telah ada pengertian tentang objek. b. Faktor Eksternal, sikap seseorang mengalami perubahan disebabkan oleh

(30)

Dalam hal ini, asosiasi yang benar, pengetahuan dan pengalaman baru dapat mempengaruhi dan mengubah sikap.

3. Aspek-Aspek Sikap

Menurut Abu Ahmadi (2002:52-53), sikap memiliki tiga macam aspek:

a. Aspek kognitif, yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenai pikiran. Ini berarti perwujudan pengolahan, pengalaman dan keyakinan serta harapan-harapan individu tentang objek tertentu.

Aspek kognitif dalam sikap petani menunjukkan bahwa petani memiliki pengetahuan mengenai berbagai hal yang disampaikan oleh penyuluh dalam kegiatan penyuluhan pertanian, seperti pengetahuan mengenai adopsi inovasi atau tata cara mengembangkan usaha pertanian secara moden.

b. Aspek afektif, bewujud proses yang menyangkut perasaan, seperti; simpati, antipati, ketakutan dan kedengkian yang ditujukan pada objek-objek tertentu.

(31)

c. Aspek konatif, berwujud berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat suatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya.

Aspek konatif dalam sikap petani menunjukkan bahwa petani memiliki kecenderungan atau keyakinan untuk melakukan suatu hal tertentu sebagaimana disampaikan dalam kegiatan penyuluhan pertanian, seperti keyakinan untuk melakukan adopsi inovasi atau kecenderungan untuk mengembangkan usaha pertanian secara moden.

D. Landasan Teori

1. Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian

Menurut Mardikanto (1993), adopsi dalam proses penyuluhan pertanian pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku baik yang berupa pengetahuan (cignitive), sikap (affective) maupun keterampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang

disampaikan penyuluh kepada masyarakat sasarannya. Penerimaan disini

mengandung arti tidak sekedar “tahu”, tetapi sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan atau usahataninya.

(32)

cara baru tersebut, selanjutnya inovasi adalah suati ide, penerapan/praktek dari suatu hal yang baru.dalam kegiatan penyuluhan pertanian, inovasi pertanian merupakan perubahan praktek cara-cara berusahatani dari cara yang lama ke cara yang baru.

Proses adopsi adalah suatu proses kejiwaan yang terjadi dalam diri seseorang dari sesuatu yang baru dari mulai ia sadar akan adanya sesuatu yang baru itu sampai pada kegiatan mempraktikkan atau menjadi sebuah kebiasaan. Seseorang yang mempraktikkan atau menjadikan sesuatu cara baru disebut mengadopsi cara itu. Sebelum seseorang mengadopsi cara-cara baru itu ia akan mengalami beberapa tahap proses adopsi yang berbeda pada tiap masyarakat. Pengertian adopsi di bidang pertanian adalah penerimaan ide baru di bidang pertanian oleh petani tentang hal-hal yang baru yang disampaikan kepada petani yang berbentuk ilmu dan teknologi pertanian (Samsuddin, U. 2004: 74).

Menurut Roger dan Shoemaker dalam MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 25), proses keputusan inovasi merupakan proses mental di mana individu melangkah dari pengetahuan awal mengenai inovasi menuju suatu keputusan untuk mengadopsi atau menolak dan untuk mengkonfirmasi atas keputusan yang diambilnya. Adapun tahapan proses adopsi inovasi adalah: 1) Tahapan kesadaran, yaitu individu mulai menyadari bahwa ada suatu ide

baru, namun kurang mengetahui segala sesuatu mengenai ide baru tersebut 2) Tahapan minat, yaitu individu mengembangkan minat terhadap inovasi

(33)

3) Tahapan penilaian, yaitu individu menilai inovasi secara mental 4) Tahapan percobaan, yaitu individu mencoba inovasi dalam skala kecil 5) Tahapan adopsi, yaitu individu menggunakan inovasi secara terus menerus

dab dalam skala besar.

2. Model S-O-R Penyuluhan Pertanian

Menurut Onong Uchjana Effendy (2003: 252), Model Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R Theory) pada dasarnya merupakan prinsip belajar yang sederhana, di mana respon merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Seseorang dapat memperkirakan kaitan erat antara pesan dan reaksi komunikan. Komponen teori ini meliputi; pesan (stimulus) - penerima (organism) - efek (response). Menurut teori S-O-R, pesan dipersiapkan dan didistribusikan oleh komunikator kepada kepada komunikan dengan harapan akan memberikan respon atau pengaruh yang diharapkan dari komunikan

(34)

E. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui besarnya nilai hubungan penyuluhan pertanian dengan sikap petani terhadap penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Teori yang melandasi penelitian ini adalah Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R Theory). Prinsip Stimulus-Respon pada dasarnya merupakan prinsip belajar yang sederhana, di mana respon merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Seseorang dapat memperkirakan kaitan erat antara pesan dan reaksi komunikan. Komponen teori ini meliputi; pesan (stimulus) - penerima (organism) - efek (response). Menurut teori S-O-R, pesan dipersiapkan dan didistribusikan oleh komunikator kepada kepada komunikan dengan harapan akan memberikan respon atau pengaruh yang diharapkan dari komunikan (Effendy, 2003: 52).

(35)

Selain itu teori lain yang melandasi penelitian ini adalah teori adopsi yang dikemukakan oleh Roger dan Shoemaker dalam MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 25), proses keputusan inovasi merupakan proses mental di mana individu melangkah dari pengetahuan awal mengenai inovasi menuju suatu keputusan untuk mengadopsi atau menolak dan untuk mengkonfirmasi atas keputusan yang diambilnya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir sebagai berikut:

b. Atensi, yaitu perhatian yang besar dari penyuluh terhadap inovasi c. Komprehensi yaitu adopter

(36)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey. Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 5), penelitian survey adalah penelitian yang menggunakan kuisioner atau angket sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Tipe penelitian survey digunakan untuk mengumpulkan data mengenai penyuluhan pertanian dan sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

B. Definisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendy (2002: 66), definisi konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan. Definisi konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyuluhan Pertanian

(37)

menyampaikan materi tentang teknologi pertanian kepada para petani dan petani mendengarkan atau menyimak penjelasan yang disampaikan penyuluh. Selanjutnya penyuluh memberikan kesempatan kepada para petani untuk mengajukan pertanyaan apabila ada materi yang kurang atau tidak dipahaminya.

2. Sikap Petani terhadap penerapan teknologi pertanian

Sikap petani terhadap penerapan teknologi pertanian adalah suatu keadaan di mana para petani memiliki kecenderungan dan keyakinan petani untuk menerapkan teknologi pertanian dengan model pertanian/bercocok tanam yang modern dalam rangka meningkatkan produksi hasil pertanian yang usahakannya.

C. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun dan Effendi (2002: 68), definisi operasional atau operasionalisasi variabel adalah petunjuk bagaimana suatu variabel diukur, dengan membaca definisi operasional dalam penelitian maka akan diketahui baik buruknya variabel tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyuluhan Pertanian, indikator-indikatornya mengacu pada pendapat MC. Ninik Sri Rejeki dan F. Anita (1999: 27), yaitu sebagai berikut: a. Presentasi, penyuluh menjelaskan sifat-sifat inovasi secara

proporsional, yang meliputi:

(38)

(2) Penyuluh menyampaikan penjelasan secara terperinci

(3) Penyuluh menyampaikan penjelasan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat petani

b. Atensi, yaitu perhatian yang besar dari penyuluh terhadap inovasi, meliputi:

(1) Perhatian petani pada materi yang disampaikan penyuluh (2) Perhatian petani pada contoh yang disajikan penyuluh

c. Komprehensi yaitu adopter memahami inovasi secara komprehensif, meliputi:

(1) Petani memahami materi yang disampaikan penyuluh

(2) Petani memahami maksud dan tujuan pertanian modern untuk meningkatkan kesejahteraan petani

d. Hasil, yaitu petani memperoleh hasil dari sesuatu yang dialaminya (1) Petani memiliki pemahaman dalam kegiatan penyuluhan (2) Petani memiliki pengalaman dalam kegiatan penyuluhan

e. Retensi, yaitu membantu adopter mengendapkan pengetahuan yang telah dijelaskan, meliputi:

(1) Petani memiliki mempelajari kembali materi yang disampaikan penyuluh

(2) Petani mencoba menerapkan materi yang disampaikan penyuluh dalam kegiatan pertanian

2. Sikap petani Terhadap Penerapan Teknologi Pertanian, dengan indikator-indikatornya sebagai berikut:

(39)

(1) Materi tentang teknologi pertanian yang disampaikan dalam penyuluhan.

(2) Manfaat penerapan teknologi dalam pertanian. b. Aspek Afektif, diukur dari:

(1) Rasa senang petani pada kegiatan penyuluhan pertanian

(2) Rasa tertarik pada materi tentang teknologi pertanian yang disampaikan dalam penyuluhan.

c. Aspek Konatif, diukur dari:

(1) Kesadaran petani untuk dapat menerapkan teknologi pertanian atau teknik bercocok tanam modern

(2) Keyakinan petani untuk dapat menerapkan teknologi pertanian atau teknik bercocok tanam modern

D. Populasi dan Sampel

Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi (2002:108), populasi dalam jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirinya hendak diduga. Berdasarkan definisi di atas maka populasi penelitian ini seluruh anggota kelompok tani Sido Makmur di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 218 petani.

(Sumber: Kelompok Tani Sido Makmur Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. April 2011)

(40)

Tabel 1. Kelompok Tani di Desa Poncowarno

No Kelompok Tani Jumlah Anggota

1 Sidomakmur 2 Sumber Jaya 3 Suka Maju

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2012.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah kelompok tani paling banyak adalah Kelompok Tani Sidomakmur. Kelompok Tani Sumber Jaya hanya berjumlah 87 petani dan Kelompok Tani Sukamaju hanya berjumlah 74 petani. Atas dasar pertimbangan inilah maka penulis memilih petani dari Kelompok Tani Sidomakmur sebagai sampel penelitian.

Menurut Sugiyono (2002: 121), sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

1

1 = Bilangan Konstant (Sugiyono, 2002: 124)

Berdasarkan rumus di atas, maka perhitungan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah:

(41)

Pengambilan sampel ini akan dilakukan dengan cara mendatangi langsung para petani dan menyebarkan kuisioner penelitian. Penentuan sampel penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan beberapa kriteria, yaitu sebagai berkut:

1) Tercatat sebagai anggota kelompok tani yang sudah lebih dari 1 tahun 2) Aktif mengikuti kegiatan penyuluhan pertanian (tercatat hadir minimal 3

kali berturut-turut dalam kegiatan penyuluhan terakhir).

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1) Data Primer, adalah data yang diperoleh langsung dari sumber (lapangan). 2) Data Sekunder, adalah data tambahan dari berbagai sumber, seperti buku

literatur, majalah dan surat kabar yang berhubungan dengan penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1) Observasi, dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti sehingga nilai kebenarannya lebih nyata.

2) Kuesioner, dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan tertulis kepada responden penelitian dengan memberikan alternatif pilihan jawaban, sehingga responden akan dengan mudah menjawab soal dan menghindari bias jawaban.

(42)

G. Skala Data dan Penentuan Skor

Skala data yang digunakan dalam penelitian ini skala likert. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2002: 102), skala likert adalah skala yang digunakan peneliti untuk mengukur persepsi dan sikap seseorang terhadap suatu objek, terdiri dari 5 alternatif jawaban, dengan penentuan skor sebagai berikut:

1. Jawaban A diberi skor 5 (lima) 2. Jawaban B diberi skor 4 (empat) 3. Jawaban C diberi skor 3 (tiga) 4. Jawaban D diberi skor 2 (dua) 5. Jawaban E diberi skor 1 (satu)

H. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui besarnya pengaruh penyuluhan pertanian terhadap sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung digunakan model analisis Regresi Liner Sederhana, sebagai berikut:

y = a+bx Keterangan :

y = nilai variabel terikat (y) yang diprediksi a = intercept constant

b = koefisien regresi yang berhubungan dengan variabel bebas x = skor variabel bebas

(43)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Responden penelitian ini adalah para petani di Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 69 orang. Untuk mendapatkan gambaran secara lebih jelas mengenai responden, berikut dideskripsikan identitas responden menurut kelompok umur, pendidikan terakhir dan lama menjadi anggota dalam kelompok tani.

1. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

Untuk mengetahui Identitas responden menurut kelompok umur, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Frekuensi Persentase

1 44 tahun atau lebih 14 20.29

2 35 – 44 Tahun 36 52.17

3 25 – 34 Tahun 19 27.54

Jumlah 69 100,00

(44)

Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu , sebanyak 14 (20,29%) responden berusia 45 tahun ke atas. Sebanyak 36 (52,17%) responden berusia antara 35-44 tahun dan sebanyak 19 (27,54%) responden berusia antara 25-34 tahun. Dengan demikian maka sebagian besar responden antara 35-44 tahun. Hal ini berarti bahwa sebagian besar petani berada pada kelompok umur yang produktif dalam membidangi pekerjaan sebagai petani. Kelompok usia produktif menurut Badan Pusat Statistik Tahun 2010 adalah angkatan kerja yang berada rentang usia antara 22 sampai dengan 50 tahun.

2. Identitas Responden Menurut Pendidikan Terakhir

Untuk mengetahui identitas responden menurut pendidikan terakhir, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Identitas Responden Menurut Pendidikan Terakhir

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 Tidak Lulus SD 9 13.04

2 Lulusan SD 21 30.43

3 Lulusan SMP 14 20.29

4 Lulusan SMA 25 36.23

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011

(45)

jenjang pendidikan tingkat menengah (SMA). Hal ini sesuai dengan ciri masyarakat desa yang pada umumnya memiliki keterbatasan biaya untuk melanjutkan pendidikan sampai jenjang pendidikan perguruan tinggi.

3. Identitas Responden Menurut Lama Menjadi Anggota Kelompok Tani

Untuk mengetahui identitas responden menurut lama menjadi anggota dalam kelompok tani, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 11. Identitas Responden Menurut Lama Menjadi Anggota dalam Kelompok Tani

No Lama Menjadi Anggota Frekuensi Persentase

1 5 tahun atau lebih 12 17.39

2 3 – kurang dari 5 tahun 31 44.93

3 1 – kurang dari 3 tahun 17 24.64

4 Kurang dari 1 tahun 9 13.04

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011

(46)

B. Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah suatu proses komunikasi di mana terjadi penyampaian pesan berupa informasi mengenai teknologi pertanian dari petugas penyuluh lapangan kepada petani sasaran penyuluhan dengan menggunakan media penyuluhan dan bertujuan untuk mengubah sikap petani terhadap teknologi pertanian dalam usaha pertanian yang dilakukan. Dalam penelitian ini pengukuran penyuluhan pertanian meliputi presentasi, atensi, komprehensi, penghasilan dan retensi.

1. Presentasi

Presentasi maksudnya adalah penyuluh menjelaskan sifat-sifat inovasi secara proporsional, yang meliputi: penyuluh menjelaskan sifat-sifat pertanian modern yang bermanfaat dalam usaha pertanian, penyuluh menyampaikan penjelasan secara terperinci dan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat petani. Adapun deskripsinya adalah sebagai berikut:

a. Responden Memahami Penjelasan dari Penyuluh Tentang Alat-Alat Pertanian Modern

Untuk mengetahui pemahaman responden tentang alat-alat pertanian modern yang disampaikan penyuluh, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 12. Pemahaman Responden Tentang Alat-Alat Pertanian Modern yang Disampaikan Penyuluh

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Paham 28 40,58

(47)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu 35 (50.72%)

responden paham penjelasan dari penyuluh tentang alat-alat pertanian modern.

Data terkecil tidak ada responden (0.00%) responden yang tidak paham dan

sangat tidak paham penjelasan dari penyuluh tentang alat-alat pertanian modern.

Pemahaman responden ini berkaitan dengan keseriusan mereka dalam mengikuti

penyuluhan, mereka juga dapat mengajukan pertanyaan apabila ada hal-hal yang

belum atau tidak dipahami tentang alat-alat pertanian modern yang disampaikan

penyuluh, seperti penggunaan traktor, mesin pembajak sawah dan penggunaan

pestisida secara seimbang. Pemahaman ini berkaitan dengan latar belakang

pendidikan responden yang sebagian besar menyelesaikan jenjang pendidikan

SMA, sehingga pemahamannya lebih baik dibandingan dengan para petani yang

hanya menyelesaikan pendidikan sampai dengan tingkat SD dan SMP.

Pemahaman responden ini dapat mengarah pada perilaku untuk menggunakan

alat-alat pertanian modern dan penerapan sistem bercocok tanam yang baik.

b. Penyuluh Pertanian Menjelasakan Tentang Pertanian Modern Secara Terperinci/Detail

Untuk mengetahui tanggapan responden bahwa penyuluh pertanian

menyampaikan penjelasan mengenai pertanian modern secara terperinci/detail,

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 13. Penyuluh Pertanian Menjelaskan Tentang Pertanian Modern Secara Terperinci/Detail

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Terperinci 21 30,43

Terperinci 41 59,42

Cukup Terperinci 7 10,14

Tidak Terperinci 0 0,00

Sangat Tidak Terperinci 0 0,00

Jumlah 69 100,00

(48)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu 41 (59.42%)

responden menyatakan penyuluh pertanian menyampaikan penjelasan mengenai

pertanian modern dengan terperinci. Data terkecil menunjukkan tidak ada

(0,00%) responden yang tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa penyuluh

pertanian menyampaikan penjelasan mengenai pertanian modern secara tidak dan

sangat tidak terperinci. Penjelasan tentang pertanian modern secara terperinci

sehingga para petani tertarik untuk mengikuti penyuluhan pertanian sampai

dengan selesai. Hal ini menunjukkan adanya keseriusan petani dalam mengikuti

penyuluhan, sehingga mereka tidak meninggalkan penyuluhan sampai kegiatan

selesai. Selain itu menunjukkan pula ketertarikan petani pada materi yang

dibahas dalam penyuluhan. Contoh ketertarikan ini adalah petani menyimak

dengan baik dan seksama materi mengenai teknologi pertanian yang disampaian

oleh petugas penyuluh dan menyampaikan pertanyaan apabila mereka kurang

atau tidak mengerti materi yang disampaikan.

c. Penyuluh Menyampaikan Penjelasan dengan Menyesuaikan Tingkat Pendidikan Masyarakat Petani

Untuk mengetahui tanggapan responden bahwa penyuluh menyampaikan

penjelasan dengan menyesuaikan tingkat pendidikan masyarakat petani, dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Penyuluh Menyampaikan Penjelasan dengan Menyesuaikan Tingkat Pendidikan Masyarakat Petani

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Sesuai 15 21,74

(49)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu 45 (65.22%) responden menyatakan penyuluh menyampaikan penjelasan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat petani. Data terkecil menunjukkan tidak ada (0,00%) responden yang tidak setuju dan sangat tidak setuju bahwa penyuluh menyampaikan penjelasan sangat disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat petani. Dengan demikian maka sebagian besar responden menyatakan bahwa penyuluh menyampaikan penjelasan disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat petani.

Kesesuaian penjelasan dengan tingkat pendidikan ini akan sangat membantu pemahaman petani pada materi yang disampaikan. Hal ini berkaitan dengan pengalaman penyuluh sebagai pemateri yang menguasai bidang ilmu pertanian dengan baik. Hal ini dapat dipahami sebab pembicara dalam penyuluhan adalah para petugas penyuluh lapangan pertanian (PPL) yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang pertanian, memiliki kapasitas keilmuan yang memadai di bidang pertanian dan mampu memberikan materi sesuai dengan latar belakang pendidikan para audiensnya.

2. Atensi

(50)

a. Responden Memperhatikan Penjelasan Materi yang Disampaikan Penyuluh Tentang Cara Bertani yang Baik

Untuk mengetahui tanggapan bahwa responden memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan penyuluh tentang cara bertani yang baik, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 15. Responden Memperhatikan Penjelasan Materi yang Disampaikan Penyuluh Tentang Cara Bertani yang Baik

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Memperhatikan 19 27,94

Memperhatikan 42 61,76

Cukup Memperhatikan 7 10,29

Tidak Memperhatikan 0 0,00

Sangat Tidak Memperhatikan 0 0,00

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(51)

b. Responden Memperhatikan Contoh Penggunaan Teknologi yang Disajikan Penyuluh dalam Kegiatan Penyuluhan

Untuk mengetahui tanggapan responden memperhatikan contoh penggunaan teknologi yang disajikan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 16. Responden Memperhatikan Contoh Penggunaan Teknologi yang Disajikan Penyuluh dalam Kegiatan Penyuluhan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Memperhatikan 22 31,88

Memperhatikan 39 56,52

Cukup Memperhatikan 8 11,59

Tidak Memperhatikan 0 0,00

Sangat Tidak Memperhatikan 0 0,00

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu sebanyak 39 (56.52%) responden menyatakan memperhatikan contoh yang disajikan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan. Data terkecil menunjukkan tidak ada (0,00%) responden yang tidak memperhatikan dan sangat tidak memperhatikan contoh yang disajikan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan. Dengan demikian maka sebagian besar responden memperhatikan contoh yang disajikan penyuluh dalam kegiatan penyuluhan.

(52)

memberikan penjelasan atas pertanyaan atau pembahasan atas masalah yang disampaikan oleh petani tersebut. Selain itu pemateri mengembangkan komunikasi yang terbuka di mana sumber pengetahuan atau informasi tidak hanya berasal dari dirinya, melainkan juga dari para anggota kelompok tani yang mengikuti penyuluhan.

3. Komprehensi

Komprehensi adalah adopter memahami inovasi secara menyeluruh baik secara teori maupun praktek, yang meliputi petani memahami materi yang disampaikan penyuluh dan petani memahami maksud dan tujuan pertanian modern untuk meningkatkan kesejahteraan petani

a. Penyuluh Selalu Membantu Petani untuk Memahami Teori dan Praktik dalam Kegiatan Penyuluhan

Untuk mengetahui tanggapan responden bahwa penyuluh selalu membantu petani untuk memahami teori dan praktek penjelasan dalam kegiatan penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17. Penyuluh Selalu Membantu Petani Untuk Memahami Teori dan Praktek dalam Kegiatan Penyuluhan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Membantu 20 28.99

Membantu 41 59.42

Cukup Membantu 8 11.59

Tidak Membantu 0 0.00

Sangat Tidak Membantu 0 0.00

Jumlah 69 100,00

(53)

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu sebanyak 41 (59.42%) responden menyatakan bahwa penyuluh membantu petani untuk memahami penjelasan dalam kegiatan penyuluhan. Data terkecil menunjukkan tidak ada (0,00%) responden yang menyatakan bahwa penyuluh tidak membantu dan sangat tidak membantu petani untuk memahami penjelasan dalam kegiatan penyuluhan. Dengan demikian maka sebagian besar responden setuju bahwa penyuluh membantu petani untuk memahami penjelasan dalam kegiatan penyuluhan.

Penyuluh dalam kegiatan penyuluhan selalu membawa media. Media yang biasanya dibawa oleh pemateri adalah brosur atau alat peraga dalam pertanian. Media ini sangat penting untuk digunakan dalam proses penyuluhan, sebab dengan menggunakan media maka pemateri akan mudah dalam memberikan penjelasan dan petani akan menjadi lebih tertarik dalam mengikuti penyuluhan. Pemateri pada dasarnya memang menggunakan media yang sesuai dengan materi. Kesesuain antara media dengan materi yang disampaikan ini akan memudahkan pemateri dalam memberikan penjelasan-penjelasan kepada para petani.

b. Penyuluh Membantu Petani untuk Menerapkan Praktik Kegiatan Penyuluhan

(54)

Tabel 18. Penyuluh Membantu Petani Untuk Menerapkan Praktik dalam Kegiatan Penyuluhan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Membantu 22 31,88

Membantu 46 66,67

Cukup Membantu 1 1,45

Tidak Membantu 0 0,00

Sangat Tidak Membantu 0 0,00

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu sebanyak 46 (66.67%) responden menyatakan bahwa penyuluh membantu petani untuk menerapkan penjelasan yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan. Data terkecil menunjukkan tidak ada (0,00%) responden menyatakan bahwa penyuluh tidak membantu dan sangat tidak membantu petani untuk menerapkan penjelasan yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan. Denagn demikian maka sebagian besar responden menyatakan bahwa penyuluh membantu petani untuk menerapkan penjelasan yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan.

(55)

4. Hasil

Hasil adalah petani memperoleh hasil dari sesuatu yang dialaminya, yang meliputi petani memiliki pemahaman dalam kegiatan penyuluhan dan petani memiliki pengalaman dalam kegiatan penyuluhan.

a. Penyuluh Selalu Membantu Petani Untuk Memahami Penjelasan Dalam Kegiatan Penyuluhan

Untuk mengetahui tanggapan responden bahwa penyuluh selalu membantu petani untuk memahami penjelasan dalam kegiatan penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 19. Penyuluh Membantu Petani untuk Memahami Penjelasan dalam Kegiatan Penyuluhan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Membantu 23 33,82

Membantu 42 61,76

Cukup Membantu 3 4,41

Tidak Membantu 0 0,00

Sangat Tidak Membantu 0 0,00

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(56)

Hal ini menunjukkan adanya keinginan para petani untuk lebih maju dalam bidang usaha pertanian, dengan memiliki pengetahuan yang baik tentang usaha tani maka para petani akan mampu menerapkan pengetahuan tersebut dalam kegiatan dan aktivitas pertanian yang selama ini mereka tekuni, sehingga sistem pertanian mereka menjadi lebih baik dan hasil pertanian mereka menjadi lebih optimal demi pencapaian kesejahteraan petani itu sendiri.

b. Penyuluh Selalu Membantu Petani Untuk Menerapkan Penjelasan Yang Disampaikan dalam Kegiatan Penyuluhan

Untuk mengetahui tanggapan responden bahwa penyuluh selalu membantu petani untuk menerapkan penjelasan yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 20. Penyuluh selalu membantu petani untuk Menerapkan Penjelasan yang Disampaikan dalam Kegiatan Penyuluhan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Membantu 21 30,43

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(57)

menerapkan penjelasan yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan. Dengan demikian maka sebagian besar responden menyatakan penyuluh selalu membantu petani untuk menerapkan penjelasan yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan.

Hal ini bermakna bahwa petani mengharapkan tujuan usaha pertanian akan tercapai yaitu untuk menjamin berlangsungnya hidup masyarakat baik yang hidup disektor pertanian melalui peningkatan pendapatan riil maupun yang hidup di sektor non pertanian melalui penyediaan pangan yang cukup dan harga yang terjangkau dan memberikan akses kepada masyarakat terhadap kebutuhan hidup di luar pangan sejalan perkembangan aspirasi masyarakat.

5. Retensi

Retensi adalah membantu adopter mengendapkan pengetahuan yang telah dijelaskan, meliputi petani mempelajari kembali materi yang disampaikan penyuluh dan petani mencoba menerapkan materi yang disampaikan penyuluh dalam kegiatan pertanian.

a. Responden Mempelajari Kembali Materi yang Disampaikan Penyuluh, Agar Dapat Memahami Materi Tersebut dengan Baik

(58)

Tabel 21. Responden Mempelajari Kembali Materi yang Disampaikan Penyuluh, Agar Dapat Memahami Materi Tersebut dengan Baik

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 17 24,64

Setuju 45 65,22

Ragu-Ragu 7 10,14

Tidak Setuju 0 0,00

Sangat Tidak Setuju 0 0,00

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu sebanyak 45 (65.22%) responden setuju untuk mempelajari kembali materi yang disampaikan penyuluh, agar dapat memahami materi tersebut dengan baik. Data terkecil menunjukkan tidak ada (0,00%) responden yang tidak setuju dan sangat tidak setuju untuk mempelajari kembali materi yang disampaikan penyuluh, agar dapat memahami materi tersebut dengan baik. Dengan demikian maka sebagian besar responden setuju untuk mempelajari kembali materi yang disampaikan penyuluh, agar dapat memahami materi tersebut dengan baik.

(59)

b. Responden Berusaha Mencoba Menerapkan Materi yang Disampaikan Penyuluh dalam Kegiatan Pertanian Agar Mencapai Hasil yang Memuaskan

Untuk mengetahui bahwa responden berusaha mencoba menerapkan materi yang disampaikan penyuluh dalam kegiatan pertanian agar mencapai hasil yang memuaskan, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 22. Responden Mencoba Menerapkan Materi yang Disampaikan Penyuluh dalam Kegiatan Pertanian Agar Mencapai Hasil yang Memuaskan

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 17 24,64

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

(60)

Maknanya adalah petani menyadari pembangunan dalam bidang pertanian tidak akan berkembang tanpa ada perubahan dalam bidang teknologi, karena teknologi merupakan input dalam usahatani untuk meningkatkan produksi dan pendapatan serta taraf hidup petani. Teknologi tepat guna adalah sebagai suatu kemampuan manusia dalam memanfatkan serta mengelola potensi-potensi yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri, serta menggunakan alat dan cara yang menyatu dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat dan tidak menimbulkan kebergantungan

C. Sikap Petani Terhadap Teknologi Pertanian

Sikap petani terhadap teknologi pertanian adalah suatu keadaan di mana para petani memiliki kecenderungan dan keyakinan petani untuk menerapkan teknologi pertanian dalam rangka meningkatkan produksi hasil pertanian yang usahakannya. Sikap petani ini terdiri dari aspek kognitif, afektif dan konatif.

1. Aspek Kognitif

Aspek Kognitif, diukur dari tingkat pemahaman petani terhadap materi tentang teknologi pertanian yang disampaikan dalam penyuluhan dan manfaat penerapan teknologi dalam pertanian.

a. Manfaat Materi Tentang Teknologi Pertanian yang Disampaikan dalam Penyuluhan Bermanfaat dalam Usaha Pertanian

(61)

Tabel 23. Manfaat Materi Teknologi Pertanian yang Disampaikan dalam Penyuluhan Bermanfaat dalam Usaha Pertanian

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Bermanfaat 22 31,88

Bermanfaat 39 56,52

Cukup Bermanfaat 8 11,59

Tidak Bermanfaat 0 0,00

Sangat Tidak Bermanfaat 0 0,00

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu sebanyak 39 (56.52%) responden menyatakan bahwa materi tentang teknologi pertanian yang disampaikan dalam penyuluhan bermanfaat dalam usaha pertanian. Data terkecil menunjukkan tidak ada (0,00%) responden yang menyatakan bahwa materi tentang teknologi pertanian yang disampaikan dalam penyuluhan tidak bermanfaat dan sangat tidak bermanfaat dalam usaha pertanian. Dengan demikian maka sebagian besar responden menyatakan bahwa materi tentang teknologi pertanian yang disampaikan dalam penyuluhan bermanfaat dalam usaha pertanian.

(62)

b. Manfaat Penerapan Teknologi dalam Pertanian yang Ditekuni

Untuk mengetahui bahwa responden merasakan adanya manfaat penerapan teknologi dalam pertanian yang ditekuni, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 24. Manfaat Penerapan Teknologi dalam Pertanian yang Ditekuni

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Bermanfaat 17 24,64

Bermanfaat 45 65,22

Cukup Bermanfaat 7 10,14

Tidak Bermanfaat 0 0,00

Sangat Tidak Bermanfaat 0 0,00

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa data terbesar yaitu sebanyak 45 (65.22%) responden merasakan adanya manfaat penerapan teknologi dalam pertanian yang ditekuni. Data terkecil menunjukkan tidak ada (0,00%) responden yang merasakan tidak ada dan sangat tidak ada manfaat penerapan teknologi dalam pertanian yang ditekuni. Dengan demikian maka sebagian besar responden setuju bahwa merasakan adanya manfaat penerapan teknologi dalam pertanian yang ditekuni.

(63)

2. Aspek Afektif

Aspek Afektif, diukur dari rasa senang petani pada kegiatan penyuluhan pertanian dan rasa tertarik pada materi tentang teknologi pertanian yang disampaikan dalam penyuluhan.

a. Responden Merasa Senang pada Kegiatan Penyuluhan Pertanian yang Menjelaskan Penggunaan Teknologi Pertanian

Untuk mengetahui bahwa responden merasa senang pada kegiatan penyuluhan pertanian yang menjelaskan penggunaan teknologi pertanian, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 25. Responden Merasa Senang pada Kegiatan Penyuluhan Pertanian yang Menjelaskan Penggunaan Teknologi Pertanian

Jawaban Responden Frekuensi Persentase

Sangat Senang 20 28,99

Senang 48 69,57

Cukup Senang 1 1,45

Tidak Senang 0 0,00

Sangat Tidak Senang 0 0,00

Jumlah 69 100,00

Sumber: Diolah dari Hasil Penelitian Tahun 2011.

Gambar

Bagan Kerangka Pikir PenelitianGambar 1.
Tabel 1. Kelompok Tani  di Desa Poncowarno
Tabel 9. Identitas Responden Menurut Kelompok Umur
Tabel 10. Identitas Responden Menurut Pendidikan Terakhir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Siklus dilakukan terus menerus sampai peneliti puas, masalah terselesaikan dan hasil belajar maksimum (Mulyasa, 2010). Menunjukkan bahwa dari hasil workshop siklus II tampak

worship unity diversity charity tranquility Islam cohesion muslim multiculture interfaith community education. working together to serve our communities

Perkembangan dan Kemajuan teknologi komunikasi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat Kota Manado yang sangat senang dengan penampilan yang glamour agar

iv. Prinsip konsistensi menyatakan bahawa semua elemen perlu kekal pada kedudukan yang sama supaya pengguna akan berasa selesa semasa menggunakan aplikasi yang dibina. Pengguna

Seperti telah dinyatakan sebelumnya, masalah kesehatan fisik yang utama adalah penyakit-penyakit menular yang lazim pada anak dan jatuh, luka bakar, keracunan

Asas keturunan adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan pertalian darah atau keturunan. Jika suatu negara menganut asas ius sanguinis, maka seseorang yang lahir dari orang tua

Hasil menunjukan bahwa perlakuan media berpengaruh nyata terhadap diameter koloni dan kecepatan pertumbuhan miselium jamur merang (Volvariella volvaceae), dan media alternatif