DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
J.i-in Mivdflk.i
Jakarta 10110 Kotak Pos No 1389 Jakarta 10013
No. Ittepan: 3505550 • 350=003 (Senlral)
Fax:3SC6136-35Mi:
3007144
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR: KP. 152 TAHUN 2012
TENTANG
PENGAMANAN KAROO DAN POS YANG DIANGKUT DENGAN PESAWAT UDARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
Mcnimbang
Mengingat
a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
KM
9
Tahun
2010
tcntang
Program
Keamanan
Pcnerbangan
Nasional
lelah
diaiur
mengenai
pemeriksaan keamanan kargo dan pos yang diangkut
dengan pcsawat udara;
b.
bahwa sehubungan dengan hal tersebut huruf a, pcrlu
menetapkan pemeriksaan keamanan kargo dan pos yang
diangkut dengan pesawat udara, dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pcrhubungan Udara;
1. Undang-undang
Nomor
1
tahun
2009
lentang
Pcnerbangan (Lembaran Ncgara Rcpublik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2009, Tambahan lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3234); 2. Peraturan Presiden
Pcmbentukan dan
Nomor 47 Tahun 2009 tcntang
Organisasi Kementerian Negara scbagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 76 Tahun 2011:
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kcdudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan
Organisasi, Tugas dan
Fungsi
Esclon
I
Kementerian Ncgara sebagaimana diubah tcrakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010;
4.
o .
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 Tahun
2010 tentang Program Keamanan Pencrbangan Nasional;
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tala Kerja Kementerian
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG PENGAMANAN KARGO DAN POS YANG
DIANGKUT DENGAN PESAWAT UDARA.
BAB1
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri alas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, kcsclamatan dan keamanan, lingkungan hidup, scrta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
2.
Pesawat udara adalah sctiap mesin atau alai yang dapat terbang di
atmosfir karena gaya angkat dari reaksi udara tctapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untukpenerbangan.
3.
Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muatbarang, dan lempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi,
yang dilengkapi dengan fasilitas kcsclamatan dan keamanan
penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
4.
Angkutan Udara adalah
seliap kegiatan dengan
menggunakan
pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos
untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara kc bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.
5.
Badan Usaha Angkutan Udara adalah badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah, badan hukum Indonesia bcrbentuk
perseroan
tcrbatas
atau
kopcrasi,
yang
kegiatan
utamanya
mengoperasikan pesawat udara untuk digunakan
mengangkut
penumpang. kargo, dan/atau pos dengan memungut pembayaran.
6.
Perusahaan Angkutan Udara Asing adalah perusahaan angkutan
udara niaga yang telah ditunjuk oleh negara mitra wicara berdasarkan
perjanjian bilateral dan/atau multilateral dan disctujui pemcrintah
Republik Indonesia.
7.
Badan Usaha Bandar Udara adalah
badan usaha
milik negara,
badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia bcrbentuk
perseroan
terbatas
atau
kopcrasi,
yang kegiatan
utamanya
mengoperasikan bandar udara untuk pclayanan umum.
8.
9.
Unit Penyelcnggara Bandar Udara adalah lembaga pemeriniah di
bandar udara yang bertindak sebagai penyelcnggara bandar udara
yang membcrikan jasa pelayanan kebandarudaraan untuk bandarudara yang belum diusahakan secara komcrsial.
Keamanan Penerbangan adalah suatu kcadaan yang membcrikan
perlindungan kepada penerbangan dari lindakan mclawan hukum
mclalui keterpaduan pemanfaatan sumberdaya manusia, fasilitas dan
persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat
udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta
fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.
11.
Daerah Keamanan Terbatas
(Security Restricted Area)
adalah
dacrah-daerah tertentu didalam bandar udara maupun diluar bandar udarayang diidentifikasi sebagai daerah bercsiko tinggi untuk digunakan
kepentingan keamanan penerbangan, penyelcnggara bandar udara dan
kepentingan lain untuk digunakan kepentingan penerbangan dimana
daerah tersebut dilakukan pengawasan dan untuk masuk dilakukan pemeriksaan keamanan scsuai ketemuan yang berlaku
12.
Daerah Terbatas adalah daerah-daerah tertentu yang digunakan
kepentingan penerbangan dimana daerah tersebut dilakukanpengawasan dan untuk masuk dilakukan pemeriksaan keamanan sesuai
ketcntuan yang berlaku.
13.
Pemeriksaan Keamanan
{Security Screening)
adalah penerapan suatu
teknik atau cara lain untuk mengenali atau mendelcksi orang atau
barang dilarang (prohibited articles) yang dapat mengancam atau
membahayakan keamanan penerbangan sipil atau untuk mclakukan
tindakan melawan hukum.
14.
Kargo adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara
termasuk hewan dan tumbuhan selain pos, barang kebutuhan
pesawat selama penerbangan, barang bawaan, atau barang yang tidak
bertuan.
15.
Barang pos untuk selanjutnya disebul pos adalah kantung atau wadah
lain yang bcrisi himpunan surat pos dan atau pakct pos untuk
dipcrtukarkan.
16.
Surat Muatan Udara
{airway bill)
adalah dokumen berbentuk cetak,
melalui proses elektronik, atau bentuk lainnya, yang merupakan salah
satu bukti adanya perjanjian pengangkutan udara antara pengirim
kargo dan pengangkut, dan hak penerima kargo untuk mengambil
kargo.
17.
Direktur Jendcral adalah Direktur Jendcral Perhubungan Udara.
18.
Oloritas Bandar Udara adalah lembaga pemerintah yang diangkat oleh
Menieri dan memiliki kewenangan untuk mcnjalankan dan melakukan
pengawasan terhadap dipenuhinya ketemuan peraluran
perundang-undangan untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan pelayanan
penerbangan.
19.
Pengirim Pabrikan
{Known Shipper/Known Consignor)
adalah Badan
Hukum
Indonesia yang
discrtifikasi
Direktur
Jenderal
untuk
melakukan pemeriksaan keamanan terhadap barang produksinya
secara rcguler dan sejenis untuk dikirim melalui badan usaha
angkutan udara.
20.
Regulated Agent
adalah Badan Hukum Indonesia yang melakukan
kegiatan usaha dengan badan usaha angkutan udara yang
mempcroleh
izm dari
Direktur Jenderal
unluk
melaksanakan
BAB II
PROGRAM KEAMANAN KARGO DAN POS Pasal2
Orang pcrscorangan, kendaraan, kargo, dan pos yang akan memasuki daerah
keamanan terbatas wajib mcmiliki izin masuk daerah terbatas atau tiket pesawat udara bagi penumpang pesawat udara atau Surat Mualan Udara
(airway bill)untuk kargo dan pos dan dilakukan pemeriksaan keamanan.
Pasal 3
Badan Usaha Angkutan Udara berlanggung jawab terhadap keamanan
pengangkutan kargo dan pos.
Pasal 4
(1) Badan Usaha Angkutan Udara wajib membual, melaksanakan,
mcngcvaluasi, dan mengembangkan program keamanan kargo dan pos yang akan diangkut dengan pesawat udara dan bagian dari program
keamanan angkutan udara.
(2) Program keamanan kargo dan pos yang akan diangkut dengan pesawat udara scbagaimana dimana dimaksud pada ayat (1) bcrpedoman pada
program keamanan penerbangan nasional.
Pasal 5
Program keamanan kargo dan pos yang akan diangkut dengan pesawat udara
sekurang-kurangnya memuat:
a. personil;
b. fasilitas/peralatan;
c. proscdur untuk kegiatan;dan
d. peta daerah keamanan terbatas dan daerah terbatas.
Pasal 6
Personil keamanan kargo dan pos yang diangkut dengan pesawat udara
scbagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, terdiri dari : a. personil keamanan yang telah bersertifikat;
b.
personil penanganan pengangkutan barang berbahaya
[dangerous goods)
yang telah bersertifikat; dan
e. administrasi.
Pasal 7
Fasilitas/peralatan untuk penanganan kargo dan pos yang diangkut dengan
pesawat udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, terdiri dari:
a.
gedung/ruangan
untuk
kegiatan
penerimaan,
pemeriksaan
dan
penumpukan kargo dan pos;
b.
peralatan pemeriksaan dan pengawasan kcamanan;dan
(1) Gcdung/ruangan untuk penanganan kargo dan pos yang diangkut dengan pesawat udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a,
harus dilctapkan daerah keamanan terbatas, dearah terbatas, daerah publik dan harus dibuat dalam bentuk pela.
(2) Daerah keamanan terbatas dan daerah terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberi perlindungan berupa batas fisik yang nyata dan
dilakukan pcngendalian, pengawasan dan untuk masuk dilakukan
pemeriksaan.
Pasal 9
(1) Peralatan pemeriksaan dan pengawasan keamanan kargo dan pos yang
diangkut dengan pesawat udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
huruf b, meliputi: a. mesin x-ray;
b.
detektor pelacak peledak (explosive trace detector);
c. detektor logam genggam (hand held metal detector);d.
gawang detektor logam (walk through metal detector);
c. kaca detektor (mirror detector); dan
f.
pagar,
peralatan
pemantauan
keamanan
(dose
circuit
television/CCTV).
(2) Peralatan pemeriksaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus laik opcrasi dan mcmiliki sertifikal peralatan sesuai
peraturan pcrundang-undangan.
Pasal 10
(1) Label atau segel keamanan kargo dan pos yang diangkut dengan pesawat
udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c, merupakan tanda
bahwa kargo dan pos telah dilakukan pemeriksaan keamanan.
(2) Label atau segel keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1( harus
memenuhi persyaratan:
a.
kuat dan melekat erat dan mudah rusak jika dibuka;
b.
ditempatkan pada ruas sambungan pembuka kemasan luarjdan
c.
mempunyai bentuk, ukuran dan warna sesuai dengan lampiran
peraturan ini.
Pasal 11
Prosedur keamanan kargo dan pos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf c, terdiri dari :
a. Penerimaan kargo dan pos;
b. Pemeriksaan;
c. Penumpukan/storage;
d. Pengepakan/bm'M up;
e. Pcngangkutan/muat ke pesawat Udara; f. Penempatan di Pesawat Udara;dan
Pasal 12
(1) Prosedur pcncrimaan kargo dan pos harus memuat proses pemeriksaan
terhadap dokumen antara lain: a. administrasi;
b. pemberitahuan tentang isi/PTI {security declaration), sesuai contoh
pada lampiran I peraturan ini; c. surat muatan udara [airway bill);
d.
daftar kargo dari perjanjian kerjasama bagi pengirim
pabrikan
{known shipper); dane.
dokumen lain yang dipcrlukan dalam pengangkutan kargo dan pos
tertentu.
(2) Dokumen lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf e, antara lain:
a. pemyataan pengiriman {shipper declaration) dan lembar data
keselamatan barang
[material safety data sheet/
MSDS) untuk barang
bcrbahaya;
b.
surat izin kepemilikan/penggunaan bahan pclcdak dari instansi
berwenang;
c. surat izin karantina untuk hewan dan tumbuhan dari instansi berwenang;
d.
surat izin kepemilikan/penggunaan barang dan benda purbakala
dari instansi berwenang; dan
e. sural izin kepemilikan/penggunaan nuklir, biologi, kimia dan radio
aktif dari instansi berwenang.
(3)
Dokumen scbagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dijaga dan
disimpan.
Pasal 13
Pcta daerah keamanan terbatas dan daerah terbatas scbagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf d, mcrupakan denah daerah kerja untuk proses kargo
dan pos yang akan diangkut dengan pesawat udara dan menjadi lampiran
program keamanan angkutan udara.
Pasal 14
(1) Setiap kargo dan pos yang diterima harus dilakukan pemeriksaan
keamanan.
(2)
Pemeriksaan keamanan scbagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan menggunakan peralatan pemeriksaan keamanan atau pemeriksaan sccara manual.(3) Pemeriksaan secara manual sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan pada kondisi:
a. barang yang dicurigai;
b. peralatan pemeriksaan keamanan rusak tidak beriungsi;atau
c. tidak tersedianya peralatan pemeriksaan.
(4)
Pemeriksaan kargo yang dilakukan secara manual disebabkan tidak
ketersediaan peralatan scbagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c,
harus mendapat izin dari Direktur, dengan pertimbangan :
a. perbandingan volume kargo dengan pcrsonel keamanan yang
melakukan pemeriksaan; dan
(1) Pemeriksaan kargo dan pos melalui peralatan pemeriksaan harus diatur dan ditempatkan pada posisi yang tepat untuk mengenali atau mendctcksi jenis dan sifal kargo dan pos.
(2) Posisi yang tepat untuk pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) seharusnya dilakukan sesuai dengan kamampuan dan kapasitas x-ray
yang tersedia.
(3) Kargo dan pos yang diperiksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
sesuai dengan surat pemberitahuan tentang isi (PTIJ dan surat muatan
angkutan udara (S.MU).
(4) Surat pemberitahuan tentang isi (PTI) scbagaimana dimaksud pada ayat
(3) sesuai dengan contoh pada Lampiran I peraturan ini.
Pasal 16
(1)
Pemeriksaan dengan cara perlakuan khusus dapat dilakukan terhadap
kargo dan pos :
a. jenazah dalam peti;
b. vaksin;
c. plasma darah dan organ tubuh manusia;
d. barang-barang medis yang mudah rusak;
e. hewan;
f. barang-barang yang mudah rusak; dan
g. kargo lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal.
(2) Pemeriksaan dengan cara perlakuan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik kargo, dokumen dariinstansi lerkait dan pelaksanaannya sesuai peraturan
perundang-undangan.
Pasal 17
Pemeriksaan keamanan kargo dan pos dengan menggunakan detektor pelaeak
peledak
(explosive trace detector)
harus dilakukan terhadap kargo dan pos :
a. secara random setiap 10%;
b. terindikasi mengandung bahan peledak; dan/atau
c. pengirim yang dicurigai.
Pasal 18
Kargo dan pos yang telah dilakukan pemeriksaan keamanan diberi label
pemeriksaan keamanan
(label security check)
dan harus dijaga tingkat
keamanan nya.
Pasal 19
(1) Pemeriksaan keamanan kargo dan pos yang diangkut dengan pesawat
udara dapat dilakukan diluar bandar udara sctclah memenuhi
pcrsyaratan sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 5 dan dilengkapi
alat angkut yang memenuhi persyaratan keamanan penerbangan.
(2) Proscdur pemeriksaan keamanan kargo dan pos yang diangkut dengan
pesawat udara di luar bandar udara harus termuat dalam Program
Pasal 20
(1) Alat angkut kargo dan pos dari luar bandar udara sebagaimana dimaksud
dalam pasal 19 harus :
a. diperiksa keamanannya scbclum digunakan;
b. alat angkut yang digunakan tcrtutup, kecuali kargo yang memerlukan
perlakuan khusus;
c. selama dalam perjalanan sampai dengan kargo dan pos discrahkan
dan diterima oleh badan usaha angkutan udara harus dijaga tingkat
keamanannya;
d. pintu alat angkut kargo dan pos diberi label pemeriksaan keamanan
{security check label)dan kunei plastik solid{seal).
e. dilengkapi dengan sertifikat keamanan kiriman
(Consignment Security
Certificate)
atau
salinan
sertifikat pengirim
pabrikan
{known
shipper/known consignor certificate); dan f. Kargo dan Pos yang diangkut telah dilabel.
(2) Sertifikat
keamanan
kiriman
[consignment
security
certificate)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c. sesuai dengan contoh pada
Lampiran II peraturan ini dengan ketentuan : a. nama, alamat dan logo perusahan;
b. tanggal;
c. nomor sertifikat keamanan kiriman;
d. jenis, jumlah dan berat barang; e. nomor dan tanggal pcnerbangan;
f. kode khusus regulated agent[SPCL code);
g. nomor surat muatan udara;
h.
nomor seri label pemeriksaan keamanan
(security check label)
kendaraan pengangkut;i. nomor seri kunci plastik solid;
j.
pengesahan dan stempcl regulated agent;
k. keterangan garansi; dan
1.
nama dan nomor ID pengemudi dan/atau penumpang.
(3)
Label pemeriksaan keamanan
[security check label)
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f, sesuai dengan contoh pada Lampiran III
Adan B peraturan ini dengan ketentuan sebagiberikut:
a. warna dasar biru dengan tulisan warna kuning untuk pengirim
pabrikan (known shipper);
b. warna dasar orange dengan tulisan warna hitam untuk pengirim non
pabrikan (unknown shipper); c. logo dan nama perusahaan;
d. berukuran 29,7 cm x 21 cm;
e.
nomor seri label pemeriksaan keamanan {security check label);
f. melekat erat dan mudah rusak jika dibuka; dan
g.
ditempelkan diantara kedua daun pintu kendaraan pengangkut.
(41
Kunci plastik solid sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, sesuai
dengan contoh pada Lampiran IV peraturan ini dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. bemomor seri;
b. identitas perusahaan;
c. warna orange untuk pengirim non pabrikan
(unknown shipper);
dan
(1) Unit pcnyelenggara bandar udara, badan usaha bandar udara dan
pengelola bandar udara khusus dalam pelaksanaan kegiatan
pengangkutan kiriman kargo dan pos harus:
a. menyediakan pintu masuk daerah keamanan terbatas.
b. melakukan pemeriksaan keamanan terhadap :
1)
sertifikat
keamanan
kiriman
(consignment
security
certificate/CSC) atau salinan sertifikat pengirim pabrikan [known shipper/known consignor certificate);
2) segel keamanan kendaraan pengangkut;
3) izin masuk orang dan kendaraan;
4) orang perseorangan dan kendaraan; dan
5) barang bawaan;
c. menyediakan tempat penerimaan kargo dan pos.
(2) Daerah tempat penerimaan kargo dan pos dari luar bandar udara yang
telah dilakukan pemeriksaan harus di daerah keamanan terbatas.
(3) Penetapan
pintu masuk ke daerah keamanan
terbatas, tempat
penerimaan kargo dan pos dan prosedur pemeriksaan keamanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1( harus memenuhi pcrsyaratan
keamanan tcrmuat dalam Program Keamanan Bandar Udara.Pasal 22
(1) Badan Usaha Angkutan Udara yang menerima kargo dan pos dari luar
bandar udara yang telah dilakukan pemeriksaan keamanan harus melakukan pemeriksaan terhadap:a.
sertifikat keamanan kiriman (consignment
security certificate);
b.
kcutuhan segel keamanan kendaraan pengangkut;
c. sural muatan udara[airway bill);dan
d.
dokumen lain yang diperlukan dalam pengangkutan kargo dan pos
tertentu.
(2) Dokumen lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d antara lain:
a. pernyataan pengiriman {shipper declaration) dan lembar data
keselamatan barang
{material safety data sheet/MSDS)
untuk barang
berbahaya;
b.
surat izin kepemilikan/penggunaan bahan peledak dari instansi
berwenang;
c.
surat izin karantina untuk hewan dan tumbuhan dari instansi
berwenang;
d.
surat izin kepemilikan/penggunaan barang dan benda purbakala dari
instansi berwenang; dan
e .
surat izin kepemilikan/penggunaan nuklir, biologi, kimia dan radio
aktif dari instansi berwenang.
(3) Pada kondisi meningkat ancaman keamanan penerbangan dan/atau
dikhawatirkannya keamanan kargo dan pos yang akan diangkut dengan
pesawat udara, Badan Usaha Angkutan Udara dapat melakukan
pemenksaan ulang keamanan kargo dan pos sebelum dimuat ke pesawat
(4) Proscdur pemeriksaan kargo dan pos dari luar bandar udara yang telah
dilakukan pemeriksaan keamanan sebagaimana dimana dimaksud pada
ayat (1| dan ayat (3) harus termuat dalam program keamanan angkutanudara.
Pasal 23
(1) Dalam hal tcrjadi insiden keamanan badan usaha angkutan udara harus
segera melaporkan kepada Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara.
(2) Laporan insiden keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara
lain:
a. ancaman bom;
b. pencmuan barang dilarang (prohibited item) yang tidak sesuai dengan
ketentuan;
c. manipulasi dokumen pemberitahuan tentang isi (PTI); dan d. sabolase terhadap pengiriman kargo dan pos.
(3) Prosedur pclaporan insiden keamanan sebagaimana dimana dimaksud
pada ayat (1) harus termuat dalam program keamanan pengoperasian
pesawat udara.
Pasal 24
(1)
Pemeriksaan keamanan kargo dan pos yang diangkut dengan pesawat
udara dapat dilakukan oleh Badan Hukum Indonesia selain Badan Usaha Angkutan Udara, sctclah memiliki:
a. izin regulated agent unluk badan hukum yang bergerak dibidang
bandar udara atau pengiriman kargo dan pos dengan pesawat udara.b. sertifikat
sebagai
pengirim
pabrikan
{known
shipper/known
consignor)
untuk badan hukum yang bergerak dibidang produksi
barang yang bersifal reguler.
(2)
Badan Usaha Angkutan Udara yang pemeriksaan kargo dan pos
dilakukan oleh Badan Hukum Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus termuat dalam program keamanan angkutan udara.
Pasal 25
Izin regulated agent dan sertifikat sebagai pengirim pabrikan
{known
shipper/known consignor)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)
dibcrikan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan setiap tahun dilakukan evaluasi.
Pasal 26
(1)
Untuk mendapatkan izin regulated agent sebagaimana dimaksud dalam
pasal 24 ayat (1| huruf a harus memenuhi persyaralan :
a. mcmiliki aklc perusahaan yang telah disahkan oleh Kementerian
Hukum dan HAM.
b. memiliki organisasi yang bertanggung jawab terhadap pemeriksaan
keamanan;
c. memiliki/menguasai fasilitas dan peralatan :
1)
Ruangan/Gedung/Bangunan
untuk
kegiatan
penerimaan,
pemeriksaan dan penumpukan kargo dan pos;
4) Alat angkut kargo dan pos;dan 5) Label dan segel keamanan. d. memiliki personil :
1) bcrlisensi Keamanan Penerbangan;
2) berlisensi penanganan pengangkutan barang bcrbahaya
{dangerous goods);
3) administrasi.
e. memiliki dokumen :
1) Program Keamanan Kargo dan Pos;
2) Standar Operasi Proscdur (SOP);
3) Barang Berbahaya[dangerous goods document);
4) Peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan tata
cara dan pcrsyaratan pengiriman kargo dan pos.
(2| Untuk mendapalkan sertifikat pengirim pabrikan [known stupper/known consignor) sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (1) huruf b harus
memenuhi persyaratan :
a. memiliki izin-izin dari instansi terkait dalam menjalankan usaha
produksinya;
b. memiliki area/tempat penyimpanan barang scmentara sebelum diangkut kc bandar udara yang dijamin tingkat keamanannya;
c. memiliki unit organisasi yang bcrtanggung jawab dalam pengawasan keamanan proses produksi;
d. memiliki daftar/list barang yang diproduksi, jika barang yang diproduksi adalah kategori barang berbahaya (dangerous goods)
harus ditangani sesuai ketentuan yang berlaku;
f. memiliki organisasi yang bertanggung jawab terhadap pemeriksaan keamanan;
g. mcmiliki sistem pengendalian orang/barang/kendaraan yang masuk
dan kcluar perusahaan;
h. memiliki/menguasai fasilitas dan peralatan : 1) peralatan/sistem pengawasan keamanan;
2) alat angkut kargo dan pos;dan
3) Label dan segel keamanan. i. memiliki personil :
1) berlisensi Keamanan Penerbangan;
2) berlisensi penanganan pengangkutan barang berbahaya {dangerousgood's!;
3) administrasi. j. memiliki dokumen :
1) Program Keamanan Pengirim Pabrikan {known shipper/known
consignor);
2) Standar Operasi Prosedur (SOP);
3) Barang Berbahaya [dangerous goods document);
4) Peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan tata cara dan pcrsyaratan pengiriman kargo dan pos.
Pasal 27
(1) Permohonan izin regulated agent atau sertifikat sebagai pengirim pabrikan
{known shipper/known consignor) scbagaimana dimaksud dalam Pasal 24
diajukan secara lertulis kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara
dengan melampirkan : a. akle perusahaan; b. struktur oganisasi;
d. daftar personil;
e. prosedur pemeriksaan, pcnumpukan dan pengangkutan;
f. domisili perusahaan;
g. Nomor Pokok Wajib Pajak (N PWP);
(2) Paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah permohonan diterima
secara lengkap dan memenuhi persyaratan diterbitkan izin regulated agent
atau sertifikat pengirim pabrikan.
(3) Pcnolakan terhadap permohonan izin regulated agent atau sertifikat
pengirim pabrikan harus dilengkapi dengan alasan.
Pasal 28
Pemcgang izin regulated agent atau pemegang sertifikat pengirim pabrikan
wajib :
a. melakukan kegiatan pemcriksan kargo dan pos yang diangkut dengan pesawat udara secara nyala paling lambat 12 (dua belas) bulan scjak izin
atau sertifikat diterbitkan;
b. memaluhi
ketentuan
perundang-undangan
yang
terkait
dengan
pengangkutan kargo dan pos dengan pesawat udara dan peraturan perundang-undangan lain yang terkait;
c. bertanggung jawab atas pelaksanaan pemeriksaan keamanan kargo dan
pos;
d. melaksanakan, mcmclihara dan memperlahankan program keamanan
kargo dan pos dan standar prosedur pelaksanaan pemeriksaan keamanan
kargo dan pos;
e. melaksanakan pcriksaan kargo dan pos sesuai ketentuan yang berlaku;
f. melaksanakan pengawasan {quality control) internal;
g. memenuhi standar Tasilitas dan personil yang ditctapkan;
h. melaporkan apabila terjadi pcrubahan penanggung jawab atau pemilik badan hukum, domisili, fasilitas dan personil kepada Direktorai Keamanan; dan
i.
melaporkan kegiatan pemeriksan kargo dan pos yang diangkut dengan
pesawat udara kepada Otoritas Bandar Udara dan Direktorat Keamanan setiap 1 (satu) tahun.
Pasal 29
(1( Pemegang izin regulated agent atau sertifikat sebagai pengirim pabrikan
{known shipper/known consignor) yang melanggar ketentuan Pasal 28
dikenakan sanksi administratif dan denda.
(2) Sanksi administratif scbagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa :
a. peringatan;
b. pembekuan izin; dan c. pencabutan izin.
(3| Besaran denda sanksi administrasi ditetapkan dalam Peraturan Pemerinlah tcntang Penerimaan Ncgara Bukan Pajak (PNBP).
Pasal 30
(1) Sanksi peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2)
huruf a, dikenakan sebanyak 3 (tiga) kali bcrturut-turut dengan tenggang
diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan izin untuk jangka waklu paling lama 14 (empat belas) hari kerja.
(3) Apabila selama masa pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak ada perbaikan oleh regulated agent, izin dicabut.
Pasal 31
(1) Biaya pelaksanaan pemeriksaan keamanan kargo dan pos yang diangkut
dengan pesawat udara disesuaikan dengan jasa yang dibcrikan danbesaran tarif ditetapkan oleh penyedia jasa terkait berdasarkan
kesepakatan antara pengguna jasa dan penyedia jasa.
(2) Komponen tarif jasa pemeriksaan keamanan kargo dan pos sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. personil;
b. operasional; c. persedian;
d. deprcsiasi dan amortisasi;
e. margin paling tinggi 10% dari total biaya belanja; dan f. Iain-lain.
Pasal 32
Pemberian ijin regulated agent atau sertifikat pengirim pabrikan [known
shipper/known consignor)
dikenakan biaya sesuai ketentuan yang berlaku
dibidang keuangan negara tcntang Penerimaan Ncgara Bukan Pajak (PNBP).
Pasal 33
Badan Hukum Indonesia pemegang izin Regulated Agent atau pemegang
sertifikat Pengirim Pabrikan
{known shipper/known consignor)
sebagaimana
dimaksud Pasal 24 merupakan perwakilan/bcrtindak untuk dan atas nama
Badan Usaha Angkutan Udara.
Pasal 34
Pemeriksaan keamanan terhadap kargo dan pos yang diangkut dengan
pesawat udara tidak meniadakan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku pada instansi pemerintah lain.
Pasal 35
Direktur
Keamanan
Penerbangan
dan/atau
Kepala
Kantor
Otorilas
melaksanakan pengawasan terhadap regulated agent dalam pemenuhan
peraturan keamanan penerbangan untuk pemeriksaan keamanan kargo dan
pos.
BAB III
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 36
Pemeriksaan keamanan terhadap kargo dan pos yang diangkut dengan
pesawat udara harus menyesuaikan dengan peraturan ini paling lambat 1
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
Pada saat ini berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
SKEP/255/1V/2011 tentang Pemeriksaan Keamanan Kargo dan Pos Yang
Diangkut Dengan Pesawat Udara dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 39
Peraturan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal: 20 April 2012
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
ltd
HERRY BAKTI
SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan;
2. Menteri Keuangan; 3. Menteri Pertanian; 4. Menteri Perindustrian;
5. Menteri Perdagangan;
6. Menteri Kelautan dan Perikanan; 7. Sckrctaris Jenderal;
8. Inspektur Jenderal;
9. Sckretaris Direktoral Jendcral Perhubungan Udara;
10. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jendcral Perhubungan Udara;
11. Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara;
12. Para Kepala Bandar Udara UPT di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;
13. Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero); 14. Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero);
15. KetuaKADIN;
16. KetualNACA.
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA-BJVGW HUKUM DAN HUMAS
.HAYAT
a (lV/a)
Nomor : KP. 152 TAHUN 2012
Tanggal : 20 April 2012
CONTOH
FORMULIR PEMBERITAHUAN TENTANG ISI (PTI)
Yang bcrtanda tangan di bawah ini :
Nama :
Alamat :
Nomor KTP/Identitas lainnya :
Menerangkan
bahwa
kiriman
yang
diserahkan
untuk
diangkut
oleh yang dialamatka n kepada ;
Nama :
Alamat :
Dengan Surat Muatan Udara Nomor : Berisi barang sebagai bcrikut:
JUMLAH SATUAN PENJELASAN BERAT KG
JUMLAHBERAT KG
Selain daripada itu, apabila pengisian Ibrmulir ini temyata tidak benar maka
pengirim bcrscdia dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
Jakarta.
Nama Terang (Tanda Tangan)
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
ltd
HERRY BAKTI
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA^BAQIAN HUKUM DAN HUMAS
HAYAT
(IV/a)
Lampiran 11 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP. 152 TAHUN 2012
Tanggal ; 20 April 2012
CONTOH SERTIFIKAT KEAMANAN KIRIMAN
CONSIGNMENT SECURITY CERTIFICATE (CSC)
.tUUBANAUMVT REGULATED AGEVr
llmte.'Fiv:
Tanfwitl (Dale) CSC NO.
Nttma Pengirim (Ctiusignee Name/....
Perusahaan{tympany/ :
Alamat(Addtess/ :
oiniodity (Nature of Goods)
,. Comraci Quantity
(Pes)
Weight (Kg)
Flight No/Date
SPCL Code
AWS/SMU No.
Total Remarks :
Tanda Tangan RA/KC
Regulated Agent/KnownConsignor Sign
Driver name&iu Ko.
XamaPcmjmoaiig&ID No.
K&terangan Garanal:
AUianumfi (Nnuia I'tiuiuhmin PenEirimi •aya yangbertanda tangan di btiwtih ini mcmaaiikajj bnhwn, kccuaH iPTtulis selaiiuiyabahwa w-mua barang untuk prniKiriroau melalui udum olrh saya/pcrusahuun soya ;
A. Tidak oilmandim£ bfihan pekdjk uMu bnhan yanguiudah
terbakai;
Adalah tciliiiduugi rimgan usaha wnktrimnj saya. terhadap
cmnpuT tangan yang tidnkberkcpcntingan srlnir.a pctslapan,
penyimpnnau dan pengirimnn;
Adalah iliprraapkan oleh waf tirpercaya yaugdijwkwjflkan okb saya/ppmruihiuui saya.
D
C
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
ttd
KERRY BAKT1
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAi*Ift}tf HUKUM DAN HUMAS
PT.XXXX
PT.XXXX
r
Nomor : KP. 152 TAHUN 2012 Tanggal : 20 April 2012
CONTOH LABEL PEMERIKSAAN KEAMANAN
(SECURITY CHECK LABEL)
UNTUK DIPASANG DI KEMASAN
.•"•'•. PT.XXXX
Nama Petusahasn
Losg Pctiaabaan
PT.XXXX
SECURITY CHECKED BY REGULATED AGENT! RA L.OGOREGULATED AGENTI RA UCK
i)
^_ y
PT.XXXX PT.XXXX
Lampiran III D Peraturan Direktur Jendcral Perhubungan Udara
Nomor : KP. 152 TAHUN 2012
Tanggal : 20 April 2012
CONTOH LABEL PEMERIKSAAN KEAMANAN
(SECURITY CHECK LABEL) UTUK DIPASANG DI KENDARAAN
No. Sen
I"
3 an N&H3 Pen-ssiaan
L090 Perusanasn
PT.XXXX PT.XXXX PT.XXXX
13345678 Srcur'TYCHecked Brregulated agentIra logo E
-. s
PT.XXXX PT.XXXX PT.XXXX
CHLARANG MEMBUKA ATAU MELEPASSEGEL PENGAMAN INITANPA SEIJIN PT XXXX
DONOTREMOVE THISLABEL WITHOUT PERMISSION BY PTXXXX
29,7cm
1
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, ttd
HERRY BAKTI Salinan sesuai dengan aslinya
N HUKUM DAN HUMAS KEPALA
•Peiftbina (IV/a)
Nomor : KP. 152 TAHUN 2012 Tanggal : 20 April 2012
CONTOH KUNCI PLASTIC SOLID
UNTUK DIPASANG DI KENDARAAN
?
«-l a n
1
PT.XXX
1H4G978
^ J
1
*-QI CMDIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
ttd
HERRY BAKTI
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA J^KHAN HUKUM DAN HUMAS
lOLHAYAT
rntina (IV/a)