• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan (Green Architechture)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan (Green Architechture)"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PUSAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS

ANAK JALANAN

( GREEN ARCHITECHTURE )

LAPORAN PERANCANGAN

TGA 490 - TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2011/2012

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Arsitektur

Oleh :

EMMY LAWRENE HUTAGAOL

08 0406 065

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

(2)

PUSAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS

ANAK JALANAN

( GREEN ARCHITECHTURE )

OLEH :

EMMY LAWRENE HUTAGAOL

08 0406 065

MEDAN, JULI 2012

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.Ir.Nelson Siahaan, Dipl.TP,M.Arch Wahyuni Zahrah ST,MT

NIP. 195811271987011001 NIP.198104262008122003

Ketua Departemen Arsitektur,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat dan terima kasih penulis tujukan kepada:

 Bapak Dr. Ir. Nelson, M. Siahaan Dipl.TP, M.Arch. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna.

 Ibu Wahyuni Zahra, S.T., M.

T

., selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna.

 Bapak Ir. Novrial, M. Eng. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik.

 Bapak Ir. Vinky Rahman, M.T.

s

ebagai Ketua Jurusan Departemen Arsitektur.

 Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur USU.

 Kelurga besar saya secara keseluruhan baik yang jauh maupun yang dekat mulai dari bapak, mamak, kakak, abang, oppung dan semuanya yang tidak tersebutkan satu per satu.

 Kakak (Estherlina Hutagaol) saya yang selalu mendukung dan menginspirasi dan memberikan motivasi serta kasihnya.

 Kawan, teman, sahabat, musuh, kawan berantam saya Bang Radinal Wilshere Lubis yang selalu memberi dukungan dan kasihnya.

 My besties…opi, enji, devi, anas, pb, imel, ucem, lilik, husen, ite, tomy

,rwin

 Teman-teman angkatan 2008

, dan adik-adik 2009,2010,2011

secara keseluruhan tanpa terkecuali.

Akhir kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, Juli 2012

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR i

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR DIAGRAM iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Maksud dan Tujuan 5

1.3 Perumusan Masalah 6

1.4 Pendekatan Masalah 7

1.5 Lingkup Kajian dan Batasan Proyek 8

1.6 Kerangka Berfikir 9

1.7 Sistematika Penulisan Laporan 10

BAB II DESKRIPSI PROYEK 11

2.1 Terminologi Judul 11

2.1.1 Pengertian Pusat 11

2.1.2 Pengertian Pengembangan 11

2.1.3 Pengertian Kreativitas 11

2.1.4 Pengertian Anak Jalanan 12

2.1.5 Pengertian Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan 13

2.2 Tinjauan Umum 14

2.2.1 Identifikasi Anak Jalanan 14

2.2.2 Identifikasi Industri Kreatif 16

2.3 Lokasi 19

2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi 19

2.3.1.1 Tinjauan Pemilihan Lokasi Berdasarkan Struktur Kota 19

2.3.1.2 Alternatif Lokasi 22

2.3.2 Lokasi 27

2.3.2.1 Deskripsi Lokasi 27

2.3.2.2 Pencapaian 30

2.3.2.3 Luas Lahan 30

2.3.2.4 Eksisting (Kondisi Lokasi) 31

2.3.3 Kepemilikan dan Sumber Dana 31

(5)

2.4.1 Deskripsi Pelaku dan Kegiatan 34

2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang 35

2.4.2.1 Deskripsi Pengguna 35

2.4.2.2 Aktivitas Yang Akan Dilakukan 40

2.4.2.3 Kebutuhan Ruang 42

2.5 Studi Banding Proyek Sejenis 46

2.5.1 Rumah Singgah Kurnia, Jakarta Timur 46

2.5.2 Rumah Singgah Pamade, Jakarta Selatan 47

2.5.3 Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak, Departemen

Sosial Republik Indonesia 49

BAB III ELABORASI TEMA 51

3.1 Latar Belakang Tema 51

3.2 Pengertian Tema 51

3.3 Keterkaitan Tema dengan Judul 55

3.4 Studi Banding Tema Sejenis 55

3.4.1 Green Rings City of Gwanggyo (Korea Selatan) 55

3.4.2 Heping Park, Tianjin, Cina 56

3.4.3 River Frontage Green Building (Uzbekistan) 58

3.4.4 Fukuoka ACROS (Jepang) 59

BAB IV ANALISA 60

4.1 Analisa Fisik 60

4.1.1 Deskripsi Lokasi 60

4.1.2 Analisa Tata Guna Lahan 63

4.1.3 Analisa Matahari dan Vegetasi 64

4.1.4 Analisa Sirkulasi dan Pencapaian 65

4.1.4.1 Sirkulasi dan Pencapaian oleh Kendaraan 65 4.1.4.2 Sirkulasi dan Pencapaian oleh Kendaraan 66

4.1.5 Analisa Kebisingan 67

4.1.6 Analis View 68

4.2 Analisa Non-Fisik 69

4.2.1 Analisa Pelaku Aktivitas dan Kegiatan 69

4.2.2 Analisa Kebutuhan Ruang 73

4.2.2.1 Kapasitas Pengguna 73

(6)

4.3 Analisa Bangunan 79

4.3.1 Analisa Bentuk 79

4.3.2 Orientasi dan View 80

4.3.3 Sirkulasi dan Penzoningan 80

4.4 Analisa Struktur 82

4.4.1 Prinsip Struktur 82

4.4.2 Bahan Struktur 84

4.4.3 Bahan Bangunan 84

BAB V KONSEP 86

5.1 Konsep Entrance 86

5.2 Konsep Sirkulasi 87

5.2.1 Sirkulasi Kendaraan Bermotor 87

5.2.2 Sirkulasi Pejalan Kaki 88

5.3 Konsep Tapak 88

5.3.1 Tata Ruang Luar 88

5.4 Konsep Bentukan Massa 89

5.5 Aplikasi Tema pada Konsep 90

BAB VI LAMPIRAN 98

6.1 Gambar kerja 98

6.1.1 Ground Plan 98

6.1.2 Site Plan 99

6.1.3 Denah 100

6.1.3.1 Denah Bangunan A 100

6.1.3.2 Denah Bangunan B 102

6.1.4 Tampak dan Potongan 103

6.1.4.1 Tampak dan Potongan Bangunan A 103

6.1.4.2 Tampak dan Potongan Bangunan A dan B 104

6.1.4.3 Tampak dan Potongan Bangunan B 105

6.1.4.4 Tampak Site 106

6.1.5 Rencana Pembalokan 107

6.1.6 Rencana Elektrikal 111

6.1.7 Rencana Utilitas 112

6.1.8 Detail 113

(7)

DAFTAR GAMBAR

NAMA JUDUL HAL

Gambar 2.1 Lokasi Alternatif 1 22

Gambar 2.2 Lokasi Alternatif 2 23

Gambar 2.3 Lokasi Alternatif 3 24

Gambar 2.4 Peta Lokasi Proyek 27

Gambar 2.5 Peta Pencapaian Lokasi 30

Gambar 2.6 Dimensi Lokasi 30

Gambar 2.7 Eksisting Lokasi 31

Gambar 2.8 Struktur Kepengurusan dan Pendanaan Pada

SKA-PKPA 33

Gambar 2.9 PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) 34

Gambar 2.10 SKA-PKPA Pinang Baris Medan 34

Gambar 2.11 Sistem Pendekatan Terhadap Anak Jalanan 38

Gambar 2.12 Rumah Singgah Kurnia Jakarta 46

Gambar 2.13 Aktivitas di Rumah Singgah Kurnia Jakarta 47

Gambar 2.14 Rumah Singgah Pamade Jakarta 48

Gambar 2.15 Hasil karya Rumah Singgah Pamade Jakarta 48

Gambar 2.16 Pusat Pengembangan Sosial Anak Jalanan di Jakarta 49

Gambar 3.1 Potongan Bangunan Green Ring City 56

Gambar 3.2 Bentuk Bangunan Green Ring City 56

Gambar 3.3 Bentuk Bangunan Heping Park 57

Gambar 3.4 Layout Denah dan Sirkulasi Heping Park 57

Gambar 3.5 Roof Garden Sebagai Public Space Heping Park 57

Gambar 3.6 Eksterior Bagunan River Frontage 58

Gambar 3.7 Pintu Masuk River Frontage 58

Gambar 3.8 Eksterior Fukuoka ACROSS 59

Gambar 4.1 Peta Lokasi Proyek 60

Gambar 4.2 Analisa Tata Guna Lahan 63

(8)

Gambar 4.4 Peta Pencapaian Lokasi oleh Kendaraan 65 Gambar 4.5 Peta Pencapaian Lokasi oleh Pejalan Kaki 66

Gambar 4.6 Peta Tingkat Kebisingan pada Lokasi 67

Gambar 4.7 Peta Analisa View pada Lokasi 68

Gambar 5.1 Konsep Entrance 86

Gambar 5.2 Sirkulasi Kendaraan Bermotor 87

Gambar 5.3 Sirkulasi Pejalan Kaki 87

Gambar 5.4 Konsep Zoning 88

Gambar 5.5 Konsep Zoning dan Tata Bangunan 88

Gambar 5.6 Konsep Ruang Terbuka (Open Space) 89

Gambar 5.7 Konsep Bentukan Massa 90

Gambar 5.8 Konsep Skylight 91

Gambar 5.9 Konsep Dinding Kerawang dan Jendela Bertanaman 91

Gambar 5.10 Konsep Thermal Control 92

Gambar 5.11 Sistem Green Roof 92

Gambar 5.12 Konsep Rain Harvesting 93

Gambar 5.13 Eco Grass Paver 95

Gambar 5.14 Pohon yang menyerap CO2 95

Gambar 5.15 Pohon yang menyerap CO2 96

Gambar 5.16 Konsep Mikrohidro 97

Gambar 6.1 Pesrspektif Mata Burung Lokasi 116

Gambar 6.2 Taman Lily Suhairy 116

Gambar 6.3 Entrance tengah 116

Gambar 6.4 Entrance Jl. Mesjid 116

Gambar 6.5 Ruang Komunal antara bangunan A dan B 117

Gambar 6.6 Suasana di sore hari 117

(9)

DAFTAR TABEL

NAMA JUDUL HAL

Tabel 2.1 Persentase Anak Jalanan Menurut Kelompok Umur 14 Tabel 2.2 Persentase Anak Jalanan Menurut Jenis Kelamin 14

Tabel 2.3 Tingkat kekerasan pada anak jalanan 14

Tabel 2.4 Wilayah Pengembangan Pembangunan 20

Tabel 2.5 Kriteria Pemilihan Lokasi 21

Tabel 2.6 Perbandingan Ketiga Alternatif Lokasi 25 Tabel 2.7 Jumlah Target Anak Jalanan Yang Akan Dicapai 39

Tabel 2.8 Pengelompokan Usia Anak Jalanan 41

Tabel 2.9 Aktivitas Pengguna 42

Tabel 4.1 Jadwal Aktivitas Anak Jalanan 69

Tabel 4.2 Kapasitas Pengguna 73

Tabel 4.3 Program Kebutuhan Ruang 74

Tabel 4.4 Perbandingan bentuk dasar bangunan 80

Table 4.5 Jenis Sirkulasi 81

Tabel 4.6 Struktur atas 82

Tabel 4.7 Struktur bawah 83

Tabel 4.8 Bahan Struktur 84

Tabel 4.9 Bahan Bangunan 84

Tabel 5.1 Green Roof 93

(10)

DAFTAR DIAGRAM

NAMA JUDUL HAL

Diagram 1.1 Pendekatan Masalah 7

Diagram 1.2 Kerangka Berfikir 9

Diagram 2.1 SKA-PKPA Pinang Baris Medan 36

Diagram 4.1 Alur Kegiatan Pelaku Aktivitas 1 69

Diagram 4.2 Alur Kegiatan Pelaku Aktivitas 2 69

Diagram 4.3 Alur Kegiatan Pengelola 72

Diagram 4.4 Alur Kegiatan Pengajar 72

Diagram 4.5 Alur Kegiatan Pendidik Asrama 72

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek

Dalam perkembanganya, anak memerlukan lingkungan dan aktivitas pendukung guna menunjang proses belajarnya. Namun sangat disayangkan tidak semua anak mendapatkan pendidikan yang layak. Negara Indonesia yang merupakan Negara berkembang, mengalami krisis ekonomi mulai tahun 1997. Kondisi inilah yang juga mengakibatkan kebanyakan penduduk dengan status sosial menengah ke bawah tidak lagi mampu membiayai anak-anak mereka untuk mengecap pendidikan. Hal ini menjadi salah satu alasan terbesar mengapa banyak anak-anak sering turun ke jalanan dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka sehari-hari di jalanan.

Keberadaan anak jalanan sudah lazim kelihatan pada kota-kota besar di Indonesia. Kepekaan masyarakat kepada mereka nampaknya tidak begitu tajam. Padahal Anak merupakan karunia Ilahi dan amanah yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945, UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1990 tentang pengesahan Convention on the right of the child ( Konvensi tentang Hak-hak Anak).

Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi anak jalanan. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.

UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya (H.A Soedijar, 1988 : 16).

(12)

menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh, melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang harus diasingkan.

Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian introvet, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang.

Seiring berjalannya waktu maka jumlah anak jalanan pun secara drastis bertambah. Hal ini dapat kita lihat terjadi di beberapa kota besar yang ada di Indonesia termasuk Medan. Pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu penggusuran anak-anak jalanan oleh petugas dan aparat keamanan. Menurut UUD Pasal 34 ayat 1 mengatur bahwa Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.

Namun kenyataannya kemampuan pemerintah tidak sebanding dengan meningkatnya permasalahan anak, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Hal inilah yang membuat ,mental mereka semakin rusak dan merasa bahwa mereka dianggap sebagai sampah masyarakat. Bahkan tidak jarang di dalam kehidupanya, mereka menjadi korban trafficking dan perbudakan.

Oleh karena itu dibutuhkanlah wadah bagi mereka untuk mendapatkan pengajaran baik ilmu pengetahuan dan juga pendidikan agama. Dimana wadah ini akan menjadi tempat bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan ilmu pengetahuan, pengembangan pola pikir untuk berkreasi dalam berbagai bidang seperti menggambar, melukis, seni tari, bermain musik, menjahit, menciptakan handycraft, olahraga dan juga bela diri. Hal ini juga sangat didukung dengan adanya isu-isu bahwa pemerintah akan melakukan pengadaan fasilitas bagi anak jalanan, dan juga maraknya LSM yang mengajak kita untuk memelihara anak jalanan melalui kampanye “Save Stret Child” yang diadakan September 2011 lalu.

(13)

yaitu PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) sedang mengembangkan sebuah program 2011-2013 yaitu program pengentasan anak jalanan dengan melakukan penarikan 100 orang untuk tinggal menetap di sanggar penampungan yang akan dibuat dan 150 anak yang akan datang/pergi dari/ke sanggar tersebut.

Wadah yang akan dibuat ini dinamakan dengan Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan. Dalam wadah ini, anak-anak jalanan akan mendapatkan pendidikan setara jenjang usia mereka, dan juga akan diberikan pelatihan agar mereka dapat hidup mandiri. Sebelum menelaah lebih dalam, maka akan terlebih dahulu dilakukan pembahasan etimologis dari Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan itu sendiri.

Pusat Pengembangan ini pada dasarnya berbasis seperti rumah singgah. Rumah singah dianggap paling tepat menjadi jawaban bagi pengentasan anak jalanan. Menurut Konferensi Nasional II Masalah pekerja anak di Indonesia pada bulan Juli 1996 mendefinisikan rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut.

Sedangkan menurut Departemen Sosial RI rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat realisasi anak jalanan terhadap system nilai dan norma di masyarakat.

Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :

a. Sebagai tempat pertemuan ( meeting point) pekerja social dan anak jalanan. Dalam hal ini sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam menentukan dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan.

b. Pusat diagnosa dan rujukan. Dalam hal ini rumah singgah berfungsi sebagi tempat melakukan diagnosa terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta melakukan rujukan pelayanan social bagi anak jalanan.

c. Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti, dan lembaga lainnya.

(14)

dan prilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya.

e. Pusat informasi tentang anak jalanan

f. Kuratif dan rehabilitatif, yaitu fungsi mengembalikan dan menanamkan fungsi social anak.

g. Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan social.

h. Resosialisasi. Lokasi rumah singgah yang berada ditengah-tengah masyarakat merupakan salah satu upaya mengenalkan kembali norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Pada sisi lain mengarah pada pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga masyarakat terhadap penanganan masalah anak jalanan.

Bentuk upaya pemberdayaan anak jalanan selain melalui rumah singgah dapat juga dilakukan melalui program-program :

a. Center based program, yaitu membuat penampungan tempat tinggal yang bersifat tidak permanen.

b. Street based interventions, yaitu mengadakan pendekatan langsung di tempat anak jalanan berada atau langsung ke jalanan.

c. Community based strategi, yaitu dengan memperhatikan sumber gejala munculnya anak jalanan baik keluarga maupun lingkungannya.

Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak (PPKA) diharapkan mampu memberi solusi permasalahan akan anak-anak jalanan di Kota Medan. Tempat ini akan menjadi tempat pendidikan bagi anak-anak jalanan, dimana mereka akan mendapatkan pendidikan ilmu pengetahuan, agama dan juga pengembangan kreativitas yang dapat mereka gunakan sebagai bekal hidup mereka di masa yang akan datang.

Anak merupakan potensi sumber daya insani bagi pembangunan nasional, karena itu pembinaan dan pengembangannya (pemberdayaan) dimulai sedini mungkin agar dapat berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan negara.

(15)

dengan upaya pendalaman di bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan, budaya yang mampu meningkatkan kreativitas keimanan, intelektualitas, disiplin, etos kerja dan keterampilan kerja.

Di sisi lain stabilitas nasional adalah gambaran tentang keadaan yang mantap, stabil dan seimbang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan ditanganinya dengan baik masalah anak jalanan akan memperkuat sendi-sendi kesejahteraan social serta stabilitas nasional kita di masa yang akan datang.

1.2 Maksud dan Tujuan

 Bagi anak jalanan:

1. Untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak jalanan untuk mendapatkan pendidikan baik ilmu pengetahuan dan juga pendidikan agama serta pembelajaran pengembangan kemampuan diri.

2. Memberikan pendidikan non-formal bagi anak-anak jalanan sehingga mereka memiliki tempat untuk menghilangkan image negatif yang selama ini ada pada bayangan mereka.

3. Untuk mengalihkan perhatian kalangan masyarakat terhadap anak-anak jalanan, supaya mereka juga memberi perhatiannya terhadap anak-anak jalanan.

4. Untuk menyelamatkan anak-anak dari lokasi sindikat trafficking untuk tujuan prostitusi.

5. Membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

6. Mengupayakan anak-anak kembali kerumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan.

7. Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.

 Bagi orang tua:

(16)

2. Sebagai sarana untuk membantu orangtua mereka yang tidak mampu untuk mendidik dan membina anak secara layak.

 Bagi masyarakat :

1. Sebagai tempat untuk menumbuhkan rasa simpati bagi masyarakat dalam program orang tua asuh ataupun dalam bentuk materiil.

2. Sebagai tempat bagi masyarakat untuk menyalurkan kepedulian terhadap anak jalanan.

3. Meningkatkan apresiasi seni dan memenuhi kebutuhan seni masyarakat.

 Bagi Pihak Developer:

1. Sebagai informasi bagi pihak terkait yang bergerak dalam bidang pemberdayaan anak jalanan dalam mengembangkan program pembinaan yang dapat membawa perubahan perilaku anak jalanan kearah yang lebih baik.

 Bagi Pemerintah :

1. Sebagai tempat untuk pemberdayaan Sumber Daya Manusia sehingga menghasilkan generasi-generasi muda yang berguna di masa yang akan datang.

2. Mengentaskan jumlah anak jalanan yang ada di Kota Medan. 3. Menjadi salah satu lokasi wisata seni budaya di Kota Medan.

1.3 Perumusan Masalah

 Bagaimana metode pembelajaran yang akan diterapkan pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini, sehingga membuat proses pembelajaran menjadi efektif.

 Bagaimana sistem pemisahan anak jalanan menurut kategori umur dan tingkat pendidikan yang seharusnya dia terima.

(17)

- KONSEP BENTUK MASSA

- KONSEP RUANG

- INTERPRETASI TEMA RANCANGAN

- ARSITEKTUR

- ESTETIKA

- FUNGSI

- EFEKTIFITAS

- BENTUK

- RUANG

- UTILITAS

PUSAT PENGEMBANGAN

KREATIVITAS ANAK JALANAN

 Bagaimana menata konsep sirkulasi dan komposisi massa agar dapat membuat anak merasa nyaman dan mau untuk dididik, dilatih dan dibina sehingga dapat mandiri dan berkarya.

 Bagaimana pemecahan sistem struktur bangunan sehingga membuat orang yang berada di dalamnya merasa aman sekaligus nyaman.

1.4 Pendekatan Masalah

Dalam pendekatan masalah, metode yang akan dilakukan untuk mencapai desain akhir Proyek “Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan” ini antara lain adalah:

- Survey : Dilakukan pengamatan secara langsung di lokasi perancangan agar dapat menyimpulkan permasalahan yang terdapat di sekitar maupun di dalam site perancangan.

- Pengumpulan Data : Melakukan pengumpulan data terkait teori-teori yang terkait dengan judul maupun tema perancangan. Serta mengumpulkan fakta-fakta yang terkait dengan site perancangan.

(18)

- Analisa Data : Menganalisis data yang telah diperoleh agar dapat memecahkan masalah yang terdapat di dalam maupun di luar site perancangan.

- Konsep : Mengembangkan prospek terkait solusi yang telah didapat dari permasalahan site yang ada, yang kemudian dibuat dalam bentuk konsep perancangan.

- Desain Akhir : Desain akhir merupakan kesimpulan dari hasil penyusunan skematik desain yang diterapkan pada perencanaan dan perancangan fisik Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan.

1.5 Lingkup Kajian dan Batasan Proyek

 Lingkup kajian

 Seluruh aspek fisik yang berhubungan dengan pembahasan bangunan Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan baik yang menyangkut kondisi lingkungan tapak, massa bangunan dan program ruang.

 Objek pelaku untuk Pusat Pengembangan Kreativitas yang merupakan anak-anak yang menghabiskan sebagian waktunya di jalan yang berumur 3-18 tahun.

 Batasan

 Terfokus pada anak jalanan yang tidak mempunyai tempat tinggal dan juga anak jalanan yang masih memiliki tempat tinggal namun memliki keterbatasan di bidang ekonomi.

 Batasan umur untuk anak jalanan 3 s/d 18 tahun, diluar batasan umur tersebut tidak difokuskan dalam bidang edukasi, hanya lebih kepada terapi kesehatan jiwa dan program pelatihan mingguan.

(19)

1.6 Kerangka Berfikir

Latar Belakang

Tema Pendekatan Perancangan

Maksud dan Tujuan

Sasaran

Perumusan Masalah

Pendekatan Masalah

Pengumpulan Data

Studi Literatur

Analisa

Survey

Data Fisik

Data Non Fisik

Dokumentasi Kriteria

Desain

Kriteria Perancangan

Potensi

Masalah Prospek

Konsep

Pra Rancangan

Desain Akhir

(20)

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN, membahas mengenai latar belakang pemilihan

judul, permasalahan yang ada, maksud dan tujuan, pendekatan masalah, ruang lingkup dan batasan masalah, kerangka berpikir, dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK, membahas mengenai deskripsi, pengertian dan batasan proyek, studi lokal, tinjauan khusus, gambaran umum lokasi proyek, lingkup dan batasan proyek, dan studi banding untuk Pusat Pengembangan yaitu rumah singgah dan Pusat Pengembangan Departemen Sosial.

BAB III ELABORASI TEMA, mengemukakan mengenai tinjauan teoritis / pengertian tema, interpretasi tema, dan studi banding tema sejenis.

BAB IV ANALISA, membahas dan mempelajari masalah yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya secara terperinci berdasarkan fakta-fakta data serta standar-standar yang sudah ada, dimulai dengan analisa mikro yang berkaitan dengan lingkungan dan analisa mikro yang berkaitan dengan tapak dan bangunan.

BAB V KONSEP, menguraikan konsep dasar perancangan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan yang terdiri dari konsep dasar perencanaan tapak dan konsep dasar perencanaan bangunan.

(21)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. Terminologi Judul

Judul kasus yang diambil pada proyek Tugas Akhir ini adalah “Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan”. Untuk memudahkan dalam memahami judul yang diambil maka akan dibahas masing-masing kata yang membentuk judul tersebut.

2.1.1 Pengertian Pusat

Dalam bahasa Indonesia, kata “pusat” dapat diartikan sebagai inti yang utama, pokok, pangkal , atau yang menjadi tumpuan, dan bersifat mengumpulkan (Poerwadarminta).

Dalam bahasa Inggris arti yang paling tepat disebutkan sebagai “a place at which an activity or complex of activities is carried”.

Centre ( pusat) juga dapat diartikan sebagai titik poin yang menjadi tempat tujuan yang menarik bagi banyak orang untuk menuju tempat tersebut.

2.1.2 Pengertian Pengembangan

Pengembangan dalam arti yang sangat sederhana adalah suatu proses, ataupu cara pembuatan. Menurut Drs. Iskandar Wiryokusumo, M.Sc, pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupaun non-formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggungjawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuannya, sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesame maupun lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.

2.1.3 Pengertian Kreativitas

(22)

anggitan yang sudah ada.

Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran berdayacipta (creative thinking) (kadang disebut pemikiran bercabang) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari daya cipta adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.

Daya cipta dalam kemasakinian sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor: keturunan dan lingkungan.

2.1.4 Pengertian Anak Jalanan

Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya.

Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.

Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.

Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja dijalana, dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.

Sementara itu menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ( 1999 ; 22-24 ) anak jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :

(23)

Kelompok anak ini disebabkan oleh factor social psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka.

2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka adalah anak yang bekerja di jalanan ( children on the street). Mereka seringkali diindentikan sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja dari pagi hingg sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman senasibnya.

3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan Koran.

4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa ( orang tua ataupun saudaranya ) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang belanjaan ( kuli panggul ), pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung.

2.1.5 Pengertian Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan

(24)

2.2 Tinjauan Umum

2.2.1 Identifikasi Anak Jalanan

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa anak jalanan merupakan anak-anak dngan rentang usia 3-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktu sehari-harinya di jalanan.

Anak Jalanan, berjumlah 39.861 anak di 12 kota besar terdiri dari 32.678 anak laki – laki dan 7.183 anak perempuan di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Mataram, Makassar, Ambon, Medan, Padang, Palembang, dan Bandar Lampung ( Universitas Atmajaya dan BKSN, 1999).

Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa persentase jumlah anak jalanan laki-laki lebih banyak daripada jumlah anak jalanan berjenis kelamin permpuan.

Tabel 2.1 Persentase Anak Jalanan Menurut Kelompok Umur

No. Kelompok Usia Persentase

1 < 9 tahun 2%

2 9-16 tahun 58%

3 > 16 tahun 40%

Jumlah 100%

Sumber : Kartika Handayani, Identifikasi Anak Jalanan di Kota Medan, 2009

Tabel 2.2 Persentase Anak Jalanan Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Persentase

1 Laki-Laki 82%

2 Perempuan 18%

Jumlah 100%

Sumber : Kartika Handayani, Identifikasi Anak Jalanan di Kota Medan, 2009

Tabel 2.3 Tingkat kekerasan pada anak jalanan

No. Jenis Kekerasan Jumlah Kekerasan Persentase

1 Fisik 247 21,9%

2 Seksual 426 37,9%

3 Psikis 451 40,2%

Jumlah 1124 100%

(25)

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat selama tahun 2004 kasus kekerasan terhadap anak mencapai 441 kasus yang terdiri dari kekerasan fisik 140 kasus, seksual 221 kasus dan psikis 80 kasus. Tahun 2005 mengalami pengingkatan menjadi 736 kasus dengan perincian 233 kasus kekerasan fisik, 327 kasus kekerasan seksual dan 176 kasus kekerasan psikis. Sementara tahun 2006 mengalami peningkatan yang signifikan dimana mencapai 1.124 kasus, dengan perincian 247 kasus kekerasan fisik, 426 kasus seksual, dan 451 kasus kekerasan psikis. Data Departemen Sosial RI, kasus tindak kekerasan terhadap anak mencapai 544 kasus (2004), 736 kasus (2005) dan bulan Januari 2006 setidaknya telah terjadi 69 kasus.

Pada tahun 2008, di Indonesia terdapat sekitar 21.872 anak menjadi korban kekerasan fisik dan psikis serta 12.726 anak mengalami kekerasan seksual. Sementara 70.000–95.000 anak menjadi korban perdagangan anak untuk dipekerjakan sebagai PSK. Sedangkan selama Januari hingga April 2008, terdapat 95 kasus kekerasan terhadap anak yang berusia 0-18 tahun.Dari jumlah tersebut, persentase tertinggi, yaitu 39,6 % diantaranya dilakukan oleh guru (Alfarisi, 2008).

Pada taun 2010, KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) mencatat bahwa dalam 5 bulan, kasus kekerasan anak di Indonesia meningkat menjadi 1.826 kasus. Menurut ketua KPAI, Aris Merdeka Sirait, pada tahun 2010 ini, sebesar 68% diantaranya adalah kekerasan seksual. Munurutnya, kekerasan ini lebih banyak terjadi pada anak-anak terlantar (Judarwanto, 2010).

Pekerjaan anak jalanan beraneka ragam, dari menjadi tukang semir sepatu, penjual asongan, pengamen sampai menjadi pengemis. Banyak faktor yang kemudian diidentifikasikan sebagai penyebab tumbuhnya anak jalanan. Parsudi Suparlan berpendapat bahwa adanya orang gelandangan di kota bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah kota, tetapi justru karena tekanantekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat memberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota (Parsudi Suparlan, 1984 : 36 ).

(26)

dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor lainnya.

Beragam faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab munculnya anak jalanan adalah faktor kondisi social ekonomi di samping karena adanya faktor broken home serta berbagai faktor lainnya.

Hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin, 2000 : 11 ) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena :

1). Kekerasan dalam keluarga. 2). Dorongan keluarga.

3). Ingin bebas.

4). Ingin memiliki uang sendiri, dan 5). Pengaruh teman.

Hal ini menunjukkan bahwa begitu banyak anak jalanan yang perlu diberi penanganan dan perhatian khusus.

2.2.2 Identifikasi Industri Kreatif

Sub-sektor yang merupakan industri berbasis kreativitas di Indonesia berdasarkan pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia adalah:

1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100

(27)

design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior). Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100

3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.

4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).

5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen. 7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi

video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

(28)

tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.

13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.

(29)

mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis.

2.3 Lokasi

2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

Berdasarkan lokasi, site terletak di Kawasan Perkotaan yang sesuai dengan definisi kawasan perkotaan menurut Permen No.1 tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan Bab I Pasal 1.1 :

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial dan kegiatan ekonomi.

Kriteria umum pemilihan lokasi :

 Terletak di daerah yang sudah memiliki infrastruktur ataupaun jaringan jalan yang cukup besar dan juga sudah dilengkapi dengan fasilitas listrik, telepon, air dan lain-lain.

 Berada di lingkungan yang cukup aman dan dapat menunjang keberadaan bangunan.

 Lokasi bangunan dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak jalanan (akses oleh angkot juga diperlukan agar anak-anak jalanan yang memiliki tempat tinggal dan datang harian, dapat datang dengan mudah ke pusat pengembangan tersebut) dan pengunjung (merupakan hasil dari pertimbangan bahwa akan diadakannya galeri hasil-hasil kreativitas anak jalanan, juga gedung pertunjukkan yang terbuka untuk umum).

2.3.1.1 Tinjauan Pemilihan Lokasi Berdasarkan Struktur Kota

(30)

Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Medan, lingkungan, aksesbilitas dan bukan merupakan lingkungan konservasi.

Tabel 2.4 Wilayah Pengembangan Pembangunan

W P P KECAMATAN PUSAT PENGEMBANG AN PERUNTUK AN WILAYAH PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNAN

A M. Belawan

M. Marelan M. Labuhan Belawan Pelabuhan Industri Permukiman Rekreasi Maritim

Jalan baru, jaringan air minum, septic

tank, sarana pendidikan dan

permukiman.

B M. Deli Tanjung Mulia Perkantoran

Perdagangan Rekreasi

Indoor Permukiman

Jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah, sarana

pendidikan.

C M. Timur

M. Perjuangan M. Tembung M. Area M. Denai M. Amplas Aksara Permukiman Perdagangan Rekreasi Sambungan air minum, septic tank,

jalan baru, rumah permanen, sarana

pendidikan dan kesehatan.

D M. Johor

M. Baru M. Kota M. Maimoon M. Polonia

Pusat Kota Pusat bisnis (CBD) Pusat pemerintaha n Perumahan Hutan kota Pusat pendidikan Pusat komersial Perumahan permanen, pembuangan sampah, sarana pendidikan.

E M. Barat

M. Helvetia M. Petisah M. Sunggal M. Selayang M. Tuntungan

Sei Sikambing Permukiman Perkantoran Perdagangan Konservasi Rekreasi Lapangan Golf Hutan Kota Sambungan air minum, septic tank,

jalan baru, rumah permanen, sarana

pendidikan dan kesehatan.

Sumber : RUTRK Kota Medan

(31)

Tabel 2.5 Kriteria Pemilihan Lokasi

No. Kriteria Lokasi

1. Tinjauan terhadap struktur kota

Berada di kawasan kota yang juga merupakan daerah kawasan sosial dan budaya. Selain itu berada dekat dengan jalan besar sebagai penghubung transportasi.

2. Pencapaian Akses pencapaian harus terdapat angkutan umum dan pribadi dari setiap badan jalan dan pengaturan jalan masih dapat dikontrol dengan baik.

3. Area pelayanan Hotel, restoran/cafe, kampus dan perumahan adalah lingkungan sekitar yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang akan direncanakan. Diharapkan dengan adanya lingkungan ini dapat memperkuat posisi Institut Seni Pertunjukkan.

4. Ukuran Lahan Ukuran lahan harus mencukupi kebutuhan ruang secara fungsional beserta fasilitas-fasilitas yang direncanakan( min. 1 Ha).

5 Kemudahan Enterance Enterance menuju dan keluar tapak harus mudah diakses oleh anak jalanan, pengunjung dan juga pihak pengelola.

6 Kontur Tapak Kontur tapak sebaiknya relatif datar untuk memudahkan akses pencapaian dan pergerakan aktivitas yang berlangsung dalam kampus

7 Kebisingan Keadaan bebas dari kebisingan dan getaran yang berlebihan merupakan hal yang bersifat mutlak. Untuk itu perencanaan bangunan harus mempertimbangkan eksistensi bangunan di sekitarnya yang tidak akan mempengaruhi baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.

(32)

2.3.1.2 Alternatif Lokasi Alternatif 1:

 Kondisi lahan berupa lahan kosong  Berada di Kecamatan Medan Sunggal

 Kekurangan : berada di sebelah terminal Pinang baris yang memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi, dan juga tepat di pinggir jalan

 Batas-batas lahan:

Jl. Pinang Baris (T.B.

Simatupang)

Luas : ± 5 Ha

Alasan Pemilihan Lokasi :

Terletak di daerah

permukiman kumuh.

Terletak di dekat Terminal

Pinang Baris yang notabene

juga yang menjadi tempat

anak jalanan.

Dapat diakses oleh

kendaraan umum maupun

pribadi.

Dekat dengan SKA-PKPA

yang sudah ada sekarang.

Batas Utara: Jl. Depag dan

Terminal Pinang Baris Batas Selatan: Balai Pendidikan dan Latihan Keagamaan

[image:32.595.102.526.106.376.2]

Batas Timur: Jl. T.B. Simatupang Batas Barat: Lahan Kosong Gambar 2.1 Lokasi Alternatif 1

(33)

Alternatif 2 :

 Kondisi lahan berupa lahan kosong  Berada di Kecamatan Medan Sunggal

 Kekurangan : Jauh dari SKA yang sudah ada sebelumnya, terletak di pinggir jalan sehingga memiliki tingkat kebisingan yang tinggi

[image:33.595.102.516.105.327.2]

 Batas-batas lahan:

Gambar 2.2 Lokasi Alternatif 2 Sumber : Google Map

Jl. Tirtanadi

Luas : ± 6 Ha

Alasan Pemilihan Lokasi :

Terletak di daerah

permukiman kumuh.(tidak

jauh letaknya dari lkasi

alternatif 1)

Terletak di dekat Terminal

Pinang Baris yang notabene

juga yang menjadi tempat

anak jalanan.

Masih dapat diakses oleh

kendaraan umum maupun

1

2

3

1 : Jl. T.B. Simatupang 2 : Jl. TTirtanadi

(34)

Alternatif 3 :

 Kondisi lahan berupa lahan padat bangunan  Berada di Kecamatan Medan Barat

 Kekurangan : Jauh dari SKA yang sudah ada sebelumnya, terletak di pinggir jalan sehingga memiliki tingkat kebisingan yang tinggi

 Batas-batas lahan:

Jl. Palang Merah

Luas : ± 2 Ha

Alasan Pemilihan Lokasi :

Terletak di daerah

permukiman kumuh.(tidak

jauh letaknya dari lkasi

alternatif 1)

Merupakan salah satu

kecamatan yang menjadi

lokasi aktif anak jalanan.

Masih dapat diakses oleh

kendaraan umum maupun

pribadi.

Sebeluah Utara berbatasan dengan Selecta(Jl.Listrik)

Sebeluah Utara berbatasan dengan Selecta

Sebeluah Selatan berbatasan dengan

[image:34.595.94.526.96.425.2]

ruko-ruko (Jl.Palang Merah) Gambar 2.3 Lokasi Alternatif 3

(35)

Dari ketiga alternatif lokasi yang telah dikaji, maka dilakukanlah perbandingan antara ketiga lokasi tersebut.

Pada Penilaian Alternatif, menggunakan sistem penilaian dari angka 1-5.

Tabel 2.6 Perbandingan Ketiga Alternatif Lokasi

LOKASI A LOKASI B LOKASI C

Lokasi Nilai

Jl. Pinang Baris 3

Jl. Tirtanadi 2

Jl. Palang Merah 5

Potensi

Nilai

Berada di dekat terminal, yang juga banyak anak-anak jalanan berasktivitas disekitarnya.

2

Berada di dekat terminal, yang juga banyak anak-anak jalanan berasktivitas disekitarnya.

2

Berada di pusat kota yang merupakan kawasan pendidikan dan perkantoran, serta merupakan kawasan yang banyak anak jalanan beraktivitas disekitarnya.

4

Aksesibiltas

Nilai

Berada di jalan yang padat arus lalu lintasnya dan mudah dalam pencapaian.

3

Berada di jalan yang padat arus lalu lintasnya dan mudah dalam pencapaian.

3

Berada di jalan yang dilintasi bayank kendaaran umum, maupun kendaraan pribadi.

5

Kondisi Jalan

Nilai

Lebar jalan 14 m. Kondisi tidak terlalu padat dan cocok jika digunakan sebagai fungsi pendidikan karena kawasannya terasa tenang untuk pendidikan.

2

Lebar jalan 12 m. Kondisi jalan merupaan jalan yang sering dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan tinggi.

2

Lebar jalan 11 m. Kondisi jalan cukup padat namun teratur.

4 KDB Nilai 60% 3 60% 2 90%-100% 4 Target pasar

-

Masyarakat sekitar

kawasan

-

Masyarakat dari kecamatan

tetangga

-

Masyarakat yang

-

Masyarakat sekitar kawasan

-

Masyarakat dari kecamatan tetangga

-

Masyarakat yang melintasi Jalan

-

Penduduk/ masyarakat di sekitar kawasan

-

Masyarakat yang melintasi Jalan Palang Merah
(36)

Nilai

masuk dan keluar terminal pinang baris

3

Tirtanadi

3

berkantor disekitar kawasan

4

Tata guna lahan

Nilai

Merupakan kawasan permukiman dan perdagangan

3

Merupakan kawasan permukiman

2

Merupakan kawasan perdagangan dan pemukiman serta perkantoran. 3 Kondisi Site Nilai Cukup baik 3 Cukup Baik 2 Sangat Baik 4 Tingkat Hunian Nilai

-

Hunian sedang

-

Kawasan pendidikan, kantor pemerintah

3

-

Hunian sedang

-

Kawasan pendidikan

2

-

Hunian segala kelas

-

Kawasan

pendidikan, dan perkantoran, dan kawasan ekslusif

3

View lingkungan sekitar

Nilai

-

Dekat dengan permuikiman penduduk, terminal Pinang Baris

4

-

Dekat dengan permukiman penduduk

2

-

Dekat hotel, rumah sakit, terdapat sungai yang sangat berpotensi menjadi olah tapak

3

Total 24 22 39

Dari penilaian di atas disimpulkan bahwa lokasi di Jalan Palang Merah Kecamatan Medan Barat adalah merupakan lokasi yang terbaik dari 3 alternatif lokasi yang ada.

(37)

2.3.2 Lokasi

2.3.2.1 Deskripsi Lokasi

Dari ketiga alternatif diatas, site ketiga dipilih menjadi lokasi untuk pembangunan proyek ini. Alasan dipilihnya lokasi ini karena dianggap paling strategis untuk mendukung setiap kegiatan yang akan dilakukan pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini. Lokasi ini berada di pertemuan Jl.Palang Merah, Jl. Listrik dan Jl. Mesjid, Kecamatan Medan Barat. Lokasi ini memiliki luas ±2,0 Ha.

Lokasi

Legenda:

[image:37.595.77.541.280.715.2]

Asumsi Lokasi Lahan Kosong

Gambar 2.4 Peta Lokasi Proyek
(38)

 Batas-batas:

 Utara : Jl. Listrik, R.S. Columbia Asia  Timur : Ruko-ruko Jl. Mesjid

 Barat : Pertemuan Jl. Palang Merah dan Jl. Listrik  Selatan : Ruko-ruko, Jl. Palang Mera

.

 Kontur : secara umum relatif datar, hanya pada site terdapat sungai yang memisahkan 1/3 lahan dari luas site secara keseluruhan.

 GSB : 0

 KLB : 3-4 lantai

Jembatan di Jl. Palang Merah Commonwealth Bank

Ruko-ruko di Jl. Mesjid

Ruko-ruko pada Jl. Palang Merah Rumah Penduduk

Selecta

Apartemen

(39)

 KDB : 80%-90%

 Tinggi Bangunan : ±15-20 meter  Potensi Lahan :

 Terletak dekat dengan pusat kota.

 Lokasi masih berada di sekitar daerah yang menjadi kawasan Pusat Kegiatan Sosial dan Budaya, menurut data Pembagian Wilayah Pengenbangan dan Pembangunan (WPP) Kota Medan 2011.

 Berada pada kawasan komersil, pendidikan dan rekreasi, sehingga tempat ini dapat menjadi daya tarik bagi para pengunjung, dimana proyek ini juga diharapkan mampu menjadi ruang terbuka yang mampu menyedot perhatian masyarakat.

 Transportasi lancar dan baik, dapat dicapai dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi

 Luas site mendukung ± 2,0 Ha  Memiliki jalur utilitas yang baik.

 Asumsi: Lahan tersebut dianggap dibebaskan, pada kenyataannya pada lahan ini berdiri sebuah usaha waralaba terkenal yaitu KFC (Kentucky Fried Chicken), dan juga ruko-ruko yang tidak tertata apik.  Kondisi Eksisting :

KFC pada pertemuan Jl. Listrik dengan Jl. Palng Merah

Pemukiman Penduduk

Ruko-ruko di Jl. Mesjid

Ruko-ruko pada Jl. Palang Merah Taman Lily Suhairy

Food Court Pemukiman Penduduk

(40)

2.3.2.2 Pencapaian

Lokasi site berada di Jalan Palang Merah, sangat efisien untuk pencapaian karena memiliki jalan yang lebar dan banyak dilalui oleh angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Dan ini sangat memudahkan bagi para pengunjung Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan tersebut. Site ini dilalui oleh 2 jalur utama, yaitu:

1. Jalan Palang Merah 2. Jalan Mesjid

3. Jalan Listrik

2.3.2.3 Luas Lahan

Lahan yang akan dikembangkan menjadi Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini memiliki luah sekitar ±2,0 Ha. Pada site ini terdapat sungai yang memisahkan 1/3 lahan dari luas lahan secara keseluruhan.

Jl. Listrik

Jl. Mesjid

Jl. Palang Merah

[image:40.595.114.529.220.444.2]

Gambar 2.5 Peta Pencapaian Lokasi Sumber : Hasil Olah Data Primer

Gambar 2.5 Dimensi Lokasi Sumber : Hasil Olah Data Primer

229 m

111 m

136 m

(41)

2.3.2.4 Eksisting (Kondisi lokasi)

Lokasi terletak di Jl. Palang Merah. Pada lokasi yang ada sekarang berdiri sebuah usaha waralaba seperti KFC, food court Taman Lily Suhairy, dan juga pemukiman yang berada tepat di tepi sungai.

2.3.3 Kepemilikan dan Sumber Dana

Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini akan bergerak dibawah Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA). Yayasan ini berdiri sejak tahun 1998.

Saat ini, yayasan ini hanya mendirikan pusat pengembangan yang masih berbasis rumah singgah bagi anak-anak jalanan di sekitar kawasan Terminal Pinang KFC pada pertemuan Jl. Listrik

dengan Jl. Palng Merah

Pemukiman Penduduk

Ruko-ruko di Jl. Mesjid

Ruko-ruko pada Jl. Palang Merah Taman Lily Suhairy

Food Court

Pemukiman Penduduk

[image:41.595.76.533.182.555.2]

Jembatan Jl. Palang Merah

(42)

Baris, sebagai perkembangan terbentuknya Unit Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak.

Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak (PPKA) ini mengkhususkan kegiatannya pada kegiatan pencegahan, perlindungan dan pengembangan minat dan bakat anak jalanan dan miskin kota. Kegiatan SKA awalnya berupa pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan misalnya belajar membaca, berhitung dan menulis.

PPKA dicikalbakali dari gerakan kerelawanan mahasiswa. Hal ini disebabkan karena tidak ada tempat khusus untuk kegiatan belajar bersama anak jalanan. Proses belajar mengajar berlangsung di mana saja mereka ada, saat istirahat dari bekerja, bisa di SPBU, bisa pula di warung-warung kosong, bahkan bisa pula di seputaran areal Terminal Bis. Tidak kurang dua tahun proses ini berjalan, hingga terbangun hubungan emosional & rasa persekawanan antara anak jalanan dengan para relawan mahasiswa sebagai pendamping dan pemberdaya.

Pada proses selanjutnya, kerjasama PKPA dengan lembaga donor dan internasional NGOs, yakni Save the Children dan BWTW-Jerman, pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan dan anak miskin kota mengalami perkembangan.

Pada perkembangan berikutnya, pendampingan PKPA dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu berbasis penjangkauan anak-anak di jalanan (street base), berbasis penjangkauan kegiatan melalui Unit Pusat pengembangan Kreatifitas (institusional base) dan berbasis penjangkauan keluarga anak jalanan (family base). Sejak berdiri pada 21 Oktober 1996, Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) telah menjalin kerjasama dan mendapat dukungan dari sejumlah lembaga lembaga dan negara donor. Berikut ini lembaga-lembaga pendukung dan program PKPA yang mendapat dukungan kerjasama khusus program PKPA sejak memasuki tahun 2005:

• KNH German (Emergency di Nias)

• BFDW Jerman (Program regular - Perlindungan anak, Emergency di Nias-NAD) • The Japan Fondation (Program Insidentil - perlindungan anak)

• UNOCD Swiss (Perdagangan anak untuk tujuan seksual) • UNICEF (Program Insidentil untuk Penerbitan hak-hak anak)

• The Save the Children (Program regular – Pedagangan anak untuk tujuan seksual).

(43)

• ECPAT Australia (Training untuk ekploistaisi seksual komersial anak) • Christian Aid – Inggris (Emergency di Nias-NAD)

• DEA Jerman (Emergency di Nias-NAD)

• ECPAT Internasional (Emergency di Nias-NAD)

• 3 LSM Italia yaitu ECPAT Italia , GVC dan CIFA (Emergency di Nias-NAD) • IRD Indonesia (Emergency di Nias-NAD)

• TDH Jerman (Emergency di Nias-NAD) • IOM (Emergency di Nias-NAD)

• PERSONE COME NOI (PCN) – Italy

Jadi pada proyek kali ini, Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan yang akan dikembangkan ini memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan Sanggar Kreativitas yang ada sekarang. Dimana pusat pengembangan tersebut juga dicita-citakan akan menjadi pusat kunjungan seni masyarakat Kota Medan.

Adapun yang menjadi struktur organisasi PKPA adalah sebagai berikut:

Sekretariat PKPA (Medan) saat ini yang berada di Jl. Abdul Hakim No.5A Pasar 1 Tanjung Sari. Namun, PKPA ini belum resmi menjadi Kantor Cabang PKPA Medan. Sementara itu, kantor cabang yang resmi masih hanya ada di Jakarta, Nias, Aceh, dan Simeulue.

[image:43.595.99.506.381.617.2]
(44)

SKA-PKPA yang sudah ada saat ini berada di Jl. Wakaf II H. H. Basri Pinang Baris, Medan. SKA-PKPA mengkhususkan kegiatannya pada kegiatan pencegahan, perlindungan dan pengembangan minat dan bakat anak jalanan. Rumah singgahnya pun masih sangat kecil dan belum mampu mengakomodasi anak-anak jalanan yang ada di Kota Medan.

2.4 Tinjauan Fungsi

2.4.1 Deskripsi Pelaku dan Kegiatannya

Pelaku dan kegiatan pada pusat perbelanjaan secara garis besar terdiri dari : a. Kelompok anak jalanan

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang melakukan kegiatan dan aktivitasnya di pusat pengembangan ini, dimana mereka akan mendapatkan

Gambar 2.9 PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) Sumber : Foto Survey

(45)

pelatihan dan pengasahan keterampilan sesuai bakat dan talenta mereka masing-masing.

b. Kelompok pengelola

Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat pengembangan anak jalanan ini serta mengatur semua jalannya kegiatan tersebut.

c. Kelompok tenaga pengajar/pelatih/pendidik

Yaitu sekelompok orang atau badan yang bertanggung jawab untuk mengajar, melatih dan mendidik anak-anak jalanan, serta membantu mereka dalam pengembangan bakat dan minat serta skill yang diharapkan mampu menjadi bekal mereka di kemudian hari.atas segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat pengembangan anak jalanan ini serta mengatur semua jalannya kegiatan tersebut.

d. Kelompok pengunjung

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang mengunjungi fasilitas ini untuk berkunjung, melakukan aktivitas jual/beli ataupun transaksi dagang atas hasil-hasil industri kreativitas anak jalanan, menyaksikan penampilan-penampilan anak jalanan. Kegiatan pengunjung disini ada yang datang dengan tujuan membeli barang, melihat-lihat, mencari hiburan, berekreasi atau hanya berjalan-jalan.

2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang 2.4.2.1 Deskripsi Pengguna

Pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini aka nada seorang pengawas yang juga merangkap sebagai penasehat. Kemudian dibawahnya akan disusul oleh seorang Pembina. Setelah itu, coordinator umum dan sekretaris umum aka nada dibawahnya untuk melakukan koordinasi terhadap semua kegiatan yang akan berlangsung di pusat pengembangan ini.

(46)

juga divisi industry kreativitas yang akan membantu anak-anak jalanan sehinga mereka bisa menghasilkan dan hidup mandiri, dan bermanfaat bagi orang lain.

Secara garis besar struktur kepengurusan yang terdapat pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini adalah sebagai berikut:

Adapun kategori anak jalanan yang akan dilayani dalam Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini merupakan anak jalanan baik yang masih bersekolah maupun yang sudah putus sekolah.

Fokus lokasi proyek penelitian ini adalah Kota Medan, kota dengan julukan metropolitan ini adalah Ibukota provinsi Sumatera Utara. Berhubung karena Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan Kota Medan ini akan dibawahi oleh PKPA (Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan), maka secara keseluruhan jumlah anak jalanan yang akan ditampung di PPKA seluruhnya mengikuti prosedur PKPA secara administratif.

Menurut data yang diperolah dari website PKPA Medan, lokasi penelitian mencakup 8 kecamatan dari 21 jumlah kecamatan. Alasan pemilihan kecamatan ini didasarkan pada survey awal di 8 kecamatan tersebut menjadi konsentrasi aktifitas anak jalanan dan komunitas tempat tinggal anak jalanan. Juga didukung data awal hasil penghitungan cepat Madia Insani-Kota Medan. Data madia Insani

Penasehat/Pengawas

Pembina

Koordinator Umum

Sekretaris Umum

Divisi Asrama

(Pembinanan)

Divisi Pendidikan

dan Pelatihan

Divisi Industri

Kreatif

(47)

menyebutkan bahwa di kota Medan terdapat sekitar 800-900 anak jalanan yang aktif bekerja dan belum termasuk anak-anak yang bekerja paruh waktu. Dari 21 kecamatan yang dilakukan mapping, PKPA memilih lokasi dengan populasi anak jalanan tertinggi yaitu diatas 50 anak. Delapan kecamatan tersebut adalah; Medan Johor ( 57 anak), Medan Amplas (81 anak), Medan Kota (94 anak), Medan Maimun (103 anak), Medan Sunggal (75 anak), Medan Petisah (60 anak), Medan Barat (53 anak) dan Medan Belawan (61 anak).

LOKASI PROGRAM KOTA MEDAN (Program PKPA 2011-2013)

Delapan kecamatan yang disebutkan di atas 7 kecamatan berada di sekitar pusat kota dan 1 kecamatan yaitu Medan Belawan berada di perbatasan Medan

dengan Selat Malaka. Di Kecamatan Belawan terdapat Pelabuhan terbesar untuk wilayah Pantai Timur Indonesia. Anak-anak yang berasal dari daerah pinggiran kota

bekerja pusat-pusat keramaian di inti kota Medan.

(48)

Untuk melepaskan anak-anak dari jalanan dan mencegah anak-anak lain yang rentan turun kejalan maka pendekatan program yang dianggap strategis mencakup tiga metode yaitu:

a) Community-based program: directly works with community by focusing on family functions and community potencies. This aims to withdraw children from streets or when they have to work on street, at least they still live with

their family.

b) Street-based program: directly works with street children in gathering points of street children such as traditional markets, bus terminals and suburbs. PKPA’s field staffs always make friends with them so that they want to share their stories. By doing so, street children, especially those who have lost contact with their family, will find a new family.

c) Center-based program: PKPA directly works with street children and those who are vulnerable to become street children in its shelter called Child Creativity Center (Sanggar Kreatifitas Anak – SKA). SKA-PKPA’s main

[image:48.595.90.504.119.347.2]

activities include early childhood education, music class, football school and evening class.

(49)

Secara umum target group adalah anak jalanan beresiko tinggi (high risk), mereka adalah anak-anak yang secara total hidupnya ada dijalanan, terpisah dari orang tua maupun keluarga terdekat dan membentuk sub-kutlur sendiri. Target group lainnya adalah anak jalanan yang rentan atau potensial menjadi kelompok beresiko tinggi. Usia target group anak jalanan adalah 3 – 18 tahun, dengan jenis intervensi program yang berbeda-beda untuk setiap kelompok usia. Berdasarkan tujuan dan jenis aktifitas project maka target group dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Program Pencegahan

Anak-anak yang ada dikomunitas tempat tinggal atau komunitas asal anak jalanan, PKPA memilih 3 lokasi komunitas anak jalanan dengan populasi terbesar di sekitar Kota Medan yaitu Medan Amplas, Medan Sunggal dan Medan Estate, wilayah perbatasan antara Kota Medan dengan Kabupaten Deli Serdang. Status pendidikan anak-anak di komunitas ini juga sangat variatif, sebagian masih sekolah, putus sekolah dan tidak pernah sekolah. Jumlah target group untuk pencegahan adalah 150 anak.

Program Penarikan

Program penarikan sangat terfokus dengan anak-anak yang telah memiliki aktifitas ekonomi di jalanan. anak-anak yang beresiko tinggi, anak-anak tersebut menghabiskan lebih dari 75 % waktu nya dijalanan dan tidak lagi berstatus sekolah. Jumlah target group adalah: 100 anak.

Dan 100 anak inilah yang akan ditampung di Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan.

Berikut merupakan data tabel yang diperoleh dari website PKPA yang menjelaskan jumlah target anak jalanan yang akan dicapai.

Tabel 2.7 Jumlah Target Anak Jalanan Yang Akan Dicapai

(50)

2.4.2.2 Aktivitas Yang Akan Dilakukan

Pengelola :

Aktivitas yang akan diperoleh pihak pengelola adalah melakukan koordinasi terhadap setiap kegiatan dan aktivitas yang ada pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan tersebut.

Tenaga pengajar/pendidik/pelatih :

Aktivitas yang akan diloleh pihak tenaga pengajar/pendidik/pelatih adalah melakukan kegiatan pelatihan skill, pengajaran ilmu bagi setiap anak jalanan yang berada pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan tersebut.

Pengunjung :

Aktivitas yang akan diloleh pihak pengunjung adalah melakukan kunjungan seperti:

 Masyarakat awam yang melakukan aktivitas jual/beli ataupun transaksi dagang atas hasil-hasil industri kreativitas anak jalanan juga ingin menyaksikan pentas anak jalanan, atau singgah ke galeri anak jalanan dan membeli sesuatu yang merupakan hasil karya anak jalanan.

 Orang tua dari anak-anak jalanan tersebut

 Donatur, melakukan kunjungan apabila ingin melak

Gambar

Gambar 2.1 Lokasi Alternatif 1
Gambar 2.2 Lokasi Alternatif 2
Gambar 2.3 Lokasi Alternatif 3
Gambar 2.4 Peta Lokasi Proyek Sumber : Hasil Olah Data Primer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana cara memberikan pelatihan Kuldom Accessories Craft dengan mudah dan efektif sebagai life skill pada anak jalanan di Balai Rehabilitasi Sosial Anak Jalanan “KARTINI”

Masih dalam euforia satu tahun Anak Jalanan digelar acara potong tumpeng di lokasi syuting Anak Jalanan di kawasan Ceger Jakarta Timur.. Kita musuhan di sinetron aja, aslinya CE'ES

Sekolah nonformal ini akan mewadahi fungsi utama sebagai bangunan pendidikan yang nantinya dapat digunakan bukan hanya oleh anak jalanan namun oleh anak – anak yang

Banyak hal yang dilakukan oleh pria yang berperan sebagai Mondy di sinetron Anak Jalanan itu ketika di lokasi syuting.. Bella dicerita-kan menyukai Mondy yang diperankan oleh

Maka dari itulah pendidikan yang didapat oleh anak jalanan sangatlah rendah dan dapat dikatakan anak jalanan ini tidak mendapatkan pendidikan secara baik sesuai konvensi hak

Petugas Keamanan selalu rutin bereaksi untuk membersihkan para anak jalanan dari kota, akan tetapi sepertinya ini bukanlah cara yang efektif karena sama sekali

Pusat pendidikan anak jalanan merupakan salah satu wadah untuk menampung anak jalanan khususnya di Surabaya agar mereka mendapatkan pendidikan, kehidupan, dan keadilan

Artikel Pustakawan Perpustakaan UM tahun 2011 13 Anak jalanan terutama yang sudah tidak bersekolah menjadi sangat terbatas aksesnya terhadap pendidikan.Kegiatan kerja yang menyita