• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI PROYEK - Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan (Green Architechture)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II DESKRIPSI PROYEK - Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan (Green Architechture)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1. Terminologi Judul

Judul kasus yang diambil pada proyek Tugas Akhir ini adalah “Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan”. Untuk memudahkan dalam memahami judul yang diambil maka akan dibahas masing-masing kata yang membentuk judul tersebut.

2.1.1 Pengertian Pusat

Dalam bahasa Indonesia, kata “pusat” dapat diartikan sebagai inti yang utama, pokok, pangkal , atau yang menjadi tumpuan, dan bersifat mengumpulkan (Poerwadarminta).

Dalam bahasa Inggris arti yang paling tepat disebutkan sebagai “a place at

which an activity or complex of activities is carried”.

Centre ( pusat) juga dapat diartikan sebagai titik poin yang menjadi tempat tujuan yang menarik bagi banyak orang untuk menuju tempat tersebut.

2.1.2 Pengertian Pengembangan

Pengembangan dalam arti yang sangat sederhana adalah suatu proses, ataupu cara pembuatan. Menurut Drs. Iskandar Wiryokusumo, M.Sc, pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupaun non-formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggungjawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai bakat, keinginan serta kemampuan-kemampuannya, sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesame maupun lingkungannya kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.

2.1.3 Pengertian Kreativitas

(2)

anggitan yang sudah ada.

Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran berdayacipta (creative thinking) (kadang disebut pemikiran bercabang) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari daya cipta adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.

Daya cipta dalam kemasakinian sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor: keturunan dan lingkungan.

2.1.4 Pengertian Anak Jalanan

Anak jalanan atau sering disingkat anjal adalah sebuah istilah umum yang mengacu pada anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki hubungan dengan keluarganya.

Pengertian untuk kategori pertama adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Ada dua kelompok anak jalanan dalam kategori ini, yaitu anak-anak yang tinggal bersama orangtuanya dan senantiasa pulang ke rumah setiap hari, dan anak-anak yang melakukan kegiatan ekonomi dan tinggal di jalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin.

Kategori kedua adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan dan tidak memiliki hubungan atau ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya.

Kategori ketiga adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.

Kategori keempat adalah anak berusia 5-17 tahun yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja dijalana, dan/atau yang bekerja dan hidup dijalanan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.

Sementara itu menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ( 1999 ; 22-24 ) anak jalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :

(3)

Kelompok anak ini disebabkan oleh factor social psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan dan perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka.

2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka adalah anak yang bekerja di jalanan ( children on the street). Mereka seringkali diindentikan sebagai pekerja migran kota yang pulang tidak teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja dari pagi hingg sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen, tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau teman-teman senasibnya.

3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan Koran.

4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk mencari kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan ada yang SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa ( orang tua ataupun saudaranya ) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang belanjaan ( kuli panggul ), pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung.

2.1.5 Pengertian Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan

Berdasarkan penjabaran diatas, maka diperoleh pengertian Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan yaitu sebuah wadah bagi anak-anak

(4)

2.2 Tinjauan Umum

2.2.1 Identifikasi Anak Jalanan

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa anak jalanan merupakan anak-anak dngan rentang usia 3-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktu sehari-harinya di jalanan.

Anak Jalanan, berjumlah 39.861 anak di 12 kota besar terdiri dari 32.678 anak laki – laki dan 7.183 anak perempuan di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Mataram, Makassar, Ambon, Medan, Padang, Palembang, dan Bandar Lampung ( Universitas Atmajaya dan BKSN, 1999).

Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa persentase jumlah anak jalanan laki-laki lebih banyak daripada jumlah anak jalanan berjenis kelamin permpuan.

Tabel 2.1 Persentase Anak Jalanan Menurut Kelompok Umur

No. Kelompok Usia Persentase

1 < 9 tahun 2%

2 9-16 tahun 58%

3 > 16 tahun 40%

Jumlah 100%

Sumber : Kartika Handayani, Identifikasi Anak Jalanan di Kota Medan, 2009

Tabel 2.2 Persentase Anak Jalanan Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Persentase

1 Laki-Laki 82%

2 Perempuan 18%

Jumlah 100%

Sumber : Kartika Handayani, Identifikasi Anak Jalanan di Kota Medan, 2009

Tabel 2.3 Tingkat kekerasan pada anak jalanan

No. Jenis Kekerasan Jumlah Kekerasan Persentase

1 Fisik 247 21,9%

2 Seksual 426 37,9%

3 Psikis 451 40,2%

Jumlah 1124 100%

(5)

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat selama tahun 2004 kasus kekerasan terhadap anak mencapai 441 kasus yang terdiri dari kekerasan fisik 140 kasus, seksual 221 kasus dan psikis 80 kasus. Tahun 2005 mengalami pengingkatan menjadi 736 kasus dengan perincian 233 kasus kekerasan fisik, 327 kasus kekerasan seksual dan 176 kasus kekerasan psikis. Sementara tahun 2006 mengalami peningkatan yang signifikan dimana mencapai 1.124 kasus, dengan perincian 247 kasus kekerasan fisik, 426 kasus seksual, dan 451 kasus kekerasan psikis. Data Departemen Sosial RI, kasus tindak kekerasan terhadap anak mencapai 544 kasus (2004), 736 kasus (2005) dan bulan Januari 2006 setidaknya telah terjadi 69 kasus.

Pada tahun 2008, di Indonesia terdapat sekitar 21.872 anak menjadi korban kekerasan fisik dan psikis serta 12.726 anak mengalami kekerasan seksual. Sementara 70.000–95.000 anak menjadi korban perdagangan anak untuk dipekerjakan sebagai PSK. Sedangkan selama Januari hingga April 2008, terdapat 95 kasus kekerasan terhadap anak yang berusia 0-18 tahun.Dari jumlah tersebut, persentase tertinggi, yaitu 39,6 % diantaranya dilakukan oleh guru (Alfarisi, 2008).

Pada taun 2010, KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) mencatat bahwa dalam 5 bulan, kasus kekerasan anak di Indonesia meningkat menjadi 1.826 kasus. Menurut ketua KPAI, Aris Merdeka Sirait, pada tahun 2010 ini, sebesar 68% diantaranya adalah kekerasan seksual. Munurutnya, kekerasan ini lebih banyak terjadi pada anak-anak terlantar (Judarwanto, 2010).

Pekerjaan anak jalanan beraneka ragam, dari menjadi tukang semir sepatu, penjual asongan, pengamen sampai menjadi pengemis. Banyak faktor yang kemudian diidentifikasikan sebagai penyebab tumbuhnya anak jalanan. Parsudi Suparlan berpendapat bahwa adanya orang gelandangan di kota bukanlah semata-mata karena berkembangnya sebuah kota, tetapi justru karena tekanantekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat memberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota (Parsudi Suparlan, 1984 : 36 ).

(6)

dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor lainnya.

Beragam faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab munculnya anak jalanan adalah faktor kondisi social ekonomi di samping karena adanya faktor

broken home serta berbagai faktor lainnya.

Hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin, 2000 : 11 ) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena :

1). Kekerasan dalam keluarga. 2). Dorongan keluarga.

3). Ingin bebas.

4). Ingin memiliki uang sendiri, dan 5). Pengaruh teman.

Hal ini menunjukkan bahwa begitu banyak anak jalanan yang perlu diberi penanganan dan perhatian khusus.

2.2.2 Identifikasi Industri Kreatif

Sub-sektor yang merupakan industri berbasis kreativitas di Indonesia berdasarkan pemetaan industri kreatif yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia adalah:

1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan. Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100

(7)

design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior). Kode KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha) 5 digit; 73100

3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik, percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.

4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal).

5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen. 7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi

video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

(8)

tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.

13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.

(9)

mengenai produk-produk makanan olahan khas Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar ritel modern dan pasar internasional. Pentingnya kegiatan ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia. Hanya saja, kurangnya perhatian dan pengelolaan yang menarik, membuat keunggulan komparatif tersebut tidak tergali menjadi lebih bernilai ekonomis.

2.3 Lokasi

2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi

Berdasarkan lokasi, site terletak di Kawasan Perkotaan yang sesuai dengan definisi kawasan perkotaan menurut Permen No.1 tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan Bab I Pasal 1.1 :

Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Kriteria umum pemilihan lokasi :

 Terletak di daerah yang sudah memiliki infrastruktur ataupaun jaringan jalan

yang cukup besar dan juga sudah dilengkapi dengan fasilitas listrik, telepon, air dan lain-lain.

 Berada di lingkungan yang cukup aman dan dapat menunjang keberadaan

bangunan.

 Lokasi bangunan dapat diakses dengan mudah oleh anak-anak jalanan (akses

oleh angkot juga diperlukan agar anak-anak jalanan yang memiliki tempat tinggal dan datang harian, dapat datang dengan mudah ke pusat pengembangan tersebut) dan pengunjung (merupakan hasil dari pertimbangan bahwa akan diadakannya galeri hasil-hasil kreativitas anak jalanan, juga gedung pertunjukkan yang terbuka untuk umum).

2.3.1.1 Tinjauan Pemilihan Lokasi Berdasarkan Struktur Kota

(10)

Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Medan, lingkungan, aksesbilitas dan bukan merupakan lingkungan konservasi.

Tabel 2.4 Wilayah Pengembangan Pembangunan

W

Pusat Kota Pusat bisnis (CBD)

Sei Sikambing Permukiman Perkantoran

Sumber : RUTRK Kota Medan

(11)

Tabel 2.5 Kriteria Pemilihan Lokasi

No. Kriteria Lokasi

1. Tinjauan terhadap

struktur kota

Berada di kawasan kota yang juga merupakan daerah kawasan sosial dan budaya. Selain itu berada dekat dengan jalan besar sebagai penghubung transportasi.

2. Pencapaian Akses pencapaian harus terdapat angkutan umum dan pribadi dari setiap badan jalan dan pengaturan jalan masih dapat dikontrol dengan baik.

3. Area pelayanan Hotel, restoran/cafe, kampus dan perumahan adalah lingkungan sekitar yang dapat saling

mendukung dengan bangunan yang akan

direncanakan. Diharapkan dengan adanya

lingkungan ini dapat memperkuat posisi Institut Seni Pertunjukkan.

4. Ukuran Lahan Ukuran lahan harus mencukupi kebutuhan ruang secara fungsional beserta fasilitas-fasilitas yang direncanakan( min. 1 Ha).

5 Kemudahan Enterance Enterance menuju dan keluar tapak harus mudah diakses oleh anak jalanan, pengunjung dan juga pihak pengelola.

6 Kontur Tapak Kontur tapak sebaiknya relatif datar untuk

memudahkan akses pencapaian dan pergerakan aktivitas yang berlangsung dalam kampus

7 Kebisingan Keadaan bebas dari kebisingan dan getaran yang

berlebihan merupakan hal yang bersifat mutlak.

Untuk itu perencanaan bangunan harus

mempertimbangkan eksistensi bangunan di

(12)

2.3.1.2 Alternatif Lokasi

Alternatif 1:

 Kondisi lahan berupa lahan kosong  Berada di Kecamatan Medan Sunggal

 Kekurangan : berada di sebelah terminal Pinang baris yang memiliki

tingkat kebisingan yang cukup tinggi, dan juga tepat di pinggir jalan  Batas-batas lahan:

Jl. Pinang Baris (T.B.

Simatupang)

Luas : ± 5 Ha

Alasan Pemilihan Lokasi :

Terletak di daerah

permukiman kumuh.

Terletak di dekat Terminal

Pinang Baris yang notabene

juga yang menjadi tempat

anak jalanan.

Dapat diakses oleh

kendaraan umum maupun

pribadi.

Dekat dengan SKA-PKPA

yang sudah ada sekarang.

Batas Utara: Jl. Depag dan

Terminal Pinang Baris Batas Selatan: Balai Pendidikan dan Latihan Keagamaan

Batas Timur: Jl. T.B. Simatupang Batas Barat: Lahan Kosong

(13)

Alternatif 2 :

 Kondisi lahan berupa lahan kosong  Berada di Kecamatan Medan Sunggal

 Kekurangan : Jauh dari SKA yang sudah ada sebelumnya, terletak di

pinggir jalan sehingga memiliki tingkat kebisingan yang tinggi  Batas-batas lahan:

Gambar 2.2 Lokasi Alternatif 2 Sumber : Google Map

Jl. Tirtanadi

Luas : ± 6 Ha

Alasan Pemilihan Lokasi :

Terletak di daerah

permukiman kumuh.(tidak

jauh letaknya dari lkasi

alternatif 1)

Terletak di dekat Terminal

Pinang Baris yang notabene

juga yang menjadi tempat

anak jalanan.

Masih dapat diakses oleh

kendaraan umum maupun

1

2

3

1 : Jl. T.B. Simatupang 2 : Jl. TTirtanadi

(14)

Alternatif 3 :

 Kondisi lahan berupa lahan padat bangunan  Berada di Kecamatan Medan Barat

 Kekurangan : Jauh dari SKA yang sudah ada sebelumnya, terletak di

pinggir jalan sehingga memiliki tingkat kebisingan yang tinggi

 Batas-batas lahan:

Jl. Palang Merah

Luas : ± 2 Ha

Alasan Pemilihan Lokasi :

Terletak di daerah

permukiman kumuh.(tidak

jauh letaknya dari lkasi

alternatif 1)

Merupakan salah satu

kecamatan yang menjadi

lokasi aktif anak jalanan.

Masih dapat diakses oleh

kendaraan umum maupun

pribadi.

Sebeluah Utara berbatasan dengan Selecta(Jl.Listrik)

Sebeluah Utara berbatasan dengan Selecta

Sebeluah Selatan berbatasan dengan

ruko-ruko (Jl.Palang Merah)

(15)

Dari ketiga alternatif lokasi yang telah dikaji, maka dilakukanlah perbandingan antara ketiga lokasi tersebut.

Pada Penilaian Alternatif, menggunakan sistem penilaian dari angka 1-5.

Tabel 2.6 Perbandingan Ketiga Alternatif Lokasi

LOKASI A LOKASI B LOKASI C dan perkantoran, serta merupakan kawasan

Berada di jalan yang padat arus lalu padat dan cocok jika digunakan sebagai padat namun teratur.

4

Target pasar

-

Masyarakat sekitar

kawasan

-

Masyarakat dari

kecamatan tetangga

-

Masyarakat yang

-

Masyarakat sekitar

kawasan

-

Masyarakat dari

kecamatan tetangga

-

Masyarakat yang

melintasi Jalan

-

Penduduk/ masyarakat

di sekitar kawasan

-

Masyarakat yang

melintasi Jalan Palang Merah

(16)

Nilai

-

Hunian segala kelas

-

Kawasan

(17)

2.3.2 Lokasi

2.3.2.1 Deskripsi Lokasi

Dari ketiga alternatif diatas, site ketiga dipilih menjadi lokasi untuk pembangunan proyek ini. Alasan dipilihnya lokasi ini karena dianggap paling strategis untuk mendukung setiap kegiatan yang akan dilakukan pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini. Lokasi ini berada di pertemuan Jl.Palang Merah, Jl. Listrik dan Jl. Mesjid, Kecamatan Medan Barat. Lokasi ini memiliki luas ±2,0 Ha.

Lokasi

Legenda:

Asumsi Lokasi Lahan Kosong

(18)

 Batas-batas:

 Utara : Jl. Listrik, R.S. Columbia Asia  Timur : Ruko-ruko Jl. Mesjid

 Barat : Pertemuan Jl. Palang Merah dan Jl. Listrik  Selatan : Ruko-ruko, Jl. Palang Mera

.

 Kontur : secara umum relatif datar, hanya pada site terdapat sungai

yang memisahkan 1/3 lahan dari luas site secara keseluruhan.  GSB : 0

 KLB : 3-4 lantai

Jembatan di Jl. Palang Merah Commonwealth Bank

Ruko-ruko di Jl. Mesjid

Ruko-ruko pada Jl. Palang Merah Rumah Penduduk

Selecta

Apartemen

(19)

 KDB : 80%-90%

 Tinggi Bangunan : ±15-20 meter  Potensi Lahan :

 Terletak dekat dengan pusat kota.

 Lokasi masih berada di sekitar daerah yang menjadi kawasan Pusat

Kegiatan Sosial dan Budaya, menurut data Pembagian Wilayah Pengenbangan dan Pembangunan (WPP) Kota Medan 2011.

 Berada pada kawasan komersil, pendidikan dan rekreasi, sehingga

tempat ini dapat menjadi daya tarik bagi para pengunjung, dimana proyek ini juga diharapkan mampu menjadi ruang terbuka yang mampu menyedot perhatian masyarakat.

 Transportasi lancar dan baik, dapat dicapai dengan kendaraan

umum maupun kendaraan pribadi  Luas site mendukung ± 2,0 Ha  Memiliki jalur utilitas yang baik.

 Asumsi: Lahan tersebut dianggap dibebaskan, pada kenyataannya

pada lahan ini berdiri sebuah usaha waralaba terkenal yaitu KFC (Kentucky Fried Chicken), dan juga ruko-ruko yang tidak tertata apik.  Kondisi Eksisting :

KFC pada pertemuan Jl. Listrik dengan Jl. Palng Merah

Pemukiman Penduduk

Ruko-ruko di Jl. Mesjid

Ruko-ruko pada Jl. Palang Merah Taman Lily Suhairy

Food Court Pemukiman Penduduk

(20)

2.3.2.2 Pencapaian

Lokasi site berada di Jalan Palang Merah, sangat efisien untuk pencapaian karena memiliki jalan yang lebar dan banyak dilalui oleh angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Dan ini sangat memudahkan bagi para pengunjung Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan tersebut. Site ini dilalui oleh 2 jalur utama, yaitu:

1. Jalan Palang Merah 2. Jalan Mesjid

3. Jalan Listrik

2.3.2.3 Luas Lahan

Lahan yang akan dikembangkan menjadi Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini memiliki luah sekitar ±2,0 Ha. Pada site ini terdapat sungai yang memisahkan 1/3 lahan dari luas lahan secara keseluruhan.

Jl. Listrik

Jl. Mesjid

Jl. Palang Merah

Gambar 2.5 Peta Pencapaian Lokasi Sumber : Hasil Olah Data Primer

Gambar 2.5 Dimensi Lokasi Sumber : Hasil Olah Data Primer

229 m

111 m

136 m

(21)

2.3.2.4 Eksisting (Kondisi lokasi)

Lokasi terletak di Jl. Palang Merah. Pada lokasi yang ada sekarang berdiri sebuah usaha waralaba seperti KFC, food court Taman Lily Suhairy, dan juga pemukiman yang berada tepat di tepi sungai.

2.3.3 Kepemilikan dan Sumber Dana

Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini akan bergerak dibawah Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA). Yayasan ini berdiri sejak tahun 1998.

Saat ini, yayasan ini hanya mendirikan pusat pengembangan yang masih berbasis rumah singgah bagi anak-anak jalanan di sekitar kawasan Terminal Pinang

KFC pada pertemuan Jl. Listrik dengan Jl. Palng Merah

Pemukiman Penduduk

Ruko-ruko di Jl. Mesjid

Ruko-ruko pada Jl. Palang Merah Taman Lily Suhairy

Food Court

Pemukiman Penduduk

Jembatan Jl. Palang Merah

(22)

Baris, sebagai perkembangan terbentuknya Unit Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak.

Pusat Pengembangan Kreatifitas Anak (PPKA) ini mengkhususkan kegiatannya pada kegiatan pencegahan, perlindungan dan pengembangan minat dan bakat anak jalanan dan miskin kota. Kegiatan SKA awalnya berupa pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan misalnya belajar membaca, berhitung dan menulis.

PPKA dicikalbakali dari gerakan kerelawanan mahasiswa. Hal ini disebabkan karena tidak ada tempat khusus untuk kegiatan belajar bersama anak jalanan. Proses belajar mengajar berlangsung di mana saja mereka ada, saat istirahat dari bekerja, bisa di SPBU, bisa pula di warung-warung kosong, bahkan bisa pula di seputaran areal Terminal Bis. Tidak kurang dua tahun proses ini berjalan, hingga terbangun hubungan emosional & rasa persekawanan antara anak jalanan dengan para relawan mahasiswa sebagai pendamping dan pemberdaya.

Pada proses selanjutnya, kerjasama PKPA dengan lembaga donor dan internasional NGOs, yakni Save the Children dan BWTW-Jerman, pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan dan anak miskin kota mengalami perkembangan.

Pada perkembangan berikutnya, pendampingan PKPA dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu berbasis penjangkauan anak-anak di jalanan (street base), berbasis penjangkauan kegiatan melalui Unit Pusat pengembangan Kreatifitas (institusional base) dan berbasis penjangkauan keluarga anak jalanan (family base). Sejak berdiri pada 21 Oktober 1996, Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) telah menjalin kerjasama dan mendapat dukungan dari sejumlah lembaga lembaga dan negara donor. Berikut ini lembaga-lembaga pendukung dan program PKPA yang mendapat dukungan kerjasama khusus program PKPA sejak memasuki tahun 2005:

• KNH German (Emergency di Nias)

• BFDW Jerman (Program regular - Perlindungan anak, Emergency di Nias-NAD) • The Japan Fondation (Program Insidentil - perlindungan anak)

• UNOCD Swiss (Perdagangan anak untuk tujuan seksual) • UNICEF (Program Insidentil untuk Penerbitan hak-hak anak)

• The Save the Children (Program regular – Pedagangan anak untuk tujuan seksual).

(23)

• ECPAT Australia (Training untuk ekploistaisi seksual komersial anak) • Christian Aid – Inggris (Emergency di Nias-NAD)

• DEA Jerman (Emergency di Nias-NAD)

• ECPAT Internasional (Emergency di Nias-NAD)

• 3 LSM Italia yaitu ECPAT Italia , GVC dan CIFA (Emergency di Nias-NAD) • IRD Indonesia (Emergency di Nias-NAD)

• TDH Jerman (Emergency di Nias-NAD) • IOM (Emergency di Nias-NAD)

• PERSONE COME NOI (PCN) – Italy

Jadi pada proyek kali ini, Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan yang akan dikembangkan ini memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan Sanggar Kreativitas yang ada sekarang. Dimana pusat pengembangan tersebut juga dicita-citakan akan menjadi pusat kunjungan seni masyarakat Kota Medan.

Adapun yang menjadi struktur organisasi PKPA adalah sebagai berikut:

Sekretariat PKPA (Medan) saat ini yang berada di Jl. Abdul Hakim No.5A Pasar 1 Tanjung Sari. Namun, PKPA ini belum resmi menjadi Kantor Cabang PKPA Medan. Sementara itu, kantor cabang yang resmi masih hanya ada di Jakarta, Nias, Aceh, dan Simeulue.

(24)

SKA-PKPA yang sudah ada saat ini berada di Jl. Wakaf II H. H. Basri Pinang Baris, Medan. SKA-PKPA mengkhususkan kegiatannya pada kegiatan pencegahan, perlindungan dan pengembangan minat dan bakat anak jalanan. Rumah singgahnya pun masih sangat kecil dan belum mampu mengakomodasi anak-anak jalanan yang ada di Kota Medan.

2.4 Tinjauan Fungsi

2.4.1 Deskripsi Pelaku dan Kegiatannya

Pelaku dan kegiatan pada pusat perbelanjaan secara garis besar terdiri dari : a. Kelompok anak jalanan

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang melakukan kegiatan dan aktivitasnya di pusat pengembangan ini, dimana mereka akan mendapatkan

Gambar 2.9 PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) Sumber : Foto Survey

(25)

pelatihan dan pengasahan keterampilan sesuai bakat dan talenta mereka masing-masing.

b. Kelompok pengelola

Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat pengembangan anak jalanan ini serta mengatur semua jalannya kegiatan tersebut.

c. Kelompok tenaga pengajar/pelatih/pendidik

Yaitu sekelompok orang atau badan yang bertanggung jawab untuk mengajar, melatih dan mendidik anak-anak jalanan, serta membantu mereka dalam pengembangan bakat dan minat serta skill yang diharapkan mampu menjadi bekal mereka di kemudian hari.atas segala kegiatan yang berlangsung dalam pusat pengembangan anak jalanan ini serta mengatur semua jalannya kegiatan tersebut.

d. Kelompok pengunjung

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang mengunjungi fasilitas ini untuk berkunjung, melakukan aktivitas jual/beli ataupun transaksi dagang atas hasil-hasil industri kreativitas anak jalanan, menyaksikan penampilan-penampilan anak jalanan. Kegiatan pengunjung disini ada yang datang dengan tujuan membeli barang, melihat-lihat, mencari hiburan, berekreasi atau hanya berjalan-jalan.

2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang

2.4.2.1 Deskripsi Pengguna

Pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini aka nada seorang pengawas yang juga merangkap sebagai penasehat. Kemudian dibawahnya akan disusul oleh seorang Pembina. Setelah itu, coordinator umum dan sekretaris umum aka nada dibawahnya untuk melakukan koordinasi terhadap semua kegiatan yang akan berlangsung di pusat pengembangan ini.

(26)

juga divisi industry kreativitas yang akan membantu anak-anak jalanan sehinga mereka bisa menghasilkan dan hidup mandiri, dan bermanfaat bagi orang lain.

Secara garis besar struktur kepengurusan yang terdapat pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini adalah sebagai berikut:

Adapun kategori anak jalanan yang akan dilayani dalam Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini merupakan anak jalanan baik yang masih bersekolah maupun yang sudah putus sekolah.

Fokus lokasi proyek penelitian ini adalah Kota Medan, kota dengan julukan metropolitan ini adalah Ibukota provinsi Sumatera Utara. Berhubung karena Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan Kota Medan ini akan dibawahi oleh PKPA (Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan), maka secara keseluruhan jumlah anak jalanan yang akan ditampung di PPKA seluruhnya mengikuti prosedur PKPA secara administratif.

Menurut data yang diperolah dari website PKPA Medan, lokasi penelitian mencakup 8 kecamatan dari 21 jumlah kecamatan. Alasan pemilihan kecamatan ini didasarkan pada survey awal di 8 kecamatan tersebut menjadi konsentrasi aktifitas anak jalanan dan komunitas tempat tinggal anak jalanan. Juga didukung data awal hasil penghitungan cepat Madia Insani-Kota Medan. Data madia Insani

Penasehat/Pengawas

Pembina

Koordinator Umum

Sekretaris Umum

Divisi Asrama

(Pembinanan)

Divisi Pendidikan

dan Pelatihan

Divisi Industri

Kreatif

(27)

menyebutkan bahwa di kota Medan terdapat sekitar 800-900 anak jalanan yang aktif bekerja dan belum termasuk anak-anak yang bekerja paruh waktu. Dari 21 kecamatan yang dilakukan mapping, PKPA memilih lokasi dengan populasi anak jalanan tertinggi yaitu diatas 50 anak. Delapan kecamatan tersebut adalah; Medan Johor ( 57 anak), Medan Amplas (81 anak), Medan Kota (94 anak), Medan Maimun (103 anak), Medan Sunggal (75 anak), Medan Petisah (60 anak), Medan Barat (53 anak) dan Medan Belawan (61 anak).

LOKASI PROGRAM KOTA MEDAN (Program PKPA 2011-2013)

Delapan kecamatan yang disebutkan di atas 7 kecamatan berada di sekitar pusat kota dan 1 kecamatan yaitu Medan Belawan berada di perbatasan Medan dengan Selat Malaka. Di Kecamatan Belawan terdapat Pelabuhan terbesar untuk wilayah Pantai Timur Indonesia. Anak-anak yang berasal dari daerah pinggiran kota bekerja pusat-pusat keramaian di inti kota Medan.

(28)

Untuk melepaskan anak-anak dari jalanan dan mencegah anak-anak lain yang rentan turun kejalan maka pendekatan program yang dianggap strategis mencakup tiga metode yaitu:

a) Community-based program: directly works with community by focusing on family functions and community potencies. This aims to withdraw children from streets or when they have to work on street, at least they still live with their family.

b) Street-based program: directly works with street children in gathering points of street children such as traditional markets, bus terminals and suburbs.

PKPA’s field staffs always make friends with them so that they want to share their stories. By doing so, street children, especially those who have lost contact with their family, will find a new family.

c) Center-based program: PKPA directly works with street children and those who are vulnerable to become street children in its shelter called Child Creativity Center (Sanggar Kreatifitas Anak – SKA). SKA-PKPA’s main activities include early childhood education, music class, football school and evening class.

(29)

Secara umum target group adalah anak jalanan beresiko tinggi (high risk), mereka adalah anak-anak yang secara total hidupnya ada dijalanan, terpisah dari orang tua maupun keluarga terdekat dan membentuk sub-kutlur sendiri. Target group lainnya adalah anak jalanan yang rentan atau potensial menjadi kelompok beresiko tinggi. Usia target group anak jalanan adalah 3 – 18 tahun, dengan jenis intervensi program yang berbeda-beda untuk setiap kelompok usia. Berdasarkan tujuan dan jenis aktifitas project maka target group dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Program Pencegahan

Anak-anak yang ada dikomunitas tempat tinggal atau komunitas asal anak jalanan, PKPA memilih 3 lokasi komunitas anak jalanan dengan populasi terbesar di sekitar Kota Medan yaitu Medan Amplas, Medan Sunggal dan Medan Estate, wilayah perbatasan antara Kota Medan dengan Kabupaten Deli Serdang. Status pendidikan anak-anak di komunitas ini juga sangat variatif, sebagian masih sekolah, putus sekolah dan tidak pernah sekolah. Jumlah target group untuk pencegahan adalah 150 anak.

Program Penarikan

Program penarikan sangat terfokus dengan anak-anak yang telah memiliki aktifitas ekonomi di jalanan. anak-anak yang beresiko tinggi, anak-anak tersebut menghabiskan lebih dari 75 % waktu nya dijalanan dan tidak lagi berstatus sekolah. Jumlah target group adalah: 100 anak.

Dan 100 anak inilah yang akan ditampung di Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan.

Berikut merupakan data tabel yang diperoleh dari website PKPA yang menjelaskan jumlah target anak jalanan yang akan dicapai.

Tabel 2.7 Jumlah Target Anak Jalanan Yang Akan Dicapai

(30)

2.4.2.2 Aktivitas Yang Akan Dilakukan Pengelola :

Aktivitas yang akan diperoleh pihak pengelola adalah melakukan koordinasi terhadap setiap kegiatan dan aktivitas yang ada pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan tersebut.

Tenaga pengajar/pendidik/pelatih :

Aktivitas yang akan diloleh pihak tenaga pengajar/pendidik/pelatih adalah melakukan kegiatan pelatihan skill, pengajaran ilmu bagi setiap anak jalanan yang berada pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan tersebut.

Pengunjung :

Aktivitas yang akan diloleh pihak pengunjung adalah melakukan kunjungan seperti:

 Masyarakat awam yang melakukan aktivitas jual/beli ataupun transaksi

dagang atas hasil-hasil industri kreativitas anak jalanan juga ingin menyaksikan pentas anak jalanan, atau singgah ke galeri anak jalanan dan membeli sesuatu yang merupakan hasil karya anak jalanan.

 Orang tua dari anak-anak jalanan tersebut

 Donatur, melakukan kunjungan apabila ingin melakukan pertemuan

dengan anak jalanan dan memberikan donasi kepada anak jalanan  Anak Jalanan :

Anak jalanan yang ditampung sesuai target sekitar 100 orang dan yang akan datang pulang pergi sekitar 150 orang.

Aktivitas yang akan dilakukan ini disusun dengan terlebih melakukan peninjauan terhadap pengelompokan usia anak jalanan (3-18 tahun). Agar tidak terjadi ketimpangan, makan pengelompokkan usia pun dilakukan.

Menurut Charlotte Buhler dalam bukunya yang berjudul Practische Kinder Phychologie maka tahapan-tahapan perkembangan anak dibagi menjadi:

 Masa Prenatal, yaitu tahapan yang diawali dari masa konsepsi sampai masa

lahir

 Masa bayi dan tatih, 18 bulan pertama kehidupan merupakan masa bayi, di atas

(31)

 Masa kanan-kanak pertama, yaitu rentang usia 2-5 tahun. Masa ini dikenal juga

dengan masa pra sekolah

 Masa kanak-kanak kedua, yaitu pada usia 6-12 tahun. Dikenal juga sebagai

masa sekolah. Anak-anak telah mampu menerima pendidikan formal dan menyerap berbagai hal yang ada di lingkungannya.

 Masa Remaja, yaitu pada usia 12-18 tahun. Saat anak mencari identitas dirinya

dan banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya serta dengan jelas berupaya lepas dari lingkungan orang tua.

Berdasarkan data-data literatur yang telah diperolah, maka Pengelompokkan usia yang dilakukan adalah :

Tabel 2.8 Pengelompokan Usia Anak Jalanan

Tahap Golongan Pengelompokan Usia Jumlah (asumsi)

Masa Kanak-kanak Pertama

Pendidikan Anak Usia

Dini 3-5 tahun 10 orang (8lk/2pr) Masa Kanak-kanak

Kedua

Tahap 1 6-8 tahun 20 orang (16lk/4pr) Tahap 2 9-11 tahun 20 orang (16lk/4pr)

Masa Remaja Tahap 3 12-14 tahun 20 orang (16lk/4pr) Tahap 4 15-18 tahun 20 orang (16lk/4pr)

Sumber : Hasil Olah Data Primer

Mengingat sistem pendidikan yang akan diterapkan pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini berjenis sekolah non-formal, maka kurikulum pendidikan yang diadopsi adalah kurikulum sekolah non-formal pula. Selain itu, kurikulum ini juga diciptakan berdasarkan hasil studi banding.

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan anak jalanan pada Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini adalah:

a. Belajar pendidikan dasar setara jenjang usia mereka

b. Berlatih untuk mengembangkan minat dan bakat seperti menari, bermain musik, melukis, bercocok tanam, mengasah minat dalam bidang IT (Information Technology), merancang busana, dan menciptakan kerajian-kerajinan tangan yang berkualitas.

c. Berlatih untuk mengasah skill sebagai bekal dalam industri kreativitas.

(32)

Bahkan tidak menutup kemungkinan setiap sebulan sekali mereka akan melakukan kegiatan-kegiatan seperti :

 Pameran berkaitan dengan hasil-hasil industri kreatif

 Pergelaran seni berdasarkan bidang-bidang seni yang diembangkan,

misalnya pentas musik anak jalanan, atau pentas seni tari anak jalanan.

2.4.2.3 Kebutuhan Ruang

Setelah dilakukan identifikasi terhadap pengguna dan aktivitas-aktifitas apa saja yang akan dilakukan, maka dideskripsianlah ruang-ruang yang dibutuhkan di Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan ini. Adapun ruang-ruang tersebut dapat kita lihat lebih rinci dalam table berikut :

Tabel 2.9 Aktivitas Pengguna

Pengguna Aktivitas

Penasehat/Pengawas Melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan di Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan

Pembina Melakukan pembinaan koordinasi

terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan di Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan

Koordinator Umum Melakukan koordinasi terhadap

semua kegiatan yang dilaksanakan di Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan

Sekretaris Umum Melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan arsip-arsip PPKA-PKPA

Divisi Asrama (Pembinaan)

(33)

dilaksanakan pada divisi asrama di Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan

Ruang Sekretaris Melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan arsip-arsip asrama PPKA-PKPA Kamar tidur anak

laki-laki (sesuai kelas kelompok usia)

Tempat beristirahat bagi anak-anak jalanan laki-laki

Kamar tidur anak perempuan (sesuai kelas kelompok usia)

Tempat beristirahat bagi anak-anak jalanan perempuan

Kamar tidur penjaga Tempat beristirahat bagi penjaga anak-anak jalanan

Ruang Makan Tempat dimana anak-anak jalanan akan mendapatkan asupan gizi

Divisi Pendidikan dan Pelatihan

Ruang Koordinator Melakukan koordinasi terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan oleh divisi pendidikan dan pelatihan di Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan

Ruang Sekretaris Melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan arsip-arsip di divisi pendidikan dan pelatihan di Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan

Ruang Tenaga Pengajar Melakukan rapat dan penyusunan program yang akan diberikan

Ruang Pelatih Melakukan rapat dan penyusunan program yang akan diberikan Ruang Kelas (Teori) /

Pendidikan Dasar

Melakukan kegiatan

(34)

Ruang Keterampilan

(Mini Workshop Room) / Kerajinan Tangan

Melakukan pelatihan untuk membuat dan menciptakan kerajinan-kerajinan tangan yang menarik dan layak jual

Ruang Pelatihan Perancangan Busana

Melakukan pelatihan untuk membuat dan menciptakan busana-busana yang inovatif dan kreatif

Ruang Seni Tari Melakukan pengenalan dan pelatihan seni tari

Ruang Seni Lukis Melakukan pengenalan dan pelatihan seni lukis

Ruang Seni Musik Melakukan pengenalan dan pelatihan seni musik

Ruang Serbaguna (Aula)

Melakukan kegiatan bersama baik sesame anak jalanan, juga anak jalanan dengan donator-donatur yang ingin melakukan kunjungan

Lab. Bahasa Memberikan pengajaran

bagaimana berbahasa yang baik dan benar (Indonesia dan Inggris) Lab. Komputer Memberikan pengenalan

mengenai dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi

Divisi Industri Kreativitas

Ruang Koordinator Melakukan koordinasi terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan oleh divisi industri kreativitas di Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan

(35)

Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan

Ruang IT (Informasi Teknologi)

Bagian untuk menghasilkan kreasi-kreasi yang berhubungan dengan teknologi informasi, misalnya periklanan, web design, dll.

Ruang Fashion Bagian untuk menghasilkan industri kreativitas yang bergerak dibidang perancangan busana, mulai dari disain sampai penciptaan.

Ruang Kriya Bagian industri untuk menciptakan kerajinan-kerajinan tangan yang memiliki daya jual yang tinggi. Ruang Pengumpulan

Barang Jadi

Merupakan ruang yang akan dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang-barang yang akan dijual sebelum dikirim ke gallery.

Fasilitas Kesehatan Poliklinik Memberikan pelayanan kesehatan bagi anak jalanan

Fasilitas Penunjang Kafetaria Memfasilitasi masyarakat yang datang berkunjung ke Pusat Pengembangan Kreativitas Anak Jalanan

Perpustakaan Aktivitas membaca oleh anak jalanan

Galeri Aktivitas jual-beli

Mushalla Ibadah bagi anak jalanan beragama muslim

Ruang doa Ibadah bagi anak jalanan beragama non-muslim

(36)

Sumber : Hasil Olah Data Primer

2.5 Studi Banding Proyek Sejenis

2.5.1 Rumah Singgah Kurnia, Jakarta Timur

Rumah singgah ini berada di bilangan Kramat Jati - Jakarta Timur, di rumah sederhana yang dikelola oleh H. Otong dan keluarga.

 Program pendidikan diperuntukkan bagi mereka yang tidak mampu atau putus

sekolah.

 Program pendidikan yang ada disana seperti PKBM (Pendidikan Khusus

Belajar Mengajar), Kejar Paket A, B & C, perpustakaan, pelatihan las, bengkel hingga komputer.

Ruang Security Mendapatkan penanganan keamanan

Toilet Umum/KM Tempat BAB,BAK untuk para pengunjung

Area Parkir Memarkirkan kendaraan

Prasarana Ruang ME

Ruang Pompa dan Reservoir

Ruang PABX

Gudang

(37)

 Rumah singgah diperuntukkan sebagai tempat persinggahan anak-anak

jalanan yang bekerja di jalanan sebagai pengasong yang menjual koran, gula-gula, tukar uang, bahkan pengemis.

 Rumah tersebut tidak menampung anak-anak secara permanen tapi hanya

untuk waktu tertentu.

Konsep ideal dari rumah singgah ini adalah anak-anak yang berada di jalanan dapat singgah di rumah untuk melakukan kegiatan yang positif misalnya, bagai yang putus sekolah dapat memperoleh pelajaran informal, dapat bermain, memperoleh tambahan gizi seperti minum susu atau bubur kacang ijo atau aktivitas lainnya yang merupakan pemenuhan hak anak-anak, yang tidak bisa diperoleh di rumahnya.

Sayangnya, saat ini sebagian rumah singgah mengalami pasang surut artinya berfungsi ketika ada dana yang mendukung, saat dana habis, rumah singgah mandeg. Inilah yang banyak terjadi, ada proyek ada program.

Dari sore hingga malam kita disambut serta dihibur oleh mereka, kelompok anak-anak pengamen jalanan menunjukan kebolehan dengan bernyanyi, sementara kelompok penyemir sepatu memperlihatkan kepada kita kalau mereka bukan penyemir yang asal-asalan tapi profesional.

2.5.2 Rumah Singgah Pamade, Jakarta Selatan

Rumah Singgah Anak Jalanan PAMADE beralamat di Jl. Salihara 42, Pasar Minggu – Jakarta Selatan. Sebagian besar dari mereka bekerja pada waktu malam dengan alasan karena menghindari kejaran trantib dan teriknya matahari.

(38)

. Di rumah singgah ini memang tidak didaptkan pendidikan formal, tetapi di rumah singgah ini mereka diajarkan untuk mengasah kreativitas. Setiap komunitas yang datang berkunjung akan dihibur oleh berbagai atraksi-atraksi yang menunjukkan kebolehan-kebolehan mereka seperti penampilan karya musik.

Selain itu, di rumah singgah ini mereka juga diajarkan untuk membuat ketermpilan kerajinan tangan. Kemudian, mereka menjualnya. Hal ini dikembangkan bukan dalam arti untuk mengeksploitasi anak jalanan, tetapi untuk mengajarkan mereka untuk mandiri dan mampu menghidupi diri dengan cara yang lebih positif.

Gambar 2.14 Rumah Singgah Pamade Jakarta Sumber : Internet

(39)

2.5.3 Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak, Departemen Sosial

Republik Indonesia

Pusat Pengembangan ini berada di Bambu Apus Cipayung Jakarta Timur IV. Pusat pengembangan ini berada di bawah pegelolaan Departemen Sosial Republik Indonesia. Pusat Pengembangan ini menampung anak-anak yang kurang beruntung, seperti anak jalanan. Disini anak-anak jalanan mendapatkan pelatihan dan pengembangan skill yang diharapkan nantinya bisa menjadi bekal hidup mereka.

Pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan di kawasan Cipayung, Jakarta Timur bisa menampung 100 orang anak jalanan.

Pada Pusat Pengembangan ini anak-anak jalanan dididik pengetahuan umum dan juga pengetahuan dasar, juga dilatih kegiatan-kegiatan seperti:

 Menjahit

 Menata rambut (salon)  Belajar computer

 Belajar bahasa yang baik dan benar  Menggambar

 Bengkel las

Selain itu, pada Pusat Pengembangan terdapat fasilitas-fasilitas, seperti :  Sarana dan prasarana panti

 Perpustakaan  Ruang konsultasi

(40)

 Poliklinik

 Ruang menonton

 Ruang data dan informasi  Bengkel / workshop kterampilan

Semanya itu dilakukan untuk mempersiapkan mereka agar jika sudah keluar dari panti dapat mandiri dengan dibekali keterampilan. 'Mereka tinggal di panti selama enam bulan dan setelah mahir diberikan modal berkisar antara Rp 150.000 hingga Rp 1,5 juta untuk modal usaha dan pengembaliannya dengan mencicil.

Gambar

Tabel 2.3 Tingkat kekerasan pada anak jalanan
Tabel 2.4  Wilayah Pengembangan Pembangunan
Tabel  2.5 Kriteria Pemilihan Lokasi
Gambar 2.1 Lokasi Alternatif 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

sesuai dengan pekerjaan tersebut, kalaupun calon penyedia yang kualifikasinya memenuhi syarat tetapi tidak mempunyai tenaga ahli dapat melakukan kemitraan dengan tailor

Dalam program diklat pesantren Lemka, pelatihan dan latihan merupakan kegiatan garda depan dalam membentuk kepribadian santri sesuai dengan tujuan adiluhung diklat yang

Mccord (2003) views Institutional repositories as “a visible manifestation of the emerging importance of knowledge management within Higher Education.” Branin, (2005)

Dalam melakukan serangan sangat dibutuhkan keseimbangan yang baik untuk tetap menjaga posisi tubuh agar tetap pada posisi serangan yang sesungguhnya, sehingga arah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan terpaan film “KING” dengan motif berprestasi dari para atlet bulutangkis junior PB.Suryanaga Surabaya..

Hal ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas empat SD IT Luqman Al Hakim Kudus dalam tahun

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu pertama bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku usaha fotokopi terkait pelanggaran tindak pidana hak cipta dan yang kedua

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis mendapatkan kesempatan untuk menyusun dan menyelesaikan