ANALISIS USAHA PENGOLAHAN MINYAK GORENG
BAHAN MENTAH KELAPA
(STUDI KASUS: KOTA TANJUNG BALAI)
SKRIPSI
Oleh:
AHMAD FADLI
060309033
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS USAHA PENGOLAHAN MINYAK GORENG
BAHAN MENTAH KELAPA
(STUDI KASUS: KOTA TANJUNG BALAI)
SKRIPSI Oleh: AHMAD FADLI
060309033
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara - Medan
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. A.T. Hutajulu, MS) (Ir. M. Jufri, MSi.)
NIP: 194606181980032001 NIP: 196011101988031003
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
AHMAD FADLI (060309033), dengan judul skripsi “Analisis Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa Di Tanjung Balai”. Penelitian ini
dibimbing oleh Ir. A. T. Hutajulu, MS dan Ir. M. Jufri, Msi.
Tanaman kelapa yang juga disebut pohon kehidupan, merupakan tanaman serba guna, karena disetiap bagian tanaman dapat diambil hasilnya untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidup manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cara pengolahan, komponen biaya produksi terbesar, nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan dan kelayakan usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Maret 2011 di Kota Tanjung Balai, yang ditentukan secara Purposive. Penentuan sampel dilakukan dengan Metode Sensus, seluruh subjek dijadikan sampel.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sistem pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa sudah modern. Komponen biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak goreng yang terbesar adalah biaya bahan baku sebesar 93,9%. Rata-rata nilai tambah usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian dalam satu bulan adalah Rp. 936.500.000. Usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa layak diusahakan. Masalah yang dihadapi adalah masalah bahan baku, masalah bahan penunjang (bentonit), dan masalah bahan bakar. Upaya-upaya yang dilakukan adalah mendatangkan bahan baku dari luar daerah dan mencari alternatif lain yang menguntungkan dan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
AHMAD FADLI, lahir pada tanggal 06 Maret 1989 di Asahan Mati, Tanjung
Balai, Asahan, Sumatera Utara, merupakan anak pertama dari 4 (empat) bersaudara dari pasangan Bapak Muhammad Adnan Marpaung dan Ibu Helmiatul Husna Sirait.
Jenjang pendidikan yang ditempuh:
1. Memasuki Seolah Dasar (SD) di SD Negeri No.013887 Tanjung Balai pada tahun 1994 dan lulus pada tahun 2000.
2. Memasuki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP Negeri 3
Tanjung Balai pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2003.
3. Memasuki Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) di SPP/SPMA Negeri
Asahan pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006.
4. Pada tahun 2006 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
melalui jalur Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
5. Pada Tahun 2010, melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lingga Raja, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi.
6. Pada Tahun 2011, melakukan penelitian skripsi di Kotamadya Tanjung Balai, dengan judul “Analisis Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang di berikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Analisis Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah
Kelapa di Kota Tanjung Balai”.
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang mana selalu memberi motivasi dan mendukung penulis. Dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Ir.A.T. Hutajulu, MS dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi selaku ketua dan anggota pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan perhatian kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Khusus untuk saudara
Sahrial penulis mengucapkan banyak terima kasih buat dukungan dan bantuannya baik materi maupun moril, karena beliau telah membantu penulis untuk dapat masuk
kedalam kilang pengolahan minyak goreng dari bahan mentah kelapa.
Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian,
Departemen Agribisnis, teman2 (Rico, Qalik, Amed, Edo, Dedi, Ulfan, Risa), serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu per satu disini, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Mei 2011
DAFTAR ISI
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19
Metode Pengambilan Sampel ... 19
Metode Pengumpulan Data ... 20
Metode Analisis Data ... 21
Defenisi dan Batasan Operasional ... 24
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHA SAMPEL Deskrifsi Kelurahan Sei Merbau, Kotamadya Tanjung Balai ... 27
Luas dan Kondisi Geografis ... 27
Keadaan Penduduk ... 28 Karakteristik Pengusaha Sampel ... 31
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tata Laksana Pengolahan Minyak dari Bahan Mentah Kelapa ... 33 Biaya Produksi dalam Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah
Kelapa ... 41 Nilai Tambah Usaha Pengolahan Minyak dari Bahan Mentah
Kelapa ... 53 Kelayakan Usaha ... 55 Masalah yang Dihadapi dalam Usaha Pengolahan Minyak
Bahan Mentah Kelapa ... 56 Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah yang Dihadapi
Dalam Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa ... 58
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 60 Saran ... 61
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Tanaman
Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten Tahun 2010
………... 3
2. Perusahaan Industri di Kota Tanjung Balai, 2010 ..……….. 20
3. Spesifikasi Pengumpulan Data ………. 21
4. Distribusi Penggunaan Tanah di Kelurahan Sei Merbau, 2010 ..….. 28 5. Distribusi Penduduk Menurut Angkatan Kerja di Kelurahan Sei
Merbau, 2010…... 29
6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sei
Merbau, 2010 ……….………... 29
7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Sei
Merbau, 2010 ………….………... 30
8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Sei
Merbau, 2010 ……….………... 31
9. Karakteristik Pengusaha Sampel di Kelurahan Sei Merbau, 2011.... 32 10. Jumlah Frekuensi Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah
Kelapa dalam Satu Bulan Oleh Industri Pengolah Didaerah
penelitian ……….……….………. 41
11. Rataan Jumlah Bahan Baku Usaha Pengolahan Minyak Bahan
Mentah Kelapa dalam Satu Bulan ………….……… 42
12. Rataan Biaya Bahan Baku Usaha Pengolahan Minyak Bahan
Mentah Kelapa dalam Satu Bulan ……….……… 43
13. Rataan Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Minyak Bahan
Mentah Kelapa dalam Satu Bulan ………….……… 44
14. Rataan Biya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Minyak Bahan
15. Rataan Biaya Penyusutan Usaha Pengolahan Minyak Bahan
Mentah Kelapa dalam Satu Bulan …...……….………. 47
16. Rataan Biaya Listrik Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah
Kelapa dalam Satu Bulan ……….………. 48
17. Rataan Biaya Pajak Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah
Kelapa dalam Satu Bulan ………..……… 49
18. Rataan Jumlah Biaya Produksi Usaha Pengolahan Minyak Bahan
Mentah Kelapa dalam Satu Bulan …….……… 49
19. Persentase Komponen Biaya Usaha Pengolahan Minyak Bahan
Mentah Kelapa dalam Satu Bulan ……….……… 50
20 Rendemen Minyak Olahan dari Bahan Mentah Kelapa……… 51 21. Total Penerimaan/Pengusaha Usaha Pengolahan Minyak Bahan
Mentah Kelapa dalam Satu Bulan ……….……… 52
22. Pendapatan Bersih Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah
Kelapa dalam Satu Bulan ……….………. 53
23. Rataan Nilai Tambah Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah
Kelapa dalam Satu Bulan ……….………. 54
24. Rata-rata R/C Ratio Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah
Kelapa dalam Satu Bulan ………..……… 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran ... 17
2. Penimbangan dan Alat Timbang yang Digunakan ... 33
3. Bahan Bakar (Kayu Api) dan Termoped (Mesin Uap) ... 34
4. Penampungan Daging Buah Kelapa ... 35
5. Alat Pengkukur Daging Buah Kelapa ... 35
6. Alat Pengaduk Daging Kelapa Halus ... 36
7. Tangki Pemasak Minyak ... 37
8. Alat Pemisah Ampas / Blondo ... 37
9. Mesin Press (1) ... 38
10. Mesin Press (2) ... 38
11. Tangki Penyimpanan Minyak dan Pengepakan ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Karakteristik Sampel Pengusaha Pengolahan Minyak Goreng
Bahan Mentah Kelapa ………... 65
2. Frekuensi Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah
Kelapa / Pengusaha Selama Satu Bulan ……… 66
3. Bahan Baku Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah
Kelapa / Pengusaha Selama Satu Bulan ………..……….. 67 4. Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah
Kelapa / Pengusaha Selama Satu Bulan ………..……….. 68 5. Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan
Mentah Kelapa / Pengusaha Dalam Satu Bulan ………... 70 6. Biaya Listrik Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah
Kelapa Dalam Satu Bulan ……….……… 71
7. Alat-alat yang Digunakan Dalam Usaha pengolahan Minyak
Goreng Bahan Mentah Kelapa / Pengusaha ……….. 72
8. PPH dan PBB Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah
Kelapa / Pengusaha Dalam Satu Bulan ………..…………... 74 9. Biaya Produksi Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah
Kelapa Dalam Satu Bulan ……… 75
10. Produksi Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa /
Pengusaha Dalam Satu Bulan ……..………. 76
11. Pendapatan Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah
Kelapa / Pengusaha dari Hasil Blondo Dalam Satu Bulan...….. 77
12. Total Penerimaan / Pengusaha Usaha Pengolahan Minyak Goreng
Bahan Mentah Kelapa Selama Satu Bulan …………...……… 78
13. Nilai Tambah Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah
14. Penerimaan, Biaya Produksi, Pendapatan Bersih dan R/C Ratio Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa Dalam
Satu Bulan ………. 80
15. BEP Produksi dan BEP Harga Usaha Pengolahan Minyak Goreng
Bahan Mentah Kelapa ………... 81
ABSTRAK
AHMAD FADLI (060309033), dengan judul skripsi “Analisis Usaha Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa Di Tanjung Balai”. Penelitian ini
dibimbing oleh Ir. A. T. Hutajulu, MS dan Ir. M. Jufri, Msi.
Tanaman kelapa yang juga disebut pohon kehidupan, merupakan tanaman serba guna, karena disetiap bagian tanaman dapat diambil hasilnya untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidup manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cara pengolahan, komponen biaya produksi terbesar, nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan dan kelayakan usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – Maret 2011 di Kota Tanjung Balai, yang ditentukan secara Purposive. Penentuan sampel dilakukan dengan Metode Sensus, seluruh subjek dijadikan sampel.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sistem pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa sudah modern. Komponen biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak goreng yang terbesar adalah biaya bahan baku sebesar 93,9%. Rata-rata nilai tambah usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian dalam satu bulan adalah Rp. 936.500.000. Usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa layak diusahakan. Masalah yang dihadapi adalah masalah bahan baku, masalah bahan penunjang (bentonit), dan masalah bahan bakar. Upaya-upaya yang dilakukan adalah mendatangkan bahan baku dari luar daerah dan mencari alternatif lain yang menguntungkan dan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa yang juga disebut pohon kehidupan, merupakan tanaman serba guna, karena disetiap bagian tanaman dapat diambil hasilnya untuk memenuhi sebagian
kebutuhan hidup manusia. Kelapa merupakan tanaman tropis yang penting bagi negara-negara Asia dan Pasifik. Kelapa selain dapat memberikan devisa bagi negara juga merupakan mata pencarian jutaan petani, yang mampu memberikan
penghidupan puluhan juta keluarganya. Dan menurut FAO (Food and Agriculture Organization) pada tahun 1976, negara-negara di Asia dan Pasifik menghasilkan 82%
dari produksi kelapa dunia, sedangkan sisanya dihasilkan oleh negara Afrika dan Amerika Selatan. (Suhardiyono, 1988)
Perkebunan kelapa di Indonesia, didominasi oleh perkebunan kelapa rakyat, yaitu sekitar 97% atau lebih. Pembangunan perkelapaan selama ini tergambar dalam peningkatan luas areal yang cukup pesat, sehingga sudah mencapai 3.400.000 hektar
saat ini. Dari segi areal kelapa ini Indonesia sudah menduduki tempat nomor satu di dunia. Namun dari segi produksi masih dibawah Philipina, yang menduduki tempat
pertama. Hal ini disebabkan oleh karena produktivitas per hektar masih rendah, yaitu rata-rata 900 kg setara kopra per tahun. Hampir tidak ada peningkatan dalam hal produktivitas ini, yang karena kurang lancarnya program peremajaan dan rehabilitasi
Salah satu upaya yang ditempuh untuk pembangunan perkebunan adalah mendorong petani melakukan upaya diversifikasi produk. Upaya ini dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. Kelapa salah satu produk
perkebunan yang diupayakan oleh pemerintah untuk meningkatkan pendapatan petani dan menambah devisa negara. Selama ini pengolahan kelapa ditingkat petani hanya
terfokus pada kopra. Dengan upaya diversifikasi maka dari produk kelapa ini akan tercipta aneka produk olahan lain yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. (Rindengan dan Novarianto, 2004)
Kelapa termasuk tumbuhan berkeping satu (monocotyledonae), berakar serabut, dan
termasuk golongan palem (palmae). Kelapa (Cocos nucifera L) di Jawa Timur dan Jawa Tengah dikenal dengan sebutan kelopo atau krambil. Di Belanda masyarakat mengenalnya sebagai kokosnoot atau klapper, sedangkan orang Inggris menyebutnya
coconut. Orang Jerman meyebutnya cocosnoot, sedangkan bangsa Prancis
menyebutnya cocotier. Adanya berbagai macam nama kelapa tersebut menandakan bahwa tanaman kelapa cukup dikenal di dunia. Hampir semua daerah beriklim tropis
yang memenuhi syarat tumbuhnya kelapa terdapat tanaman kelapa. Kepupuleran buah kelapa sudah tidak asing lagi, karna semua bagian dari pohon kelapa dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan dan kehidupan. Karena itulah kelapa disebut dengan pohon kehidupan. (Warisno, 1998)
merupakan peluang usaha. Mencermati sosial ekonomi kelapa ini, banyak masalah yang dihadapi, baik teknis maupun nonteknis. Masalah nonteknis yang dinilai belum mendukung pengembangan usaha tersebut meliputi kelembagaan, sarana produksi,
dan permodalan. Kelembagaan tata niaga, misalnya, sering belum berkembang melalui koperasi di pedesaan. Keberadaan KUD (Koperasi Unit Desa) saat ini belum
tuntas menjawab semua permasalahan pascapanen, termasuk pengolahan dan pemasaran. Di lain pihak, petani masih sebagai penanggung resiko yang besar bila terjadi penurunan harga pada produk akhir. (Sukamto, 2001)
Menurut BPS Sumatera Utara hampir semua daerah di propinsi Sumatera Utara
menghasilkan kelapa, seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten Tahun 2010
Kabupaten Luas Tanaman (Ha) Produksi (Ton)
Dari tabel 1 dapat dikemukakan bahwa kabupaten Asahan, Nias dan Nias Selatan merupakan daerah sentra produksi kelapa terbesar di Propinsi Sumatera Utara. Di kabupaten Asahan, kelapa lebih banyak diolah menjadi minyak goreng dan letak
pengolahan berada di Kota Tanjung Balai.
Pemilihan lokasi penelitian pada Kota Tanjung Balai, dilakukan secara purposive yakni dengan sengaja. Karena di daerah ini terdapat 4 unit kilang minyak yang telah lama beroperasi yaitu sekitar kurang lebih 25 tahun. Namun bagaimana sistem
pengolahan minyak goreng dari bahan mentah kelapa, belum banyak penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian, lokasi penelitian adanya di kota
Tanjung Balai.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah
penelitian.
2. Berapa besar biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan
mentah kelapa didaerah penelitian.
3. Bagaimana nilai tambah usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.
5. Apa masalah yang dihadapi dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.
6. Bagaimana upaya mencegah masalah yang dihadapi dalam usaha pengolahan
minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.
Tinjauan Penelitian
Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sistem pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa
didaerah penelitian.
2. Untuk mengetahui besar biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak
goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.
3. Untuk mengetahui nilai tambah usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.
4. Untuk mengetahui usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa layak diusahakan didaerah penelitian.
5. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam usaha pengolahan minyak
goreng bahan mentah kelapa didaerah penelitian.
6. Untuk mengetahui upaya mencegah masalah yang dihadapi dalam usaha
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha minyak goreng bahan mentah kelapa untuk memperbaiki kelemahannya sehingga dapat mengembangkan usahanya.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Agronomi Tanaman Kelapa
Sistematika tanaman kelapa:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Cocos nucifera. L
Batang tinggi besar, dasar membentuk bol. Tinggi batang 15-18 m, mahkota terdiri dari 25-40 daun, terbuka penuh panjang daun 5-7 m. Pembungaan lambat 7-8 thn,
fase pembuahan 12 bln. Jumlah buah 6-12 buah/tandan. Umur bisa mencapi 90 tahun. (Anonimus, 2010)
Pohon kelapa termasuk keluarga Palmae adalah tanaman tropis yang penyebarannya di pantai (habitat asli). Namun dalam pengembangan budidaya akhirnya manusia
terlebih hara tanah). Hal ini nantinya sangat berpengaruh terhadap kandungan minyak dan senyawa kimia lain yang mendukungnya. (Suhardiman,1999)
Kandungan lemak (minyak) dalam kopra umumnya berkisar 60-65%. Sedangkan daging buah segar (putih lembaga), kandungan minyaknya sekitar 43%. Minyak
kelapa terdiri dari glycerida, yaitu persenyawaan antara glycerin dengan asam lemak (asam lemak rendah). Kandungan asam lemak dari minyak kelapa adalah: asam lemak jenuh diperkirakan 91% (terdiri Caproic, Caprycil, Capric, Lauric, Myristic,
Palmitic, Stearic, Arachidic) dan asam lemak tidak jenuh sekitar 9% (oleic dan linoleic). Dengan adanya asam lemak jenuh yang cukup tinggi, maka minyak kelapa
sedikit banyak dapat mempengaruhi kadar Cholesterol dalam darah manusia. Sifat asam yang tidak jenuh akan mengakibatkan bau tengik bila terlalu lama disimpan, karena teroksidasi oleh udara. (Suhirman, 2004)
Tinjauan Produk Olahan
Minyak kelapa biasa yang diproses secara tradisional umumnya sudah mengalami
fermentasi selama lebih dari 12 jam. Oleh karena selama fermentasi tidak terkontrol maka minyak yang dihasilkan pun mengandung asam lemak bebas. Bahkan, kadar
airnya tinggi. Akibatnya, secara organoleptik minyak yang dihasilkan tidak berbau harum dan cepat tengik. Di samping itu, warna minyak tersebut tidak bening, umumnya berwarna kuning kecoklatan. Daya simpan minyak pun kurang dari dua
Rendemen kelapa adalah kadar kandungan minyak dalam buah kelapa yang dinyatakan dalam persen. Bila dikatakan rendemen 10%, artinya ialah bahwa dari 100 kg daging buah kelapa akan diperoleh minyak sebanyak 10 kg. (Sukamto, 2001)
Proses enzimatis adalah salah satu alternatif dalam pembuatan minyak kelapa, karena
mudah didapatkan, efisien dalam penggunaannya dan murah harganya. Pembuatan minyak kelapa dimulai dari pembuatan santan, kemudian santan dicampur dengan sari buah pepaya muda, ragi tempe dan asam cuka sesuai dengan variabel yang telah
ditentukan. Apabila waktu fermentasi yang telah ditentukan dicapai maka minyak diambil dengan menggunakan sentrifuge dan dilakukan analisa minyak. Pembuatan
minyak kelapa dengan variabel 3 hari, pH fermentasi 4 dan perbandingan volume santan dengan sari buah pepaya 10:75 menghasilkan jumlah rendemen minyak yang lebih banyak dibandingkan dengan variabel yang lain yaitu 12,29%. (Sukamto, 2001)
Minyak kelapa merupakan minyak yang dihasilkan dari daging buah kelapa. Secara umum pembuatan minyak kelapa terbagi menjadi 3 macam yaitu:
1. Cara Kering.
a. Daging kelapa dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk kasar.
b. Serbuk dipanaskan, kemudian dipres sehingga mengeluarkan minyak. Ampas yang dihasilkan masih mengandung minyak. Ampas digiling sampai halus, kemudian dipanaskan dan dipres untuk mengeluarkan minyaknya.
- Penambahan bahan penyerap (absorben) warna, biasanya menggunakan arang aktif dan atau bentonit agar dihasilkan minyak yang jernih dan bening.
- Pengaliran uap air panas ke dalam minyak untuk menguapkan dan menghilangkan senyawa-senyawa yang menyebabkan bau yang tidak
dikehendaki.
e. Minyak yang telah bersih, jernih, dan tidak berbau dikemas di dalam kotak kaleng, botol plastik atau botol kaca.
2. Cara Basah
Cara basah yang terbagi atas beberapa metode diantaranya adalah pemancingan
(merangsang proses pemisahan antara skim dan krim), pengasaman, mekanik, enzimatik dan penggaraman.
Pembuatan minyak dengan cara basah dapat dilakukan melalui pembuatan santan
terlebih dahulu atau dapat juga di pres dari daging kelapa setelah digoreng. Santan kelapa merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut dengan menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi pemisahan bagian
yang kaya dengan minyak dengan bagian yang miskin dengan minyak. Bagian yang kaya dengan minyak disebut sebagai krim, dan bagian yang miskin dengan
minyak disebut dengan skim. Krim lebih ringan dibanding skim, karena itu krim berada pada bagian atas, dan skim pada bagian bawah. Kemudian krim akan dimasak kembali untuk menghasilkan minyaknya dan skim dilarutkan kembali
3. Cara Ekstraksi Pelarut
Cara ini menggunakan cairan pelarut (selanjutnya disebut pelarut saja) yang dapat melarutkan minyak. Pelarut yang digunakan bertitik didih rendah, mudah
menguap, tidak berinteraksi secara kimia dengan minyak dan residunya tidak beracun. Walaupun cara ini cukup sederhana, tapi jarang digunakan karena
biayanya relatif mahal. Uraian ringkas cara ekstraksi pelarut ini adalah sebagai berikut:
a. Kopra dicacah, kemudian dihaluskan menjadi serbuk.
b. Serbuk kopra ditempatkan pada ruang ekstraksi, sedangkan pelarut pada ruang penguapan. Kemudian pelarut dipanaskan sampai menguap. Uap pelarut akan
naik ke ruang kondensasi. Kondensat (uap pelarut yang mencair) akan mengalir ke ruang ekstraksi dan melarutkan lemak serbuk kopra. Jika ruang ekstraksi telah penuh dengan pelarut, pelarut yang mengandung minyak akan
mengalir (jatuh) dengan sendirinya menuju ruang penguapan semula.
c. Di ruang penguapan, pelarut yang mengandung minyak akan menguap, sedangkan minyak tetap berada di ruang penguapan. Proses ini berlangsung
terus menerus sampai 3 jam.
d. Pelarut yang mengandung minyak diuapkan. Uap yang terkondensasi pada
kondensat tidak dikembalikan lagi ke ruang penguapan, tapi dialirkan ke tempat penampungan pelarut. Pelarut ini dapat digunakan lagi untuk ekstraksi. penguapan ini dilakukan sampai diperkirakan tidak ada lagi residu pelarut
e. Selanjutnya, minyak dapat diberi perlakuan netralisasi, pemutihan dan penghilangan bau.
(Rindengan dan Novarianto, 2004)
Didaerah penelitian cara yang digunakan dalam usaha pengolahan minyak goreng
bahan mentah kelapa adalah dengan menggunakan metode kering untuk menghasilkn minyak goreng dari kelapa.
Landasan Teori
Ketersediaan Bahan Baku
Suatu Industri pengolahan hasil pertanian sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku. Volume bahan baku harus selalu tersedia dengan cukup supaya proses pengolahan dapat dilaksanakan secara rutin. Bahan baku usaha pengolahan minyak
goreng ini adalah daging buah kelapa. Daging buah kelapa ini berasal dari perkebunan rakyat yang ada disekitar tempat pengolahan (kilang kelapa), dan sebagian dari desa-desa diluar kota Tanjung Balai. Kelapa yang dibutuhkan yaitu
kelapa yang sudah terlepas dari kulit dan tempurungnya, dan dalam keadaan segar bukan kopra. Biasanya kelapa setelah dipanen langsung dikupas dan dalam keadaan
Sifat Usaha
Bersifat usaha industri (kilang pengolahan), dan penggunaan alat menggunakan tenaga mesin. Terutama pada jumlah kelapa yang akan diolah cukup banyak. (Dinas
Pertanian dan Peternakan Kota Tanjung Balai, 2011)
Tenaga Kerja
Dalam pengolahan minyak kelapa ini, dilakukan oleh karyawan yang sudah cukup berpengalaman. Setidaknya sudah lama bekerja dikilang pengolahan tersebut, karena
dalam pengolahan hampir semuanya dikerjakan oleh tenaga mesin dan membutukan keahlian dalam menggerakkannya. Tapi, dalam pengolahan minyak goreng tersebut
tidak banyak menggunakan tenaga manusia. Sehingga jumlah karyawan yang dipekerjakan sangat sedikit, namun harus berpengalaman. Dalam hal ini kilang pengolahan masih terbatas menyediakan lapangan pekerjaan yang mengakibatkan
banyaknya pengangguran. (Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tanjung Balai, 2011)
Permintaan
Hasil dari pengolahan minyak kelapa ini banyak diminati oleh masyarakat yang ada
di sekitar kota Tanjung Balai maupun diluar kota Tanjung Balai, menurut pengamatan Dinas Pertanian, banyak para kaum ibu yang mengatakan minyak kelapa ini lebih harum dan enak dibandingkan dari minyak sawit, walaupun harganya terus
Harga
Harga adalah salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga merupakan salah
satu penyebab laku tidaknya produk dan jasa yang ditawarkan. Menurut data Dinas Pertanian dan Peternakan kota Tanjung Balai secara finansial usaha pengolahan
minyak kelapa cukup menguntungkan.
Teknologi
Teknik pengolahan minyak kelapa ini sudah menggunakan teknologi modren, karena hampir semua kegiatan pengolahan menggunakan tenaga mesin.
Nilai Tambah
Digunakan untuk mengetahui berapa besar nilai manfaat yang diperoleh dari proses
pengolahan minyak kelapa. Nilai tambah merupakan selisih nilai penjualan produk dikurangi harga bahan baku dan pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat eksternal. (Anonimus, 2002)
Suatu produk akan memiliki nilai tambah setelah diolah menjadi produk lain. Produk
olahan dihasilkan dari suatu proses produksi, yaitu pengolahan bahan baku sebagai bahan utama dan bahan penunjang lainnya yang membantu proses produksi sehingga akan dihasilkan suatu produk olahan yang akan menentukan nilai tambah produk
Kelayakan Usaha
Dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persetujuan atau penolakan maupun pengurutan suatu proyek/usaha, telah dikembangkan berbagai
macam cara yang dinamakan Investment Criteria/ kriteria kelayakan, seperti:
Penerimaan R/C Ratio =
Total biaya produksi
Dimana usaha dikatakan layak apabila R/C Ratio lebih besar dari 1. (Soekartawi, 1995)
Untuk menghitung kelayakan usaha dapat juga dihitung dengan perhitungan BEP
(Break Even Point) yakni:
Total Biaya (Rp/Kg)
Pengolahan minyak kelapa disemua unit kilang menggunakan tenaga mesin yang digerakkan oleh para karyawan (tenaga kerja laki-laki) yang sudah berpengalaman, karena resiko kecelakaan lebih besar dan membutuhkan konsentrasi. Hasil olahan
banyak di pasarkan ke grosir-grosir dan warung-warung terdekat. Bahan baku yang di pakai adalah daging buah kelapa dari perkebunan milik rakyat.
Sebagaimana diketahui bahwa pengolahan kelapa ini dilakukan untuk menghasilkan minyak yang terkandung di dalam buah kelapa, agar dapat dimanfaatkan sesuai
dengan kebutuhan para konsumen. Seperti: minyak kelapa, kopra (agar dapat disimpan lebih lama), minyak rambut, mentega (untuk pembuatan kue), sabun, pelumas, dll. Minyak kelapa ini banyak diminati oleh para kaum ibu khususnya di
daerah Kota Tanjung Balai dan sekitarnya, karena minyak kelapa ini lebih harum dan rasanya lebih enak dibandingkan minyak kelapa sawit. Nilai tambah dipengaruhi oleh
bahan baku dan bahan penunjang. Apabila bahan baku tinggi dan bahan penunjang rendah maka semakin besar nilai tambahnya.
Penerimaan dipengaruhi oleh harga jual. Semakin tinggi harga jual maka semakin tinggi pula penerimaannya. Termasuk juga didalamnya pendapatan bersih dari hasil penjualan minyak tersebut. Pendapatan bersih itu dipengaruhi oleh besarnya
penerimaan (revenue) terhadap biaya produksi (cost). Atau sering disebut dengan rumus R/C Ratio. Dari pendapatan bersih ini maka dapat dilihat apakah usaha itu
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan: : Menyatakan hubungan
Usaha Pengolahan Minyak
Penerimaan
Masalah
Pendapatan Bersih
Produksi Upaya
Nilai Tambah
Tidak Layak Layak
Harga Jual
Biaya Produksi: - Bahan Baku - Biaya Pengolahan - Tenaga Kerja - Biaya Penyusutan - Listrik
Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan landasan teori yang telah diuraikan, maka disajikan beberapa hipotesis berikut ini yaitu:
1. Persentase biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa, lebih besar untuk biaya bahan baku.
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian yang dipilih untuk usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah Kelurahan Sei Merbau, Kotamadya Tanjun Balai. Daerah penelitian dipilih
secara purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan satu-satunya daerah penghasil minyak goreng bahan mentah kelapa yang ada di Kotamadya Tanjung Balai.
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan Metode Sensus. Menurut Supranto (2003), Metode Sensus adalah pencatatan yang menyeluruh terhadap elemen-elemen yang menjadi objek penyelidikan. Ini dilakukan terhadap populasi dengan jumlah
sedikit. Ini juga sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Arikuntoro (1998) yakni: ” jika subjek penelitian sedikit, maka seluruh subjek dijadikan sampel dan penelitian menjadi penelitian populasi. Dan jika subjeknya besar, sampel dapat diambil 10-15%
atau lebih “.
Tabel 2. Perusahaan Industri di Kota Tanjung Balai, 2010
No Nama/Alamat Perusahaan Tahun Berdiri TK Jenis Produksi
1
Tugas Harapan. CV Jl. Teluk Nibung
1975 27 Minyak Kelapa
2
Sumatera Baru Kilang Minyak Jl. Teluk Nibung
1962 34 Minyak Kelapa
3
Berdikari Kilang Minyak Jl. Teluk Nibung KM.3,5
1971 27 Minyak Kelapa
4
Pelita Kilang Minyak Jl. Teluk Nibung
1975 22 Minyak Kelapa
Sumber: Pengusaha Minyak Goreng di Kota Tanjung Balai, 2011
Dari tabel 2 diatas terlihat ada 4 jumlah kilang minyak yang masih produktif di Kota
Tanjung Balai pada tahun 2011. Dengan total 4 unit usaha yang semuanya dijadikan sebagai sampel.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dibuat terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari
instansi atau lembaga terkait seperti dengan penelitian ini, hasil studi pustaka, baik berupa buku, jurnal ataupun data statistik yang terkait dengan penelitian yang
Tabel 3. Spesifikasi Pengumpulan Data
Setelah data diperoleh dan dikumpulkan selengkapnya, kemudian ditabulasi untuk selanjutnya di analisis. Untuk masalah 1, dianalisis secara deskriftif dengan
mengumpulkan informasi tentang tatalaksana pengolahan minyak goreng mulai dari penyediaan bahan baku sampai dengan menjadi produk olahan (minyak goreng) siap
Untuk hipotesis 1 dan masalah 2, dianalisis dengan menggunakan formula sebagai berikut ini:
TC = FC + VC
Keterangan:
TC : Total cost/ total biaya (Rp) FC : Fix Cost/ biaya tetap (Rp)
VC : Variable cost/ biaya tidak tetap (Rp).
Dimana biaya tetap itu adalah besarnya biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besar-kecilnya volume produksi. Misalnya iuran dalam memasarkan produksi minyak kelapa. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besar-kecilnya
volume produksi. Misalnya: biaya tidak tetap, biaya produksi (biaya bahan baku), biaya pengangkutan, biaya pemasaran, dan biaya tenaga kerja. (Soekartawi, 1995)
Yakni dengan rumus :
Biaya Menurut Komponen
% Biaya (komponen) = x 100 %
Untuk hipotesis 2 dan masalah 3, yaitu untuk melihat besarnya nilai tambah dalam usaha pengolahan minyak kelapa, yang dianalisis dengan menggunakan perhitungan nilai tambah (NT).
NT = NP – (NBB + NBP)
Keterangan:
NT = Nilai Tambah (Rp/kg) NBB = Nilai Bahan Baku (Rp/kg)
NBP = Nilai Bahan Penunjang yang digunakan dalam proses produksi (Rp/kg) NP = Nilai Produk hasil olahan (Rp/kg).
Untuk hipotesis 3 dan masalah 4, yaitu untuk melihat kelayakan usaha pengolahan minyak kelapa, dianalisis dengan menggunakan perhitungan R/C (Return Cost Ratio).
R/C (Return Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara
penerimaan dan biaya.
Penerimaan R/C ratio =
Dengan kriteria:
R/C = 1 → usaha tidak rugi dan tidak untung R/C < 1 → usaha tidak layak
R/C > 1 → usaha layak (Soekartawi, 1995)
Untuk menghitung kelayakan usaha dapat juga dihitung dengan perhitungan BEP (Break Even Point) yakni:
Total Biaya (Rp/Kg)
BEP Produksi (Kg) =
Harga Jual (Rp)
Total Biaya (Rp/Kg) BEP Harga (Rp) =
Total Produksi (Kg)
(Soekartawi, 1995)
Untuk masalah 5 dan 6, dianalisis secara deskriftif dengan mengumpulkan informasi masalah yang dihadapi oleh pengolah dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi
masalah.
Definisi dan Batasan Operasional
Definisi
a. Usaha pengolahan minyak dari bahan mentah kelapa adalah usaha yang mengolah daging buah kelapa segar menjadi minyak goreng dengan
menggunakan tenaga mesin sehingga menghasilkan olahan yang dinamakan minyak kelapa.
b. Minyak kelapa adalah salah satu hasil olahan dari buah kelapa dengan cara pengepresan dan menghasilkan santan yang nantinya akan diolah menjadi minyak.
c. Pengolah minyak kelapa adalah pemilik usaha pengolahan minyak kelapa. d. Bahan baku adalah segala sesuatu atau bahan-bahan dasar yang dipakai untuk
memulai suatu produksi yang akan menghasilkan suatu produk yang baru. Bahan baku dalam penelitian ini adalah daging buah kelapa segar.
e. Analisis pengolahan adalah cara atau kegiatan yang dilakukan dengan
mengamati suatu usaha yang kemudian dapat dinilai apakah usaha tersebut layak dikembangkan atau tidak
f. Pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya
dinyatakan dalam Rp/Bulan.
g. Penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan harga produksi dinyaakan
dalam Rp/Bulan.
h. Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen).
meliputi: biaya bahan baku, biaya bahan penunjang, biaya tenaga kerja, listrik dan pajak PPH.
j. Rendemen kelapa adalah kadar kandungan minyak dalam buah kelapa yang
dinyatakan dalam persen.
k. Organoleptik adalah suatu proses yang dilakukan dengan menggunakan
pengindraan.
l. Sentrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan larutan (minyak dengan air).
Batasan Operasional
a. Sampel penelitian adalah pengolahan minyak bahan mentah kelapa dalam skala industi sedang di kota Tanjung Balai.
b. Waktu penelitian adalah tahun 2011.
c. Untuk penelitian ini, dibahas mulai dari penyediaan bahan baku sampai dengan menghasilkan minyak.
d. Teknologi yang digunakan yaitu sudah menggunakan teknologi modern
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHA SAMPEL
Deskripsi Kelurahan Sei Merbau, Kotamadya Tanjung Balai Luas dan Kondisi Geografis
Secara administrasi Kelurahan Sei Merbau mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kapias Pulau Buaya
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Asahan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kapias Pulau Buaya
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pematang Pasir
Kelurahan Sei Merbau terletak pada ketinggian 7 meter diatas permukaan laut, memiliki luas wilayah 136 Ha yang dibagi atas 12 lingkungan. Kelurahan ini berjarak
sekitar 2 Km dari Kota Tanjung Balai.
Penggunaan Lahan
Keempat unit pengolahan minyak goreng ini berada dikelurahan Sei Merbau Kotamadya Tanjung balai. Luas wilayah Kelurahan Sei Merbau 136 Ha dengan
Tabel 4. Distribusi Penggunaan Tanah di Kelurahan Sei Merbau, 2010 No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)
1
Sumber : Kantor Kelurahan Sei Merbau, 2011
Dari tabel 4 dapat dikemukakan bahwa penggunaan tanah yang paling luas adalah untuk pemukiman yaitu sebesar 92,25 Ha (67,83 %), urutan kedua untuk perkebunan rakyat yaitu 38 Ha (28%) dan selebihnya 5,75 Ha (4,17%) lagi adalah untuk
bangunan, kuburan, jalan dan rawa.
Keadaan Penduduk
Sampai akhir tahun 2010, jumlah penduduk didaerah penelitian sebanyak 5.704 jiwa atau 1.447 KK. Terdiri dari 2.869 jiwa (50,3 %) laki-laki, 2.835 jiwa (49,7 %)
Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Angkatan Kerja di Kelurahan Sei Merbau, 2010
No Angkatan Kerja Jumlah Penduduk (Jiwa)
Persentase (%)
1 Penduduk usia kerja yang
bekerja 2.874 87,22
2 Penduduk usia kerja yang
belum bekerja 421 12,78
3 Penduduk usia kerja 3295 100
Sumber : Kantor Kelurahan Sei Merbau, 2011
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa penduduk kelurahan Sei Merbau yang sudah bekerja sebanyak 2874 jiwa (87,22 %) lebih besar dari penduduk yang belum bekerja 421
(12,78 %) dari jumlah penduduk usia kerja sebanyak 3295 jiwa. Sedangkan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sei Merbau, 2010
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)
Sumber : Kantor Kelurahan Sei Merbau, 2011
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Sei Merbau cukup
Distribusi penduduk menurut mata pencaharian atau pekerjaan dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan
1 Pegawai Negeri Sipil/Swasta 536 18,65
2 Pegawai Swasta/BUMN 28 0,98
3 Sektor Pertanian 191 6,65
4 Sektor Perikanan 1.059 36,84
5 Sektor Industri Kecil/Kerajinan 46 1,6
6 Sektor Industri Sedang/Besar 278 9,67
7 Sektor Perdagangan 32 1,11
8 Jasa Komunikasi dan Angkutan 678 23,59
9 Lain-lain 26 0,91
Total 2.874 100
Sumber : Kantor Kelurahan Sei Merbau, 2011
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa sumber mata pencaharian terbesar di Kelurahan Sei
Merbau adalah sektor perikanan yaitu sebesar 1.059 jiwa (36,84%) namun sektor industri sedang/besar juga memberikan dampak yang cukup dalam penyediaan lapangan pekerjaan yaitu sebesar 278 jiwa (9,67%) dari jumlah penduduk yang
Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kelurahan Sei
Sumber : Kantor Kelurahan Sei Merbau, 2011
Dari tabel 8 maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Sei Merbau
ini adalah 5.704 jiwa dimana umur 0-9 tahun berjumlah 976 jiwa (17,1 %), umur 10-16 tahun berjumlah 899 jiwa (15,76 %), umur 17-25 tahun berjumlah 1341 jiwa
(23,51 %), umur 26-40 tahun berjumlah 1272 jiwa (22,31 %), sedangkan yang berusia diatas 40 tahun berjumlah 1216 jiwa (21,31 %).
Karakterisik Pengusaha Sampel
Karakteristik pengusaha yang menjadi responden dalam penelitian ini meliputi umur,
Tabel 9. Karakteristik Pengusaha Sampel di Kelurahan Sei Merbau, 2011
No Uraian Sampel Rata-rata
1 2 3 4
1 Luas Tempat Usaha (m2) 1.000 700 4.582 2.800 2.270,5
2 Umur Pengusaha (Tahun) 74 67 58 70 67,25
3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 12 6 9 9 9
4 Lama Berusaha (Tahun) 39 35 35 48 39,25
5 Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 27 22 40 34 30,75
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1
Dari tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata luas usaha yang digunakan untuk pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa adalah 2.270,5 m2. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha memiliki lahan yang cukup untuk mengembangkan
usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa. Rata-rata umur pengusaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa adalah 67,25 tahun. Ini berarti
rata-rata pemilik pengolahan minyak dari kelapa ini berada pada usia yang sudah tidak produktif lagi. Rata-rata lama berusaha untuk pengusaha adalah 39,25 tahun, yang menunjukkan bahwa rata-rata pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa sudah
berjalan cukup lama dan bisa berkembang serta bertahan dalam berbagai kondisi yang telah dilalui oleh usahanya, serta persaingan yang kuat dalam industri tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tata Laksana Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa
Pengolahan minyak bahan mentah kelapa di Kelurahan Sei Merbau terdiri dari beberapa proses/tahap yang dilakukan oleh industri/kilang minyak yaitu penimbangan
daging kelapa (penyediaan bahan baku) dari masyarakat, penampungan, pengkukuran, pengadukan ampas, pemasakan, penyaringan, pengepresan pertama, pengepresan kedua, penjernihan dan penyimpanan. Untuk lebih jelasnya tahap-tahap
pengolahan tersebut diuraikan secara rinci dibawah ini:
Penyediaan Bahan baku
Tahap pertama adalah penimbangan bahan baku yaitu daging buah kelapa yang dibawa oleh petani/penjual ke kilang dan kemudian di masukkan kepenampungan.
Bahan baku di masukkan kedalam mesin penggerek yang berfungsi untuk mengangkat daging buah kelapa kedalam tempat penampungan didalam kilang.
Gambar 3. Bahan Bakar (Kayu Api) dan Termoped (Mesin Uap)
Penampungan
Daging buah kelapa yang sudah ditimbang diletakkan dipenampungan, gunanya untuk menampung dan menyimpan daging buah kelapa sampai jumlah yang sesuai dengan kapasitas pengolahan terhadap proses produksi. Untuk sekali pengolahan
membutuhkan bahan baku rata-rata 27.500 kg daging buah kelapa dengan range 20-35 ton. Jika bahan baku belum cukup, dilakukan penyimpanan sampai mencukupi kebutuhan olah, dengan tenggang waktu kurang lebih 4 hari. Jika dalam waktu
tersebut bahan baku belum mencukupi volume kapasitas mesin, maka pengolahan dilangsungkan dengan jumlah bahan baku yang ada. Karena menyimpan daging buah
Gambar 4. Penampungan Daging Buah Kelapa
Pengkukuran
Setelah bahan baku cukup untuk kapasitas kilang proses satu kali produksi, daging
buah kelapa yang berada di penampungan segera diproses dengan menghaluskan atau disebut pengkukuran daging buah kelapa dengan menggunakan alat mesin pengkukur/penghalus. Pengkukuran bertujuan untuk menghasilkan daging buah
kelapa yang berukuran halus atau disebut kelapa halus (seperti ampas) agar lebih mudah dalam proses pengepresan.
Pengadukan Daging Kelapa Halus
Daging buah kelapa yang sudah dikukur dan sudah berbentuk daging kelapa halus dimasukkan kedalam bak pengaduk. Didalam bak pengaduk, daging kelapa halus
diaduk dengan dicampur minyak hasil pengolahan sebelumnya secukupnya dan diaduk menggunakan mesin pengaduk selama kurang lebih 30 menit. Hal ini
bertujuan untuk memancing keluarnya minyak dari daging kelapa halus tersebut, agar tidak menggumpal.
Gambar 6. Alat Pengaduk Daging Kelapa Halus
Pemasakan
Setelah dilakukan pengadukan dengan mencampurkan minyak hasil pengolahan sebelumnya secara merata, kemudian dimasukkan kedalam tangki pemasak. Didalam tangki pemasak ini, daging kelapa halus yang telah dicampur dengan minyak
Gambar 7. Tangki Pemasak Minyak
Penyaringan
Setelah dipanaskan, minyak kemudian disaring dengan mesin penyaringan untuk memisahkan minyak dengan blondo (bagian yang tidak kaya minyak). Minyak yang dihasilkan langsung di simpan kedalam tangki penyimpanan, selanjutnya blondo
tersebut akan diolah kembali untuk mengambil sisa minyak yang tersimpan.
Pengepresan 1
Blondo yang terpisah dari minyak saat penyaringan dimasukkan kedalam mesin pengepresan 1 untuk mengambil sisa minyak. Selanjutnya minyak akan terpisah
dengan blondo, dan minyak langsung disimpan kedalam tangki penyimpanan.
Gambar 9. Mesin Press (1)
Pengepresan 2
Blondo yang dihasilkan dari pengepresan 1 masih bisa di gunakan untuk menghasilkan sisa minyak lagi. Blondo tersebut dimasukkan kedalam mesin pengepresan ke-2. Agar minyak yang tersisa pada blondo bisa di proses semaksimal
mungkin.
Penjernihan dan Pengepakan
Penjernihan dilakukan tarhadap minyak pada tangki penyimpanan dengan mencampurkan bentonit 1-2% dari jumlah minyak. Sehingga minyak yang berwarna
kecoklatan akan berubah menjadi kekuningan dan tidak berbau. Selanjutnya dilakukan pengepakan dengan botol-botol/jerigen yang sesuai dengan permintaan
konsumen. Proses penjernihan berlangsung selama kurang lebih satu malam. Penjualan minyak juga dilakukan hanya disekitar daerah Kota Tanjung Balai saja, seperti (grosir, kedai, pasar tempat berjualan (oleh agen) dan pemborong besar).
Tata laksana usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa secara skematis dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 12. Skema Pengolahan Minyak Goreng Bahan Mentah Kelapa
Biaya Produksi dalam Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oeh pengusaha selama proses produksi
berlangsung untuk menghasilkan output. Komponen-komponen biaya produksi yang dikeuarkan untuk usaha pengoahan minyak bahan mentah kelapa terdiri atas biaya bahan baku, bahan penunjang, tenaga kerja, penyusutan alat, listrik, pajak
penghasilan (PPH), pajak bumi dan bangunan (PBB).
Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging buah kelapa. Dimana
daging buah kelapa ini dibeli dari petani kelapa dengan berbagai proses mulai dari mengkait buah kelapa, pengkampakan, pembelahan sampai dengan pencungkilan
daging buah dari sabut dan tempurung kelapa. Frekuensi usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat pada tabel 10 :
Tabel 10. Jumlah Frekuensi Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan Oleh Industri Pengolah Didaerah Penelitian
Minggu Rata-rata Range
1 2,25 2 - 3
2 2 ,5 2 - 4
3 2,25 2 - 3
4 3,25 3 – 4
Total 10,25 9 -- 14
Dari tabel 10 dikemukakan rata-rata jumlah frekuensi pengolahan dalam satu bulan adalah 10,25 kali dengan range 9-14 kali. Usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa ini tidak setiap harinya dapat mengolah bahan baku, biasanya 2-3 kali
produksi dalam satu minggu sehingga harus melakukan penampungan terlebih dahulu terhadap bahan baku agar mencukupi kapasitas mesin satu kali proses pengolahan
rataan 27.500 kg dengan range 20.000-35.000 kg (Lampiran 1). Hal ini disebabkan karena pasokan bahan baku yang diperoleh tidak pernah terpenuhi setiap hari. Dengan demikian produksi pengolahan dilakukan tergantung kepada ketersediaan
dari bahan baku masing-masing unit pengolahan. Frekuensi pengolahan minyak dari masing-masing unit usaha tidak sama. Hal ini tentu dipengaruhi oleh ketersediaan
bahan baku dan jumlah modal yang dimiliki oleh masing-masing unit usaha. Jumlah bahan baku yang diolah dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa tidak sama, keadaan ini dapat dilihat pada tabel 11 :
Tabel 11. Rataan Jumlah Bahan Baku Dalam Usaha Pengolaha Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Ton)
Minggu Rata-rata Range
1 60 40 – 90
2 67,5 40 – 120
3 60 40 – 90
4 86,25 60 – 120
Total 273,75 180 - 420
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 3
Tabel 11 mengemukakan rata-rata jumlah bahan baku dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dalam satu bulan adalah 273,75 ton. Bahan baku dibeli
Besarnya biaya bahan baku usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa bervariasi seperti terlihat pada tabel 12 :
Tabel 12. Rataan Biaya Bahan Baku Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)
Minggu Rata-rata Range
1 374.500.000 258.000.000-558.000.000
2 421.000.000 258.000.000-744.000.000
3 374.500.000 258.000.000-558.000.000
4 534.750.000 372.000.000-744.000.000
Total 1.697.250.000 111.600.000-260.400.000
Sumbe3r : Data Diolah dari Lampiran 3
Dari tabel 12 dilihat bahwa rata-rata biaya bahan baku adalah Rp.1.697.250.000
dalam satu bulan. Bahan baku yang diperoleh berasal dari masyarakat sekitar dan jika pasokan bahan baku dari masyarakat sekitar kurang, maka bahan baku didatangkan
dari luar daerah.
Biaya Bahan Penunjang
Bahan penunjang yang digunakan dalam usaha pengolahan minyak dari bahan mentah kelapa adalah penjernih/bleaching (bentonit) dan kayu api. Penggunaan
bentonit adalah 1 liter per 10-15 ton minyak kelapa. Kayu api digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap selama proses
pengolahan minyak. Dimana penggunaan kayu api dapat menekan biaya pengeluaran dari pada penggunaan minyak, serta kayu api juga lebih tahan lama. Pemakaian biaya bahan penunjang usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat pada
Tabel 13. Rataan Biaya Bahan Penunjang Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)
Uraian Rata-rata Range
Bentonit 20.500.000 18.000.000-28.000.000
Kayu Bakar 15.750.000 13.000.000-20.000.000
Total 36.250.000 31.000.000-41.000.000
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 5
Dari tabel 13 dapat dikemukakan bahwa rata-rata biaya dalam penggunaan bahan penjernih bentonit dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah
Rp.20.500.000/bulan dan biaya dalam penggunaan kayu bakar adalah Rp.15.750.000/bulan. Bleching/penjernih (bentonit) yang digunakan dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa ada dua jenis (berbentuk serbuk dan
cair). Namun didaerah penelitian pengusaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa menggunakan bleching (bentonit) yang berbentuk serbuk, karena
bentonit yang berbentuk serbuk lebih mudah didapat. Kayu api yang sering digunakan dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa yaitu kayu rambong, yang diperoleh dari masyarakat serta perkebunan rambong diluar daerah.
Kayu api dibeli dengan harga rataan Rp.1000/kg. (Lampiran 5)
Biaya Tenaga Kerja
Pemakaian tenaga kerja dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa terdiri dari beberapa kegiatan yaitu: pnimbangan, pengkukuran, pemasakan, pengadukan,
disesuaikan dengan frekuensi pengolahan. Biaya tenaga kerja usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dalam jangka waktu satu bulan dapat dilihat tabel 14 :
Tabel 14. Rataan Biaya Tenaga Kerja Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)
Minggu Rata-rata Range
1 7.327.000 4.488.000-12.144.000
2 8.314.000 4.488.000-16.192.000
3 7.327.000 4.488.000-12.144.000
4 10.484.500 6.732.000-16.192.000
Total 31.453.000 20.196.000-48.576.000
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 4
Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa rata-rata biaya tenaga kerja dalam usaha
pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah Rp.31.453.000.
Upah tenaga kerja pada setiap kegiatan pengolahan sama, yaitu rataan sebesar
Rp.41.775 / 1 HK (7 jam). Hal ini dikarenakan semua kegitan pengolahan dikerjakan dengan menggunakan tenaga mesin, dan para karyawan hanya sebagai operator saja. Dan karyawan yang bekerja diupah berdasarkan jumlah HK dan frekuensi
pengolahan.
Biaya Penyusutan
Alat dan mesin yang digunakan dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah: timbangan, mesin parutan, mesin press besar, mesin press kecil, tangki
menghasilkan uap panas pada saat pemasakan dalam pengolahan), gensed, dan tangki penyimpan minyak.
Rumus yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan adalah:
Harga Beli - Harga Residu/Nilai Sisa (Harga Jual Bekas) Biaya Penyusutan =
Umur Ekonomis (Tahun)
Biaya penyusutan usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat pada tebel 15:
Tabel 15. Rataan Biaya Penyusutan Usaha pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)
Jenis Alat Rata-rata Range
Parutan 154.690,47 99.833,33-213.928,57
Mesin Press 1 141.359,12 82.500,00-235.714,28
Mesin Press 2 422.503,96 265..333,33-568..571,42
Tangki Pengaduk 95.071,42 66.000,00-110.000,00
T. Pemasak Minyak 298.531,74 193.333,33-345.238,09
Termoped 1.896.626,98 1.316.666,66-2.194.444,44
Genset 205.932,53 165.000,00-250.000,00
T. Penyimpan Minyak 74.900,78 41.666,66-119.047,61
Timbangan 32.500,00 32.500,00
Jeregen 250.000,00 250.000,00
Bangunan 480.158,72 333.333,33-555.555,55
Total 4.052.275,76 2.846.166,64-4.530.277,75
Dari tabel 15 dapat dilihat jumlah rata-rata biaya penyusutan usaha dalam pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah Rp 4.052.275,76. Dalam usaha pengolahan minyak goreng dari bahan mentah kelapa lebih banyak menggunakan tenaga mesin
yang mempunyai nilai penyusutan dilihat dari harga pembelian, umur ekonomis dan harga residu (nilai jual bekas).
Biaya Listrik
Listirik dalam penelitian ini digunakan sebagai sumber tenaga penerangan lampu
pada saat malam hari dan sebagai sumber penggerak mesin-mesin pengolahan kelapa yang menggunakan arus lisrik. Jika saat lampu PLN padam, pengusaha menggunakan
genset sebagai pembangkit listrik. Penggunaan listrik dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat pada tabel 16 :
Tabel 16. Rataan Biaya Listrik Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)
Uraian Rata-rata Range
Biaya Listrik 22.125.000 19.500.000-28.000.000
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 6
Dari tabel 16 dapat dilihat bahwa rataan jumlah biaya listrik dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dalam satu bulan adalah Rp.22.125.000. Penggunaan
listrik dalam usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa dalam setiap harinya selalu terpakai, selain untuk menggerakkan mesin-mesin, juga digunakan
Biaya Pajak Penghasilan (PPH) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Sesuai Undang-undang nomor 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan, dan
Undang-undang nomor 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan., maka kegiatan usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa juga dikenakan pajak. (Anonimus, 2011)
Biaya PPH dan PBB usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat
pada tabel 17:
Tabel 17. Rataan Biaya Pajak Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)
Uraian Rata-rata Range
PPH 11.882.835 6.199.200-18.597.600
PBB 4.567.250 3.500.000-5.610.000
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 8
Dari tabel 17 dapat dilihat rata-rata biaya pajak usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa yaitu Rp. 11.882.835, dan pajak bumi dan bangunan dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah Rp.4.567.250. Hal ini diperoleh dari
peraturan Direktorat Jendral Pajak Agro yang menyatakan bahwa industri minyak goreng dikenakan pajak penghasilan sebesar 30% selama 6 tahun.
Total Biaya Produksi
Total biaya produksi merupakan penjumlahan dari semua biaya yang dipakai mulai
minyak bahan mentah kelapa dalam jangka waktu satu bulan dapat dilihat pada tabel 18 berikut:
Tabel 18. Rataan Jumlah Biaya Produksi Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dala Satu Bulan (Rupiah)
Uraian Rata-rata Range
Biaya Produksi 1.807.585.361,26 1.201.241.367,64-2.750.214.314,24
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 9
Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa rataan biaya produksi usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah Rp. 1.807.585.361,26, setelah dijumlah mulai dari biaya
bahan baku, bahan penunjang, tenaga kerja, penyusutan alat, listrik dan pajak.
Biaya produksi dapat diartikan sebagai kompensasi yang harus dikeluarkan oleh
pemilik usaha dalam menjalankan proses produksinya. Biaya tetap yaitu biaya penyusutan alat dan pajak. Sedangkan biaya tidak tetap yaitu biaya bahan baku, bahan penunjang, listrik dan tenaga kerja. Persentase komponen biaya dalam usaha
Tabel 19. Persentase Komponen Biaya Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan di Daerah Penelitian
Uraian Jumlah Rata-rata (Rp) Persentase (%)
Bahan Baku 1.697.250.000,00 93,9
Bahan Penunjang 36.250.000,00 2,01
Tenaga Kerja 31.453.000,00 1,74
Penyusutan Alat 4.052.275,76 0,22
Listrik 22.125.000,00 1,22
PPH 11.882.835,00 0,66
PBB 4.567.250,00 0,25
Total 1.807.585.361,26 100
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 9
Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa persentase biaya produksi usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa terbesar terdapat pada biaya bahan baku sebesar
93,9 %. Dengan demikian, hipotesis 1 yang menyatakan bahwa persentase biaya produksi dalam usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa lebih besar untuk
bahan baku dapat diterima.
Pendapatan Bersih
Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya-biaya produksi. Biaya-biaya produksi dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku (daging buah kelapa), bahan
penunjang, tenaga kerja, penyusutan alat, listrik, pajak penghasilan (PPH), pajak bumi dan bangunan (PBB). Penerimaan usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa adalah berasal dari hasil penjualan minyak dan blondo. Minyak adalah produk
pengolahan akhir yang dapat digunakan menjadi makanan ternak. Rendemen minyak olahan sangat dipengaruhi oleh kualitas dari daging buah kelapa dimana setiap pengusaha ternyata rendemennya tidak sama, hal ini dapat di lihat pada tabel 20
berikut:
Tabel 20. Rendemen Minyak Olahan dari Bahan Baku Kelapa
Uraian Rata-rata Range
Bahan Baku (Kg) 273.750,00 180.000,00-420.000,00
Produksi Olahan (Kg) 178.000,00 90.000,00-280.000,00
Rendemen 0,65 0,50-0,72
Sumber: Data Diolah Dari Lampiran 3
Rendemen minyak olahan ini akan mempengaruhi besarnya penerimaan usaha pengolahan minyak. Besar penerimaan usaha pengolahan minyak bahan mentah
kelapa di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 21:
Tabel 21. Total Penerimaan Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)
Sumber: Data Diolah dari Lampiran 10, 11, dan 12.
Dari tabel 21 dapat dikemukakan rata-rata penerimaan usaha pengolahan minyaki bahan mentah kelapa adalah Rp.2.899.350.000, dimana dari hasil minyak diperoleh
sebesar Rp.2.670.000.000 dan blondo adalah Rp.229.350.000. Sisa dari pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa yang berupa blondo dijual kepada masyarakat
Uraian Rata-rata Range
Minyak 2.670.000.000 1.350.000.000-4.200.000.000
Blondo 229.350.000 162.000.000-336.000.000
sekitar maupun diluar daerah untuk dijadikan bahan pakan ternak. Hasil penjualan blondo juga terhitung sebagai pendapatan usaha pengolahan. Selanjutnya besar pendapatan bersih usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat pada
tabel 22:
Tabel 22. Pendapatan Bersih Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)
Uraian Rata-rata Range
Penerimaan 2.899.350.000,00 1.512.000.000,00– 4.536.000.000,00 Biaya Produksi 1.800.016.478,00 1.196.963.524,00 – 2.738.212.900,00 Pendapatan Bersih 1.099.333.522,00 315.036.476,00 – 1.797.787.100,00
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14
Pada tabel 22 terlihat bahwa secara keseluruhan pendapatan bersih rata-rata dalam
satu bulan adalah Rp1.099.333.522,00. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak produksi olahan daging buah kelapa maka akan semakin besar
pendapatan yang diterima.
Nilai Tambah (Value Added) Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa
Pengolahan kelapa menjadi minyak goreng memiliki keuntungan antara lain:
menciptakan produk baru dipasaran dimana masyarakat yang mengkonsumsi minyak sawit dapat juga menikmati minyak kelapa. Hasil wawancara pengusaha bahwa masyarakat sekitar Kota Tanjung Balai yang pada umumnya Suku Melayu lebih
menyukai minyak kelapa, karena aromanya lebih harum dan bila dipakai untuk kebutuhan memasak, masakan akan terasa lebih berlemak atau gurih. Disamping itu
minyak kelapa ini sebagai minyak rambut. Karena minyak kelapa ini dapat menyuburkan rambut sehingga rambut lebih lebat dan hitam. Nilai tambah adalah : nilai produk hasil olahan dikurangi dengan nilai bahan baku dan nilai bahan
penunjang. Nilai tambah (Value Added) yang diperoleh dari usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dalam jangka waktu satu bulan dapat dilihat tabel 23:
Tabel 23. Rataan Nilai Tambah (Value Added) Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan (Rupiah)
Uraian Rata-rata Range
Nilai Produk Hasil Olahan 2.670.000.000,00 1.350.000.000,00-4.200.000.000,00 Nilai Bahan Baku 1.697.250.000,00 1.116.000.000,00-2.604.000.000,00 Nilai Bahan Penunjang 36.250.000,00 31.000.000,00-41.000.000,00 Nilai Tambah 936.500.000,00 203.000.000,00-1.555.000.000,00
Nilai Tambah / Kg 4.867,71 2.255,56-6.172,84
Sumber : Data Diolah dari Lapiran 13
Dari tabel 23 dapat dilihat bahwa nilai tambah rata-rata dalam satu bulan adalah Rp.936.500.000. Hasil penelitian ini menunjukkkan bahwa usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa ini memiliki nilai tambah positif (NT > 1), artinya nilai tambah
tersebut dapat membangun dan meningkatakan kinerja usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa, sehingga dapat disimpulkan ada nilai tambah dalam usaha
Kelayakan Usaha
Kelayakan usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dapat dilihat dengan menggunakan analisis R/C Ratio. R/C Ratio merupakan perbandingan antara total
penerimaan dengan total produksi. Dibawah ini dapat dilihat R/C Ratio usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa dalam satu bulan pada tabel 24:
Tabel 24. Rata-rata R/C Ratio Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa dalam Satu Bulan.
Uraian Rata-rata Range
Penerimaan (Rp) 2.899.350.000,00 1.512.000.000,00 – 4.536.000.000,00
Biaya Produksi (Rp) 1.807.585.361,26 1.201.241.367,64 – 2.750.214.314,24
R/C Ratio 1,57 1,26 - 1,74
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 14
Pada tabel 24 terlihat bahwa R/C Ratio dalam satu bulan adalah 1,57. Ini berarti
penerimaan lebih besar dari pada biaya produksi. Semua sampel didaerah penelitian memiliki nilai R/C Ratio diatas 1,0. Dengan demikian usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa layak untuk diusahakan. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa
pada usaha pengolahan minyak bahan mentah kelapa didaerah penelitian mempinyai R/C > 1. Maka hipotesis 3 dan masalah 4 yang menyatakan bahwa usaha pengolahan
Tabel 25. Rata-rata BEP Produksi dan BEP Harga
Uraian Rata-rata Range
Total Biaya Produksi (Rp) 1.807.585.361,26 1.201.241.367,64 - 2.750.214.314,24
Harga Jual (Rp/Kg) 15.000,00 -
Total Produksi (Kg) 178.000,00 90.000,00 - 280.000,00
BEP Produksi 120.505,69 80.082,75 - 183.347,62
BEP Harga 10.578,29 9.278,03 - 13.347,13
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 15
Dari tabel 25 terlihat bahwa produksi minyak goreng berada diatas BEP produksi dan harga jual minyak minyak goreng juga berada diatas BEP harga. Dengan demikian
dapat dikemukakan bahwa produksi dan harga jual di lapangan sudah berada diatas BEP produksi dan BEP harga maka usaha ini layak untuk dikembangkan. Berdasarkan nilai R/C Ratio yang diperoleh >1 (R/C=1,57) dan nilai BEP produksi
dan BEP harga yang diperoleh dapat di simpulkan bahwa hipotesis 3 yang menyatakan usaha pengolahan minyak goreng bahan mentah kelapa layak diusahakan
dapat di terima.
Masalah yang Dihadapi dalam Usaha Pengolahan Minyak Bahan Mentah Kelapa.
Setiap kegiatan pengembangan usaha pengolahan, selalu menghadapi masalah.
Masalah-masalah tersebut antara lain sebagai berikut: - Masalah Bahan Baku
Berkurangnya pasokan bahan baku menjadi masalah utama dalam pengolahan