• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 17 MEDAN ANTARA YANG DIAJAR MELALUI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 17 MEDAN ANTARA YANG DIAJAR MELALUI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

Oleh :

Erna Andriani M Gultom NIM 4113311015

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMP NEGERI 17 MEDAN ANTARA YANG DIAJAR

MELALUI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD

Erna Andriani M Gultom (4113311015) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Apakah kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Pendekatan Quantum learning lebih baik daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, serta (2) Apakah proses jawaban siswa terkait kemampuan pemecahan masalah matematik yang diajarkan melalui Pendekatan Quantum learning lebih baik dari yang diajar melalui Kooperatif Tipe STAD.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimen dengan populasi seluruh siswa SMP Negeri 17 Medan. Yang terdiri dari seluruh siswa kelas VIII sebanyak 9 Kelas. Sampel dipilih melalui teknik cluster random sampling, diperoleh kelas VIII-4 sebagai kelompok eksperimen A yang diajar melalui pendekatan Quantum learning dan kelas VIII-7 sebagai kelompok eksperimen B yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan dipilih dari siswa kelas VIII sebanyak 9 kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan metode observasi. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan test, dengan test essay sebanyak 5 soal dan telah dinyatakan valid oleh tim ahli baik yang kelas eksperimen A maupun kelas eksperimen B. Data dianalisis dengan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji hipotesis menggunakan uji-t.

Dari pengujian ini diperoleh bahwa sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang homogen dan berdistribusi normal. Dari analisis data pada kelas eksperimen A diperoleh rata-rata PAM 46,87 dan simpangan baku PAM 18,43 sedangkan nilai rata-rata postest 84,18 dan simpangan baku postest 10,30. Pada kelas eksperimen B diperoleh nilai rata-rata PAM 44,16 dan simpangan baku PAM 17,82 sedangkan nilai rata-rata postest 79,06 dan simpangan baku postest 15,32.

(4)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Alternatif Pemberian Skor Pemecahan Masalah 17

Tabel 2.2. Fase – Fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 28

Tabel 2.3. Perhitungan Skor Perkembangan 29

Tabel 2.4. Tingkat Penghargan Kelompok 29

Tabel 3.1. Kelompok control Postest 47

Tabel 3.2. Pemberian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah 51

Tabel 4.1. Data PAM Kelas Eksperimen A dan B 59

Tabel 4.2. Predikat Pemahaman Awal Kelas Eksperimen A 59

Tabel 4.3. Predikat Pemahaman Awal Kelas Eksperimen B 60

Tabel 4.4. Data Postest Kelas Eksperimen A dan B 61

Tabel 4.5. Predikat TKPM Kelas Eksperimen A 62

Tabel 4.6. Predikat TKPM Kelas Eksperimen B 62

Tabel 4.7. Data Postest Aspek Pemecahan Masalah Kelas

Eksperimen A dan B 64

Tabel 4.8. Ringkasan Nilai PAM dan Postest Kedua Kelas 64

Tabel 4.9. Ringkasan Rata-rata Nilai Postest Aspek Pemecahan

Masalah Kelas Eksperimen A 64

Tabel 4.10 Ringkasan Rata-rata Nilai Postest Aspek Pemecahan

Masalah Kelas Eksperimen B 65

Tabel 4.11. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data 65

Tabel 4.12. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Aspek Pemecahan

Masalah 65

Tabel 4.13. Data Hasil Uji Homogenitas 67

Tabel 4.14. Data Hasil Uji Homogenitas Aspek Pemecahan Masalah 67

Tabel 4.15 Deskripsi Hasil Observasi guru Melakukan Pembelajaran

pada Kelas Eksperimen A 76

Tabel 4.16. Deskripsi Hasil Observasi Siswa Melakukan Pembelajaran

(5)

Tabel 4.17. Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan Pembelajaran

Pada Kelas Eksperimen B 78

Tabel 4.18. Deskripsi Hasil Observasi Siswa Melakukan Pembelajaran

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Penyelesaian masalah siswa 3

Gambar 3.1. Skema prosedur penelitian 49

Gambar 4.1. Histogram PAM Siswa Kelas Eksperimen A dan B 60

Gambar 4.2. Histogram KPM Matematik siswa Kelas Eksperimen

A dan B 63

Gambar 4.3. Proses Penyelesaian Jawaban Pemecahan Masalah

Matematik Butir Soal Nomor 1 69

Gambar 4.4. Proses Penyelesaian Jawaban Pemecahan Masalah

Matematik Butir Soal Nomor 2 70

Gambar 4.5. Proses Penyelesaian Jawaban Pemecahan Masalah

Matematik Butir Soal Nomor 3 71

Gambar 4.6. Proses Penyelesaian Jawaban Pemecahan Masalah

Matematik Butir Soal Nomor 4 73

Gambar 4.7. Proses Penyelesaian Jawaban Pemecahan Masalah

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu cara untuk membenahi dan meningkatkan

kemampuan berpikir seseorang. Namun pendidikan tidak hanya dimaksudkan

untuk mengembangkan pribadi semata melainkan juga sebagai akar dari

pembangunan bangsa. Pendidikan seharusnya mampu membimbing dan

membawa manusia keluar dari kegelapan dan kebodohan. Selain itu, pendidikan

memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

berkualitas dan mampu berkompetensi dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber

daya manusia. Sedangkan kualitas sumber daya manusia bergantung pada kualitas

pendidikan.

Indonesia memiliki Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

telah mengatur standar proses dan standar isi mengenai pengajaran matematika.

Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam KTSP oleh Depdiknas

(dalam Syarifuddin, 2009) adalah sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep,

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efesien dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari

(8)

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan

masalah.

Dalam perkembangan peradaban modern, matematika memegang

peranan penting karena dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan

menjadi lebih sempurna. Matematika merupakan alat yang efisien dan diperlukan

oleh semua ilmu pengetahuan dan tanpa bantuan matematika semuanya tidak akan

mendapat kemajuan yang berarti.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah yang merupakan

mata pelajaran yang sangat berguna dan banyak memberi bantuan dalam berbagai

aspek kehidupan. Matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuh

kembangkan pola pikir yang logis, sistematis, objektif, kritis dan rasional yang

harus dibina sejak dini. Seperti yang diungkapkan oleh Cockroft (Abdurrahman,

2012:204) :

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) Selalu digunakan dalam berbagai segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran kekurangan; dan (6) Memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang

sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa

dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta

keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang

tidak rutin. Pemecahan masalah meliputi memahami masalah, merancang

pemecahan masalah, menyelesaikan masalah, memeriksa hasil kembali. Karena

itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi,

serta siswa didorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan

berfikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan menerapkan

pengetahuan yang didapat sebelumnya.

Namun, di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah matematik siswa masih rendah. Berdasarkan hasil observasi lapangan

(9)

pemecahan masalah matematik siswa masih rendah dari soal yang diberikan

kepada siswa yaitu: Tentukan akar-akar persamaan dari �2 −7�+ 12 = 0.

Kebanyakkan siswa menjawab seperti pada gambar:

Gambar 1.1. Penyelesaian masalah siswa

Hasilnya menunjukkan ternyata banyak siswa yang mengalami kesulitan

untuk memahami maksud soal tersebut, merumuskan apa yang diketahui dari soal

tersebut, rencana penyelesaian siswa tidak terarah dan proses perhitungan atau

strategi penyelesaian dari jawaban yang dibuat siswa tidak benar.

Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti

dengan salah seorang guru bidang studi matematika (Handayani Prasetia, S.Pd) di

SMP Negeri 17 Medan (Jum’at, 09 Januari 2015) menyatakan bahwa pada

umumnya kesulitan dalam mempelajari matematika di dalam kelas disebabkan

kurangnya pemahaman siswa dalam konsep matematika, kurangnya rasa ingin

tahu siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Karena kebanyakkan siswa

hanya menghapal rumus-rumus matematika, sehingga ketika ditanyakan kembali

beberapa waktu kemudian sudah banyak siswa tersebut yang lupa.

Pada pendekatan yang berpusat pada guru pada umumnya terjadi proses

yang bersifat penyajian dan penyampaian isi atau materi pendekatan. Dalam

praktek pendekatan semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada di pihak guru

sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pelajaran (pasif). Kondisi ini

menyebabkan rendahnya kemampuan Pemecahan Masalah matematik siswa yang

(10)

“Rendahnya kemampuan Pemecahan Masalah Matematik telah menarik perhatian banyak peneliti di berbagai belahan dunia. Sebagai peneliti menemukan kesulitan siswa memecahkan masalah diakibatkan oleh minimnya pengetahuan dasar matematik yang seharusnya dimiliki siswa, serta tidak terampilnya siswa memilih dan menerapkan pengetahuan (aplying knowleadge) yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas memecahkan masalah”.

Penyebab lain adalah pendekatan pembelajaran yang selama ini

digunakan oleh guru belum mampu mengaktifkan siswa dalam belajar,

memotivasi siswa untuk mengemukakan ide dan pendapat mereka, bahkan siswa

masih enggan untuk bertanya pada guru jika mereka belum paham terhadap materi

yang disajikan oleh guru. Di samping itu, guru senantiasa dikejar oleh target

waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan

kompetensi yang dimiliki siswa akibatnya pembelajaran bermakna yang

diharapkan tidak akan terjadi. Anak akan belajar dengan cara menghapal,

mengingat materi, rumus-rumus, defenisi, unsur-unsur dan sebagainya.

Adapun model pembelajaran yang diduga akan sejalan dengan

karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang berlaku adalah

pembelajaran Quantum learning dan Kooperatif. Quantum Learning merupakan

kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam

pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang

menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning ini berakar dari upaya Georgi

Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang

disebutnya suggestology.

Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil

situasi belajar dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negatif.

Untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Para murid

didalam kelas dibuat menjadi nyaman. Prinsip suggestology hampir mirip dengan

proses accelerated learning, pemercepat belajar: yakni, proses belajar yang

memungkinkan siswa belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya

yang normal dan dibarengi kegembiraan. Suasana pendekatan yang efektif

diciptkan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan, permainan, cara

(11)

Sedangkan Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara

berkelompok dan tidak menekankan pada situasi pengalaman siswa. Pembelajaran

ini terdiri dari: presentase kelas (materi dipresentasikan oleh guru), kelompok

kerja, tes (dilakukan setelah presentasi guru dan kegiatan kelompok), peningkatan

skor individu dan penghargaan kelompok.

Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat

dikembangkan dalam pembelajaran matematika salah satunya adalah model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)

dikembangkan oleh Robert Salavin dari Universitas John Hopkin USA. Menurut

Ibrahim (dalam Trianto, 2011: 71) , STAD adalah pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar

kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap

minggu menggunakan presentase verbal atau teks.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu diadakan penelitian

dengan menggunakan pendekatan Quantum Learning dan kooperatif tipe STAD

dengan judul: “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik

Siswa SMP Negeri 17 Medan Antara Yang Diajar Melalui Pendekatan Quantum Learning Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”. 1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Siswa menganggap bahwa mata pelajaran matematika itu sulit.

2. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru sehingga

perlu diadakan variasi lain yaitu dengan pemberian Pendekatan Quantum

Learning dan Kooperatif Tipe STAD.

3. Rendahnya kemampuan siswa dalam memecakan masalah matematik.

(12)

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi

masalah pada :

1. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah

2. Proses pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru dengan

menggunakan metode ceramah (pembelajaran tradisional/konvensional).

3. Model pembelajaran yang digunakan Pendekatan Quantum Learning dan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:

1. Apakah Kemampuan Pemecahaan Masalah Matematik siswa yang diajar

dengan Menggunakan Pendekatan Quantum Learning lebih baik daripada

siswa yang mendapat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD?

2. Apakah proses penyelesaian masalah matematik siswa yang diajar melalui

Pendekatan Quantum Learning lebih baik daripada siswa yang mendapat

pembelajaran Kooperatif Tipe STAD?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah Kemampuan Pemecahaan Masalah Matematik

Siswa yang diajar dengan Menggunakan Pendekatan Quantum learning

lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD.

2. Untuk mengetahui apakah proses penyelesaian masalah matematik Siswa

yang mendapat Pendekatan Quantum Learning lebih baik daripada siswa

(13)

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian maka manfaat yang diharapkan

adalah:

1. Bagi guru

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematik dengan menggunakan model-model pendekatan

yang memilih keterlibatan siswa dalam belajar. Guru termotivasi

melakukan penelitian sederhana yang bermanfaat bagi perbaikan dalam

proses pendekatan dan meningkatkan kemampuan guru itu sendiri.

2. Bagi siswa

Agar siswa lebih termotivasi dalam belajar matematika yang pada

akhirnya akan membawa pengaruh positif pada Peningkatan

kemampuan pemecahan masalah siswa.

3. Bagi sekolah

Bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam peningkatan

kualitas pengajaran, serta menjadi bahan pertimbangan atau bahan

rujukan untuk meningkatkan prestasi siswa khususnya pada pelajaran

matematik.

4. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan

melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan khusus tentang

konsep matematik, dan sebagai bahan informasi sekaligus sebagai

bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran

(14)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan temuan di lapangan yang diuraikan pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajar dengan

pendekatan Quantum learning lebih baik daripada siswa yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Proses jawaban siswa terkait kemampuan pemecahan masalah matematik

siswa yang diajar melalui pendekatan Quantum learning lebih baik daripada

proses jawaban siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti mengajukan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian ini, antara lain :

1. Kepada Guru matematika, dapat menjadikan pendekatan Quantum learning

ataupun kooperatif tipe STAD sebagai salah satu alternatif dalam memilih

model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematik siswa.

2. Kepada Peneliti Lanjutan, Hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan

pertimbangan untuk menggunakan pendekatan Quantum learning pada materi

persamaan kuadrat.

3. Kepada Sekolah, Untuk pihak sekolah hendaknya dapat menjadi motivator

dan fasilitator bagi guru untuk menggunakan pendekatan Quantum learning.

Pihak sekolah juga diharapkan menyediakan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut.

(15)

4. Kepada siswa, khususnya siswa SMP Negeri 17 Medan disarankan untuk

saling bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama dalam memecahkan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R., (2013), Inovasi Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Arikunto. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Abdurrahman, M., (2012), Anak berkesulitan belajar. Teori, diagnosis, dan remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Deporter, B., (2013), Quantum learning. Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, kaifah learning, Bandung.

Didi, S., (2011), Bab-4-Pemecahan-Masalah-Matematika.pdf, http://didi-

suryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/Bab-4-Pemecahan-Masalah-Matematika.pdf, (accessed 20 Januari 2015)

Dimyati, dkk., (2013), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan., (2012.), Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan, FMIPA Unimed, Medan.

Hudojo, H., (2005), Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran Matematika, UM Press, IKIP Malang.

Kurniawan, B., (2013), Model-Pembelajaran-quantum-quantum-learning, https://kurniawanbudi04.wordpress.com/2013/05/29/model-pembelajaran-quantum-quantum-learning/, (accessed 20 Januari 2015)

Margono, S., (2004), Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.

Minarni, A., (2012), Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap kemampuan Pemahaman Matematis Dan Keterampilan Sosial Siswa SMP Negeri di Kota Bandung. Jurnal Pendidikan Matematika PARADIKMA. Vol.6:2(162-174). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Medan. Medan.

Nasution, S., (2010), Kurikulum dan Pengajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Ngalimun., (2012), Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo, Yogyakarta.

(17)

Rusman., (2012), Model-model Pembelajaran (mengembangkan profesionalisme guru), Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sabandar, J,. (2008), Thinking Classroom, Dalam Pengajaran Matematika di Sekolah.

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/1947

0524181031-JOZUA_SABANDAR/KUMPULAN_MAKALAH.DAN_JURNAL/Thin king-Classroom_dalam_Pembelajaran_Matematika_di_sekolah.pdf, (accessed 19 februari 2015).

Sanjaya, W., (2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana, Jakarta.

Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengruhi, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana., (2009), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Sugiman., dkk ., (2009), Pemecahan Masalah Matematika Dalam Matematika Realistik, Jurnal Pendidikan Matematika.

Sumiati, dkk., (2013), Metode Pembelajaran, Bumi Rancaekek Kencana, Bandung.

Gambar

Tabel  4.18.  Deskripsi Hasil Observasi Siswa Melakukan Pembelajaran
Gambar  1.1.  Penyelesaian masalah siswa
Gambar 1.1. Penyelesaian masalah siswa

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok I terdiri atas 4 petak (A, B, C, dan D) yang terdapat pada daerah relatif tinggi dengan kelerengan tajam, kelompok II terdiri atas 2 petak (G dan I) pada daerah relatif

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola kearifan petani sawah surjan dalam mengkonservasi lahan pertanian adalah secara turun temurun, seringkali tanpa memahami makna

Uji asam pikrat dalam menganalisis karbohidrat yaitu untuk mengetahui karbohidrat yang bersifat gula pereduksi dengan mereduksi asam pikrat membentuk asam pikramat

Tujuan penelitian (1) mendiskripsikan peningkatan pemahaman konsep operasi dasar bilangan bulat melalui penerapan strategi pembelajaran Everyone is a teacher here dan

Menurut Kotler (1993), pesaing adalah keseluruhan barang dan jasa maupun perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk untuk.. memperebutkan pasar yang sama. Perusahaan

Metode yang digunakan dalam rangka melestarikan Budaya Indonesia, yankni pencak silat adalah dengan Demonstrasi dalam jangka waktu tertetu agar lebih dikenal

We discuss the existence of combined dark and antidark soliton forms or combined solitons in the generalized coupled mode equations of a nonlinear optical Bragg grating.

[r]