• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSENTRASI INDUSTRI PENGOLAHAN DI PROPINSI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 2005 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSENTRASI INDUSTRI PENGOLAHAN DI PROPINSI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 2005 2009"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

KONSENTRASI INDUSTRI PENGOLAHAN

DI PROPINSI JAWA TENGAH

PERIODE TAHUN 2005-2009

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Nevita Sari NIM 7450408068

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia

ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si Shanty Oktavilia, SE, M.Si. NIP. 196801022002121003 NIP. 197808152008012016

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji

Prof. Dr. Rusdarti, M.Si NIP. 195904211984032001

Anggota I Anggota II

Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si Shanty Oktavilia, SE, M.Si.

NIP. 196801022002121003 NIP. 197808152008012016

Mengetahui :

Dekan Fakultas Ekonomi,

(4)

iv

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan hasil jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil

jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Februari 2013

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.

(Amsal 23: 18)

 Percayalah pada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar

pada pengertianmu sendiri. (Amsal 3:5)

 Mengucap syukurlah dalam segala hal. (Penulis)

PERSEMBAHAN:

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yesus, atas

segala karuniaNya skripsi ini kupersembahkan

kepada:

 Kedua Orang Tua ku yang telah banyak

memberikan dukungan doa maupun materil

kepada penulis.

 Abangku Ivan.P.Sembiring dan Adikku Richard

Franklin Sembiring, terima kasih atas motivasi

dan doa nya kepada penulis selama ini.

(6)

vi

Puji syukur pada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan karunia-Nya, sehingga

saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” KONSENTRASI INDUSTRI

PENGOLAHAN DI PROPINSI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 2005-2009

”.

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Strata 1 (satu) untuk meraih

gelar Sarjana Ekonomi. Saya menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan

dan dukungan yang telah diberikan kepada :

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu

dengan segala kebijakannya .

2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

yang dengan kebijaksanaanya memberikan kesempatan kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi dan studi yang baik.

3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP. M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk menyusun skripsi.

4. Prof. Dr. Rusdarti, M.Si, selaku penguji utama sidang yang telah memberikan

evaluasi serta bimbingan agar skripsi ini menjadi lebih baik.

5. Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia

memberikan bimbingan, arahan, serta saran kepada penulis selama

(7)

vii

6. Shanty Oktavilia, SE, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II yang bersedia

membimbing, arahan serta masukan-masukan yang sangat bermanfaat pada

skripsi ini.

7. Bapak Ibu Dosen Ekonomi Universitas Negeri Semarang, atas semua bekal

ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis.

8. Sahabatku Rindi Anggoro, Nurul Izzah, Oi Siburian, Asima Pakpahan, Trisni

Wulandari, Novia Maya, Riska Rahman, Desti, Mba Ayu Prabandari, Rea

Purba, Betti Rajaguguk, Ica Tarigan, Astri Sinaga, dan teman-teman Betty kos

terimakasih atas doa, semangat, dan motivasinya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti terbuka atas saran dan kritikan yang membangun dengan tujuan

untuk memperbaiki skripsi ini dan semoga skripsi ini menjadi lebih bermanfaat.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak

yang telah membantu.

Semarang, Februari 2013

(8)

viii

Sari,Nevita. 2013. “KONSENTRASI INDUSTRI PENGOLAHAN DI PROPINSI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 2005-2009 ”, Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I, Dr. P. Eko Prasetyo, M.Si. Dosen Pembimbing II, Shanty Oktavilia, S.E, M.Si.

Kata Kunci : Industri Pengolahan, Rasio Konsentrasi, CR4, CR8

Konsentrasi dari beberapa perusahaan dalam suatu industri sering menjadi perhatian para ekonom, ahli strategi bisnis, dan agen-agen pemerintah. Tujuan industri dalam bisnis adalah untuk mencapai keuntungan maksimum, agar keuntungan maksimum dapat tercapai, maka struktur industri yang tercermin dalam struktur pasar harus kuat. Konsentrasi industri merupakan suatu bahasan yang penting untuk mengetahui suatu industri. Tahun 2005-2009 adalah masa pemulihan dan pengembangan industri di Indonesia setelah krisis di tahun 1997/1998. Adapun permasalahan dalam penelitian adalah bagaimana konsentrasi sektor industri dari segi investasi, tenaga kerja, dan nilai tambah di Jawa Tengah periode tahun 2005-2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi sektor industri dari segi investasi, tenaga kerja, dan nilai tambah.

Objek penelitian ini adalah industri pengolahan yang berada di 35 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah. Variabel yang digunakan ialah sektor industri dari segi investasi sektor industri, tenaga kerja sektor industri, dan nilai tambah di Jawa Tengah. Metode analisis data digunakan metode analisis rasio konsentrasi atau CR4 dan CR8. Data yang digunakan adalah data investasi, tenaga

kerja, dan nilai tambah sektor industri pengolahan di Jawa Tengah dengan ISIC 5 digit yang diperoleh dari statistik industri Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Tengah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1)Berdasarkan analisis CR4 dan CR8

konsentrasi investasi dan tenaga kerja yang dimiliki industri di Jawa Tengah selama periode tahun 2005-2009 adalah berstruktur pasar oligopoli tipe 2.

(2) Berdasarkan nilai tambah sektor industri berstruktur pasar oligopoli penuh dan di tahun 2009 konsentrasi industri berstruktur pasar oligopoli tipe 2, serta dengan penghitungan dengan CR8 konsentrasi nilai tambah sektor industri di Jawa

Tengah bentuk struktur pasar oligopoli tipe 2 (<88% untuk CR8).

(9)

ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 12

BAB III METODOE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.2 Definisi Operasional ... 35

3.3 Pengumpulan Data ... 37

3.4 Metode Analisis Data ... 37

3.5 Tahapan Analisis ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Perekonomian Jawa Tengah ... 41

4.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah ... 41

4.1.2 Kontribusi Sektoral Jawa Tengah ... 43

4.2 Perkembangan Industri... 46

(10)

x

4.3 Analisis Struktur Industri ... 52

4.4 Pembahasan ... 87

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 92

5.2 Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 PDRB Menurut Lapangan Usaha ADHK 2000 di Jawa Tengah Tahun

2007-2010 (Juta Rupiah) ... 4

1.2 Distribusi Persentase PDRB di Jawa Tengah ADHK 2000 Tahun 2005-2010 ... 5

1.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Jawa Tengah Tahun 2004-2008 (orang) ... 8

2.1 Jenis-jenis Utama Struktur Pasar ... 17

2.2 Tipe-tipe Pasar Dalam Industri ... 25

2.3 Dimensi Batasan Nilai Rasio Konsentrasi Suatu Industri ... 26

3.1 Rincian Jenis Data dan Sumber Data ... 36

4.1 Rasio Konsentrasi CR4 Investasi Sektor Industri Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 54

4.2 Pertumbuhan Rasio Konsentrasi CR4 Investasi Sektor Industri Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 57

4.3 Rasio Konsentrasi CR4 Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 62

4.4 Pertumbuhan Rasio Konsentrasi CR4 Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 64

4.5 Rasio Konsentrasi CR4 Nilai Tambah Sektor Industri Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 66

(12)

xii

Tengah periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 72

4.8 Pertumbuhan Rasio Konsentrasi CR8 Investasi Sektor Industri

Pengolahan di Jawa Tengah periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit

(%) ... 76

4.9 Rasio Konsentrasi CR8 Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan di

Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 77

4.10 Pertumbuhan Rasio Konsentrasi CR8 Tenaga Kerja Sektor Industri

Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit

(%) ... 80

4.11 Rasio Konsentrasi CR8 Nilai Tambah Sektor Industri Pengolahan di

Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit (%) ... 82

4.12 Pertumbuhan Rasio Konsentrasi CR8 Nilai Tambah Sektor Industri

Pengolahan di Jawa Tengah Periode Tahun 2005-2009, ISIC 5 Digit

(%) ... 84

4.13 Rata-rata Rasio Konsentrasi CR4 Sektor Industri Pengolahan di Jawa

Tengah Periode Tahun 2005-2009 ... 86

4.14 Rata-rata Rasio Konsentrasi CR8 Sektor Industri Pengolahan di Jawa

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Keterkaitan Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar ... 1

1.2 Distribusi Persentase PDRB ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha

di Jawa Tengah Tahun 2004-2009 (%) ... 6

2.1 The Interactive Structure-Conduct-Performance Market Framework ... 23

2.2 Skema Kerangka Berpikir Penelitian Konsentrasi Industri ... 33

4.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2001-2010 (%)

Berdasarkan Harga Konstan 2000 ... 42

4.2 Pertumbuhan Ekonomi PDRB Jawa Tengah Tahun 2001-2010

Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Miliar Rupiah) ... 43

4.3 Perkembangan Proporsi PDRB Jawa Tengah Tahun 2005-2009

Berdasarkan Harga Konstan 2000 (%) ... 44

4.4 PDB Indonesia Tahun 2004-2009 ... 47

4.5 Banyaknya Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri di Indonesia Tahun

2004-2009 (orang) ... 48

4.6 Laju Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Jawa Tengah Tahun 2004-2010

(%) ... 48

4.7 Banyaknya Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan di Propinsi

Jawa Tengah Tahun 2005-2009 (Orang) ... 50

4.8 Banyaknya Nilai Tambah Sektor Industri Pengolahan di Propinsi

(14)

xiv

Lampiran Halaman

1 Data Penelitian : Data CR4 dan CR8 Sektor Industri dari Segi

Investasi, Tenaga Kerja, dan Nilai Tambah di Jawa Tengah Tahun

2005-2009 ... 97

2 Hasil CR4 Sektor Industri dari Segi Investasi ... 131

3 Hasil CR4 Sektor Industri dari Segi Tenaga Kerja ... 132

4 Hasil CR4 Sektor Industri dari Segi Nilai Tambah ... 133

5 Hasil CR8 Sektor Industri dari Segi Investasi ... 134

6 Hasil CR8 Sektor Industri dari Segi Tenaga Kerja ... 135

(15)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Sektor industri ialah salah satu dari sembilan sektor-sektor ekonomi, dimana

merupakan komponen penting dalam upaya meningkatkan penerimaan negara

yaitu Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional yang telah menggeser peran

sektor pertanian yang semula merupakan sektor primer dalam pembangunan.

Sektor industri mempunyai kontribusi ekonomi yang besar antara lain melalui

investasi, lapangan pekerjaan, nilai tambah. Sektor industri juga berperan dalam

perubahan struktural bangsa ke arah modernisasi kehidupan masyarakat Indonesia

dalam menunjang pembentukan daya saing nasional di pasar internasional.

Struktur pasar merupakan suatu bahasan yang penting untuk mengetahui

perilaku dan kinerja suatu industri. Dalam struktur pasar terdapat tiga elemen

pokok yaitu pangsa pasar, konsentrasi, dan hambatan masuk. (Wihana, dalam Fitri

2007). Berikut gambar hubungan dari struktur, perilaku, dan kinerja suatu

industri.

Sumber : Dimodifikasi dari Martin, dalam Prasetyo (2010)

Gambar 1.1: Keterkaitan Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar

Market Structure

Market Performance Market

(16)

dipengaruhi oleh diferensiasi produk, harga barang yang diproduksi, dan

hambatan masuk ke dalam industri.

Dalam keadaan krisis, perusahaan-perusahaan hanya memiliki dua pilihan.

Pilihan pertama, yaitu mengurangi jumlah impor faktor produksi yang berarti

mengurangi jumlah produksi. Pilihan kedua, yaitu jumlah faktor produksi yang

diimpor tetap, tetapi harus meningkatkan biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini

untuk meningkatkan atau paling tidak mempertahankan keuntungan suatu

perusahaan harus menjual barang produksinya dengan harga yang lebih tinggi. Ini

tentunya akan mempengaruhi struktur dari suatu industri.

Tahun 2005-2009 adalah masa pemulihan dan pengembangan industri setelah

krisis di tahun 1997/1998 di Indonesia. Adanya revitalisasi, konsolidasi, dan

restrukturisasi industri masih menjadi salah satu fokus kebijakan

industri.(Departemen Perindustrian, dalam Kuncoro 2007). Hal ini berarti adanya

upaya pemerintah untuk meningkatkan peran sektor industri antara lain dengan

melihat kembali struktur industri melalui rasio konsentrasi suatu perusahaan

industri.

Perhatian pemerintah terhadap pembangunan industri sejalan dengan

Krugman & Obstfeld 1991:299) : ”keinginan sebagian besar Negara Sedang

Berkembang (NSB) membangun sektor industri bertujuan meningkatkan

ekonominya”(Bambang Heru Santosa,BPS).

Bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, dimana setiap daerah

diharapkan memiliki perencanaan pembangunan yang baik agar dapat

(17)

tenaga kerja dari jumlah penduduk, yang bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakatnya. Tidak jauh berbeda dari kondisi perekonomian

Indonesia, kondisi perekonomian di Jawa Tengah yang memiliki keunggulan

sumber daya alam yang melimpah serta jumlah penduduk yaitu sekitar 32.382.657

jiwa yang memiliki 35 daerah kabupaten/kota (Jawa Tengah Dalam Angka), juga

mengalami kenaikan laju PDRB jika dilihat dari sembilan sektor ekonominya

seperti pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas,

dan air minum; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan

komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa.

Dalam rangka mengembangkan daerah, guna mensejahterakan

masyarakatnya, pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah diharapkan mampu

mengembangkan sektor-sektor perekonomiannya berdasarkan pada

keunggulannya yang salah satunya adalah dari sektor industri pengolahan.

Berikut adalah data Tabel PDRB Jawa Tengah dan distribusi persentase atas

(18)

PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah Tahun 2007-2010 (juta Rupiah)

Lapangan usaha 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 31.862.697,60 32.880.707,85 34.101.148,13 34.955.957,64 2. Pertambangan

dan Galian 1.782.886,65 1.851.189,43 1.952.866,70 2.091.257,42

3. Industri

Pengolahan 50.870.785,69 55.348.962,88 57.444.185,45 61.390.101,24

4. Listrik, Gas,

dan Air Bersih 1.340.845,17 1.408.666,12 1.489.552,65 1.614.857,68 5. Bangunan 9.055.728,78 9.647.593,00 10.300.647,63 11.014.598,60 6. Perdagangan,

Hotel, dan

Restoran 33.898.013,93 35.226.196,01 37.766.356,61 40.055.356,39 7. Pengangkutan

dan Komunikasi 8.052.597,04 8.581.544,49 9.192.949,90 9.805.500,11 8. Keuangan,

Persewaan, dan

Jasa Perusahaan 5.767.341,21 6.218.053,97 6.701.533,13 7.038.128,91 9. Jasa-Jasa 16.479.357.72 16.871.569,54 17.724.216,37 19.029.722,65 Total PDRB

Jawa Tengah 159.110.253,79 168.034.483,29 176.673.456,57 186.995.480,64 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka 2011, BPS Jawa Tengah

Berdasarkan pada Tabel 1.1 mengenai PDRB Jawa Tengah tahun 2007-2010,

bahwa struktur perekonomian di Jawa Tengah masih didominasi oleh sektor

industri pengolahan yang terus mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan

sektor perdagangan,hotel dan restaurant, dan sektor pertanian, dimana sampai

dengan tahun 2010 kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Jawa

(19)

Tabel 1.2

Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah Tahun 2005-2010

Lapangan usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Berdasarkan pada Tabel 1.2 Distribusi PDRB Jawa Tengah tahun 2005-2010

menunjukkan bahwa distribusi persentase Jawa Tengah sampai tahun 2010

didominasi oleh sektor industri yaitu sebesar 32,83 persen, yang mengalahkan

sektor pertanian yang hanya mencapai 18,69 persen, sedangkan sektor

perdagangan; hotel dan restoran mencapai 21,42 persen. Dimana distribusi sektor

industri pengolahan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 relatif fluktuatif,

akan tetapi secara kumulatif pertumbuhan sektor industri pengolahan Jawa

Tengah di tahun 2010 yaitu sebesar 32,83 persen. Hal ini membuktikan bahwa

sektor industri merupakan sektor tertinggi dalam meningkatkan PDRB dan dapat

(20)

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, BPS (diolah)

Gambar 1.2: Distribusi Persentase PDRB ADHK 2000 Menurut Lapangan Usaha di Jawa Tengah Tahun 2004-2009 (persen)

Perkembangan kegiatan ekonomi di Jawa Tengah semakin meningkat selama

enam tahun terakhir ini, salah satu diantaranya adalah kegiatan ekonomi dari

sektor industri pengolahan. Kegiatan ekonomi sektor industri pengolahan di Jawa

Tengah terus mengalami pertumbuhan, hal ini disebabkan karena adanya struktur

pasar yang tercermin dalam konsentrasi industri (variabel penguasaan pasar,

tenagakerja, nilai tambah, output, modal). Konsentrasi industri merupakan ukuran

yang digunakan untuk melihat derajat penguasaan pasar oleh beberapa perusahaan

dalam suatu industri.

Kondisi perkembangan sektor industri yang semakin membaik tidak lepas

dari adanya investasi dan meminimalkan biaya ekonomi yang tinggi melalui

pembangunan infrastruktur. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya,

4.Listrik

2004 0.78 0.98 3.55 4.79 5.49 10.06 20.87 21.07 32.4

2005 0.82 1.02 3.54 4.89 5.57 10.01 21.01 20.92 32.23

2006 0.83 1.11 3.58 4.95 5.61 10.25 21.11 20.57 31.98

2007 0.84 1.12 3.62 5.06 5.69 10.36 19.93 20.03 31.97

2008 0.84 1.1 3.71 5.16 5.75 10.57 19.73 19.96 31.68

2009 1.04 0.98 3.68 6.19 6.22 10.85 19.87 19.72 31.45

(21)

pemerintah Indonesia telah memberikan prioritas alokasi investasi ke sektor

industri manufaktur sehingga mendorong pertumbuhan dan mempercepat

peningkatan kontribusinya dalam PDB. Pemerintah Indonesia yang terus berupaya

untuk mendongkrak investasi asing untuk masuk ke dalam negeri yaitu dengan

melakukan kerjasama perdagangan bersama beberapa negara-negara yang telah

menjalin mitra kerjasama melalui kesepakatan yang telah disepakati bersama.

Peran setiap sektor dalam pertumbuhan ekonomi regional tentu akan

berdampak pada keadaan ketenagakerjaan. Setiap sektor ekonomi akan dapat

menyerap tenaga kerja dalam perekonomian regional. Penyerapan tenaga kerja

yang cukup tinggi berarti terjadi peningkatan kesejahteraan didalam masyarakat

(Hastarini, 2009).

Adanya perkembangan dalam kegiatan di sektor industri yang semakin

meningkat, sehingga pendapatan PDRB Jawa Tengah yang juga mengalami

peningkatan tidak didukung dengan jumlah penyerapan tenaga kerja yang terserap

dari sektor industri. Meskipun sektor industri ini merupakan sektor ekonomi yang

berperan besar dalam peningkatan PDRB Jawa Tengah, tidak demikian hal nya

dengan jumlah tenaga kerja yang mampu terserap dari sektor ini.

Berdasarkan pada data Tabel 1.3 (penduduk yang bekerja menurut lapangan

usaha) dan grafik mengenai laju pertumbuhan tenaga kerja menurut lapangan

usaha di Jawa Tengah tahun 2004-2008 bahwa tenaga kerja yang terserap dari

sektor industri sampai dengan tahun 2008 hanya sebesar 2.703.427 orang, berbeda

dengan sektor pertanian yang mampu lebih banyak menyerap tenaga kerja sampai

dengan tahun 2008 yaitu sebesar 5.697.121 orang dan sektor

(22)

industri dalam hal menyerap jumlah tenaga kerja di Jawa Tengah masih belum

sebaik kontribusi nya dalam hal meningkatkan PDRB di Jawa Tengah.

Berikut data tabel jumlah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja

menurut lapangan usaha (per sektor) di Jawa Tengah:

Tabel 1.3

Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Jawa Tengah Tahun 2004-2008 (orang)

Lapangan usaha 2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 6.242.391 5.875.292 5.562.775 6.147.989 5.697.121 2. Pertambangan dan

Galian, LGA 11.672 113.716 148.975 163.756 155.082

3. Industri

Pengolahan 2.393.068 2.596.815 2.725.533 2.765.644 2.703.427 4. Bangunan 823.010 1.019.306 1.071.087 1.123.838 1.006.994 5. Perdagangan,

Hotel, dan Restoran 3.005.440 3.429.845 3.124.282 3.417.680 3.254.982 6. Pengangkutan dan

Komunikasi 668.811 713.670 645.886 738.498 715.404

7. Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 127.885 140.383 157.543 147.933 167.840

8. Jasa-Jasa 1.540.934 1.748.173 1.763.207 1.798.720 1.762.808

9. Lainnya 16.886 18.103 11.643

total 14.830.097 15.655.303 15.210.931 16.304.058 15.463.658 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), BPS 2009

Berdasarkan pada uraian di atas mengenai konsentrasi sektor industri di Jawa

Tengah maka dalam penelitian ini akan diangkat judul : “Konsentrasi Industri

(23)

1.2 Rumusan Masalah

Struktur pasar dalam suatu industri sangat penting untuk dapat mengetahui

perilaku dan kinerja dari suatu perusahaan. Kontribusi yang tinggi dari sektor

industri terhadap pendapatan regional di Jawa Tengah, masih jauh lebih rendah

jika dibandingkan dengan kontribusi penyerapan tenaga kerja dari sektor industri

yang jauh lebih sedikit dari penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dan sektor

perdagangan,hotel dan restaurant. Adanya faktor-faktor lain seperti tingkat

penyerapan tenaga kerja, investasi di sektor industri pengolahan, kegiatan

produksi yang menghasilkan ouput yang tinggi, serta adanya nilai tambah

merupakan hal yang berperan penting terhadap peningkatan pendapatan regional

dengan memberdayakan sektor-sektor ekonomi, terutama dari sektor industri.

Selain itu struktur dari masing-masing industri juga akan berpengaruh terhadap

bagaimana peranan sektor industri pengolahan terhadap pertumbuhan industri di

Jawa Tengah.

Dengan demikian berdasarkan latar belakang diatas, adapun permasalahan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsentrasi investasi sektor industri pengolahan di Jawa Tengah

selama periode tahun 2005-2009?

2. Bagaimana konsentrasi tenaga kerja sektor industri pengolahan di Jawa Tengah

selama periode tahun 2005-2009?

3. Bagaimana konsentrasi nilai tambah sektor industri pengolahan di Jawa

(24)

Sesuai dengan uraian latar belakang dan permasalahan diatas maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Menganalisis konsentrasi investasi sektor industri pengolahan di Jawa Tengah

selama periode tahun 2005-2009.

2. Menganalisis konsentrasi tenaga kerja sektor industri pengolahan di Jawa

Tengah selama periode tahun 2005-2009.

3. Menganalisis konsentrasi nilai tambah sektor industri pengolahan di Jawa

Tengah selama periode tahun 2005-2009.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis, diantaranya sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai tambahan dan bahan kajian tentang perkembangan konsentrasi

industri pengolahan di Jawa Tengah.

b. Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya di sektor

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan dalam

bidang penelitian dan menerapkan teori yang peneliti dapatkan di

perkuliahan.

b. Sebagai bahan studi dan pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi,

terutama bagi mahasiswa ekonomi pembangunan yang ingin melakukan

(26)

12 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya dengan pendapatan regional suatu

daerah, dimana terdapat kegiatan-kegiatan ekonomi yaitu adanya sembilan

sektor ekonomi yang salah satu nya adalah sektor industri pengolahan. Sektor

industri pengolahan merupakan penyumbang terbesar dalam PDRB Jawa

Tengah.

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai pertambahan output atau

pertambahan pendapatan nasional agregatif dalam kurun waktu tertentu

misalkan satu tahun. Perekonomian suatu negara dikatakan mengalami

pertumbuhan jika jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor

produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya

(Prasetyo. P. Eko, 2009:237).

Indikator ekonomi yang paling sering digunakan untuk melihat kondisi

suatu negara adalah pertumbuhan ekonomi. Indikator ini untuk mengukur

tingkat pertumbuhan output ataupun laju pertumbuhan pendapatan nasional

(PDB) dari suatu negara. Perhitungan pertumbuhan ekonomi biasanya

menggunakan data PDB triwulan atau tahunan. Adapun konsep perhitungan

(27)

Keterangan :

g = Pertumbuhan ekonomi (%) periode t

Yt = PDB / PDRB riil periode t

Yt-1 = PDB / PDRB riil periode t-1

2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Teori yang dikemukakan oleh Adam Smith dengan teori nya “Leissez Faire

dengan asumsi :

a. Suatu kebijaksanaan yang memberikan kebijaksanaan sepenuhnya kepada para

pelaku ekonomi untuk melakukan kegiatan ekonomi.

b. Meminimalkan campur tangan pemerintah.

Adam Smith tidak menyadari adanya kenaikan hasil yang semakin berkurang.

Adam Smith mengemukakan bahwa perkembangan penduduk akan

mendorong pembangunan ekonomi karena akan memperluas pasar.

Menurut David Ricardo dengan teori yang lebih dikenal dengan teori

distribusi yang menentukan bagian buruh yang didasarkan pada beberapa

asumsi :

a. Terbatasnya jumlah tanah, seluruh tanah digunakan untuk produksi gandum,

maka tenaga kerja dalam pertanian membantu distribusi industri.

b. “Low of Diminishing Return

c. Adanya akumulasi kapital untuk saving dan investasi yang meningkat.

(28)

e. Adanya kemajuan teknologi dari waktu ke waktu hanya sebagai penggantian

buruh.

f. Tingkat upah adalah alamiah (seluruh buruh dibayar dengan upah yang cukup

untuk hidup secara minimal).

g. Sumber lain pemupukan modal adalah perbedaan antara produksi dan

konsumsi, maka pentingnya peningkatan produksi dan pengurangan konsumsi.

h. Ada pengaruh perubahan variabel; penduduk, upah, sewa, keuntungan yang

dinamis terhadap pembangunan ekonomi.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Teori yang berkembang berdasarkan analisis mengenai pertumbuhan

ekonomi menurut pandangan para ekonom klasik seperti Solow dan Swan

yang menyatakan bahwa, pertumbuhan ekonomi tergantung pada

pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan

akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Teori ini didasarkan pada

analisis klasik yaitu perekonomian akan tetap mengalami full employment dan

kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.

Hal ini berarti bahwa, perekonomian suatu negara akan berkembang

tergantung kepada pertambahan penduduk, akumulasi kapital, dan kemajuan

teknologi.

Cobb Douglas yang juga merupakan salah satu tokoh dari Neo Klasik

yang mengemukakan mengenai teori fungsi produksi, dimana dalam

menaikkan laju pertumbuhan ekonomi tidak hanya di titik beratkan kepada

(29)

Keterangan :

Yt = tingkat produksi tahun t

Tt = tingkat teknologi pada tahun t

Kt = jumlah stok alat modal pada tahun t

Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t

3. Teori A. Lewis

Teori pertumbuhan ekonomi Lewis menitikberatkan kepada mekanisme

perubahan ekonomi dari negara berkembang, yang pada mulanya bersifat

tradisional serta menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke struktur

perekonomian yang lebih modern, dan didominasi oleh industri dan jasa

(Todaro, 2000).

Model teori Lewis memfokuskan pada terjadinya proses pengalihan

tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi serta kesempatan kerja dari sektor

tradisional (pedesaan) menuju ke sektor modern di perkotaan seperti industri

dan jasa yang dimungkinkan dengan adanya perluasan lapangan pekerjaan di

sektor modern. Lewis berasumsi bahwa tingkat upah didaerah perkotaan

(sektor industri) minimal 30 persen lebih tinggi dari rata-rata pendapatan di

pedesaaan (sektor pertanian) yang memaksa para pekerja pindah ke daerah

(30)

2.2Investasi

Investasi adalah pembelian (dan produksi) dari modal barang yang tidak

dapat dikonsumsi akan tetapi dapat digunakan untuk kegiatan produksi yang

akan datang. Investasi dapat juga disebut dengan penanaman modal.

Penanaman modal ini dapat bersumber dari penanaman modal dalam negeri

dan penanaman modal luar negeri. Tingginya tingkat investasi yang masuk ke

dalam suatu wilayah akan berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja.

Investasi merupakan pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal

perusahaan untuk membeli barang-barang produksi, untuk menambah

kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia. Peningkatan

investasi akan mendorong peningkatan produksi yang selanjutnya akan

meningkatkan kesempatan kerja yang produktif sehingga akan meningkatkan

pendapatan perkapita sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Investasi pada hakikatnya merupakan awal kegiatan pembangunan

ekonomi. Investasi dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama

antara pemerintah dan swasta. Investasi merupakan suatu cara yang dapat

dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

untuk jangka panjang dapat menaikkan standar hidup masyarakatnya

(Mankiw, 2000).

2.3 Tenaga Kerja

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga kerja adalah setiap orang

(31)

untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Batas usia kerja

adalah setiap orang atau penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Tenaga

kerja menurut BPS disebut penduduk usia kerja.

Penduduk usia kerja dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau

yang memiliki pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan yang mencari

pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang

kegiatannya tidak bekerja maupun mencari pekerjaan atau penduduk usia

kerja dengan kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya.

Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk

berusia 10 tahun keatas. Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai

dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia

15 tahun atau lebih.

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses produksi, karena

tenaga kerja merupakan penggerak dari seluruh input-input seperti

mesin-mesin, bahan baku dan sebagainya. Menurut Suparmoko, tenaga kerja adalah

penduduk pada usia kerja antara 15-64 tahun. Penduduk dalam usia kerja ini

dapat digolongkan menjadi dua yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan

kerja.

2.4 Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan elemen strategis yang relatif permanen dari

(32)

pasar maka dapat diketahui perilaku dan kinerja dari suatu pasar.

Berdasarkan pada Tabel 2.1 menunjukkan berbagai bentuk dari struktur

pasar.

Tabel 2.1

Jenis-jenis Utama struktur Pasar

Struktur Jumlah Produsen Diferensiasi Produk

Pengendalian Terhadap Harga Monopoli Produsen tunggal Produk tanpa

barang subtitusi yang dekat

Sangat besar

Oligopoli Jumlah produsen sedikit

Sumber : Kuncoro, 2007

2.4.1 Pasar Monopoli

Pasar monopoli merupakan struktur pasar dimana hanya terdapat satu

penjual yang memproduksi suatu barang dan jasa yang tidak memiliki barang

subtitusi. Produsen dalam pasar monopoli umumnya mempunyai kendali

yang sangat besar terhadap harga jual produknya.

Menurut Hasibuan, beberapa penyebab yang mendorong hadirnya struktur

pasar monopoli, terutama dalam sektor industri pengolahan, adalah terjadinya

merjer, skala ekonomi yang besar dan ditunjang efisiensi, efisiensi dan

(33)

perusahaan memperoleh hak-hak yang istimewa dalam mengelola input yang

sukar diperoleh perusahaan lain.(Kuncoro,2007).

2.4.2 Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli merupakan struktur pasar dimana hanya ada beberapa

perusahaan atau produsen yang terdapat di pasar.

Menurut Carl Keysan dan Dobald F. Turner (1959) yang merupakan tokoh

yang membuat batasan tentang metode andil perusahaan ada tiga kelompok

oligopoli, yaitu (Hasibuan,dalam Kuncoro 2007):

1. Oligopoli yang didalamnya terdapat 8 perusahaan terbesar yang

setidak-tidaknya menguasai pasar satu jenis industri atau 20

perusahaan menguasai pasar sebesar 70%.

2. Oligopoli dengan 8 perusahaan yang menguasai sekurang-kurangnya

33% suatu pasar industri atau sejumlah perusahaan yang memegang

andil setidak-tidaknya 75% pasar dari suatu industri.

3. Oligopoli dengan 8 perusahaan terbesar menguasai pasar kurang dari

33% yang biasanya disebut industri tidak terkonsentrasi.

Menurut McAfee, dalam Kuncoro, pasar oligopoli terbagi menjadi dua, yaitu

oligopoli ketat (tight oligopoly) dan oligopoli longgar (loose oligopoly). Dimana

pasar oligopoli ketat yaitu kemiripan antara perusahaan yang terdapat di pasar

sangatlah kecil, sehingga dalam struktur tersebut perusahaan yang terlibat banyak

pilihan dalam mengimplementasikan strateginya. Struktur pasar yang demikian

memungkinkan terjadinya persaingan yang sehat antar perusahaan. Sedangkan

(34)

strategi diferensiasi produk dan yang kedua adalah membuat inovasi yang

akan mengubah orientasi pasar.

2.4.3 Pasar Persaingan Monopolistik

Persaingan monopolistik merupakan strategi dimana terdapat sejumlah

besar perusahaan yang menghasilkan produk-produk terdiferensiasi. Struktur

demikian mengandung persaingan sempurna karena terdapat banyak penjual

dan tidak ada satupun yang mendapat pangsa pasar cukup besar.

Sebuah industri dikatakan memiliki struktur persaingan monopolistik jika

memiliki syarat-syarat berikut (Baye, dalam Kuncoro 2007) :

1. Ada banyak penjual dan pembeli

2. Setiap perusahaan di industri menghasilkan produk yang

terdiferensiasi

3. Adanya kebebasan untuk keluar masuk industri

2.4.4 Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang hanya terdapat

banyak produsen dan banyak pembeli dengan barang yang bersifat sama

(identik). Dalam pasar persaingan sempurna, harga ditentukan oleh

mekanisme pasar. Karakteristik pasar persaingan sempurna adalah sebagai

berikut (Permono;Baye;Blair dan Kaserman, dalam Kuncoro,2007:145) :

1. Produknya homogen. Produk yang homogen umumnya disebabkan

tidak adanya preferensi oleh konsumen terhadap produk di pasar

(35)

sebagai pertimbangan dalam keputusannya untuk membeli atau

tidaknya suatu produk.

2. Jumlah penjual dan pembeli yang banyak, sehingga kondisi seperti ini

menyebabkan konsumen bertindak sebagai penerima harga (price

taker) karena barang yang dibelinya merupakan bagian kecil dari

seluruh komoditas yang diperjualbelikan.

3. Informasi sempurna (perfect information). Informasi yang sempurna

menyebabkan pembeli tidak akan membeli produk dengan harga diatas

harga pasar. Akibatnya perusahaan yang menjual diatas harga pasar

tidak dapat menjual apapun.

4. Tidak adanya halangan yang signifikan untuk memasuki atau keluar

pasar (absence of serious barriers to entry and exit). Artinya, semua

sumber daya dapat dengan mudah bergerak keluar masuk pasar.

2.5 Perilaku Industri

Perilaku dalam industri dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan oleh

sebuah perusahaan untuk mendapatkan pasar, dengan kata lain perilaku dapat

terlihat dari bagaimana suatu perusahaan dalam menentukan harga jual,

promosi produk atau periklanan.

Menurut Hasibuan, perilaku didefinisikan sebagai pola tanggapan dan

penyesuaian suatu industri di dalam pasar untuk mencapai tujuannya.

Perilaku industri satu dengan industri lainnya berbeda. Salah satunya

disebabkan oleh perbedaan struktur pasar beberapa industri.

(36)

Kinerja merupakan hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku

industri, dimana hasil biasa diidentikkan dengan besarnya penguasaan pasar

atau besarnya keuntungan suatu perusahaan didalam suatu industri.

Ukuran kinerja antara industri satu dengan industri lain berbeda-beda.

Ukuran kinerja dapat dilihat berdasarkan pada sudut pandang manejemen,

pemilik atau pemberi pinjaman. Ukuran lainnya dalam kinerja suatu industri

adalah kinerja dalam perusahaan dapat diamati melalui produktivitas dan

efisiensi. Produktivitas merupakan hasil yang dicapai per tenaga kerja atau

unit faktor produksi dalam jangka waktu tertentu. Tingkat produktivitas

dipengaruhi oleh perkembangan teknologi, alat produksi, dan keahlian yang

dimiliki oleh tenaga kerja. Produktivitas juga merupakan perbandingan antara

nilai output dengan tenaga kerja. Sedangkan efisiensi merupakan

perbandingan seberapa besar kita dapat mengambil manfaat dari suatu

variabel untuk mendapatkan output sebanyak-banyaknya.

Dalam ekonomi industri, konsep tentang struktur, perilaku, dan kinerja

industri memiliki hubungan yang saling mempengaruhi yaitu menjelaskan

tentang bagaimana suatu perusahaan berperilaku dalam menghadapi struktur

pasar tertentu dalam suatu industri sehingga dari perilaku tersebut akan

tercipta suatu kinerja tertentu. Hubungan tersebut akan digambarkan dalam

(37)

Progressiveness

technology Profitability

Strategy

Demand

Sales efforts

Sumber: Martin, dalam Prasetyo (2010)

Gambar 2.1 : The interactive structure-conduct-performance market framework

Dalam gambar 2.1 diatas yang menjelaskan mengenai keterkaitan bahwa

struktur pasar dan perilaku pasar dengan strateginya akan mempengaruhi

kinerja pasar. Kinerja pasar nantinya akan mempengaruhi struktur pasar

melalui tingkat keuntungan yang diperolehnya, serta dari tingkat kinerja

progressiveness dengan dimensi teknologi yang baik akan memperkuat

struktur industri yang bersangkutan. Sedangkan dari sisi perilaku melalui

upaya-upaya penjualan sales efforts akan diperoleh buyer atau demand yang

baik untuk semakin memperkuat struktur pasar. Jika kinerja pasar merupakan

hasil kerja antara struktur pasar dan perilaku pasar, maka struktur pasar dan

perilaku pasar yang baik akan semakin memperkuat kinerja pasar. Structure

Conduct

(38)

2.7 Konsentrasi Industri

2.7.1 Konsep Dasar Konsentrasi Industri

Konsentrasi dari beberapa perusahaan dalam suatu industri sering menjadi

perhatian para ekonom, ahli strategi bisnis, dan agen-agen pemerintah.

Tujuan industri dalam bisnis adalah untuk mencapai keuntungan maksimum,

dan agar keuntungan maksimum dapat tercapai, maka struktur industri yang

tercermin dalam struktur pasar harus kuat. Semakin elastisnya permintaan,

maka ada kecenderungan struktur pasar yang akan semakin terkonsentrasi.

Konsentrasi industri merupakan sebagai suatu ukuran relatif yang

memperhatikan derajat penguasaan pasar oleh beberapa perusahaan dalam

suatu industri yang berada dalam pasar.

Tingkat konsentrasi industri merupakan suatu variabel dalam struktur

industri yang dapat diukur. Konsentrasi industri ini menginformasikan ukuran

relatif dari perusahaan-perusahaan yang ada pada suatu pasar industri. Ada

beberapa ukuran dari konsentrasi industri, salah satunya adalah Andil

Perusahaan. Hasil dari berbagai ukuran konsentrasi ada yang meningkat dan

ada yang menurun. Jika tingkat konsentrasi dalam keadaan meningkat, maka

tingkat persaingan di pasar antar industri menurun, dan jika tingkat

konsentrasi dalam keadaan menurun, maka kondisi tingkat persaingan

meningkat (Prasetyo, 2010).

2.7.2 Batasan Pengukuran Konsentrasi

Dalam Prasetyo (2010), tujuan dari pengukuran konsentrasi adalah untuk

(39)

konsentrasi atau concentration ratio (CR) atau sering disingkat dengan CRN

merupakan cara yang paling sering digunakan untuk mengetahui ukuran suatu

industri. Di mana N menunjukkan jumlah andil perusahaan yang biasanya

digunakan sebagai ukuran, misalkan sejumlah 1-10 andil perusahaan dalam

industri.

Tabel 2.2

Tipe-Tipe Pasar dalam Industri

Struktur Pasar Kondisi Utama

Monopoli Murni Jika suatu perusahaan mampu memiliki 100% pangsa pasar industri yang ada Perusahaan yang dominan Suatu perusahaan yang memiliki

50-100% pangsa pasar dan tanpa persaingan yang kuat diantara industri yang ada

Oligopoli Ketat Jumlah perusahaan sedikit dan CR4 atau

penggabungan 4 perusahaan terbesar yang memiliki pangsa pasar 60-100%, dan kesepakatan diantara mereka dalam menetapkan harga relatif mudah

Oligopoli Longgar Jumlah perusahaan banyak dan CR4

yang memiliki 40-60% pangsa pasar, kesepakatan diantara mereka untuk menentukan harga sebenarnya sangat sulit namun tetap saja dapat terjadi Persaingan Monopolistik Banyak persaingan efektif, tetapi tidak

(40)

Satuan ukur dari rasio konsentrasi (concentration ratio) adalah persentase

dari suatu variabel dalam industri yang digunakan. Beberapa variabel yang

dapat digunakan untuk mengukur konsentarsi industri misalkan, pangsa pasar

(market share) atau penjualan, nilai tambah, keuntungan, besarnya modal,

besarnya tenaga kerja, dan sebagainya tergantung dari konsentrasi apa yang

ingin dilihat dalam suatu industri.

Berdasarkan pada Tabel 2.3 dapat dinyatakan hingga saat ini tidak ada

ukuran konsentrasi yang baku, karena pada dasarnya nilai konsentrasi ini

memang ukuran relatif, sehingga yang lebih penting adalah ukuran

konsistensinya serta perlu diperhatikan perilaku industrinya.

Tabel 2.3

Dimensi Batasan Nilai Rasio Konsentrasi Suatu Industri Dimensi Ukur Menurut Nilai CR-4 Nilai CR-8 Struktur Industri

Stigler - 60% Oligopoli

Joe S.Bain :

Kelompok I (IA & IB) 87% 99% Oligopoli penuh

Kelompok II 72% 88% Oligopoli tipe 2

Kelompok III 61% 77% Oligopoli tipe 3

Kelompok IV 38% 45% Oligopoli tipe 4

Kelompok V 22% 32% Oligopoli tipe 5

<32% Tak terkonsentrasi

Keysan dan Turner : CR-8=100% CR-20=75% Oligopoli penuh

Kelompok I - 33% Oligopoli

Kelompok II <33% Tak terkonsentrasi

Hasibuan & Machlup <3% - Poli-poli

Kuncoro 40% - Oligopoli

Prasetyo >70% >86% Oligopoli

<25% <35% Tidak terkonsentrasi

(41)

2.7.3 Pengukuran Konsentrasi

Adanya berbagai ukuran yang digunakan untuk mengetahui ukuran

konsentrasi suatu industri seperti rasio konsentrasi (concentration ratio)

ataupun berbagai ukuran indeks dalam konsentrasi industri, mempunyai

kelebihan dan kekurangan nya tersendiri.

Adapun beberapa macam ukuran yang digunakan dalam mengukur

konsentrasi suatu industri adalah sebagai berikut :

1. Rasio Konsentrasi (Concentration Ratio)

Rasio konsentrasi (concentration ratio) atau sering dikenal dengan istilah CR

merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui konsentrasi industri

dengan menggunakan teknik andil setiap perusahaan yang ada dalam industri

yang ingin diamati. Variabel-variabel yang ingin digunakan tergantung dari

tujuan pengamatan yang diinginkan, misalkan dapat berdasarkan pada

variabel ; market share, output, nilai tambah, nilai penjualan, nilai investasi,

profit, tenaga kerja, modal dan sebagainya (Prasetyo,2010).

Keterangan :

n = jumlah perusahaan industri yang dapat diukur.

X = besarnya nilai absolut dari dari variabel yang sedang diamati pada

sejumlah perusahaan ke-i.

T = mewakili jumlah keseluruhan nilai absolut dari variabel yang

(42)

bentuk struktur industri juga memiliki kelemahan yaitu ukuran CR kurang

mampu menggambarkan struktur suatu industri secara lengkap. Hal ini

dikarenakan penghitungan CR hanya menggunakan satu variabel saja, dimana

nilai rasio konsentrasi ini kurang mampu memberikan informasi yang

lengkap tentang struktur industri.

2. Indeks Herfindahl

Indeks Herfindahl (HI) merupakan ukuran konsentrasi suatu industri yang

mampu menggambarkan konsentrasi industri yang lebih lengkap jika

dibandingkan dengan Rasio Konsentrasi (Concentration Ratio). Namun

Indeks Herfindahl ini juga mempunyai kelemahan pada saat pemberian bobot.

Nilai Hi sangat sensitif terhadap andil perusahaan yang terbesar dalam

industri. Karena semakin besar andil perusahaan akan semakin berarti dalam

nilai HI.

2.7.4 Penyebab Konsentrasi

Menurut Douglas F. Greer (1984) dalam Prasetyo (2010), telah dijelaskan

ada empat sebab pokok atau faktor penyebab terjadinya konsentrasi industri,

yaitu; (1) faktor nasib baik (luck), (2) faktor teknis, (3) faktor kebijaksanaan

pemerintah, dan (4) faktor kebutuhan bisnis.

Faktor lain terjadinya konsentrasi industri yang relatif tinggi juga dapat

disebabkan karena adanya kebijaksanaan pemerintah. Berbagai kebijakan

yang dimaksud dalam hal ini adalah seperti; kebijakan hak paten, lisensi, dan

berbagai kebijakan regulasi lain yang mendorong industri semakin kuat

(43)

argumentasi mendasar mengapa pemerintah melakukan perlindungan

terhadap industri jenis ini adalah ;

1. Kapasitas yang sudah cukup dan tidak perlu ada perusahaan baru,

sehingga pemerintah hanya menunjuk satu perusahaan industri saja yang

boleh berproduksi.

2. Memberikan fasilitas tertentu kepada industri tertentu demi kepentingan

rakyat, misalkan melalui keringanan biaya impor, subsidi bunga,

memberikan kesempatan pasar tertentu yang tidak boleh dimasuki

perusahaan lain, dan sebagainya. Dengan berbagai hak fasilitas ini

tentunya perusahaan industri akan semakin terkonsentrasi.

3. Karena menyangkut kebutuhan untuk rakyat banyak, sehingga industri

jenis pantas untuk dilindungi karena barang yang diproduksi bersifat

public-good. Contoh industri ini adalah industri air minum (PAM), listrik,

angkutan umum, telepon, dan telekomunikasi termasuk Pos.

2.7.5 Dampak Konsentrasi Industri

Hampir sebagian industri berperilaku menuju tingkat konsentrasi penuh

atau konsentrasi tinggi. Karena semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan

semakin mudah industri tersebut dalam meraih keuntungan maksimumnya.

Sebaliknya, jika semakin rendah tingkat konsentrasi maka akan berdampak

negatif bagi industri tersebut dalam meraih keuntungan maksimumnya.

Semakin tinggi tingkat konsentrasi suatu industri maka akan semakin

leluasa perusahaan industri dalam penguasaan faktor produksi, sehingga

(44)

semakin lemah dan akan semakin merugikan masyarakat.

2.8 Variabel Penelitian

2.8.1 Investasi

Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat meningkatkan

kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional,

dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. (Sukirno, 2000).

Pentingnya investasi bahwa masyarakat tidak menggunakan semua

pendapatannya untuk dikonsumsi, melainkan ada sebagian yang ditabung dan

tabungan ini nantinya digunakan untuk keperluan investasi. Misalkan,

investasi dalam peralatan modal atau pembentukan modal, tidak hanya

meningkatkan produksi atau pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat

memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Dengan demikian terdapat

hubungan yang positif antara pembentukan investasi dengan pertumbuhan

ekonomi pada suatu negara. (Prasetyo, 2009:99)

2.8.2 Tenaga Kerja

Berdasarkan pada fungsi produksi Cobb Douglas yang menyatakan

bahwa pendapatan ditentukan dari modal, tenaga kerja, dan perkembangan

teknologi. Hal ini juga didukung oleh Hulten dan Schawab (1984), yang

menyatakan perkembangan teknologi, stok modal, dan tenaga kerja

berpengaruh dalam menentukan adanya perbedaan pertumbuhan ekonomi

regional untuk di wilayah Amerika Serikat (Armstrong and Taylor. 1993)

(45)

Menurut Todaro (2003), pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan

angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor positif yang

memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti

akan menambah jumlah tenaga kerja yang produktif.

2.8.3 Nilai Tambah

Semakin tinggi nilai tambah suatu perusahaan industri maka akan

semakin tinggi kegiatan aktivitas perusahaan industri. Tingginya kegiatan

aktivitas dalam suatu perusahaan industri akan menyerap banyak tenaga

kerja. Tenaga kerja yang diserap akan mendapat upah sebagai ganti balas jasa

industri terhadap para pekerja. Tenaga kerja yang terserap dapat mengurangi

tingkat pengangguran dalam masyarakat, selain itu dengan upah yang didapat

oleh para pekerja, masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidup

(mensejahterakan masyarakat).

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan untuk membantu peneliti memperoleh

gambaran tentang bagaimana konsentrasi sektor industri, sehingga dapat

membantu penelitian ini menjadi lebih baik serta sebagai pedoman bagi

peneliti.

Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan

penelitian terdahulu untuk pendukung bagi penelitian ini. Berkaitan dengan

konsentrasi industri, terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan

(46)

Kuncoro (2002) yang menganalisis hubungan antara struktur dan kinerja dari

industri rokok kretek di Indonesia selama periode 1996-1999. Penelitian ini

menggunakan analisis rasio konsentrasi (CR4) dan jumlah perusahaan sebagai

ukuran dari struktur, dan keuntungan sebagai indisktor dari kinerja. Hasil

analisis yang didapat adalah keuntungan tiap perusahaan memiliki korelasi

yang positif dengan indikator turunnya nilai CR4. Sedangkan keuntungan

keuntungan dari setiap perusahaan mempunyai hubungan yang negatif.

Keuntungan per output industri rokok di Indonesia secara total pada tahun

1999 mengalami kenaikan sebesar 4,1 persen bila dibandingkan dengan

keuntungan per output pada tahun 1996. Keuntungan per output yang

meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan inilah yang

menyebabkan keuntungan tiap perusahaan menurun.

Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitri

Wulandari (2007). Dalam penelitian Fitri membahas mengenai bagaimana

struktur dan kinerja Industri Kertas dan Pulp di Indonesia. Hasil dalam

penelitian ini menyimpulkan bahwa nilai rasio konsentrasi dari CR bahan

baku, CR nilai tambah, dan CR output semuanya meningkat baik untuk CR4

maupun CR8, yang berarti krisis telah meningkatkan rasio konsentrasi industri

kertas dan pulp. Sedangkan CR yang mengalami penurunan adalah CR upah,

adanya penurunan pada CR upah ini disebabkan karena industri ini

merupakan industri padat modal dengan penggunaan teknologi tinggi. Selain

itu hasil lainnya melalui regresi adalah tahun 1994, biaya bahan baku dan

(47)

Sedangkan variabel biaya modal tidak signifikan. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang diteliti oleh Fitri adalah peneliti tidak menggunakan

analisis regresi, selain itu peneliti ingin melihat bagaimana konsentrasi

industri pengolahan apabila diteliti di Jawa Tengah.

Penelitian ketiga, adalah penelitian ini dilakukan oleh Didit Purnomo dan

Devi Istiqomah (2008) tentang analisis peranan sektor industri terhadap

perekonomian Jawa Tengah tahun 2000 dan tahun 2004 (analisis

input-output). Penelitian ini membahas permasalahan mengenai otonomi daerah,

diharapkan setiap daerah mampu mengelola potensi-potensi daerah untuk

meningkatkan pendapatan regional dengan memberdayakan sektor-sektor

ekonomi yang ada, yaitu salah satunya melalui sektor industri. Variabel yang

digunakan dalam penelitian Didit adalah faktor-faktor dalam sektor industri

sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikat nya adalah pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah. Analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan

analisis input-output. Hasil dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa, sektor

industri memiliki peranan yang sangat signifikan dalam proses produksi.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Didit dan Devi ini jika

dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah berbeda

dari alat analisis yang diterapkan. Peneliti menggunakan analisis rasio

konsentrasi CR4 dan konsentrasi CR8 untuk melihat bagaimana konsentrasi

dari penanaman modal dalam perusahaan, tenaga kerja, dan nilai tambah

tersebut dalam industri pengolahan di Jawa Tengah (CRN).

Berdasarkan pada penelitian-penelitian terdahulu yang membahas

(48)

skripsi dengan memodifikasi dan menambahkan beberapa variabel dalam

penelitian ini antara lain variabel investasi pada sektor industri pengolahan,

tenaga kerja pada industri pengolahan, dan nilai tambah pada sektor industri

pengolahan.

2.10 Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran digunakan untuk memperjelas alur penelitian yang

akan diteliti, sehingga diperlukan kerangka pemikiran sesuai tahap-tahap

penelitian secara teoritis.

Kerangka berpikir yaitu untuk menggambarkan hubungan konsentrasi

antara variabel yaitu investasi, tenaga kerja, nilai tambah industri pengolahan

di Propinsi Jawa Tengah. Secara sistematis, adapun kerangka pemikiran

(49)

Gambar 2.2 : Skema Kerangka Berfikir Penelitian Konsentrasi Industri

Keterangan :

Inves : investasi industri pengolahan

TK : tenaga kerja industri pengolahan

NT : nilai tambah industri pengolahan Rasio Konsentrasi (CRn)

CRNT

CRTK

(50)

36 3.1 Jenis Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data

yang telah tersedia dan telah diproses oleh pihak-pihak lain sebagai hasil atas

penelitian yang telah dilakukan. Penelitian ini menggunakan data yang terdiri dari

data time series.

Data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Propinsi Jawa Tengah. Data-data yang digunakan meliputi data PDRB Jawa

Tengah atas dasar harga konstan 2000, investasi sektor industri, tenaga kerja

sektor industri, dan nilai tambah sektor industri. Data yang digunakan melalui

sistem penggolongan industri yang ditetapkan oleh Organisasi Industri pada

Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO), yang dikenal dengan nama International

Standard Industrial Classification (ISIC). Penelitian ini dilakukan di 35

kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah dari tahun 2005-2009 dan pada 23 jenis

industri pengolahan dengan menggunakan ISIC 5 digit.

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada variabel

dengan cara memberi arti, atau menspesifikasikan kegiatan, atau memberikan

suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini meliputi variabel

investasi pada sektor industri pengolahan, tenaga kerja di sektor industri

pengolahan, nilai tambah pada industri pengolahan yang dihasilkan dari sektor

(51)

Adapun variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Investasi adalah penanaman modal pada sektor industri yang dapat

digunakan untuk melakukan kegiatan produksi barang atau jasa. Data

investasi sektor industri pengolahan yang digunakan diambil dari publikasi

Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah (satuan Rupiah).

2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang berusia produktif yang bekerja di

sektor industri yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

barang dan jasa yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan (satuan

orang).

3. Nilai tambah adalah selisih antara nilai produksi dengan biaya yang habis

digunakan selama proses produksi. Data yang digunakan diambil dari

publikasi Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah (satuan Rupiah).

Berikut rincian jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini.

Tabel 3.1

Rincian Jenis Data Dan Sumber Data

No. Jenis Data Sumber Data

1 Investasi Jawa Tengah Dalam Angka, BPS Propinsi Jawa Tengah (Berbagai Edisi)

2 Tenaga Kerja Jawa Tengah Dalam Angka, BPS Propinsi Jawa Tengah (Berbagai Edisi)

3 Nilai Tambah Jawa Tengah Dalam Angka, BPS Propinsi Jawa Tengah (Berbagai Edisi)

4 Investasi, Tenaga kerja, dan Nilai tambah industri ISIC 5 digit

Statistik Industri Pengolahan Propinsi Jawa Tengah (Berbagai Edisi)

(52)

Adapun metode dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu

menggunakan dokumentasi. Data dokumentasi merupakan cara untuk

memperoleh data atau informasi mengenai berbagai hal yang ada kaitannya

dengan penelitian, dengan jalan melihat kembali laporan-laporan tertulis baik

berupa angka maupun keterangan (tertulis, tempat, atau orang).

Data dari penelitian ini terdiri dari data investasi sektor industri pengolahan,

tenaga kerja sektor industri pengolahan, nilai tambah sektor industri pengolahan,

yang diperoleh dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Tengah.

Selain itu data-data yang digunakan juga diperoleh dan bersumber dari internet

serta buku-buku dan literatur yang mendukung dan menjelaskan teori-teori

tentang definisi dan konsep yang terdapat dalam penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan metode yang digunakan untuk

membuktikan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini menggunakan analisis

rasio konsentrasi (concentration ratio/CRN) untuk melihat konsentrasi pada

industri pengolahan yang terdapat di Jawa Tengah.

Metode rasio konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah CR4

(concentration ratio-4) dan CR8 (concentration ratio-8). Menurut Churh dan

(53)

a. Rasio Konsentrasi (concentration ratio-4).

b. Rasio Konsentrasi (concentration ratio-8).

Menurut JB.Bain dalam Fitri (2007), pengukuran konsentrasi tidak

hanya terbatas pada jumlah barang yang ditawarkan saja, tetapi bisa juga

diukur melalui nilai tambah yang diciptakan, jumlah tenaga kerja yang

digunakan atau biaya tenaga kerja, nilai tambah yang dihasilkan perusahaan.

3.4.1 Analisis Rasio Konsentrasi (Concentration Ratio/ CRN)

Pengukuran rasio konsentrasi atau concentration ratio sering dikenal

dengan istilah CR adalah dengan menggunakan teknik andil setiap perusahaan

yang ada dalam industri yang sedang diamati. Adapun dalam penelitian ini

variabel-variabel yang digunakan untuk melihat rasio konsentrasi yang terdapat

di Jawa Tengah yaitu rasio konsentrasi investasi (CRI), rasio konsentrasi tenaga

kerja (CRTK), dan rasio konsentrasi nilai tambah (CRNT).

Dari 23 jenis industri pengolahan yang ada di Propinsi Jawa Tengah,

dalam penelitian ini penulis hanya meneliti 13 jenis industri pengolahan hal ini

dikarenakan adanya ketersediaan data-data, adapun 13 jenis industri yan

dimaksud antara lain sebagai berikut; industri makanan dan minuman (ISIC

15), industri tekstil (ISIC 17), industri kulit dan barang dari kulit (ISIC 19),

(54)

industri dari karet dan barang-barang dari karet (ISIC 25), industri barang

galian bukan logam (ISIC 26), industri logam dasar (ISIC 27), industri

barang-barang dari logam kecuali mesin (ISIC 28), industri mesin perlengkapannya

(ISIC 29), industri furnitur dan industri pengolahan lainnya (ISIC 36).

Adapun rumus dalam melihat rasio konsentrasi yang tercermin dalam

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

(Prasetyo, 2010) :

Keterangan :

n = jumlah perusahaan industri yang dapat diukur.

X = besarnya nilai absolut dari dari variabel yang sedang diamati pada

sejumlah perusahaan ke-i.

T = mewakili jumlah keseluruhan nilai absolut dari variabel yang

diukur atau diamati dalam industri tersebut.

3.5 Tahapan Analisis

Dalam penelitian ini adapun tahapan analisis nya adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data penelitian (investasi, penggunaan tenaga kerja,

dan nilai tambah pada sektor indstri pengolahan di Jawa Tengah)

(55)

2. Pengelompokkan data dari Statistik Industri Jawa Tengah yaitu dari

23 jenis industri pengolahan yang ada kemudian dikelompokkan

lagi ke dalam ISIC 5 Digit.

3. Dari 23 jenis industri pengolahan yang tersedia, kemudian ditentukan

hanya 13 jenis industri pengolahan yang nantinya akan diteliti oleh

penulis dikarenakan ketersediaan data yang ada di lapangan.

4. Setelah di tentukan data-data yang akan diteliti, kemudian dari data

yang ada akan dianalisis dengan menggunakan metode pengukuran

rasio konsentrasi yang terdiri dari pengukuran rasio konsentrasi

dengan CR4 dan pengukuran rasio konsentrasi dengan CR8.

Hasil dalam penelitian ini merupakan hasil dari penghitungan ISIC 5

(56)

42

4.1 Gambaran Perekonomian Jawa Tengah

Perekonomian Jawa Tengah menunjukkan perkembangan yang cukup

baik dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu lima tahun

terakhir cenderung bergerak ke arah yang positif tetapi pergerakannya relatif

kecil. PDRB dan kontribusi dari masing-masing sektor ekonomi di Propinsi

Jawa Tengah terus bergerak positif dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008,

tetapi pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami

penurunan hingga mencapai 4,71 persen.

4.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Jawa Tengah

Tujuan pembangunan nasional adalah dengan melihat pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dalam setiap daerah. Begitu hal nya dengan Propinsi Jawa

Tengah, adanya keinginan yang sama bagi setiap daerah untuk menjadikan

daerah nya dapat mencapai pertumbuhan yang tinggi. Adapun perkembangan

pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Berdasarkan pada Gambar 4.1 dapat dilihat perkembangan dari

pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Selama kurun waktu 10 tahun (tahun

2001-2010), menunjukkan adanya peningkatan yang positif dalam

pertumbuhan ekonomi meskipun pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Jawa

Tengah mengalami adanya penurunan yang relatif kecil dikarenakan mendapat

pengaruh dari dampak krisis keuangan global sehingga mencapai 4,71 persen.

Gambar

Tabel                                                                                                            Halaman
Gambar                                                                                                        Halaman
Gambar 1.1: Keterkaitan Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar
Tabel 1.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wibowo, Wisnu Ari. “Pengaruh Faktor Aglomerasi Industri, Angkatan Kerja Dan Tingkat Upah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data agregat dari 35 kabupaten/ kota di Jawa Tengah yang meliputi data kemiskinan, pangsa sektor pertanian dan pangsa sektor

Pengaruh Laju Pertumbuhan Sektor Industri, Investasi, dan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1980-2011..

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel; ekspor, investasi, dan tenaga kerja terhadap PDB (Pertumbuhan Ekonomi) Jawa Tengah.

Sektor konstruksi dan bangunan pada perekonomian propinsi Jawa Tengah berdasarkan periode 2004-2008 menunjukan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut dinyatakan bahwa pertumbuhan

Dan dua industri potensial untuk dikembangkan menjadi sektor basis yaitu industri kayu dan barang dari kayu dan industri semen dan barang galian bukan logam,

ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, JUMLAH INDUSTRI MENENGAH DAN INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAWA

Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang potensial dalam menyerap tenaga kerja dan memberikan kontribusi sektor kontribusi terhadap PDRB Propinsi Jawa Timur,