• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Dukungan Venezuela Kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries De Colombia (FARC) Terhadap Hubungan Bilateral Venezuela-Kolombia"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Edoardo A.A Mote 44306026

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

BANDUNG

(2)

i

Internasional. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Komputer Indonesia.

Isu utama yang menyebabkan menurunnya hubungan bilateral antara Venezuela – Kolombia memiliki dua dimensi. Yang pertama adalah Ideologi dan kedua adalah Kepentingan Politik yang berbeda yang ingin dikejar kedua negara pada tataran bilateral maupun regional. Secara Ideologi, Venezuela adalah negara Sosialis dibawah rezim Chavez sementara Kolombia adalah Liberal-Kapitalis selama bertahun-tahun. Pemicu dari memburuknya hubungan kedua negara adalah dukungan Venezuela kepada kelompok pemberontak Kolombia, Fuerzas Armadas Revoluconaris de Colombia (FARC).

Skripsi ini membahas tentang dampak dukungan Venezuela kepada kelompok pemberontak FARC dimasa rezim Chavez terhadap hubungan bilateralnya dengan Kolombia. Metode penelitian yang dipakai adalah studi literatur.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, keberadaan kelompok pemberontak FARC ini mendapat dukungan dari Venezuela berupa bantuan Finansial, bantuan persenjataan, bntun teritori dan bantuan diplomasi. Akibat dari terkuaknya bukti-bukti tersebut di tahun 2008, terjadi krisis hubungan Bilateral antar kedua Negara yang ditandai dengan penarikan duta besar masing-masing Negara, krisis perbatasan yang ditandai dengan penyiagaan pasukan militer disepanjang perbatasan kedua Negara serta ancaman krisis keamanan regional akibat rencana Kolombia yang ingin meningkatkan kehadiran pasukan serta persenjataan AS di Negara tersebut.

(3)

ii

Colombia. Department of International Relation. Faculty of Social and Political Science. Computer University of Indonesia.

The main issues which are turning down bilateral relation between Venezuela – Colombia has two dimension. They are ideology and political interest that pursued on bilateral and regional stages. Ideologically, Venezuela is

opponent to Colombia. Venezuela is Socialism under Chavez’s regime and

Colombia is Liberal- Capitalist for years. Trigger that decreasing relation between two countries is support of Venezuela to Insurgent Group of Colombia, Fuerzas Armadas Revolucionaries de Colombia (FARC).

This thesis describe the impact of support from Venezuela to Insurgent Group, FARC (when Chavez has been in charge as a President) toward his bilateral relation with Colombia. Research method use literature study and library research.

This Research yield several of proofs about support Venezuela to FARC, they are : financial assistance, armed assistance, provide safe haven and diplomatic assistance. When those proofs has revealed in 2008, crisis was taking place between two countries. Bilateral relation crisis like recall ambassador in both side, boarder crisis that signed with face to face armed force between Venezuela and Colombia and the threat of regional security because of the plan from Colombia that consider to increase numbers of personnel and armed equipment from AS into that Country.

(4)

iii

maupun tidak langsung. Untuk itu, halaman ini diistimewakan kepada mereka yang layak menerima ucapan terima kasih dari Penulis,

Yang pertama adalah Bapak Rektor Kedua, Pembantu Rektor dan Dekan

Ketiga Bapak Andrias Darmayadi, S.IP, M.Si selaku Ketua Prodi Hubungan Internasional; kombinasi antara intelektualitas dan

fleksibilitas…...more than just a Lecture....A Truly Leader...Motivated and Inspiring

Keempat, Bu Dewi Tri Wahyuni, S.IP, M.Si, selaku Dosen Pembimbing,

no pain, no gain….Seorang Teoritisi HI…dan Motivator yang baik....

Kelima Bapak Budi Mulyana S.IP, M.Si, selaku dosen Wali, ada yang

tidak bisa di beli dengan uang….dan radikalisme tidak selalu berarti kekerasan….pertempuran dimedan pemikiran lebih kuat dan dahsyat dampaknya ketimbang pertempuran konvensional….so, let’s fight!

Keenam Ibu Sylvia Octa Putri Sylvia, S.IP, kemajuan yang luar biasa

dalam mempelajari Ilmu HI…terima kasih untuk semua masukkannya selama ini….

Ketujuh Ibu Yessi Marince S.IP, M.Si, terima kasih untuk semua kebaikan

ibu selama ini….semoga kebaikan pula yang akan ibu dapatkan di kemudian hari

Kedelapan Ibu Dwi Endah Susanti selaku Sekretaris Prodi Hubungan Internasional, terima kasih untuk semua pengertiannya selama ini…..

Kesembilan, buat Luiza Moniz D.C Faria dan Helder Olivio Freitas

(5)

iv

Kesepuluh, untuk Bie, Amir, Intan, Dhea dan

Abo…(Teletubbies)…..hahahaha….Kalian membuat aku nyaman untuk menjadi diri aku sendiri………..Waktu orang lain mengatai kita…..kita bilang….KAMU TIDAK LEBIH BAIK DARI AKU…dan kepada dunia kita katakan…JADILAH DIRI KAMU SENDIRI….

Kesebelas untuk semua teman-teman seperjuangan HI….terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini……..Amigos para siempre…..

Kedua belas, buat teman-teman Papua….Selama Langit belum runtuh dan

Bumi belum berhenti berputar, selama itu Bintang Kejora masih dapat terlihat menjelang terbit dan terbenamnya Mentari….Semesta mengunci kekuatan tak

terbatas dipusat Harapan dan menunggu untuk disingkap melalui keyakinan yang teguh akan sebuah perjuangan tentang kehidupan yang lebih baik dimasa

depan…..Manseren/Ugatamee Bless Au……..

Terakhir, buat Mama dan Papa….semoga apa yang selama ini kalian tabur,

segera menuai hasilnya….dan buat adik-adik aku…..always be my little girl,,,,

Bandung, Agustus 2011

(6)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan Venezuela – Kolombia sejak menjadi Negara berdaulat pasca runtuhnya Gran Colombia di tahun 1831 dibayangi oleh ketegangan hubungan hingga kemungkinan perang terbuka diantara keduanya. Tidak jarang juga kedua negara ini bekerjasama baik secara bilateral maupun secara multilateral didalam organisasi internasional. Sumber konflik itu sendiri ada yang berasal dari sisa persoalan politik masa lalu seperti masalah perbatasan sampai kepada campur tangan pihak luar yang memperkeruh hubungan kedua Negara seperti kerjasama militer AS – Kolombia yang tidak disukai oleh Venezuela pada masa rezim Chavez.

(7)

Ada beberapa sumber konflik antara Venezuela – Kolombia dan salah satunya adalah dukungan Venezuela terhadap kelompok pemberontak bersenjata Kolombia Fuerzas Armadas Revolucionaries de Colombia (FARC).

FARC merupakan kelompok pemberontak (Insurgent Group) bersenjata yang teroganisasi secara rapih dan baik. FARC sendiri di bentuk pada tahun 1964 sebagai sayap militer dari Partai Komunis Kolombia. Sebagai organisasi berbasis ideologi Marxis – Leninisme, FARC merupakan yang tertua, terbesar dan paling mapan di daratan Amerika Latin. (globalsecurity : 2009, www.globalsecurity.org, diakses pada tanggal 15 Maret 2011). Dalam mengeksekusi misinya, FARC menggunakan tak-tik gerilya.

(8)

bawah dibunuh oleh orang tak dikenal. Tidak lama kemudian, terjadi demonstrasi besar-besaran oleh pendukungnya di Bogota, ibukota Kolombia yang kemudian berubah menjadi kerusuhan hebat. Hal ini dikarenakan para demonstran berhadapan dengan pendukung pemerintah yang merupakan rezim Partai Konservatif. Kerusuhan ini semakin lama semakin tidak terkendali akibat banyaknya para demonstran yang menggunakan senjata. Akhirnya di tahun 1948, Kolombia jatuh ke dalam Perang Sipil yang berlarut-larut selama satu dekade. Kedua belah pihak saling berusaha untuk merebut kekuasaan.

Militer kemudian mengambil alih pemerintahan untuk menstabilkan teritorinya. Sebuah amnesti di keluarkan oleh pemerintah Militer Kolombia kepada pihak-pihak yang bertikai untuk menyerahkan senjata mereka. Beberapa diantaranya menyerah tetapi yang lain tidak. Kelompok yang pada akhirnya akan menjadi cikal bakal FARC, kemudian mundur kedaerah pinggiran Kolombia mengorganisasi kelompok mereka untuk selanjutnya melakukan aksi mereka. Diantara mereka adalah kelompok dari Partai Liberal dan partai Komunis. Seorang Liberal, Manuel Marulanda kemudian pindah menjadi seorang Komunis di tahun 1964 dan membentuk kelompok mereka dengan nama Tentara Revolusi Kolombia (FARC) (Ostering & Pablo, 2009 : 280).

(9)

mencoreng muka pemerintah Kolombia di dunia internasional karena Pemerintah Kolombia gagal dalam memberikan perlindungan bagi warga Negara asing, termasuk pengusaha asing maupun korporasi multinasional (rebellion : 2008, www.rebellion.org, diakses pada tanggal 7 Juli 2011).

Dalam melaksanakan aksinya, FARC memperoleh sumber pendanaan dari Pajak terhadap perdagangan obat-obatan ilegal yang di jalankan dan dioperasikan di wilayah kekuasaan mereka. Disamping itu, FARC juga melakukan aksi penculikan terhadap turis asing termasuk individu-individu yang mempunyai reputasi internasional. Belakangan FARC juga ternyata terlibat didalam bisnis obat-obatan terlarang dan merupakan sumber pendapatan terbesar bagi organisasi itu untuk menjalankan aksi-aksi mereka. Namun, yang paling ditakutkan pemerintah Kolombia adalah sebuah Kudeta terencana yang akan membawa Kolombia jatuh ketangan Komunisme (Human Right Watch :2001, www.amnesty.org, diakses pada tanggal 15 Maret 2011).

(10)

Venezuela mulai memperlihatkan dukungannya kepada FARC ketika Chavez mulai memegang kekuasaan di Negara itu. Dukungan ini dapat dilihat sebagai bentuk implementasi kebijakan luar negeri Chavez dalam lingkup Kawasan yang menginginkan integrasi kawasan Amerika Latin dan Karibia kedalam sebuah blok regional berbasis sosialisme. FARC yang secara ideologis sama dengan Venezuela merupakan agen yang tepat untuk membawa Kolombia menjadi Negara Sosialis. Selain itu, dukungan Venezuela ini juga dapat dilihat sebagai reaksi terhadap kebijakan keamanan dalam negeri dan kebijakan luar negeri pemerintahan Alvaro Uribe yang pro AS. Venezuela melihat kerjasama militer Kolombia – AS yang ditujukan untuk menumpas FARC, sangat membahayakan kedaulatannya karena basis dan operasi militernya yang terlalu dekat dengan perbatasan Venezuela.

(11)

Akibat peristiwa ini terjadi hubungan bilateral antara kedua Negara termasuk Ekuador – Kolombia. Venezuela kemudian memanggil pulang Duta Besarnya dari Kolombia. Kemudian, Venezuela menyiagakan pasukannya disepanjang perbatasannya dengan Kolombia (IRT : 2008, www.internationalheraldetribune.com, diakses pada tanggal 15 Maret 2011).

Bukti lain dari bentuk dukungan Venezuela terhadap FARC adalah diplomasi Chavez yang di lakukannya ketika berbicara di depan Parlemen Venezuela sehari setelah operasi penyelamatan para Sandera oleh Venezuela. Ia menyerukan pengakuan oleh komunitas internasional untuk mengakui status FARC bukan sebagai kelompok pemberontak semata (Insurgent Group) tetapi sebagai Pihak-pihak yang sedang Berperang (Belligerent Group) (Reuters : 2008, www.reuters.com, diakses pada tanggal 15 Juni 2011).

Berdasarkan pernyataan dan fakta yang telah dipaparkan diatas, penulis berkeinginan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang akan dituangkan dalam laporan penelitian dengan judul :

Pengaruh Dukungan Venezuela kepada Fuerzas Armadas Revolucionaries de Colombia (FARC) terhadap Hubungan Bilateral Venezuela - Kolombia

(12)

1. Teori Hubungan Internasional. Mata Kuliah ini membantu peneliti untuk menentukan teori dan pendekatan mana yang relevan dengan penelitian penulis

2. Diplomasi Hubungan Internasional di AS. Mata Kuliah ini berguna untuk mengetahui profil dan Kebijakan luar negeri AS pada saat Perang Dingin berlangsung, khususnya di Amerika Latin.

3. Analisis Politik Luar Negeri. Mata Kuliah ini memberikan uraian mengenai mengapa dan bagaimana kebijakan suatu negara dibuat dan dijadikan sebagai Politik Luar Negeri yang mengedepankan kepentingan negaranya dan dapat mempengaruhi negara lain

4. Politik Internasional. Mata Kuliah ini membantu penulis untuk mengetahui gambaran umum tentang sifat sistem hubungan internasional, iklim politik internasional dan bagaiman negara-negara saling berinteraksi didalam arena politik internasional

5. Hukum Internasional. Mata kuliah ini membantu penulis dalam menjelaskan hukum perang dan status FARC sebagai sebuah kelompok pemberontak

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian diatas tentang beberapa faktor utama tentang pengaruh FARC yang mempengaruhi hubungan luar negeri Venezuela - Kolombia, maka ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :

(13)

2. Apa bentuk dukungan Venezuela terhadap FARC?

3. Apa respon Kolombia terhadap dukungan Venezuela kepada FARC? 4. Sejauh mana FARC memberi pengaruh dalam hubungan luar negeri

Venezuela – Kolombia?

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah ini berupaya untuk menentukan batas-batas permasalahannya dengan jelas yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup permasalahan. Sebagai variabel independen, dukungan Venezuela kepada kelompok pemberontak, FARC. Sedangkan untuk variabel dependen yang dipilih adalah hubungan bilateral Venezuela - Kolombia.

Peneliti membatasi waktu penelitian dari tahun 2008 sampai 2010. Tahun 2008 diambil karena pada tahun itu merupakan puncak krisis hubungan bilateral Venezuela – Kolombia pasca operasi militer yang dilancarkan oleh Pemerintah Kolombia yang masuk menembus teritori Ekuador 1 Maret 2008. Sementara tahun 2010 dipilih karena pada tahun itu presiden Alvaro Uribe, presiden dengan kredit paling baik dalam memberantas FARC turun dari jabatannya yang kemudian ikut mengakhiri ketegangan hubungan bilateral kedua negara.

(14)

1.4 Perumusan Masalah

Bagaimana Dukungan Venezuela kepada Fuerzas Armadas

Revolucionaries de Colombia (FARC) memberikan pengaruh bagi hubungan

bilateral Venezuela Kolombia?

1.5 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi dukungan Venezuela kepada FARC

2 Untuk mengetahui bentuk dukungan Venezuela terhadap FARC

3 Untuk mengetahui respon Kolombia terhadap dukungan Venezuela kepada FARC

4 Untuk mengetahui bagaimana FARC memberi pengaruh dalam hubungan luar negeri Venezuela – Kolombia

1.5.2 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni kegunaan Teoritis dan kegunaan Praktis. Kegunaan Teoritis antara lain :

(15)

2. Mengundang ketertarikan untuk meneliti hubungan luar negeri Venezuela

– Kolombia yang terpengaruh oleh keberadaan FARC yang beroperasi diperbatasan kedua negara

3. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang FARC dan hubungan Venezuela – Kolombia

Sementara untuk tujuan praktis adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan (S-1) dalam Program Studi Ilmu Hubungan Internasinal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

1.6 Kerangka Pemikiran, Hipotesis dan Definisi Operasional 1.6.1 Kerangka Pemikiran

Pada awal abad 20, dunia internasional mendapat goncangan akibat pecah Perang Dunia I (1914 – 1919). Pengalaman ini memberikan pelajaran yang penting bagi para negarawan, pemimpin politik serta ilmuwan politik dan hukum untuk memikirkan solusi bagi pencegahan perang dimasa yang akan datang. Dari sinilah lahir ilmu Hubungan Internasional yang pada awal kelahirannya di tujukan sebagai formula pencegah perang. Pada perkembangan berikutnya, Studi HI menjadi sangat luas dan beragam mulai dari isu-isu politik dan keamanan hingga isu mengenai lingkungan hidup, gender dan HAM.

(16)

Bentuk hubungan antar negara ini ada yang terdiri dari dua negara atau disebut juga sebagai hubungan bilateral maupun hubungan lebih dari dua negara atau hubungan multilateral. Secara bilateral berarti hubungan ini hanya terjadi antara dua negara.

Bilateralisme mengacu pada hubungan politik dan budaya yang melibatkan dua negara (Djelantik, 2008 : 85). Keuntungan hubungan bilateral adalah dalam melakukan kesepakatan dan berlanjut kepada kerjasama tidak melalui pihak ketiga maupun prosedur yang panjang karena kedua negara tersebut bisa bertemu dan duduk langsung dalam sebuah pembicaraan. Kekurangannya adalah jika dua negara tidak ekuivalen didalam kapasitas politik maupun ekonominya. Negara dengan kapasitas politik dan ekonomi yang besar cenderung untuk mendikte negara yang kecil kapasitas politik dan ekonominya. Dengan begitu, negara kecil memiliki posisi tawar yang rendah sehingga akan mudah mengikuti keinginan negara besar.

(17)

Hubungan antar negara, entah itu bilateral ataupun multilateral selalu diwarnai dengan kerjasama maupun konflik. Kedua sifat hubungan ini akan selalu ada dalam tataran hubungan internasional. Dalam kerjasama, negara-negara berupaya untuk mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan negara lain sehingga kepentingan nasionalnya dapat tercapai. Sementara, ketika kerjasama itu tidak bisa lagi digalakkan kadang muncul ketegangan antar negara yang bisa berujung pada konflik.

Dalam buku “Resolusi Damai Konflik Kontemporer”, Konflik

didefinisikan sebagai :

Sebuah ekspresi heterogenitas kepentingan, nilai dan keyakinan yang muncul sebagai formasi baru yang ditimbulkan oleh perubahan sosial yang muncul bertentangan dengan hambatan yang diwariskan (Miall, Ramsbotham, Woodhouse, 2000 : 7 – 8)

(18)

kepentingan membuat negara mampu melakukan apa saja demi kepentingan nasionalnya.

Dalam menganalisa Konflik internasional, Kenneth Waltz membaginya

menjadi tiga level yang ia sebut sebagai “gambaran”, yakni : Individu, Negara dan

(19)

Ideosinkretik yang kemudian sering disebut sebagai faktor individual mungkin dapat diartikan sebagai sifat yang unik dan spesial dari seorang pemimpin atau pembuat keputusan yang berbeda dengan orang lain seandainya orang tersebut menduduki posisi yang sama (Hara, Eby, 2011 : 89). Kepala negara dengan ideosinkretik yang radikal mungkin saja akan mengambil keputusan yang ekstrim untuk menyelesaikan persoalannya dengan negara lain, sementara kepala negara yang moderat mungkin akan mencari jalan tengah sehingga bisa mendapatkan hasil win-win solution.

Menurut Wallensten tipe konflik internasional ada tiga tipe, yakni :

1. Konflik internal (intra-state conflict/internal conflict), yang memiliki dimensi secara internasional

2. Konflik antar Negara (interstate conflict/ international conflict)

3. Konflik yang berkaitan dengan pembentukan Negara (State formation conflict) (Wallensteen, 2002 : 8).

(20)

Dalam Konvensi Jenewa, Pemberontak di definisikan sebagai : Sekelompok orang yang berasal dari anggota militant dan anggota sukarela dari kesatuan, termasuk mereka yang mengorganisasi gerakan pembangkan, milik sebuah Partai untuk melakukan konflik yang daerah operasinya bisa didalam atau diluar teritori mereka (Konvensi Jenewa ke III : artikel 3)

Sebuah kelompok pemberontak mungkin saja bisa menjadi Belligerent Group atas dasar mereka telah mampu menciptakan sebuah eksistensi politik yang terpisah serta mampu menjaga tatanan didalam wilayah kekuasaan mereka dan dihormati di luar negeri (Encyclopedia of New American Nation : 2005, www.americanforeignrelations.com, diakses pada 23 Juli 2011). Belligerent Group sendiri merupakan sebuah terminologi dalam hukum internasional untuk mengindikasikan status dua atau lebih entitas, umumnya Negara berdaulat yang terlibat dalam perang (Ackerman, 2002 : 18).

Secara teoritis, kelompok pemberontak FARC bisa dikategorikan sebagai

Belligerent Group karena kelompok tersebut telah berhasil menguasai beberapa wilayah di Kolombia dengan efektif. Namun, karena menurut Hukum Kolombia semua kelompok pemberontak termasuk FARC adalah kelompok Teroris, maka hingga saat ini belum ada satu Negara yang mengakui FARC secara terbuka sebagai Belligerent Group.

(21)

luar negeri Venezuela dalam konteks Kawasan yang menghendaki terintegrasinya Negara-negara Amerika Latin dan Karibia kedalam sebuah blok regional Sosialisme ikut menjustifikasi dukungan tersebut. Hal ini dilihat sebagai bentuk implementasi kebijakan luar negeri Chavez. Pada tataran pemerintahan, hubungan bilateral Venezuela – Kolombia yang semula sudah kurang baik akibat konflik perbatasan dan kebijakan pemerintahan Kolombia yang lebih pro AS turut mempengaruhi keputusan Venezuela dalam memberikan dukungannya kepada kelompok pemberontak Kolombia, FARC.

1.6.2 Hipotesis

Dengan adanya dukungan dari Venezuela terhadap Fuerzas Armadas Revolucionaries de Colombia (FARC), seperti bantuan dana 300 juta Dólar AS kepada FARC dan bantuan diplomasi Chavez dalam meningkatkan status FARC menjadi Belligerent Group, maka hal itu semakin memperburuk hubungannya dengan Kolombia yang terbukti dari meningkatnya ketegangan hubungan bilateral kedua negara dimana kedua negara saling menyiagakan pasukan militernya di sepanjang perbatasan dan penarikan Duta Besar oleh kedua belah pihak.

1.6.3 Definisi Operasional

(22)

Bantuan diplomasi, bantuan yang diberikan oleh Venezuela kepada FARC melalui aktivitas diplomasinya terhadap dunia internasional untuk meminta mereka mengakui FARC bukan sebagai kelompok pemberontak saja (Insurgent Group), tetapi juga sebagai Pihak-pihak yang sedang berperang (belligerent group).

Belligerent group, merupakan istilah yang ditujukan bagi pihak-pihak yang sedang berperang. Belligerent group merupakan kelompok pemberontak yang statusnya diakui oleh pihak yang sedang berperang dengan mereka. Pihak yang dimaksud bisa berarti Negara.

Memperburuk hubungan, hubungan antar Negara yang semakin tidak baik oleh karena beberapa alasan yang bersifat prinsipil maupun karena konflik kepentingan.

1.7 Metodologi Penelitian dan Teknik Penelitian 1.7.1 Metodologi Penelitian

Metode penelitian dapat bermakna sempit atau luas. Dalam arti sempit, metode penelitian berhubungan dengan rancangan penilitian atau prosedur-prosedur pengumpulan data dan análisis data. Sebaliknya dalam arti luas, metode penelitian merupakan cara teratur untuk menyelidiki masalah tertentu untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diselidiki yang dibutuhkan sebagai solusi atas masalah tersebut (Silalahi, 2000, 6-7).

(23)

eksplanatif merupakan metode yang bermaksud untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel, termasuk pengaruh yang ditimbulkan oleh satu variabel terhadap variabel lainnya. Penjelasan dari suatu penelitian dapat diperoleh apabila hubungan tersebut dapat ditunjukkan (Silalahi, 2000 : 53).

1.7.2 Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan dan pemilihan data-data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti ; buku, jurnal ilmiah, surat kabar, majalah, internet serta bahan-bahan tertulis lainnya.

1.8 Waktu dan Lokasi Penelitian 1.8.1 Waktu Penelitian

Tabel 1.8.1 Waktu Penelitian

No Kegiatan Waktu penelitian

2010 2011

(24)

1.8.2 Lokasi Penelitian

1. Perpustakaan Universitas Komputer Indonesia, Jln. Dipati Ukur, Bandung

– Jawa Barat, Indonesia

2. Perpustakaan FISIP Universitas Pasundan, Jln. Lengkong Besar, Bandung 3. Perpustakaan FISIP Universitas Padjajaran, Jln. Raya Jatinangor, No. 21,

Sumedang

4. LIPI, Jln. Gatot Subroto No. 10, Jakarta

5. Kedutaan Besar Venezuela, Menara Mulia, Suite 2005, Jln. Gatot Subroto, Jakarta Selatan 12930, Telp. (62-21) 384-1142, 381-0736, Fax. (62-21) 384-1143, E-mail evenjak@cbn.net.id, evenjakt@indo.net.id

6. Kedutaan Besar Kolombia, Plaza Sentral, 16th floor, Jln. Jend. Sudirman, Kav. 47, Jakarta Selatan 12930, Telp. (62-21) 525-6446, 570-1422, Fax. (62-21) 520-7717, E-mail emcolin@rad.net.id

1.9 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi atas lima bab, dimana setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang disesuaikan dengan keperluan penelitian, secara sistematis penulisan ini ditulis sebagai berikut :

(25)

Bab II, Tinjauan Pustaka, merupakan hasil telusuran tentang kepustakaan yang mengupas topik peneltian yang sama, hal ini merupakan bukti pendukung bahwa topik atau materi yang diteliti memang suatu permasalahan yang penting, sebagaimana ditunjukkan oleh kepustakaan yang dirujuk. Kepustakaan juga dapat berupa teknik, metode atau pendekatan yang akan dipilih untuk melaksanakan penilitian yang hasilnya dideskripsikan dalam skripsi.

Bab III, Objek Penelitian, yang memberikan gambaran umum mengenai objek penelitian, khususnya keadaan objek penelitian dihubungkan dengan judul skripsi atau permasalahan yang diteliti. Objek Penelitian itu antara lain, gambaran umum negara Republik Kolombia, Negara Republik Bolivarian Venezuela dan Kelompok Pemberontak Fuerzas Armadas Revolucionaries de Colombia (FARC). Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bagian hasil, dilaporkan data-data yang diperoleh dalam penelitian, sedangkan yang dimaksud dengan Pembahsan bukanlah mengulang data yang ditampilkan dalam bentuk uraian kalimat melainkan berupa arti dari data yang diperoleh. Pembahasan itu diantaranya adalah mengenai hubungan bilateral Venezuela – Kolombia, konflik antara Kolombia – FARC, akar masalah hubungan bilateral Venezuela - Kolombia, dukungan Venezuela terhadap FARC serta dampaknya terhadap hubungan bilateral kedua negara.

(26)
(27)

22 2.1 Hubungan Internasional

Alasan utama mengapa seseorang harus mempelajari Hubungan Internasional atau HI adalah adanya fakta bahawa seluruh penduduk dunia terbagi kedalam wilayah komunitas politik yang terpisah, atau negara-negara merdeka yang sangat mempengaruhi cara hidup manusia. Secara bersama-sama negara-negara tersebut membentuk sistem global (Jackson & Sorensen, 2005 : 2).

Negara-negara merdeka satu sama lain, paling tidak secara hokum mereka memiliki kedaulatan. Tetapi hal itu tidak berarti mereka terasing atau terpisah satu sama lain. Sebaliknya, mereka berdekatan dan mempengaruhi satu sama lain dan oleh karena itu tidak ada jalan lain kecuali harus mendapatkan cara untuk hidup berdampingan dan berhadapan satu sama lain (Jackson & Sorensen, 2005 : 2).

(28)

dan ketujuh belas) di Eropa, ketika negara-negara berdaulat berdasarkan wilayah-wilayah yang berdekatan mulai dibentuk. Sejak abad kedelapan belas hubungan antara negara-negara merdeka tersebut disebut “Hubungan Internasional”

(Jackson & Sorensen, 2005 : 2).

Hubungan internasional merupakan hubungan melintasi batas wilayah suatu negara. Dimana dalam kehidupan internasional, setiap negara melakukan kerjasama, diplomasi dan lain-lain dengan negara lain. Perwita dan Yani memberi penjelasan dalam Hubungan Internasional sebagai berikut :

Hubungan internasional merupakan bentuk interaksi antara aktor atau anggota masyarakat yang satu dengan aktor atau anggota masyarakat lain yang melintasi batas-batas negara. Terjadinya hubungan internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdepedensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar (2005 : 3 – 4).

Dalam prakteknya, hubungan internasional dilakukan oleh negara-negara yang berdaulat melalui tindakan-tindakan yang diwakili oleh para elit pemerintahannya yang menyangkut kepentingan-kepentingan suatu negara yang ingin dicapai dan dipertahankan diluar batas wilayah negara. Apabila bertentangan dengan kepentingan atau melanggar kedaulatan negara lain akan menimbulkan suatu pertentangan yang mengarah kepada konflik. Studi hubungan internasional tidak saja membahasa interaksi positif antar negara-negara tapi hubungan internasional juga merupakan studi tentang diplomasi strategik dan konflik.

(29)

Suatu studi tentang interaksi antar jenis-jenis kekuatan sosial tertentu dimana di dalamnya terdapat studi tentang keadaan-keadaan yang relevan yang mengelilingi interaksi tersebut. Interaksi yang dilakukan oleh aktor-aktor hubungan internasional dilandasi oleh adanya sumber daya yang melekat pada tiap-tiap aktor tersebut ( Perwita dan Yani, 2005: 4).

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hubungan Internasional pada dasarnya merupakan hubungan sosial pada tingkat internasional yang memiliki dimensi kerjasama maupun konflik.

2.2 Hubungan Bilateral

Didalam Hubungan Internasional, kerjasama yang terjadi di antara dua negara yang sifatnya saling menguntungkan secara umum dikenal dengan hubungan bilateral.

Hubungan bilateral adalah suatu hubungan politik, budaya dan ekonomi di antara dua negara. Kebanyakan hubungan internasional dilakukan secara bilateral. Misalnya perjanjian politik-ekonomi, pertukaran kedutaan besar, dan kunjungan antar negara. Alternatif dari hubungan bilateral adalah hubungan multilateral; yang melibatkan banyak negara, dan unilateral; ketika satu negara berlaku semaunya sendiri (freewill).

“Dalam diplomasi bilateral konsep utama yang digunakan adalah sebuah

negara akan mengejar kepentingan nasionalnya demi mendapatkan keuntungan yang maksimal dan cara satu-satunya adalah dengan

membuat hubungan baik dan berkepanjangan antar negara” (Rana,

2002:15-16).

(30)

timbal balik antara dua pihak. Rangkaian pola hubungan aksi reaksi ini meliputi proses sebagai berikut :

1. Rangsangan atau kebijakan aktual dari negara yang memprakarsai. 2. Presepsi dari rangsangan tersebut oleh pembuat keputusan di negara

penerima.

3. Respon atau aksi timbal balik dari negara penerima.

4. Persepsi atau respon oleh pembuat keputusan dari negara pemrakarsa. (2005:42)

Dapat dikatakan bahwa hubungan bilateral merupakan perjanjian yang meliputi didalamnya terlibat dua negara yang membicarakan kelanjutan masa depan dari hubungan perjanjian yang telah disepakati oleh keduanya. Hubungan bilateral terjadi diantara state-to-state, dimana yang didalamnya terdapat pula aktor-aktor negara sebagai pelanan pembuat keputusan.

2.3 Teori Pengambilan Kebijakan Politik Luar Negeri

Politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakan rasional (rational action) yang dilakukan suatu negara dengan sengaja untuk mencapai kepentingan nasionalnya di lingkungan internasional (Mas’oed, 1994 : 234).

Politik Luar Negeri menurut Jack C. Plano dan Roy Olton adalah strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan (Decision Maker) suatu negara dalam menghadapi negala lain atau unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional (Cooplin, 2003 :30)

(31)

bernalar dan terkoordinasi, dalam analogi ini individu itu melalui serangkaian tahap-tahap intelektual dengan menerapkan penalaran-penalaran yang sunguh-sunguh– berusaha menetapkan pilihan atas alternatif-alternatif yang ada (Mas’oed, 1994 : 234).

Sumber : William D. Coplin, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis, edisi kedua Terjemahan oleh Marcedes Marbun, (Bandung: PT. Sinar Baru Algresindo, 2003), hal. 30

Gambar 2.3 Pengambilan Kebijakan Politik Luar Negeri William D. Coplin

Secara umum, dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara, para pengambil kebijakan dipengaruhi oleh faktor politik dalam negeri, kemampuan ekonomi dan militer, dan konteks internasional. Faktor politik dalam negeri sangat menentukan produk kebijakan luar negeri yang dibuat oleh para pembuat kebijakan (decision maker) suatu negara.

Menurut William D. Coplin, hubungan antara para pengambil keputusan politik luar negeri dengan aktor-aktor politik dalam negeri adalah hubungan untuk mempengaruhi perilaku politik luar negeri mereka. Adapun aktor-aktor politik tersebut meliputi birokrasi, partai politik, kelompok kepentingan, organisasi masa,

Politik Dalam Negeri

Pengambilan Keputusan

Kemampuan Ekonomi dan Militer

Tindakan Politik Luar Negeri

(32)

dll yang disebut dengan “policy influencers” (yang mempengaruhi kebijakan) (Coplin, 2003 : 30).

2.4 Konflik dalam Studi dalam Hubungan Internasional

Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut cirri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Konflik merupakan serangkaian interaksi perselisihan yang mengandung unsure kekerasan. Dalam konflik ada pihak yang berkepentingan (parties), masalah, ketegangan dan tindakan. Konflik mengandung tingkatkerugian yang besar, melibatkan seluruh masyarakat.

Menurut Holsti :

Konflik merupakan suatu kekacauan yang teroganisir yang muncul dari sebuah kombinasi khusus pihak-pihak ataupun sikap-sikap permusuhan dan beberapa bentuk tindakan militer dan diplomatik tertentu (Holsti, 2008 : 73).

Sementara dalam bukunya Conflict Resolution, Schellengberg memberikan definisi konflik sebagai perbedaan antara individu dan kelompok atas dasar kompetisi kepentingan, perbedaan identitas atau sikap (Schellengberg, 2006: 8).

(33)

makro dan mikro adalah besar kecilnya konflik seperti Perang dan Revolusi termasuk konflik makro, sedangkan konflik didalam kelompok kecil atau pertengkaran antar tetangga tergolong konflik mikro.

Adapun akar-akar konflik adalah sebagai berikut :

1. Perbedaan antar individu, terjadi karena adanya perbedaan dan perasaan yang melahirkan bentrokan antara mereka

2. Perbedaan kebudayaan, terjadi karena adaperbedaan kepribadian antara kelompok yang berasal dari budaya yang berbeda

3. Perbedaan kepentingan, terjadi karena ada perbedaan kepentingan ekonomi, politik, sosial dan sebagainya antar individu maupun kelompok 4. Perubahan sosial, perubahan sosial yangberlangsung dengan cepat untuk

sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan hal tersebut menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang pada akhirnya memicu konflik.

Holsti juga mengatakan bahwa terdapat enam tipe utama sumber konflik yang dihadapi oleh setiap negara yang dapat diidentifikasikan yaitu :

1. Konflik wilayah terbatas. Merupakan konflik yang terjadi karena terdapat pandangan yang tidak cocok dengan acuan pada pemilikan suatu bagian khusus wilayah atau pada hak-hak yang dinikmati oleh suatu negara didekat wilayah negara lain

(34)

suatu rezim dan sebagai gantinya mendirikan suatu pemerintahan yang cenderung lebih menguntungkan pihak yang melakukan intervensi

3. Konflik kehormatan nasional. Pemerintah melakukan ancaman atau bertindak untuk membersihkan pelanggaran tertentu yang telah diduga 4. Imperialism regional. Terjadi tindakan suatu pemerintah berusaha

menghancurkan kemerdekaan negara lain, biasanya dilakukan demi suatu kombinasi tujuan ideologis, keamanan dan perdagangan

5. Konflik pembebasan atau perang revolusioner yang dilakukan oleh suatu negara untuk membebaskan rakyat negara lain, biasanya karena alasan etnis atau ideologis

6. Konflik yang timbul dari tujuan satu pemerintah untuk mempersatukan suatu negara yang terpecah (Holsti, 2008 : 74).

Terdapat empat perspektif dalam melihat sebuah konflik, yakni :

1. Teori Karakteristik Individu, yang melihat konflik sosial sebagai sebuah sifat alami yang dimiliki individu

2. Teori Proses Sosial, yang melihat Konflik sebagai bagian dari proses interaksi sosial antara individu atau kelompok dan mencari generalisasi tentang pola- pola didalam proses tersebut

3. Teori Struktur Sosial, melihat konflik sebagai produk dari struktur sosial yang dibentuk

(35)

Konflik dapat berlanjut selama beberapa dekade, tetapi biasanya tindakan permusuhan yang datangnya secara tiba-tiba dan tidak diharapkan oleh suatu pihak akan meningkatkan ketegangan dan dirasakan sebagai ancaman sampai batas waktu tertentu memaksa para pembuat keputusan untuk memilih antara alternatif ekstrim, termasuk melakukan perang atau menyerah.

Berdasarkan perspektif politik global, seperti yang ditulis oleh Peter Wallensteen dalam bukunya Understanding Conflict Resolution : War, Peace and the Global System terdapat tiga tipe konflik internasional:

1. Konflik internal (intra-state conflict/internal conflict), yang memiliki dimensi secara internasional

2. Konflik antar Negara (interstate conflict/ international conflict)

3. Konflik yang berkaitan dengan pembentukan Negara (State formation conflict) (Wallensteen, 2002 : 8).

2.4.1 Konflik Internal (Intra-state conflict/internal conflict) Michael E. Brown melihat Konflik Internal sebagai :

Kekerasan atau pertikaian politik yang penyebab utamanya karena faktor domestik ketimbang faktor sistemik dimana pertikaian itu melibatkan kekerasan dengan penggunaan senjata yang terjadi didalam sebuah Negara (Jemadu, 2008 : 186 – 187)

(36)

perlindungan ke Negara yang berbatasan langsung menimbulkan masalah baru yang tidak mudah untuk diselesaikan karena tidak hanya bernuansa politik tetapi juga ekonomi, etnis, budaya dan keagamaan. Bahkan masalah pelanggaran perbatasan ini bisa memicu konflik bersenjata antar Negara yang bertetangga. Selain itu, konflik internal juga sering mengundang perhatian dan campur tangan dari Negara-negara besar yang terancam kepentingannya dan organisasi internasional (Jemadu, 2008 : 188 – 189).

a. Sebab-sebab Konflik Internal

Ada empat prakondisi yang mengarah pada terjadinya konflik, yaitu : 1. Communal content, dalam kaitan dengan pra-kondisi ini yang menjadi

pemicu konflik adalah hubungan yang tidak harmonis antar kelompok identitas seperti suku, agama, budaya tertentu dengan Negara. Negara cenderung tidak mengakui eksistensi kelompok identitas tersebut dan bahkan berusaha mengeliminasinya demi kepentingan eksistensi dan keutuhan Negara. Akibatnya terjadi alienasi terhadap kelompok identitas tertentu dan mendorong para anggotanya untuk melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Negara atau lembaga-lembaga yang merepresentasikannya.

2. Deprivation process, kondisi ini dikaitkan dengan kenyataan bahwa pemerintah telah gagal dalam memenuhi kebutuhan dasar kemanusiaan sehinga terjadi proses pemiskinan secara sistematis. Proses deprivation

(37)

ekonomi sebagai hasil eksploitasi sumber daya alam didaerah-dareah yang dilanda konflik.

3. Governance characteristic, pemerintah yang otoriter dan mengabaikan aspirasi dari akar rumput. Penekanan pada stabilitas politik dan keamanan secara kaku telah mengabaikan hak sipil dan politik dari kelompok etnis tertentu sehingga mereka memendam rasa tidak puas dan frustasi yang mendalam. Dalam hal ini pemerintah pusat meyakini asumsi bahwa kekuasaan yang terpusat menjamin control yang efektif atas masyarakat.

4. International linkages, kelompok pra-kondisi yang berkaitan dengan poin ini adalah sistem ketergantungan yang terjadi antar suatu Negara dengan sistem ekonomi global dimana pemerintah mengeluarkan kebijakan yang lebih memihak kekuatan modal asing daripada kepentingan penduduk lokal. Dalam konteks ini, Negara menjadi bagian dari konspirasi global yang didukung oleh kekuatan politik dan militer global yang sulit untuk digugat dominasinya oleh penduduk lokal (Miall, 2009 : 72 – 75).

(38)

Tabel 2.4.1 Tabel Sebab-sebab Pemicu Konflik Internal

Sebab-sebab utama (Underlying Causes) Sebab-sebab Pemicu (Proximate Causes)

Faktor-faktor Struktural

Ideology eksklusif yang semakin berpengaruh

Persaingan antar kelompok yang semakin tajam Ketimpangan ekonomi yang makin lebar

Pola diskriminasi budaya yang semakin kuat

Penghinaan etnis dan propaganda (Brown, 2006 : 577)

2.4.2 Konflik antar Negara (Inter-state Conflict/international Conflict) Ada lima sumber utama konflik antar Negara :

1. Sifat Alami Manusia (Human Nature)

2. Keterbatasan dalam memahami fenomena alam secara keseluruhan (Perceptual Limitation)

3. Kemiskinan dan Disparitas Kemakmuran (Poverty and Disparities in Wealth)

4. Struktur Internal Negara (The Internal Structure of States)

(39)

1. Krisis Internasional (international crisis), krisis yang dimaksud disini seperti adanya hal-hal prinsipil aktor internasional yang sedang terancam, waktu yang sempit sebelum sebuah aksi dieksekusi, sebuah situasi dimana sebagian besar pihak tidak dalam posisi antisipasi, dan sebuah situasi dimana konflik yang diperkirakan terjadi ternyata tidak terwujud.

2. Konflik berintensitas rendah (Low-Intensity Conflict), krisis bisa dengan cepat berubah menjadi konflik skala rendah. Konflik skala rendah diukur pada frekuensi atau tingkat kekerasan yang ditimbulkannya.

3. Terorisme (Terrorism), terorisme dalam tataran internasional sangat mudah dijumpai karena beberapa alasan. Diantaranya adalah penyebaran senjata yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkannya. Kedua, adalah semakin interdependensinya Negara-negara dalam berbagai aspek yang menghubungkan seseorang dengan lainnya. Teroris menggunakan situasi ini untuk melakukan aksinya dengan harapan akan memberi tekanan bagi para penguasa untuk memenuhi tujuan-tujuannya. Ketiga, kegagalan consensus tentang masa depan komunitas internasional memungkinkan bertumbuhnya paham terorisme. Keempat, penyebab utama adalah revolusi komunikasi. Dengan kemajuan komunikasi yang mengglobal, dampak dari aksi terorisme adalah juga mengglobal.

4. Perang Sipil dan Revolusi (Civil War and Revolution)

(40)

non-negara dan yang lain merupakan aktor Negara. Perang Sipil sering memiliki dimensi internasional karena tidak jarang mendapat dukungan dari luar atau karena aktor eksternal berkepentingan dengan hasil perang tersebut. Peraang Sipil tidak jarang pula mengarah kepada sebuah Revolusi.

5. Perang Internasional (International War), merupakan konflik antara Negara-negara yang dijalankan oleh angkatan bersenjata mereka (Allyn & Bacon, 2007 : 498 – 509).

2.5 Kelompok Pemberontak (Insurgent Group) dalam Studi Hubungan Internasional

Perang terbagi ke dalam dua tipe, yakni perang reguler dan perang ireguler. Perang reguler adalah perang simetris antar aktor Negara. Sementara, perang ireguler merupakan perang asimetris yang melibatkan aktor Negara dengan aktor non-negara (Gray, 2007 : 245). Perang asimetris bagi banyak praktisi militer dan kaum akademik merupakan bentuk perang modern yang paling sering terjadi paska Perang Dingin.

(41)

2.5.1 Kelompok Pemberontak (Insurgent Group)

Kelompok Pemberontak merupakan kelompok yang biasanya muncul dalam sebuah negara yang sistem politiknya tidak bisa mengakomodasi kepentingan berbagai pihak yang berada didalamnya. Kelompok yang tidak merasa puas ini akhirnya mencari jalan diluar aturan atau hukum yang berlaku guna mengekspresikan ketidakpuasan dan tuntutan mereka kepada otoritas resmi. Mereka inilah yang biasanya memicu lahirnya konflik internal yang asimetris dan biasanya berlarut-larut.

Dalam Konvensi Jenewa, Pemberontak di definisikan sebagai : Sekelompok orang yang berasal dari anggota militan dan anggota sukarela dari kesatuan, termasuk mereka yang mengorganisasi gerakan pembangkan, milik sebuah Partai untuk melakukan konflik yang daerah operasinya bisa didalam atau diluar teritori mereka (Konvensi Jenewa ke III : artikel 3)

Sementara itu, Departemen Pertahanan Amerika Serikat mendefinisikan Pemberontak sebagai sebuah gerakan teroganisir yang ditujukan untuk menggulingkan pemerintah resmi melalui penggunaan subversi dan konflik bersenjata (DOD : 2007, www.defense.gov, diakses pada tanggal 15 Juni 2011).

Sedangkan menurut Oxford English Dictionary, Pemberontak didefinisikan sebagai :

Seseorang atau kelompok yang bangkit melawan otortitas resmi, dimana seorang pemberontak (rebel) itu sendiri bukan dikategorikan sebagai pihak yang sedang berperang (belligerent) (1989).

(42)

Ketika aksi pemberontakan biasanya diartikan sebagai gerakan melawan hukum berdasarkan aturan hukum yang berlaku disuatu teritori, maka istilah tersebut berkonotasi netral. Tetapi, ketika istilah itu digunakan oleh Negara atau otoritas lain dibawah sebuah ancaman, pemberontak itu berkonotasi negatif karena keberadaannya tidak legal. Sebuah pemberontak belum tentu dikategorikan sebagai pihak-pihak yang sedang berperang (belligerent group).

Belligerent group merupakan status politik yang secara resmi diakui oleh hukum internasional yang sama statusnya dengan negara. Belligeremt Group

merupakan terminologi yang diakui dalam hokum Perang Internasional yng biasanya di tujukan kepada pihak-pihak yng sedang berperang. Pada umumnya, status ini dilekatkan kepada Negara-negara yang sedang terlibat perang. Karena diatur dalam hukum internsional, maka Belligerent Group memiliki hak kewajiban yang dijamin secara hokum internasional pula, sehingga konflik yang terjadi bukan merupakan sebuah tindakan melawan hukum, sementara Insurgent Group sudah pasti merupakan tindakan kriminal karena keberadaannya ilegal dalam hukum positif maupun hukum internasional.

Robert R. Tomes mengidentifikasi empat elemen yang secara tipikal mencakup sebuah pemberontakan :

1. Jaringan yang yang menjaga Kerahasiaan (cell-networks that maintain secrecy)

(43)

insecurity among the population and drive them to the movement for

protection)

3. Beraneka segi usaha untuk menarik dukungan dalam masyarakat umum, sering mealui perongrongan terhadap rezim baru (multifaceted attempts to cultivate support in the general population, often by undermining the new

regime)

4. Penyerangan melawan Pemerintah (attacks against the government) (Cordesman : 2007, www.csis.org, diakses pada tanggal 5 Juli 2011). Berikut adalah tabel Bentuk dan Tipe Pemberontakan :

(Sumber : Nyeberg : 2001, www.globalsecurity.org, diakses pada tanggal 17 Juni 2011)

Gambar 2.5.1 Bentuk dan Tipe Pemberontakan

Bentuk pemberontakan terbagi dua, yakni yang menggunakan senjata (Armed Forces) dan yang tidak menggunakan Senjata (Non-Armed Forces). Pemberontak yang menggunakan senjata biasanya mengeksekusi aksi-aksinya dengan dua cara yaitu cara-cara Teroris atau Gerilya.

(44)

Dengan demikian, biasanya kelompok pemberontak yang dikategorikan sebagai Teroris menggunakan aksi-aksinya di pusat-pusat keramaian publik melalui sebuah aksi peledakkan bom, yang dapat menebar rasa takut khayalak umum.

Sementara Gerilya adalah bentuk tak-tik perang irregular yang mengacu pada konflik dimana sekelompok kecil gerilyawan, namun tidak terbatas pada anggota militan saja tetapi juga sipil bersenjata yng menggunakan tak-tik militer, seperti penyergapan, sabotase, serangan, elemen kejutan dan mobilitas yang tinggi untuk mengelabui tentara dalam jumlah besar yang pergerakannya kurang atau untuk menyerang target-target rawan dengan cepat dan menghilang dengan secepat mungkin.

Sedangkan tipe pemberontak non senjata (Non-Armed Forces) biasanya adalah dengan melakukan sebuah pembangkangan sipil (civil Resistance). Pembangkangan Sipil dapat diartikan sebagai aksi politik yang menggunakan cara-cara non-kekerasan oleh kelompok-kelompok sipil untuk menentang sebuah kekuasan tertentu, pasukan, kebijakan atau sebuah rezim.

Gerakan pemberontakan muncul dalam sebuah momentum dimana mereka terlibat. Biasanya gerakan ini muncul sebagai penyebab dari sebuah kerusuhan yang sedang terjadi dengan aspirasi baru untuk menuntut sebuah perubahan, sehingga cara-cara pemberontak di bangun dan diadaptasi sesuai kebutuhan momen saat itu (Nyeberg : 2001, www.globalsecurity.org, diakses pada tanggal 17 Juni 2011) .

(45)

pemerintah sebuah Negara, maka konflik tersebut merupakan konflik internal yang lingkupnya nasional atau urusan dalam negeri Negara itu. Kelompok pemberontak itu juga masih tetap dianggap sebagai pelaku kriminal yang melawan hukum positif Negara tersebut. Namun, ketika konflik vertikal itu telah meluas hingga keluar batas teritori sebuah Negara dan mengganggu keamanan Negara tetangga, maka konflik internal yang tadinya merupakan urusan dalam negeri, kini telah memiliki dimensi internasionalnya. Ketidakmampuan pemerintah dalam menangani sebuah gerakan kelompok pemberontakan ini juga akan berimbas kepada status kelompok pemberontak tersebut. Ketika sebuah kelompok pemberontak telah mampu menguasai sebagian wilayah dalam satu Negara dan menerapkan aturannya disitu, secara teoritis maka kelompok pemberontak tersebut bisa dikategorikan sebagai Belligerent Group. Sebuah status yang secara eksklusif dimiliki oleh subjek hukum internasional yang memiliki hak dan kewajiban dibawah hukum internasional pula. Hal ini akan berimbas pada perlakuan hukum yang diterima kepada kelompok pemberontak tersebut. Sebuah kelompok pemberontak yang sudah dikategorikan sebagai Belligeren Group tidak lagi berada dibawah hukum positif sebuah Negara yang membuat ia bebas dari segala tuntutan hukum positif Negara dimana ia berada akibat aksi-aksinya. Karena setiap aksinya dianggap sebagai tindakan pembelaan diri dibawah hukum internasional.

2.5.2 Pihak-pihak yang sedang Berperang (Belligerent Group)

(46)

umumnya adalah Negara-negara berdaulat yang terlibat dalam sebuah perang. Karena status konfliknya adalah perang, maka kondisi itu diatur didalam hukum Internsional, Piagam PBB Artikel 51 (Bruce : 2002, http://www.law.yale.edu, diakses pad tanggl 7 Juli 2011). Artikel 51 Piagam PBB menjamin hak Belligerent Group untuk mempertahankan diri, termasuk pertahanan diri kolektif untuk melawan sebuah serangan bersenjata.

“Tidak ada dalam Piagam ini akan merugikan hak yang melekat pada individu atau kolektif membela diri jika serangan bersenjata terjadi terhadap anggota PBB, sampai Dewan Keamanan sudah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memelihara perdamaian dan keamann internasional. Tindakan yang diambil oleh anggota dalam pelaksanaan hak untuk membela diri harus segera dilaporkan kepada Dewan Keamanan dan tidak dengan cara apapun mempengaruhi wewenang dan tanggung jawab Dewan Keamanan menurut Piagam ini untuk mengambil setiap saat tindakan seperti itu kalau dianggap perlu untuk memelihara atau memulihkan perdamaian dan keamanan internasional”. (Artikel 51 Piagam PBB). Artikel ini pernah di gunakan oleh AS untuk melegalkan dukungannya

terhadap legalitas Perang Vietnam. Menurut AS,” Sekalipun Vietnam Selatan

bukanlah sebuah Negara Berdaulat atau anggota PBB, dia tetap bisa menggunakan hak untuk mempertahankan diri (Self-Defense) dan AS bermaksud untuk berpartisipasi dalam pertahanan kolektif seperti yang dimaksudkan didalam Artikel 51 Piagam PBB (Ferencz : 2004, http://web.archive.org, diakses pada tanggal 7 Juli 2011).

(47)

resmi seperti Negara dan mereka yang mengambil bagian dalam pemberontakan itu tidak diakui sebagai Belligerent Group maka kelompok itu dikategorikan sebagai sebuah Pemberontakan (Insurgency) (Oxford English Dictionary : 1989).

Berdasarkan sejarah, kelompok pemberontak berusaha untuk menggulingkan sebuah pemerintahan yang sah atau untuk memisahkan diri dari sebuah Negara dengan mencari pengkuan sebagai Pihak-Pihak yang sedang Berperang (Belligerent Group), sebuah status yang hanya bisa dimiliki oleh sebuah Negara merdeka sehingga konflik yang terjadi bisa di bawa ke ranah internsional berdasarkan hukum Humaniter Internasional Pasal Umum 3 Konvensi Jenewa tahun 1949 dan Protokol Tambahan II.

Sebuah kelompok pemberontak mendapatkan status Belligerent ketika : 1. Ia dapat mengontrol wilayah kekuasaannya didalam Negara dimana ia

melakukan pemberontak

2. Kelompok pemberontak mendeklarasikan Independensinya

3. Dan jika tujuannya adalah pemisahan diri, kelompok tersebut haruslah memiliki dan mengorganisasi sebuah angkatan bersenjatanya. Secara prinsip, kelompok bersenjata itu haruslah melakukan permusuhan secara keseluruhan dengan pemerintah dan pemerintah dianggap juga sebagai

Belligerent Group (Allinson & Goldman : 2011, www.crimesofwar.org, diakses pda tanggal 23 Juli 2011).

(48)

kelompok pemberontak tersebut. Diantaranya adalah mereka telah mampu menciptakan sebuah eksistensi politik yang terpisah serta mampu menjaga tatanan didalam wilayah kekuasaan mereka dan dihormati di luar negeri (Encyclopedia of New American Nation : 2005, www.americanforeignrelations.com, diakses pada 23 Juli 2011).

Bagaimanpun juga, dalam beberapa tahun belakangan ini pemerintah telah menolak untuk memberikan pengkuan kepada kelompok-kelompok Pemberontak yang melawan mereka. Pemerintah enggan untuk mengakui bahwa mereka telah kehilangan kontrol yang efektif dari wilayah mereka serta tidak ingin memberikan

legal standing untuk kelompok pemberontak. Penolakan ini memiliki konsekuensi hukum dan kemanusiaan yang serius. Tanpa status berperang, pemerintah tidak akan terikat dengan dengan hukum Humaniter Internasional yang mengatur tentang perang sehingga hal ini seringkali membuka jalan bagi insiden kemanusiaan yang sangat memprihatinkan (Allinson & Goldman : 2011, www.crimesofwar.org, diakses pda tanggal 23 Juli 2011).

2.6 Teori Intervensi

(49)

ke high coercion dengan rentang Local Responsible yang berkisar dari rendah hingga yang tinggi.

(Nye, 2003 : 133)

Gambar 2.6 Koordinat Derajat Intervensi

Melalui sebuah intervensi, kedaulatan suatu negara di usik. Kedaulatan secara sederhana didefinisikan sebagai supremasi legal atas sebuah teritori. Akan tetapi, ada perbedaan antara kedaulatan legal dan kontrol secara de facto. Secara resmi, kedaulatan sebuah Negara adalah absolute, dimana pemerintah memiliki otoritas didalam teritorinya. Jika sebuah pemerintah menandatangani sebuah perjanjian dengan Negara lain, maka Negara tersebut akan memberi pengaruh didalam wilayah teritorinya. Namun, hal ini dianggap sebagai suatu perjanjian terbatas ketimbang dilihat sebagai invasi kedaulatan.

Intervensi pada kenyataannya tidak hanya dapat membahayakan kedaulatan sebuah Negara, malahan dapat meningkatkan kemandirian sebuah Negara yang diintervensi. Beberapa Negara miskin mungkin memiliki kontrol

(50)

yang lemah secara de facto atas teritorinya, akan tetapi dengan intervensi Negara lain yang memberikan bantuan militer dan ekonomi, di kemudian hari justru akan meningkatkan kemampuan Negara lemah tersebut dan menjadikannya lebih mandiri.

Dalam perspektif realis, nilai kunci politik internasional adalah tatanan dan perdamaian. Untuk mencapai itu, dibutuhkan sebuah institusi untuk menjaga keseimbangan kekuatan (balance of power). Oleh karena itu, bagi realis, intervensi dapat dibenarkan ketika hal itu dibutuhkan untuk memelihara keseimbangan kekuatan dan menjaga tatanan yang sudah ada.

Sementara, bagi pandangan Kosmopolitan, nilai utama politik internasional adalah keadilan dan kunci utama institusi internasional adalah masyarakat internasional yang terdiri dari individu-individu. Oleh karena itu, intervensi dibenarkan menurut pandangan ini jika hal itu dilakukan dalam rangka untuk mempromosikan keadilan.

(51)

46

3.1 Gambaran Umum Republik Kolombia dan Republik Bolivarian Venezuela

Kolombia dan Venezuela merupakan dua Negara Amerika Latin yang terletak di sub kawasan Andean, Utara Amerika Selatan. Dulunya kedua Negara ini merupakan provinsi dari Negara Gran Colombia (1819 – 1831). Akibat perang saudara berkepanjangan kedua provinsi ini pecah bersama dengan Panama dan Ekuador masing-masing membentuk Negara berdaulat sendiri.

3.1.1 Republik Kolombia

(52)

a. Sistem Pemerintahan Kolombia

Sistem pemerintahan Kolombia adalah Republik Demokratik representatif Presidensial yang berlaku sejak tahun 1991. Berdasarkan prinsip pemisahan kekuasaan, pemerintah di bagi kedalam tiga cabang yakni, Cabang Eksekutif, Legislatif dan Judikatif.

Kepala eksekutif adalah Presiden Kolombia yang berperan sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan. Di ikuti oleh wakil presiden dan dewan menteri. Presiden dipilih oleh konstituen setiap empat tahun sekali dengan batasan dua periode masa jabatan.

Cabang legislatif terdiri dari Senat dan DPR. 102 kursi Senat dipilih secara nasional dan anggota DPR dipilih di setiap provinsi dan kelompok minoritas. Keanggotaan dua kamar itu di pilih dua bulan sebelum pemilihan presiden, yang juga secara periode empat tahun sekali.

(53)

b. Sistem Politik Kolombia

Selama lebih dari seabad politik Kolombia dimonopoli oleh Partai Liberal, yang didirikan tahun 1848 oleh kelompok anti gereja, yang berplatform Liberal dan federalis dan Partai Konservatif yang didirikan tahun 1849 yang berplatform Katolikisme, Proteksionisme dan Sentralisme.

Keduanya bersatu didalam Fron Nasional di tahun 1958 – 1974 dalam rangka untuk menstabilkan gejolak politik yang menyebabkan konflik bersenjata horizontal. Namun, pada perkembangan berikutnya keduanya berpisah. Proses ini berlangsung sejak konsekuensi dari hasil pemilihan presiden pada 28 Mei 2006 yang memenangkan Alvaro Uribe dengan dukungan 62% suara. Presiden Uribe memiliki latar belakang Liberal tetapi ia berkampanye sebagai bagian dari

Colombia First yang merupakan gerakan sosial dengan dukungan partai Konservatif. Isu utama yang diangkatnya adalah isu keamanan dan ekonomi liberal yang menempatkan dia pada spektrum politik sayap kanan modern (Hugh : 2008, www.reuters.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2011).

Pada pemilihan presiden 30 Mei 2010, masyarakat memilih 46% Juan Manuel Santos, Mantan Menteri Pertahanan Kolombia untuk masa Jabatan 2010 –

(54)

c. Sistem Ekonomi Kolombia

Meskipun disulitkan dengan kehadiran konflik bersenjata internal, pertumbuhan ekonomi pasar tumbuh dengan konstan pada akhir abad 20 dengan GDP meningkat rata-rata 4% per tahun antara 1970 – 1998. Kolombia mengalami resesi di tahun 1999 dan mengalami perbaikan dari resesi dalam waktu yang lama dan sulit, tetapi, pertumbuhan tahun-tahun terakhir menunjukkan angka yang mencapai 8,2% di tahun 2007, salah satu yang tertinggi di Amerika Latin. Sementara itu, Pasar Modal Kolombia merangkak naik dari 1,000 poin dalam pembukaannya di Juli 2001 menjadi 7,300 point pada November 2008 (Banco de La Republic Colombia : 2011, www.banrep.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2011).

(55)

Kolombia secara historis merupakan Negara pertanian. Di masa kini, Kolombia menumpukan ekonominya pada sektor Jasa yang menyerap 58,5% tenaga kerja dan sektor Industri yang menyerap 18,7% tenaga kerja. Namun demikian, sektor pertanian masih memainkan peran penting dalam ekonomi Kolombia yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 22,7% (CIA : 2010, www.worldfactbook.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2011).

Kolombia kaya akan sumber daya alam. Ekspor utamanya adalah Minyak, Besi, Emas, Kopi dan produksi pertanian lainnya (ITC : 2008, http://www.intracen.org, diakses pada tanggal 23 Juli 2011). Kolombia juga diketahui sebagai pemimpin dalam produksi Zamrud (ICGA : 2011, http://gemstone.org, diakses pada tanggal 23 Juli 2011). Partner dagang utama Kolombia adalah AS, Venezuela dan China (CIA : 2010,www.worldfactbook.org diakses pada tanggal 23 Juli 2011).

Performa ekonomi telah dibantu oleh reformasi liberal yang diperkenalkan di awal tahun 1990an dan berlanjut selama masa kepresidenan Alvaro uribe, yang kebijakan-kebijakannya mencakup ukuran-ukuran yang di atur untuk membawa defisit sektor publik dibawah 2,5% dari GDP. Sementara itu, pemberdayaan dalam keamanan berhasil di laksanakan oleh Presiden Uribe dalam strategi “ Keamanan Demokrasi” yang semakin meningkatkan kepercayaan pelaku usaha dan investor

(56)

d. Hubungan Luar Negeri Kolombia

Hubungan luar negeri Kolombia di kepalai oleh Presiden Kolombia dan di kelola oleh Menteri Luar Negeri. Kolombia memelihara misi diplomatik di semua Negara dan juga menjadi anggota dari organisasi internasional.

Brussels (Mission to the European Union)

Geneva (Permanent Missions to the United Nations and other international organizations)

Montevideo (Permanent Missions to the Latin American Integration Association and Mercosur)

Nairobi (Permanent Missions to the United Nations and other international organizations)

New York (Permanent Mission to the United Nations)

Paris (Permanent Mission to UNESCO)

Rome (Permanent Mission to the Food and Agriculture Organization)

Washington, D.C. (Permanent Mission to the Organization of American States)

(57)

financial khusus dalam hal ini (Portal del Estado Colombiano : 2011, www.gobiernoenlinea.gov.co, diakses pada tanggal 23 Juli 2011).

Kolombia adalah satu diantara dua belas Negara Amerika Selatan yang mendirikan Union America de Sur (UNASUR). Selain itu, Kolombia juga aktif dalam organisasi regional seperti Andean Community of Nations (CAN) (Portal del Estado Colombiano : 2011, www.gobiernoenlinea.gov.co, diakses pada tanggal 23 Juli 2011).

e. Kebijakan Keamanan Kolombia di bawah Rezim Alvaro Uribe

Uribe mencalonkan diri sebagai kandidar presiden dari partai Liberal. Sejak awal kampanye, ia memfokuskan pada perlawanan terhadap kelompok pemberontak terbesar di Kolombia, FARC. Sebelumnya, Kolombia di bawah presiden Andreas Pastrana telah mengadakan negosiasi damai dengan FARC tetapi setelah empat tahun negosiasi damai yang tanpa gencatan senjata, ditarik kembali secara sepihak oleh FARC. Akhirnya, kekerasan pun merajalela dijalan-jalan Kolombia.

Alvaro Uribe (2002 – 2010) naik disaat Kolombia sedang berjuang mengendalikan keamanan negaranya akibat kegagalan negosiasi damai dengan FARC. Ia pun mengeluarkan program untuk keamanan dalam negerinya. Program keamanannya ini didasarkan pada kebijakan Keamanan Demokrasi (Democratic Security), yang bertujuan untuk :

(58)

2. Meningkatkan aksi hukum melawan kejahatan yang berdampak besar terhadap kehidupan sosial

3. Memberdayakan institusi-institusi public

4. Mengurangi kekerasan terhadap hak-hak asasi manusia 5. Menelanjangi organisasi-organisasi teroris seperti FARC 6. Mengurangi perampokan dan pemerasan

7. Mengurangi tingkat pembunuhan 8. Mencegah

9. mencegah pemindahan paksa dan secara tegas mengembalikan para pengungsi

10.melanjutkan perlawanan terhadap perdagangan obat-obat terlarang melalui pelarangan dan aksi hukum

Tujuan yang ingin dicapai dalam kebijakan ini antara lain : 1. meningkatkan partisipasi warga sipil secara aktif 2. mendukung pasukan

3. meningkatkan kapasitas intelejen 4. menegaskan kembali kontrol Negara

5. mencerai-beraikan kelompok-kelompok ilegal

(59)

3.1.2 Republik Bolivarian Venezuela

Venezuela adalah sebuah Negara berbentuk Federal dengan sistem pemerintahan Presidensial. Venezuela terdiri dari 23 negara bagian, sebuah Daerah Khusus Ibukota di Caracas dan beberapa daerah otonomi. Venezuela juga merupakan salah satu Negara dengan urbanisasi tertitnggi di kawasan Amerika Latin (Encarta : 2008, www.encarta.msn.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2011).

a. Sistem Pemerintahan Venezuela

Presiden Venezuela merupakan kepala Negara sekaligus kepala Pemerintahan yang dipilih secara langsung oleh rakyat Venezuela. Masa jabatannya adalah 6 tahun. Di Venezuela presiden yang sudah di pilih dua kali menjadi presiden masih bisa mencalonkan diri lagi pada pemilihan berikutnya (CIA : 2010, www.worldfactbook.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2011).

Presiden menunjuk wakilnya dan membentuk kabinetnya sendiri dan membuat Undang-undang bersama Parlemen. Presiden dapat meminta UU untuk mempertimbangkan prosi hukum agar dapat menemukan objektivitas, tetapi dapat dibatalkan jika mayoritas parlemen menolaknya (CIA : 2010, www.worldfactbook.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2011).

(60)

perwakilan orang Pribumi Venezuela. Pada periode 2010 – 2015 jumlah kursi di Parlemen berjumlah 165 dan lama jabatan adalah 5 tahun (CIA : 2010, www.worldfactbook.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2011).

Sistem hukum di Venezuela menganut tradisi sitem Kontinental. Lembaga tertinggi Hukum disebut Pengadilan Tertinggi Keadilan yang para pimpinannya dipilih oleh parlemen untuk 12 tahun sekali. Dewan Elektoral Nasional bertanggung jawab dalam proses pemilihan, dibentuk oleh lima direktur yang ditunjuk oleh Parlemen (CIA : 2010, www.worldfactbook.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2011).

b. Sistem Politik Venezuela

(61)

Konstitusi baru bagi Negara Venezuela (VT : 2011, www.venezuelatuya.com, diakses pad tanggal 23 Juli 2011).

Oposisi berusaha untuk menjatuhkan Chavez termasuk percobaan Kudeta di tahun 2002 (ICFA : 2002, www.eluniversal.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2011), serangan umum di tahun 2002 – 2003 (BBC : 2002, www.bbcnews.com, di akses pada tanggal 23 Juli 2011) dan mendesak referendum ulang di tahun 2004 yang semuanya gagal dieksekusi (The Economist : 2003, www.economist.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2011). Chavez dipilih kembali di bulan Desember 2006, tetapi kalah sedikit dalam referendum Konstitusional Venezuela di tahun 2007, yang mengupayakan dua paket reformasi konstitusional yang bertujuan untuk mengoreksi Program Revolusi Bolivarian (Koffman : 2007, www.abcnews.go.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2011).

Ada dua blok besar dalam partai politik di Venezuela, yakni partai Incumbent yang berhaluan Kiri; Persatuan Partai Sosialis Venezuela (PSUV) yang berkoalisi dengan Fatherland for All (PPT) dan Partai Komunis Venezuela (PCV). Blok berikutnya adalah Blok Oposisi yang merupakan koalisi partai Mesa de la Unidad Democratica, Partai Era Baru (UNT), Partai Project Venezuela, Justice First, Gerakan untuk Sosialisme dan yang lainnya.

c. Sistem Ekonomi Venezuela

Gambar

Tabel 1.8.1
Gambar 2.3  Pengambilan Kebijakan Politik Luar Negeri William D. Coplin
Tabel 2.4.1 Tabel Sebab-sebab Pemicu Konflik Internal
Gambar 2.5.1 Bentuk dan Tipe Pemberontakan
+4

Referensi

Dokumen terkait