• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CITRA MEREK, SIKAP KONSUMEN DAN ASOSIASI MEREK TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi Empiris Pertimbangan Mahasiswa UNNES dalam Pembelian Laptop Toshiba)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH CITRA MEREK, SIKAP KONSUMEN DAN ASOSIASI MEREK TERHADAP PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi Empiris Pertimbangan Mahasiswa UNNES dalam Pembelian Laptop Toshiba)"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

ASOSIASI MEREK TERHADAP PROSES KEPUTUSAN

PEMBELIAN KONSUMEN

(Studi Empiris Pertimbangan Mahasiswa UNNES dalam

Pembelian Laptop Toshiba)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Sarwo Edi NIM 7311409057

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ketut Sudarma, M.M. Endah Prapti Lestari, SE.MM

NIP. 195211151978031002 NIP. 196903082000122001

Mengetahui,

A.n.Ketua Jurusan Manajemen Sekretaris Jurusan Manajemen

(3)

iii

Studi Manajemen Pemasaran Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, pada :

Hari : Tanggal :

Penguji Skripsi

Sri Wartini, S.E, M.M NIP. 197209162005012001

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ketut Sudarma, M.M. Endah Prapti Lestari, SE.MM

NIP. 195211151978031002 NIP. 196903082000122001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

iv

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa yang tertulis dalam skripsi

ini benar-benar karya saya sendiri, tidak terdapat keseluruhan atau sebagian

tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam

bentuk apapun tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti hasil

salinan atau tiruan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, September 2013

Sarwo Edi

(5)

v MOTTO :

Keberhasilan adalah kemampuan untuk

melewati dan mengatasi dari satu

kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa

kehilangan semangat.

( Winston Chuchill)

PERSEMBAHAN:

Atas rahmat dan ridho Allah S.W.T.

Skripsi ini kupersembahkan:

1. Kepada Bapak, Ibu dan kakakku

tercinta, yang selalu memberikan

doa, kasih sayang dan perhatian

sampai saat ini.

(6)

vi PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat, taufik serta hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Citra Merek, Sikap Konsumen

dan Asosiasi Merek terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Studi

Empiris Pertimbangan Mahasiswa UNNES dalam Pembelian Laptop Toshiba).”

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana (S1)

Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

berkat bantuan, bimbingan, dorongan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas

Negeri Semarang.

2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan menyelesaikan studi di Fakultas

Ekonomi.

3. Drs. Sugiharto, M.Si, Ketua Jurusan Manajemen dan Dra. Palupiningdyah,

M.Si, Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberikan ijin observasi dan penelitian.

4. Dr. Ketut Sudarma, M.M, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan

(7)

vii

5. Endah Prapti Lestari, SE. MM, Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh staf dan dosen pengajar jurusan Manajemen yang telah memberikan

banyak ilmu selama mengikuti perkuliahan.

7. Seluruh mahasiswa Universitas Negeri Semarang yang telah membantu

dalam penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman kos yang telah memberikan semangat.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan baik moril

maupun materiil.

Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapat limpahan balasan

dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

memberikan tambahan pengetahuan, wawasan yang semakin luas bagi pembaca.

Semarang, September 2013

(8)

viii SARI

Sarwo Edi, 2013, Pengaruh Citra Merek, Sikap Konsumen dan Asosiasi Merek terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Empiris Pertimbangan Mahasiswa UNNES dalam Pembelian Laptop Toshiba). Jurusan Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Dr. Ketut Sudarma, M.M. Pembimbing II. Endah Prapti Lestari, SE. MM.

Kata Kunci: Citra Merek, Sikap Konsumen, Asosiasi Merek, Proses Keputusan Pembelian

Perkembangan merek-merek laptop di Indonesia relatif cukup baik dan dinamis baik untuk produk lokal maupun internasional. Selain itu, tingkat persaingan yang ketat di berbagai kategori produk berdasarkan kemajuan teknologi telah menyebabkan timbulnya beberapa fenomena yang cukup menarik. Salah satu produk laptop yang belakangan ini berhasil mencuri perhatian masyarakat adalah laptop merek Toshiba. Penelitian ini menggunakan fenomena gap, masalah yang di kaji dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh citra merek, sikap konsumen dan asosiasi merek terhadap proses keputusan pembelian baik secara parsial dan simultan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh parsial dan simultan citra merek, sikap konsumen dan asosiasi merek terhadap proses keputusan pembelian.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Negeri Semarang dengan jumlah sampel 115 mahasiswa dengan menggunakan teknik accidental sampling. Pengumpulan data kuesioner, metode analisis yaitu uji instrumen (uji validitas dan uji reliabilitas), analisis deskriptif persentase, uji asumsi klasik dan analisis regresi berganda menggunakan SPSS 16.0 for Windows. Hasil penelitian ini dengan analisis regresi secara parsial dan simultan menunjukan bahwa ada pengaruh citra merek, sikap konsumen dan asosiasi merek terhadap proses keputusan pembelian konsumen, yang berarti jika citra merek, sikap konsumen dan asosiasi merek meningkat baik secara parsial maupun simultan, maka proses keputusan pembelian konsumen akan meningkat.

(9)

ix ABSTRACT

Sarwo Edi, 2013, The Effect of Brand Image, Consumer Attitude and Brand Association towards Process of Consumer’s Purchase Decision (An Empirical Study of Consideration UNNES Students in purchasing Toshiba laptop). Marketing Management Faculty of Economics. State University of Semarang. Advisor I. Dr. Ketut Sudarma, M.M. Advisor II. Endah Prapti Lestari, SE MM. Keyword: Brand Image, Consumer Attitude, Brand Association, Process of Purchasing Decision

This research utilize gap phenomenon, problem that at assesses deep observational it is do brand image influence, consumer attitude and brand association to process good buy decision partially and simultaneous. To the effect of this research is to describe and analyze the partial influence and simultan is brand image, consumer attitude and brand association to process buy decision. The population of this research is the students of State University of Semarang with the number of sample are 115 students which took by using accidental sampling. The data collecting is using questionnaire with analysis method is instrument test (validity test and reliability testing) descriptive analysis percentage, classical assumption test, and double regression analysis by using SPSS 16.0 for Windows.

This research result using analysis regression partially and simultaneous show that brand image, consumer attitude and brand association has the positive assess and significant to process purchasing decision, one that matter if brand image, consumer attitude and brand association increases good partially and also simultaneous, therefore process of purchasing decision will increase.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Kegunaan Penelitian... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

2.1. Keputusan Pembelian ... 13

2.1.1. Pengertian Keputusan Pembelian ... 13

(11)

xi

2.1.3. Peranan Dalam Keputusan Pembelian ... 16

2.1.4. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian ... 16

2.1.5. Indikator Proses Keputusan Pembelian ... 18

2.2. Citra Merek ... 20

2.2.1. Pengertian Citra Merek ... 20

2.2.2. Faktor-Faktor Pembentuk Citra Merek ... 21

2.2.3 IndikatorCitra Merek ... 22

2.3. Sikap Konsumen ... 24

2.3.1. Pengertian Sikap Konsumen ... 24

2.3.2. Karakteristik Sikap ... 25

2.3.3. Model Sikap dan Perilaku ... 26

2.3.4. Fungsi Sikap ... 28

2.3.4. Indikator Sikap Konsumen ... 29

2.4. Asosiasi Merek ... 30

2.4.1. Pengertian Asosiasi Merek ... 30

2.4.2. Acuan Asosiasi Merek ... 31

2.3.3. Fungsi Asosiasi Merek ... 33

2.3.4. Indikator Asosiasi Merek ... 35

2.5. Penelitian Terdahulu ... 37

2.6. Kerangka Pemikiran dan Perumusan Hipotesis ... 38

2.6.1. Kerangka Pemikiran ... 40

2.6.2. Perumusan Hipotesis ... 43

(12)

xii

3.1. Populasi, Sampel ... 44

3.1.2. Populasi ... 44

3.1.2. Sampel ... 44

3.2. Variabel Penelitian ... 47

3.2.1. Variabel Dependen ... 47

3.2.2. Variabel Independen ... 48

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 50

3.4. Pengujian Instrumen Penelitian... 51

3.4.1. Uji Validitas ... 51

3.4.2. Uji Realibilitas ... 55

3.5. Metode Analisis Deskriptif ... 57

3.6. Uji Asumsi Klasik ... 57

3.6.1. Uji Multikolonieritas ... 57

3.6.2. Uji Heteroskedastisitas ... 57

3.6.3. Uji Autokorelasi ... 58

3.6.4. Uji Normalitas ... 59

3.7. Metode Analisis Data ... 60

3.7.1. Regresi Linier Berganda ... 60

3.7.2. Uji Hipotesis ... 61

3.7.3. Uji Koefisien Determinasi... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1. Hasil Penelitian ... 63

(13)

xiii

4.1.2. Deskripsi Tanggapan Responden ... 63

4.1.3. Uji Asumsi Klasik ... 79

4.1.3.1 Uji Multikolonieritas ... 79

4.1.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 81

4.1.3.3 Uji Autokorelasi ... 83

4.1.3.4 Uji Normalitas ... 84

4.1.4 Metode Analisis Data ... 87

4.1.4.1 Regresi Linier Berganda ... 87

4.1.4.2 Pengujian Hipotesis ... 89

4.1.4.3 Uji Koefisien Determinasi... 92

4.2 Pembahasan ... 94

BAB V PENUTUP ... 100

5.1. Simpulan ... 100

5.2. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Report Card By Brand 2012 ... 8

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ... 37

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Citra Merek ... 52

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Sikap Konsumen ... 53

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Asosiasi Merek ... 53

Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Proses Keputusan Pembelian ... 54

Tabel 3.5. Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen ... 56

Tabel 3.6. Pengambilan Keputusan Autokorelasi ... 59

Tabel 4.1. Responden Berdasarkan Fakultas ... 63

Tabel 4.2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

Tabel 4.3. Deskripsi Tanggapan Responden pada Indikator Mudah DIkenali ...65

Tabel 4.4. Deskripsi Tanggapan Responden pada Indikator Reputasi Yang Baik ... 66

Tabel 4.5. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Selalu Diingat... 67

Tabel 4.6. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Komponen Koqnitif ... 68

(15)

xv

Tabel 4.8. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Komponen

Konatif... 69

Tabel 4.9. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Atribut Produk .... 70

Tabel 4.10. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Atribut Tak Berwujud ... 71

Tabel 4.11. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Manfaat Bagi Pelanggan ... 72

Tabel 4.12. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Harga Relatif ... 73

Tabel 4.13. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Penggunaan ... 73

Tabel 4.14. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Kelas Produk ... 74

Tabel 4.15. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Pengenalan Masalah ... 75

Tabel 4.16. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Pencarian Informasi ... 76

Tabel 4.17. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Evaluasi Berbagai Alternati ... 77

Tabel 4.18. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Keputusan Pembelian ... 78

Tabel 4.18. Deskripsi Jawaban Responden pada Indikator Perilaku Pasca Pembelian ... 79

Tabel 4.20. Hasil Uji Multikolinieritas Uji ... 80

Tabel 4.21. Hasil Uji Gletjer ... 83

(16)

xvi

Tabel 4.23. Hasil Uji Kolmogorov - smirnov ... 87

Tabel 4.24. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 88

Tabel 4.25. Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial ... 90

Tabel 4.26. Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan ... 91

Tabel 4.27. Koefisien Determinasi Parsial ... 92

(17)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tahap Proses Pembelian Konsumen ... 17

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran ... 42

Gambar 4.1. Grafik Uji Heteroskedastisitas ... 82

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 3. Tabulasi Data Penelitian Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik

Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Berganda Lampiran 6. Uji Hipotesis

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pada Era globalisasi yang melanda dunia sekarang ini menjanjikan

suatu peluang bisnis dan tantangan baru bagi perusahaan yang beroperasi di

Indonesia. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin

canggih akan dijadikan peluang bisnis yang potensial bagi perusahaan.

Meningkatnya kebutuhan akan penggunaan teknologi dalam kehidupan saat

ini diyakini dapat membantu meringankan pekerjaan seseorang sehari-hari.

Salah satu produk yang saat ini diperebutkan oleh banyak produsen adalah

laptop. Fenomena yang terjadi saat ini bahwa masyarakat menginginkan

sesuatu yang praktis sehingga membuat perusahaan harus menyadari tentang

suatu kebutuhan masyarakat akan produk laptop. Saat ini persaingan

perusahaan untuk memperebutkan konsumen tidak lagi terbatas pada atribut

fungsional produk saja misalnya seperti kegunaan produk, melainkan sudah

dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi

penggunanya. Produk menjelaskan sebagai suatu komoditi yang

dipertukarkan, sedangkan merek menjelaskan pada spesifikasi pelanggannya.

Menurut Bilson Simamora (2001: 61) merek adalah nama, tanda,

simbol, desain atau kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan

(20)

dan layanan penjual lain. Merek sangat penting bagi keberhasilan suatu

produk, bahkan merek lebih penting dari produk itu sendiri. Merek yang kuat

merupakan pembeda yang jelas, bernilai dan berkesinambungan, sehingga

menjadi ujung tombak bagi daya saing perusahaan dalam menghadapi

persaingan yang ketat dan sangat membantu strategi perusahaan. Retnawati

(2003) merek menjadi sangat strategis bagi perusahaan dikarenakan adanya

manfaat yang diberikan bagi penjual dan pembeli karena: 1) pengelolaan

merek yang efektif dimungkinkan dapat mempertahankan kesetiaan

konsumen yang ada, nantinya dapat dipakai untuk menghambat serangan

pesaing dan membantu memfokuskan program pemasaran; 2) merek dapat

membantu dalam melakukan segmentasi pasar; 3) citra perusahaan dapat

dibangun dengan merek yang kuat dan memberi peluang dalam peluncuran

merek-merek baru yang lebih mudah diterima oleh pelanggan dan distributor;

4) memberikan ciri-ciri produk yang unik dan perlindungan hukum (hak

paten) yang dapat mempermudah prosedur klaim apabila terdapat cacat

produksi pada produk yang dibeli oleh konsumen. Merek dari suatu produk

dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggannya yang dinyatakan sebagai

merek yang memiliki citra.

Citra merek mempresentasikan keseluruhan persepsi terhadap merek

dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu.

Kotler dan Fox (dalam Setiadi, 2003: 180) mendefinisikan citra sebagai

jumlah dari gambaran-gambaran, kesan-kesan, dan keyakinan-keyakinan

(21)

berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap

suatu merek. Konsumen dengan citra yang positif terhadap suatu merek, lebih

memungkinkan untuk melakukan pembelian. Brand Image adalah asosiasi

atau persepsi konsumen berdasarkan ingatan mereka terhadap suatu produk.

Brand image tidak terdapat dalam fitur, teknologi atau jenis produk itu

sendiri, citra timbul karena iklan, promosi atau penggunaannya. Melalui citra

merek, konsumen dapat mengenali produk, mengevaluasi kualitas,

mengurangi risiko pembelian dan memperoleh pengalaman tertentu serta

mendapatkan kepuasan tertentu dari suatu produk (Kotler, 1993: 3) dalam Lin

(2007: 2). Penelitian yang dilakukan oleh Dessy Amelia Fristiana (2012)

menunjukan bahwa variabel citra merek dan harga memiliki pengaruh positif

dan signifikan baik secara simultan maupun parsial terhadap keputusan

pembelian. Penelitian lainnya dilakukan oleh Nela Evelina, Handoyo DW dan

Sari Listyorini (2012) yang menunjukan bahwa citra merek, kualitas produk,

harga dan promosi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

keputusan pembelian baik secara parsial maupun simultan.

Pengambilan keputusan pembelian berkaitan erat dengan perilaku

konsumen, berdasarkan definisi perilaku konsumen menurut American

Marketing Assosiation yang menyatakan perilaku konsumen merupakan

interaksi dinamis antara afeksi & kognisi, perilaku, dan lingkungannya

dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam kehidupan mereka

(Setiadi, 2003: 3). Konsumen dapat mengambil keputusan lebih cermat atas

(22)

(consumer dicision making) adalah proses pengintergrasian yang

mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku

alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses

pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice), yang disajikan secara

kognitif sebagai keinginan berperilaku (Setiadi, 2003: 415).

Pada studi perilaku konsumen, sikap merupakan konsep paling

penting. Setiap menajer pemasaran menghabiskan biaya yang besar untuk

meneliti sikap konsumen terhadap produk serta merek. Dengan

mempengaruhi sikap konsumen, para pemasar berharap dapat mempengaruhi

perilaku pembelian konsumen (Simamora, 2004: 152). Sikap sangat erat

kaitannya dengan perasaan seseorang dan hal ini dapat mempengaruhi

terhadap perilaku konsumen untuk membeli suatu produk ataupun jasa

tertentu. Konsep ini sesuai dengan definisi sikap konsumen menurut

Schiffman dan Kanuk (dalam Simamora, 2004: 152) yang mengungkapkan

bahwa sikap merupakan ekpresi perasaan, yang mencerminkan apakah

seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau

tidak setuju terhadap obyek. Dimana obyek yang dimaksud dapat berupa

merek, layanan, pengecer, perilaku tertentu dan lain-lain. Sedangkan definisi

sikap menurut Schiffman dan Kanuk (2004: 222) adalah kecenderungan yang

dipelajari dalam berperilaku dengan cara yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan terhadap suatu obyek tertentu. Hal ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Dewi Urip Wahyuni (2008) menunjukan

(23)

dan signifikan terhadap keputusan pembelian baik secara parsial maupun

simultan.

Keputusan pembelian suatu produk dalam diri konsumen tidak

terjadi begitu saja, tetapi ada faktor-faktor yang mempengaruhi. Citra merek

dan sikap konsumen adalah salah faktor yang mempengaruhi keputusan

pembelian. Kemudian faktor lain yang mempengaruhi keputusan pembelian

adalah asosiasi merek. Menurut Aaker (dalam Simamora, 2001: 90) asosiasi

merek adalah sekumpulan entitas yang bisa dihubungkan dengan suatu

merek. Sedangkan menurut Durianto (2001: 69) asosiasi merek merupakan

segala kesan yang muncul dibenak seseorang yang terkait dengan ingatannya

mengenai suatu merek. Pada umumnya asosiasi merek menjadi pijakan dalam

keputusan pembelian dan loyalitas pada merek tersebut. Penelitian yang

dilakukan oleh Fadli dan Inneke Qomariyah (2008) menunjukan bahwa

variabel kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek dan loyalitas merek

secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian,

sedangkan variabel kesadaran merek tidak berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pembelian sepeda motor honda. Penelitian lain juga dilakukan

oleh Mohammad Reza Jalilvand, Neda Samiei, Seyed Hessamaldin

Mahdavinia (2011) menunjukan bahwa variabel kesadaran merek, asosiasi

merek, loyalitas merek, dan persepsi kualitas memiliki dampak signifikan

terhadap niat konsumen untuk membeli produk. Kemudian penelitian yang

dilakukan oleh Ashutosh Nigam dan Rajiv Kaushik (2011) menunjukan

(24)

pembelian konsumen. Usaha brand manajer harus fokus pada loyalitas

konsumen, kepercayaan konsumen, perbedaan merek dan inovasi tambahan

dalam mengelola brand equity.

Perkembangan merek-merek laptop di Indonesia relatif cukup baik

dan dinamis baik untuk produk lokal maupun internasional. Selain itu, tingkat

persaingan yang ketat di berbagai kategori produk berdasarkan kemajuan

teknologi telah menyebabkan timbulnya beberapa fenomena yang cukup

menarik. Salah satu fenomena yang menarik perhatian dunia adalah

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih canggih dari yang

sebelumnya. Salah satu produk laptop yang belakangan ini berhasil mencuri

perhatian masyarakat adalah laptop merek Toshiba. Ada beberapa alasan

mengapa laptop merek Toshiba menjadi fenomenal karena masyarakat

beranggapan bahwa kualitas produk yang lebih baik dibandingkan dengan

merek lainnya. Jika dilihat dari kegunaan dan keunggulan memiliki fungsi

sama, namun kualitas produk laptop Toshiba dianggap lebih awet

dibandingkan merek lain. Permintaan pasar terhadap produk laptop Toshiba

pun saat ini cukup baik, tetapi berdasarkan dari penjelasan dalam penilaian

merek laptop terbaik 2012 di Dunia

(www.laptoplist.biz/2012/04/merek-laptop-terbaik-2012-tabel.html, 2012). Penilaian tersebut dilakukan dengan

menjumlahkan nilai kumulatif sampai 100 poin dengan penjabaran poin

sebagai berikut:

Reviews (ulasan) dengan nilai 20 poin, penilaian ini berdasarkan atas

(25)

berdasarkan peringkat bintang (review star). Design dengan nilai 15 poin,

penilaian desain dari sebuah laptop terbaik dari segi bahan, warna dan juga

kualitas dari desain tersebut. Keyboard & Touchpads dengan nilai 15 poin,

penilainan ini melihat dari segi input pada sebuah laptop dari keyboard

dengan bantalan tombol yang apakah nyaman digunakan lalu ukurannya juga

sesuai dengan tangan pengguna secara keseluruhan, begitu juga untuk

Touchpads. Tech support dengan nilai 15 poin, penilaian ini berdasarkan

dukungan teknis merupakan hal yang sangat diperhatikan, penilaian

berdasarkan kinerja dari setiap merek laptop dalam memberikan dukungan

kepada penggunanya secara teknis.

Display dan Audio dengan nilai 10 poin, Yaitu dengan melihat

seberapa hebat apa yang bisa ditampilkan dari setiap gambar maupun video

yang tampil pada setiap merek laptop, begitu juga dengan kualitas suara

seberapa kemampuan yang dimiliki dari setiap merek laptop. Value and

Selection dengan nilai 10 poin, penilaian ini dari mudahnya dalam

mendapatkan laptop di pasaran, melihat dari berbagai merek sistem dan juga

kemampuan untuk membangun ketertiban ditambah nilai keseluruhan dari

mesin. Software dengan nilai 5 poin, melihat dari perangkat lunak (Software)

yang terdapat pada laptop dari setiap merek, penilaian berdasarkan fungsi dari

software tersebut disertai berjalan dengan baik atau buruk pada laptop yang

terpasang.

Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan) dengan nilai 5 poin,

(26)

sharing, mulut ke mulut seseorang pengguna atas kepuasan dan keluhan dari

merek laptop tersebut. Inovasi dengan nilai 5 poin, melihat perusahaan

produsen laptop mana yang pertama dalam inovasi secara cerdas dalam

mengeluarkan teknologi baru

(www.laptoplist.biz/2012/04/merek-laptop-terbaik-2012-tabel.html, 2012).

Berdasarkan penilaian pada beberapa hal tersebut, didapatkan hasil

yang bisa dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1

(27)

merek Acer berdasarkan rating, sehingga menempati urutan ke-8 dari

sembilan merek laptop yang dinilai pada tahun 2012. Pada rating tersebut

dapat dilihat bahwa posisi pertama adalah laptop merek Apple karena desain

yang elegan serta kelebihan lainnya, kemudian pada rating selanjutnya secara

berurutan yatu laptop merek Lenovo, Hp, Dell dan seterusnya sehingga dapat

diketahui merek laptop terbaik pada tahun 2012. Berdasarkan dari penilain

poin tersebut, perlu diketahui juga untuk pasaran di Indonesia merek laptop

yang sedang populer dalam penjualan pada tahun 2012 untuk kategori harga

yang murah adalah laptop merek Asus, kemudian untuk laptop yang mudah

didapatkan disertai banyaknya support yang diberikan masih ditempati oleh

merek Hp dan Acer. Laptop merek Dell masih menjadi unggulan anak IT dan

berdasarkan pengamatan di lapangan, pada umumnya wanita masih menyukai

laptop merek Sony. Sehingga hal inilah yang mendorong bahwa penelitian ini layak untuk diteliti untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keputusan

pembelian laptop Toshiba yang dilakukan oleh konsumen, khususnya pada

Mahasiswa Universitas Negeri Semarang.

Pentingnya penelitian ini menjadi suatu pertimbangan bagi kami

untuk melakukan penelitian berkaitan dengan citra merek, sikap konsumen,

dan asosiasi merek akan mempengaruhi calon konsumen dalam keputusan

pembelian laptop Toshiba. Keputusan pembelian yang dilakukan pelanggan

melibatkan keyakinan pelanggan pada suatu merek sehingga timbul rasa

percaya diri pada tindakan yang diambil konsumen. Perusahaan perlu

(28)

yang mampu mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan

pembelian serta selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap pengelolaan ketiga

elemen tersebut yaitu citra merek, sikap konsumen dan asosiasi merek yang

berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian konsumen.

Berdasarkan latar belakang di atas kami tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul : ” Pengaruh Citra Merek, Sikap Konsumen dan

Asosiasi Merek terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Empiris Pertimbangan Mahasiswa UNNES dalam Pembelian Laptop

Toshiba) “.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka kami merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh citra merek terhadap proses keputusan pembelian

konsumen?

2. Adakah pengaruh sikap konsumen terhadap proses keputusan pembelian

konsumen?

3. Adakah pengaruh asosiasi merek terhadap proses keputusan pembelian

konsumen?

4. Adakah pengaruh citra merek, sikap konsumen dan asosiasi merek secara

(29)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi permasalahan, maka tujuan penelitian ini

adalah:

1. Mendeskripsikan adanya pengaruh citra merek terhadap proses

keputusan pembelian konsumen.

2. Mendeskripsikan adanya pengaruh sikap konsumen terhadap proses

keputusan pembelian konsumen.

3. Mendeskripsikan adanya pengaruh asosiasi merek terhadap proses

keputusan pembelian konsumen.

4. Mendeskripsikan adanya pengaruh citra merek, sikap konsumen dan

asosiasi merek secara simultan terhadap proses keputusan pembelian

konsumen.

1.4Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda,

yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen.

(30)

1. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori

pemasaran yang sudah diperoleh, terutama mengenai citra merek, sikap

konsumen dan asosiasi merek. Selain itu sebagai sarana dalam

meningkatkan kompetensi dan mengembangkan wawasan keilmuan.

2. Pada perspektif akademis

Sebagai sumbangan konseptual, bahan informasi, dan pengayaan bagi

pengembangan kajian ilmu pengetahuan khususnya ilmu manajemen

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian.

Kepentingan praktis hasil penelitian ini bisa dipandang berguna:

1. Bagi akademis sebagai implikasi lebih lanjut dalam memberikan

informasi guna menciptakan peningkatan kemampuan pemahaman

mengenai manajemen khususnya mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi proses keputusan pembelian.

2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini sebagai implikasi lebih lanjut dalam

memberikan manfaat dan informasi guna menciptakan peningkatan

kemampuan dalam bidang manajemen pemasaran, khususnya dalam

(31)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Keputusan Pembelian

2.1.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Perilaku pembelian konsumen adalah perilaku pembelian akhir dari

konsumen, baik individual maupun rumah tangga yang membeli

barang-barang dan jasa untuk konsumsi pribadi (Kotler dan Armstrong, 2008: 158).

Tujuan dari kegiatan pemasaran suatu produk adalah memuaskan kebutuhan

dan keinginan konsumen atau pelanggan sasaran. Oleh karena itu, konsumen

mempunyai arti penting bagi suatu perusahaan yaitu sebagai pembeli produk.

Pemahaman mengenai perilaku konsumen ini meliputi: bagaimana individu,

kelompok, dan organisasi, memilih, membeli, menggunakan dan tidak

menggunakan barang atau jasa.

Memahami perilaku konsumen tidak mudah, karena konsumen

memutuskan pembelian tertentu yang dapat berbeda-beda antara satu orang

dengan orang lainnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,

pendapatan, gaya hidup, tingkat pendidikan dan selera. Adapun tugas

pemasar adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mendasari konsumen

dalam memilih satu atau beberapa diantara jajaran produk yang ditawarkan

perusahaan. Definisi keputusan pembelian menurut Kotler dan Armstrong

(32)

dimana konsumen benar-benar membeli. Sedangkan menurut Swasta (2000:

14) keputusan pembelian adalah salah satu tahap dari keseluruhan proses

mental dan kegiatan-kegiatan fisik lainnya yang terjadi dalam proses

pembelian pada suatu periode dan waktu tertentu serta pemenuhan kebutuhan

tertentu atau dengan kata lain merupakan suatu rangkaian tahapan yang

diambil oleh seorang konsumen

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian

Kotler (2008: 166) perilaku pembelian konsumen dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu:

a) Faktor kebudayaan

1. Budaya, adalah determinan dasar keinginan dan perilaku

seseorang.

2. Sub budaya, masing-masing kultur terdiri dari sub kultur yang

lebih kecil sehingga memberikan identifikasi dan sosialisasi

yang lebih spesifik bagi anggota-anggotanya.

3. Kelas sosial, adalah divisi yang relatif homogen dan bertahan

lama dalam sebuah masyarakat, tersusun secara hierarki dan

mempunyai anggota yang berbagi nilai, minat, dan perilaku

(33)

b) Faktor sosial

1. Kelompok referensi, adalah semua kelompok yang mempunyai

pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap

sikap atau perilaku orang tersebut.

2. Keluarga, merupakan organisasi pembelian konsumen yang

paling penting dalam masyarakat dan anggota keluarga

mempresentasikan kelompok referensi utama yang paling

berpengaruh.

3. Peran dan status sosial, peran meliputi kegiatan yang diharapkan

akan dilakukan oleh seseorang masing-masing peran

menyandang status.

c) Faktor personal

1. Usia dan tahap daur hidup, orang akan mengubah barang dan

jasa yang mereka beli sepanjang kehidupan mereka.

2. Pekerjaan dan keadaan ekonomi, pekerjaan seseorang juga

mempengaruhi pola konsumsi, dan keadaan ekonomi sangat

mempengaruhi pemilihan produk.

3. Kepribadian dan konsep diri, kepribadian adalah sekumpulan

sikap psikologis manusia yang menyebabkan respons yang

relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan

(34)

2.1.3 Peranan dalam Keputusan Pembelian

Suatu prpses keputusan pembelian bukan sekedar mengetahui

berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan

peranan dalam pembelian dan keputusan untuk membeli. Pihak yang

terlibat dalam proses pembelian menurut Bilson simamora (2004: 15),

kelima peranan tersebut meliputi:

a) Pemrakarsa (Initiator), yaitu orang yang menyarankan membeli suatu

barang atau jasa tertentu.

b) Pemberi pengaruh (Influencer), yaitu orang yang

pandangan/nasihatnya memberi bobot dalam pengambilan keputusan

akhir..

c) Pengambilan keputusan (Decider), yaitu orang yang mengambil

keputusan pembelian.

d) Pembeli (Buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian nyata.

e) Pemakai (user), yaitu orang yang menggunakan atau mengkonsumsi

barang atau jasa.

2.1.4 Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan suatu proses yang dimulai dari

pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi terhadap beberapa

alternatif, yang selanjutnya akan tercipta suatu keputusan pembelian

serta terbentuknya perilaku pasca pembelian. Model ini menekankan

(35)

jauh setelah pembelian (Kotler, 2008: 184). Terdapat lima proses dalam

melakukan keputusan, yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.1 Tahap Proses Pembelian Konsumen Sumber: Kotler (2008: 185)

1. Pengenalan masalah

Merupakan tahap pertama dalam suatu proses pembelian,

konsumen mulai mengenal adanya suatu masalah atau kebutuhan.

Sejauh mana suatu produk dapat memenuhi harapan konsumen

selama konsumen dapat pula mempengaruhi pengenalan kebutuhan

dan juga kepuasan konsumen terhadap produk tersebut. Pada saat

suatu produk dapat memenuhi kebutuhan keadaan yang diinginkan

dan hal ini akan mencetuskan pengenalan kebutuhan, ketika

pembelian ulang dilakukan oleh konsumen.

2. Pencarian informasi

Seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin

juga akan mencari informasi tentang produk yang akan memenuhi

kebutuhan dan menyelesaikan masalahnya. Konsumen dapat

memperoleh informasi dari banyak sumber seperti: sumber pribadi

(keluarga, teman), sumber komersial (periklanan, tenaga penjual),

(36)

sumber informasi ini beraneka ragam menurut kategori produk dan

karakteristik pembelian.

3. Evaluasi alternatif

Konsumen sebelum melakukan tahap pembelian akan suatu

produk juga melihat alternatif lainnya yang dipakai untuk memenuhi

kebutuhannya. Konsumen akan memilih pada atribut yang akan

memberikan manfaat yang dicari.

4. Keputusan pembelian

Konsumen akan menentukan pilihan serta bentuk niat

pembelian setelah melalui tahap-tahap sebelumnya, konsumen

biasanya akan membeli produk yang paling dapat memenuhi

kebutuhannya. Konsumen juga dapat menunda atau menghindari

keputusan pembelian jika resiko yang dihadapi besar bila membeli

produk tersebut.

5. Perilaku pasca pembelian

Konsumen akan mengevaluasi produk yang dibelinya apakah

memuaskan atau tidak, jika memuaskan dan sesuai dengan harapan

konsumen maka ada kemungkinan ia akan kembali membeli produk

tersebut.

2.1.5 Indikator Proses Keputusan Pembelian

Swasta (2000: 14) keputusan pembelian adalah salah satu tahap

dari keseluruhan proses mental dan kegiatan-kegiatan fisik lainnya yang

(37)

serta pemenuhan kebutuhan tertentu atau dengan kata lain merupakan

suatu rangkaian tahapan yang diambil oleh seorang konsumen.

1. Pengenalan masalah adalah tahap dimana konsumen mengenali

adanya suatu masalah atau kebutuhan.

2. Pencarian informasi adalah tahap dimana konsumen telah tertarik

untuk mencari lebih banyak informasi, dilakukan dengan cara

meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi.

3. Evaluasi berbagai alternatif adalah tahap dimana konsumen

menggunakan informasi yang telah didapat untuk mengevaluasi

merek-merek alternatif.

4. Keputusan pembelian adalah (dalam hal ini keputusan memilih

produk) adalah tahap dimana konsumen benar-benar melakukan

pembelian.

5. Perilaku pasca pembelian adalah tindakan lebih lanjut setelah

melakukan pembelian berdasarkan keputusan atau ketidakpuasan.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa proses

keputusan pembelian adalah proses mental dalam memahami bagaimana

konsumen mengambil keputusan pembeli untuk benar-benar melakukan

pembelian. Adapun indikator dalam penelitian ini merujuk pada pendapat

Kotler dan Armstrong (2001: 227) yang meliputi pengenalan masalah,

pencarian informasi, evaluasi berbagai alternatif, keputusan pembelian dan

(38)

2.2 Citra Merek

2.2.1 Pengertian Citra Merek

Brand image (citra merek) merupakan representasi dari keseluruhan

persepsi terhadap merek dan bentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu

terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang

berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang

memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan

untuk melakukan pembelian (Setiadi, 2003: 180). Brand image tidak terdapat

dalam fitur, teknologi atau jenis produk itu sendiri, citra timbul karena iklan,

promosi atau penggunaannya. Melalui citra merek, konsumen dapat

mengenali produk, mengevaluasi kualitas, mengurangi risiko pembelian, dan

memperoleh pengalaman tertentu serta mendapatkan kepuasan tertentu dari

suatu produk (Kotler, 1993: 3) dalam Lin (2007: 2).

Kotler (2000: 338) menyebutkan bahwa para pembeli mungkin

mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap citra perusahaan atau merek.

Brand Image (cita merek) adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan

atau produknya. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor yang diluar kontrol

perusahaan. Citra yang efektif akan dipengaruhi oleh tiga hal yaitu:

a) Memantapkan karakter produk dan unsur nilai.

b) Menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga

tidak dikacaukan dengan karakter pesaing.

c) Memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekadar citra

(39)

Grewal, Krishnan, Baker, dan Borin dalam Lin (2007: 2), semakin

baik citra merek, maka semakin konsumen memberikan pengakuan terhadap

kualitas produknya. Konsumen biasanya mengambil keputusan pembelian

secara singkat apabila terdapat beberapa merek yang sejenis yang

menawarkan manfaat yang sama. Sehingga citra merek sering digunakan

sebagai salah satu faktor untuk menentukan keputusan pembelian suatu

produk.

2.2.2 Faktor-faktor Pembentuk Citra Merek

Schiffman dan Kanuk (dalam Farrah, 2005) menyebutkan

faktor-faktor pembentuk citra merek adalah sebagai berikut:

1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang

ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.

2. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau

kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk

yang dikonsumsi.

3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu

produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.

4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani

konsumennya.

5. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan

(40)

6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau

banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk

mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra

jangka panjang.

7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu yang berupa

pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu

merek dari produk tertentu.

2.2.3 Indikator Citra Merek

Citra (Image) yang memiliki merek didalam pikiran konsumen

cenderung memberikan kontribusi yang lebih penting terhadap

kesuksesan sebuah merek dibanding karakteristik aktual yang dimiliki

merek, sehingga pemasar berusaha untuk menciptakan citra merek

(brand image) atau produk yang konsisten dengan citra diri konsumen

yang kira-kira sesuai pada segmen pasar yang ditargetkan. Indikator

yang mencerminkan keberadaan citra merek dirangkum oleh Keller

(1993) yaitu:

a) Mudah dikenali

Selain dengan logo, sebuah merek dikenal melalui pesan dan

cara dimana produk dikemas dan disajikan kepada para konsumen

yang disebut trade dress. Melalui komunikasi yang intensif, suatu

bentuk produk khusus dapat menarik perhatian dan mudah dikenali

(41)

sama seperti merek dagang, yaitu deferensiasi produk dan jasa di

pasar yang dapat dimintakan perlindungan hukum.

b) Reputasi yang baik

Bagi perusahaan citra berarti persepsi masyarakat terhadap

jati diri perusahaan. Persepsi ini didasarkan pada apa yang

masyarakat ketahui atau kira tentang perusahaan yang bersangkutan.

Oleh karena itulah perusahaan yang sama belum tentu memiliki citra

yang sama pula dihadapan orang. Citra perusahaan menjadi salah

satu pegangan bagi konsumen dalam mengambil keputusan penting.

Citra yang baik akan menimbulkan dampak positif bagi perusahaan,

sedangkan citra yang buruk melahirkan dampak negatif dan

melemahkan kemampuan perusahaan dalam persaingan.

c) Selalu diingat

Artinya elemen merek yang dipilih hendaknya yang mudah

diingat dan disebut/diucapkan. Simbol, logo, nama yang digunakan

hendaknya menarik, unik sehingga menarik perhatian masyarakat

untuk diingat dan dikonsumsi.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa citra merek

merupakan representasi dari keyakinan dan prefensi konsumen terhadap suatu

merek berdasarkan informasi dan pengalaman dimasa lalu terhadap merek.

Adapun indikator dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Keller (1993)

(42)

2.3 Sikap Konsumen

2.3.1 Pengertian Sikap Konsumen

Sikap merupakan konsep paling penting dalam studi perilaku

konsumen, dengan mempengaruhi sikap konsumen pemasar berharap

dapat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen (Simamora, 2004:

152). Sikap konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (dalam

Simamora, 2004: 152) yang mengungkapkan bahwa sikap merupakan

ekpresi perasaan, yang mencerminkan apakah seseorang senang atau

tidak senang, suka atau tidak suka, dan setuju atau tidak setuju terhadap

obyek. Obyek yang dimaksud dapat berupa merek, layanan, pengecer,

dan perilaku tertentu dan lain-lain. Sehingga dengan mengetahui hasil

evaluasi tersebut, kita dapat menduga seberapa besar potensi

pembelian. Menurut Kotler dan Armstrong (2008: 176) sikap (attitude)

menggambarkan evaluasi, perasaan, dan tendensi yang relatif konsisten

dari seseorang terhadap sebuah objek atau ide. Sikap menempatkan

orang ke dalam suatu kerangka pikiran untuk menyukai atau tidak

menyukai sesuatu, untuk bergerak menuju atau meninggalkan sesuatu.

Sedangkan menurut Alport (dalam Simamora 2004: 152),

menyatakan sikap sebagai prodisposisi yang dipelajari untuk merespon

terhadap suatu obyek atau kelas obyek dalam suasana menyenangkan

atau tidak menyenangkan secara konsisten. Sebaliknya Paul dan Olson

(dalam simamora 2004: 152), menyatakan sikap sebagai evaluasi

(43)

adalah tanggapan pada tingkat intensitas dan gerakan yang relatif

rendah. Evaluasi dapat diciptakan dengan sistem afektif maupun

kognitif. Sistem pengaruh secara otomatis memproduksi tanggapan

afektif, termasuk emosi, perasaan, suasana hati, dan evaluasi terhadap

sikap, yang merupakan tanggapan segera dan langsung pada rangsangan

tertentu. tanggapan afektif yang menyenangkan dan tidak

menyenangkan tersebut muncul tanpa pemprosesan kognitif yang

disadari terhadap informasi produk tersebut. Kemudian melalui proses

pembentukan sikap evaluasi tersebut dapat dikaitkan dengan produk

atau merek tertentu, sehingga menciptakan suatu sikap.

2.3.2 Karakteristik Sikap

Menurut Simamora (2004: 156) bahwa sikap memiliki

karakteristik penting, yaitu obyek, arah, ekstriminitas, persistensi, serta

keyakinan.

a) Objek

Sikap memang harus memiliki obyek. Obyek sikap bisa abstrak

maupun nyata, obyek sikap juga bisa individual maupun sekumpulan

intensitas. Obyek sikap juga bisa pula bersifat spesifik maupun

umum.

b) Arah

Pada dimensi ini berkaitan dengan kecenderungan sikap, apakah

(44)

c) Ekstriminitas

Ekstriminitas adalah intensitas kearah positif atau negatif. Dimensi

inii didasari oleh perasaan suka maupun tidak suka yang memiliki

tingkatan-tingkatan. Adanya ekstriminitas memungkinkan konsumen

untuk membandingkan sikap.

d) Resistensi

Resistensi yaitu tingkat kekuatan sikap untuk tidak berubah. Sikap

memiliki perbedaan konsistensi, sikap ada yang mudah berubah

(tidak konsisten) seperti tren, dan ada sikap yang sulit berubah

seperti sikap terhadap keyakinan.

e) Persistensi

Pada dimensi ini berkaitan dengan perubahan sikap secara gradual

yang disebabkan oleh waktu. Sikap tidak abadi, sikap juga sering

berubah waktu.

f) Keyakinan

Dimensi ini berkaitan dengan seberapa yakin seseorang akan

kebenaran sikapnya. Pada dimensi ini dekat hubungannya dengan

perilaku. Suatu sikap yang diikuti oleh keyakinan tinggi, selain lebih

sulit berubah, juga besar kemungkinannya diwujudkan dalam

perilaku.

2.3.3 Model Sikap dan Perilaku

Salah satu model sikap yang terkenal adalah model sikap

(45)

179) model sikap Fishbein ini berfokus pada prediksi sikap yang

dibentuk seseorang tehadap obyek tertentu. Model ini

mengidentifikasikan tiga faktor utama untuk memprediksi sikap. Faktor

utama keyakinan seseorang terhadap atribut yang menonjol dari obyek.

Faktor kedua adalah kekuatan keyakinan seseorang bahwa atribut

memiliki atribut khas, biasanya diketahui dalam bentuk pertanyaan.

Faktor ketiga adalah evaluasi dari masing-masing keyakinan akan

atribut yang menonjol, domana diukur seberapa baik atau tidak baik

keyakinan mereka terhadap atribut-atribut itu.

Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi

antara sikap dan perilakunya, sehingga model Fishbein memiliki dua

konponen, yaitu komponen sikap dan komponen norma subyektif,

sebagai berikut:

a) Komponen sikap

Komponen ini bersifat internal individu, berkaitan langsung dengan

obyek penelitian dan atribut-atribut langsungnya yang memiliki

peranan penting dalam pengukuran perilaku, karena akan

menentukan tindakan apa yang akan dilakukan, dengan tidak

dipengaruhi oleh faktor eksternal.

b) Komponen norma subyektif

Komponen ini bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh

terhadap individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara

(46)

atribut dengan motivasi bersetuju terhadap atribut tersebut.

Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai suatu kuatnya

keyakinan normatif seseorang terhadap atribut yang ditawarkan

dalam mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Sedangkan

motivasi bersetuju merupakan motivasi seseorang untuk berstuju

dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang berpengaruh

terhadap perilakunya.

2.3.4 Fungsi sikap

Fungsi sikap menurut Simamora (2004: 157) yaitu fungsi-fungsi

tersebut mendorong orang-orang untuk mempertahankan dan

meningkatkan citra (image) yang mereka bentuk sendiri. Dalam konteks

yang lebih luas fungsi-fungsi tersebut merupakan dasar memotivasi

pembentukan dan penguatan sikap positif terhadap obyek yang

memuaskan kebutuhan atau sikap negatif terhadap obyek yang

mendatangkan kerugian, hukuman ataupun ancaman. Fungsi-fungsi

tersebut antara lain:

a) Fungsi penyesuaian

Fungsi penyesuaian mengarahkan pada obyek yang menyenangkan

atau mendatangkan manfaat serta menjauhkan orang-orang dari

obyek yang tidak menarikatau tidak diinginkan. Dalam konteks ini

berlaku konsep mamaksimalkan peruntungan dan meminimalkan

(47)

b) Fungsi pertahanan ego

Sikap yang bertujuan untuk melindungi ego merupakan wujud dari

fungsi pertahanan ego. Kenyataannya, banyak ekspresi sikap yang

mencerminkan kebalikan dari apa yang dipersepsikan orang-orang

semata-mata untuk untuk mempertahankan ego.

c) Fungsi ekspresi nilai

Dengan sikap seseorang dimungkinkan untuk mengekpresikan

nilai-nilai yang diyakininya. Artinya setiap orang akan berusaha untuk

menerjemahkan nilai-nilai yang diyakini dalam konteks sikap yang

lebih nyata.

d) Fungsi pengetahuan

Manusia memiliki kecenderungan untuk memandang dunianya dari

sudut pandang keteraturan. Kecenderungan ini memaksa manusia

untuk berpegang pada konsistensi, definisi, stabilitas, dan pengertian

tentang dunianya. Kecenderungan itu pula yang menentukan apa

yang perlu dipelajari dan apa yang ingin diketahui.

2.3.5 Indikator Sikap Konsumen

Model sikap menurut Schiffman dan Kanuk (2004: 225) bahwa

di dalam sikap terdapat tiga komponen yaitu:

a) Komponen kognitif (kepercayaan merek)

Pengetahuan dan persepsi yang diperoleh berdasarkan kombinasi

pengalaman secara langsung dengan obyek sikap dan informasi yang

(48)

b) Komponen afektif (evaluasi merek)

Emosi atau perasaan konsumen mengenai suatu produk atau merek

tertentu merupakan komponen afektif dari sikap tertentu. Emosi dan

perasaan ini sering dianggap oleh para peneliti konsumen sangat

evaluatif sifatnya, yaitu mencakup penilaian seseorang terhadap

obyek sikap secara langsung dan menyeluruh.

c) Komponen konatif (maksud untuk membeli)

Komponen ini berhubungan dengan kemungkinan atau

kecenderungan bahwa individu akan melakukan tindakan khusus

atau berperilaku dengan cara tertentu terhadap suatu obyek tertentu.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap konsumen

adalah respon konsumen terhadap suatu merek yang secara konsisten dapat

mempengaruhi perilaku pembelian. Adapun indikator dalam penelitian ini

merujuk pada pendapat Schiffman dan Kanuk (2004: 225) yang meliputi

komponen koqnitif, komponen afektif dan komponen konatif.

2.4 Asosiasi Merek

2.4.1 Pengertian Asosiasi Merek

Asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul dibenak

seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek.

Kesan-kesan yang terkait merek akan semakin meningkat dengan

semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu

(49)

dalam strategi komunikasi, ditambah lagi jika kaitan tersebut didukung

oleh suatu jaringan dari kaitan-kaitan lain (Durianto dkk, 2001: 69).

Sedangkan menurut Aaker (dalam Simamora, 2001: 90) asosiasi merek

adalah sekumpulan entitas yang bisa dihubungkan dengan suatu merek.

Menurut Bilson simamora (2001: 82) asosiasi merek adalah

segala hal yang berkaitan tentang merek dalam ingatan. Asosiasi tidak

hanya eksis, namun juga mempunyai tingkat kekuatan. Keterkaitan

asosiasi merek akan lebih kuat jika dilandaskan pada banyak

pengalaman. Asosiasi merek dapat menciptakan nilai bagi perusahaan

dan para pelanggan, karena asosiasi dapat membantu proses

penyusunan informasi untuk membedakan merek yang satu dengan

merek lainnya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat

menghasilkan suatu bentuk citra tentang merek (brand image) di benak

konsumen.

2.4.2 Acuan Asosiasi Merek

Asosiasi-asosiasi yang terkait dengan suatu merek umumnya

dihunbungkan dengan berbagai hal (Durianto dkk, 2001: 70), yaitu:

1. Atribut produk

Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu prosduk yang

merupakan strategi positioning yang paling sering digunakan.

Mengembangkan asosiasi semacam ini efektif karena jika atribut

bermakna, asosiasi dapat secara langsung diterjemahkan dalam

(50)

2. Atribut tak berwujud

Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya

dengan persepsi kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang

mengikhtisarkan serangkaian atribut yang obyektif.

3. Manfaat bagi pelanggan

Kerena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi

pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan antara keduanya.

4. Harga relatif

Evaluasi terhadap suatu merek disebagian kelas produk ini akan

diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua

dari tingkat harga.

5. Penggunaan

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut

dengan suatu penggunaan atau aplikasi tertentu.

6. Pengguna/pelanggan

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut

dengan sebuah tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut.

7. Orang terkenal/khalayak

Mengkaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat

mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek

(51)

8. Gaya hidup

Kesan sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat dilihat oleh

kesan dari para pelanggan merek tersebut dengan kepribadian dan

karakteristik gaya hidup yang hampir sama.

9. Kelas produk

Mendefinisikan sebuah merek menurut kelas produknya.

10. Para pesaing

Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan

mengungguli pesaing.

11. Negara/ Wilayah geografis

Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki

hubungan yang erat pada produk, bahan, dan kemampuan.

2.4.3 Fungsi Asosiasi Merek

Menurut Durianto dkk (2001: 69) menyatakan fungsi asosiasi

merek adalah sebagai berikut:

1) Help process retrive information (Membantu proses penyusunan

informasi)

Asosiasi-asosiasi dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan

fakta dan spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan diakses para

pelanggan. Sebuah asosiasi dapat menciptakan informasi padat bagi

(52)

2) Differentiate (membedakan)

Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang penting bagi upaya

pembedaan suatu merek dari yang lain.

3) Reason to buy (Alasan pembelian)

Asosiasi merek membandingkan berbagai atribut produk atau

manfaat bagi konsumen yang dapat memberikan alasan spesifik

untuk membeli dan menggunakan merek tersebut.

4) Create positive attitude/fellings (menciptakan sikap atau perasaan

positif)

Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang

pada suatu gilirannya merambat ke merek yang bersangkutan.

Asosiasi tersebut dapat menciptakan persaan positif atas dasar

pengalaman mereka sebelumnya serta pengubahan pengalaman

tersebut sebagai sesuatu yang lain.

5) Basis for extentions (landasan untuk perluasan)

Suatu asosiasi dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan

dengan menciptakan rasa kesesuaian antara merek dan sebuah

produk baru atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli

produk perluasan tersebut.

Selain fungsi asosiasi merek juga terdapat tiga aspek asosiasi

(53)

1) Kepercayaan konsumen terhadap suatu merek

Merupakan suatu fungsi dari seberapa besar tingkat kepercayaan

mereka dengan menggunakan asosiasi merek terhadap suatu produk.

Merek yang kuat adalah suatu merek yang konsumennya mempunyai

kepercayaan tinggi terhadap merek tersebut.

2) Keabstrakan merek

Keabstrakan merek adalah seberapa besar sebuah merek dengan

kategori produk tertentu. Asumsi awal dari teori kategorisasi

sebagaimana diaplikasikan kepada perluasan merek adalah

konsumen akan mencoba menghubungkan merek yang sudah ada ke

produk lain yang tergantung dalam merek tersebut.

3) Kesukaan akan merek

Kesukaan dipandang dari manakah produk baru memberikan nilai

tambah bagi suatu merek, sehingga menyebabkan konsumen

mempunyai perasaan positif terhadap merek tersebut. Perasaan

positif timbul dengan semakin seringnya suatu produk berinteraksi

dengan konsumen.

2.4.4 Indikator Asosiasi Merek

Menurut Aaker (dalam Simamora, 2001: 91) asosiasi yang

terkait dengan suatu merek umumnya dihunbungkan dengan berbagai

(54)

1. Atribut produk

Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu prosduk yang

merupakan strategi posisioning yang paling sering digunakan.

Mengembangkan asosiasi semacam ini efektif karena jika atribut

bermakna, asosiasi dapat secara langsung diterjemahkan dalam

alasan pembelian suatu merek.

2. Atribut tak berwujud

Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, sperti halnya

dengan persepsi kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang

mengikhtisarkan serangkaian atribut yang obyektif.

3. Manfaat bagi pelanggan

Kerena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi

pelanggan, maka biasanya terdapat hubungan antara keduanya.

4. Harga relatif

Evaluasi terhadap suatu merek disebagian kelas produk ini akan

diawali dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua

dari tingkat harga.

5. Penggunaan

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut

dengan suatu penggunaan atau aplikasi tertentu.

6. Kelas produk

(55)

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa asosiasi merek

adalah kesan terhadap segala hal yang berkaitan dengan suatu merek dan

dapat menghasilkan suatu bentuk citra tentang merek dibenak konsumen.

Adapun indikator dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Aaker (dalam

Simamora, 2001: 91). Namun tidak semua indikator dapat digunakan

digunakan, penelitian ini hanya menggunakan indikator-indikator yang

menurut peneliti paling kuat pengaruhnya terhadap proses keputusan

pembelian. Indikator-indikator tersebut meliputi atribut produk, atribut tak

berwujud, manfaat bagi pelanggan, herga relatif, penggunaan dan kelas

produk.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan pembelian dan menjadi bahan pertimbangan yaitu

(56)
(57)

No Peneliti Judul Variabel Metode

Sumber : Dari berbagai sumber (2013)

Alasan-alasan pemilihan variabel-variabel tersebut adalah dalam

penelitian-penelitian sebelumnya variabel-variabel tersebut telah diuji dalam

kurun waktu yang berbeda-beda, obyek penelitian yang berbeda-beda dan

memiliki hasil yang berbeda. Meskipun telah di uji dengan variabel-variabel yang

sama, hasilnya tetap bervariasi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui apakah hasil yang akan diperoleh nantinya dapat mendekati hasil atau

(58)

2.6 Kerangka Pemikiran dan Perumusan Hipotesis 2.6.1 Kerangka Pemikiran

Saat ini persaingan perusahaan untuk memperebutkan konsumen

tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk saja misalnya seperti

kegunaan produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang

mampu memberikan citra khusus bagi penggunanya. Salah satu

keberhasilan suatu industri dibidang elektronik khususnya laptop dapat

dilihat dari proses keputusan pembelian konsumen.

Menurut Setiadi (2003: 180) citra merek mempresentasikan

keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan

pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek

berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi

terhadap suatu merek. Konsumen dengan citra yang positif terhadap

suatu merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.

Menurut Simamora (2004: 152). Pengambilan keputusan

pembelian berkaitan erat dengan perilaku konsumen, sikap merupakan

konsep paling penting. Setiap menajer pemasaran menghabiskan biaya

yang besar untuk meneliti sikap konsumen terhadap produk serta

merek. Dengan mempengaruhi sikap konsumen, para pemasar berharap

dapat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen. Sikap sangat erat

kaitannya dengan perasaan seseorang dan hal ini dapat mempengaruhi

terhadap perilaku konsumen untuk membeli suatu produk ataupun jasa

(59)

Menurut Aaker (dalam Simamora, 2001: 90) menyatakan

asosiasi merek dapat memberi manfaat bagi konsumen (customers

benefits) yang pada akhirnya akan memberikan alasan spesifik bagi

konsumen untuk membeli dan menggunakan merek tersebut, sehingga

(60)

Gambar 2.2 Bagan Pengaruh Citra Merek, Sikap Konsumen dan Asosiasi Merek Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen

(61)

2.6.2 Perumusan Hipotesis

Sugiyono (2007: 84), hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H1 : Ada pengaruh citra merek terhadap proses keputusan pembelian

konsumen.

H2 : Ada pengaruh sikap konsumen terhadap proses keputusan

pembelian konsumen.

H3 : Ada pengaruh asosiasi merek terhadap proses keputusan

pembelian konsumen.

H4 : Ada pengaruh citra merek, sikap konsumen dan asosiasi merek

(62)

44 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi (Suharsimi 2010: 173) adalah keseluruhan subjek

penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada

dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa

Universitas Negeri Semarang yang masih aktif kuliah dan

menggunakan maupun memiliki laptop merek Toshiba.

3.1.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode accidental sampling. Accidental sampling adalah teknik

penentuan sampel berdasarkan kebetulan (Sugiyono 2005: 60). Hal ini

berarti siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok dengan sumber data. Pertimbangan bahwa populasi

yang ada tidak diketahui jumlahnya, maka mengenai ukuran sampel

menurut Sitepu (2002: 108) dapat ditempuh melalui beberapa tahap

perhitungan. Pada langkah pertama menentukan perkiraan harga

koefisien korelasi (ρ) terkecil diantara variabel bebas dengan variabel

terikat. Kedua menentukan taraf nyata (α) dan kuasa uji (1-β). Setelah

Gambar

Gambar 2.1 Tahap Proses Pembelian Konsumen Sumber: Kotler (2008: 185)
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Bagan Pengaruh Citra Merek, Sikap Konsumen dan Asosiasi Merek Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN PRODUK ORIFLAME. Wiyadi , MM , Ph.d

“Pengaruh Lokasi dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen (Studi Kasus Pada Konsumen KFC Dermaga Point Palembang)” dengan tujuan meneliti ada atau

Tujuan dari penulisan laporan akhir ini adalah untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen dan variabel man ayang paling dominan

Konstanta sebesar 0.797 menyatakan bahwa setiap konsumen memperhatikan variabel atribut produk, promosi dan citra merek dalam melakukan keputusan pembelian laptop

Apakah ada pengaruh signifikan kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, loyalitas merek dan rasa percaya diri konsumen terhadap keputusan pembelian produk merek

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sasmita dan Suki (2015) yang meneliti pengaruh asosiasi merek, loyalitas merek, kesadaran merek, dan citra merek pada

Untuk mendeskripskan tentang Pengaruh Harga,Citra Merek, dan Loyalitas Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Wardah, penelitian ini menggunakan

Nilai 0,188 pada variabel citra merek (X1) adalah bernilai positif sehingga semakin tinggi citra merek maka akan semakin tinggi keputusan pembelian konsumen dalam membeli