• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI

DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh

AHMAD HANAFI

NIM 22020111130037

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

ii

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Ahmad Hanafi

NIM : 22020111130037

Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Ilmu Keperawatan

Jenis : Skripsi

Judul : Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan Jurusan

Keperawatan Undip atas penulisan skripsi saya demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), serta menampilkan

dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan Jurusan Keperawatan Undip, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta. 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa

melibatkan pihak Perpustakaan Jurusan Keperawatan Undip dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam skripsi ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, Januari 2016 Yang menyatakan,

(3)

iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertandatangan di bawah ini, saya :

Nama : Ahmad Hanafi

Tempat, tanggal lahir : Semarang, 14 April 1993

Alamat : Jl. Hadiningrat 03 Candi, Bandungan, Semarang No telp/HP : +6285742240029

Email : ahanafi.psik@gmail.com

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian saya yang berjudul “Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ” bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya dari orang lain.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian dari hasil penelitian skripsi saya terdapat indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Semarang, Januari 2016 Yang menyatakan,

(4)

iv

LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa

Skripsi yang berjudul :

GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI

DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Dipersiapkan dan disusun oleh :

AHMAD HANAFI

NIM. 22020111130037

Telah disetujui sebagai usulan penelitian dan dinyatakan

telah memenuhi syarat untuk diseminarkan.

Pembimbing,

Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep.

(5)

v

LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian yang berjudul :

GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI

DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Disusun oleh :

AHMAD HANAFI

NIM. 22020111130037

Telah diuji pada 27 Januari 2016 yang berhasil dipertahankan dihadapan tim penguji dan diterima sebagai bahan persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Unversitas Diponegoro.

Penguji I, Penguji II,

Ns. Nana Rochana, S.Kep., MN Ns. Henni Kusuma, S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB NIP. 19830412 201404 2 001 NIP. 19851208 201404 2 001

Penguji III,

Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep.

NIK. 201310222054

Telah diuji, direvisi, dan disetujui

Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas limpahan rahmat dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten

Semarang” yang diajukan sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Keperawatan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah mendukung penulis selama ini yaitu :

1. Dr. Untung Sujianto, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan 2. Ns. Sarah Ulliya, S.Kep., M.kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan.

3. Ns. Ahmat Pujianto S.Kep,. M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan banyak bimbingan dan masukan.

4. Ns. Nana Rochana, S.Kep., MNS dan Ns. Henni Kusuma S.Kep.,M.Kep.,

Sp.KMB selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan.

5. Ayah, Ibu dan kakak saya tercinta yang tidak pernah lelah mendoakan dan

mendukung.

6. Nur Ariffudin, Mutiana, Abdul, Thatit, Imanuel, Elmonita, Kiki, Anggi,

Andrian, Fahmi, dan Siska yang sudah banyak membantu dan memberi semangat kepada saya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

7. Teman-teman angkatan 2011 terkhusus Gaza dan semua pihak yang telah

membantu saya dalam menyusun proposal skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan dunia keperawatan pada khususnya.

Semarang, Januari 2016

(7)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... LEMBAR PERSETUJUAN... ii iii iv LEMBAR PENGESAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan... 10

D. Manfaat... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi Hipertensi... 12

2. Klasifikasi Hipertensi...………....

3. Patofisiologi Hipertensi.………....

4. Manifestasi Klinis Hipertensi...

5. Diagnosis Hipertensi... 13

15

20

(8)

viii

6. Faktor-faktor risiko Hipertensi...

7. Pengukuran tekanan darah...

8. Komplikasi Hipertensi...

9. Penatalaksanaan Hipertensi... 25

27

30

32

B. Kerangka Teori... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep... 42

B. Jenis Penelitian... 42

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi ... 43

2. Sampel dan Teknik Sampling... 43

D. Tempat dan Waktu Penelitian... 45

E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Ukur …... 45

F. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 1. Instrumen penelitian... 51

2. Uji Validitas Kuesioner... 53

3. Uji Reliabilitas Kuesioner... 4. Cara Pengumpulan Data... 53 54 G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan... 56

2. Analisis Data... 59

H. Etika Penelitian... 60

(9)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian ... 62

B. Hasil Peneltian ... 63

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Data Demografi Resonden ... 81

B. Gambaran Gaya Hidup Responden ... 85

C. Keterbatasan Penelitian ... 97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

1 Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan Pedoman JNC7

15

2 Definisi Operasional 43

3 Koding 55

4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=135)

63

5 Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Konsumsi Makanan Responden (n=135)

64

6 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden (n=135)

65

7 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden

berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)

65

8 D Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan Kategori Usia (n=135)

66

9 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)

66

10 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan pekerjaan (n=135)

67

11 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan kategori hipertensi (n=135)

67

12 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan lama menderita (n=135)

68

13 Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Merokok Responden (n=135)

68

14 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden (n=135)

(11)

xi

15 Distribusi Frekuensi Kebiasaan merokok Responden berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)

70

16 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan Kategori Usia (n=135)

70

17 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)

71

18 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan pekerjaan (n=135)

71

19 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan kategori hipertensi (n=135)

72

20 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan lama menderita (n=135)

72

21 Distribusi Frekuensi Kategori Kebiasaan Aktifitas fisik (n=135)

73

22 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Aktifitas Fisik Responden (n=135)

73

23 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden

berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)

74

24 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan Kategori Usia (n=135)

74

25 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)

75

26 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan pekerjaan (n=135)

75

27 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan kategori hipertensi (n=135)

76

28 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan lama menderita (n=135)

76

29 Distribusi Frekuensi Kategori Stress Responden (n=135)

77

(12)

xii Jenis Kelamin (n=135)

31 Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan Kategori Usia (n=135)

77

32 Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

1 Kerangka Teori 38

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul

1 Surat Permohonan Ijin Penelitian

2 Informed Consent & Persetujuan Menjadi Responden

3 Instrumen Penelitian

4 Permohonan Penggunaan Kuesioner

5 Data Kuesioner Responden

6 Hasil Analisis Data

7 Uji Normalitas

(15)

xv

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Januari 2016

ABSTRAK

Ahmad Hanafi

Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang

xvi + 99 halaman + 32 tabel + 2 gambar + 8 lampiran

Gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan makan yang tidak baik, merokok, stres dan kurangnya aktifitas fisik dapat menjadi penyebab hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan gaya hidup penderita hipertensi. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan metode Cross Sectional. Sempel pada penelitian ini berjumlah 135 penderita hiertensi yang berada di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Data diambil dengan menggunakan kuesioner yang menilai kebiasaan makan, kebiasaan merokok, aktifitas fisik, dan stress. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 60% responden memiliki kebiasaan makan yang tidak baik, sebanyak 80% responden dalam kategori tinggi paparan asap rokok, sebanyak 70.4% responden mengalami stress dan sebanyak 50.4% responden memiliki kebiasaan aktifitas fisik yang cukup. Dengan data tersebut Puskesmas Sumowono sebagai pelayanan kesehatan terdekat bisa mengambil strategi dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan, merokok dan koping stress pada penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono.

Kata Kunci : Hipertensi, gaya hidup, masyarakat rural

(16)

xvi

Bachelor Degree of Nursing Science Nursing Science Department Medical Faculty Diponegoro University January 2016

ABSTRACT

Ahmad Hanafi

Lifestyles of people with hypertension in Sumowono district Semarang city

xvi + 99 pages + 32 tables + 2 pictures + 8 attachments

Unhealthy lifestyle such as bad dietary, smoking, stress and lack of physical activity that can be causing of hypertension. This study aims to describe the lifestyle of people with hypertension. The study design was descriptive with cross sectional method. One hundred and thirty-five patients of hypertension who live in Sumowono district, Semarang city. Data were collected by using a questionnaire that assessed of dietary, smoking habits, physical activity, and stress. The results showed about 60% of respondents have a good dietary, 80% of respondents are high exposure of smoke, as many as 70.4% of respondents experienced stress and 50.4% of respondents have enough of physical activity. Therefore, the Sumowono public health center should give health education about dietary, smoking, stress and coping to patients of hypertension in Sumowono district.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika

tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik

lebih dari 80 mmHg.1 Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan

nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap,

maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.2

Ada dua macam hipertensi, yaitu hipertensi esensial (primer) dan

sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui

etiologinya.3 Tidak ada penyebab yang jelas tentang hipertensi primer, sekalipun ada beberapa teori yang menunjukkan adanya faktor-faktor

genetik, perubahan hormon, dan perubahan simpatis. Hipertensi sekunder

adalah hipertensi yang diakibatkan dari penyakit atau gangguan tertentu.

Sebanyak 90% dari semua kasus hipertensi adalah primer.4

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi

masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang

tinggi sebesar 22% pada kelompok usia ≥18 tahun ada tahun 2014 dan terus

meningkat, serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke,

retinopati, dan penyakit ginjal. Hipertensi juga menjadi faktor risiko ketiga

(18)

2

Examination Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan

meningkatkan risiko stroke sebesar 24%.5

Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran

pada kelompok umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi pada

setiap propinsi di Indonesia pada kelompok umur ≥18 tahun tergolong

cukup tinggi. Sebagai contoh prevalensi hipertensi di beberapa propinsi

antara lain Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan

Jawa Barat pada tahun 2013 rata rata diatas 29,4%. Sedangkan prevalensi

hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun di Jawa Tengah pada tahun 2013

sebesar 26,4%.6

Data Riskesdas 2013 setiap propinsi di Indonesia, di Jawa Tengah

prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun sebesar 26,4%.

Masyarakat rural atau bisa disebut masyarakat pedesaan di Jawa Tengah

pada tahun 2013 memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi dibandingkan

masyarakat yang tinggal di perkotaan, yakni sebesar 26,5%. Pada umumnya

masyarakat desa identik dengan tingkat pendidikan yang rendah, pekerjaan

sebagai petani/nelayan/buruh, dan angka Kuintil Indeks Kepemilikan yang

rendah. Dilihat dari prevalensi hipertensi di Jawa Tengah pada tahun 2013

karakteristik masyarakat dengan tingkat pendidikan tidak sekolah memiliki

prevalensi tertinggi sebesar 48,8% dibandingkan dengan tingkat pendidikan

yang lain. Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah pada masyarakat dengan

status pekerjaan sebagai petani/nelayan/buruh sebesar 26,6%, angka ini

(19)

3

Prevalensi dilihat dari Kuartil Indeks Kepemilikan, masyarakat dengan

status ekonomi tingkat bawah memiliki prevalensi tertinggi sebesar 29,4%.7 Berdasarkan hasil penelitian Farida8 tahun 2009 dengan prevalensi hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera secara umum prevalensi hipertensi

tertinggi dialami oleh golongan umur ≥75 tahun, laki-laki, status gizi

obesitas, tidak tamat sekolah, berstatus cerai hidup, dan tinggal di wilayah

pedesaan.

Pada tahun 2013 angka morbiditas hipertensi di Semarang yang

terdapat pada puskesmas sebesar 34.566 kasus. Kasus ini merupakan kasus

terbanyak kedua setelah ISPA.9 Sedangkan jumlah laporan penyakit hipertensi di Kecamatan Sumowono pada tahun 2015 bulan Januari sampai

Juni sebanyak 784 kasus dan jumlah laporan kematian akibat penyakit

hipertensi sebanyak 35 kasus. Kecamatan Sumowono dikenal luas di

kalangan penduduk Jawa Tengah karena merupakan kawasan pertanian,

sehingga sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani. Lokasi

Kecamatan Sumowono berada pada bagian paling barat bagian Kabupaten

Semarang dimana jauh dari wilayah perkotaan, yang memungkinkan

jalannya informasi serta fasilitas seperti pendidikan masih rendah.

Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang beberapa

organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak.1 Hipertensi juga menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner dan penyakit stroke.10 Penyakit jantung koroner ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya

pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang

(20)

4

beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan

dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan, dapat menyebabkan

timbulnya serangan jantung. Tekanan darah yang tinggi memaksa otot

jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat

otot jantung akan menebal dan merenggang sehingga daya pompa otot

menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja jantung. 11

Stroke adalah manifestasi dari rusaknya struktur jaringan otak sebagai

akibat rusaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak.12 Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah

otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang terjadi

karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.13 Stroke pada penderita hipertensi sering terjadi pada mereka yang tidak melakukan

pengendalian tekanan darah secara teratur, baik pola hidup maupun

pengobatan.14

Hasil penelitian yang dilakukan Sastri tahun 2010-2012 di RSUD

Kabupaten Solok Selatan, faktor risiko stroke tertinggi pada seluruh pasien

adalah hipertensi sebesar 82,30%.15 Hasil penelitian yang dilakukan Annamaria tahun 2015 tentang hubungan antara variabilitas tekanan darah

dan faktor risiko kardiovaskular pada pasien dengan hipertensi primer

terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah antara 2 kelompok

responden, dengan nilai-nilai yang jauh lebih tinggi pada kelompok kedua,

(21)

5

Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia bahwa responden dengan

hipertensi berisiko 1,32 kali untuk menderita penyakit jantung.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hipertensi, diantaranya

faktor keturunan, karakteristik seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan ras,

serta gaya hidup.18 Faktor keturunan menjadi salah satu penyebab hipertensi, akan tetapi tidak setiap penderita hipertensi didapat dari garis keturunan.

Jika orang tuanya adalah penderita hipertensi maka potensi seseorang

memiliki hipertensi akan lebih tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sugiharto19 tahun 2007 pada masyarakat di Kabupaten Karanganyar, riwayat keluarga dengan hipertensi atau keturunan terbukti sebagai faktor

risiko terjadinya hipertensi. Risiko terjadinya hipertensi sebesar 4,04 kali

dibandingkan orang yang orang tuanya tidak menderita hipertensi.

Karakteristik seseorang yang mempengaruhi terjadinya hipertensi

adalah usia, jenis kelamin, serta ras. Semakin bertambah usia, kemungkinan

terjadinya hipertensi semakin besar.18 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sigarlaki20 tahun 2006 di Kecamatan Bulus, Kabupaten Kebumen pada kelompok umur 56-77 tahun memiliki distribusi hipertensi terbanyak

sebesar 55,88%. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri besar

kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu darah pada setiap

pompa darah jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada

biasanya. Bustan menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita

hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon

(22)

6

pada peningkatan tekanan darah pada wanita.22 Pada penelitian yang dilakukan oleh Sugiri di Jawa Tengah menyebutkan prevalensi hipertensi

pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria dimana didapatkan angka

prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita. Gen dari ras tertentu

memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menjadi penderita hipertensi.

Ras yang membawa gen resesif kuat terkait hipertensi adalah ras Afrika dan

Afrika-Amerika. Di Amerika Serikat, prevalensi hipertensi pada orang kulit

hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan kulit putih.

Gaya hidup sering menjadi faktor risiko penting bagi timbulnya

hipertensi pada seseorang. Beberapa diantaranya adalah faktor kebiasaan

makan seperti konsumsi lemak dan garam tinggi, kegemukan atau makan

secara berlebihan. Gaya hidup yang tidak sehat seperti minum-minuman

mengandung alkohol, merokok, stres emosional dan kurangnya aktifitas

fisik yang dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan juga menjadi

penyebab hipertensi yang lebih banyak kasus terjadinya. 18,19,23,24

Perilaku makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko

penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor risiko lain seperti usia, jenis

kelamin dan keturunan. Tentang perilaku makan, penduduk terutama

pedesaan telah berubah dari pola tradisional ke pola modern dengan

kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman berisiko seperti makanan

dengan kandungan lemak, gula, garam yang tinggi.25 Laporan Hasil Riskesdas menggambarkan bahwa hampir di semua propinsi di Indonesia,

(23)

7

Para pakar juga menemukan faktor makanan modern sebagai

penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan

garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, misalnya

monosodium glutamat (MSG), dapat menaikkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebihan.2 Makanan yang berlemak akan meningkatkan resiko tingginya kolesterol. Kolesterol ini

akan menempel pada permukaan sebelah dalam dinding pembuluh darah

yang dapat menyebabkan hipertensi.27 Hasil penelitian yang dilakukan Arsyad28 terdapat 37 responden (82.3%) yang berpola makan tidak sehat diantaranya terdapat 29 responden (46.8%) yang hipertensi dan 8 responden

(12.9%), yang tidak hipertensi. Setelah dilakukan uji statistik dengan

chi-square diperoleh nilai p = 0,000 < α (0,05) yang artinya terdapat hubungan

antara pola makan dengan kejadian hipertensi. Penelitian lainnya yang

dilakukan Sugiharto19 menyimpulkan bahwa sering mengkonsumsi lemak jenuh mempunyai risiko untuk terserang hipertensi sebasar 7,72 kali, sering

mengkonsumsi jelantah sebesar 5,34 kali, dan sering mengkonsumsi asinan

sebesar 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak biasa mengkonsumsinya.

Gaya hidup berikutnya yang merupakan faktor penyebab hipertensi

adalah merokok. Merokok diketahui memberi efek perubahan metabolik

berupa pelepasan hormon pertumbuhan, ACTH, dan cortisol, serta

meningkatkan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat, menyebabkan

penurunan HDL kolesterol, meningkatkan LDL kolesterol dan trigliserida,

(24)

8

Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi, terdapat 12 responden (19,4%)

yang perokok, dari 12 responden tersebut 11 responden (17.7%) yang

hipertensi dan 1 responden (1.6%) yang tidak hipertensi. Setelah dilakukan

uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,008 < α (0,05) yang

artinya terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian

hipertensi.28 Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Agnesia29, didapatkan hasil bahwa kebiasaan merokok terbukti sebagai faktor risiko

hipertensi dengan nilai nilai p = 0,010; OR = 9,537 dan 95% CI = 1,728 –

52,634. Hal ini menunjukkan orang dengan kebiasaan merokok memiliki

risiko terserang hipertensi 9,537 kali lebih besar dibandingkan orang yang

tidak merokok.

Gaya hidup dengan aktifitas fisik yang cukup dan teratur dapat

mengurangi risiko terhadap penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah

selain dapat mengurangi berat badan pada penderita obesitas. Bagi yang

tidak hipertensi, aktifitas fisik akan menjauhkan dari risiko terkena

hipertensi di kemudian hari karena dapat mengoptimalkan kerja jantung dan

pembuluh darah.14 Penelitian yang dilakukan Sugiharto19 menyimpulkan bahwa tidak biasa melakukan olah raga mempunyai risiko menderita

hipertensi sebesar 4,73 kali dan olah raga tidak ideal mempunyai risiko

sebesar 3,46 kali dibandingkan orang yang mempunyai kebiasaan olah raga

ideal. Hernelahti19 juga menyatakan bahwa tidak biasa melakukan olahraga akan meningkatkan risiko terkena hipertensi sebesar 2,33 kali dibanding

(25)

9

Gaya hidup dengan tingkat stres tinggi merupakan salah satu faktor

penyebab utama timbulnya hipertensi setelah kebiasaan makan yang buruk,

merokok, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol yang terjadi di Indonesia.11 Stres dapat meningkatkan tekanan darah yang bersifat sementara, tetapi

apabila terjadi berkepanjangan, peningkatan tekanan darah pun dapat

menetap.14 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hu30, stres secara signifikan berhubungan dengan hipertensi dengan nilai rasio odds (OR) = 1,247 , 95 % CI (1,076 , 1,446).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suoth31 pada tahun 2014 di puskesmas Kolongan, kecamatan Kalawat, kabupaten Minahasa Utara

tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi mendapatkan hasil

adanya hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup : aktifitas fisik

berat seperti angkat beban, olahraga berat, mencangkul, Aktifitas fisik

sedang seperti berjalan kaki, kegiatan dirumah, menaiki tangga, dengan

kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,584 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat. Adanya hubungan yang

bermakna antara tingkat gaya hidup : stres yang sesuai Self Reporting Questionnaire (SRQ) dengan kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,537 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat. Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup :

konsumsi makanan seperti buah-buahan, sayuran, asinan, awetan, jeroan,

dan minuman berkafein dengan kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi

(26)

10

merokok dalam waktu sebulan terakhir dengan kejadian hipertensi dengan

nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,139 menunjukkan bahwa

kekuatan korelasi sangat lemah.

Sundari32 melakukan penelitian di wilayah desa pegunungan menunjukkan adanya pengaruh faktor aktifitas fisik terhadap hipertensi

essensial. Hasil ini mendukung bahwa aktifitas fisik yang berat pada

umumnya cenderung mengalami kenaikan tekanan darah. Karena makin

keras dan makin sering otot jantung harus memompa, maka makin besar

tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga tekanan darah semakin

meningkat.33 Hasil penelitian lain oleh Ariani34 dalam penelitiannya didapatkan tekanan darah diastolik anak yang tinggal di daerah pesisir

pantai Kecamatan pantai Cermin lebih tinggi daripada anak yang tinggal di

daerah pegunungan Kecamatan Brastagi. Tapi seperti yang dilaporkan

meskipun berbeda tapi secara statistik tidak terdapat perbedaan yang

bermakna.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di kecamatan Sumowono

tepatnya di puskesmas Sumowono, didapatkan hasil bahwa jumlah laporan

penyakit Hipertensi di kecamatan Sumowono pada kelompok umur ≥18

tahun terhitung bulan Juni tahun 2015 sebanyak 109 Jiwa. Dengan kategori

hipertensi essensial sebanyak 44 jiwa, dan kategori hipertensi lainnya

sebanyak 65 jiwa. Tidak ada registrasi kematian akibat penyakit Hipertensi

di Kecamatan Sumowono pada kelompok umur ≥18 tahun terhitung bulan

(27)

11

Dari hasil kuesioner tentang gaya hidup penderita hipertensi yang

diambil dari beberapa pertanyaan yang dibagikan kepada 5 penderita

hipertensi di Kecamatan Sumowono, pada poin aktifitas fisik 4 dari 5

resonden memiliki total aktifitas fisik kumulatif yang kurang, yakni

dibawah 150 menit dalam seminggu. Sebanyak 2 dari 5 responden merokok

selama 1 bulan terakhir. Pada poin tentang kebiasaan makan, 5 responden

dikategorikan baik pada konsumsi sayuran segar dan tidak mengkonsumsi

alkohol. Semua responden dikategorikan kurang baik kebiasaan makanan

dalam mengkonsumsi buah, konsumsi jeroan dan konsumsi makanan asin

dalam frekuensi lebih. Semua responden memiliki gejala-gejala yang

menunjukkan stress seperti merasa cemas, tegang, atau kuatir, merasa lelah

sepanjang waktu, merasa tidak bahagia, merasa sulit untuk menikmati

kegiatan sehari hari, dan merasa sering sakit kepala. Dapat disimpulkan

bahwa dari 5 responden mempunyai gaya hidup yang kurang baik, seperti

aktifitas fisik yang kurang, pola makan yang tidak baik (konsumsi makanan

asin, lemak dan jeroan dalam frekuensi yang sering), merokok dalam waktu

sebulan terakhir dan menunjukkan gejala stres.

Dari studi pendahuluan yang dilakukan, serta gaya hidup yang

berperan sebagai faktor risiko hipertensi yang masih dapat dimodifikasi,

maka penting untuk dilakukan penelitian tentang gambaran gaya hidup

penderita hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Prevalensi hipertensi di Indonesia tergolong cukup tinggi. Faktor

(28)

kasus-12

kasus penyakit tidak menular di Indonesia, termasuk dalam hal ini adalah

hipertensi. Penyebab terbesar hipertensi salah satunya adalah gaya hidup.35 Gaya hidup seperti faktor makanan, aktifitas fisik, stres dan merokok juga

menjadi penyebab hipertensi yang lebih banyak kasus terjadinya.24 Berdasarkan laporan hasil Riskesdas menggambarkan bahwa hampir di

semua propinsi di Indonesia, konsumsi sayuran dan buah-buahan tergolong

rendah. Serta secara nasional konsumsi masyarakat seperti makanan asinan,

kebiasaan merokok, serta aktifitas fisik yang kurang masih cukup tinggi

prevalensinya.26 Di propinsi Jawa Tengah pada data riset kesehatan terbaru tahun 2013 prevalensi hipertensi pada masyarakat pedesaan lebih tinggi dari

masyarakat perkotaan. Angka morbiditas hipertensi di Kecamatan

Sumowono juga terhitung cukup tinggi. Dengan demikian penting untuk

dilakukan penelitian tentang gambaran gaya hidup penderita hipertensi di

Kecamatan Sumowono.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran gaya hidup penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain untuk :

a. Mendeskripsikan karakteristik, demografi (jenis kelamin, umur,

pendidikan, pekerjaan, derajat hipertensi, lama menderita, dan

komplikasi) penderita hipertensi pada masyarakat di

(29)

13

b. Mendeskripsikan gaya hidup (aktifitas fisik, kebiasaan makan,

merokok, dan stress) penderita hipertensi pada masyarakat di

Kecamatan Sumowono.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan membuka wawasan baru peneliti

mengenai gambaran gaya hidup masyarakat pada kejadian hipertensi di

Kecamatan Sumowono.

2. Bagi Responden

Menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan di sekitar subjek

penelitian untuk menyusun program promosi atau pelayanan kesehatan

yang lebih sesuai dan tepat untuk mengatasi kejadian hipertensi.

Kemudian dapat digunakan sebagai strategi meningkatkan kesadaran

subjek penelitian untuk meningkatkan gaya hidup yang lebih baik bagi

penderita hipertensi.

3. Bagi Institusi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan

institusi pendidikan untuk mengembangkan strategi pembelajaran atau

kurikulum tentang gaya hidup hipertensi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai acuan melakukan

penelitian selanjutnya tentang faktor risiko hipertensi dan memudahkan

dalam mendapat informasi terkait gambaran gaya hidup masyarakat

(30)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas tentang teori penelitian yang digunakan. Penulis

melakukan pencarian beberapa buku-buku literatur, jurnal, e-book, dan internet dengan menggunakan kata kunci hipertensi, gaya hidup, serta menggunakan

kombinasi kata masyarakat rural, aktifitas fisik, kebiasaan makan, stress, dan

merokok sehingga menghasilkan 57 literatur yang dipakai. Teori dan konsep yang

tertera pada bab ini merupakan teori yang bersumber dari pustaka.

A. Tinjauan Teori

1. Definisi Hipertensi

Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap

dinding pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap

dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar

tekanan bervariasi tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung.

Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan

sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik).

Pada keadaan hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena

darah dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih.36 Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan

tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.37 Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas

normal, di mana tekanan darah normal sebesar 110/90 mmHg. Tekanan darah

(31)

15

dipengaruhi oleh curah jantung, tahanan perifer pada pembuluh darah, dan

volume atau isi darah yang bersirkulasi.38 Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit jantung koroner, left ventricle hypertrophy, dan

stroke yang merupakan pembawa kematian tinggi.39

Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi

berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi

dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis

kelamin, dan umur, serta faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas,

kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang

mengandung natrium dan lemak jenuh.40 Hipertensi yang tidak terkontrol akan meningkatkan angka mortalitas dan menimbulkan komplikasi ke

beberapa organ vital seperti jantung (infark miokard, jantung koroner, gagal

jantung kongestif), otak (stroke, enselopati hipertensif), ginjal (gagal ginjal

kronis), mata (retinopati hipertensif).41

2. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan

yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau

hipertensi esensial terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat

ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut

hipertensi idiopatik. Hipertensi ini mencakup sekitar 95% kasus.40

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang

penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus hipertensi.

Hampir semua hipertensi sekunder berhubungan dengan ganggaun sekresi

(32)

16

penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldesteronisme primer, sindroma Cushing, feokromositoma, dan

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Umumnya hipertensi

sekunder dapat disembuhkan dengan penatalaksanaan penyebabnya secara

tepat. 37

Klasifikasi hipertensi menurut perjalanan penyakitnya dibagi menjadi

hipertensi benigna dan maligna. Bila timbulnya berangsur disebut benigna,

dan bila tekanannya naik secara progresif dan cepat disebut hipertensi

maligna dengan banyak komplikasi seperti gagal ginjal, CVA, hemoragi

retina, dan ensefalopati.42 Hipertensi benigna merupakan keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat penderita cek

up. Hipertensi maligna merupakan keadaan hipertensi yang membahayakan

biasanya disertai keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi pada

organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal.43

Hipertensi juga sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat,

berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan bila tekanan darah diastole

95-104, hipertensi sedang tekanan diastolenya 105-114, sedangkan hipertensi

(33)

17

Tabel 1. Pengelompokan tekanan darah dan hipertensi berdasarkan

pedoman JNC7

Kategori Sistolik Diastolik

Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang

Normal Kurang dari 120 Kurang dari 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 90-99

Hipertensi tahap 2 Lebih dari 160 Lebih dari 100

3. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding

pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks

menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta

pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Ada duafaktor

utama yang mengatur tekanan dara, yaitu darah yang mengalir dan tahanan

pembuluh darah perifer.45 Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan

timbulnya hipertensi.46

Tubuh memiliki 3 metode pengendalian tekanan darah. Pertama

adalah reseptor tekanan di berbagai organ yang dapat mendeteksi perubahan

kekuatan maupun kecepatan kontraksi jantung, serta resistensi total terhadap

tekanan tersebut. Kedua adalah ginjal yang bertanggung jawab atas

(34)

renin-18

angiotensin yang melibatkan banyak senyawa kimia. Kemudian sebagai

respons terhadap tingginya kadar kalium atau angiotensin, steroid aldosteron

dilepaskan dari kelenjar adrenal, yang salah satunya berada dipuncak setiap

ginjal, dan meningkatkan retensi (penahanan) natrium dalam tubuh.44

Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan

oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan

vaskuler perifer berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer.

Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahanan terhadap aliran darah,

makin besar dilatasinya makin tinggi kurang tahanan terhadap aliran darah.

Jadi, semakin menyempit pembuluh darah, semakin meningkat tekanan

darah. Dilatasi dan konstriksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh

sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin. Apabila sistem saraf

simpatis dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin dan norepinefrin akan

dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan kontriksi pembuluh darah,

meningkatnya curah jantung, dan kekuatan kontraksi ventrikel. Sama halnya

pada sistem renin-angiotensin, yang apabila distimulasi juga menyebabkan

vasokontriksi pada pembuluh-pembuluh darah.45

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan

darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan

mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem

pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari

sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks

kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium,

(35)

19

lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga

intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian

dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang

dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan

berbagai organ.47

Jantung secara terus menerus bekerja memompakan darah ke seluruh

organ tubuh. Jika tanpa gangguan, porsi tekanan yang dibutuhkan sesuai

dengan mekanisme tubuh. Namun, akan meningkat begitu ada hambatan.

Inilah yang menyebabkan tekanandarah meninggi. Semakin besar

hambatanya, tekanan darah akan semakin tinggi.13 4. Manifestasi Klinis Hipertensi

Pemeriksaan fisik dapat pula tidak dijumpai kelainan apapun selain

peninggian tekanan darah yang merupakan satu-satunya gejala. Individu

penderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai

bertahun-tahun. Apabila terdapat gejala, maka gejala tersebut menunjukkan adanya

kerusakan vaskuler, dengan manifestasi khas sesuai sistem organ yang

divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.40

Bila timbul gejala, penyakit hipertensi ini sudah lanjut. Gejala klasik

yaitu sakit kepala, epistaksis, pusing, dan tinitus yang diduga berhubungan

dengan naiknya tekanan darah, ternyata sama seringnya dengan yang terdapat

pada yang tidak dengan tekanan darah tinggi. Namun gejala sakit kepala

sewaktu bangun tidur, mata kabur, depresi, dan nokturia, ternyata meningkat

(36)

20

Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul

setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul

dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan

muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur

akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan

susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena

peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen

akibat peningkatan tekanan kapiler.46 Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,

sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.40 Terkadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada

organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung.11 5. Diagnosis Hipertensi

Menurut Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan

:49

a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.

b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit

kardiovaskuler, beratnya penyakit, serta respon terhadap

pengobatan.

c. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain

atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan

ikut menentukan panduan pengobatan.

Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan

(37)

21

pemeriksaan penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering

merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan

pengukuran tekanan darah yang akurat. Berbagai faktor yang

mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor alat dan

tempat pengukuran.49 6. Faktor-faktor risiko Hipertensi

a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol

1) Usia

Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar

sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %

dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan

elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan

bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada

umur lima puluhan dan enam puluhan.50

Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat.

Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering

dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila

tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini

disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan

hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa

memicu terjadinya hipertensi. 51,52

(38)

22

Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak

menular tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita

hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk

peningkatan darah sistolik.50 Sedangkan menurut Arif53 pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi.

Menurut Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi

dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen

pada wanita.21

Bustan menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita

hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon

estrogen pada wanita.21 Hormon estrogen berperan dalam regulasi tekanan darah, berhentinya produksi estrogen akibat proses penuaan berdampak

pada peningkatan tekanan darah pada wanita.22 Pada penelitian yang dilakukan oleh Sugiri58 di Jawa Tengah menyebutkan prevalensi hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria dimana didapatkan angka

prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita.

3) Riwayat keluarga

Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang

mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi.50 Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga

mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.50 Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan

(39)

23

Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak menular

lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga

dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi

risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan riwayat

hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat.

Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu

orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan

sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit

tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka

kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.37 b. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol

Modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan,

karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi. Pasien hipertensi

yang terkontrol, pendekatan modifikasi gaya hidup ini dapat membantu

pengurangan dosis obat pada sebagian penderita.50 Gaya hidup yang berhubungan dengan kejadian hipertensi antara lain meliputi aktivitas fisik,

kebiasaan makan, kebiasaan merokok, dan stress.8,23,24 Kebiasaan makan yang diamati adalah kebiasaan konsumsi buah dan sayur; makanan manis, asin,

berlemak, jeroan, makanan yang diawetkan dan minuman berkafein.8

Menurut Mulyono, gaya hidup merupakan ciri pribadi yang dimiliki

oleh setiap orang. Sebagai ciri atau karakteristik, gaya hidup banyak

berpengaruh terhadap tingkah laku dalam kehidupan individu. Dengan kata

lain, gaya hidup merupakan disposisi atau watak yang melatarbelakangi

(40)

24

mempengaruhinya. Sedangkan, menurut Sanjur, gaya hidup adalah hasil

pengaruh beragam peubah bebas yang terjadi di dalam individu atau keluarga.

Perubah yang membentuk gaya hidup termasuk penyediaan materi, sifat

situasi, kerangka ide budaya, dan sifat-sifat psikologis serta kesehatan.

Menurut Suhardjo8 gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari sejumlah interaksi sosial, budaya, keadaan dan hasil pengaruh beragam variabel bebas

yang terjadi di dalam keluarga atau rumah tangga. Gaya hidup dapat diartikan

sebagai cara hidup masyarakat.

Gaya hidup yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi antara

lain :

1) Konsumsi garam dan makanan awetan

Makanan asin dan makanan yang diawetkan adalah makanan

dengan kadar natrium tinggi. Natrium adalah mineral yang sangat

berpengaruh pada mekanisme timbulnya hipertensi. Makanan asin dan

awetan biasanya memiliki rasa gurih (umami), sehingga dapat

meningkatkan nafsu makan. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi

terjadi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan

darah.8

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme

timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui

peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini

akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali

(41)

25

hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain

yang berpengaruh.55

Orang-orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium

sehingga menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.37 Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik

cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume

dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau

kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan

garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi

garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110

mmol natrium atau 2400 mg/hari.50,55,56

Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada kelompok dengan

asupan garam minimal. Konsumsi natrium kurang dari 3 gram perhari

prevalensi hipertensi presentasinya masih rendah, namun jika konsumsi

natrium meningkat antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi akan

meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya

hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan

tekanan darah.55,51

2) Konsumsi makanan manis dan tinggi energi

Makanan atau minuman manis mengandung unsur karbohidrat

sederhana yang menghasilkan energi tinggi. Kelebihan konsumsi energi

dan aktivitas fisik yang rendah merupakan faktor penting yang

menyebabkan epidemik obesitas. Menurut penelitian Johnson, dosis

(42)

26

dibandingkan dengan jumlah fruktosa yang biasa dikonsumsi 60%) dapat

meningkatkan tekanan darah dan perubahan mikrovaskular. Fruktosa (gula

sederhana yang menghasilkan rasa manis), tidak memberikan efek

kepuasan setelah makan. Seseorang yang mengkonsumsi

makanan/minuman manis tidak akan merasa puas dan akan makan terus

menerus. Konsumsi yang berlebihan akan meningkatkan asupan energi

yang selanjutnya disimpan tubuh sebagai cadangan lemak. Penumpukan

lemak tubuh pada perut akan menyebabkan obesitas sentral, sedangkan

penumpukan pada pembuluh darah akan menyumbat peredaran darah dan

membentuk plak (aterosklerosis) yang berdampak pada hipertensi dan

jantung koroner.8

3) Konsumsi Lemak dan jeroan

Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan

peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi

lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan

dengan kenaikan tekanan darah.19

Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis

yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.37,57 Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan

dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal

dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari

tanaman dapat menurunkan tekanan darah.57

Jeroan (usus, hati, babat, lidah, jantung, dan otak, paru) banyak

(43)

27

mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

daging. Secara umum, asam lemak jenuh cenderung meningkatkan

kolesterol darah, 25-60% lemak yang berasal dari hewani dan produknya

merupakan asam lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam

lemak jenuh, diperkirakan akan meningkatkan 2.7 mg/dL kolesterol darah,

akan tetapi hal ini tidak terjadi pada semua orang. Lemak jenuh terutama

berasal dari minyak kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak

jagung, minyak kedelai yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan

berulang-ulang. Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan

kadar LDL kolesterol (Almatsier 2003).8 4) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok

menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru

dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan

memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau

adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung

untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.58

Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan

darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding

pembuluh darah.55

Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan

(44)

28

meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen

yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.58

Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Anggara tahun

2012 uji statistik antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah didapat

ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan

darah (p = 0,000) dan sebeser 52,9% responden yang hipertensi

merokok.59 5) Aktifitas fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada

orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai

frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan

otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha

otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang

dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer

yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.37 Kurangnya aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan

menyebabkan risiko hipertensi meningkat.19

Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur

memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar

6-15 mmHg pada penderita hipertensi.60 Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat

menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.

(45)

29

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Anggara tahun 2012

uji statistik kebiasaan olahraga dengan hipertensi, tidak teratur olah raga

terbukti adanya hubungan yang bermakna denganhipertensi, dengan

(p=0,000) ; OR = 44,1; 95% CI = 8,85 – 219,74).Artinya, orang yang tidak

teratur berolah raga memiliki risiko terkenahipertensi sebesar 44,1 kali

dibandingkan dengan orang yangmemiliki kebiasaan olah raga teratur.59 6) Stress

Menurut Sarafindo yang dikutip oleh Bart Smet, stres adalah suatu

kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang

menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari

situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari

seseorang.61

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas

saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.

Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah

menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada

binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata

membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.62

Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas,

berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat

merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan

memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan

darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha

(46)

30

perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau

penyakit maag.51,62

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herke tentang Karakteristik

Dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi, didapatkan bahwa terdapat

hubungan antara faktor stres terhadap hipertensi, responden yang

menderita prehipertensi yang mengaku tidak mengalami stres ( 6,86 % ),

sementara yang menderita hipertensi grade I (37,25 %), dan yang

menderita hipertensi grade II (22,57 %).20 7) Konsumsi kafein

Penelitian mengenai pengaruh kafein terhadap kejadian hipertensi

belum menunjukkan hasil yang konsisten. Beberapa penelitian

menunjukkan adanya pengaruh negatif antara konsumsi kafein dengan

kejadian hipertensi. Dua studi kohort yang dilakukan selama 15 tahun

pada 155 594 wanita berusia 30-55 tahun dari Nurses Health Studies

(NHSs), keduanya tidak menunjukkan hubungan linear antara konsumsi

kafein dengan risiko kejadian hipertensi. Namun ditemukan adanya

hubungan dengan pola invers U antara konsumsi kopi dengan kejadian

hipertensi.8

7. Komplikasi Hipertensi

a. Otak

Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang

diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan

intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari

(47)

31

hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami

hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami

arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma.58

Hasil penelitian yang dilakukan Sastri tahun 2010-2012 di RSUD

kabupaten Solok Selatan, faktor risiko stroke tertinggi pada seluruh pasien

adalah hipertensi sebesar 82,30%.15

b. Kardiovaskular

Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung yang

terus-menerus memompa darah dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan

pembesaran ventrikel kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan

berkurang. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak tepat atau tidak

adekuat pada tahap ini, maka dapat menimbulkan komplikasi gagal

jantung kongestif. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan

perubahan-perubahan waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel

sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko

pembentukan bekuan.58

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Delima tentang Prevalensi dan

Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia bahwa responden

(48)

32

Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif

akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus.

Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit

fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi

hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan

menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema

sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal

tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.46

Hasil penelitian yang dilakukan Annamaria tentang Hubungan

antara variabilitas tekanan darah dan faktor risiko kardiovaskular pada

pasien dengan hipertensi primer terdapat perbedaan yang signifikan

tekanan darah antara kelompok 2 kelompok responden, dengan nilai-nilai

yang jauh lebih tinggi pada kelompok kedua, yang terkait diabetes atau

penyakit ginjal kronis ( p = 0,012 ).16

d. Retinopati

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan

pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama

hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang

dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan

darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada

saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina

(49)

33

hypertensive retinopathy pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang

pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.63

Berdasar hasil penelitian yang dilakukan oleh Antika tahun 2013

mendapatkan hasil kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat

retinopati hipertensif (p=0,005) dan hipertensi tidak terkontrol merupakan

faktor resiko menderita retinopati hipertensif derajat sedang-berat. (RP

5,25 IK 95% 1,9-46,9). Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan

dengan derajat retinopati hipertensif dan hipertensi tidak terkontrol

merupakan faktor resiko menderita retinopati hipertensif derajat

sedang-berat.

8. Penatalaksanaan

a. Nonfarmakologis

Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum

penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh

seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang

terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan

dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup

merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam

keberhasilan penanganan hipertensi.50

Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:

1) Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.

Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi efek

(50)

34

darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain

itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko aterosklerosis.46 Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan

mengurangi asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental,

sampai pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung dengan

penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.50

2) Olahraga dan aktifitas fisik

Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas

fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga

kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk

penderita hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali

seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat

badan belum tentu turun.50

Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer

sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat menimbulkan

perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan

tekanan darah. Yang perlu diingatkan kepada kita adalah bahwa olahraga saja

tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi.51,61

3) Perubahan pola makan

(51)

35

Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya

penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan

hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam harus memperhatikan

kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan jenis makanan tertentu

yang banyak mengandung garam. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol

per hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan, memasak

tanpa garam, menghindari makanan yang sudah diasinkan, dan menggunakan

mentega yang bebas garam. Cara tersebut diatas akan sulit dilaksanakan

karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mengurangi

kebiasaan makan pasien secara drastis.51,64 b) Diet rendah lemak jenuh

Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang

berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh,

terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan

konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran,

biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan

tekanan darah.57

c) Memperbanyak konsumsi sayuran, buah buahan dan susu rendah lemak

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral bermanfaat

mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan

tekanan darah arteri dan mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu,

mengkonsumsi kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan

darah. Banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung banyak

Gambar

Tabel 1. Pengelompokan tekanan darah dan hipertensi berdasarkan
Gambar 1 Kerangka Teori.8,23,24
Tabel 2 Definisi Operasional
Tabel 3 Koding
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Perbedaan Model Altman Z-Score dengan Model Springate untuk Memprediksi Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Sektor Property dan Real Estate di Bursa Efek. Indonesia

Peneliti kedua, Virly Shiva Laviani dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Berita melalui Model Problem Based Learning (. Penelitian Tindakan

Selain itu, penelitian ini juga akan menganalisa nilai ekonomis setelah menggunakan sistem dua bahan bakar ( dual fuel ) dexlite dan biogas, serta emisi gas buang dari hasil

Modinan baru/ sukunan/ cokrowijayan/ kradenan/ cokrobedog/ nglarang/ perumahan gumuk/ bantulan beji ngrajek kidul/ dukuh/ kragilan sodomoyo dan sekitarnya pada pukul 9.00

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan praktik jual beli pakaian bekas di Pasar Perumnas Way Halim Bandar Lampung dilihat dari sisi pandangan hukum Islam dari

Efek motorik asenden konsisten dengan penyebaran ke sefalad dari neostigmin dalam cairan serebrospinal dan telah diamati pada manusia yang menerima dosis yang jauh

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan judul Pengaruh green product, green price, green place dan green promotion Terhadap Perilaku Pascapembelian Konsumen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan dan penggunaan aplikasi Macromedia Flash 8.0 pada mata pelajaran Simulasi Digital dengan materi animasi serta untuk