i
GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI
DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh
AHMAD HANAFI
NIM 22020111130037
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
ii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertandatangan di bawah ini, saya :
Nama : Ahmad Hanafi
NIM : 22020111130037
Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Ilmu Keperawatan
Jenis : Skripsi
Judul : Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan Jurusan
Keperawatan Undip atas penulisan skripsi saya demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), serta menampilkan
dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan Jurusan Keperawatan Undip, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta. 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak Perpustakaan Jurusan Keperawatan Undip dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam skripsi ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, Januari 2016 Yang menyatakan,
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Yang bertandatangan di bawah ini, saya :
Nama : Ahmad Hanafi
Tempat, tanggal lahir : Semarang, 14 April 1993
Alamat : Jl. Hadiningrat 03 Candi, Bandungan, Semarang No telp/HP : +6285742240029
Email : ahanafi.psik@gmail.com
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian saya yang berjudul “Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang ” bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya dari orang lain.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian dari hasil penelitian skripsi saya terdapat indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Semarang, Januari 2016 Yang menyatakan,
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa
Skripsi yang berjudul :
GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI
DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
Dipersiapkan dan disusun oleh :
AHMAD HANAFI
NIM. 22020111130037
Telah disetujui sebagai usulan penelitian dan dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diseminarkan.
Pembimbing,
Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep.
v
LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian yang berjudul :
GAMBARAN GAYA HIDUP PENDERITA HIPERTENSI
DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
Disusun oleh :
AHMAD HANAFI
NIM. 22020111130037
Telah diuji pada 27 Januari 2016 yang berhasil dipertahankan dihadapan tim penguji dan diterima sebagai bahan persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Unversitas Diponegoro.
Penguji I, Penguji II,
Ns. Nana Rochana, S.Kep., MN Ns. Henni Kusuma, S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB NIP. 19830412 201404 2 001 NIP. 19851208 201404 2 001
Penguji III,
Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep.
NIK. 201310222054
Telah diuji, direvisi, dan disetujui
Ns. Ahmat Pujianto,S.Kep., M.Kep.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, atas limpahan rahmat dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten
Semarang” yang diajukan sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana Keperawatan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak- pihak yang telah mendukung penulis selama ini yaitu :
1. Dr. Untung Sujianto, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan 2. Ns. Sarah Ulliya, S.Kep., M.kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan.
3. Ns. Ahmat Pujianto S.Kep,. M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan banyak bimbingan dan masukan.
4. Ns. Nana Rochana, S.Kep., MNS dan Ns. Henni Kusuma S.Kep.,M.Kep.,
Sp.KMB selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak bimbingan dan masukan.
5. Ayah, Ibu dan kakak saya tercinta yang tidak pernah lelah mendoakan dan
mendukung.
6. Nur Ariffudin, Mutiana, Abdul, Thatit, Imanuel, Elmonita, Kiki, Anggi,
Andrian, Fahmi, dan Siska yang sudah banyak membantu dan memberi semangat kepada saya dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
7. Teman-teman angkatan 2011 terkhusus Gaza dan semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyusun proposal skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan dunia keperawatan pada khususnya.
Semarang, Januari 2016
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL... i
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... LEMBAR PERSETUJUAN... ii iii iv LEMBAR PENGESAHAN... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 9
C. Tujuan... 10
D. Manfaat... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi Hipertensi... 12
2. Klasifikasi Hipertensi...………....
3. Patofisiologi Hipertensi.………....
4. Manifestasi Klinis Hipertensi...
5. Diagnosis Hipertensi... 13
15
20
viii
6. Faktor-faktor risiko Hipertensi...
7. Pengukuran tekanan darah...
8. Komplikasi Hipertensi...
9. Penatalaksanaan Hipertensi... 25
27
30
32
B. Kerangka Teori... 38
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep... 42
B. Jenis Penelitian... 42
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi ... 43
2. Sampel dan Teknik Sampling... 43
D. Tempat dan Waktu Penelitian... 45
E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Ukur …... 45
F. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 1. Instrumen penelitian... 51
2. Uji Validitas Kuesioner... 53
3. Uji Reliabilitas Kuesioner... 4. Cara Pengumpulan Data... 53 54 G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan... 56
2. Analisis Data... 59
H. Etika Penelitian... 60
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian ... 62
B. Hasil Peneltian ... 63
BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Data Demografi Resonden ... 81
B. Gambaran Gaya Hidup Responden ... 85
C. Keterbatasan Penelitian ... 97
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
1 Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasarkan Pedoman JNC7
15
2 Definisi Operasional 43
3 Koding 55
4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=135)
63
5 Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Konsumsi Makanan Responden (n=135)
64
6 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden (n=135)
65
7 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden
berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)
65
8 D Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan Kategori Usia (n=135)
66
9 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)
66
10 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan pekerjaan (n=135)
67
11 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan kategori hipertensi (n=135)
67
12 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Responden berdasarkan lama menderita (n=135)
68
13 Distribusi frekuensi Kategori Kebiasaan Merokok Responden (n=135)
68
14 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden (n=135)
xi
15 Distribusi Frekuensi Kebiasaan merokok Responden berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)
70
16 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan Kategori Usia (n=135)
70
17 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)
71
18 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan pekerjaan (n=135)
71
19 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan kategori hipertensi (n=135)
72
20 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden berdasarkan lama menderita (n=135)
72
21 Distribusi Frekuensi Kategori Kebiasaan Aktifitas fisik (n=135)
73
22 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Aktifitas Fisik Responden (n=135)
73
23 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden
berdasarkan Jenis Kelamin (n=135)
74
24 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan Kategori Usia (n=135)
74
25 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)
75
26 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan pekerjaan (n=135)
75
27 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan kategori hipertensi (n=135)
76
28 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik Responden berdasarkan lama menderita (n=135)
76
29 Distribusi Frekuensi Kategori Stress Responden (n=135)
77
xii Jenis Kelamin (n=135)
31 Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan Kategori Usia (n=135)
77
32 Distribusi Frekuensi Stress Responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=135)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
1 Kerangka Teori 38
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Judul
1 Surat Permohonan Ijin Penelitian
2 Informed Consent & Persetujuan Menjadi Responden
3 Instrumen Penelitian
4 Permohonan Penggunaan Kuesioner
5 Data Kuesioner Responden
6 Hasil Analisis Data
7 Uji Normalitas
xv
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Januari 2016
ABSTRAK
Ahmad Hanafi
Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang
xvi + 99 halaman + 32 tabel + 2 gambar + 8 lampiran
Gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan makan yang tidak baik, merokok, stres dan kurangnya aktifitas fisik dapat menjadi penyebab hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan gaya hidup penderita hipertensi. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan metode Cross Sectional. Sempel pada penelitian ini berjumlah 135 penderita hiertensi yang berada di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Data diambil dengan menggunakan kuesioner yang menilai kebiasaan makan, kebiasaan merokok, aktifitas fisik, dan stress. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 60% responden memiliki kebiasaan makan yang tidak baik, sebanyak 80% responden dalam kategori tinggi paparan asap rokok, sebanyak 70.4% responden mengalami stress dan sebanyak 50.4% responden memiliki kebiasaan aktifitas fisik yang cukup. Dengan data tersebut Puskesmas Sumowono sebagai pelayanan kesehatan terdekat bisa mengambil strategi dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan, merokok dan koping stress pada penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono.
Kata Kunci : Hipertensi, gaya hidup, masyarakat rural
xvi
Bachelor Degree of Nursing Science Nursing Science Department Medical Faculty Diponegoro University January 2016
ABSTRACT
Ahmad Hanafi
Lifestyles of people with hypertension in Sumowono district Semarang city
xvi + 99 pages + 32 tables + 2 pictures + 8 attachments
Unhealthy lifestyle such as bad dietary, smoking, stress and lack of physical activity that can be causing of hypertension. This study aims to describe the lifestyle of people with hypertension. The study design was descriptive with cross sectional method. One hundred and thirty-five patients of hypertension who live in Sumowono district, Semarang city. Data were collected by using a questionnaire that assessed of dietary, smoking habits, physical activity, and stress. The results showed about 60% of respondents have a good dietary, 80% of respondents are high exposure of smoke, as many as 70.4% of respondents experienced stress and 50.4% of respondents have enough of physical activity. Therefore, the Sumowono public health center should give health education about dietary, smoking, stress and coping to patients of hypertension in Sumowono district.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan keadaan ketika
tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 80 mmHg.1 Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap,
maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.2
Ada dua macam hipertensi, yaitu hipertensi esensial (primer) dan
sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui
etiologinya.3 Tidak ada penyebab yang jelas tentang hipertensi primer, sekalipun ada beberapa teori yang menunjukkan adanya faktor-faktor
genetik, perubahan hormon, dan perubahan simpatis. Hipertensi sekunder
adalah hipertensi yang diakibatkan dari penyakit atau gangguan tertentu.
Sebanyak 90% dari semua kasus hipertensi adalah primer.4
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan penting di seluruh dunia karena prevalensinya yang
tinggi sebesar 22% pada kelompok usia ≥18 tahun ada tahun 2014 dan terus
meningkat, serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler, stroke,
retinopati, dan penyakit ginjal. Hipertensi juga menjadi faktor risiko ketiga
2
Examination Survey mengungkapkan bahwa hipertensi mampu meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan
meningkatkan risiko stroke sebesar 24%.5
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran
pada kelompok umur ≥18 tahun sebesar 25,8%. Prevalensi hipertensi pada
setiap propinsi di Indonesia pada kelompok umur ≥18 tahun tergolong
cukup tinggi. Sebagai contoh prevalensi hipertensi di beberapa propinsi
antara lain Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan
Jawa Barat pada tahun 2013 rata rata diatas 29,4%. Sedangkan prevalensi
hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun di Jawa Tengah pada tahun 2013
sebesar 26,4%.6
Data Riskesdas 2013 setiap propinsi di Indonesia, di Jawa Tengah
prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun sebesar 26,4%.
Masyarakat rural atau bisa disebut masyarakat pedesaan di Jawa Tengah
pada tahun 2013 memiliki prevalensi hipertensi lebih tinggi dibandingkan
masyarakat yang tinggal di perkotaan, yakni sebesar 26,5%. Pada umumnya
masyarakat desa identik dengan tingkat pendidikan yang rendah, pekerjaan
sebagai petani/nelayan/buruh, dan angka Kuintil Indeks Kepemilikan yang
rendah. Dilihat dari prevalensi hipertensi di Jawa Tengah pada tahun 2013
karakteristik masyarakat dengan tingkat pendidikan tidak sekolah memiliki
prevalensi tertinggi sebesar 48,8% dibandingkan dengan tingkat pendidikan
yang lain. Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah pada masyarakat dengan
status pekerjaan sebagai petani/nelayan/buruh sebesar 26,6%, angka ini
3
Prevalensi dilihat dari Kuartil Indeks Kepemilikan, masyarakat dengan
status ekonomi tingkat bawah memiliki prevalensi tertinggi sebesar 29,4%.7 Berdasarkan hasil penelitian Farida8 tahun 2009 dengan prevalensi hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera secara umum prevalensi hipertensi
tertinggi dialami oleh golongan umur ≥75 tahun, laki-laki, status gizi
obesitas, tidak tamat sekolah, berstatus cerai hidup, dan tinggal di wilayah
pedesaan.
Pada tahun 2013 angka morbiditas hipertensi di Semarang yang
terdapat pada puskesmas sebesar 34.566 kasus. Kasus ini merupakan kasus
terbanyak kedua setelah ISPA.9 Sedangkan jumlah laporan penyakit hipertensi di Kecamatan Sumowono pada tahun 2015 bulan Januari sampai
Juni sebanyak 784 kasus dan jumlah laporan kematian akibat penyakit
hipertensi sebanyak 35 kasus. Kecamatan Sumowono dikenal luas di
kalangan penduduk Jawa Tengah karena merupakan kawasan pertanian,
sehingga sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani. Lokasi
Kecamatan Sumowono berada pada bagian paling barat bagian Kabupaten
Semarang dimana jauh dari wilayah perkotaan, yang memungkinkan
jalannya informasi serta fasilitas seperti pendidikan masih rendah.
Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang beberapa
organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak.1 Hipertensi juga menyebabkan timbulnya penyakit jantung koroner dan penyakit stroke.10 Penyakit jantung koroner ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya
pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang
4
beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan
dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan, dapat menyebabkan
timbulnya serangan jantung. Tekanan darah yang tinggi memaksa otot
jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah. Kondisi itu berakibat
otot jantung akan menebal dan merenggang sehingga daya pompa otot
menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi kegagalan kerja jantung. 11
Stroke adalah manifestasi dari rusaknya struktur jaringan otak sebagai
akibat rusaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak.12 Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah
otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang terjadi
karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.13 Stroke pada penderita hipertensi sering terjadi pada mereka yang tidak melakukan
pengendalian tekanan darah secara teratur, baik pola hidup maupun
pengobatan.14
Hasil penelitian yang dilakukan Sastri tahun 2010-2012 di RSUD
Kabupaten Solok Selatan, faktor risiko stroke tertinggi pada seluruh pasien
adalah hipertensi sebesar 82,30%.15 Hasil penelitian yang dilakukan Annamaria tahun 2015 tentang hubungan antara variabilitas tekanan darah
dan faktor risiko kardiovaskular pada pasien dengan hipertensi primer
terdapat perbedaan yang signifikan tekanan darah antara 2 kelompok
responden, dengan nilai-nilai yang jauh lebih tinggi pada kelompok kedua,
5
Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia bahwa responden dengan
hipertensi berisiko 1,32 kali untuk menderita penyakit jantung.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hipertensi, diantaranya
faktor keturunan, karakteristik seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan ras,
serta gaya hidup.18 Faktor keturunan menjadi salah satu penyebab hipertensi, akan tetapi tidak setiap penderita hipertensi didapat dari garis keturunan.
Jika orang tuanya adalah penderita hipertensi maka potensi seseorang
memiliki hipertensi akan lebih tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sugiharto19 tahun 2007 pada masyarakat di Kabupaten Karanganyar, riwayat keluarga dengan hipertensi atau keturunan terbukti sebagai faktor
risiko terjadinya hipertensi. Risiko terjadinya hipertensi sebesar 4,04 kali
dibandingkan orang yang orang tuanya tidak menderita hipertensi.
Karakteristik seseorang yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
adalah usia, jenis kelamin, serta ras. Semakin bertambah usia, kemungkinan
terjadinya hipertensi semakin besar.18 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sigarlaki20 tahun 2006 di Kecamatan Bulus, Kabupaten Kebumen pada kelompok umur 56-77 tahun memiliki distribusi hipertensi terbanyak
sebesar 55,88%. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu darah pada setiap
pompa darah jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya. Bustan menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita
hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon
6
pada peningkatan tekanan darah pada wanita.22 Pada penelitian yang dilakukan oleh Sugiri di Jawa Tengah menyebutkan prevalensi hipertensi
pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria dimana didapatkan angka
prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita. Gen dari ras tertentu
memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menjadi penderita hipertensi.
Ras yang membawa gen resesif kuat terkait hipertensi adalah ras Afrika dan
Afrika-Amerika. Di Amerika Serikat, prevalensi hipertensi pada orang kulit
hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan kulit putih.
Gaya hidup sering menjadi faktor risiko penting bagi timbulnya
hipertensi pada seseorang. Beberapa diantaranya adalah faktor kebiasaan
makan seperti konsumsi lemak dan garam tinggi, kegemukan atau makan
secara berlebihan. Gaya hidup yang tidak sehat seperti minum-minuman
mengandung alkohol, merokok, stres emosional dan kurangnya aktifitas
fisik yang dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan juga menjadi
penyebab hipertensi yang lebih banyak kasus terjadinya. 18,19,23,24
Perilaku makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko
penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor risiko lain seperti usia, jenis
kelamin dan keturunan. Tentang perilaku makan, penduduk terutama
pedesaan telah berubah dari pola tradisional ke pola modern dengan
kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman berisiko seperti makanan
dengan kandungan lemak, gula, garam yang tinggi.25 Laporan Hasil Riskesdas menggambarkan bahwa hampir di semua propinsi di Indonesia,
7
Para pakar juga menemukan faktor makanan modern sebagai
penyumbang utama terjadinya hipertensi. Makanan yang diawetkan dan
garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah tinggi, misalnya
monosodium glutamat (MSG), dapat menaikkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah yang berlebihan.2 Makanan yang berlemak akan meningkatkan resiko tingginya kolesterol. Kolesterol ini
akan menempel pada permukaan sebelah dalam dinding pembuluh darah
yang dapat menyebabkan hipertensi.27 Hasil penelitian yang dilakukan Arsyad28 terdapat 37 responden (82.3%) yang berpola makan tidak sehat diantaranya terdapat 29 responden (46.8%) yang hipertensi dan 8 responden
(12.9%), yang tidak hipertensi. Setelah dilakukan uji statistik dengan
chi-square diperoleh nilai p = 0,000 < α (0,05) yang artinya terdapat hubungan
antara pola makan dengan kejadian hipertensi. Penelitian lainnya yang
dilakukan Sugiharto19 menyimpulkan bahwa sering mengkonsumsi lemak jenuh mempunyai risiko untuk terserang hipertensi sebasar 7,72 kali, sering
mengkonsumsi jelantah sebesar 5,34 kali, dan sering mengkonsumsi asinan
sebesar 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak biasa mengkonsumsinya.
Gaya hidup berikutnya yang merupakan faktor penyebab hipertensi
adalah merokok. Merokok diketahui memberi efek perubahan metabolik
berupa pelepasan hormon pertumbuhan, ACTH, dan cortisol, serta
meningkatkan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat, menyebabkan
penurunan HDL kolesterol, meningkatkan LDL kolesterol dan trigliserida,
8
Gaya Hidup Dengan Kejadian Hipertensi, terdapat 12 responden (19,4%)
yang perokok, dari 12 responden tersebut 11 responden (17.7%) yang
hipertensi dan 1 responden (1.6%) yang tidak hipertensi. Setelah dilakukan
uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p = 0,008 < α (0,05) yang
artinya terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi.28 Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Agnesia29, didapatkan hasil bahwa kebiasaan merokok terbukti sebagai faktor risiko
hipertensi dengan nilai nilai p = 0,010; OR = 9,537 dan 95% CI = 1,728 –
52,634. Hal ini menunjukkan orang dengan kebiasaan merokok memiliki
risiko terserang hipertensi 9,537 kali lebih besar dibandingkan orang yang
tidak merokok.
Gaya hidup dengan aktifitas fisik yang cukup dan teratur dapat
mengurangi risiko terhadap penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah
selain dapat mengurangi berat badan pada penderita obesitas. Bagi yang
tidak hipertensi, aktifitas fisik akan menjauhkan dari risiko terkena
hipertensi di kemudian hari karena dapat mengoptimalkan kerja jantung dan
pembuluh darah.14 Penelitian yang dilakukan Sugiharto19 menyimpulkan bahwa tidak biasa melakukan olah raga mempunyai risiko menderita
hipertensi sebesar 4,73 kali dan olah raga tidak ideal mempunyai risiko
sebesar 3,46 kali dibandingkan orang yang mempunyai kebiasaan olah raga
ideal. Hernelahti19 juga menyatakan bahwa tidak biasa melakukan olahraga akan meningkatkan risiko terkena hipertensi sebesar 2,33 kali dibanding
9
Gaya hidup dengan tingkat stres tinggi merupakan salah satu faktor
penyebab utama timbulnya hipertensi setelah kebiasaan makan yang buruk,
merokok, dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol yang terjadi di Indonesia.11 Stres dapat meningkatkan tekanan darah yang bersifat sementara, tetapi
apabila terjadi berkepanjangan, peningkatan tekanan darah pun dapat
menetap.14 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hu30, stres secara signifikan berhubungan dengan hipertensi dengan nilai rasio odds (OR) = 1,247 , 95 % CI (1,076 , 1,446).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suoth31 pada tahun 2014 di puskesmas Kolongan, kecamatan Kalawat, kabupaten Minahasa Utara
tentang hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi mendapatkan hasil
adanya hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup : aktifitas fisik
berat seperti angkat beban, olahraga berat, mencangkul, Aktifitas fisik
sedang seperti berjalan kaki, kegiatan dirumah, menaiki tangga, dengan
kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,584 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat. Adanya hubungan yang
bermakna antara tingkat gaya hidup : stres yang sesuai Self Reporting Questionnaire (SRQ) dengan kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,537 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi yaitu kuat. Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat gaya hidup :
konsumsi makanan seperti buah-buahan, sayuran, asinan, awetan, jeroan,
dan minuman berkafein dengan kejadian hipertensi, nilai koefisien korelasi
10
merokok dalam waktu sebulan terakhir dengan kejadian hipertensi dengan
nilai koefisien korelasi Spearman rho (r) sebesar 0,139 menunjukkan bahwa
kekuatan korelasi sangat lemah.
Sundari32 melakukan penelitian di wilayah desa pegunungan menunjukkan adanya pengaruh faktor aktifitas fisik terhadap hipertensi
essensial. Hasil ini mendukung bahwa aktifitas fisik yang berat pada
umumnya cenderung mengalami kenaikan tekanan darah. Karena makin
keras dan makin sering otot jantung harus memompa, maka makin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri sehingga tekanan darah semakin
meningkat.33 Hasil penelitian lain oleh Ariani34 dalam penelitiannya didapatkan tekanan darah diastolik anak yang tinggal di daerah pesisir
pantai Kecamatan pantai Cermin lebih tinggi daripada anak yang tinggal di
daerah pegunungan Kecamatan Brastagi. Tapi seperti yang dilaporkan
meskipun berbeda tapi secara statistik tidak terdapat perbedaan yang
bermakna.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di kecamatan Sumowono
tepatnya di puskesmas Sumowono, didapatkan hasil bahwa jumlah laporan
penyakit Hipertensi di kecamatan Sumowono pada kelompok umur ≥18
tahun terhitung bulan Juni tahun 2015 sebanyak 109 Jiwa. Dengan kategori
hipertensi essensial sebanyak 44 jiwa, dan kategori hipertensi lainnya
sebanyak 65 jiwa. Tidak ada registrasi kematian akibat penyakit Hipertensi
di Kecamatan Sumowono pada kelompok umur ≥18 tahun terhitung bulan
11
Dari hasil kuesioner tentang gaya hidup penderita hipertensi yang
diambil dari beberapa pertanyaan yang dibagikan kepada 5 penderita
hipertensi di Kecamatan Sumowono, pada poin aktifitas fisik 4 dari 5
resonden memiliki total aktifitas fisik kumulatif yang kurang, yakni
dibawah 150 menit dalam seminggu. Sebanyak 2 dari 5 responden merokok
selama 1 bulan terakhir. Pada poin tentang kebiasaan makan, 5 responden
dikategorikan baik pada konsumsi sayuran segar dan tidak mengkonsumsi
alkohol. Semua responden dikategorikan kurang baik kebiasaan makanan
dalam mengkonsumsi buah, konsumsi jeroan dan konsumsi makanan asin
dalam frekuensi lebih. Semua responden memiliki gejala-gejala yang
menunjukkan stress seperti merasa cemas, tegang, atau kuatir, merasa lelah
sepanjang waktu, merasa tidak bahagia, merasa sulit untuk menikmati
kegiatan sehari hari, dan merasa sering sakit kepala. Dapat disimpulkan
bahwa dari 5 responden mempunyai gaya hidup yang kurang baik, seperti
aktifitas fisik yang kurang, pola makan yang tidak baik (konsumsi makanan
asin, lemak dan jeroan dalam frekuensi yang sering), merokok dalam waktu
sebulan terakhir dan menunjukkan gejala stres.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan, serta gaya hidup yang
berperan sebagai faktor risiko hipertensi yang masih dapat dimodifikasi,
maka penting untuk dilakukan penelitian tentang gambaran gaya hidup
penderita hipertensi.
B. Rumusan Masalah
Prevalensi hipertensi di Indonesia tergolong cukup tinggi. Faktor
kasus-12
kasus penyakit tidak menular di Indonesia, termasuk dalam hal ini adalah
hipertensi. Penyebab terbesar hipertensi salah satunya adalah gaya hidup.35 Gaya hidup seperti faktor makanan, aktifitas fisik, stres dan merokok juga
menjadi penyebab hipertensi yang lebih banyak kasus terjadinya.24 Berdasarkan laporan hasil Riskesdas menggambarkan bahwa hampir di
semua propinsi di Indonesia, konsumsi sayuran dan buah-buahan tergolong
rendah. Serta secara nasional konsumsi masyarakat seperti makanan asinan,
kebiasaan merokok, serta aktifitas fisik yang kurang masih cukup tinggi
prevalensinya.26 Di propinsi Jawa Tengah pada data riset kesehatan terbaru tahun 2013 prevalensi hipertensi pada masyarakat pedesaan lebih tinggi dari
masyarakat perkotaan. Angka morbiditas hipertensi di Kecamatan
Sumowono juga terhitung cukup tinggi. Dengan demikian penting untuk
dilakukan penelitian tentang gambaran gaya hidup penderita hipertensi di
Kecamatan Sumowono.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran gaya hidup penderita hipertensi di Kecamatan Sumowono.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain untuk :
a. Mendeskripsikan karakteristik, demografi (jenis kelamin, umur,
pendidikan, pekerjaan, derajat hipertensi, lama menderita, dan
komplikasi) penderita hipertensi pada masyarakat di
13
b. Mendeskripsikan gaya hidup (aktifitas fisik, kebiasaan makan,
merokok, dan stress) penderita hipertensi pada masyarakat di
Kecamatan Sumowono.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan membuka wawasan baru peneliti
mengenai gambaran gaya hidup masyarakat pada kejadian hipertensi di
Kecamatan Sumowono.
2. Bagi Responden
Menjadi masukan bagi pelayanan kesehatan di sekitar subjek
penelitian untuk menyusun program promosi atau pelayanan kesehatan
yang lebih sesuai dan tepat untuk mengatasi kejadian hipertensi.
Kemudian dapat digunakan sebagai strategi meningkatkan kesadaran
subjek penelitian untuk meningkatkan gaya hidup yang lebih baik bagi
penderita hipertensi.
3. Bagi Institusi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan
institusi pendidikan untuk mengembangkan strategi pembelajaran atau
kurikulum tentang gaya hidup hipertensi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai acuan melakukan
penelitian selanjutnya tentang faktor risiko hipertensi dan memudahkan
dalam mendapat informasi terkait gambaran gaya hidup masyarakat
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang teori penelitian yang digunakan. Penulis
melakukan pencarian beberapa buku-buku literatur, jurnal, e-book, dan internet dengan menggunakan kata kunci hipertensi, gaya hidup, serta menggunakan
kombinasi kata masyarakat rural, aktifitas fisik, kebiasaan makan, stress, dan
merokok sehingga menghasilkan 57 literatur yang dipakai. Teori dan konsep yang
tertera pada bab ini merupakan teori yang bersumber dari pustaka.
A. Tinjauan Teori
1. Definisi Hipertensi
Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap
dinding pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap
dinding arteri ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar
tekanan bervariasi tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung.
Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan
sistolik) dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik).
Pada keadaan hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena
darah dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan berlebih.36 Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan
tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.37 Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas
normal, di mana tekanan darah normal sebesar 110/90 mmHg. Tekanan darah
15
dipengaruhi oleh curah jantung, tahanan perifer pada pembuluh darah, dan
volume atau isi darah yang bersirkulasi.38 Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit jantung koroner, left ventricle hypertrophy, dan
stroke yang merupakan pembawa kematian tinggi.39
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi
dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis
kelamin, dan umur, serta faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas,
kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang
mengandung natrium dan lemak jenuh.40 Hipertensi yang tidak terkontrol akan meningkatkan angka mortalitas dan menimbulkan komplikasi ke
beberapa organ vital seperti jantung (infark miokard, jantung koroner, gagal
jantung kongestif), otak (stroke, enselopati hipertensif), ginjal (gagal ginjal
kronis), mata (retinopati hipertensif).41
2. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan
yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau
hipertensi esensial terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat
ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut
hipertensi idiopatik. Hipertensi ini mencakup sekitar 95% kasus.40
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal merupakan hipertensi yang
penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus hipertensi.
Hampir semua hipertensi sekunder berhubungan dengan ganggaun sekresi
16
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldesteronisme primer, sindroma Cushing, feokromositoma, dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan. Umumnya hipertensi
sekunder dapat disembuhkan dengan penatalaksanaan penyebabnya secara
tepat. 37
Klasifikasi hipertensi menurut perjalanan penyakitnya dibagi menjadi
hipertensi benigna dan maligna. Bila timbulnya berangsur disebut benigna,
dan bila tekanannya naik secara progresif dan cepat disebut hipertensi
maligna dengan banyak komplikasi seperti gagal ginjal, CVA, hemoragi
retina, dan ensefalopati.42 Hipertensi benigna merupakan keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat penderita cek
up. Hipertensi maligna merupakan keadaan hipertensi yang membahayakan
biasanya disertai keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi pada
organ-organ seperti otak, jantung dan ginjal.43
Hipertensi juga sering digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat,
berdasarkan tekanan diastole. Hipertensi ringan bila tekanan darah diastole
95-104, hipertensi sedang tekanan diastolenya 105-114, sedangkan hipertensi
17
Tabel 1. Pengelompokan tekanan darah dan hipertensi berdasarkan
pedoman JNC7
Kategori Sistolik Diastolik
Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang
Normal Kurang dari 120 Kurang dari 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 90-99
Hipertensi tahap 2 Lebih dari 160 Lebih dari 100
3. Patofisiologi Hipertensi
Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding
pembuluh darah. Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks
menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta
pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Ada duafaktor
utama yang mengatur tekanan dara, yaitu darah yang mengalir dan tahanan
pembuluh darah perifer.45 Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan
timbulnya hipertensi.46
Tubuh memiliki 3 metode pengendalian tekanan darah. Pertama
adalah reseptor tekanan di berbagai organ yang dapat mendeteksi perubahan
kekuatan maupun kecepatan kontraksi jantung, serta resistensi total terhadap
tekanan tersebut. Kedua adalah ginjal yang bertanggung jawab atas
renin-18
angiotensin yang melibatkan banyak senyawa kimia. Kemudian sebagai
respons terhadap tingginya kadar kalium atau angiotensin, steroid aldosteron
dilepaskan dari kelenjar adrenal, yang salah satunya berada dipuncak setiap
ginjal, dan meningkatkan retensi (penahanan) natrium dalam tubuh.44
Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang dipompakan
oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut jantung. Tahanan
vaskuler perifer berkaitan dengan besarnya lumen pembuluh darah perifer.
Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi tahanan terhadap aliran darah,
makin besar dilatasinya makin tinggi kurang tahanan terhadap aliran darah.
Jadi, semakin menyempit pembuluh darah, semakin meningkat tekanan
darah. Dilatasi dan konstriksi pembuluh-pembuluh darah dikendalikan oleh
sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin. Apabila sistem saraf
simpatis dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin dan norepinefrin akan
dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan kontriksi pembuluh darah,
meningkatnya curah jantung, dan kekuatan kontraksi ventrikel. Sama halnya
pada sistem renin-angiotensin, yang apabila distimulasi juga menyebabkan
vasokontriksi pada pembuluh-pembuluh darah.45
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan
darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan
mempertahankan stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem
pengendalian tekanan darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari
sistem reaksi cepat seperti refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks
kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium,
19
lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga
intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian
dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang
dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan
berbagai organ.47
Jantung secara terus menerus bekerja memompakan darah ke seluruh
organ tubuh. Jika tanpa gangguan, porsi tekanan yang dibutuhkan sesuai
dengan mekanisme tubuh. Namun, akan meningkat begitu ada hambatan.
Inilah yang menyebabkan tekanandarah meninggi. Semakin besar
hambatanya, tekanan darah akan semakin tinggi.13 4. Manifestasi Klinis Hipertensi
Pemeriksaan fisik dapat pula tidak dijumpai kelainan apapun selain
peninggian tekanan darah yang merupakan satu-satunya gejala. Individu
penderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun. Apabila terdapat gejala, maka gejala tersebut menunjukkan adanya
kerusakan vaskuler, dengan manifestasi khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.40
Bila timbul gejala, penyakit hipertensi ini sudah lanjut. Gejala klasik
yaitu sakit kepala, epistaksis, pusing, dan tinitus yang diduga berhubungan
dengan naiknya tekanan darah, ternyata sama seringnya dengan yang terdapat
pada yang tidak dengan tekanan darah tinggi. Namun gejala sakit kepala
sewaktu bangun tidur, mata kabur, depresi, dan nokturia, ternyata meningkat
20
Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul
setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul
dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan
muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur
akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena
peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen
akibat peningkatan tekanan kapiler.46 Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.40 Terkadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada
organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung.11 5. Diagnosis Hipertensi
Menurut Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan
:49
a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
b. Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit
kardiovaskuler, beratnya penyakit, serta respon terhadap
pengobatan.
c. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain
atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan
ikut menentukan panduan pengobatan.
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan
21
pemeriksaan penunjang. Peninggian tekanan darah kadang sering
merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi sehingga diperlukan
pengukuran tekanan darah yang akurat. Berbagai faktor yang
mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor alat dan
tempat pengukuran.49 6. Faktor-faktor risiko Hipertensi
a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol
1) Usia
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar
sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %
dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan
elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada
umur lima puluhan dan enam puluhan.50
Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat.
Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering
dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila
tekanan darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini
disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan
hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa
memicu terjadinya hipertensi. 51,52
22
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak
menular tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk
peningkatan darah sistolik.50 Sedangkan menurut Arif53 pria dan wanita menapouse mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi.
Menurut Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi
dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen
pada wanita.21
Bustan menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita
hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon
estrogen pada wanita.21 Hormon estrogen berperan dalam regulasi tekanan darah, berhentinya produksi estrogen akibat proses penuaan berdampak
pada peningkatan tekanan darah pada wanita.22 Pada penelitian yang dilakukan oleh Sugiri58 di Jawa Tengah menyebutkan prevalensi hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria dimana didapatkan angka
prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita.
3) Riwayat keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi.50 Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.50 Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan
23
Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak menular
lebih sering menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga
dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi
risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan riwayat
hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat.
Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu
orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan
sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit
tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka
kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.37 b. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol
Modifikasi gaya hidup merupakan hal yang penting diperhatikan,
karena berperan dalam keberhasilan penanganan hipertensi. Pasien hipertensi
yang terkontrol, pendekatan modifikasi gaya hidup ini dapat membantu
pengurangan dosis obat pada sebagian penderita.50 Gaya hidup yang berhubungan dengan kejadian hipertensi antara lain meliputi aktivitas fisik,
kebiasaan makan, kebiasaan merokok, dan stress.8,23,24 Kebiasaan makan yang diamati adalah kebiasaan konsumsi buah dan sayur; makanan manis, asin,
berlemak, jeroan, makanan yang diawetkan dan minuman berkafein.8
Menurut Mulyono, gaya hidup merupakan ciri pribadi yang dimiliki
oleh setiap orang. Sebagai ciri atau karakteristik, gaya hidup banyak
berpengaruh terhadap tingkah laku dalam kehidupan individu. Dengan kata
lain, gaya hidup merupakan disposisi atau watak yang melatarbelakangi
24
mempengaruhinya. Sedangkan, menurut Sanjur, gaya hidup adalah hasil
pengaruh beragam peubah bebas yang terjadi di dalam individu atau keluarga.
Perubah yang membentuk gaya hidup termasuk penyediaan materi, sifat
situasi, kerangka ide budaya, dan sifat-sifat psikologis serta kesehatan.
Menurut Suhardjo8 gaya hidup merupakan hasil penyaringan dari sejumlah interaksi sosial, budaya, keadaan dan hasil pengaruh beragam variabel bebas
yang terjadi di dalam keluarga atau rumah tangga. Gaya hidup dapat diartikan
sebagai cara hidup masyarakat.
Gaya hidup yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi antara
lain :
1) Konsumsi garam dan makanan awetan
Makanan asin dan makanan yang diawetkan adalah makanan
dengan kadar natrium tinggi. Natrium adalah mineral yang sangat
berpengaruh pada mekanisme timbulnya hipertensi. Makanan asin dan
awetan biasanya memiliki rasa gurih (umami), sehingga dapat
meningkatkan nafsu makan. Pengaruh asupan natrium terhadap hipertensi
terjadi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan
darah.8
Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme
timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui
peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini
akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali
25
hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor lain
yang berpengaruh.55
Orang-orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium
sehingga menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.37 Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik
cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume
dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau
kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan
garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi
garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110
mmol natrium atau 2400 mg/hari.50,55,56
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada kelompok dengan
asupan garam minimal. Konsumsi natrium kurang dari 3 gram perhari
prevalensi hipertensi presentasinya masih rendah, namun jika konsumsi
natrium meningkat antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi akan
meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya
hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan
tekanan darah.55,51
2) Konsumsi makanan manis dan tinggi energi
Makanan atau minuman manis mengandung unsur karbohidrat
sederhana yang menghasilkan energi tinggi. Kelebihan konsumsi energi
dan aktivitas fisik yang rendah merupakan faktor penting yang
menyebabkan epidemik obesitas. Menurut penelitian Johnson, dosis
26
dibandingkan dengan jumlah fruktosa yang biasa dikonsumsi 60%) dapat
meningkatkan tekanan darah dan perubahan mikrovaskular. Fruktosa (gula
sederhana yang menghasilkan rasa manis), tidak memberikan efek
kepuasan setelah makan. Seseorang yang mengkonsumsi
makanan/minuman manis tidak akan merasa puas dan akan makan terus
menerus. Konsumsi yang berlebihan akan meningkatkan asupan energi
yang selanjutnya disimpan tubuh sebagai cadangan lemak. Penumpukan
lemak tubuh pada perut akan menyebabkan obesitas sentral, sedangkan
penumpukan pada pembuluh darah akan menyumbat peredaran darah dan
membentuk plak (aterosklerosis) yang berdampak pada hipertensi dan
jantung koroner.8
3) Konsumsi Lemak dan jeroan
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan
peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi
lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah.19
Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis
yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.37,57 Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan
dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal
dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari
tanaman dapat menurunkan tekanan darah.57
Jeroan (usus, hati, babat, lidah, jantung, dan otak, paru) banyak
27
mengandung kolesterol 4-15 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
daging. Secara umum, asam lemak jenuh cenderung meningkatkan
kolesterol darah, 25-60% lemak yang berasal dari hewani dan produknya
merupakan asam lemak jenuh. Setiap peningkatan 1% energi dari asam
lemak jenuh, diperkirakan akan meningkatkan 2.7 mg/dL kolesterol darah,
akan tetapi hal ini tidak terjadi pada semua orang. Lemak jenuh terutama
berasal dari minyak kelapa, santan dan semua minyak lain seperti minyak
jagung, minyak kedelai yang mendapat pemanasan tinggi atau dipanaskan
berulang-ulang. Kelebihan lemak jenuh akan menyebabkan peningkatan
kadar LDL kolesterol (Almatsier 2003).8 4) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok
menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru
dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan
memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau
adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.58
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan
darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding
pembuluh darah.55
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan
28
meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen
yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.58
Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan oleh Anggara tahun
2012 uji statistik antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah didapat
ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tekanan
darah (p = 0,000) dan sebeser 52,9% responden yang hipertensi
merokok.59 5) Aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada
orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan
otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha
otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang
dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer
yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.37 Kurangnya aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan
menyebabkan risiko hipertensi meningkat.19
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur
memiliki efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar
6-15 mmHg pada penderita hipertensi.60 Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.
29
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Anggara tahun 2012
uji statistik kebiasaan olahraga dengan hipertensi, tidak teratur olah raga
terbukti adanya hubungan yang bermakna denganhipertensi, dengan
(p=0,000) ; OR = 44,1; 95% CI = 8,85 – 219,74).Artinya, orang yang tidak
teratur berolah raga memiliki risiko terkenahipertensi sebesar 44,1 kali
dibandingkan dengan orang yangmemiliki kebiasaan olah raga teratur.59 6) Stress
Menurut Sarafindo yang dikutip oleh Bart Smet, stres adalah suatu
kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari
situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari
seseorang.61
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap.
Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah
menjadi tetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada
binatang percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata
membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.62
Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, bingung, cemas,
berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat
merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan
darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama, tubuh berusaha
30
perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
penyakit maag.51,62
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herke tentang Karakteristik
Dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi, didapatkan bahwa terdapat
hubungan antara faktor stres terhadap hipertensi, responden yang
menderita prehipertensi yang mengaku tidak mengalami stres ( 6,86 % ),
sementara yang menderita hipertensi grade I (37,25 %), dan yang
menderita hipertensi grade II (22,57 %).20 7) Konsumsi kafein
Penelitian mengenai pengaruh kafein terhadap kejadian hipertensi
belum menunjukkan hasil yang konsisten. Beberapa penelitian
menunjukkan adanya pengaruh negatif antara konsumsi kafein dengan
kejadian hipertensi. Dua studi kohort yang dilakukan selama 15 tahun
pada 155 594 wanita berusia 30-55 tahun dari Nurses Health Studies
(NHSs), keduanya tidak menunjukkan hubungan linear antara konsumsi
kafein dengan risiko kejadian hipertensi. Namun ditemukan adanya
hubungan dengan pola invers U antara konsumsi kopi dengan kejadian
hipertensi.8
7. Komplikasi Hipertensi
a. Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang
diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan
intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari
31
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami
hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami
arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.58
Hasil penelitian yang dilakukan Sastri tahun 2010-2012 di RSUD
kabupaten Solok Selatan, faktor risiko stroke tertinggi pada seluruh pasien
adalah hipertensi sebesar 82,30%.15
b. Kardiovaskular
Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung yang
terus-menerus memompa darah dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan
pembesaran ventrikel kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan
berkurang. Apabila pengobatan yang dilakukan tidak tepat atau tidak
adekuat pada tahap ini, maka dapat menimbulkan komplikasi gagal
jantung kongestif. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan
perubahan-perubahan waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan.58
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Delima tentang Prevalensi dan
Faktor Determinan Penyakit Jantung di Indonesia bahwa responden
32
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif
akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus.
Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi
hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan
menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema
sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal
tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.46
Hasil penelitian yang dilakukan Annamaria tentang Hubungan
antara variabilitas tekanan darah dan faktor risiko kardiovaskular pada
pasien dengan hipertensi primer terdapat perbedaan yang signifikan
tekanan darah antara kelompok 2 kelompok responden, dengan nilai-nilai
yang jauh lebih tinggi pada kelompok kedua, yang terkait diabetes atau
penyakit ginjal kronis ( p = 0,012 ).16
d. Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama
hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang
dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan
darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada
saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina
33
hypertensive retinopathy pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang
pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.63
Berdasar hasil penelitian yang dilakukan oleh Antika tahun 2013
mendapatkan hasil kontrol tekanan darah berhubungan dengan derajat
retinopati hipertensif (p=0,005) dan hipertensi tidak terkontrol merupakan
faktor resiko menderita retinopati hipertensif derajat sedang-berat. (RP
5,25 IK 95% 1,9-46,9). Kesimpulan Kontrol tekanan darah berhubungan
dengan derajat retinopati hipertensif dan hipertensi tidak terkontrol
merupakan faktor resiko menderita retinopati hipertensif derajat
sedang-berat.
8. Penatalaksanaan
a. Nonfarmakologis
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh
seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang
terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan
dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup
merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam
keberhasilan penanganan hipertensi.50
Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi beberapa hal:
1) Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi efek
34
darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain
itu pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko aterosklerosis.46 Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengurangi asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental,
sampai pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung dengan
penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.50
2) Olahraga dan aktifitas fisik
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas
fisik teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga
kebugaran tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk
penderita hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali
seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat
badan belum tentu turun.50
Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan tekanan perifer
sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat menimbulkan
perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Yang perlu diingatkan kepada kita adalah bahwa olahraga saja
tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi.51,61
3) Perubahan pola makan
35
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya
penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal pengobatan
hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam harus memperhatikan
kebiasaan makan pasien, dengan memperhitungkan jenis makanan tertentu
yang banyak mengandung garam. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol
per hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan, memasak
tanpa garam, menghindari makanan yang sudah diasinkan, dan menggunakan
mentega yang bebas garam. Cara tersebut diatas akan sulit dilaksanakan
karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mengurangi
kebiasaan makan pasien secara drastis.51,64 b) Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang
berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh,
terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan
konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran,
biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan
tekanan darah.57
c) Memperbanyak konsumsi sayuran, buah buahan dan susu rendah lemak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral bermanfaat
mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya dengan penurunan
tekanan darah arteri dan mengurangi risiko terjadinya stroke. Selain itu,
mengkonsumsi kalsium dan magnesium bermanfaat dalam penurunan tekanan
darah. Banyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung banyak