Debi Ariansyah, 2015
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan dari individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.
Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan guna meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, serta lebih memberdayakan potensi siswa. Namun semua itu hanya akan dapat terlaksana jika guru sebagai pendidik mampu memahami dan melaksanakan peranannya dengan baik, sejalan dengan itu UU RI No. 14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen (2005: hlm 2) menyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
cerita guru; guru memilih isi program, sementara anak menjalaninya begitu saja; guru adalah subjek; sementara anak adalah objek dari proses pembelajaran (Freire, 1993).
Dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa sekolah dasar memberikan suatu tantangan yang lebih tinggi bagi para guru. Ini disebabkan tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar tidak bisa lepas dari tujuan pendidikan dasar yang memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan ke tingkat selanjutnya. Pelajaran Ilmu Pendidikan Sosial dirancang berdasarkan lingkungan kehidupan yang nyata, yang dialami oleh peserta didik sehari-hari.
Dengan materi yang dirancang seperti di atas, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah diharapkan dapat memberi kesempatan yang cukup kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bernalar guna memperoleh konsep-konsep mengenai berbagai peristiwa dalam masyarakat yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial harus selalu berubah, hal ini seiring dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Dari uraian yang di atas maka sumber bahan untuk pembelajaran Ilmu Pengetahuan di sekolah dasar dapat diambil dari ilmu-ilmu sosial, fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar peserta didik, baik fenomena-fenomena fisik maupun fenomena sosial.
Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI/SDLB yang berasal dari ilmu-ilmu sosial akan berupa seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berasal dari geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Sedangkan dari lingkungan fisik maupun sosial di sekitar peserta didik adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Keterampilan personal (memiliki keteguhan dalam bersikap dan berkepribadian), (3) Keterampilan sosial (kemampuan berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain).
Untuk mencapai tujuan dan standar kompetensi lulusan dapat tercapai secara optimal, maka proses belajar mengajarnya mulai saat ini haruslah diperbaiki, semua pengajar harus merancang proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Misalnya dalam pemilihan strategi model, metode, teknik, media dan penilaiannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Kemp (Sanjaya, 2008) yang mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara secara efektif dan efisien. Guru yang berkompetensi profesional memiliki pengetahuan luas tentang subject matter yang diajarkan serta menguasai metodologi pembelajaran, baik secara teoritis maupun aplikatif (Fathul Mujib, 2012: hlm 95)
siswa yang belum mencapai kompetensi KKM persentasenya sebesar 70%. Padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Pada kompetensi yang diajukan di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah sebesar 65. Akibatnya, siswa kurang mendapat pengalaman dalam proses pembelajaran dan tidak dapat memaksimalkan dalam mengeksplorasikan potensi yang ada dalam diri siswa. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang tepat dan baik serta menarik agar dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial serta meningkatkan hasil belajar siswa.
Ada banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh seorang guru dalam pelaksanaan kurikulum. Diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe make a match, dengan model pembelajaran ini siswa dapat melatih kreatifitasnya, aktif dalam proses pembelajarannya. Menurut Rusman (2011: hal 223) mengatakan salah satu keunggulan model pembelajaran ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Sehubungan dengan itu, penulis ingin mengangkat sebuah pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan yaitu Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di paparkan di atas maka penulis terdorong untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yang berjudul
”Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa SD”.
B. Identifikasi Masalah
Hasil pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD menunjukkan bahwa:
a. Pembelajaran masih berpusat pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar. b. Komunikasi yang terjalin hanya satu arah sehingga siswa pasif.
c. Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi sehingga pembelajaran terkesan sangat monoton.
d. Siswa kurang berani mengutarakan pendapat.
Dari identifikasi masalah-masalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas dan hasil belajar masih rendah. Hal ini disebabkan metode pembelajaran kurang menarik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah mengetahui “Apakah dengan penggunaan pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dapat mingkatkan hasil belajar siswa SD dalam
mata pelajaran IPS?”.
Untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut, maka secara khusus dibuat tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimanakah bentuk perencanaan pembelajaran IPS dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk meningkatkan Hasil Belajar siswa SD kelas tinggi?
b. Bagaimanakah proses pembelajaran dengan menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match pada mata pelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas tinggi?
c. Bagaimanakah perkembangan belajar siswa SD kelas tinggi (hasil) pada mata pelajaran IPS yang menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match pada proses pembelajarannya?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui bentuk penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas tinggi pada mata
pelajaran IPS. Kemudian, tujuan khusus penelitian ini terdiri dari tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan bentuk perencanaan pembelajaran IPS dengan menerapkan pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD kelas tinggi.
c. Mendeskripsikan perkembangan belajar siswa SD kelas tinggi (hasil) pada mata pelajaran IPS yang menerapkan pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match pada proses pembelajarannya.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang akan dilakukan tentang kualitas pendidikan atau pembelajaran diharapkan akan memberikan kontribusi bagi guru di sekolah, siswa dan juga peneliti. Kontribusi komponen dijelaskan sebagai berikut:
a. Bagi Guru
Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match adalah hal yang jarang dilakukan oleh seorang guru. Oleh sebab itu hasil penelitian dapat memberikan tambahan suatu pengalaman pada guru Ilmu Pengetahuan Sosial yang terlibat dalam penelitian. Dengan penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas dalam
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah menjadi lebih baik. b. Bagi Siswa
Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dalam memahami konsep pembelajaran memberikan suatu tambahan pengalaman pada siswa dalam kegiatan belajar, kalau dulu siswa belajar hanya menggunakan metode ceramah saja, maka dengan adanya metode ini diharapkan hasil belajar dan kreativitas siswa dapat berkembang sesuai yang diharapkan.
c. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian langsung peneliti dapat memperoleh pengalaman dan wawasan tentang penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match di sekolah. Dari hasil pengalaman dan pengamatan langsung
tersebut peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang lebih baik.
d. Bagi Sekolah