• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman 253 dari 352 IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN

PERTANIAN Sri Hastuty1

Universitas Cokroaminoto Palopo1 srihastuty21@yahoo.co.id1

Alih fungsi lahan pertanian merupakan salah satu fenomena yang cukup banyak terjadi di Indonesia.saat ini. Alih fungsi lahan atau konversi lahan merupakan perubahan fungsi baik itu sebagian maupun keseluruhan dari suatu kawasan lahan , dari fungsi semula menjadi fungsi lain. Berdasarkan data statistik Kecamatan Angkona, selama kurun waktu lima tahun terakhir luas lahan kakao menurun, akibat petani mengalih fungsikan lahan mereka menjadi lahan persawahan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Angkona selama bulan Agustus-September 2017. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah petani yang telah melakukan alih fungsi lahan dari tanaman kakao ke tanaman padi yaitu sebanyak 28 petani. Analisis data yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian adalah analisis deskriptif, yang berusaha mengkaji faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang menodorong petani melakukan alih fungsi lahan antara lain , faktor produksi (hasil produksi), faktor infrastruktur (kecukupan irigasi), faktor ekonomi (kestabilan harga), dan faktor budidaya (serangan hama dan penyakit).

Kata Kunci : Alih Fungsi Lahan, Kakao, Padi

1. Pendahuluan

Pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia antara lain; sebagai penyumbang devisa negara, sumber lapangan pekerjaan, pemacu proses industrialisasi, dan sumber bahan pangan. Namun seiring perkembangan zaman, sektor pertanian mengalami penurunan akibat adanya alih fungsi lahan, serta kurangnya minat pemuda untuk terjun ke bidang pertanian.

Alih fungsi lahan pertanian merupakan salah satu fenomena yang cukup banyak terjadi belakangan ini di Indonesia. Hal ini seiring dengan pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan sehingga mengakibatkan permintaan dan kebutuhan terhadap lahan semakin tinggi yang dipergunakan untuk menyelenggarakan kegiatan dalam bidang pertanian maupun non pertanian. Dalam ilmu ekonomi, kegiatan-kegiatan yang dianggap tidak produktif dan tidak menguntungkan selalu akan dengan cepat digantikan dengan kegiatan lain yang lebih produktif dan menguntungkan. Persaingan terjadi untuk pemanfaatan yang paling menguntungkan sehingga dapat mendorong terjadinya perubahan pemanfaatan lahan (Kustiwan, 2007).

Alih fungsi lahan atau konversi lahan merupakan perubahan fungsi baik itu sebagian maupun keseluruhan dari suatu kawasan lahan , dari fungsi semula menjadi fungsi lain. Kecamatan Angkona merupakan salah satu kecamatan di Sulawesi Selatan , dimana petaninya melakukan alih fungsi lahan. Berdasarkan data statistik Kecamatan

(2)

Halaman 254 dari 352

Angkona, selama kurun waktu lima tahun terakhir luas lahan kakao menurun , akibat petani mengalih fungsikan lahan mereka menjadi lahan persawahan.

Menurut Fauziah (2005), alih fungsi lahan yang terjadi di Indonesia bukan hanya karena peraturan perundang-undangan yang tidak efektif, baik itu segi substansi ketentuannya yang tidak jelas dan tidak tegas, maupun penegaknya yang tidak di dukung oleh pemerintah sendiri sebagai pejabat yang berwenang memberikan izin pemfungsian suatu lahan. Tetapi juga tidak didukung oleh “tidak menariknya sektor pertanian itu sendiri. Langka dan mahalnya pupuk, alat-alat produksi laiinnya, tenaga kerja pertanian yang semakin sedikit, serta diperkuat dengan harga hasil pertanian yang fluktuatif, bahkan cenderung terus menurun drastis mengakibatkan minat penduduk (atau pun sekedar mempertahankan fungsinya) terhadap sektor pertanian pun menurun.

Motivasi atau faktor pendorong petani melakukan alih fungsi lahan dari lahan kakao menjadi areal persawahan perlu dikaji lebih mendalam. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor pendorong petani melakukan alih fungsi lahan pertanian. 2. Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanan di Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu Timur. Penentuan lokasi secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan di Kecamatan tersebut terjadi alih fungsi lahan lahan kakao menjadi lahan padi. Penelitian ini dilaksanakan bulan Agustus hingga September 2017.

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yang mengkaji secara mendalam pada masalah alih fungsi lahan, dengan melakukan identifikasi awal faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan, dan menganalisis faktor tersebut. Menurut Surakhmad (2000), penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memusatkan diri pada masalah-masalah pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun dijelaskan kemudian dilakukan analisis.

Populasi dan Sampel

Populasi merupakan sekumpulan data yang memiliki karakteristik yang sama dan menjadi objek. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Kecamatan Angkotan yang melakukan alih fungsi lahan kakao menjadi lahan padi. Dari populasi

(3)

Halaman 255 dari 352 ini ditarik sampel dengan metode random sampling, 20% dari total populasi (140 petani), sehingga diperoleh sampel sebanyak 28 petani.

Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan pertanian di Kecamatan Angkona (alih fungsi lahan kakao ke lahan padi). Menurut Sukardi (2004), metode penelitian deskriptif adalah metode yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

3. Hasil Dan Pembahasan

Ada beberapa faktor yang mendorong petani melakukan alih fungsi lahan kakao menjadi lahan persawahan (padi), antara lain ;

a. Faktor Hasil Produksi

Hasil produksi dari kegiatan usaha tani yang dilakukan petani merupakan salah faktor pendorong terjadinya alih fungsi lahan. Awalnya petani di Kecamatan Angkona memanfaatkan lahan untuk berusahatani tanaman tahunan yaitu kakao, namun beberapa tahun belakangan ini produktivitas kakao cenderung menurun.

Menurunnya produktivitas kakao menyebabkan pendapatan yang diterima petani rendah, bahkan kadang mengalami kerugian. Kenyataannya di lapangan, produksi selalu di bawah rata-rata (produksi normal). Umur kakao merupakan salah satu faktor yang mendorong menurunnya produktivitas kakao, peremajaan yang selama ini dilakukan tidak memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas kakao Berbeda halnya dengan produksi padi yang produksinya cenderung mengalami peningkatan dan cukup stabil. Besarnya hasil produksi akan berdampak secara signifikan pada pendapatan petani, semakin tinggi hasil produksi maka pendapatan petani akan meningkat, sebaliknya semakin rendah hasil produksi maka pendapatan petani pun akan rendah. Hal tersebutlah yang mendorong petani mengalih fungsikan lahannya menjadi lahan padi. Selama beralih fungsi lahan, pendapatan petani cukup stabil dibandingkan sebelumnya.

b. Faktor Infrastruktur (Potensi/ketersediaan Air Irigasi )

Salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan usahatani adalah adanya saluran irigasi. Di Kecamatan Angkona, bisa dikatakan potensi saluran irigasi yang ada cukup baik. Saluran air irigasi yang melintasi lahan kakao sering membuat petani berpikir untuk melakukan alih fungsi lahannya. Mereka berpikir bahwa saluran air irigasi yang

(4)

Halaman 256 dari 352

melintasi kebun kakao miliknya akan sangat sia-sia apabila tidak dimanfaatkan, dan menurut petani adanya potensi air irigasi akan dapat dimanfaatkan jika berusahatani padi. Hal tersebut yang melandasi petani dalam melakukan alih fungsi lahannya menjadi lahan persawahan (padi).

Adanya potensi irigasi yang cukup baik bagi usahatani padi mendorong petani melakukan alih fungsi lahan dari tanaman kakao ke tanaman padi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pramono (2015), yang menyatakan bahwa alih fungsi lahan dipengaruhi oleh irigasi, karena irigasi merupakan faktor penting dalam pertanian padi sawah, ketersedian air yang baik akan meningkatkan produksi padi.

c. Faktor Ekonomi (Pengaruh Kestabilan Harga )

Menurut Supriyono (2009), harga jual adalah jumlah yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang di jual atau diserahkan. Harga merupakan sesuatu yang pokok dalam proses usahatani, baik itu harga padi, maupun harga kakao. Pendapatan petani sangat dipengaruhi oleh harga dipasaran

Harga padi/gabah cukup tinggi dipasaran, dimana hasil produksi yang diterima juga sangat melimpah, harga gabah dipasaran mencapai Rp 4.000 per kg dan hasil produksi petani yang diterima mancapai 5ton/ha, hasil tersebut menjadi acuan petani dalam melakukan alih fungsi lahannya. Walaupun harga kakao cukup tinggi dibandingkan harga gabah Rp 16.000-23.000 per kg, namun harga kakao cenderung berfluktuatif dan hasil produksi kakao cenderung sedikit/rendah. Sehingga pendapatan petani pada saat berusahatani kakao juga rendah.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ginting (2005), yang menyatakan bahwa faktor harga jual komoditi memberi pengaruh secara signifikan terhadap terjadinya alih fungsi lahan, petani dominan memilih berusahatani pada komoditas yang harga jualnya lebih stabil.

d. Faktor Budidaya (Serangan Hama dan Penyakit )

Salah satu faktor pendorong petani beralih fungsi lahan dari tanaman kakao ke tanaman padi dipicu oleh serangan hama dan penyakit. Semakin lama hama pada kakao semakin sulit ditanggulangi karena hama pada kakao semakin resisten dengan pestisida yang terlalu sering digunakan oleh petani. Hama pada pertanaman kakao yang paling sulit diatasi oleh petani responden adalah Penggerek Buah Kakao (PBK) dan penghisap buah kakao. Hama yang semakin sulit di atasi merupakan salah satu alasan petani beralih berusahatani padi guna menyambung siklus ekonomi petani. Hal

(5)

Halaman 257 dari 352 ini sejalan dengan penelitian Yusriadi (2005), yang menyatakan bahwa faktor yang paling dominan terjadinya alih fungsi lahan yaitu Faktor serangan hama dan penyakit. Selain hama, penyakit yang semakin beragam juga menjadi salah satu alasan petani melakukan alih fungsi lahannya. Penyakit utama yang semakin sulit di atasi di antaranya adalah penyakit busuk buah dan kangker batang yang menyebabkan penurunan hasil panen. Serangan hama dan penyakit juga menyebabkaan mutu kakao rendah, sehingga kalah bersaing dengan kakao dari daerah lain. Berbeda halnya dengan tanaman padi, hama dan penyakit pada tanaman padi menurut responden lebih mudah diatasi dibandingkan pada tanaman kakao.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian faktor yang menodorong petani melakukan alih fungsi lahan antara lain , faktor produksi (hasil produksi), faktor infrastruktur (potensi/ketersediaan irigasi), faktor ekonomi (kestabilan harga), dan faktor budidaya (serangan hama dan penyakit).

Daftar Pustaka

[9] Fauziah, L. N. 2005. “Alih Fungsi Tanah Pertanian Menjadi Tanah Non Pertanian (Studi Komparatif Indonesia dan Amerika)”. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.

[10] Ginting, M. 2005. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan

Pertanian padi sawah terhadap Pendapatan Petani (Studi Kasus di desa Munte Kabupaten Karo). Tesis , Program Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan.

[11] Kustiwan, Iwan. 2007. Kajian Permasalahan dan Kebijaksanaan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Wilayah Pantai Utara Pulau Jawa.

[12] Pramono, S. 2015. Analisis Alih Fungsi Lahan Sawah dan Prediksi Produksi dan Konsumsi Beras di Kabupaten Deli Serdang. Skripsi, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

[13] Suparyono. 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta

[14] Supriyono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Parkem. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

[15] Surakhmad. 2000. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Tarsito. Bandung

[16] Yusriadi, M. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Lahan

Tanaman Kakao Menjadi Kelapa Sawit Di Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Skripsi, Fakultas Pertanian, Program Studi Agribisnis. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun dalam penelitian ini dibagi berbagai tahapan-tahapan seperti dengan mengumpulkan data primer (seperti data volume parkir dan durasi parkir) dan data

Apabila Perseroan tidak dapat atau terlambat menerbitkan Sertifikat Jumbo Obligasi dan/atau memberi instruksi kepada KSEI untuk mengkreditkan Obligasi pada

Pada saat pelaksanaan tindakan Siklus I, penelitian diobservasikan oleh guru kelas VIII 1 .Observasi dilakukan untuk melihat aktivitas siswa diperoses belajar

Berbeda dengan wilayah lainnya daerah ini sudah menjadi daerah langganan banjir. Akhir bulan desember 2016 terjadi bencana banjir di Kota Bima dimana awalnya daerah ini tidak

Dalam penelitian ini penulis akan membangun sistem informasi manajemen Puskesmas khususnya pada bagian pengolahan data pasien rawat jalan mulai dari pendaftaran pasien yang

keyakinan diperoleh karena kepercayaan tentang kebenaran yang diletkan dalam suatu asersi yang memiliki bukti yang kuat untuk menerimanya sebagai hal yang benar, sedangkan

Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan oleh langsung karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap.Daya

Perancangan Aplikasi Pencarian Jalur Terpendek untuk Daerah Kota Medan dengan Metode Steepest Ascent Hill Climbing. Universitas