POLITIK DINASTI DALAM KEPEMIMPINAN DESA
(Studi di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari
Kabupaten Lampung Selatan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memahami Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
dalam Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh
SRI PURWANTI
NPM. 1331040071
Program Studi : Pemikiran Politik Islam
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
POLITIK DINASTI DALAM KEPEMIMPINAN DESA
(Studi di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari
Kabupaten Lampung Selatan)
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
dalam Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh
Sri Purwanti NPM: 1331040071
Program Studi: Pemikiran Politik Islam
Pembimbing I : Dr. H. Nadirsah Hawari, MA Pembimbing II : Tin Amalia Fitri, M.Si
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
ABSTRAK
POLITIK DINASTI DALAM KEPEMIMPINAN DESA (Studi Kasus Di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari
Kabupaten Lampung Selatan)
OLEH
SRI PURWANTI
Politik dinasti merupakan suatu proses regenerasi kekuasaan bagi kepentingan golongan elit politik yang bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan dengan cara menempatkan keluarga atau kerabatnya pada posisi tertentu dalam bidang pemerintahan. Salah satunya praktek politik dinasti yang sedang berjalan saat ini dijumpai di Desa Wawasan, dimana telah terjadi upaya mempertahankan kekuasaan oleh keluarga kepala desa selama tiga periode. Mulai dari kepala desa sebelumnya pada tahun 2006 hingga yang sedang menjabat saat ini. Hubungan yang dimiliki kepala desa dengan mantan kepala desa sebelumnya ialah paman dan ayah, yang masih memiliki pengaruh di masyarakat. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya politik dinasti dalam kepemimpinan desa di Desa Wawasan, (2) Apa dampak politik dinasti dalam kepemimpinan desa bagi pembangunan masyarakat di Desa Wawasan.
Untuk menjawab permasalah diatas penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang yang terdiri dari perangkat desa, tokoh agama, serta warga masyarakat setempat. Adapun tujuan dalam penelitian yaitu untuk mengetahui: (1) Faktor penyebab terjadinya politik dinasti dalam kepemimpinan desa di Desa Wawasan. (2) Dampak politik dinasti dalam kepemimpinan desa bagi pembangunan masyarakat di Desa Wawasan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, faktor penyebab terjadinya politik dinasti dalam kepemimpinan desa di Desa Wawasan adalah sebagai berikut: (1) Kekuatan modal (ekonomi), dengan kekayaan yang dimiliki kepala desa sangat berpengaruh dalam masyarakat sebagai modal dasar untuk mencapai suatu tujuan atau kemenangan. (2) Jaringan keluarga, adanya pengaruh dari anggota keluarga seperti ayah dan paman, ayahnya merupakan mantan kepala desa dan sekaligus tokoh agama. kepala desa mempertahankan kekuasaannya dengan cara menduduki jabatan penting di desa seperti perangkat desa (Kas Pemerintahan, Kaur Kesra, RT). (3) Demokrasi tidak sehat, berbagai cara ditempuh kepala desa untuk mempertahankan kekuasaan yang menyebabkan
terjadinya kecurangan seperti money politic pada saat kampanye berlangsung.
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sri Purwanti
NPM : 1331040071
Program Study : Pemikiran Politik Islam
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul,
“Politik Dinasti Dalam Kepemimpinan Desa (studi di Desa Wawasan
Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan)” adalah benar-benar
karya asli saya, kecuali bagian yang disebutkan sumbernya.
Apabila kemudian hari ditemukan ketidak benaran dari pernyataan saya
ini, maka saya bersedia menerima segala sangsi dan akibatnya.
Bandar Lampung, 24 Juli 2018
MOTO
ُرَبَص اَّمَل اَنِر ۡمَأِب َنوُدۡهَي ٗةَّمِئَأ ۡمُهۡنِم اَنۡلَعَجَو
ِب ْاىُناَكَو ْْۖاو
َ
َنىُنِنىُي اَنِنَِيا
٤٢
Artinya : Dan kami jadika di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka menyakini ayat-ayat kami. (Q.S. As-Sajdah :24)*
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur atas kekuasaan Allah SWT, dengan semua
pertolongan-NYA sehingga dapat tercipta karya tulis ini. Maka peneliti
mempersembahkan tulisan ini kepada:
1. Kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda Jumingan dan ibunda Suparni
terimakasih atas segala pengorbanan dan kasih sayang, motivasi yang
tidak henti-hentinya mendoakanku siang dan malam hingga saya bisa
menyelesaikan SI di UIN Raden Intan Lampung yang saya banggakan.
2. Kakak-kakakku tersayang, Sudarmanto, Parsinem, Murni, Heri, tak lupa
keponakan-keponakanku Niko Ahmad Kurniawan, Ageng Atma Pramana,
dan David, yang selalu memberikan dukungan, motovasi, dan kasih
sayangnya.
RIWAYAT HIDUP
peneliti dilahirkan di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten
Lampung Selatan pada tanggal 03 februari 1992, anak ke tiga dari dua
bersaudara, dari pasangan Bapak Jumingan dan Ibu Suparni. Jenjang Pendidika
pertama adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Desa Wawasan Kecamatan
Tanjung Bintang tamat pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pratama Negri (SMP) 1 Tanjung Sari tamat pada tahun
2010. Setelah itu peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas
(SMA) Asalam Tanjung Bintang selesai pada tahun 2013. Pada tahun yang sama,
penulis diterima di Jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
Nikmat, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Sholawat beserta salam kami semoga tersampaikan kepada Naabi Allah yang
mulia yakni Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan seluruh
umat yang selalu mengikuti ajaran beliau.
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan study pada
program Strata Satu (SI) Jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin
dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung guna memperoleh gelar Sarjana
Sosial (S.Sos). dalam proses penulisan skripsi ini, tentu saja tidak merupakan
hasil usaha penulis secara mandiri, banyak sekali penulis menerima motivasi
bantuan pemikiran, dan partisipasi dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Rektor UIN Reden Intan Lampung bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag.
beserta staf dan jajarannya.
2. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama bapak Dr. H. Arsyad Sobby
Kesuma, Lc, M.Ag, serta para wakil Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama UIN Raden Intan Lampung.
3. Ketua Jurusan Pemikiran Politik Islam bapak Dr. H. Nadirsah Hawari,
MA, selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan saran dan
sumbangan pemikiran kepada penulis sehingga tersusun skripsi ini.
4. Ibu Tin Amalia Fitri, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden
Intan Lampung yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama
menyelesaikan studi di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden
Intan Lampung.
6. Para karyawan dan karyawati Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN
Raden Intan Lampung yang telah memberikan kelancaran sehingga
selesainya penulis skripsi ini.
7. Kepala bagian perpustakaan beserta stafnya, baik di perpustakaan Fakultas
maupun di perpustakaan pusat yang telah turut memberikan data berupa
literature sebagai sumber dalam penulisan skripsi ini.
8. Kepala Desa Wawasan dan Perangkat Aparatur Desa Wawasan yang
memberikan izinnya kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di
desa yang beliau pimpin.
9. Orang tuaku, kakak-kakakku dan semua keluarga yang selalu berdoa
dengan tulus dan memberikan motivasi untuk keberhasilanku.
10.Teman-teman seperjuangan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
angkatan 2013 khususnya Jurusan Pemikiran Politik Islam kelas B dan
teman-teman KKN Desa Rantau Tijang terimakasih atas kebersamaannya
dan persahabatan yang telah terbangun selama ini.
11.Untuk sahabat-sahabatku yang berjuang bersama-sama dalam
menyelesaikan kuliah ini khususnya Melani,Neti Rohmayanti dan yang
12.Almamater UIN Raden Intan Lampung, Fakultas Ushuluddin dan Studi
Agama, khususnya Jurusan Pemikiran Politik Islam.
Semoga Allah SWT memberikan hidayah dan Tufiqnya sebagai balasan
atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. Amin
Yarobbal a‟lamin.
Bandar Lampung 10 juli 2018 Penulis
Sri Purwanti,
DAFTRA ISI C. Latar Belakang Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tinjuan Penelitian ... F. Tinjauan Pustaka ... G. Metode Penelitian...
BAB II POLITIK DINASTI DAN KEPEMIMPINAN DESA
A. Politik Dinasti
1. Pengertian politik dinasti ... 2. Faktor-faktor politik dinasti ... 3. Politik dinasti dalam sejarah islam ...
B. Teori Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpian ...
2. Fungsi dan Tipe Kepemimpinan ...
3. Prinsip-prinsip kepemimpinan ... 4. Syarat-syarat Kepemimpinan ... C. Kepemimpinan Desa ... 1. Pengertian Kepala Desa ...
2. Tugas, Fungsi dan Wewenang Kepala Desa ...
3. wajiban Kepala Desa ...
BAB III GAMBARAN DAN KEPEMIMPINAN DESA WAWASAN
A. Sejarah Singkat Desa...
B. Kondisi Geografis dan Demografi ...
C. Kondisi Sosial Penduduk ...
D. Kondisi Keagamaan Masyarakat...
E. Sosial Budaya Masyarakat ... F. Trasportasi dan Komunikasi ... G. Struktur pemerintahan ... H. Kepemimpinan Desa ...
BAB IV POLITIK DINASTI DI DESA WAWASAN
A. Faktor yang menyebabkan terjadinya politik dinasti ...
B. Dampak politik dinasti bagi pembangunan masyarakat...
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Konsultasi
2. Pedoman Wawancara
3. Daftar Nama Responden dan Informan
4. Daftar Dokumentasi Responden dan Informan
5. Surat Perpanjang SK
6. Surat Izin Penelitian Universitas Agama Islam Negri Raden Intan
Lampung
7. Surat Izin Penelitian Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik Provinsi
Lampung
8. Surat Keterangan Pemberian Izin Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan judul
Penulis akan menyajikan skripsi dengan judul “Politik Dinasti Dalam
Kepemimpinan Desa (studi kasus di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari
Kabupaten Lampung Selatan)”, untuk menghindari kesalahan dalam memahami
judul tersebut maka perlu kiranya penulis mempertegas dan memberikan
penjelasan baik maksud maupun istilah-istilah yang terkandung dalam judul
diatas secara rinci sehingga dapat dimengerti.
Politik dinasti merupakan sekumpulan orang atau elit penguasa yang masih
memiliki hubungan keluarga dekat yang saling mendukung dan secara bergantian
menduduki kekuasaan melalui pemilihan pada periode masing-masing.1
Menurut Leo Agustino politik dinasti adalah “kerajaan politik” dimana elit
politik menempatkan keluarga, saudara, dan kerabatnya di beberapa posisi penting
pemerintahan baik lokal ataupun nasional, atau bisa dikatakan membentuk strategi
semacam jaringan kerajaan yang terstruktur dan sistematis.2
Dengan berkembangnya politik dinasti maka kemungkinan besar rakyat
hanya akan disuguhkan aktor-aktor politik yang itu-itu saja yang berasal dari satu
keluarga. Politik dinasti muncul dalam berbagai bentuk, seperti dengan cara
1
Rozali, Fenomena Dinasti Politik Pemerintahan Desa, ( Jurnal Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang, 2015), h. 45.
2
mendorong sanak keluaraga untuk terus memegang kekuasaan secara demokrasi.
Adapun faktor yang menyebabkan munculnya politik dinasti yaitu:
a. Posisi dalam partai
b. Kekuatan jaringan
c. Kekuatan modal
d. Demokrasi yang tidak sehat.3
Kepemimpinan desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan
desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) atau Badan Himpunan Pemekonan (BHP), dengan kata lain bahwa
kepala desa merupakan pemimpin lembaga eksekutif desa yang dibantu oleh
parangkat desa yang telah dibentuk oleh kepala desa tersebut untuk membantu
menjalankan tugas-tugasnya.4
Kepala Desa adalah orang yang terpilih untuk memimpin dalam kesatuan
masyarakat yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Kepala desa juga merupakan
aparatur pemerintahan desa yang juga dipilih langsung oleh masyarakat untuk
menjabat sebagai pemimpin suatu desa. Sehingga seorang kepala desa memiliki
tugas dan tanggung jawab terhadap kemajuan desa.5
3
Nur Hidayati, Politik Dinasti dan Demokrasi Indonesia, (Semarang: Jurnal Politeknik Negari, 2014), h. 1.
4
Hanif Nurcholis, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 67.
5
Menurut H.A.W. Widjaja pemerintahan desa adalah pemimpin kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat
setempat.6
Berdasarkan penegasan judul diatas, maksud judul skripsi ini adalah untuk
mengetahui faktor apa yang menyebabkan terjadinya politik dinasti dalam
kepemimpinan desa di Desa Wawasan kecamatan Tanjung Sari yang dikuasai
oleh salah satu keluarga yang masih memiliki hubungan keluarga dengan mantan
kepala desa sebelumnya.
B. Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan peneliti memilih judul skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Peneliti tertarik untuk mengangkat sosok kepala desa dalam penelitian ini,
kepala desa merupakan perangkat aparatur negara yang terendah ditingkat
kabupaten atau kota berdasarkan Undang-undang nomor 6 tahun 2014,
dengan masa jabatan 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya
untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Menariknya peneliti ingin
mengetahui fator yang menyebabkan terjadinya politik dinasti dalam
kepemimpinan desa yang dipegang oleh satu keluarga yang masih
mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat sebelumnya.
6
2. Judul yang diangkat penulis erat relevansinya dengan jurusan yang penulis
tekuni, sehingga skripsi ini diharapkan dapat dianalisis melalui pendekatan
yang ilmiah dan mengarahkan pada hasil yang sempurna.
3. Penelitian ini didukung dengan sasaran dan prasarana serta literatur yang
memadai dan referensi yang mudah di dapatkan dari objek penelitian yang
tidak menyulitkan.
C. Latar Belakang Masalah
Pada masa Orde Baru membawa dampak yang sangat seqnifikan terhadap
perubahan sistem politik dan pemerintahan di Indonesia, salah satunya ditandai
dengan liberalisasi politik tingkat nasional dan tingkat lokal, artinya sistem politik
Indonesia mengalami perubahan dari sistem politik non demokrasi menjadi
demokratis. Namun perubahan ini tidak serta marta mengakhiri sistem politik
lama yang lahir dan berkembang pada masa orde baru. Politik dinasti ialah sebuah
kekuasaan politik yang dijalankan oleh sekelompok orang yang masih terkait
dalam hubungan kelurga atau kerabat dekat.
Pada dasarnya politik dinasti memunculkan banyak pro dan kontra.
Sebagian ada yang menganggap baik karena kesetabilan politik terjaga dan
sebagian pula ada yang menganggap bahwa politik dinasti hanyalah alat yang
digunakan para pejabat untuk melanggengkan kekuasaannya, selain itu politik
dalam lembaga perpolitikan, karena biasanya calon pemimpin hasil dari politik
dinasti lebih banyak dukungan.7
Menurut Leo Agustino politik dinasti adalah suatu “kerajaan politik” dimana
elit menempatkan kelurga, saudara, dan kerabatnya dibeberapa posisi penting
dalam pemerintahan baik lokal ataupun nasional, atau bisa dikatakan elit
membentuk strategi semacam jaringan yang tersetruktur dan sistematis.8 Politik
dinasti atau politik kekelurgaan mempunyai ciri khusus, yaitu memainkan peran
utama dalam pemerintahan tingkat atas sementra rakyat hanya memlilih bermain
dibelakang. Dalam politik ini nyaris tidak ada tempat bagi politisi yang tidak
memiliki jalinan kekeluargaan atau kekerabatan.9
Politik dinasti menghilangkan kesetaraan yang menjadi salah satu nilai
penting dalam demokrasi. Sistem politik yang demokratis yang dihadirkan oleh
Orde Baru, justru memberi ruang tumbuh dan berkembangnya politik dinasti,
seperti yang dijumpai di Desa Wawasan. Desa Wawasan merupakan salah satu
desa yang berada di daerah Kacamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung
Selatan. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Harapan, sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Wonodadi, sebelah Timur berbatasan dengan Desa
Bangunsari, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mulyo Sari. Desa Wawasan
terkenal dengan tingginya rasa kekeluargaan. Memungkinkan mejadikan seorang
7
Bambang Cipto, Indonesia Memasuki Era Politik Dinasti : Dari Bilik Suara Kemasa Depan Indonesia Potret Konflik Pasca Pemilu Dan Nasib Reformasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), Cet Ke-I, h. 56.
8
Leo Agustino, Op.Cit, h. 130.
9
pemimpin dari setua kelurga yang memiliki pengaruh dari keluarga yang kuat,
sistem politik yang ada di Desa Wawasan memperlihatkan adanya sifat
kekelurgaan. Sejak tahun 2006 kepemimpinan Suroto hinggga saat ini. Sebab
setelah Suroto lengser, kemudian digantikan oleh saudaranya yaitu Mandria,
demikian pula kepemimpinan desa selanjutnya digantikan oleh Agus Prastyanto
anak dari Mandria.
Kekuasaan politik tersebut diadakan secara demokrasi, pemilihan secara
demokrasi memberikan wewenang yang besar bagi masyarakat dalam memilih
calon pemimpinnya, dimana masyarakat dapat menentukan calon pemimpinnya
secara langsung sesuai dengan kehendaknya. Setelah diadakan pemilihan kepela
desa pada tanggal 23 Mei 2017, ternyata kekuatan keluarga masih berpengaruh
bagi masyarakat sehingga Agus Prastyanto kembali memenangkan jabatan
sebagai kepala desa, sehingga Agus Prastyanto dua perode menjabat sebagai
kepala desa. Jabatan kepala desa yang dipimpin Agus Prastyanto dalam
memimpin desanya di anggap kurang berhasil dibandingkan dengan kepala desa
sebelumnya. Desa Wawasan kecamatan Tanjung Sari kabupaten Lampung Selatan
memiliki jumlah penduduk atau Daftar Pemilih Tetap dalam pemilihan kepala
desa adalah berjumlah ±1121 jiwa.10
Fenomena kepemimpinan desa yang
mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat sebelumnya sebenarnya sangat
ironis. Hal ini dapat menghuwatirkan jika kursi kepala desa hanya dijadikan
sarana untuk mengeruk kekayaan serta melanggengkan kekuasaan kepada
kerabatanya sendiri.
10
Lingkup keluarga atau masih kerabat dekat, pemaparan diatas dapat dilihat di
table di bawah ini.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Politik Dinasti dalam Kepemimpinan Desa. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis faktor yang menyebabkan terjadinya politik dinasti di Desa
Wawasan, pemilihan kepala desa diadakan secara langsung dan terbuka. Bisa
dilihat dari table diatas bahwa pemilihan kepala desa pada masa Suroto, Mandria,
dan Agus Prastyanto di ikuti oleh beberapa kandidat lainnya untuk mencalonkan
dirinya sebagai kepala desa. Namun dengan adanya kekuatan dari keluarga yang
masih berpengaruh bagi masyarakat sehingga kelurga Suroto kembali
memenangkan jabatan kepala desa. Lokasi penelitian ini di desa Wawasan
Kecamatan Tanjung Sari kabupaten Lampung Selatan. Kepala Desa ( Suroto)
Tahun 2006-2008
Kepala Desa (Mandria) Tahun 2008-2010
Saudara Suroto
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan masalah yang akan digunakan sebagai
pedoman untuk penelitian selanjutnya yaitu:
1. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya politik dinasti dalam
kepemimpinan desa di Desa Wawasan ?
2. Apa dampak politik dinasti dalam kepemimpinan desa bagi pembangunan
masyarakat di Desa Wawasan ?
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya politik dinasti dalam
kepemimpinan desa di Desa Wawasan
2. Untuk mengetahui dampak politik dinasti dalam kepemimpinan desa bagi
pembangunan masyarakat di Desa Wawasan
Berdasarkan tujuan penelitian, maka kita dapat mengharapkan manfaat dari hasil
penelitian. Manfaat penelitian ini diantaranya yaitu:
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran bagi kalangan akademisi khususnya rekan-rekan mahasiswa
Fakultas Ushuluddin Jurusan Pemikiran Politik Islam sebagai bahan
penambah wawasan kususnya tentang pemerintahan desa dan masyaraakat
maupun sebagai informasi ilmiah sebagai bahan tinjauan bagi peneliti
berikutnya yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
kalangan yang membutuhkan.
F. Tinjauan Pustaka
Menghindari terjadinya kesamaan dalam penulisan dengan penelitian yang
ada sebelumnya, maka penulis melakukan penelusuran terhadap
penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, berkaitan dengan penelitian-penelitian yang dilakukan
oleh penulis terhadap tema skripsi yang sepadan.
Bedasarkan studi kepustakaan yang telah penulis lakukan, ada beberapa
penelitian yang mirip dengan tema penelitian baik dari buku-buku, jurnal,
makalah tulisan-tulisan bebas, skripsi, tesis, dan desertasi yang penulis lakukan.
1. Bambang Cipto dalam karyanya “Indonesia Memasuki Era Politik
Dinasti” Dalam buku ini menjelaskan tentang elit politik yang
mengutamakan politik kekerabatan sebagai strategi politik untuk
mendapatkan kekuasaan dari pada profesional, kualitas, kemampuan yang
sudah seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin atau dalam buku ini
disebut presiden.11
2. Skripsi yang berjudul “Politik Kekerabatan Dalam Negara Demokrasi”.
Skripsi ini ditulis oleh Maryono Fakultas Syari‟ah Jurusan Siyasah
Universitas Islam Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori
demokrasi dan liberalisasi hanya memberikan pemahaman bagaimana
11
memandang politik kekerabatan Ratu Atut Chosiah dalam etika
demokrasi.
3. Skripsi yang berjudul “Bentuk Dan Karakter Politik Dinasti Di
Indosesia”. Skripsi ini ditulis oleh Suyadi Fakultas Syari‟ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Kali-Jaga, skripsi ini membahas tentang
bentuk dan karakter politik dinasti di Indonesia sebab adanya fenomena
politik dinasti aras lokal yang berkembang di berbagai wilayah di
indonesai.
4. Skripsi yang berjudul “Kebijakan Politik Dinasti Al-Muwahhidun Dianda
Luasia tahuun 1146-1228 M”. Skripsi ini ditulis oleh Mustiasih Fakultas Adab UIN Sunan Kali-Jaga, skripsi ini membahas tentang sejarah
kebijakan di dalam dinasti Al-Muwahhidun.
Berdasarkan dari beberapa tinjauan diatas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang peneliti susun ini memiliki perbedaan dengan karya-karya ilmiah
yang pernah ditulis oleh para peneliti sebelumnya. Perbedaan itu terletak pada
fokus penelitian tentang Politik Dinasti dalam Kepemimpinan Desa yang
dipegang oleh satu keluarga yang masih mempunyai hubungan dengan pejabat
sebelumnya dan untuk mengetahui faktor dan dampak politik dinasti bagi
pembangunan desa di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pemelitian ini yaitu metode penelitian
kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki, menemukan,
menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena sosial yang ada di masyarakat.
dalam fenomena-fenomena sosial tersebut menurut penelitian tidak dapat
dijelaskan dalam bentuk angka-angka melalui metode penelitian kuantitatif.
Metode kualitatif ini akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.12
1. Jenis dan sifat Penelitian
a. Jenis penelitian
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan atau
(field research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya. Penelitian lapangan pada hakekatnya
merupakan metode untuk menemukan secara khusus dan realistis apa yang
tengah terjadi pada suatu saat ditengah masyarakat. penelitian lapangan
pada umumnya bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis
dalam kehidupan sehari-hari. 13
b. Sifat penelitian
Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat penelitian deskriptif.
Yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
12
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3.
13
menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau
sebagaimana adanya.14
Jadi penelitian ini mengangkat data-data yang berhubungan dengan
masalah penelitian yang terjadi dimasyarakat sesuai dengan apa adanya
dan memberikan analisis guna memperoleh kejelasan masalah yang
dihadapi. Masalah yang di maksud Politik Dinasti dalam Kepemimpinan
Desa, studi di Desa Wawasan kecamatan Tanjung Sari kebupaten
Lampung Selatan.
2. Sumber Data
penelitian kualitatif lebih mementingkan kualitas data dan proses
kegiatan objek yang diteliti, oleh karenanya memerlukan data yang
benar-benar memahami masalah penelitian, sumber data yang penulis gunakan
dalam penelitian ini ada dua sumber data yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung
oleh oaring yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan
memerlukannya.15 Data primer dalam penelitian ini di peroleh langsung
14
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Social, (Yogyakarta: Gama Press ,1987), h. 63.
15
dari lokasi penelitian melalui pengumpulan data yang berkaitan dengan
Politik Dinasti Dalam Kepemimpinan Desa.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang dilakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data
ini diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti
terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia.16
Data sekunder
merupakan data pelengkap dari data primer yang diperoleh dari
perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu untuk dapat
digunakan oleh peneliti.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka perlu menggunakan
metode pengumpulan data. Adapun metode pengumpulan data yang
peneliti gunakan adalah:
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui
peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dan hukum-hukum yang berhubungan dengan
penyelidikan. Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat di
jadikan sebagai sumber data yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
oleh peneliti. Adapun jenis-jenis dokumen tersebut seperti foto, gambar,
16
peta, grafik, struktur organisasi, catatan-catatan bersejarah dan
sebagainya.17
b. Metode Wawancara (Interview)
Metode wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam
metode survei yang menggunkan tanya jawab secara lisan antara dua
orang atau lebih secara langsung.18 Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa
anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode
wawancara adalah sebagai berikut :
1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang
dirinya sendiri.
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah
benar apa adanya dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh peneliti.19
Menurut Arikunto, wawancara adalah metode pencarian data dengan
jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penelitian.20
17
Mukhtar , Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta : Referensi, 2013), h.101.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekataan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&R, (Bandung : Alfabeta, 2013), h. 194.
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1989), h. 132.
20
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu wawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu. Hal ini dilakukan untuk menggali dan
memperoleh informasi yang diperlukan yang memiliki kaitan dengan
penelitian.
Wawancara yang diajukan kepada para responden yang memiliki
kaitan dengan Politik Dinasti dalam Kepemimpinan Desa. Metode
wawancara pada penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data
mengenai faktor dan penghambat politik dinasti bagi pembangunan Desa
Wawasan Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan.
c. Metode Observasi
Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu kejala atau
kegaja-kejala pada obyek peneliti. Unsure-unsur yang tampak itu disebut
data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara benar dan
lengkap.
4. Analisis Data
Pengolahan da analisa data merupakan proses pencarian dan perencanaan
secara sistematis terhadap semua data, dokumen dan bahan lain yang telah
dikumpulkan agar peneliti memahami apa yang akan ditemukan dan dapat
menyajikan pada orang lain dengan jelas. Untuk dapat memecahkan dan
diperlukan adanya teknik pengunpulan data. Analisa data ini dilakukan dengan
analisis kualitatif, yaitu dengan cara menafsirkan gejala yang terjadi.
Setelah terkumpul, kemudian dilakukan pengelolaan data yang disesuaikan
dengan kebutuhan analisis yang akan dikerjakan. Proses awal pengolahan data
itu dimulai dengan melakukan editing setiap data yang masuk. Apabila data
yang diperoleh dari lapangan hanya sedikit dan bersifat monografis atau
berwujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat disusun secara klasifikatoris),
maka analisis yang dilakukan menggunakan analisa kualitatif.21 Metode ini
juga bermanfaat untuk mensinyalir data yang kurang objektif dari data yang
dikemukakan oleh responden melalui interview, dengan demikian data yang
diperoleh benar-benar merupakan data yang dapat dipertanggung jawabkan.
21
BAB II
POLITIK DINASTI DALAM KEPEMIMPINAN DESA
A. Politik Dinasti
1. Pengertian Politik Dinasti
Politik dinasti merupakan sekumpulan orang atau elit penguasa yang
masih memiliki hubungan keluarga dekat yang saling mendukung dan secara
bergantian menduduki kekuasaan melalui pemilihan pada periode
masing-masing. Politik dinasti dalam dunia politik modern dikenal sebagai elit politik
yang berbasiskan pertalian darah atau perkawinan, sehingga sebagaian
pengamat politik menyebutnya sebagai oligarki politik. Sehingga mereka
kadang relatif mudah menjangkau kekuasaan atau bertarung memperebutkan
kekuasaan. Politik dinasti sebenarnya berlawanan dengan paham demokrasi,
karena didalam politik dinasti yang menjadi dasar sekaligus tujuan adalah
kepentingan pribadi.22
Sedangkan konsep demokrasi mendepankan legitimasi
dan produksi kekuasaan yang melibatkan orang banyak.23
Politik dinasti menunjukkan bahwa kerabat dekat atau keluarga
merupakan alat yang sangat tepat untuk membentuk kekuasaan yang kuat.
Dengan menggunakan alat-alat kelengkapan demokrasi seperti partai politik,
lembaga, dan institusi negara, serta media massa. Peralatan sistem demokrasi
tersebut digunakan bukan untuk menopang sistem demokrasi
22
Sayudi, Bentuk dan Karakter Politik Dinasti di Indonesia, (Yogyakarta: Jurnal Hukum, 2014), h. 32
23
melainkan memanipulasinya menjadi sistem oligarki. Politik dinastui menjadi
ruang perebutan kekuasaan dan penimbun kekayaan antara para oligarki. Politik
dinasti perlu dibatasi karena pertimbangan sebagai berikut:
a. Politik dinasti mengarah pada terbentunya kekuasaan yang absolut. Bila
jabatan kepala daerah misalnya, dipegang oleh satu keluaraga dekat
yang berlangsung lama secara terus-menerus. Misalnya setelah sepuluh
tahun menjabat, kemudian digantikan oleh istrinya selama sepuluh tahun
lagi, kemudian oleh anaknya dan seterusnya maka akan muncul
kekuasaan absolut yang rawan korupsi akan terbentuk.
b. Pendidikan politik relatif kurang serta penegakan hukum yang lemah,
maka akan menyebebkan proses kontestasi politik menjadi tidak adil dan
Politik dinasti dapat menutup peluang warga negara lainnya di luar
keluarganya untuk menjadi pejabat publik dan perencanaan
pembangunan yang buruk. 24
2. Faktor-Faktor Politik Dinasti
Politik dinasti yang muncul di Indonesia menunjukkan beberapa asumsi
bahwa dengan berkembangnya politik dinasti maka kemungkinan besar rakyat
hanya akan disuguhkan aktor-aktor politik yang itu-itu saja yang berasal dari
24
satu keluarga.25 Menurut Karyudi Sutajah Putra dan Siti Zuhro ada empat faktor
3. Politik Dinasti Dalam Sejarah Islam
Nabi Muhammad SAW, telah meletakkan dasar-dasar Islam di Mekkah
dengan penuh tantangan dari kaum Qurays, pada periode Mekah Nabi
Muhammad SAW belum berhasil membentuk komunitas Islam, karena jumlah
pengikutnya masih sedikit. Dengan demikian pada periode Mekkah ini beliau
hanya berfungsi atau hanya memfungsikan perannya sebagai seorang pemimpin
agama. Akan tetapi setelah hijrah ke Madinah pada tahun 1 H / 622 M, jumlah
pengikutnya mulai bertambah sehingga beliau perlu meletakkan dasar-dasar
masyarakat Islam.27
Di Madinah Nabi Muhammad SAW mulai melakukan kegiatan dan
strategi untuk membangun masyarakat diantaranya membangun masjid sebagai
sarana ibadah dan sosial. Kemudian meningkatkan rasa ukhuwwah islamiyyah
dalam rangka mempersaudarakan antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin.
25
Bambang Cipto, Indonesia Memasuki Era Politik Dinasti: Dari Bilik Suara Ke Masa Depan Indonesia Potret Konflik Pasca Pemilu Dan Nasib Reformasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), Cet Ke-I, h. 56
26
Nur Hidayati, Politik Dinasti dan Demokrasi Indonesia, (Semarang: Jurnal Teknik Mesin. Politeknik Negeri, 2014), h. 1
27
Selanjutnya menjalani hubungan persahabatan dengan orang-orang non-muslim
dimana pada waktu itu, penduduk masyarakat Madinah di sana terdiri dari tiga
kelompok besar masing-masing kelompok Muslim, Arab yang belum masuk
Islam dan kelompok Yahudi. Untuk itu dibentuklah suatu konstitusi yang
kemudian dalam sejarah dikenal dengan Konstitusi Madinah.28
Di madinah keadaan Nabi Muhammad SAW dan umat Islam mengalami
perubahan yang cukup siqnifikan. Kalau di Mekkah mereka sebelumnya
merupakan ummat yang lemah dan tertindas, maka setelah hijrah ke Madinah,
mereka memiliki kedudukan yang baik dan menjadi ummat yang kuat dan
mandiri secara sosial dan politik. Nabi Muhammad SAW sendiri kemudian
menjadi pemimpin dari masyarakat yang baru terbentuk tersebut, kemudian
komunitas ini menjelma menjadi suatu Negara. Negara itu pada masa Nabi
Muhammad SAW meliputi seluruh Semenanjung Arabia dengan demikian
dapatlah dikatan bahwa di Madinah Nabi Muhammad SAW bukan hanya
sebagai Rasulullah (pemimpin agama) akan tetapi juga merupakan kepala
negara. Pada diri Nabi Muhammad SAW terhimpun dua kekuasaan yaitu
kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi.29
Setelah Nabi Muhammad wafat, persoalan pertama yang muncul adalah
persoalan politik yaitu persoalan siapa yang berhak menggantikan beliau
sebagai kepala negara. Ada tiga golongan yang bersaing dalam perebutan
28
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet Ke-1, h.187
29
kepemimpinan yaitu kaum Anshar, kaum Muhajirin dan kaum keluarga
Hasyim.30
Persoalan ini muncul karena tidak ada wasiat dari Nabi Muhammad
SAW. Proses pemilihan pemimpin politik sebagai pengganti Nabi Muhammad
SAW sangat menegangkan dan hampir saja menimbulkan pertumpahan darah,
karena masing-masing golongan merasa dan mengklaim paling berhak sebagai
pengganti Nabi. Namun setelah melalui musyawarah dan
pertimbangan-pertimbangan maka terpilihlah Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah yang
pertama. Masa pemerintahan khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq tidak begitu lama
(11-13H/632-634M). Kemudin berturut-turut yang memerintah adalah „Umar
bin Khattab (13-23 H/634-644 M).‟ Utsman bin Affan (23-35 H/644-655 M)
dan „Ali bin Abi Thalib (35-40 H/ 655-660 M). Dalam sejarah Islam keempat
orang pengganti Nabi Muhammad SAW tersebut adalah pemimpin yang adil
dan benar. Mereka menyelamatkan dan mengembangkan dasar-dasar tradisi dari
Rasulluhhah SAW bagi kemajuan Islam dan ummatnya. Karena itu, mereka
diberi gelar Al-Khuilafah al-Rasyidin. Pada masa Nabi Muhammad SAW,
negara Islam baru meliputi kota madinah yang merupakan City State atau
Stadstaat. Akan tetapi pada masa khulafah al-Rasyidin kekuasaan Islam telah
meluas. Dengan meninggal nya „Ali bin Abi Thallib, maka berakhir pula pula
kekuasaan khulafah al-Rasyiddin. Pada masa ini, Gubernur Syam yaitu
Mu‟awiyyah bin Abi Syofyan tampil sebagai penguasa islam yang kuat.
Kekuasannya merupakan awal dari kedaulatan Dinasti Umayyah. Mu‟awiyyah
30
William Montgomerry Watt, Kejayaan Islam Kajian Kritis Dari Orientalis,
bin Abi Syofyan adalah pembangun Dinasti Ummayah sekaligus menjadi
khalifahnya yang pertama. Beliau memindahkan ibu kota pemerintahan Islam
dari Kuffah ke Damaskus. Dengan demikian mu‟awiyyah bin abi syofyan ini
sebagai penguasa dinasti umayyah tersebut, hal ini merupakan tahapan
peralihan yang menyimpangkan negara Islam atau al-Dawlah al islamiyyah dari
sistem khalifah menjadi pemerintahan yang monarchi heredetis (kerajaan turun
temurun). 31
Dinasti Ummayyah ini berkuasa dari tahun 41-132 H /661-750 M
dengan 14 orang khalifah. Masa pemerintahan dinasti Umayyah ini dikenal
sebagai Era Agresif dalam sejarah peradaban Islam, kebijakan politik tertumpu
pada peluasan wilayah kekuasaan. Dinasti ini melakukan ekspansi besar-besaran
baik bagian barat maupun bagian belahan timur dunia. Wilayah kekuasaannya
menjadi sangat luas, diantaranya meliputi Spanyol, Afrika utara, syiria, Jazirah
Arabia, palestina, irak, sebagian asia kecil, Persia, Afghanistan, Pakistan,
Uzbekistan, Turkistan dan kyrghistan di Asia Tengah. Kebesaran yang telah
diraih oleh dinasti Ummayyah ini ternyata tidak mampu membuat nya bertahan
lama. Dinasti ini hanya mampu bertahan selama lebih kurang 90 tahun, dan
setelah itu hancur ditelan sejarah. Diantaranya penyebab hancurnya antara lain
dengan munculnya kekuatan baru yang dipelapori oleh keturunan Al-abbas bin
abd-muthalib. Dalam hal ini sebenarnya terdapat beberapa faktor yang
mendukung keberhasilan mereka dalam menggulingkan dinasti Ummayyah,
pecahnya persatuan diantara suku-suku bangsa arab munculnya kekecawaan
31
masyarakat agamis dan keinginan untuk memiliki pemimpin kharismatik serta
perlawanan syi‟ah.32
Setelah hancurnya dinasti ummayyah ini, munculah Dinasti Abbasiyah
sebagai penggantinya. Dinasti ini didirikan oleh salah seorang keturunan paman
Nabi Muhammad SAW yang bernama Abdullah Abul Abbas as-Safah bin
Muhammad Ali bin‟Abdullah bin „Abbas. Dinasti abbasiyah mewarisi imperium
besar dari dinasti ummayyah. Mereka dapat mencapai hasil yang lebih banyak
karena landasannya infrastruktur dan supra strukturnya telah dipersiapkan oleh
dinasti ummayah. Dengan berdirinya dinasti Abbasiyah ini pusat pemerintahannya
kemudian dipindahkan dari damaskus dinasti abbasiyah ini berlangsung dalam
rentang waktu yang cukup lama yaitu dari tahun 132-656 H / 750-1258 M.33
Rentang waktu yang begitu lama yang dilalui oleh dinasti abbasiyah ini
bukanlah berakhir khlaifahnya sama satu sejarah. Secara metodologis para
sejarawan kemudian membagi masa pemerintahan bani Abbasiyah menjadi lima
periode yaitu:
a. Periofe kesatu dari tahun 132-232 H / 750-847 M, disebut periode
pengaruh Persia pertama
b. Periode kedua tahun 232-334 H / 847-945 M, disebut masa pengaruh
Turki pertama
c. Periode ketiga berlangsungnya dari tahun 334-447 H / 945-1055 M, masa
kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua
d. Periode keempat 447-590 H / 1055- 1194 M, masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua
e. Periode kelima 590-656 H / 1194-1258 M, masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota
Bagdad.34
4. Perkembangan Politik Dinasti Di Indonesia
Perkembangan Indonesia sebagai suatu negara demokrasi telah
mengalami pasang surut. Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia ialah
bagaimana meningkatkan ekonomi dan membanguan kehidupan sosial dan
politik yang demokrasi dalam masyarakat.35
Di dalam negara demokrasi
Indonesia sangat menjujung tinggi masalah Kebebasan dan HAM. Kebebasan
yang dijunjung tinggi tersebut bukan kebebasan yang tanpa batas namun masih
terikat oleh aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah.36
Kebebasan yang tanpa batas dalam demokrasi dapat menimbulkan
dampak yang negatif seperti munculnya politik dinasti di indonesia.37 Setelah
lebih dari setengah abad merdeka, indonesia memiliki pola politik dinasti
sebagaimana dipraktekkan oleh sebagian besar negara-negara di Asia Selatan,
seperti India, Pakistan, dan Bangledesh. Tanda-tanda bahwa Indonesia
memasuki Era Politik Dinasti sebenarnya sudah sangat terasa sejak Soekarno
34
Badri Yatim, Op.Cit, h. 50
35
Mariam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 127
36Ibid
, h. 229
37
dan Soeharto mulai menempatkan anak dan menantunya pada berbagai posisi
dalam kabinet.38
Sistem politik Indonesia saat ini lebih bersifat dinasti, sebab Praktek
politik dinasti yang saat ini telah menyabar ke seluruh wilayah Indonesia yang
dipelapori oleh partai politik sebagai lembaga yang sah dalam menjalankan
praktek politik. Dimana sistem partai lebih mengakomondir pihak-pihak tertentu
yang dianggap dapat memberikan keuntungan yang lebih bagi partai atau
berdasarkan kekerabatan. Seperti partai PDI-P merupakan partai yang bisa
dikatakan sebagai salah satu yang mengadopsi politik dinasti yang dipimpin
oleh Megawati sebagai ketua umum partai, Megawati mengkaderkan anaknya
Puhan Maharani sebagai penerusnya.39
Politik dinasti atau kekerabatan justru makin menunjukkan adanya akar
feodalisme dan tradisi monarki yang sepenuhnya belum berubah. Pada era
modern politik dinasti juga ditunjukkan oleh Ratu Atut Choisiyah dan sejumlah
kerbatnya dan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang ditunjuk
dengan kiprah anaknya Eddie Baskoro yang berhasil menjadi anggota DPR
Presiden 2009-2014 dan Sukawi Sutarip mantan Wali Kota Semarang, Sinyo
Hary Sarundayang sebagai Gubernur Sulawesi Utara. Politik dinasti
menimbulkan berbagai macam dampa dalam masyarakat. Adapun dampak dari
politik dinasti anara lain: pertama terpuruknya kaderisasi yang timbul dalam
suatu partai politik dalam menjaring kader-kader atau calon kepala daerah atau
calon anggota legislatif yang kapasitas nya dalam memimpin bangsa. Kedua
38
Bambang Cipto, Op.Cit, h. 56
39
konteks masyarakat yang menjaga kondisi status quo di daerahnya yang
menginginkan kepala daerah untuk berkuasa dengan cara mendorong kalangan
keluarga atau orang dekat untuk menggantikan posisinya. Ketiga politik dinasti
menimbulkan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). 40
B. Teori Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Manusia pada dasarnya ada dalam sebuah komunitas sosial dan akan
selalu melakukan interaksi antara satu individu dengan individu lainnya, maka
lahirlah apa yang dimaksud dengan kesepahaman dan keterikatan dalam
kelompok-kelompok yang mana mereka berhimpunan di dalamnya, bukan
hanya atas dasar saling keterkaitan saja tetapi ada tujuan jelas yang akan
mereka raih. Tujuan tersebut tentunya akan dapat diraih ketika adanya sebuah
kekompakan dan manajerial yang baik dari kepemimpinan kelompok tersebut.
Kepemimpinan (Leadership) adalah sebagai suatu proses untuk
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berhubungan dengan
penguasaan anggota organisasi dalam rangka mencapai tujuan kelompok
organisasi. Sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana kehendak
oleh pemimpin tersebut.41 Berikut beberapa definisi kepemimpinan menurut
parah ahli, yaitu:
40
http//w w w. tempo. Co /read/news/2013/04/25/058475690/ Dinasti-Politik-Banten-Bentuk-Bentuk-Pembajakan-Demokrasi, diakses pada tanggal 21 Januari 2018.
41
Howard H. Hoyt, kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi
tingkah laku manusia dan kemampuan untuk membimbing orang.42
Charles J. Keating, mengatakan kepemimpinan merupakan suatu proses
dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk
mencapai suatu tujuan bersama.43
John Piffner, mengatakan kepemimpinan merupakan seni dalam
mengordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai
suatu tujuan yang dikehendaki.44
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan untuk memengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok
orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan
merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang
memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik
dengan cara memengaruhi, membujuk, memotivasi, dan mengordinasi.
2. Fungsi dan Tipe Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah cara untuk pemfokusan dan memotivasi
kelompok untuk membuat mereka dapat mencapai tujuannya. Hal ini juga
melibatkan akuntabilitas bertanggung jawab untuk kelompok secara
keseluruhan. Seorang pemimpin harus:
42
Ibid, h 39
43
Toman Sony Tambunan, Pemimpin dan Kepemimpinan,( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), Cet Ke-I, h. 44
44
a. Menjaga kesinambungan dan momentum
b. Bersifat fleksibel dalam mengizinkan perubahan arah tujuan
Idealnya, seseorang pemimpin harus ada beberapa langkah di depan tim mereka,
tapi tidak terlalu jauh bagi tim untuk dapat memahami dan mengikutinya
dibutuhkan keterampilan. Seorang pemimpin harus memiliki berbagai
keterampilan, teknik dan strategi yaitu meliputi:
a. Perencanaan
b. Keterampilan komunikasi
c. Beroganisasi
d. Kesadaran terhadap lingkungan yang lebih luas.45
Pemimpin yang mampu membawa keberhasilan dalam suatu organisasi
sangat diinginkan oleh semua orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu,
pemimpin harus menyadari dan memahami apa sebenarnya fungsi-fungsi yang
paling hakiki dalam suatu peran kepemimpinan. Secara umum, kepemimpinan
memiliki fungsi sebagai penentu arah (commander), mediator, integrator,
transformator, komunikator, motivator dan inovator. Untuk menjalankan
fungsi-fungsi tersebut, seorang pemimpin harus memiliki dan menggunakan
kemampuannya secara baik sehingga tujuan dan sasaran yang diharapkan dapat
terlaksana dengan baik pula.46 Tipe kepemimpinan merupakan cara pemimpin
dalam menggerakan dan mengarahkan para bawahannya untuk melakukan
tindakan-tindakan yang terarah dalam mendukung pencapaian tujuan. Dalam
45
Tesar, Peran Mantan Kepala Desa Dalam Kepemimpinan Desa (Skripsi Pemikiran Politik Islam Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung, 2018 ), h. 78
46
ilmu kepemimpinan ada beberapa tipe kepemimpinan yang dikenal secara
umum, yaitu:
1) Tipe karismatik
Bahwa tipe karismatik memiliki daya tarik yang tinggi sehingga
pemimpin tersebut memperoleh pengikut yang jumlahnya cukup banyak.
Karakteristik utama dari pemimpin karismatik adalah: percaya diri,
kemapanan, keyakinan yang kuat, pengetahuan atau apapun yang bisa
dinilai dari pemimpin.
2) Tipe Paternalistis
Lebih mengutamakan kepentingan bersama, sehingga semua
bawahannya akan diperhatikan secara merata dan diperlakukan seadil
mungkin. Kepemimpinan paternalistis lebih menonjolkan keberadaan dari
pemimpin itu sendiri sebagai pelindung, pengayom, penasehat, pengajar,
atau pembimbing para bawahannya.47
3) Tipe Militeristis
Pemimpin militeristis menuntut para bawahannya untuk selalu disiplin,
taat, setia, memiliki kebersamaan dan mengikuti sesuai peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan organisasi. Pemimpin tipe ini terlalu menjaga wibawa
dan jabatannya, sehingga pemimpin ini ingin selalu dihormati dan disegani
oleh para bawahannya, yang mengakibatkan kekakuan dan kurangnya
komunikasi dengan para bawahannya.
47
4) Tipe Otokratis
Pemimpin yang otokratis menganggap bahwa organisasi adalah miliknya
sendiri, mendahulukan tujuan pribadi dari pada tujuan organisasi, karyawan
dianggap hanya sebagai alat untuk menjalankan organisasinya. Pemimpin
tipe ini tidak suka menerima kritikan, saran, pendapat dan pengambilan
keputusan dari orang-orang yang di dalam maupun luar organisasi.
Pemimpin otokrasi memiliki sifat egois yang tinggi, sehingga menyebabkan
dia memiliki kekuasaan yang mutlak dalam kehidupan organisasi. Dalam
menjalankan kepemimpinannya, seorang pemimpin otoriter selalu bersikap
keras kepada bawahannya, menuntut bawahannya untuk disiplin dan taat
sesuai peraturannya sehingga kepada bawahanya bersifat memaksa dan
menghukum.48
5) Tipe Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini sang pemimpin tidak memipin dia
memberikan kepada kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya
sendiri. Pemimpin tidak berpartisi sedikit pun dalam kegitan kelompok.49
6) Tipe Demokrasi
Menggambarkan pemimpin yang cenderung melibatkan karyawan
dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang, mendorong
partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja, dan menggunakan
umpan balik sebagai peluang untuk melatih karyawannya. Pemimpin
48Ibid,
h. 47- 49
49
demokrasi akan menjalankan tugas, peran dan tanggung jawabnya dengan
baik sebagai pemimpin.50
3. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan
Telah banyak Para Ahli menjabarkan tentang prinsip-prinsip
kepemimpinan yang dapat mengarahkan seseorang untuk menjadi pemimpin
efektif. Prinsip-prinsip kepemimpinan tersebut sering dibahas dari pendekatan
perilaku atau kepribadian pemimpin dan peran yang penting dari seorang
pemimpin, beberapa prinsip-prinsip kepemimpian yaitu:
a. Melayani
Seoarng pemimpin adalah memberikan pelayanan yang baik guna
memenuhi kebutuhan dan keinginan, sehingga meningkat kesejahteraan
orang-orang yang dipimpinya.
b. Membuat keputusan
Pembuatan keputusan merupakan tugas paling utama yang harus
dilakukan oleh seorang pemimpin. Seoarang pemimpin harus mampu
melakukan penyelesaian masalah dan memberikan keputusan yang cerdas.
c. Keteladanan
Pemimpin dinilai dari apa yang telah dilakukan atau diberikan kepada
organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang
menunjukkan pengaruh yang baik, memberikan nilai positif bagi
organisasi, dan menjadi panutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
50
d. Bertanggung jawab
Menjadi pemimpin merupakan tanggung jawab besar yang harus diemban
sebagai bentuk dari amanah. Dukungan atau kepercayaan orang lain yang
memiliki harapan kepada seorang pemimpin tersebut untuk melakukan
perubahan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
e. Berkerja sama
Pemimpin yang efektif akan mampu menciptakan budaya kerja sama tim
yang baik di antara anggota organisasi, melakukan komunikasi yang
efektif dengan parah bawahan, serta menciptakan lingkungan kerja yang
baik.
f. Menciptakan perubahan
Pemimpin harus mampu membuat terobosan-terobosan baru, sehingga
tercipta suatu perubahan fundamental baik di tubuh organisasi, produk
atau jasa, maupun bagi orang-orang yang dipimpimnya.51
4. Syarat-Syarat Kepemimpinan
Seorang pemimpin dalam mengelola sebuah organisasi atau lembaga
negara harus memiliki jiwa kepemimpinan sehingga mampu mempengaruhi
bawahan atau rakyatnya untuk berkerja dan produktif. Aktivitas lembaga atau
organisasi yang dilakukan secara bersama-sama selalu membutuhkan
kepemimpinan dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus
memperhatikan syarat-syarat kepemimpinan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Orang-orang yang perlu dipilih sebagai kandidat-kandidat atau
51
calon pemimpin negara adalah mereka yang memliki kualifikasi dan
karakteristik calon pemimpin yang antara lain sebagai berikut:
1. Memiliki kemauan untuk memikul tanggung jawab
2. Kemampuan untuk menjadi perseptif
3. Kemampuan untuk menanggapi secara objektif
4. Kemampuan untuk menetapkan prioritas secara tepat
5. Kemampuan untuk berkomunikasi.52
Syarat-syarat atau karakteristik kepeimpinan menurut para ahli manajemen
yakni Henri Fayol dan G.R. Terry adalah sebagai berikut:
1. Beragama Islam
2. Sehat jasmani dan ruhaniah (energi)
3. Setia, jujur, adil (moral quality)
4. Cerdas (mental quality)
5. Berpendidikan (education quality)
6. Berpengalaman (experience quality)
7. Keseimbangan atau kemantapan perasaan (emotional stability)
8. Dorongan pribadi (personal motivation)
9. Kecakapan berkomunikasi atau berhubungan (communicalif skill)
10.Kecakapan mengajar (teaching ability)
11.Kecakapan bergaul (social skill)
12.Kemampuan teknis (technical competence).53
52
Kartini kartono, Op.Cit, h. 218
53
Menurut Sidi Ritauddin dalam tulisan ilmiahnya memaparkan beberapa
karakteristik anatara lain adalah:
1. Sehat jasmani dan rohani, artinya memiliki energi fisik dan spiritual yang
berlimpah dan keuletan dalam bekerja. Ia lera bekerja atas dasar
pengabdian dan prinsip kebaikan, serta loyal terhadap kemajuan lembaga
yang dipimpinnya. Pemimpin yang cacat fisik dan mentalnya akan
menghancurkan organisasi atau lembaga yang dipimpinya. Termasuk
cacat mental bagi orang yang memiliki catatan hitam masa lalu.
2. Bertakwa kepada Allah dan Rasul-Nya, dalam pengertian orang yang
committed atau kosisten dan konsekuen dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjahui larangannya. Artinya ia memiliki
integritas kepribadian shaleh sehingga ia matang atau dewasa dan
bertanggung jawab. Sebagaimana fiman Allah SWT yang menegaskan:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya dan Ulil
Amri diantara kamu.” (QS. An Nisa:59).
3. Mempunyai kemampuan untuk memikul tanggung jawab sebagai seorang
pemimpin, kemampuan ini dapat diukur dari aspek manajerial, karena
manajerial memungkinkan terjadinya perpaduan semua usaha dan
aktifitas yang mengarah pada tujuan istilusi atau organisasi. Juga
menciptakan kerjasama yang baik demi kelancaran dan efektifitas kerja,
untuk mempertinggi daya guna semua sumber dan mempertinggi hasil
4. Mempunyai kemampuan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu:
planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating
(penggerakan/akutualisasi), dan controlling (pengawasan).54
C. Kepemimpinan Desa
1. Pengertian Kepala Desa
Kepala Desa adalah orang yang terpilih untuk memimpin dalam kesatuan
masyarakat yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.55
dalam
Undang-Undang No. 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa disebutkan bahwa
kepala desa merupakan pemimpin pemerintahan di desa yang merupakan
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.56
Kepela desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) atau Badan Himpunan Pemekonan (BHP), dengan kata lain bahwa
kepala desa merupakan pemimpin lembaga eksekutif desa yang dibantu oleh
54
Mohammad Hariri, Konsep Kepemimpinan negara Menurut Al-mawardi dan Implikasinya Pada Masa Daulah Abbasiyah, ( Jurusan Pemikiran PolitikIislam UIN Raden Intan Lampung 2009), h. 20
55
K.H.A Widjaya, pemerintahan Desa/Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), h.19
56
para perangkat desa yang telah dibentuk oleh kepala desa tersebut untuk
membantu menjalankan tugas-tugasnya sehingga dengan adanya pilkades
masyarakat adapat langsung memilih pemimpin desa yang menurut masyarakat
mampu dan layak menjadi seorang pemimpin. Kepala desa pada dasarnya
bertanggung jawab kepada rakyat desa, yang dalam tata cara dan prosedur
pertanggung jawabnya disampaikan kepada bupati atau walikota, melalui
camat. Kepada BPD kepala desa wajib memberikan keterangan laporan
pertanggung jawaban dan kepada rakyat menyampaikan informasi
pokok-pokok pertanggung jawabannya. Masa jabatan kepala desa sendiri adalah 6
(enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan, seorang kepala desa hanya
dapat menjabat sebagai kepala desa maksimal selama dua periode masa
jabatan, pada periode ke tiga seorang kepala desa tersebut harus digantikan
dengan orang lain. Kepala desa dipilih melalui pemilihan kepala desa oleh
penduduk desa setempat. Seseorang yang akan mencalonkan diri sebagai
kepala desa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut sesuai dengan pasal
44 peraturan pemerintahan No. 72 tahun 2005 tentang desa yaitu:
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Setia pada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar
Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta
Pemerintahan
3. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjut Tingkat Pertama
atau Sederajat
5. Bersedia dicalonkan menjadi kepala desa
6. Terdaftar sebagai penduduk desa setempat
7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindakan pidana kejahatan
dengan hukuman paling singkat 5 tahun
8. Tidak dijabut hak pilihannya
9. berkelakuan baik
10.Sehat jasmani dan rohani
11.Memenuhi syarat lain yang diatur peraturan daerah kabupaten atau
kota.57
2. Tugas dan Fungsi Kepala Desa
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
Daerah disebutkan bahwa tugas, fungsi dan wewenang kepala desa adalah:
1) Kepala desa berkedudukan sebagai alat pemerintah, alat pemerintah
daerah dan alat pemerintah desa yang memimpin penyelenggaraan
pemerintahan desa.
2) Kepala desa mempunyai tugas:
1. Menjalankan urusan rumahtangganya sendiri
2. Menjalankan urusan pemerintah, pembangunan baik dan pemerintah
maupun pemerintahan daerah dan kemasyarakatan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa termasuk pembinaan
ketentraman dan ketertiban diwilayah desanya
57
3. Menumbuhkan serta mengembangkan semangat gotong royong
masyarakat sebagi sendi utama pelaksanaan pemerintahan dan
pembangunan desa.
3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) kepala
desa mempunyai fungsi:
1. Melaksanakan kegiatan dalam rangka penyelengaraan urusan rumah
tangga desanya sendiri
2. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam wilayah desanya
3. Melaksanakan tugas pemerintahan dan pemerintahan desa
4. Melaksanakan tugas dalam rangka pembinaan ketentraman dan
ketertiban masyarakat desa
5. Melaksanakan koordinasi jalannya pemerintahan, pembangunan dan
pembinaan kehidupan masyarakat di desa
6. Melaksanakan urusan pemerintahan lainya yang tidak termasuk
dalam tugas sesuatu instasi dan tidak termasuk urusan rumah tangga
desanya sendiri.58
Menurut K.H.A Widjaya Tugas sebagai kepala pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyaakatan, dalam melaksanakan tugas kepala desa mempunyai wewenang:
a. Memimpin penyelanggeraan pemerintahan desa
b. Mengajukan rancangan peraturan desa dan menetapkan peraturan
desa
58
c. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB
desa
d. Membina kehidupan masyarakat desa
e. Membina perekonomian desa
f. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
g. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan.59
3. Kewajiban Kepala Desa
Sesuai dengan pelaksanaan tugas dan wewenang kepala desa seperti
yang telah dijabarkan di atas, maka kepala desa juga mempunyai kewajiban
sesuai dengan pasal 15 ayat (1) Peraturan Pemerintahan No. 72 tahun 2005
tentang Desa, yaitu:
1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Desar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat
4. Melaksanakan kehidupan demokrasi
5. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa ang bersih dan bebas
dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme
59