• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK DINASTI DALAM KEPEMIMPINAN DESA (Studi di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan) - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLITIK DINASTI DALAM KEPEMIMPINAN DESA (Studi di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan) - Raden Intan Repository"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK DINASTI DALAM KEPEMIMPINAN DESA

(Studi di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari

Kabupaten Lampung Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memahami Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

dalam Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh

SRI PURWANTI

NPM. 1331040071

Program Studi : Pemikiran Politik Islam

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

(2)

POLITIK DINASTI DALAM KEPEMIMPINAN DESA

(Studi di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari

Kabupaten Lampung Selatan)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

dalam Ilmu Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh

Sri Purwanti NPM: 1331040071

Program Studi: Pemikiran Politik Islam

Pembimbing I : Dr. H. Nadirsah Hawari, MA Pembimbing II : Tin Amalia Fitri, M.Si

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

POLITIK DINASTI DALAM KEPEMIMPINAN DESA (Studi Kasus Di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari

Kabupaten Lampung Selatan)

OLEH

SRI PURWANTI

Politik dinasti merupakan suatu proses regenerasi kekuasaan bagi kepentingan golongan elit politik yang bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan dengan cara menempatkan keluarga atau kerabatnya pada posisi tertentu dalam bidang pemerintahan. Salah satunya praktek politik dinasti yang sedang berjalan saat ini dijumpai di Desa Wawasan, dimana telah terjadi upaya mempertahankan kekuasaan oleh keluarga kepala desa selama tiga periode. Mulai dari kepala desa sebelumnya pada tahun 2006 hingga yang sedang menjabat saat ini. Hubungan yang dimiliki kepala desa dengan mantan kepala desa sebelumnya ialah paman dan ayah, yang masih memiliki pengaruh di masyarakat. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya politik dinasti dalam kepemimpinan desa di Desa Wawasan, (2) Apa dampak politik dinasti dalam kepemimpinan desa bagi pembangunan masyarakat di Desa Wawasan.

Untuk menjawab permasalah diatas penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang yang terdiri dari perangkat desa, tokoh agama, serta warga masyarakat setempat. Adapun tujuan dalam penelitian yaitu untuk mengetahui: (1) Faktor penyebab terjadinya politik dinasti dalam kepemimpinan desa di Desa Wawasan. (2) Dampak politik dinasti dalam kepemimpinan desa bagi pembangunan masyarakat di Desa Wawasan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, faktor penyebab terjadinya politik dinasti dalam kepemimpinan desa di Desa Wawasan adalah sebagai berikut: (1) Kekuatan modal (ekonomi), dengan kekayaan yang dimiliki kepala desa sangat berpengaruh dalam masyarakat sebagai modal dasar untuk mencapai suatu tujuan atau kemenangan. (2) Jaringan keluarga, adanya pengaruh dari anggota keluarga seperti ayah dan paman, ayahnya merupakan mantan kepala desa dan sekaligus tokoh agama. kepala desa mempertahankan kekuasaannya dengan cara menduduki jabatan penting di desa seperti perangkat desa (Kas Pemerintahan, Kaur Kesra, RT). (3) Demokrasi tidak sehat, berbagai cara ditempuh kepala desa untuk mempertahankan kekuasaan yang menyebabkan

terjadinya kecurangan seperti money politic pada saat kampanye berlangsung.

(4)
(5)
(6)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sri Purwanti

NPM : 1331040071

Program Study : Pemikiran Politik Islam

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul,

“Politik Dinasti Dalam Kepemimpinan Desa (studi di Desa Wawasan

Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan)” adalah benar-benar

karya asli saya, kecuali bagian yang disebutkan sumbernya.

Apabila kemudian hari ditemukan ketidak benaran dari pernyataan saya

ini, maka saya bersedia menerima segala sangsi dan akibatnya.

Bandar Lampung, 24 Juli 2018

(7)

MOTO

ُرَبَص اَّمَل اَنِر ۡمَأِب َنوُدۡهَي ٗةَّمِئَأ ۡمُهۡنِم اَنۡلَعَجَو

ِب ْاىُناَكَو ْْۖاو

َ

َنىُنِنىُي اَنِنَِيا

٤٢

Artinya : Dan kami jadika di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka menyakini ayat-ayat kami. (Q.S. As-Sajdah :24)*

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur atas kekuasaan Allah SWT, dengan semua

pertolongan-NYA sehingga dapat tercipta karya tulis ini. Maka peneliti

mempersembahkan tulisan ini kepada:

1. Kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda Jumingan dan ibunda Suparni

terimakasih atas segala pengorbanan dan kasih sayang, motivasi yang

tidak henti-hentinya mendoakanku siang dan malam hingga saya bisa

menyelesaikan SI di UIN Raden Intan Lampung yang saya banggakan.

2. Kakak-kakakku tersayang, Sudarmanto, Parsinem, Murni, Heri, tak lupa

keponakan-keponakanku Niko Ahmad Kurniawan, Ageng Atma Pramana,

dan David, yang selalu memberikan dukungan, motovasi, dan kasih

sayangnya.

(9)

RIWAYAT HIDUP

peneliti dilahirkan di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten

Lampung Selatan pada tanggal 03 februari 1992, anak ke tiga dari dua

bersaudara, dari pasangan Bapak Jumingan dan Ibu Suparni. Jenjang Pendidika

pertama adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Desa Wawasan Kecamatan

Tanjung Bintang tamat pada tahun 2007, kemudian penulis melanjutkan ke

Sekolah Menengah Pratama Negri (SMP) 1 Tanjung Sari tamat pada tahun

2010. Setelah itu peneliti melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas

(SMA) Asalam Tanjung Bintang selesai pada tahun 2013. Pada tahun yang sama,

penulis diterima di Jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan

(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

Nikmat, Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Sholawat beserta salam kami semoga tersampaikan kepada Naabi Allah yang

mulia yakni Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan seluruh

umat yang selalu mengikuti ajaran beliau.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan study pada

program Strata Satu (SI) Jurusan Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin

dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung guna memperoleh gelar Sarjana

Sosial (S.Sos). dalam proses penulisan skripsi ini, tentu saja tidak merupakan

hasil usaha penulis secara mandiri, banyak sekali penulis menerima motivasi

bantuan pemikiran, dan partisipasi dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Rektor UIN Reden Intan Lampung bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag.

beserta staf dan jajarannya.

2. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama bapak Dr. H. Arsyad Sobby

Kesuma, Lc, M.Ag, serta para wakil Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama UIN Raden Intan Lampung.

3. Ketua Jurusan Pemikiran Politik Islam bapak Dr. H. Nadirsah Hawari,

MA, selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan saran dan

sumbangan pemikiran kepada penulis sehingga tersusun skripsi ini.

4. Ibu Tin Amalia Fitri, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

(11)

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden

Intan Lampung yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama

menyelesaikan studi di Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden

Intan Lampung.

6. Para karyawan dan karyawati Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN

Raden Intan Lampung yang telah memberikan kelancaran sehingga

selesainya penulis skripsi ini.

7. Kepala bagian perpustakaan beserta stafnya, baik di perpustakaan Fakultas

maupun di perpustakaan pusat yang telah turut memberikan data berupa

literature sebagai sumber dalam penulisan skripsi ini.

8. Kepala Desa Wawasan dan Perangkat Aparatur Desa Wawasan yang

memberikan izinnya kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di

desa yang beliau pimpin.

9. Orang tuaku, kakak-kakakku dan semua keluarga yang selalu berdoa

dengan tulus dan memberikan motivasi untuk keberhasilanku.

10.Teman-teman seperjuangan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

angkatan 2013 khususnya Jurusan Pemikiran Politik Islam kelas B dan

teman-teman KKN Desa Rantau Tijang terimakasih atas kebersamaannya

dan persahabatan yang telah terbangun selama ini.

11.Untuk sahabat-sahabatku yang berjuang bersama-sama dalam

menyelesaikan kuliah ini khususnya Melani,Neti Rohmayanti dan yang

(12)

12.Almamater UIN Raden Intan Lampung, Fakultas Ushuluddin dan Studi

Agama, khususnya Jurusan Pemikiran Politik Islam.

Semoga Allah SWT memberikan hidayah dan Tufiqnya sebagai balasan

atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis. Amin

Yarobbal a‟lamin.

Bandar Lampung 10 juli 2018 Penulis

Sri Purwanti,

(13)

DAFTRA ISI C. Latar Belakang Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tinjuan Penelitian ... F. Tinjauan Pustaka ... G. Metode Penelitian...

BAB II POLITIK DINASTI DAN KEPEMIMPINAN DESA

A. Politik Dinasti

1. Pengertian politik dinasti ... 2. Faktor-faktor politik dinasti ... 3. Politik dinasti dalam sejarah islam ...

(14)

B. Teori Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpian ...

2. Fungsi dan Tipe Kepemimpinan ...

3. Prinsip-prinsip kepemimpinan ... 4. Syarat-syarat Kepemimpinan ... C. Kepemimpinan Desa ... 1. Pengertian Kepala Desa ...

2. Tugas, Fungsi dan Wewenang Kepala Desa ...

3. wajiban Kepala Desa ...

BAB III GAMBARAN DAN KEPEMIMPINAN DESA WAWASAN

A. Sejarah Singkat Desa...

B. Kondisi Geografis dan Demografi ...

C. Kondisi Sosial Penduduk ...

D. Kondisi Keagamaan Masyarakat...

E. Sosial Budaya Masyarakat ... F. Trasportasi dan Komunikasi ... G. Struktur pemerintahan ... H. Kepemimpinan Desa ...

BAB IV POLITIK DINASTI DI DESA WAWASAN

A. Faktor yang menyebabkan terjadinya politik dinasti ...

B. Dampak politik dinasti bagi pembangunan masyarakat...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Konsultasi

2. Pedoman Wawancara

3. Daftar Nama Responden dan Informan

4. Daftar Dokumentasi Responden dan Informan

5. Surat Perpanjang SK

6. Surat Izin Penelitian Universitas Agama Islam Negri Raden Intan

Lampung

7. Surat Izin Penelitian Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik Provinsi

Lampung

8. Surat Keterangan Pemberian Izin Penelitian

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan judul

Penulis akan menyajikan skripsi dengan judul “Politik Dinasti Dalam

Kepemimpinan Desa (studi kasus di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari

Kabupaten Lampung Selatan)”, untuk menghindari kesalahan dalam memahami

judul tersebut maka perlu kiranya penulis mempertegas dan memberikan

penjelasan baik maksud maupun istilah-istilah yang terkandung dalam judul

diatas secara rinci sehingga dapat dimengerti.

Politik dinasti merupakan sekumpulan orang atau elit penguasa yang masih

memiliki hubungan keluarga dekat yang saling mendukung dan secara bergantian

menduduki kekuasaan melalui pemilihan pada periode masing-masing.1

Menurut Leo Agustino politik dinasti adalah “kerajaan politik” dimana elit

politik menempatkan keluarga, saudara, dan kerabatnya di beberapa posisi penting

pemerintahan baik lokal ataupun nasional, atau bisa dikatakan membentuk strategi

semacam jaringan kerajaan yang terstruktur dan sistematis.2

Dengan berkembangnya politik dinasti maka kemungkinan besar rakyat

hanya akan disuguhkan aktor-aktor politik yang itu-itu saja yang berasal dari satu

keluarga. Politik dinasti muncul dalam berbagai bentuk, seperti dengan cara

1

Rozali, Fenomena Dinasti Politik Pemerintahan Desa, ( Jurnal Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang, 2015), h. 45.

2

(17)

mendorong sanak keluaraga untuk terus memegang kekuasaan secara demokrasi.

Adapun faktor yang menyebabkan munculnya politik dinasti yaitu:

a. Posisi dalam partai

b. Kekuatan jaringan

c. Kekuatan modal

d. Demokrasi yang tidak sehat.3

Kepemimpinan desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan

desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) atau Badan Himpunan Pemekonan (BHP), dengan kata lain bahwa

kepala desa merupakan pemimpin lembaga eksekutif desa yang dibantu oleh

parangkat desa yang telah dibentuk oleh kepala desa tersebut untuk membantu

menjalankan tugas-tugasnya.4

Kepala Desa adalah orang yang terpilih untuk memimpin dalam kesatuan

masyarakat yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur

dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Kepala desa juga merupakan

aparatur pemerintahan desa yang juga dipilih langsung oleh masyarakat untuk

menjabat sebagai pemimpin suatu desa. Sehingga seorang kepala desa memiliki

tugas dan tanggung jawab terhadap kemajuan desa.5

3

Nur Hidayati, Politik Dinasti dan Demokrasi Indonesia, (Semarang: Jurnal Politeknik Negari, 2014), h. 1.

4

Hanif Nurcholis, Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 67.

5

(18)

Menurut H.A.W. Widjaja pemerintahan desa adalah pemimpin kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan hak asal usul dan adat istiadat

setempat.6

Berdasarkan penegasan judul diatas, maksud judul skripsi ini adalah untuk

mengetahui faktor apa yang menyebabkan terjadinya politik dinasti dalam

kepemimpinan desa di Desa Wawasan kecamatan Tanjung Sari yang dikuasai

oleh salah satu keluarga yang masih memiliki hubungan keluarga dengan mantan

kepala desa sebelumnya.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun yang menjadi alasan peneliti memilih judul skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Peneliti tertarik untuk mengangkat sosok kepala desa dalam penelitian ini,

kepala desa merupakan perangkat aparatur negara yang terendah ditingkat

kabupaten atau kota berdasarkan Undang-undang nomor 6 tahun 2014,

dengan masa jabatan 6 (enam) tahun dan dapat dipilih kembali hanya

untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Menariknya peneliti ingin

mengetahui fator yang menyebabkan terjadinya politik dinasti dalam

kepemimpinan desa yang dipegang oleh satu keluarga yang masih

mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat sebelumnya.

6

(19)

2. Judul yang diangkat penulis erat relevansinya dengan jurusan yang penulis

tekuni, sehingga skripsi ini diharapkan dapat dianalisis melalui pendekatan

yang ilmiah dan mengarahkan pada hasil yang sempurna.

3. Penelitian ini didukung dengan sasaran dan prasarana serta literatur yang

memadai dan referensi yang mudah di dapatkan dari objek penelitian yang

tidak menyulitkan.

C. Latar Belakang Masalah

Pada masa Orde Baru membawa dampak yang sangat seqnifikan terhadap

perubahan sistem politik dan pemerintahan di Indonesia, salah satunya ditandai

dengan liberalisasi politik tingkat nasional dan tingkat lokal, artinya sistem politik

Indonesia mengalami perubahan dari sistem politik non demokrasi menjadi

demokratis. Namun perubahan ini tidak serta marta mengakhiri sistem politik

lama yang lahir dan berkembang pada masa orde baru. Politik dinasti ialah sebuah

kekuasaan politik yang dijalankan oleh sekelompok orang yang masih terkait

dalam hubungan kelurga atau kerabat dekat.

Pada dasarnya politik dinasti memunculkan banyak pro dan kontra.

Sebagian ada yang menganggap baik karena kesetabilan politik terjaga dan

sebagian pula ada yang menganggap bahwa politik dinasti hanyalah alat yang

digunakan para pejabat untuk melanggengkan kekuasaannya, selain itu politik

(20)

dalam lembaga perpolitikan, karena biasanya calon pemimpin hasil dari politik

dinasti lebih banyak dukungan.7

Menurut Leo Agustino politik dinasti adalah suatu “kerajaan politik” dimana

elit menempatkan kelurga, saudara, dan kerabatnya dibeberapa posisi penting

dalam pemerintahan baik lokal ataupun nasional, atau bisa dikatakan elit

membentuk strategi semacam jaringan yang tersetruktur dan sistematis.8 Politik

dinasti atau politik kekelurgaan mempunyai ciri khusus, yaitu memainkan peran

utama dalam pemerintahan tingkat atas sementra rakyat hanya memlilih bermain

dibelakang. Dalam politik ini nyaris tidak ada tempat bagi politisi yang tidak

memiliki jalinan kekeluargaan atau kekerabatan.9

Politik dinasti menghilangkan kesetaraan yang menjadi salah satu nilai

penting dalam demokrasi. Sistem politik yang demokratis yang dihadirkan oleh

Orde Baru, justru memberi ruang tumbuh dan berkembangnya politik dinasti,

seperti yang dijumpai di Desa Wawasan. Desa Wawasan merupakan salah satu

desa yang berada di daerah Kacamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung

Selatan. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Harapan, sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Wonodadi, sebelah Timur berbatasan dengan Desa

Bangunsari, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mulyo Sari. Desa Wawasan

terkenal dengan tingginya rasa kekeluargaan. Memungkinkan mejadikan seorang

7

Bambang Cipto, Indonesia Memasuki Era Politik Dinasti : Dari Bilik Suara Kemasa Depan Indonesia Potret Konflik Pasca Pemilu Dan Nasib Reformasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), Cet Ke-I, h. 56.

8

Leo Agustino, Op.Cit, h. 130.

9

(21)

pemimpin dari setua kelurga yang memiliki pengaruh dari keluarga yang kuat,

sistem politik yang ada di Desa Wawasan memperlihatkan adanya sifat

kekelurgaan. Sejak tahun 2006 kepemimpinan Suroto hinggga saat ini. Sebab

setelah Suroto lengser, kemudian digantikan oleh saudaranya yaitu Mandria,

demikian pula kepemimpinan desa selanjutnya digantikan oleh Agus Prastyanto

anak dari Mandria.

Kekuasaan politik tersebut diadakan secara demokrasi, pemilihan secara

demokrasi memberikan wewenang yang besar bagi masyarakat dalam memilih

calon pemimpinnya, dimana masyarakat dapat menentukan calon pemimpinnya

secara langsung sesuai dengan kehendaknya. Setelah diadakan pemilihan kepela

desa pada tanggal 23 Mei 2017, ternyata kekuatan keluarga masih berpengaruh

bagi masyarakat sehingga Agus Prastyanto kembali memenangkan jabatan

sebagai kepala desa, sehingga Agus Prastyanto dua perode menjabat sebagai

kepala desa. Jabatan kepala desa yang dipimpin Agus Prastyanto dalam

memimpin desanya di anggap kurang berhasil dibandingkan dengan kepala desa

sebelumnya. Desa Wawasan kecamatan Tanjung Sari kabupaten Lampung Selatan

memiliki jumlah penduduk atau Daftar Pemilih Tetap dalam pemilihan kepala

desa adalah berjumlah ±1121 jiwa.10

Fenomena kepemimpinan desa yang

mempunyai hubungan keluarga dengan pejabat sebelumnya sebenarnya sangat

ironis. Hal ini dapat menghuwatirkan jika kursi kepala desa hanya dijadikan

sarana untuk mengeruk kekayaan serta melanggengkan kekuasaan kepada

kerabatanya sendiri.

10

(22)

Lingkup keluarga atau masih kerabat dekat, pemaparan diatas dapat dilihat di

table di bawah ini.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Politik Dinasti dalam Kepemimpinan Desa. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis faktor yang menyebabkan terjadinya politik dinasti di Desa

Wawasan, pemilihan kepala desa diadakan secara langsung dan terbuka. Bisa

dilihat dari table diatas bahwa pemilihan kepala desa pada masa Suroto, Mandria,

dan Agus Prastyanto di ikuti oleh beberapa kandidat lainnya untuk mencalonkan

dirinya sebagai kepala desa. Namun dengan adanya kekuatan dari keluarga yang

masih berpengaruh bagi masyarakat sehingga kelurga Suroto kembali

memenangkan jabatan kepala desa. Lokasi penelitian ini di desa Wawasan

Kecamatan Tanjung Sari kabupaten Lampung Selatan. Kepala Desa ( Suroto)

Tahun 2006-2008

Kepala Desa (Mandria) Tahun 2008-2010

Saudara Suroto

(23)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat

dirumuskan masalah yang akan digunakan sebagai

pedoman untuk penelitian selanjutnya yaitu:

1. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya politik dinasti dalam

kepemimpinan desa di Desa Wawasan ?

2. Apa dampak politik dinasti dalam kepemimpinan desa bagi pembangunan

masyarakat di Desa Wawasan ?

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya politik dinasti dalam

kepemimpinan desa di Desa Wawasan

2. Untuk mengetahui dampak politik dinasti dalam kepemimpinan desa bagi

pembangunan masyarakat di Desa Wawasan

Berdasarkan tujuan penelitian, maka kita dapat mengharapkan manfaat dari hasil

penelitian. Manfaat penelitian ini diantaranya yaitu:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran bagi kalangan akademisi khususnya rekan-rekan mahasiswa

Fakultas Ushuluddin Jurusan Pemikiran Politik Islam sebagai bahan

penambah wawasan kususnya tentang pemerintahan desa dan masyaraakat

maupun sebagai informasi ilmiah sebagai bahan tinjauan bagi peneliti

berikutnya yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan

(24)

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua

kalangan yang membutuhkan.

F. Tinjauan Pustaka

Menghindari terjadinya kesamaan dalam penulisan dengan penelitian yang

ada sebelumnya, maka penulis melakukan penelusuran terhadap

penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, berkaitan dengan penelitian-penelitian yang dilakukan

oleh penulis terhadap tema skripsi yang sepadan.

Bedasarkan studi kepustakaan yang telah penulis lakukan, ada beberapa

penelitian yang mirip dengan tema penelitian baik dari buku-buku, jurnal,

makalah tulisan-tulisan bebas, skripsi, tesis, dan desertasi yang penulis lakukan.

1. Bambang Cipto dalam karyanya “Indonesia Memasuki Era Politik

Dinasti” Dalam buku ini menjelaskan tentang elit politik yang

mengutamakan politik kekerabatan sebagai strategi politik untuk

mendapatkan kekuasaan dari pada profesional, kualitas, kemampuan yang

sudah seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin atau dalam buku ini

disebut presiden.11

2. Skripsi yang berjudul “Politik Kekerabatan Dalam Negara Demokrasi”.

Skripsi ini ditulis oleh Maryono Fakultas Syari‟ah Jurusan Siyasah

Universitas Islam Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori

demokrasi dan liberalisasi hanya memberikan pemahaman bagaimana

11

(25)

memandang politik kekerabatan Ratu Atut Chosiah dalam etika

demokrasi.

3. Skripsi yang berjudul “Bentuk Dan Karakter Politik Dinasti Di

Indosesia”. Skripsi ini ditulis oleh Suyadi Fakultas Syari‟ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Kali-Jaga, skripsi ini membahas tentang

bentuk dan karakter politik dinasti di Indonesia sebab adanya fenomena

politik dinasti aras lokal yang berkembang di berbagai wilayah di

indonesai.

4. Skripsi yang berjudul “Kebijakan Politik Dinasti Al-Muwahhidun Dianda

Luasia tahuun 1146-1228 M”. Skripsi ini ditulis oleh Mustiasih Fakultas Adab UIN Sunan Kali-Jaga, skripsi ini membahas tentang sejarah

kebijakan di dalam dinasti Al-Muwahhidun.

Berdasarkan dari beberapa tinjauan diatas, dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang peneliti susun ini memiliki perbedaan dengan karya-karya ilmiah

yang pernah ditulis oleh para peneliti sebelumnya. Perbedaan itu terletak pada

fokus penelitian tentang Politik Dinasti dalam Kepemimpinan Desa yang

dipegang oleh satu keluarga yang masih mempunyai hubungan dengan pejabat

sebelumnya dan untuk mengetahui faktor dan dampak politik dinasti bagi

pembangunan desa di Desa Wawasan Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten

(26)

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam pemelitian ini yaitu metode penelitian

kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki, menemukan,

menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena sosial yang ada di masyarakat.

dalam fenomena-fenomena sosial tersebut menurut penelitian tidak dapat

dijelaskan dalam bentuk angka-angka melalui metode penelitian kuantitatif.

Metode kualitatif ini akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.12

1. Jenis dan sifat Penelitian

a. Jenis penelitian

Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah penelitian lapangan atau

(field research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya. Penelitian lapangan pada hakekatnya

merupakan metode untuk menemukan secara khusus dan realistis apa yang

tengah terjadi pada suatu saat ditengah masyarakat. penelitian lapangan

pada umumnya bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis

dalam kehidupan sehari-hari. 13

b. Sifat penelitian

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat penelitian deskriptif.

Yaitu sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

12

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3.

13

(27)

menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau

sebagaimana adanya.14

Jadi penelitian ini mengangkat data-data yang berhubungan dengan

masalah penelitian yang terjadi dimasyarakat sesuai dengan apa adanya

dan memberikan analisis guna memperoleh kejelasan masalah yang

dihadapi. Masalah yang di maksud Politik Dinasti dalam Kepemimpinan

Desa, studi di Desa Wawasan kecamatan Tanjung Sari kebupaten

Lampung Selatan.

2. Sumber Data

penelitian kualitatif lebih mementingkan kualitas data dan proses

kegiatan objek yang diteliti, oleh karenanya memerlukan data yang

benar-benar memahami masalah penelitian, sumber data yang penulis gunakan

dalam penelitian ini ada dua sumber data yaitu data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

oleh oaring yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

memerlukannya.15 Data primer dalam penelitian ini di peroleh langsung

14

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Social, (Yogyakarta: Gama Press ,1987), h. 63.

15

(28)

dari lokasi penelitian melalui pengumpulan data yang berkaitan dengan

Politik Dinasti Dalam Kepemimpinan Desa.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

orang yang dilakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data

ini diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti

terdahulu. Data sekunder disebut juga data tersedia.16

Data sekunder

merupakan data pelengkap dari data primer yang diperoleh dari

perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu untuk dapat

digunakan oleh peneliti.

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka perlu menggunakan

metode pengumpulan data. Adapun metode pengumpulan data yang

peneliti gunakan adalah:

a. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan juga buku-buku

tentang pendapat, teori, dan hukum-hukum yang berhubungan dengan

penyelidikan. Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat di

jadikan sebagai sumber data yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

oleh peneliti. Adapun jenis-jenis dokumen tersebut seperti foto, gambar,

16

(29)

peta, grafik, struktur organisasi, catatan-catatan bersejarah dan

sebagainya.17

b. Metode Wawancara (Interview)

Metode wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam

metode survei yang menggunkan tanya jawab secara lisan antara dua

orang atau lebih secara langsung.18 Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa

anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode

wawancara adalah sebagai berikut :

1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang

dirinya sendiri.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah

benar apa adanya dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang

dimaksudkan oleh peneliti.19

Menurut Arikunto, wawancara adalah metode pencarian data dengan

jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan

berlandaskan kepada tujuan penelitian.20

17

Mukhtar , Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta : Referensi, 2013), h.101.

18

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekataan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&R, (Bandung : Alfabeta, 2013), h. 194.

19

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1989), h. 132.

20

(30)

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu wawancara yang

mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu. Hal ini dilakukan untuk menggali dan

memperoleh informasi yang diperlukan yang memiliki kaitan dengan

penelitian.

Wawancara yang diajukan kepada para responden yang memiliki

kaitan dengan Politik Dinasti dalam Kepemimpinan Desa. Metode

wawancara pada penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data

mengenai faktor dan penghambat politik dinasti bagi pembangunan Desa

Wawasan Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan.

c. Metode Observasi

Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu kejala atau

kegaja-kejala pada obyek peneliti. Unsure-unsur yang tampak itu disebut

data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara benar dan

lengkap.

4. Analisis Data

Pengolahan da analisa data merupakan proses pencarian dan perencanaan

secara sistematis terhadap semua data, dokumen dan bahan lain yang telah

dikumpulkan agar peneliti memahami apa yang akan ditemukan dan dapat

menyajikan pada orang lain dengan jelas. Untuk dapat memecahkan dan

(31)

diperlukan adanya teknik pengunpulan data. Analisa data ini dilakukan dengan

analisis kualitatif, yaitu dengan cara menafsirkan gejala yang terjadi.

Setelah terkumpul, kemudian dilakukan pengelolaan data yang disesuaikan

dengan kebutuhan analisis yang akan dikerjakan. Proses awal pengolahan data

itu dimulai dengan melakukan editing setiap data yang masuk. Apabila data

yang diperoleh dari lapangan hanya sedikit dan bersifat monografis atau

berwujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat disusun secara klasifikatoris),

maka analisis yang dilakukan menggunakan analisa kualitatif.21 Metode ini

juga bermanfaat untuk mensinyalir data yang kurang objektif dari data yang

dikemukakan oleh responden melalui interview, dengan demikian data yang

diperoleh benar-benar merupakan data yang dapat dipertanggung jawabkan.

21

(32)

BAB II

POLITIK DINASTI DALAM KEPEMIMPINAN DESA

A. Politik Dinasti

1. Pengertian Politik Dinasti

Politik dinasti merupakan sekumpulan orang atau elit penguasa yang

masih memiliki hubungan keluarga dekat yang saling mendukung dan secara

bergantian menduduki kekuasaan melalui pemilihan pada periode

masing-masing. Politik dinasti dalam dunia politik modern dikenal sebagai elit politik

yang berbasiskan pertalian darah atau perkawinan, sehingga sebagaian

pengamat politik menyebutnya sebagai oligarki politik. Sehingga mereka

kadang relatif mudah menjangkau kekuasaan atau bertarung memperebutkan

kekuasaan. Politik dinasti sebenarnya berlawanan dengan paham demokrasi,

karena didalam politik dinasti yang menjadi dasar sekaligus tujuan adalah

kepentingan pribadi.22

Sedangkan konsep demokrasi mendepankan legitimasi

dan produksi kekuasaan yang melibatkan orang banyak.23

Politik dinasti menunjukkan bahwa kerabat dekat atau keluarga

merupakan alat yang sangat tepat untuk membentuk kekuasaan yang kuat.

Dengan menggunakan alat-alat kelengkapan demokrasi seperti partai politik,

lembaga, dan institusi negara, serta media massa. Peralatan sistem demokrasi

tersebut digunakan bukan untuk menopang sistem demokrasi

22

Sayudi, Bentuk dan Karakter Politik Dinasti di Indonesia, (Yogyakarta: Jurnal Hukum, 2014), h. 32

23

(33)

melainkan memanipulasinya menjadi sistem oligarki. Politik dinastui menjadi

ruang perebutan kekuasaan dan penimbun kekayaan antara para oligarki. Politik

dinasti perlu dibatasi karena pertimbangan sebagai berikut:

a. Politik dinasti mengarah pada terbentunya kekuasaan yang absolut. Bila

jabatan kepala daerah misalnya, dipegang oleh satu keluaraga dekat

yang berlangsung lama secara terus-menerus. Misalnya setelah sepuluh

tahun menjabat, kemudian digantikan oleh istrinya selama sepuluh tahun

lagi, kemudian oleh anaknya dan seterusnya maka akan muncul

kekuasaan absolut yang rawan korupsi akan terbentuk.

b. Pendidikan politik relatif kurang serta penegakan hukum yang lemah,

maka akan menyebebkan proses kontestasi politik menjadi tidak adil dan

Politik dinasti dapat menutup peluang warga negara lainnya di luar

keluarganya untuk menjadi pejabat publik dan perencanaan

pembangunan yang buruk. 24

2. Faktor-Faktor Politik Dinasti

Politik dinasti yang muncul di Indonesia menunjukkan beberapa asumsi

bahwa dengan berkembangnya politik dinasti maka kemungkinan besar rakyat

hanya akan disuguhkan aktor-aktor politik yang itu-itu saja yang berasal dari

24

(34)

satu keluarga.25 Menurut Karyudi Sutajah Putra dan Siti Zuhro ada empat faktor

3. Politik Dinasti Dalam Sejarah Islam

Nabi Muhammad SAW, telah meletakkan dasar-dasar Islam di Mekkah

dengan penuh tantangan dari kaum Qurays, pada periode Mekah Nabi

Muhammad SAW belum berhasil membentuk komunitas Islam, karena jumlah

pengikutnya masih sedikit. Dengan demikian pada periode Mekkah ini beliau

hanya berfungsi atau hanya memfungsikan perannya sebagai seorang pemimpin

agama. Akan tetapi setelah hijrah ke Madinah pada tahun 1 H / 622 M, jumlah

pengikutnya mulai bertambah sehingga beliau perlu meletakkan dasar-dasar

masyarakat Islam.27

Di Madinah Nabi Muhammad SAW mulai melakukan kegiatan dan

strategi untuk membangun masyarakat diantaranya membangun masjid sebagai

sarana ibadah dan sosial. Kemudian meningkatkan rasa ukhuwwah islamiyyah

dalam rangka mempersaudarakan antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin.

25

Bambang Cipto, Indonesia Memasuki Era Politik Dinasti: Dari Bilik Suara Ke Masa Depan Indonesia Potret Konflik Pasca Pemilu Dan Nasib Reformasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), Cet Ke-I, h. 56

26

Nur Hidayati, Politik Dinasti dan Demokrasi Indonesia, (Semarang: Jurnal Teknik Mesin. Politeknik Negeri, 2014), h. 1

27

(35)

Selanjutnya menjalani hubungan persahabatan dengan orang-orang non-muslim

dimana pada waktu itu, penduduk masyarakat Madinah di sana terdiri dari tiga

kelompok besar masing-masing kelompok Muslim, Arab yang belum masuk

Islam dan kelompok Yahudi. Untuk itu dibentuklah suatu konstitusi yang

kemudian dalam sejarah dikenal dengan Konstitusi Madinah.28

Di madinah keadaan Nabi Muhammad SAW dan umat Islam mengalami

perubahan yang cukup siqnifikan. Kalau di Mekkah mereka sebelumnya

merupakan ummat yang lemah dan tertindas, maka setelah hijrah ke Madinah,

mereka memiliki kedudukan yang baik dan menjadi ummat yang kuat dan

mandiri secara sosial dan politik. Nabi Muhammad SAW sendiri kemudian

menjadi pemimpin dari masyarakat yang baru terbentuk tersebut, kemudian

komunitas ini menjelma menjadi suatu Negara. Negara itu pada masa Nabi

Muhammad SAW meliputi seluruh Semenanjung Arabia dengan demikian

dapatlah dikatan bahwa di Madinah Nabi Muhammad SAW bukan hanya

sebagai Rasulullah (pemimpin agama) akan tetapi juga merupakan kepala

negara. Pada diri Nabi Muhammad SAW terhimpun dua kekuasaan yaitu

kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi.29

Setelah Nabi Muhammad wafat, persoalan pertama yang muncul adalah

persoalan politik yaitu persoalan siapa yang berhak menggantikan beliau

sebagai kepala negara. Ada tiga golongan yang bersaing dalam perebutan

28

Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet Ke-1, h.187

29

(36)

kepemimpinan yaitu kaum Anshar, kaum Muhajirin dan kaum keluarga

Hasyim.30

Persoalan ini muncul karena tidak ada wasiat dari Nabi Muhammad

SAW. Proses pemilihan pemimpin politik sebagai pengganti Nabi Muhammad

SAW sangat menegangkan dan hampir saja menimbulkan pertumpahan darah,

karena masing-masing golongan merasa dan mengklaim paling berhak sebagai

pengganti Nabi. Namun setelah melalui musyawarah dan

pertimbangan-pertimbangan maka terpilihlah Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah yang

pertama. Masa pemerintahan khalifah Abu Bakar Ash-Siddiq tidak begitu lama

(11-13H/632-634M). Kemudin berturut-turut yang memerintah adalah „Umar

bin Khattab (13-23 H/634-644 M).‟ Utsman bin Affan (23-35 H/644-655 M)

dan „Ali bin Abi Thalib (35-40 H/ 655-660 M). Dalam sejarah Islam keempat

orang pengganti Nabi Muhammad SAW tersebut adalah pemimpin yang adil

dan benar. Mereka menyelamatkan dan mengembangkan dasar-dasar tradisi dari

Rasulluhhah SAW bagi kemajuan Islam dan ummatnya. Karena itu, mereka

diberi gelar Al-Khuilafah al-Rasyidin. Pada masa Nabi Muhammad SAW,

negara Islam baru meliputi kota madinah yang merupakan City State atau

Stadstaat. Akan tetapi pada masa khulafah al-Rasyidin kekuasaan Islam telah

meluas. Dengan meninggal nya „Ali bin Abi Thallib, maka berakhir pula pula

kekuasaan khulafah al-Rasyiddin. Pada masa ini, Gubernur Syam yaitu

Mu‟awiyyah bin Abi Syofyan tampil sebagai penguasa islam yang kuat.

Kekuasannya merupakan awal dari kedaulatan Dinasti Umayyah. Mu‟awiyyah

30

William Montgomerry Watt, Kejayaan Islam Kajian Kritis Dari Orientalis,

(37)

bin Abi Syofyan adalah pembangun Dinasti Ummayah sekaligus menjadi

khalifahnya yang pertama. Beliau memindahkan ibu kota pemerintahan Islam

dari Kuffah ke Damaskus. Dengan demikian mu‟awiyyah bin abi syofyan ini

sebagai penguasa dinasti umayyah tersebut, hal ini merupakan tahapan

peralihan yang menyimpangkan negara Islam atau al-Dawlah al islamiyyah dari

sistem khalifah menjadi pemerintahan yang monarchi heredetis (kerajaan turun

temurun). 31

Dinasti Ummayyah ini berkuasa dari tahun 41-132 H /661-750 M

dengan 14 orang khalifah. Masa pemerintahan dinasti Umayyah ini dikenal

sebagai Era Agresif dalam sejarah peradaban Islam, kebijakan politik tertumpu

pada peluasan wilayah kekuasaan. Dinasti ini melakukan ekspansi besar-besaran

baik bagian barat maupun bagian belahan timur dunia. Wilayah kekuasaannya

menjadi sangat luas, diantaranya meliputi Spanyol, Afrika utara, syiria, Jazirah

Arabia, palestina, irak, sebagian asia kecil, Persia, Afghanistan, Pakistan,

Uzbekistan, Turkistan dan kyrghistan di Asia Tengah. Kebesaran yang telah

diraih oleh dinasti Ummayyah ini ternyata tidak mampu membuat nya bertahan

lama. Dinasti ini hanya mampu bertahan selama lebih kurang 90 tahun, dan

setelah itu hancur ditelan sejarah. Diantaranya penyebab hancurnya antara lain

dengan munculnya kekuatan baru yang dipelapori oleh keturunan Al-abbas bin

abd-muthalib. Dalam hal ini sebenarnya terdapat beberapa faktor yang

mendukung keberhasilan mereka dalam menggulingkan dinasti Ummayyah,

pecahnya persatuan diantara suku-suku bangsa arab munculnya kekecawaan

31

(38)

masyarakat agamis dan keinginan untuk memiliki pemimpin kharismatik serta

perlawanan syi‟ah.32

Setelah hancurnya dinasti ummayyah ini, munculah Dinasti Abbasiyah

sebagai penggantinya. Dinasti ini didirikan oleh salah seorang keturunan paman

Nabi Muhammad SAW yang bernama Abdullah Abul Abbas as-Safah bin

Muhammad Ali bin‟Abdullah bin „Abbas. Dinasti abbasiyah mewarisi imperium

besar dari dinasti ummayyah. Mereka dapat mencapai hasil yang lebih banyak

karena landasannya infrastruktur dan supra strukturnya telah dipersiapkan oleh

dinasti ummayah. Dengan berdirinya dinasti Abbasiyah ini pusat pemerintahannya

kemudian dipindahkan dari damaskus dinasti abbasiyah ini berlangsung dalam

rentang waktu yang cukup lama yaitu dari tahun 132-656 H / 750-1258 M.33

Rentang waktu yang begitu lama yang dilalui oleh dinasti abbasiyah ini

bukanlah berakhir khlaifahnya sama satu sejarah. Secara metodologis para

sejarawan kemudian membagi masa pemerintahan bani Abbasiyah menjadi lima

periode yaitu:

a. Periofe kesatu dari tahun 132-232 H / 750-847 M, disebut periode

pengaruh Persia pertama

b. Periode kedua tahun 232-334 H / 847-945 M, disebut masa pengaruh

Turki pertama

c. Periode ketiga berlangsungnya dari tahun 334-447 H / 945-1055 M, masa

kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua

(39)

d. Periode keempat 447-590 H / 1055- 1194 M, masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua

e. Periode kelima 590-656 H / 1194-1258 M, masa khalifah bebas dari

pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota

Bagdad.34

4. Perkembangan Politik Dinasti Di Indonesia

Perkembangan Indonesia sebagai suatu negara demokrasi telah

mengalami pasang surut. Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia ialah

bagaimana meningkatkan ekonomi dan membanguan kehidupan sosial dan

politik yang demokrasi dalam masyarakat.35

Di dalam negara demokrasi

Indonesia sangat menjujung tinggi masalah Kebebasan dan HAM. Kebebasan

yang dijunjung tinggi tersebut bukan kebebasan yang tanpa batas namun masih

terikat oleh aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah.36

Kebebasan yang tanpa batas dalam demokrasi dapat menimbulkan

dampak yang negatif seperti munculnya politik dinasti di indonesia.37 Setelah

lebih dari setengah abad merdeka, indonesia memiliki pola politik dinasti

sebagaimana dipraktekkan oleh sebagian besar negara-negara di Asia Selatan,

seperti India, Pakistan, dan Bangledesh. Tanda-tanda bahwa Indonesia

memasuki Era Politik Dinasti sebenarnya sudah sangat terasa sejak Soekarno

34

Badri Yatim, Op.Cit, h. 50

35

Mariam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 127

36Ibid

, h. 229

37

(40)

dan Soeharto mulai menempatkan anak dan menantunya pada berbagai posisi

dalam kabinet.38

Sistem politik Indonesia saat ini lebih bersifat dinasti, sebab Praktek

politik dinasti yang saat ini telah menyabar ke seluruh wilayah Indonesia yang

dipelapori oleh partai politik sebagai lembaga yang sah dalam menjalankan

praktek politik. Dimana sistem partai lebih mengakomondir pihak-pihak tertentu

yang dianggap dapat memberikan keuntungan yang lebih bagi partai atau

berdasarkan kekerabatan. Seperti partai PDI-P merupakan partai yang bisa

dikatakan sebagai salah satu yang mengadopsi politik dinasti yang dipimpin

oleh Megawati sebagai ketua umum partai, Megawati mengkaderkan anaknya

Puhan Maharani sebagai penerusnya.39

Politik dinasti atau kekerabatan justru makin menunjukkan adanya akar

feodalisme dan tradisi monarki yang sepenuhnya belum berubah. Pada era

modern politik dinasti juga ditunjukkan oleh Ratu Atut Choisiyah dan sejumlah

kerbatnya dan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang ditunjuk

dengan kiprah anaknya Eddie Baskoro yang berhasil menjadi anggota DPR

Presiden 2009-2014 dan Sukawi Sutarip mantan Wali Kota Semarang, Sinyo

Hary Sarundayang sebagai Gubernur Sulawesi Utara. Politik dinasti

menimbulkan berbagai macam dampa dalam masyarakat. Adapun dampak dari

politik dinasti anara lain: pertama terpuruknya kaderisasi yang timbul dalam

suatu partai politik dalam menjaring kader-kader atau calon kepala daerah atau

calon anggota legislatif yang kapasitas nya dalam memimpin bangsa. Kedua

38

Bambang Cipto, Op.Cit, h. 56

39

(41)

konteks masyarakat yang menjaga kondisi status quo di daerahnya yang

menginginkan kepala daerah untuk berkuasa dengan cara mendorong kalangan

keluarga atau orang dekat untuk menggantikan posisinya. Ketiga politik dinasti

menimbulkan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). 40

B. Teori Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpinan

Manusia pada dasarnya ada dalam sebuah komunitas sosial dan akan

selalu melakukan interaksi antara satu individu dengan individu lainnya, maka

lahirlah apa yang dimaksud dengan kesepahaman dan keterikatan dalam

kelompok-kelompok yang mana mereka berhimpunan di dalamnya, bukan

hanya atas dasar saling keterkaitan saja tetapi ada tujuan jelas yang akan

mereka raih. Tujuan tersebut tentunya akan dapat diraih ketika adanya sebuah

kekompakan dan manajerial yang baik dari kepemimpinan kelompok tersebut.

Kepemimpinan (Leadership) adalah sebagai suatu proses untuk

mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berhubungan dengan

penguasaan anggota organisasi dalam rangka mencapai tujuan kelompok

organisasi. Sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana kehendak

oleh pemimpin tersebut.41 Berikut beberapa definisi kepemimpinan menurut

parah ahli, yaitu:

40

http//w w w. tempo. Co /read/news/2013/04/25/058475690/ Dinasti-Politik-Banten-Bentuk-Bentuk-Pembajakan-Demokrasi, diakses pada tanggal 21 Januari 2018.

41

(42)

Howard H. Hoyt, kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi

tingkah laku manusia dan kemampuan untuk membimbing orang.42

Charles J. Keating, mengatakan kepemimpinan merupakan suatu proses

dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk

mencapai suatu tujuan bersama.43

John Piffner, mengatakan kepemimpinan merupakan seni dalam

mengordinasikan dan mengarahkan individu atau kelompok untuk mencapai

suatu tujuan yang dikehendaki.44

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

adalah kemampuan untuk memengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok

orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan

merupakan masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang

memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik

dengan cara memengaruhi, membujuk, memotivasi, dan mengordinasi.

2. Fungsi dan Tipe Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah cara untuk pemfokusan dan memotivasi

kelompok untuk membuat mereka dapat mencapai tujuannya. Hal ini juga

melibatkan akuntabilitas bertanggung jawab untuk kelompok secara

keseluruhan. Seorang pemimpin harus:

42

Ibid, h 39

43

Toman Sony Tambunan, Pemimpin dan Kepemimpinan,( Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015), Cet Ke-I, h. 44

44

(43)

a. Menjaga kesinambungan dan momentum

b. Bersifat fleksibel dalam mengizinkan perubahan arah tujuan

Idealnya, seseorang pemimpin harus ada beberapa langkah di depan tim mereka,

tapi tidak terlalu jauh bagi tim untuk dapat memahami dan mengikutinya

dibutuhkan keterampilan. Seorang pemimpin harus memiliki berbagai

keterampilan, teknik dan strategi yaitu meliputi:

a. Perencanaan

b. Keterampilan komunikasi

c. Beroganisasi

d. Kesadaran terhadap lingkungan yang lebih luas.45

Pemimpin yang mampu membawa keberhasilan dalam suatu organisasi

sangat diinginkan oleh semua orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu,

pemimpin harus menyadari dan memahami apa sebenarnya fungsi-fungsi yang

paling hakiki dalam suatu peran kepemimpinan. Secara umum, kepemimpinan

memiliki fungsi sebagai penentu arah (commander), mediator, integrator,

transformator, komunikator, motivator dan inovator. Untuk menjalankan

fungsi-fungsi tersebut, seorang pemimpin harus memiliki dan menggunakan

kemampuannya secara baik sehingga tujuan dan sasaran yang diharapkan dapat

terlaksana dengan baik pula.46 Tipe kepemimpinan merupakan cara pemimpin

dalam menggerakan dan mengarahkan para bawahannya untuk melakukan

tindakan-tindakan yang terarah dalam mendukung pencapaian tujuan. Dalam

45

Tesar, Peran Mantan Kepala Desa Dalam Kepemimpinan Desa (Skripsi Pemikiran Politik Islam Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung, 2018 ), h. 78

46

(44)

ilmu kepemimpinan ada beberapa tipe kepemimpinan yang dikenal secara

umum, yaitu:

1) Tipe karismatik

Bahwa tipe karismatik memiliki daya tarik yang tinggi sehingga

pemimpin tersebut memperoleh pengikut yang jumlahnya cukup banyak.

Karakteristik utama dari pemimpin karismatik adalah: percaya diri,

kemapanan, keyakinan yang kuat, pengetahuan atau apapun yang bisa

dinilai dari pemimpin.

2) Tipe Paternalistis

Lebih mengutamakan kepentingan bersama, sehingga semua

bawahannya akan diperhatikan secara merata dan diperlakukan seadil

mungkin. Kepemimpinan paternalistis lebih menonjolkan keberadaan dari

pemimpin itu sendiri sebagai pelindung, pengayom, penasehat, pengajar,

atau pembimbing para bawahannya.47

3) Tipe Militeristis

Pemimpin militeristis menuntut para bawahannya untuk selalu disiplin,

taat, setia, memiliki kebersamaan dan mengikuti sesuai peraturan-peraturan

yang telah ditetapkan organisasi. Pemimpin tipe ini terlalu menjaga wibawa

dan jabatannya, sehingga pemimpin ini ingin selalu dihormati dan disegani

oleh para bawahannya, yang mengakibatkan kekakuan dan kurangnya

komunikasi dengan para bawahannya.

47

(45)

4) Tipe Otokratis

Pemimpin yang otokratis menganggap bahwa organisasi adalah miliknya

sendiri, mendahulukan tujuan pribadi dari pada tujuan organisasi, karyawan

dianggap hanya sebagai alat untuk menjalankan organisasinya. Pemimpin

tipe ini tidak suka menerima kritikan, saran, pendapat dan pengambilan

keputusan dari orang-orang yang di dalam maupun luar organisasi.

Pemimpin otokrasi memiliki sifat egois yang tinggi, sehingga menyebabkan

dia memiliki kekuasaan yang mutlak dalam kehidupan organisasi. Dalam

menjalankan kepemimpinannya, seorang pemimpin otoriter selalu bersikap

keras kepada bawahannya, menuntut bawahannya untuk disiplin dan taat

sesuai peraturannya sehingga kepada bawahanya bersifat memaksa dan

menghukum.48

5) Tipe Laissez Faire

Pada tipe kepemimpinan ini sang pemimpin tidak memipin dia

memberikan kepada kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya

sendiri. Pemimpin tidak berpartisi sedikit pun dalam kegitan kelompok.49

6) Tipe Demokrasi

Menggambarkan pemimpin yang cenderung melibatkan karyawan

dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang, mendorong

partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja, dan menggunakan

umpan balik sebagai peluang untuk melatih karyawannya. Pemimpin

48Ibid,

h. 47- 49

49

(46)

demokrasi akan menjalankan tugas, peran dan tanggung jawabnya dengan

baik sebagai pemimpin.50

3. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan

Telah banyak Para Ahli menjabarkan tentang prinsip-prinsip

kepemimpinan yang dapat mengarahkan seseorang untuk menjadi pemimpin

efektif. Prinsip-prinsip kepemimpinan tersebut sering dibahas dari pendekatan

perilaku atau kepribadian pemimpin dan peran yang penting dari seorang

pemimpin, beberapa prinsip-prinsip kepemimpian yaitu:

a. Melayani

Seoarng pemimpin adalah memberikan pelayanan yang baik guna

memenuhi kebutuhan dan keinginan, sehingga meningkat kesejahteraan

orang-orang yang dipimpinya.

b. Membuat keputusan

Pembuatan keputusan merupakan tugas paling utama yang harus

dilakukan oleh seorang pemimpin. Seoarang pemimpin harus mampu

melakukan penyelesaian masalah dan memberikan keputusan yang cerdas.

c. Keteladanan

Pemimpin dinilai dari apa yang telah dilakukan atau diberikan kepada

organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang

menunjukkan pengaruh yang baik, memberikan nilai positif bagi

organisasi, dan menjadi panutan bagi orang-orang yang dipimpinnya.

50

(47)

d. Bertanggung jawab

Menjadi pemimpin merupakan tanggung jawab besar yang harus diemban

sebagai bentuk dari amanah. Dukungan atau kepercayaan orang lain yang

memiliki harapan kepada seorang pemimpin tersebut untuk melakukan

perubahan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

e. Berkerja sama

Pemimpin yang efektif akan mampu menciptakan budaya kerja sama tim

yang baik di antara anggota organisasi, melakukan komunikasi yang

efektif dengan parah bawahan, serta menciptakan lingkungan kerja yang

baik.

f. Menciptakan perubahan

Pemimpin harus mampu membuat terobosan-terobosan baru, sehingga

tercipta suatu perubahan fundamental baik di tubuh organisasi, produk

atau jasa, maupun bagi orang-orang yang dipimpimnya.51

4. Syarat-Syarat Kepemimpinan

Seorang pemimpin dalam mengelola sebuah organisasi atau lembaga

negara harus memiliki jiwa kepemimpinan sehingga mampu mempengaruhi

bawahan atau rakyatnya untuk berkerja dan produktif. Aktivitas lembaga atau

organisasi yang dilakukan secara bersama-sama selalu membutuhkan

kepemimpinan dari seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus

memperhatikan syarat-syarat kepemimpinan untuk mencapai tujuan yang

diharapkan. Orang-orang yang perlu dipilih sebagai kandidat-kandidat atau

51

(48)

calon pemimpin negara adalah mereka yang memliki kualifikasi dan

karakteristik calon pemimpin yang antara lain sebagai berikut:

1. Memiliki kemauan untuk memikul tanggung jawab

2. Kemampuan untuk menjadi perseptif

3. Kemampuan untuk menanggapi secara objektif

4. Kemampuan untuk menetapkan prioritas secara tepat

5. Kemampuan untuk berkomunikasi.52

Syarat-syarat atau karakteristik kepeimpinan menurut para ahli manajemen

yakni Henri Fayol dan G.R. Terry adalah sebagai berikut:

1. Beragama Islam

2. Sehat jasmani dan ruhaniah (energi)

3. Setia, jujur, adil (moral quality)

4. Cerdas (mental quality)

5. Berpendidikan (education quality)

6. Berpengalaman (experience quality)

7. Keseimbangan atau kemantapan perasaan (emotional stability)

8. Dorongan pribadi (personal motivation)

9. Kecakapan berkomunikasi atau berhubungan (communicalif skill)

10.Kecakapan mengajar (teaching ability)

11.Kecakapan bergaul (social skill)

12.Kemampuan teknis (technical competence).53

52

Kartini kartono, Op.Cit, h. 218

53

(49)

Menurut Sidi Ritauddin dalam tulisan ilmiahnya memaparkan beberapa

karakteristik anatara lain adalah:

1. Sehat jasmani dan rohani, artinya memiliki energi fisik dan spiritual yang

berlimpah dan keuletan dalam bekerja. Ia lera bekerja atas dasar

pengabdian dan prinsip kebaikan, serta loyal terhadap kemajuan lembaga

yang dipimpinnya. Pemimpin yang cacat fisik dan mentalnya akan

menghancurkan organisasi atau lembaga yang dipimpinya. Termasuk

cacat mental bagi orang yang memiliki catatan hitam masa lalu.

2. Bertakwa kepada Allah dan Rasul-Nya, dalam pengertian orang yang

committed atau kosisten dan konsekuen dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjahui larangannya. Artinya ia memiliki

integritas kepribadian shaleh sehingga ia matang atau dewasa dan

bertanggung jawab. Sebagaimana fiman Allah SWT yang menegaskan:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul-Nya dan Ulil

Amri diantara kamu.” (QS. An Nisa:59).

3. Mempunyai kemampuan untuk memikul tanggung jawab sebagai seorang

pemimpin, kemampuan ini dapat diukur dari aspek manajerial, karena

manajerial memungkinkan terjadinya perpaduan semua usaha dan

aktifitas yang mengarah pada tujuan istilusi atau organisasi. Juga

menciptakan kerjasama yang baik demi kelancaran dan efektifitas kerja,

untuk mempertinggi daya guna semua sumber dan mempertinggi hasil

(50)

4. Mempunyai kemampuan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu:

planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating

(penggerakan/akutualisasi), dan controlling (pengawasan).54

C. Kepemimpinan Desa

1. Pengertian Kepala Desa

Kepala Desa adalah orang yang terpilih untuk memimpin dalam kesatuan

masyarakat yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.55

dalam

Undang-Undang No. 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa disebutkan bahwa

kepala desa merupakan pemimpin pemerintahan di desa yang merupakan

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati

dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.56

Kepela desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) atau Badan Himpunan Pemekonan (BHP), dengan kata lain bahwa

kepala desa merupakan pemimpin lembaga eksekutif desa yang dibantu oleh

54

Mohammad Hariri, Konsep Kepemimpinan negara Menurut Al-mawardi dan Implikasinya Pada Masa Daulah Abbasiyah, ( Jurusan Pemikiran PolitikIislam UIN Raden Intan Lampung 2009), h. 20

55

K.H.A Widjaya, pemerintahan Desa/Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), h.19

56

(51)

para perangkat desa yang telah dibentuk oleh kepala desa tersebut untuk

membantu menjalankan tugas-tugasnya sehingga dengan adanya pilkades

masyarakat adapat langsung memilih pemimpin desa yang menurut masyarakat

mampu dan layak menjadi seorang pemimpin. Kepala desa pada dasarnya

bertanggung jawab kepada rakyat desa, yang dalam tata cara dan prosedur

pertanggung jawabnya disampaikan kepada bupati atau walikota, melalui

camat. Kepada BPD kepala desa wajib memberikan keterangan laporan

pertanggung jawaban dan kepada rakyat menyampaikan informasi

pokok-pokok pertanggung jawabannya. Masa jabatan kepala desa sendiri adalah 6

(enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan, seorang kepala desa hanya

dapat menjabat sebagai kepala desa maksimal selama dua periode masa

jabatan, pada periode ke tiga seorang kepala desa tersebut harus digantikan

dengan orang lain. Kepala desa dipilih melalui pemilihan kepala desa oleh

penduduk desa setempat. Seseorang yang akan mencalonkan diri sebagai

kepala desa harus memenuhi persyaratan sebagai berikut sesuai dengan pasal

44 peraturan pemerintahan No. 72 tahun 2005 tentang desa yaitu:

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Setia pada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar

Tahun 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta

Pemerintahan

3. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Lanjut Tingkat Pertama

atau Sederajat

(52)

5. Bersedia dicalonkan menjadi kepala desa

6. Terdaftar sebagai penduduk desa setempat

7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindakan pidana kejahatan

dengan hukuman paling singkat 5 tahun

8. Tidak dijabut hak pilihannya

9. berkelakuan baik

10.Sehat jasmani dan rohani

11.Memenuhi syarat lain yang diatur peraturan daerah kabupaten atau

kota.57

2. Tugas dan Fungsi Kepala Desa

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan

Daerah disebutkan bahwa tugas, fungsi dan wewenang kepala desa adalah:

1) Kepala desa berkedudukan sebagai alat pemerintah, alat pemerintah

daerah dan alat pemerintah desa yang memimpin penyelenggaraan

pemerintahan desa.

2) Kepala desa mempunyai tugas:

1. Menjalankan urusan rumahtangganya sendiri

2. Menjalankan urusan pemerintah, pembangunan baik dan pemerintah

maupun pemerintahan daerah dan kemasyarakatan dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan desa termasuk pembinaan

ketentraman dan ketertiban diwilayah desanya

57

(53)

3. Menumbuhkan serta mengembangkan semangat gotong royong

masyarakat sebagi sendi utama pelaksanaan pemerintahan dan

pembangunan desa.

3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) kepala

desa mempunyai fungsi:

1. Melaksanakan kegiatan dalam rangka penyelengaraan urusan rumah

tangga desanya sendiri

2. Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam wilayah desanya

3. Melaksanakan tugas pemerintahan dan pemerintahan desa

4. Melaksanakan tugas dalam rangka pembinaan ketentraman dan

ketertiban masyarakat desa

5. Melaksanakan koordinasi jalannya pemerintahan, pembangunan dan

pembinaan kehidupan masyarakat di desa

6. Melaksanakan urusan pemerintahan lainya yang tidak termasuk

dalam tugas sesuatu instasi dan tidak termasuk urusan rumah tangga

desanya sendiri.58

Menurut K.H.A Widjaya Tugas sebagai kepala pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyaakatan, dalam melaksanakan tugas kepala desa mempunyai wewenang:

a. Memimpin penyelanggeraan pemerintahan desa

b. Mengajukan rancangan peraturan desa dan menetapkan peraturan

desa

58

(54)

c. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB

desa

d. Membina kehidupan masyarakat desa

e. Membina perekonomian desa

f. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

g. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan.59

3. Kewajiban Kepala Desa

Sesuai dengan pelaksanaan tugas dan wewenang kepala desa seperti

yang telah dijabarkan di atas, maka kepala desa juga mempunyai kewajiban

sesuai dengan pasal 15 ayat (1) Peraturan Pemerintahan No. 72 tahun 2005

tentang Desa, yaitu:

1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Desar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat

4. Melaksanakan kehidupan demokrasi

5. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa ang bersih dan bebas

dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme

59

Gambar

table di bawah ini.
Tabel 1
Table 2

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan Dalam mejalankan roda organisasi memang penuh dengan tantangan terutama perguruan tinggi Islam sebab banyak didalamnya orang-orang yang cerdas, maka dalam upaya untuk

Hasil dari sistem yang dibangun adalah sebuah situs informasi perumahan yogyakarta yang dapat memberikan kemudahan bagi pengguna dalam pencarian model rumah dengan

Selain itu, peran sebagai pemantau mengenai perkembangan kinerja dari mahasiswa yang tidak dijelaskan dalam buku panduan, menjadikan mahasiswa pada akhirnya

Biaya pengukuran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan informasi biaya produk yang digunakan oleh perusahaan (Supriyono, 1994:665). Sebelum

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN SEKSUAL YANG MENGALAMI BLAMING THE VICTIM DITINJAU DARI PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI.. Penulisan

Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan

Pengaturan arah putaran motor AC tiga fasa dapat dilakukan seperti yang telah dibahas pada subbab 2.3.1, sedangkan untuk pengaturan kecepatannya dilakukan dengan

Menurut data Dinas Kelautan, Perikanan dan Pengelolaan Sumber Daya Kawasan Segara Anakan Kabupaten Cilacap 2015, jumlah hasil tangkapan Ikan Sidat ( Anguilla Spp. ) di Perairan