• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAKUAN HAK-HAK PEREMPUAN SEBAGAI PEKERJA RUMAH TANGGA (Domestic Workers) SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGAKUAN HAK-HAK PEREMPUAN SEBAGAI PEKERJA RUMAH TANGGA (Domestic Workers) SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAKUAN HAK-HAK PEREMPUAN SEBAGAI PEKERJA RUMAH TANGGA

(

Domest ic Wor kers)

SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM

MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA

Sri Turatmiyah dan Annalisa Y.

Fakult as Hukum Universit as Sriwij aya Palembang E-mail: ef ka_t urat miyah@yahoo.com

Abst ract

Many of f ences t o domest i c wor ker s’ r i ght s. The r esear ch on t he l egal pr ot ect ion of women as domest i c wor ker s (PRT) i n Indonesian posit ive l aw i s i nt ended t o al l ow t he l egi t i macy of women’ s r i ght s r ecognit ion and pr ot ect ion as domest i c wor ker s especi al l y i n Empl oyment Act whi ch i s bei ng r evi sed/ amended at t hi s t i me. The r esear ch was car r i ed out by nor mat i ve j ur i di cal appr oach. The r esul t s showed t hat t he r ecognit ion of t he r i ght s of women as domest i c wor ker s has not speci f i cal l y st i pul at ed i n t he Act , given t heir st at us as wor ker s i n t he inf or mal sect or , t he sect or i s not or gani zed (unor gani zed), not r egul at ed (unr egul at ed) and most l y l egal but not r egi st er ed (unr egi st er ed). The ef f or t s of t he l aw r egar di ng women as domest i c wor ker s concer ni ng t hei r r i ght s t o use l egi sl at ion such as t he Const it ut ion, Law No 39, year 1999 about human Ri ght s, Law no. 23 year 2004 (about domest i c viol ence), and par t of Law no. 13 of 2003 on Manpower / empl oyment . The gover nment i s expect ed t o appr ove and est abl i sh t he Law on t he Pr ot ect i on of domest i c wor ker s.

Key wor ds: domest i c wor ker s, pr ot ect ion l aws, i nf or mal sect or

Abst rak

Banyak pelanggaran t erhadap hak pekerj a rumah t angga (PRT). Penelit ian t ent ang perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT dalam hukum posit if Indonesia bert uj uan agar perempuan sebagai pekerj a rumah t angga mendapat pengakuan dan perlindungan at as hak-haknya t erut ama dalam UU Ket enagakerj aan yang sedang direvisi saat ini. Pendekat an penelit ian dilakukan secara yuridis normat if . Hasil penelit ian menunj ukkan bahwa pengakuan t erhadap hak-hak PRT selama ini belum diat ur secara khusus dalam undang-undang, mengingat st at us mereka sebagai pekerj a di sekt or inf ormal, yait u sekt or yang t idak t erorganisasi (unor gani zed), t idak diat ur (unr egul at ed) dan sebagian besar legal t et api t idak t erdaf t ar (unr egi st er ed). Upaya hukum yang dilakukan perempuan sebagai PRT berkait an dengan hak-haknya menggunakan perat uran perundang-undangan ant ara lain UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999 (HAM), UU No. 23 Tahun 2004 (KDRT), dan sebagian UU No. 13 Ta-hun 2003 Tent ang Ket enagakerj aan. Diharapkan pemerint ah segera mengesahkan dan menet apkan UU Tent ang Perlindungan Pekej a Rumah Tangga (UUPPRT).

Kat a kunci: pekerj a rumah t angga, perlindungan hukum, sect or inf ormal.

Pendahuluan

Ket ent uan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 mengat ur bahwa ” Tiap-t iap warga negara ber-hak at as pekerj aan dan penghidupan yang layak

Tul isan ini merupakan ringkasan hasil Penel it i an Hi bah

Fundament al yang di danai Dipa Unsri Nomor: 0700/ 023-04. 2. 16/ 2012 t anggal 9 Desember 2011 dengan surat perj anj i an pel aksanaan Peker j aan Penel it ian Hi bah Fun-dament al Unsri No. 0015/ UN9. 4. 2/ LK. UPL/ 2012 t anggal 2012 dengan j udul : Aspek Perl indungan Hukum Terhadap Tenaga Kerj a Perempuan Sebagai Pembant u Rumah Tangga (Domest i c Wor ker s) Menurut Hukum Posit i f Indonesi a

(2)

ber-sif at pribadi. Para maj ikan memandang peranan mereka sebagai peranan pat ernalist ik, mereka melindungi, memberi makan, t empat t inggal, pendidikan dan memberikan uang saku kepada pekerj a rumah t angga sebagai imbalan at as t e-naga yang diberikan. Diperkuat lagi bahwa pe-kerj aan yang dilakukan PRT dilaksanakan di da-lam rumah keluarga yang dipandang t idak pro-dukt if secara ekonomi.

Sampai saat ini belum ada rumusan khusus yang bersif at f ormal t ent ang pengert ian PRT (domest i c wor ker s) dalam sist em hukum dan perat uran perundang-undangan di Indonesia. Kat a pekerj a (wor ker) dari PRT merupakan se-buah wacana baru yang dikembangkan oleh lem-baga swadaya masyarakat dan organisasi perbu-ruhan int ernasional (Int er nat i onal Labour Or ga-ni zat i on/ ILO) unt uk menggant ikan kat a “ pem-bant u” (ser vant).1 Perubahan ist ilah ini, peker-j aan domest ik, diharapkan dapat diakui sebagai sebuah pekerj aan yang bersif at f ormal yang di-lindungi oleh hukum ket enagakerj aan.

Banyaknya pelanggaran t erhadap hak-hak PRT t elah menj adi salah sat u f akt or pendorong lahirnya kesadaran perlunya sebuah at uran yang komprehensif t ent ang PRT yang dapat melin-dungi hak mereka. Rancangan Undang-undang Perlindungan Pekerj a Rumah Tangga (selanj ut -nya disebut RUU PPRT) sebenar-nya t elah menj a-di RUU usul DPR sej ak DPR periode 2004-2009, mengingat RUU ini t ercant um dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) t ahun 2004-2009. Pada periode 2009-2014, RUU PPRT kembali ma-suk menj adi salah sat u priorit as dalam Proleg-nas t ahun 2010.2

PRT di Indonesia, mengacu pada pekerj a rumah t angga yang bekerj a pada keluarga di da-lam negeri. Mereka merupakan kelompok pe-kerj a dan masyarakat yang memiliki berbagai keunikan persoalannya sendiri. Persoalan-perso-alan t ersebut adalah persoPersoalan-perso-alan rumit yang sebe-nanarnya sangat memprihat inkan rasa kemanu-siaan dan keadilan kit a. Sayangnya, dengan

1 Sal i Susiana, “ Urgensi Undang-Undang Tent ang Perl

in-dungan Pekerj a Rumah Tangga Dal am Perspekt i f Femi-nis” , Jur nal Legi sl asi Indonesi a, Vol . 7 No. 2, Tahun 2012, Jakart a: Direkt orat j ender al Per at ur an Perundang-un-dangan Kement er ian Hukum dan HAM RI, hl m. 257.

2

Ibi d, hl m. 252.

soalan rumit yang sej uj urnya sangat mempriha-t inkan imempriha-t u, perhamempriha-t ian serius mempriha-t erumempriha-t ama dari pe-merint ah masih sangat lah kecil. PRT pada u-mumnya adalah perempuan, baik anak-anak maupun dewasa, sedikit saj a yang laki-laki. PRT mayorit as perempuan, sehingga mengakibat kan perhat ian t erhadap kelompok PRT t idak dapat dilepaskan dari agenda gerakan perempuan di Indonesia, karena masalah ini t idak t erlepas dari cara pandang gender yang bias, misalnya, menempat kan pekerj aan rumah t angga yang se-ring diberlakukan pada PRT sebagai pekerj aan t idak produkt if , t idak memiliki nilai sosial, eko-nomi dan polit ik. Pandangan st ereot ip t ent ang pekerj aan ini dan pekerj anya menj adi salah sa-t u sumber munculnya kompleksisa-t as persoalan yang menyelimut i pekerj aan PRT. Pada masya-rakat kit a sendiri, hanya sebagian kecil, bahkan sangat kecil yang menganggap pekerj aan rumah t angga sebagai pekerj aan dan si pekerj anya adalah pekerj a. Masyarakat kit a, t ermasuk yang t erdidik sekalipun, j uga para pembuat kebij ak-an sekalipun, lebih suka menyebut mereka de-ngan nama-nama st ereot ipikal yang cenderung merendahkan, yang paling populer adalah pem-bant u.

(3)

menj adi dasar bagi pemerint ah unt uk segera membangun kerangka hukum unt uk pengakuaan dan perlindungan bagi PRT. Jumlah wanit a yang menj adi PRT, di Indonesia, cukup banyak dan keberadaannya sangat dibut uhkan, namun per-lindungan t erhadap prof esi ini masih belum me-madai.

Permasalahan

Berdasarkan lat ar belakang t ersebut , ada dua permasalahan yang dapat dirumuskan. Per

-t ama, bagaimana pelaksanaan perlindungan t

er-hadap t enaga kerj a perempuan sebagai PRT yang menj amin hak-hak PRT dalam hukum posi-t if Indonesia?; Kedua, f akt or-f akt or apa yang menghambat pelaksanaan perlindungan hukum t erhadap t enaga kerj a perempuan sebagai PRT di Indonesia mengingat belum ada pengakuan t erhadap PRT sebagai t enaga kerj a f ormal (bu-ruh)?

Met ode Penelitian

Penelit ian ini merupakan penelit ian yu-ridis normat if dengan pendekat an perundang-undangan (st at ut e appr oach) dengan spesif ikasi penelit ian deskript is analit is yait u menggambar-kan secara analisis masalah-masalah hukum t en-t ang en-t enaga kerj a perempuan sebagai PRT da-lam kerangka pelaksanaan perlindungan hukum. Pendekat an normat if merupakan penelit ian ke-pust akaan yait u penelit ian t erhadap dat a sekun-der sebagai dat a ut ama yang didukung dengan pendekat an empiris melalui wawancara secara t erpimpin dengan pej abat di lingkungan Kot a Palembang, Bagian Hukum dan Perundang-un-dangan Kot a Palembang, Dinas t enaga Kerj a Ko-t a Palembang, PolresKo-t a Palembang, Komnas Pe-rempuan sert a Womens Cr isi s Cent r e (WCC) cabang Palembang. Dat a dianalisis secara kuali-t akuali-t if dengan menggunakan mekuali-t ode analisis in-dukt if . Met ode kualit at if sebagai prosedur pene-lit ian dengan pert anggungj awaban sist emat ika yait u uraian logis sist emat is susunan bab dan sub bab unt uk menj awab uraian dalam pemba-hasan permasalahan yang dikemukakan selaras

dengan t ema sent ral yang diref leksikan dalam permasalahan.3

Pembahasan

Perlindungan Hukum terhadap Perempuan Sebagai PRT Menurut Hukum Posit if Indonesia

Ada aneka macam hubungan ant ara ang-got a masyarakat , yakni hubungan yang dit imbul-kan oleh kepent ingan anggot a masyarakat . Beranekaragamnya hubungan t ersebut mengakibat -kan anggot a masyarakat memerlu-kan at uran-at uran yang dapuran-at menj amin keseimbangan agar dalam hubungan t ersebut t idak t erj adi kekacau-an dalam masyarakat . Dalam rkekacau-angka menj aga agar perat uran-perat uran hukum it u dapat ber-langsung t erus dan dit erima seluruh anggot a masyarakat , maka perat uran-perat uran hukum yang ada harus sesuai dan t idak boleh bert ent a-ngaan dengan asas-asas keadilan dari masyara-kat t ersebut .4

Ket ent uan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 me-ngat ur bahwa Indonesia adalah negara hukum. Dit egaskannya Indonesia sebagai negara hukum t ent unya t idak asing lagi dalam prakt ek ket at a-negaraan sej ak awal pendirian negara hingga se-karang. Namun dalam prakt ek ket at anegaraan orang masih skept is, apakah negara hukum it u sudah dilaksanakan sepenuhnya. Hal ini disebab-kan di dalam prakt ek, pengert ian yang menurut t eori masih perlu dikaj i dengan kenyat aan yang hidup dalam bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena it u, t idak mengherankan j ika cit a-cit a universal mengenai negara hukum yang de-mokrat is sebagaimana dilet akkan dalam konst i-t usi sering dilanggar bahkan beri-t eni-t angan ngan HAM. Seakan-akan negara hukum yang de-mokrat is ini hanya mit os saj a yang belum per-nah t erbukt i dalam sej arah ket at anegaraan.5

Berkait an dengan demokrasi, bahwa kese-t araan merupakan sendi ukese-t ama proses demo-krat isasi karena menj amin t erbukanya akses dan peluang bagi seluruh elemen masyarakat . Tidak

3 Johnny Ibrahi m, 2008, Teor i dan Met odol ogi Penel i t i an

Hukum Nor mat i f, Mal ang: Bayu Medi a Publ i shi ng, hl m. 297.

4 C. S. T. Kansil , 2011, Pengant ar Il mu Hukum,

Jakar-t a: Rineka Ci pJakar-t a, hl m. 36.

5 Dessy Art ina, “ Pol t ik Hukum Keset ar aan Gender di

(4)

t erwuj udnya cit a-cit a demokrasi seringkali dipi-cu oleh perlakuan yang diskriminat if dari mere-ka yang dominan baik secara st rukt ural maupun kult ural. Perlakuan diskriminat if dan ket idak-set araan t ersebut dapat menimbulkan kerugian dan menurunkan kesej aht eraan hidup bagi pih-ak-pihak yang t ermarginalisasi dan t ersubor-dinasi. Hal ini disebabkan, sampai saat ini dis-kriminasi berbasis pada gender masih dirasa hampir di seluruh dunia, t ermasuk negara Indo-nesia. Dalam hal ini kaum perempuan yang pa-ling berpot ensi mendapat kan perlakuan yang diskriminat if , meski t idak menut up kemung-kinan laki-laki j uga dapat megalaminya.

Jumlah perempuan sebagai PRT mening-kat dari t ahun ke t ahun. Pada t ahun 2009 j um-lah PRT di Indonesia sebanyak 10. 744. 887 orang dan hampir 90 % diant aranya adalah PRT pe-rempuan. Dat a PBB bahkan menunj ukkan bahwa 1/ 3 penduduk dunia hidup di bawah garis kemis-kinan dan sekit ar 70% diant aranya adalah pe-rempuan.6

Banyaknya permasalahan yang dihadapi perempuan sebagai PRT disebabkan belum a-danya j aminan t erhadap hak-hak mereka, dalam hal ini perlindungan t erhadap prof esi ini masih belum memadai. Permasalahan t ersebut msalnya dari gaj i yang t idak dibayar, gaj i yang t i-dak waj ar, pelecehan at au kekerasan, baik se-cara f isik, psikis, seksual at au penelant aran ru-mah t angga. Kaum perempuan sebagai PRT po-t ensial mengalami kekerasan f isik apo-t au penyik-saan yang dilakukan anggot a rumah t angga t eru-t ama maj ikan dan anak maj ikan eru-t empaeru-t PRT be-kerj a.

Pada kasus kekerasan dalam rumah t ang-ga sepert i t indakan penelant aran, pihak yang paling rent an unt uk menj adi korban adalah perempuan/ ist ri, anak dan PRT. PRT sebagai-mana ket ent uan Pasal 2 ayat (1 c) UU No. 23 Tahun 2004 Tent ang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), bahwa “ lingkup rumah t angga t ermasuk orang yang bekerj a membant u rumah t angga dan menet ap dalam rumah t angga t ersebut ” . Hal ini j uga diat ur pa-da Pasal 9 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2004 bahwa

6

Sal i Susi ana, op. ci t. , hl m. 4.

kewaj iban memberikan kehidupan, perawat an, at au pemeliharaan kepada orang t ersebut seba-gaimana disebut dalam Pasal 2. Kewaj iban t er-sebut meliput i memberikan kebut uhan primer kepada orang-orang yang menj adi t anggungan-nya, t ermasuk kepada pekerj a rumah t angga yang hidup menet ap dalam keluarga. Bent uk pe-nelant aran t erhadap keluarga t ermasuk dalam kat egori perist iwa Pidana omi sioni s. Omi sionis adalah t erj adinya delik karena seseorang me-lalaikan suruhan at au t idak berbuat , karena memberikan kehidupan kepada orang-orang yang berada di bawah kendalinya adalah meru-pakan perint ah undang-undang, sehingga j ika ia t idak memberikan sumber kehidupan t ersebut kepada orang-orang yang menj adi t anggungan-nya berart i ia t elah melalaikan suruhan/ t idak berbuat . 7

Sebagaimana dat a yang dikumpulkan oleh Komnas Perempuan dan sej umlah LSM menun-j ukan banyaknya persoalan yang dihadapi PRT baik yang berkait an dengan j am kerj a, beban kerj a, upah, kekerasan maupun persoalan lain-nya. Dat a Komnas Perempuan menunj ukkan bahwa dari 15. 515 kasus kekerasan t erhadap pe-rempuan, 73 kasus diant aranya merupakan ka-sus kekerasan t erhadap PRT. Persoalan yang di-hadapi oleh PRT sebagian besar perempuan, ba-ik kasus kekerasan maupun pelanggaran hak PRT, isu t ent ang PRT j uga sebagai isu perem-puan, mengingat isu persoalan pada umumnya lebih banyak dihadapi oleh perempuan dari pa-da laki-laki. Papa-da sisi ekonomi, sebagian besar perempuan t erpaksa menj adi PRT karena alasan ekonomi yait u kemiskinan, sedangkan dari sisi pendidikan, perempuan menj adi PRT mereka yang memiliki t ingkat pendidikan rendah, bah-kan t erkadang but a huruf , dari sisi sosial, ba-nyak perempuan yang memilih menj adi PRT ka-rena ada anggapan bahwa PRT adalah pekerj aan yang rendah. Isu polit ik sampai saat ini belum ada pengakuan t erhadap PRT sebagai suat u pro-f esi yang sej aj ar dengan propro-f esi lainnya.

7 H. Muchsin, “ Menel ant arkan Kel uarga Merupakan Del ik

(5)

Perlindungan hukum bagi perempuan se-bagai PRT secara t egas diat ur dalam hukum in-t ernasional mendasar mengenai perlindungan perempuan dari segala bent uk diskriminasi yait u Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bent uk Diskriminasi t erhadap Wanit a (Convent ion on t he El imi nat i on of Al l For ms of Di scr i mi nat i on agai nst Women/ CEDAW) yang t elah dirat if ikasi dengan UU No. 7 Tahun 1984 dikenal dengan Konvensi Perempuan. Kewaj iban unt uk menghi-langkan segala bent uk diskriminasi t erhadap pe-rempuan dalam bidang ekonomi dan ket enaga-kerj aan t erdapat dalam Pasal 11 Konvensi CE-DAW.

Publikasi Int er nasi onal Labour Or gani zat i

-on (ILO) memasukkan pekerj a rumah t angga

da-lam sekt or ekonomi non f ormal. Berbeda de-ngan para pekerj a yang berada dalam sekt or f ormal, mereka dilindungi oleh UU No. 13 Tahun 2003 t ent ang Ket enagakerj aan. Dalam publikasi t ersebut dij elaskan bahwa pemerint ah menyat a-kan, maj ikan pekerj a rumah t angga bisa t ergo-long “ pemberi kerj a” ia bukan badan usaha dan dengan demikian bukan “ pengusaha” dalam ar-t ian Undang-undang Kear-t enagakerj aan.8 Oleh ka-rena it u PRT dianggap t idak dipekerj akan oleh pengusaha, mereka t idak diberikan perlindung-an oleh Undperlindung-ang-Undperlindung-ang Ket enagakerj aperlindung-an. Pada dasarnya hubungan ant ara PRT dengan maj ikan-nya umumikan-nya haikan-nya diat ur berdasarkan keper-cayaan saj a, berbeda dengan mekanisme hubu-ngan kerj a di sekt or f ormal yang j uga menyedia-kan memenyedia-kanisme penyelesaian sengket a di penga-dilan hubungan indust rial.

Perlu dit egaskan di sini, bahwa UU No. 13 Tahun 2003 t idak menj angkau perlindungan hu-kum t erhadap PRT, t et api sej umlah perat uran perundang-undangan nasional t elah mengat ur dan memberikan perlindungan di bidang-bidang t ert ent u, meski secara t erpisah dan t erbat as. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bi-dang Pengawasan Dinas Tenaga Kerj a Kot a Pa-lembang, bahwa PRT bukan buruh, karena me-reka dit empat kan di rumah t angga bukan di per-usahaan. Disnaker hanya mengawasi t enaga

8

Sal i Susi ana, op. ci t . , hl m. 257.

j a dalam sekt or f ormal saj a sebagaimana dit en-t ukan dalam UU No. 13 en-t ahun 2003.

(6)

Perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT dapat j uga dit emukan dalam UU No. 23 t ahun 2004 Tent ang Penghapusan Keke-rasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Sement ara j ika t erj adi kekerasan dalam rumah t angga t er-masuk pekerj a rumah t angga (PRT) maka un-dang-undang ini j uga memberikan hak-hak bagi korban, bahwa korban berhak mendapat kan perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kej aksaan, pengadilan, advokat , lembaga sosial at au pihak lainnya, pelayanan kesehat an dan se-bagainya. Hal ini dit egaskan dalam Pasal 5 UU No. 23 Tahun 2004 yang menerangkan bahwa kekerasan dalam rumah t angga bisa t erj adi salah sat u bent uknya adalah adanya penelant ar-an dalam rumah t ar-angga, t ermasuk pekerj a ru-mah t angga (PRT).

Faktor-fakt or yang menghambat perlindungan Hukum t erhadap Perempuan Sebagai PRT.

Usaha yang t elah dilakukan dalam rangka perlindungan t ersebut di at as, pada kenyat aan-nya, belum berj alan sepert i yang diharapkan. Hal ini t erbukt i dengan banyaknya kasus t ent ang penganiayaan, penyiksaan t erhadap pekerj a ru-mah t angga, unj uk rasa, pemogokan yang dila-kukan para pekerj a/ buruh yang berakhir dengan pemut usan hubungan kerj a yang berakibat me-nambah j umlah penangguran. Ket ent uan Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 D ayat (2) mengat ur bahwa “ Set iap orang berhak unt uk bekerj a sert a mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerj a” . Namun demikian, pada kenyat aannya di lapangan sangat berbeda, PRT j arang sekali disebut sebagai pekerj a (wor

-ker s), melainkan hanya sekedar sebagai

pem-bant u (hel per). Hal ini memperkuat keengganan budaya unt uk memf ormalkan hubungan ant ara para pekerj a rumah t angga dengan maj ikan. Se-bagai gant inya para maj ikan memandang pe-ranan mereka sebagai pepe-ranan pat ernalist ik. Berkait an dengan it u, karena sif at hu-bungan yang inf ormal, kekeluargaan dan pat er-nalist ik ant ara PRT dan maj ikan, berakibat pe-nyelesaian perselisihan yang menyangkut hak dan kewaj iban PRT dilakukan secara inf ormal. Dalam art i PRT t idak memiliki akses t erhadap mekanisme-mekanisme sepert i pengadilan

in-dust ri yang dibent uk unt uk menyelesaikan per-selisihan pekerj a di sekt or f ormal. UU No. 13 Tahun 2003 Tent ang Ket enagakerj aan t idak menj angkau para PRT ke dalam sist em perunda-ngan umum mengenai hubuperunda-ngan kerj a.

PRT secara nomat if sebagai pekerj a t elah dilindungi oleh berbagai perat uran perundang-undangan maupun Konvensi int ernasional, na-mun kenyat aan PRT merupakan prof esi yang sa-ngat rent an t erut ama PRT perempuan. Selama ini PRT perempuan masih mengalami diskrimina-si, karena PRT perempuan memiliki kerent anan yang secara umum disebabkan oleh berbagai f akt or. Per t ama, keberadaan PRT sangat t er-gant ung permint aan pasar; kedua, sangat j arang ada kont rak kerj a t ert ulis yang adil dan menj adi kesepakat an bersama pihak-pihak yang t erlibat , hal ini berakibat maj ikan memegang posisi t a-war j auh lebih kuat dan PRT t idak memperoleh perlindungan; ket i ga, salah sat u keunt ungan PRT adalah f leksibilit as dalam mengat ur j am kerj a, dalam kenyat aan PRT sering harus beker-j a lebih keras dan lebih lama set iap harinya;

dan keempat, upah PRT yang diperoleh sangat

rendah bila dibandingkan dengan j am kerj anya. Selain f akt or-f akt or t ersebut , t erdapat beberapa f akt or yang mengakibat kan masih le-mahnya perlindungan hukum dan sosial bagi pe-rempuan sebagai PRT, baik aspek yuridis mau-pun aspek sosial. Aspek yuridis, meliput i: per t a-ma, adanya anggapan bahwa PRT bukan peker-j a; dan kedua, t empat kerj a PRT berpot ensi me-nimbulkan kekerasan. Aspek sosial meliput i:

per t ama, relasi kekuasaan yang t idak seimbang;

kedua, st at us sosial PRT yang rendah dan ku-rang dihargai; dan ket i ga, kult ur masyarakat ; sert a pekerj aan yang dilakukan PRT t idak di-anggap sebagai pekerj aan produkt if .

(7)

di-beri upah yang rendah. Pandangan st ereot ip yang menganggap bahwa pekerj aan rumah t ang-ga adalah pekerj aan yang t idak memerlukan ke-ahlian sert a t idak prof esional menyebabkan pe-kerj aan sebagai PRT mempunyai st at us sosial yang rendah dan kurang dihargai. Pekerj aan ru-mah t angga dianggap sebagai kodrat i perempu-an, sehingga upah yang dit erima oleh PRT j uga lebih rendah dibandingkan prof esi lainnya. Me-nurut Todaro dan Smit h, PRT t ergolong sebagai pekerj a di sekt or inf ormal, yait u sekt or yang t i-dak t erorganisasi (unor gani zed), t idak diat ur

(unr egul at ed), dan sebagian besar legal t et api t idak t erdaf t ar (unr egi st er ed). Ket iga f akt or t ersebut yang menj adikan prof esi PRT memang t idak t erorganisasi, t idak diat ur dan t idak t er-daf t ar.9

Upaya Hukum yang Dilakukan Perempuan PRT dalam Hal Mengalami Kekerasan Fisik, Psikis, Ekonomi dan Seksual.

Fungsi hukum dalam memberikan perlin-dungan, dicipt akan sebagai suat u sarana at au inst rumen unt uk mengat ur kewaj iban dan hak-hak subj ek hukum. Hukum j uga berf ungsi seba-gai inst rumen perlindungan bagi subj ek hukum. Menurut Sudikno Mert okusumo hukum berf ungsi sebagai perlindungan kepent ingan manusia.10

Inst rumen hukum int ernasional t ent ang perlindungan hak-hak perempuan sebagai PRT dalam Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bent uk Diskriminasi Terhadap Wanit a at au yang dikenal dengan CEDAW t elah dirat if ikasi dengan UU No. 7 Tahun 1984 at au lebih dikenal dengan Konvensi Perempuan. Konvensi t ersebut t elah menj adi hukum Indonesia dan mengikat seluruh warga negara Indonesia.

Hak-hak perempuan sebagai PRT walau-pun secara normat if sudah mendapat perlin-dungan hukum dalam sist em perat uran perun-dang-undangan nasional, namun pelanggaran HAM, yang melibat kan PRT masih sering t erj adi dalam lingkungan masyarakat . Kehadiran hukum

9 Sal i Susi ana, Op. Ci t. , hl m. 257.

10 H. Muchsin, “ Perl indungan Anak Dal am Per spekt if

Hu-kum Posi t if (Tinj auan HAN, HuHu-kum Per dat a dan HuHu-kum Pi dana)” , Jur nal Var i a Per adi l an, Vol . XXVI, No. 308 Ta-hun 2011, Jakart a: Badan Penel it i an dan Pengembangan HAM RI, hl m. 10.

sebagai suat u yang sangat vit al, sepert i mem-pert ahankan kelangsungan hidup masyarakat dan cara-cara melindungi masyarakat dari gang-guan baik dari dalam maupun dari luar. Dengan demikian hukum dit erima dari sudut pandang yang sangat luas, khususnya mengenai t empat dan peranannya dalam masyarakat . Paradigma sist em hukum yang diaj arkan oleh Lawrence M. Friedman t erdiri at as 3 (t iga) komponen yait u komponen st rukt ural, komponen subst ansi dan komponen budaya hukum.11 Komponen st ruk-t ural merupakan bagian dari sisruk-t em hukum yang bergerak dalam suat u mekanisme, t ermasuk da-lam komponen ini ant ara lain pembuat undang-undang, pengadilan dan lembaga yang diberi wewenang unt uk menerapkan hukum sert a lem-baga yang diberi wewenang melakukan penin-dakan t erhadap pihak yang melanggar ket ent u-an hukum. Komponen subst u-ansi yait u hasil kerj a nyat a yang dit erbit kan oleh sist em hukum. Hasil ini berwuj ud hukum i n concr et o at au kaidah hu-kum khusus dan kaidah huhu-kum i n abst r act o at au kaidah hukum umum. Budaya hukum diart ikan keseluruhan sist em nilai sert a sikap yang mem-pengaruhi hukum. Masyarakat harus menget ahui int eraksi ant ara hukum dengan f akt or-f akt or linnya dalam perkembangan masyarakat , t erut a-ma ekonomi dan sosial.

Set iap warga negara baik laki-laki mau-pun perempuan memmau-punyai hak unt uk bekerj a. Sebagaimana diat ur dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945. Selain mempunyai hak yang sama unt uk bekerj a, pekerj a laki-laki dan perempuan j uga mempuyai hak upah yang sama dalam kerj aan yang sama nilainya. Demikian j uga pe-rempuan sebagai PRT mendapat hak yang sama sesuai dengan pekerj aan yang dilakukan. Peng-at uran secara normPeng-at if t erhadap pekerj a rumah t angga, berart i hukum sudah berf ungsi sesuai dengan t uj uannya yait u mencipt akan ket ert iban dalam masyarakat . Hukum yang berlaku dalama masyarakat harus dapat mencerminkan rasa keadilan, karena hukum mengandung nilai-nilai sebagai pedoman t ingkah laku bagi anggot a

11 Rabiat ul Syari ah, “ Ket erkait an Budaya Hukum Dengan

(8)

syarakat . Gust av Radbruch mengat akan bahwa hukum it u mengandung t iga nilai dasar yait u ke-past ian, kemanf aat an dan keadilan. Dengan de-mikian hukum sebenarnya mengandung ide-ide at au keinginan-keinginan t ert ent u yang memang dikehendaki oleh masyarakat .12

Mayorit as PRT Indonesia adalah perem-puan dan anak peremperem-puan. Mereka sangat ren-t an ren-t erhadap eksploiren-t asi dan perlakuan buruk. RUU Perlindungan PRT menj adi suat u hal yang mendesak unt uk segera disahkan, apalagi di era globalisasii sekarang ini, permasalahan yang muncul semakin kompleks t ermasuk pelanggar-an di bidpelanggar-ang ekonomi, sosial, budaya ypelanggar-ang sudah t ent u akan menghambat t uj uan negara. Dalam bidang hukum perlu pengat uran yang lebih t e-pat mengenai hak asasi manusia ekonomi, sosial dan budaya melalui pembangunan hak asasi manusia.

Perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT merupakan salah bent uk pelaksana-an hak asasi mpelaksana-anusia, sebagaimpelaksana-ana diat ur pada Pasal 1 ayat (1) UU No. 39 Tahun 1999 t ent ang HAM, bahwa hak asasi manusia merupakan sepe-rangkat hak yang melekat pada hakikat dan ke-beradaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerah Nya yang waj ib dihor-mat i, dij unj ung t inggi dan dilindungi oleh ne-gara, hukum, pemerint ah dan set iap orang demi kehormat an sert a perlindungan harkat dan mar-t abamar-t manusia. Perlindungan mar-t erhadap perem-puan sebagai pekerj a rumah t angga secara leng-kap sudah diat ur dalam UUD 1945, misalnya hak pendidikan sebagai salah sat u hak dasar ma-nusia, hak warga negara at as pekerj aan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, hak memiliki ket urunan, hak unt uk bekerj a sert a mendapat kan imbalan dan perlakuan adil dan layak dalam hubungan kerj a, hak memilih pe-kerj aan, hak hidup sej aht era lahir dan bat in, hak memperoleh pelayanan kesehat an. Namun dalam implement asinya hak-hak t ersebut masih belum dij alankan dengan baik.13

12 Suparno, “ Penegakan Hukum Dal am Masyarakat Pl ural

is-me” , Jur nal Hukum Masal ah-Masal ah Hukum, Vol . 36 No. 2, Tahun 2007, Semar ang: Fakul t as Hukum Undip, hl m. 122.

13

Erl ina B, “ Pengaruh Gl obal isasi t erhadap Perkembangan Hak Asasi Manusi a Bidang Ekonomi , Sosi al , Budaya di

In-Berdasarkan hasil wawancara yang dilaku-kan, diant aranya dengan bagian hukum dan Or-t ala KoOr-t a Palembang, Dinas Tenaga Kerj a KoOr-t a Palembang, WCC Palembang sert a Polrest a Pa-lembang, menunj ukan bahwa keberadaan pe-rempuan sebagai pekerj a rumah t angga selama ini sulit dilakukan pengawasan, karena disam-ping keberadaannya t idak t erdaf t ar, t idak t eror-ganisasi, pihak maj ikan j uga t idak melapor ke-pada pemerint ah daerah set empat . Perat uran daerah yang mengat ur perlindungan hukum t er-hadap perempuan sebagai PRT belum ada, di-sebabkan pihak pemda masih menunggu payung hukum t erlebih dahulu secara nasional. Dalam hal pekerj a rumah t angga mendapat perlakuan yang t idak semest inya misalnya kekerasan f isik, psikis, ekonomi, bahkan seksual, menurut nya dapat menggunakan perat uran perundang-un-dangan yang sudah ada misalnya UU No. 23 Ta-hun 2004, UU No. 39 TaTa-hun 1999, KUHP, KUH-Perdat a. Disimpulkan bahwa perlindungan hu-kum t erhadap perempuan sebagai PRT, dapat melalui perlindungan hukum di bidang HAN, bi-dang Hukum Pidana dan Hukum Perdat a.14

Banyaknya kasus dan perist iwa yang nimpa perempuan sebagai PRT dewasa ini, me-rupakan realit as dan f akt a bahwa sering t er-j adinya berbagai penolakan yang dilakukan ma-syarakat t erhadap produk hukum, sepert i lakan t ent ang upah buruh, bahkan bent uk peno-lakan ini t idak j arang menimbulkan berbagai bent uk kekerasan yang dilakukan baik oleh ma-syarakat sendiri maupun oleh aparat penegak hukum. Berkait an dengan pembangunan hukum yang sekarang sedang dilakukan khususnya revisi t ent ang keberadaan UU No. 13 Tahun 2003, da-pat diart ikan sebagai: per t ama, suat u usaha un-t uk memperbaharui hukum posiun-t if sendiri, se-hingga sesuai dengan kebut uhan unt uk melayani masyarakat pada t ingkat perkembangannya yang mut akhir, disebut dengan modernisasi hukum;

dan kedua, suat u usaha unt uk memf

ungsional-kan hukum dalam masa pembangunan, yait u

donesia” , Jur nal Il mu Hukum Pr anat a Hukum, Vol . 2 No. 2, Tahun 2011, Bandar Lampung: Program St udi Magi st er Il mu Hukum PPS Uni versit as Bandar Lampung, hl m. 108.

14 Hasil w awancar a dengan Kepal a Bi dang pengawasan

(9)

ngan cara t urut mengdakan perubahan-perubah-an sosial sebagaimperubahan-perubah-ana dibut uhkperubahan-perubah-an oleh suat u masyarakat yang sedang membangun.15 Hal t er-sebut dit egaskan oleh Mohammad Koesnoe bah-wa hukum t idak t erpisahkan dari masyarakat . Perubahan dalam masyarakat ini sudah t ent u sangat berpengaruh t erhadap perkembangan hukum dalam masyarakat , karena perubahan di bidang hukum dapat mempengaruhi perkem-bangan dalam masyarakat . Demikian j uga peru-bahan dalam masyarakat dapat mempengaruhii perkembangan hukum yang t erdapat dalam ma-syarakat yang bersangkut an. Hukum sebagai kai-dah sosial t idak lepas dari nilai (val ues) yang berlaku dalam suat u masyarakat . Bahkan hukum it u merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat . Hukum yang baik adalah hukum yang hidup (t he l ivi ng l aw) dalam masyarakat .16

Penut up Simpulan

Perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT secara normat if dan umum sudah relat if baik. Dalam konst it usi UUD 1945 dan per-at uran perundang-undangan sudah secara j elas mengat ur t ent ang hak-hak dan pelindungan pe-rempuan ant ara lain: Pasal 27 ayat (1 ) dan (2), 28 D ayat (1) dan (2, dalam UU No. 23 Tahun 2004 Tent ang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Pasal 44, UU No. 39 Ta-hun 1999 Tent ang HAM, UU No. 21 TaTa-hun 2000 Tent ang Serikat Pekerj a, sert a Konvensi ILO No. 189 mengenai Kerj a Layak Pekerj a Rumah Tang-ga. Konvensi t ersebut walaupun belum dirat if i-kasi oleh pemerint ah Indonesia, t et api set idak-nya sebagai f akt or pendorong agar pemerint ah segera mengesahkan RUU PPRT t ersebut .

Fakt or-f akt or yang menghambat pelaksa-naan perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT ant ara lain: dalam perat uran per-undang-undangan baik t ingkat nasional maupun daerah masih banyak dij umpai ket ent uan yang

15 Tami Rusl i , “ Pembangunan Hukum Ber dasarkan Ci t a

Hu-kum Pancasil a” , Jur nal Il mu Hukum Pr anat a Hukum, Vol . 6 No. 1, Tahun 2011, Bandar Lampung: Program St udi Magi st er Il mu Hukum PPS Univer sit as Bandar Lam-pung, hl m. 32-33.

16

Ibi d.

berpot ensi menimbulkan diskriminasi yang me-rugikan kepent ingan perempuan, sepert i karena pengaruh hukum adat , hukum agama t ert ent u dan pengaruh budaya pat riarkhi yang berakibat melemahnya kedudukan perempuan. Wilayah kehidupan perempuan yang belum diat ur seca-ra khusus dalam peseca-rat useca-ran perundang-undang-an, mengakibat kan golongan mereka seringkali dit indas hak-haknya dan mendapat kan perlaku-an diskriminat if , sert a belum dimasukperlaku-annya se-bagai pekerj a sekt or f ormal. Pandangan st ereo-t ip yang menganggap bahwa pekerj aan rumah t angga adalah pekerj aan yang t idak memerlu-kan keahlian sert a t idak prof esional menyebab-kan pekerj aan sebagai PRT mempunyai st at us sosial yang rendah dan kurang dihargai. Peker-j aan rumah t angga dianggap sebagai kodrat i pe-rempuan, sehingga upah yang dit erima oleh PRT j uga lebih rendah dibandingkan prof esi lainnya. Selain it u, pekerj a rumah t angga (PRT) t ergo-long sebagai pekerj a di sekt or inf ormal, yait u sekt or yang t idak t erorganisasi (unor ganized), t idak diat ur (unr egul at ed) dan sebagian besar legal, t et api t idak t erdaf t ar (unr egi st er ed). Ke-t iga f akKe-t or Ke-t ersebuKe-t yang menj adikan prof esi PRT memang t idak t erorganisasi, t idak diat ur dan t idak t erdaf t ar.

Upaya memberikan perlindungan hukum t erhadap perempuan sebagai PRT, dapat dila-kukan melalui perlindugan hukum aspek HAN ( UUD 1945, UU No. 39 Tahun 1999, UU No. 1 Ta-hun 2000 Pengesahan ILO No. 182, UU No. UU No. 7 Tahun 1984 (CEDAW) sert a Konvensi ILO No. 189 dari aspek hukum Pidana ada dalam KUHP, sedangkan perlindungan dari aspek hu-kum Perdat a, KUHPerdat a, UU No. 23 Tahun 2004 t ent ang KDRT, UU No. 1 Tahun 1979 t en--t ang keselamaen--t an Kerj a, UU No. 13 Tahun 2003 t ent ang Ket enagakerj aan.

Saran

(10)

ini Kot a Palembang belum mempunyai perat ur-an perundur-ang-undur-angur-an yur-ang mengat ur t ent ur-ang perlindungan hukum pekerj a rumah t angga. Da-lam hal perempuan sebagai PRT mengaDa-lami ke-kerasan f isik, psikis, psikologis, bahkan seksual dalam lingkungana kerj a, maka aparat penegak hukum menggunakan perat uran perundang-un-dangan yang sudah ada yait u KUHP, UU No. 23 Tahun 2004 t ent ang KDRT, UU No. 39 t ahun 1999, dan t ent unya ada dari UU No. 13 Tahun 1003 t ent ang ket enagakerj aan. Undang-undang Ket enagakerj aan secara menyeluruh t idak dapat dij adikan payung hukum dalam menyelesaikan kasus pekerj a rumah t angga (PRT) karena PRT t idak t ermasuk t enaga kerj a di sekt or f ormal. Fakt or yang menghambat pihak perempuan se-bagai PRT ant ara lain.

Melihat dan mencermat i kondisi seka-rang ini sangat diperlukan perat uran perundang-undangan yang mengat ur t ent ang perlindungan hukum t erhadap pekerj a rumah t angga (UU-PPRT). Periode DPR 2009-2014 RUU PPRT sudah menj adi priorit as dalam Prolegnas, agar peme-rint ah segera mengesahkan RUU PPRT t ersebut sebagai payung hukum dalam memberikan per-lindungan hukum kepada PRT khususnya perem-puan. Sebagaimana diket ahui bahwa hampir 90% pekerj a rumah t angga (PRT) adalah dari kaum perempuan. Sepert i umat manusia lainnya, PRT j uga memiliki hak asasi. PRT perempuan harus diberikan perlindungan yang sama sepert i pe-kerj a lainnya. Langkah sepert i it u akan mem-bant u memast ikan bahwa mereka t idak lagi ren-t an ren-t erhadap eksploiren-t asi dan penyiksaan.

Daft ar Pust aka

Art ina, Dessy. “ Polit ik Hukum Keset araan Gen-der di Indonesia” . Jur nal Il mu Hukum. Edisi 1 No. 1. Tahun 2010. Pekanbaru: Universit as Riau;

B, Erlina. “ Pengaruh Globalisasi t erhadap Per-kembangan Hak Asasi Manusia Bidang Eko-nomi. Sosial. Budaya di Indonesia” . Jur nal Il mu Hukum Pr anat a Hukum. Vol. 2 No. 2. Tahun 2011. Bandar Lampung: Program St udi Magist er Ilmu Hukum PPS Universi-t as Bandar Lampung;

Ibrahim, Johnny. 2008. Teor i dan Met odol ogi Penel i t ian Hukum Nor mat i f. Malang: Bayu Media Publishing;

Kansil, C. S. T. 2011. Pengant ar Il mu Hukum. Ja-kart a: Rineka Cipt a;

Muchsin, H. “ Menelant arkan Keluarga Merupa-kan Delik Omisionis” . Jur nal Var i a Per a-di l an. Vol. XXVI No. 303 Tahun 2011. Ja-kart a: Badan Penelit ian dan Pengembang-an HAM RI;

---. “ Perlindungan Anak Dalam Perspekt if Hukum Posit if (Tinj auan HAN. Hukum Per-dat a dan Hukum Pidana)” . Jur nal Var i a Per adi l an. Vol. XXVI. No. 308 Tahun 2011. Jakart a: Badan Penelit ian dan Pengem-bangan HAM RI;

Rusli, Tami. “ Pembangunan Hukum Berdasarkan Cit a Hukum Pancasila” . Jur nal Il mu Hukum Pr anat a Hukum. Vol. 6 No. 1. Ta-hun 2011. Bandar Lampung: Program St u-di Magist er Ilmu Hukum PPS Universit as Bandar Lampung;

Suparno. “ Penegakan Hukum Dalam Masyarakat Pluralisme” . Jur nal Hukum Masal ah-Ma-sal ah Hukum. Vol. 36 No. 2. Tahun 2007. Semarang: Fakult as Hukum Undip;

Susiana, Sali. “ Urgensi Undang-Undang Tent ang Perlindungan Pekerj a Rumah Tangga Da-lam Perspekt if Feminis” . Jur nal Legi sl asi Indonesi a. Vol. 7 No. 2. Tahun 2012. Ja-kart a: Direkt orat j enderal Perat uran Per-undang-undangan Kement erian Hukum dan HAM RI;

Syariah, Rabiat ul. “ Ket erkait an Budaya Hukum Dengan Pembangunan Hukum Nasional” .

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pilihan karir yang sesuai dengan program keahlian saya harus fokus merencanakan salah satu untuk saya tekuni

Keadaan ini dapat terlihat dengan semakin banyaknya orang-oarang bergabung dalam bisnis online dimana banyak menjual barang atau produk dan jasa dari berbagai macam

Menurut McClelland (dalam Erni, 2009) terdapat enam karakteristik karyawan yang memiliki motivasi berprestasi, antara lain: (a) tanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakan

Secara umum kandungan logam berat baik Pb, maupunCu dalam air memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ada di sedimen.Hal ini disebabkan karena

HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN CUACA DENGAN BILANGAN KES DENGGI Korelasi antara faktor perubahan cuaca seperti taburan hujan, suhu, kelembapan relatif dengan bilangan kes

Berdasarkan alat yang telah dirancang dibuat alur kerja alat dimulai dari sensor MAX30100 dan sensor GY90614 ketika sidik jari ditempelkan pada kedua sensor tersebut maka kedua

Program kedisiplinan yang berjalan dengan baik, Dengan adanya program kedisplinan yang dibentuk oleh SD Muhammadiyah 9 “Panglima Sudirman” kota Malang menjadikan semakin mudah

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya penulis dapat meyelesaikan tugas akhir penulisan hukum (skripsi) dengan judul