• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter - Rahayu Ika Artini BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Karakter - Rahayu Ika Artini BAB II"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pembentukan kepribadian dan

nilai-nilai atau norma-norma hidup di dalam kehidupan manusia. Dewey

dalam Muslich (2011: 67) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses

pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional

ke arah dalam alam dan sesama manusia. Tujuan pendidikan dalam hal

ini agar generasi muda sebagai penerus generasi tua menghayati,

memahami, dan mengamalkan nilai-nilai atau norma-norma tersebut

dengan cara mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, kemampuan,

dan ketrampilan yang melatarbelakangi nilai-nilai dan norma-norma

hidup di dalam kehidupan. Pendidikan karakter, alih-alih disebut

pendidikan budi pekerti, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia

yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Di sini ada unsur

proses pembentukan nilai tersebut dan sikap yang disadari pada

pengetahuan nilai itu dilakukan.

Pendidikan karakter mempengaruhi pembentukan kepribadian

dan nilai-nilai atau norma-norma hidup di dalam kehidupan manusia

(2)

menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu

spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu

dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.

Simon Philips dalam Mu’in (2011: 160) mengemukakan karakter

adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang

melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.

Pendidikan karater pembentukan watak dan sikap seseorang

untuk mencapai karater yang lebih baik. Winnie dalam Mu’in (2011:

160) menyatakan bahwa istilah karater memiliki dua pengertian, yaitu:

Pertama menunjukan bagaimana seseorang bertingkah laku, apabila

seseorang berprilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang

memanifestasikan perilaku buruk. Kedua apabila seseorang berprilaku

jujur, suka menolong, tentulah orang tersebuut memanifestasikan

karakter mulia.

Ciri-ciri pendidikan karakter menurut Mu’in (2011: 161) sebagai berikut:

1) Karakter adalah siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain sedang melihat kamu (character is what you are when nobody is lokking).

2) Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan (character is the result of values and belif).

3) Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua (character is a habit that becomes second nature).

4) Karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu (character is not reputation or what others think about you).

5) Karakter bukanlah seberapa baik kamu dari pada orang lain

(character is not how much better you are than others).

(3)

Berdasarkan pendapat yang terurai di atas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan karakter adalah proses pembentukan kepribadian

yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.

Kepribadian itu merupakan abstraksi dari individu dan kelakuannya

sebagaimana halnya dengan masyarakat kebudayaan.

Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of

character ) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral. Karakter

merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,

dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

budaya, dan adat istiadat.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk kepribadian agar

lebih baik lagi. Zubaedi (2011: 316) berpendapat bahwa pendidikan

karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan

karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang

sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter

diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan

menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta

mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga

(4)

Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk kepribadian agar

lebih baik. Muslich (2011: 81) berpendapat bahwa pendidikan karakter

bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan

akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui

pendidikan karakter diharapkan siswa mampu secara mandiri

meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan

menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak

mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

c. Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan salah satu karakter yang perlu

ditanamkan dalam pribadi seseorang supaya menjadi pribadi baik di

dalam lingkungan bermasyarakat dan bernegara. Pada saat ini sikap

tanggung jawab harus selalu ada di dalam pribadi seseorang, supaya

mampu menjalankan kewajiban dengan baik. Suyadi (2013: 9)

menyatakan tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang

dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan

dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

Listyarti (2012: 8) berpendapat tanggung jawab merupakan sikap dan

perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang

seharusnya dilakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan

(5)

Tanggung jawab merupakan bukti kesadaran diri manusia atas

kewajibannya yang harus ditaati. Wijaya (2014: 89) menyatakan

tanggung jawab merupakan keadaan wajib menanggung segala

sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan

diprakara). Mustari (2014: 22) menjelaskan tanggung jawab merupakan

melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh, berani menanggung

konsekuensi dari sikap, perkataan, dan tingkah lakunya. Dari sini

timbul indikasi-indikasi yang diharuskan dalam diri seseorang yang

bertanggung jawab.

Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan tanggung

jawab adalah sikap atau perilaku yang ada pada diri seseorang baik di

dalam lingkungan, bermasyarakat, dan bernegara untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya.

Tanggung jawab adalah salah satu sikap baik dalam manusia.

Sukanto dalam Mustari (2014: 20) mengemukakan tanggung jawab

yang mesti ada pada manusia adalah:

1) Tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur, dan memohon petunjuk. Semua manusia bertanggung jawab kepada Tuhan pencipta alam semesta. Tak ada seorang pun manusia yang lepas beban dari tanggung jawab, kecuali orang itu gila atau anak-anak.

2) Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan, dan perlakuan kejam dari mana pun datangnya. 3) Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan

dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dari bersifat kekurangan ekonomi.

(6)

6) Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuta terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk sipilih, mana yang berguna mana yang merugikan. Dalam berpikir perlu ada pemupukan kreasi, yang berarti mampu mencari pemecahan dari masalah-masalah hidup yang kian rumit kita hadapi, dan menciptakan alternatif baru yang berguna bagi masyarakat.

7) Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.

Ciri-ciri tanggung jawab menurut Mustari (2014 : 22) diantaranya

adalah:

6) Melakukan tugas dengan standar yang baik, 7) Mengakui semua perbuatannya,

8) Menepati janji,

9) Berani menanggung resiko atas tindakan dan ucapannya.

Adapun beberapa indikator tanggungjawab menurut Fitri (2012:

43) diantaranya adalah:

1) Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik, 2) Bertanggung jawab pada setiap perbuatan,

3) Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang diterapkan, 4) Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.

Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan pendidikan

karakter merupakan upaya meningkatkan mutu pendidikan agar bisa

meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang

mengerah pada pencapaian pembelajaran karakter dan akhlak mulia

(7)

di atas dapat disimpulkan tanggung jawab merupakan sikap yang ada

pada diri seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya

dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan indikator dari Fitri

berdasarkan kisi-kisi yaitu bertanggung jawab pada setiap perbuatan

dan mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie hal ini

seperti yang dikemukakan oleh Arifin (2013: 12). Kemudian dalam

bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah

“prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar”

(learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan

aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek

pembentukan watak siswa. Kata prestasi banyak digunakan dalam

berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan

pendidikan khususnya pembelajaran. Prestasi belajar merupakan suatu

masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia,

karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar

prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

b. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses yang dilakukan seseorang untuk

memeroleh hasil yang baik. Slameto (2010: 2) mengemukakan belajar

(8)

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan Anurrahhman (2010: 33) mengatakan bahwa belajar

merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar

bagaimana seharusnya belajar.

Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan siswa dalam

mencapai hasil yang lebih baik. Abdillah dalam Anurrahman (2010: 35)

mengemukakan belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan

individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan

pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Gagne dalam Ahmad

(2013: 1) mengemukakan belajar dapat didefinisikan sebagai suatu

proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat

pengelaman. Dari pendapat tentang belajar dapat ditarik kesimpulan

bahwa belajar adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat merubah

perilaku secara keseluruhan dari hasil interaksi dengan lingkungan

sekitar dalam kehidupannya. Kegiatan belajar sangat mempengaruhi

pencapaian prestasi yang dicapai individu atau kelompok.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah sebuah keunggulan yang dimiliki

seseorang dalam proses belajar mengajar. Arifin (2009: 12) berpendapat

bahwa prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial

(9)

manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan

masing-masing.

Prestasi belajar adalah sebuah keunggulan yang dimiliki

seseorang dalam proses belajar mengajar. Ahmadi dan Suprijono (2013:

138)berpendapat prestasi belajar adalah hasil interaksi berbagai faktor

yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun

dari luar diri (faktor eksternal) individu.

Prestasi belajar adalah sebuah keunggulan yang dimiliki

seseorang dalam proses belajar mengajar. Hamdani (2011: 138-139)

berpendapat prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang

dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai

informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi

belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam

mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau

rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh

dalam proses belajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat

keberhasilan suatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan

dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami

(10)

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah

kendala-kendala yang dialami pada saat pembelajaran berlangsung. Hamdani

(2011: 139-145) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut.

a) Kecerdasan (Intelegensi)

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.

b) Faktor Jasmaniah atau Faktor Fisiologis

Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. c) Sikap

Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakannya untuk belajar. Siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar.

d) Minat

(11)

terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa beban.

e) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat itu sendiri sangat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar pada bidang-bidang studi tertentu.

f) Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula, dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

2) Faktor Eksternal a) Keadaan Keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

b) Keadaan Sekolah

(12)

c) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi. Lingkungan membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga akan turut belajar sebagaimana temannya.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran mengenai

masyarakat dan nilai moralnya. Taniredja (2013: 1) berpendapat

pendidikan kewarganegaraan adalah usaha untuk membekali siswa

dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan

hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan

pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan

oleh bangsa dan negara. Susanto (2013: 225) berpendapat pendidikan

kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai

wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral

yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.

Menurut pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang di dalam studi

formal untuk mengetahui sejarah, pemerintah (kewarganegaraan), dan

(13)

tentang kebebasan, martabat manusia, tanggung jawab, independensi,

individualisme demokratis, penghormatan terhadap yang lain, cinta

negara, dan sebagainya.

b. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah

membentuk seseorang yang baik mampu mendukung bangsa. Tanireja

(2013: 3) mengemukakan tujuan tersebut sebagai berikut:

1) Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara terdidik dalam kehidupannya selaku warga negara republik Indonesia yang bertanggung jawab. 2) Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam

masalah dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan pemikiran yang berlandaskan pancasila, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional secara kritis dan bertanggung jawab.

3) Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan serta patriotrisme yang cinta tanah air, rela berkorban bagi nusa, dan bangsa.

Tujuan pembelajaran pendidikan karakter adalah membentuk

seseorang menjadi yang lebih baik lagi untuk mendukung bangsa

Indonesia. Susanto (2013: 231) menyatakan tujuan pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan adalah:

1) Mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. 2) Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan secara

aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.

(14)

Menurut pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan

pembelajaran pendidian kewarganegaraan (PKn) adalah siswa dapat

memahami, menguasai dan melaksanakan tentang persoalan hidup

maupun isu kewarganegaraan di negaranya dan bisa berpikir

kritis,rasional dan kreatif.

4. Materi Globalisasi di Lingkungannya di Kelas IV

SK dan KD mata pelajaran PKn Kelas IV semester II mengambil 1

SK dengan 3 KD.

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PKn Kelas IV Semester II Berdasarkan KTSP

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.

4.1 Memberikan contoh sederhana

pengaruh globalisasi di lingkungannya 4.2 Mengidentifikasi budaya Indonesia

yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional

4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh

globalisasi yang terjadi di

lingkungannya

Materi Globalisasi

Proses globalisasi tidak pernah berhenti, tetapi terus berlangsung dan

mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat. Proses globalisasi muncul saat

manusia memiliki pengetahuan tentang ruang dan wilayah. Pengetahuan

tersebut mendorong manusia untuk menciptakan sarana transportasi dan

komunikasi untuk berhubungan dengan manusia lain yang berada di ruang

(15)

Globalisasi dalam masyarakat ditandai adanya perubahan di bidang

pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pengetahuan dan teknologi

khususnya di bidang informasi, komunikasi, dan transportasi sehingga

dunia menjadi transparan seolah-olah menjadi kampung sedunia tanpa

mengenal batas negara. Kondisi yang demikian menciptakan struktur baru,

yaitu struktur global. Sumarsono dalam Taniredja (2013: 177) terdapat

bebrapa jenis perubahan sosial akibat globalisasi. Perubahan sosial akibat

globalisasi meliputi beberapa jenis yaitu:

a. Makanan

Ditandai dengan berbagai jenis makanan instan. Instan artinya cepat saji. Masyarakat dapat menikmati tanpa harus susah payah membuatdan memasaknya. Tapi bahayanya adalah zat kimia yang ada didalamnya, seperti zat pengawet, pewarna, dan perasa.

b. Pakaian

Masyarakat di negara berkembang biasanya suka meniru perkembangan dari negara maju, sehingga mendorong industri pakaian berkembang pesat.

c. Perilaku

Berupa pudarnya budaya gotong royong. Hal ini sangat mencolok pada masyarakat di perkotaan. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.

d. Gaya Hidup

Gencarnya iklan memengaruhi keinginan masyarakat untuk memiliki suatu barang mutakhir. Orang berlomba-lomba memiliki barang baru guna meningkatkan gengsi.

Adapun dampak negatif adanya globalisasi, antara lain:

a. Orang menjadi sangat individualis. Individualis artinya mementingkan diri sendiri.

(16)

c. Budaya konsumtif. Konsumtif berarti kebiasaan senang menghamburkan uangnya untuk kepentingan yang kurang bermanfaat.

d. Sarana hiburan yang melalaikan dan membuat malas. Misalnya

playstation, dengan adanya play station banyak anak melupakan waktu untuk belajar, membantu orang tua, dan beristirahat.

e. Budaya permisif. Permisif artinya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dengan sarana canggih. Misalnya menipu dengan informasi lewat HP.

f. Menurunnya ikatan rohani. Pada era globalisasi orang banyak yang meninggalkan ibadah denganalasan sibuk

Dalam penelitian ini mengambil materi pokok tentang

perkembangan teknologi yang terdiri dari perkembangan teknologi

produksi, komunikasi, dan transportasi. Sumber buku IPS kelas IV BSE

KTSP kelas IV tahun 2008 halaman 102-104.

5. Model pembelajaranKoperatif tipe GI (Group Investigation)

Konsep pembelajaran terus menerus mengalami suatu perubahan dan

perkembangan yang sangat pesat sesuai dengan ilmu pendidikan dan

teknologi pendidikan. pembelajaran berlangsung dalam suatu situasi

belajar mengajar yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang

saling berhubungan antara lain tujuan mengajar, guru yang mengajar,

peserta didik yang belajar, bahan yang diajarkan, metode pembelajaran,

alat bantu mengajar, dan juga prosedur penilaian. Semua faktor tersebut

sangat saling berhubungan dalam suatu rangkaian terarah agar dapat

membawa peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran

pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk menyuseun suatu

kurikulum dalam pembelajaran. Suprijono (2013: 46) pembelajaran dapat

(17)

mengatur materi,dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.

pembelajaranialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. pembelajaran

mengacu pada pendekatan yang akan digunakan , termasuk di dalamnya

tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas. pembelajaran dapat didefinisikan

sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Pada penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai

tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Pembelajaran

kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap

lebih diarahkan oleh guru, di sekolah guru menetapkan tugas dan

pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi

yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah

yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada

akhir tugas. Pada penelitian ini akan digunakan pembelajaran group

investigation.

a. Model Group Investigation

Model Group Investigation seringkali disebut sebagai metode

pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh

(18)

pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar

kooperatif. Suprijono (2013:93) berpendapat pembelajaran dengan

model group investigation dimulai dengan pembagian kelompok.

Selanjutnya guru beserta peserta didik memilih topik-topik tertentu

dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari

topik itu. Sesudah topik beserta permasalahannya disepakati, peserta

didik beserta guru menentukan penelitian yang di kembangkan untuk

memecahkan masalah. Menurut Slavin (2008: 214) mengemukakan

model group investigation, sebuah betuk pembelajaran kooperatif yang

berasal dari jamannya John, tetapi telah di perbaharui dan diteliti pada

beberapa tahun terakhir ini oleh sholomo dan yae, serta

rachel-lazarowitz di Israel.

b. Langkah-langkah Model Group Investigation

Langkah-langkah ini adalah cara yang ditempuh untuk membuat

ini berjalan dengan lancar pada saat pembelajaran. Al-tabany

(2014:128) mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan investigasi

kelompok meliputi enam fase:

1) Memilih topik

Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah

umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa

diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok

(19)

2) Perencanaan kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas

dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih

pada tahap pertama.

3) Implementasi

Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di

dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan

ragam aktivitas dan ketrampilan yang luas dan hendaknya

mengarahkan siswa kepada jenis sumber belajar yang berbeda baik

di dalam maupun luar sekolah.

4) Analisis dan sintesis

Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh

pada tahap ketiga, dan merencanakan bagaimana informasi tersebut

diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan

untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

5) Presentasi hasil final

Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil

penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas,

dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain

dalam pekerjaan mereka dan memperoleh prespektif luas pada topik

(20)

6) Evaluasi

Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang

berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap

kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan.

Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individu atau

kelompok.

Pembelajaran dengan menggunakan model group investigation

merupakan belajar secara berkelompok. Kelompok dengan anggota 5-6

siswa yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan

mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama

dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,

dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih.

Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh

kelas.

6. Media Flip Chart

a. Pengertian Media Pembelajaran

Guru sebagai seorang pendidik hendaknya dapat menggunakan

media pembelajaran guna memudahkan siswa dalam menerima materi

pembelajaran. Anitah (2009: 2) yang menyatakan bahwa media

pembelajaran setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat

menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima

pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Media juga menambah

(21)

menyatakan media pembelajaran adalah segala sesuatu seperti alat,

lingkungan, dan segala bentuk kegiatan yang dikondisikan untuk

menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menanamkan

ketrampilan pada setiap orang yang memanfaatkannya. Media juga

dijadikan sebagai perantara dari informasi ke penerima informasi,

contohnya video, televisi, komputer, dan lain sebagainya.

Fungsi media pembelajaran menurut Sanjaya (2012: 73-75)

sebagai berikut:

1) Fungsi komunikatif, media pembelajaran diguakan untuk mempermudah komunikasi antara penyampai pesan dan penerimaan pesan.

2) Fungsi motivasi, diharapkan siswa akan termotivasi dalam belajar dan media juga mempermudah siswa mempelajari materi pelajaran sehingga dapat lebih meningkatkan gairah siswa untuk belajar.

3) Fungsi kebermaknaan, yakni meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis dan mencipta sebagai aspek kognitif tahap tinggi bahkan dapat meningkatkan aspek, sikap, dan ketrampilan.

4) Fungsi penyamanan persepsi, melalui pemanfaatan media, diharapkan dapat menyamakan persepsi setiap siswa, sehingga setiap siswa memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan.

5) Fungsi individualitas, artinya dengan adanya media dapat melayani kebutuhan setiap individu yang memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda.

Penjelasan dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran

merupakan wadah yang digunakan untuk menyampaikan

pesan/informasi melalui proses belajar mengajar antara guru dan siswa

yang mempunyai tujuan tertentu. Penggunaan media dalam

pembelajaran dapat menambah pengetahuan siswa. Siswa juga

(22)

Penggunaan media menjadikan pembelajaran efektif dan

menyenangkan.

b. Pengertian Media Flip Chart

Media flip chart adalah media yang terbentuk dari kertas yang

dipotong-potonng yang berukuran 20 x 20 cm. Utami (2013: 2)

mengatakan bahwa flip chart adalah salah satu bagian dari media grafis

yang berupa gambar, cetak, dan diam dalam bentuk bagan atau chart.

Media flip chart Utami (2013:3) media flip chart adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan

melalui gambar yang di tujukan pada selembar chart. Penggunaanya

menempelkan media chart ke dalam bagan balikan, yang penggunaanya

hanya membalik-balikan lalu siswa tinggal menempelkan jawaban.

c. Media Grafis

Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media

yang lain media grafis berfungsi menyalurkan pesan dari sumber ke

penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera pengelihata.

Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol

komunikasi visual.

Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses

penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum

tersebut, secra khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian,

memperjelas sajian ide dan menghiasi fakta yang mungkin akan cepat

(23)

mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif murah

ditinjau dari segi biayanya.

d. Bagan dan Chart

Bagan dan chart merupakan media yang digunakan pada saat

pembelajaran menggunakan media flip chart. Sadiman (2012: 35)

mengatakan bahwa seperti halnya media grafis yang lain, bagan atau

chart termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah

menyampaikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya

disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu

memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi.

Pesan yang disampaikan biasanya berupa ringkasan visual suatu

proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting. Di dalam

bagan sering kali dijumpai jenis media grafis yang lain, seperti gambar,

diagram, kartun, atau lambang-lambang verbal. Sebagai media yang

baik, bagan harus dapat dimengerti siswa, sederhana dan lugas tidak

rumit atau berbelit-belit, dan diganti pada waktu-waktu tertentu agar

selain tetap termasa (up to date) juga tak kehilangan daya tarik.

Beberapa jenis bagan/chart secara besar dapat digolongkan

menjadi dua yaitu chart yang menyajikan pesan secara bertahap dan

chart yang menyajikan pesannya sekaligus. Sering kali siswa bingung

bila dihadapkan pada data yang banyak sekaligus. Oleh karena itu, guru

hendaknya memakai chart yang dapat menyajikan pesan secara

bertahap. Chart yang bersifat menunda penyampaian pesan ini antara

(24)

Flip chart atau bagan balikan menyajikan setiap informasi.

Apabila urutan informasi yang akan disajikan tersebut sulit ditunjukkan

dalam selembar chart, bagan balikan dapat dipakai. Bagian-bagian dari

pesan tersebut ditulis/dituangkan dalam lembaran tersendiri, kemudian

lembaran-lembaran tersebut dibundel jadi satu. Penggunannya tinggal

membalik satu persatu sesuai dengan bagan pesan yang akan disajikan.

B. Penelitian Relevan

Beberapa penelitian tentang model group investigation telah dilakukan

diantaranya penelitian oleh Meyana Dwi Zayanti (2009:39) tentang pengaruh

model pembelajaran group investigation terhadap prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran IPS sejarah sub pokok bahasan kebijakan pelaksanaan sistem

pajak tanah dan tanam paksa masa kolonial Belanda siswa kelas VIII SMP

NEGERI 02 SUSUKAN KAB.BANJARNEGARA menyatakan bahwa

pembelajaran model group investigation berpengaruh terhadapmeningkatnya

prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN

KAB.BANJARNEGARA,dengan hasil ketuntasan belajar pada kelas yang

menerapkan model group investigation lebih tinggi yaitu dengan rata-rata

70,06, sedangkan pada kelas yang tidak menerapkan model group

investigation memiliki rata-rata yang rendah yaitu 64. Faticha Rizky Nur

(2015 :16) juga melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe group investigation (GI) dan jigsaw pada materi pokok garis

(25)

menyatakan bahwa model group investigation berpengaruh terhadap

meningkatnya prestasi belajar siswa kelas VIII dengan koefisien pengaruh

sebesar 86,43 pada kedua penelitian diatas memiliki kesamaan atau sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri, yaitu penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan

model group investigation yang diterapkan pada proses pembelajaran.

Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa model group

investigation efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian

diatas juga relvan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena

menerapkan model group investigation, penelitian di atas menggunakan

pendekatan eksperimen dan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan

Kelas (PTK).

C. Kerangka pikir

Pada penelitian ini, kondisi awal yang peneliti temukan berdasarkan

hasil wawancara dengan guru dan siswa menunjukkan bahwa masih

rendahnya sikap tanggung jawab siswa terhadap mata pelajaran PKn materi

globalisasi di lingkungannya sehingga berdampak pada rendahnya prestasi

belajar PKn siswa. Rendahnya sikap tanggung jawab siswa ditunjukkan

melalui sikap siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada saat proses

pembelajaran berlangsung beberapa siswa terlihat bersungguh-sungguh

dalam mengikuti kegiatan belajar, selain itu saat kegiatan diskusi kelompok

(26)

tugasnya, sementara siswa lain lebih memilih bermain dan tidak

memperhatikkan.

Rendahnya tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran PKn

tersebut berdampak pada rendahnya prestasi belajar PKn siswa. Hal ini

dibuktikan dengan sebagian besar yang memperoleh hasil nilai ulangan

harian PKn materi globalisasi di lingkungannya yang masih dibawah kriteria

ketuntasan minimal (KKM).

Untuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa

terhadap pelajaran PKn materi globalisasi di lingkungannya, peneliti

melakukan tindakan dua kali pada siklus 1 dan siklus 2 yang diawali dengan

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dengan menerapkan model

group investigation dengan menggunakan media flip chart dalam proses

belajar mengajar.

Pembelajaran melelui model group investigation merupakan salah satu

tipe dari pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa untuk berdiskusi,

dengan model group investigation dan media flip chart dapat

mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan keaktifan siswa. Penerapan

model group investigation dengan media flip chart pada proses pembelajaran

untuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa

terhadap pembelajaran PKn materi globalisasi di lingkungannya.

Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat melalui gambar 2.1

(27)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Tindakan

Dilihat dari kerangka bepikir di atas maka diharapkan dengan melalui

model pembelajaran group investigation dan dengan media flip chart dapat

menambah tanggug jawab siswa dalam pembelajaran dan dapat

meningkatkan prestasi belajar, sehingga sikap tanggung jawab pada saat

mengerjakan soal atau dalam pembelajaran meningkat. Sedangkan media flip

chart dipakai dalam pembelajaran pada materi globalisasi di lingkungannya

dapat menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik serta meningkatkan

potensi memori pada siswa karena lebih menarik dan mudah diingat. Adanya

(28)

peningkatan sikap tanggung jawab diharapkan meningkat pula prestasi

belajar.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan cara melakukan

sejumlah tindakan yang terangkum dalam siklus I dan siklus II berdasarkan

landasan teori yang sudah diuraikan di atas, tentunya dapat diambil suatu

hipotesis tindakan yang akan menjawab sementara rumusan masalah yang

akan dipaparkan pada bagian sebelumnya. Hipotesis tindakan tersebut adalah:

1. Penerapan model group investigation dengan media flip chart pada

mata pelajaran PKn pokok bahasan globalisasi di lingkungannya,dapat

meningkatkan tanggung jawab siswa pada saat pembelajaran.

2. Penerapan model group investigation dengan menggunakan media fip

chat pada mata pelajaran PKn pokok bahasan globalisasi di

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Jaringan komputer yang telah terbentuk dan saling terkoneksi satu sama lain yaitu Domain Controller Active Directory , Lync videoconference dan Exchange mail server maka proses

Untuk unit blower/fan terpasang pada poros dengan posisi pertikal dan horisontal yang di tumpu pada 2 buah bantalan (bearing), menggunakan sabuk transmisi (V- belt), jenis

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya, dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul STUDI RAWAN KECELAKAAN PADA JALAN

Mobile robot yang dihasilkan penelitian ini dapat bergerak maju sendiri setelah diaktifkan melalui smartphone android dan mampu belok menghindari halangan berdasarkan data

karakteristik shopping mall yaitu suasana, pelayanan, harga, kelengkapan produk dan lokasi berpengaruh terhadap jumlah uang yang dibelanjakan dapat disimpulkan bahwa

The study on the students’ perception of remedial learning program in vocational school is to investigate feelings, thoughts, opinions and beliefs about remedial teaching according

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dalam pengembangan sistem mesin vending reverse dengan alat tukar mata uang ini didpatkan beberapa lesson learn bahwa (1) pengembangan

Terjadinya penurunan intensitas nyeri pada pasca pembedahan BPH sesudah latihan relaksasi otot progresif didukung juga oleh teori bahwa latihan relaksasi yang dikombinasikan