BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pembentukan kepribadian dan
nilai-nilai atau norma-norma hidup di dalam kehidupan manusia. Dewey
dalam Muslich (2011: 67) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses
pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional
ke arah dalam alam dan sesama manusia. Tujuan pendidikan dalam hal
ini agar generasi muda sebagai penerus generasi tua menghayati,
memahami, dan mengamalkan nilai-nilai atau norma-norma tersebut
dengan cara mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, kemampuan,
dan ketrampilan yang melatarbelakangi nilai-nilai dan norma-norma
hidup di dalam kehidupan. Pendidikan karakter, alih-alih disebut
pendidikan budi pekerti, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia
yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Di sini ada unsur
proses pembentukan nilai tersebut dan sikap yang disadari pada
pengetahuan nilai itu dilakukan.
Pendidikan karakter mempengaruhi pembentukan kepribadian
dan nilai-nilai atau norma-norma hidup di dalam kehidupan manusia
menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu
spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu
dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.
Simon Philips dalam Mu’in (2011: 160) mengemukakan karakter
adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang
melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.
Pendidikan karater pembentukan watak dan sikap seseorang
untuk mencapai karater yang lebih baik. Winnie dalam Mu’in (2011:
160) menyatakan bahwa istilah karater memiliki dua pengertian, yaitu:
Pertama menunjukan bagaimana seseorang bertingkah laku, apabila
seseorang berprilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang
memanifestasikan perilaku buruk. Kedua apabila seseorang berprilaku
jujur, suka menolong, tentulah orang tersebuut memanifestasikan
karakter mulia.
Ciri-ciri pendidikan karakter menurut Mu’in (2011: 161) sebagai berikut:
1) Karakter adalah siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain sedang melihat kamu (character is what you are when nobody is lokking).
2) Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan (character is the result of values and belif).
3) Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua (character is a habit that becomes second nature).
4) Karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu (character is not reputation or what others think about you).
5) Karakter bukanlah seberapa baik kamu dari pada orang lain
(character is not how much better you are than others).
Berdasarkan pendapat yang terurai di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan karakter adalah proses pembentukan kepribadian
yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Kepribadian itu merupakan abstraksi dari individu dan kelakuannya
sebagaimana halnya dengan masyarakat kebudayaan.
Seseorang baru bisa disebut orang yang berkarakter (a person of
character ) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral. Karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,
dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat.
b. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk kepribadian agar
lebih baik lagi. Zubaedi (2011: 316) berpendapat bahwa pendidikan
karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter dan akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang
sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter
diharapkan siswa mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga
Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk kepribadian agar
lebih baik. Muslich (2011: 81) berpendapat bahwa pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
akhlak mulia siswa secara utuh, terpadu, dan seimbang. Melalui
pendidikan karakter diharapkan siswa mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji, dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
c. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan salah satu karakter yang perlu
ditanamkan dalam pribadi seseorang supaya menjadi pribadi baik di
dalam lingkungan bermasyarakat dan bernegara. Pada saat ini sikap
tanggung jawab harus selalu ada di dalam pribadi seseorang, supaya
mampu menjalankan kewajiban dengan baik. Suyadi (2013: 9)
menyatakan tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan
dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.
Listyarti (2012: 8) berpendapat tanggung jawab merupakan sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dilakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan
Tanggung jawab merupakan bukti kesadaran diri manusia atas
kewajibannya yang harus ditaati. Wijaya (2014: 89) menyatakan
tanggung jawab merupakan keadaan wajib menanggung segala
sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, dan
diprakara). Mustari (2014: 22) menjelaskan tanggung jawab merupakan
melaksanakan tugas secara sungguh-sungguh, berani menanggung
konsekuensi dari sikap, perkataan, dan tingkah lakunya. Dari sini
timbul indikasi-indikasi yang diharuskan dalam diri seseorang yang
bertanggung jawab.
Menurut pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan tanggung
jawab adalah sikap atau perilaku yang ada pada diri seseorang baik di
dalam lingkungan, bermasyarakat, dan bernegara untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya.
Tanggung jawab adalah salah satu sikap baik dalam manusia.
Sukanto dalam Mustari (2014: 20) mengemukakan tanggung jawab
yang mesti ada pada manusia adalah:
1) Tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan dengan cara takut kepada-Nya, bersyukur, dan memohon petunjuk. Semua manusia bertanggung jawab kepada Tuhan pencipta alam semesta. Tak ada seorang pun manusia yang lepas beban dari tanggung jawab, kecuali orang itu gila atau anak-anak.
2) Tanggung jawab untuk membela diri dari ancaman, siksaan, penindasan, dan perlakuan kejam dari mana pun datangnya. 3) Tanggung jawab diri dari kerakusan ekonomi yang berlebihan
dalam mencari nafkah, ataupun sebaliknya, dari bersifat kekurangan ekonomi.
6) Tanggung jawab berpikir, tidak perlu mesti meniru orang lain dan menyetujui pendapat umum atau patuh secara membuta terhadap nilai-nilai tradisi, menyaring segala informasi untuk sipilih, mana yang berguna mana yang merugikan. Dalam berpikir perlu ada pemupukan kreasi, yang berarti mampu mencari pemecahan dari masalah-masalah hidup yang kian rumit kita hadapi, dan menciptakan alternatif baru yang berguna bagi masyarakat.
7) Tanggung jawab dalam memelihara hidup dan kehidupan, termasuk kelestarian lingkungan hidup dari berbagai bentuk pencemaran.
Ciri-ciri tanggung jawab menurut Mustari (2014 : 22) diantaranya
adalah:
6) Melakukan tugas dengan standar yang baik, 7) Mengakui semua perbuatannya,
8) Menepati janji,
9) Berani menanggung resiko atas tindakan dan ucapannya.
Adapun beberapa indikator tanggungjawab menurut Fitri (2012:
43) diantaranya adalah:
1) Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik, 2) Bertanggung jawab pada setiap perbuatan,
3) Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang diterapkan, 4) Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama.
Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan pendidikan
karakter merupakan upaya meningkatkan mutu pendidikan agar bisa
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang
mengerah pada pencapaian pembelajaran karakter dan akhlak mulia
di atas dapat disimpulkan tanggung jawab merupakan sikap yang ada
pada diri seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan indikator dari Fitri
berdasarkan kisi-kisi yaitu bertanggung jawab pada setiap perbuatan
dan mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama
2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Arifin (2013: 12). Kemudian dalam
bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah
“prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar”
(learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan
aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek
pembentukan watak siswa. Kata prestasi banyak digunakan dalam
berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olahraga, dan
pendidikan khususnya pembelajaran. Prestasi belajar merupakan suatu
masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia,
karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar
prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.
b. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses yang dilakukan seseorang untuk
memeroleh hasil yang baik. Slameto (2010: 2) mengemukakan belajar
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sedangkan Anurrahhman (2010: 33) mengatakan bahwa belajar
merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar
bagaimana seharusnya belajar.
Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan siswa dalam
mencapai hasil yang lebih baik. Abdillah dalam Anurrahman (2010: 35)
mengemukakan belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan
individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan
pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Gagne dalam Ahmad
(2013: 1) mengemukakan belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengelaman. Dari pendapat tentang belajar dapat ditarik kesimpulan
bahwa belajar adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat merubah
perilaku secara keseluruhan dari hasil interaksi dengan lingkungan
sekitar dalam kehidupannya. Kegiatan belajar sangat mempengaruhi
pencapaian prestasi yang dicapai individu atau kelompok.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah keunggulan yang dimiliki
seseorang dalam proses belajar mengajar. Arifin (2009: 12) berpendapat
bahwa prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial
manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan
masing-masing.
Prestasi belajar adalah sebuah keunggulan yang dimiliki
seseorang dalam proses belajar mengajar. Ahmadi dan Suprijono (2013:
138)berpendapat prestasi belajar adalah hasil interaksi berbagai faktor
yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun
dari luar diri (faktor eksternal) individu.
Prestasi belajar adalah sebuah keunggulan yang dimiliki
seseorang dalam proses belajar mengajar. Hamdani (2011: 138-139)
berpendapat prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang
dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi
belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh
dalam proses belajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan suatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
kendala-kendala yang dialami pada saat pembelajaran berlangsung. Hamdani
(2011: 139-145) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut.
a) Kecerdasan (Intelegensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya inteligensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya sehingga anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu, jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
b) Faktor Jasmaniah atau Faktor Fisiologis
Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. c) Sikap
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakannya untuk belajar. Siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar.
d) Minat
terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa beban.
e) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat itu sendiri sangat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar pada bidang-bidang studi tertentu.
f) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar kesuksesan belajarnya. Kuat lemahnya motivasi belajar turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita.
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula, dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2) Faktor Eksternal a) Keadaan Keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
b) Keadaan Sekolah
c) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi. Lingkungan membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga akan turut belajar sebagaimana temannya.
3. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran mengenai
masyarakat dan nilai moralnya. Taniredja (2013: 1) berpendapat
pendidikan kewarganegaraan adalah usaha untuk membekali siswa
dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan
pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan
oleh bangsa dan negara. Susanto (2013: 225) berpendapat pendidikan
kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai
wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral
yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.
Menurut pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang di dalam studi
formal untuk mengetahui sejarah, pemerintah (kewarganegaraan), dan
tentang kebebasan, martabat manusia, tanggung jawab, independensi,
individualisme demokratis, penghormatan terhadap yang lain, cinta
negara, dan sebagainya.
b. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah
membentuk seseorang yang baik mampu mendukung bangsa. Tanireja
(2013: 3) mengemukakan tujuan tersebut sebagai berikut:
1) Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara terdidik dalam kehidupannya selaku warga negara republik Indonesia yang bertanggung jawab. 2) Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam
masalah dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang hendak diatasi dengan penerapan pemikiran yang berlandaskan pancasila, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional secara kritis dan bertanggung jawab.
3) Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan serta patriotrisme yang cinta tanah air, rela berkorban bagi nusa, dan bangsa.
Tujuan pembelajaran pendidikan karakter adalah membentuk
seseorang menjadi yang lebih baik lagi untuk mendukung bangsa
Indonesia. Susanto (2013: 231) menyatakan tujuan pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan adalah:
1) Mampu berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. 2) Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan secara
aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.
Menurut pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan
pembelajaran pendidian kewarganegaraan (PKn) adalah siswa dapat
memahami, menguasai dan melaksanakan tentang persoalan hidup
maupun isu kewarganegaraan di negaranya dan bisa berpikir
kritis,rasional dan kreatif.
4. Materi Globalisasi di Lingkungannya di Kelas IV
SK dan KD mata pelajaran PKn Kelas IV semester II mengambil 1
SK dengan 3 KD.
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PKn Kelas IV Semester II Berdasarkan KTSP
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya.
4.1 Memberikan contoh sederhana
pengaruh globalisasi di lingkungannya 4.2 Mengidentifikasi budaya Indonesia
yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional
4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh
globalisasi yang terjadi di
lingkungannya
Materi Globalisasi
Proses globalisasi tidak pernah berhenti, tetapi terus berlangsung dan
mempengaruhi seluruh lapisan masyarakat. Proses globalisasi muncul saat
manusia memiliki pengetahuan tentang ruang dan wilayah. Pengetahuan
tersebut mendorong manusia untuk menciptakan sarana transportasi dan
komunikasi untuk berhubungan dengan manusia lain yang berada di ruang
Globalisasi dalam masyarakat ditandai adanya perubahan di bidang
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Pengetahuan dan teknologi
khususnya di bidang informasi, komunikasi, dan transportasi sehingga
dunia menjadi transparan seolah-olah menjadi kampung sedunia tanpa
mengenal batas negara. Kondisi yang demikian menciptakan struktur baru,
yaitu struktur global. Sumarsono dalam Taniredja (2013: 177) terdapat
bebrapa jenis perubahan sosial akibat globalisasi. Perubahan sosial akibat
globalisasi meliputi beberapa jenis yaitu:
a. Makanan
Ditandai dengan berbagai jenis makanan instan. Instan artinya cepat saji. Masyarakat dapat menikmati tanpa harus susah payah membuatdan memasaknya. Tapi bahayanya adalah zat kimia yang ada didalamnya, seperti zat pengawet, pewarna, dan perasa.
b. Pakaian
Masyarakat di negara berkembang biasanya suka meniru perkembangan dari negara maju, sehingga mendorong industri pakaian berkembang pesat.
c. Perilaku
Berupa pudarnya budaya gotong royong. Hal ini sangat mencolok pada masyarakat di perkotaan. Mereka sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri.
d. Gaya Hidup
Gencarnya iklan memengaruhi keinginan masyarakat untuk memiliki suatu barang mutakhir. Orang berlomba-lomba memiliki barang baru guna meningkatkan gengsi.
Adapun dampak negatif adanya globalisasi, antara lain:
a. Orang menjadi sangat individualis. Individualis artinya mementingkan diri sendiri.
c. Budaya konsumtif. Konsumtif berarti kebiasaan senang menghamburkan uangnya untuk kepentingan yang kurang bermanfaat.
d. Sarana hiburan yang melalaikan dan membuat malas. Misalnya
playstation, dengan adanya play station banyak anak melupakan waktu untuk belajar, membantu orang tua, dan beristirahat.
e. Budaya permisif. Permisif artinya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dengan sarana canggih. Misalnya menipu dengan informasi lewat HP.
f. Menurunnya ikatan rohani. Pada era globalisasi orang banyak yang meninggalkan ibadah denganalasan sibuk
Dalam penelitian ini mengambil materi pokok tentang
perkembangan teknologi yang terdiri dari perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi. Sumber buku IPS kelas IV BSE
KTSP kelas IV tahun 2008 halaman 102-104.
5. Model pembelajaranKoperatif tipe GI (Group Investigation)
Konsep pembelajaran terus menerus mengalami suatu perubahan dan
perkembangan yang sangat pesat sesuai dengan ilmu pendidikan dan
teknologi pendidikan. pembelajaran berlangsung dalam suatu situasi
belajar mengajar yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang
saling berhubungan antara lain tujuan mengajar, guru yang mengajar,
peserta didik yang belajar, bahan yang diajarkan, metode pembelajaran,
alat bantu mengajar, dan juga prosedur penilaian. Semua faktor tersebut
sangat saling berhubungan dalam suatu rangkaian terarah agar dapat
membawa peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran
pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk menyuseun suatu
kurikulum dalam pembelajaran. Suprijono (2013: 46) pembelajaran dapat
mengatur materi,dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
pembelajaranialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan , termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. pembelajaran dapat didefinisikan
sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pada penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai falsafah mengenai
tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap
lebih diarahkan oleh guru, di sekolah guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada
akhir tugas. Pada penelitian ini akan digunakan pembelajaran group
investigation.
a. Model Group Investigation
Model Group Investigation seringkali disebut sebagai metode
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh
pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar
kooperatif. Suprijono (2013:93) berpendapat pembelajaran dengan
model group investigation dimulai dengan pembagian kelompok.
Selanjutnya guru beserta peserta didik memilih topik-topik tertentu
dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari
topik itu. Sesudah topik beserta permasalahannya disepakati, peserta
didik beserta guru menentukan penelitian yang di kembangkan untuk
memecahkan masalah. Menurut Slavin (2008: 214) mengemukakan
model group investigation, sebuah betuk pembelajaran kooperatif yang
berasal dari jamannya John, tetapi telah di perbaharui dan diteliti pada
beberapa tahun terakhir ini oleh sholomo dan yae, serta
rachel-lazarowitz di Israel.
b. Langkah-langkah Model Group Investigation
Langkah-langkah ini adalah cara yang ditempuh untuk membuat
ini berjalan dengan lancar pada saat pembelajaran. Al-tabany
(2014:128) mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan investigasi
kelompok meliputi enam fase:
1) Memilih topik
Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah
umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa
diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok
2) Perencanaan kooperatif
Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas
dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih
pada tahap pertama.
3) Implementasi
Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan di
dalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan
ragam aktivitas dan ketrampilan yang luas dan hendaknya
mengarahkan siswa kepada jenis sumber belajar yang berbeda baik
di dalam maupun luar sekolah.
4) Analisis dan sintesis
Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh
pada tahap ketiga, dan merencanakan bagaimana informasi tersebut
diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan
untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.
5) Presentasi hasil final
Beberapa atau semua kelompok menyajikan hasil
penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas,
dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain
dalam pekerjaan mereka dan memperoleh prespektif luas pada topik
6) Evaluasi
Dalam hal kelompok-kelompok menangani aspek yang
berbeda dari topik yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap
kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan.
Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individu atau
kelompok.
Pembelajaran dengan menggunakan model group investigation
merupakan belajar secara berkelompok. Kelompok dengan anggota 5-6
siswa yang heterogen. Kelompok disini dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama
dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki,
dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih.
Selanjutnya menyiapkan dan mempresentasikan laporan kepada seluruh
kelas.
6. Media Flip Chart
a. Pengertian Media Pembelajaran
Guru sebagai seorang pendidik hendaknya dapat menggunakan
media pembelajaran guna memudahkan siswa dalam menerima materi
pembelajaran. Anitah (2009: 2) yang menyatakan bahwa media
pembelajaran setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat
menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Media juga menambah
menyatakan media pembelajaran adalah segala sesuatu seperti alat,
lingkungan, dan segala bentuk kegiatan yang dikondisikan untuk
menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menanamkan
ketrampilan pada setiap orang yang memanfaatkannya. Media juga
dijadikan sebagai perantara dari informasi ke penerima informasi,
contohnya video, televisi, komputer, dan lain sebagainya.
Fungsi media pembelajaran menurut Sanjaya (2012: 73-75)
sebagai berikut:
1) Fungsi komunikatif, media pembelajaran diguakan untuk mempermudah komunikasi antara penyampai pesan dan penerimaan pesan.
2) Fungsi motivasi, diharapkan siswa akan termotivasi dalam belajar dan media juga mempermudah siswa mempelajari materi pelajaran sehingga dapat lebih meningkatkan gairah siswa untuk belajar.
3) Fungsi kebermaknaan, yakni meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisis dan mencipta sebagai aspek kognitif tahap tinggi bahkan dapat meningkatkan aspek, sikap, dan ketrampilan.
4) Fungsi penyamanan persepsi, melalui pemanfaatan media, diharapkan dapat menyamakan persepsi setiap siswa, sehingga setiap siswa memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang disuguhkan.
5) Fungsi individualitas, artinya dengan adanya media dapat melayani kebutuhan setiap individu yang memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda.
Penjelasan dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
merupakan wadah yang digunakan untuk menyampaikan
pesan/informasi melalui proses belajar mengajar antara guru dan siswa
yang mempunyai tujuan tertentu. Penggunaan media dalam
pembelajaran dapat menambah pengetahuan siswa. Siswa juga
Penggunaan media menjadikan pembelajaran efektif dan
menyenangkan.
b. Pengertian Media Flip Chart
Media flip chart adalah media yang terbentuk dari kertas yang
dipotong-potonng yang berukuran 20 x 20 cm. Utami (2013: 2)
mengatakan bahwa flip chart adalah salah satu bagian dari media grafis
yang berupa gambar, cetak, dan diam dalam bentuk bagan atau chart.
Media flip chart Utami (2013:3) media flip chart adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan
melalui gambar yang di tujukan pada selembar chart. Penggunaanya
menempelkan media chart ke dalam bagan balikan, yang penggunaanya
hanya membalik-balikan lalu siswa tinggal menempelkan jawaban.
c. Media Grafis
Media grafis termasuk media visual. Sebagaimana halnya media
yang lain media grafis berfungsi menyalurkan pesan dari sumber ke
penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera pengelihata.
Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol
komunikasi visual.
Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses
penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum
tersebut, secra khusus grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide dan menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relatif murah
ditinjau dari segi biayanya.
d. Bagan dan Chart
Bagan dan chart merupakan media yang digunakan pada saat
pembelajaran menggunakan media flip chart. Sadiman (2012: 35)
mengatakan bahwa seperti halnya media grafis yang lain, bagan atau
chart termasuk media visual. Fungsinya yang pokok adalah
menyampaikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya
disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu
memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi.
Pesan yang disampaikan biasanya berupa ringkasan visual suatu
proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting. Di dalam
bagan sering kali dijumpai jenis media grafis yang lain, seperti gambar,
diagram, kartun, atau lambang-lambang verbal. Sebagai media yang
baik, bagan harus dapat dimengerti siswa, sederhana dan lugas tidak
rumit atau berbelit-belit, dan diganti pada waktu-waktu tertentu agar
selain tetap termasa (up to date) juga tak kehilangan daya tarik.
Beberapa jenis bagan/chart secara besar dapat digolongkan
menjadi dua yaitu chart yang menyajikan pesan secara bertahap dan
chart yang menyajikan pesannya sekaligus. Sering kali siswa bingung
bila dihadapkan pada data yang banyak sekaligus. Oleh karena itu, guru
hendaknya memakai chart yang dapat menyajikan pesan secara
bertahap. Chart yang bersifat menunda penyampaian pesan ini antara
Flip chart atau bagan balikan menyajikan setiap informasi.
Apabila urutan informasi yang akan disajikan tersebut sulit ditunjukkan
dalam selembar chart, bagan balikan dapat dipakai. Bagian-bagian dari
pesan tersebut ditulis/dituangkan dalam lembaran tersendiri, kemudian
lembaran-lembaran tersebut dibundel jadi satu. Penggunannya tinggal
membalik satu persatu sesuai dengan bagan pesan yang akan disajikan.
B. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian tentang model group investigation telah dilakukan
diantaranya penelitian oleh Meyana Dwi Zayanti (2009:39) tentang pengaruh
model pembelajaran group investigation terhadap prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran IPS sejarah sub pokok bahasan kebijakan pelaksanaan sistem
pajak tanah dan tanam paksa masa kolonial Belanda siswa kelas VIII SMP
NEGERI 02 SUSUKAN KAB.BANJARNEGARA menyatakan bahwa
pembelajaran model group investigation berpengaruh terhadapmeningkatnya
prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN
KAB.BANJARNEGARA,dengan hasil ketuntasan belajar pada kelas yang
menerapkan model group investigation lebih tinggi yaitu dengan rata-rata
70,06, sedangkan pada kelas yang tidak menerapkan model group
investigation memiliki rata-rata yang rendah yaitu 64. Faticha Rizky Nur
(2015 :16) juga melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation (GI) dan jigsaw pada materi pokok garis
menyatakan bahwa model group investigation berpengaruh terhadap
meningkatnya prestasi belajar siswa kelas VIII dengan koefisien pengaruh
sebesar 86,43 pada kedua penelitian diatas memiliki kesamaan atau sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri, yaitu penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan
model group investigation yang diterapkan pada proses pembelajaran.
Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa model group
investigation efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian
diatas juga relvan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena
menerapkan model group investigation, penelitian di atas menggunakan
pendekatan eksperimen dan penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
C. Kerangka pikir
Pada penelitian ini, kondisi awal yang peneliti temukan berdasarkan
hasil wawancara dengan guru dan siswa menunjukkan bahwa masih
rendahnya sikap tanggung jawab siswa terhadap mata pelajaran PKn materi
globalisasi di lingkungannya sehingga berdampak pada rendahnya prestasi
belajar PKn siswa. Rendahnya sikap tanggung jawab siswa ditunjukkan
melalui sikap siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran pada saat proses
pembelajaran berlangsung beberapa siswa terlihat bersungguh-sungguh
dalam mengikuti kegiatan belajar, selain itu saat kegiatan diskusi kelompok
tugasnya, sementara siswa lain lebih memilih bermain dan tidak
memperhatikkan.
Rendahnya tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran PKn
tersebut berdampak pada rendahnya prestasi belajar PKn siswa. Hal ini
dibuktikan dengan sebagian besar yang memperoleh hasil nilai ulangan
harian PKn materi globalisasi di lingkungannya yang masih dibawah kriteria
ketuntasan minimal (KKM).
Untuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa
terhadap pelajaran PKn materi globalisasi di lingkungannya, peneliti
melakukan tindakan dua kali pada siklus 1 dan siklus 2 yang diawali dengan
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dengan menerapkan model
group investigation dengan menggunakan media flip chart dalam proses
belajar mengajar.
Pembelajaran melelui model group investigation merupakan salah satu
tipe dari pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa untuk berdiskusi,
dengan model group investigation dan media flip chart dapat
mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan keaktifan siswa. Penerapan
model group investigation dengan media flip chart pada proses pembelajaran
untuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa
terhadap pembelajaran PKn materi globalisasi di lingkungannya.
Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat melalui gambar 2.1
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Dilihat dari kerangka bepikir di atas maka diharapkan dengan melalui
model pembelajaran group investigation dan dengan media flip chart dapat
menambah tanggug jawab siswa dalam pembelajaran dan dapat
meningkatkan prestasi belajar, sehingga sikap tanggung jawab pada saat
mengerjakan soal atau dalam pembelajaran meningkat. Sedangkan media flip
chart dipakai dalam pembelajaran pada materi globalisasi di lingkungannya
dapat menjadikan pembelajaran menjadi lebih menarik serta meningkatkan
potensi memori pada siswa karena lebih menarik dan mudah diingat. Adanya
peningkatan sikap tanggung jawab diharapkan meningkat pula prestasi
belajar.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan cara melakukan
sejumlah tindakan yang terangkum dalam siklus I dan siklus II berdasarkan
landasan teori yang sudah diuraikan di atas, tentunya dapat diambil suatu
hipotesis tindakan yang akan menjawab sementara rumusan masalah yang
akan dipaparkan pada bagian sebelumnya. Hipotesis tindakan tersebut adalah:
1. Penerapan model group investigation dengan media flip chart pada
mata pelajaran PKn pokok bahasan globalisasi di lingkungannya,dapat
meningkatkan tanggung jawab siswa pada saat pembelajaran.
2. Penerapan model group investigation dengan menggunakan media fip
chat pada mata pelajaran PKn pokok bahasan globalisasi di