• Tidak ada hasil yang ditemukan

I Putu Agus Eko Sattvika )1 I Ketut Garwa, S.Sn., M.sn )2 Saptono, S.Sen., M.si )3 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR Alamat: Jalan Nusa Indah Denpasar, Telp: (0361) 227316, Fax: (0361) 236100 E-mail : sattvika05gmail.com Abstrak - CANGGAH WANG - ISI Denpas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "I Putu Agus Eko Sattvika )1 I Ketut Garwa, S.Sn., M.sn )2 Saptono, S.Sen., M.si )3 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR Alamat: Jalan Nusa Indah Denpasar, Telp: (0361) 227316, Fax: (0361) 236100 E-mail : sattvika05gmail.com Abstrak - CANGGAH WANG - ISI Denpas"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

CANGGAH WANG

I Putu Agus Eko Sattvika *)1

I Ketut Garwa, S.Sn., M.sn **)2 Saptono, S.Sen., M.si **)3

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

Alamat: Jalan Nusa Indah Denpasar, Telp: (0361) 227316, Fax: (0361) 236100

E-mail : sattvika05@gmail.com

Abstrak

Canggah Wang adalah bagian dari arsitektur bangunan Bali. Canggah Wang adalah konstruksi yang letaknya miring dan menyangga konstruksi balok mendatar (lambang) dengan tiang vertikal ( saka / adegan ).

Canggah Wang biasanya ditampilkan dengan bentuk polos (tanpa hiasan) sampai dengan yang memakai hiasan dalam bentuk Patra atau ukiran. Dalam karya ini penata menggunakan tiga motif patra (ukiran) yaitu Karang Manuk, Karang Dedari, dan Karang Naga. Walaupun mempunyai bentuk yang kecil, tetapi Canggah Wang

mempunyai peran sangat besar dalam menyangga bangunan tersebut. Kuat saling menguatkan, menempel saling melekatkan. Ada untuk menahan dan menopang struktur beban bangunan. Merekat melekatkan,kokoh mengokohkan, beradu beban saling tekan. Arsitektur tradisional kaya fungsi, kaya makna, kaya tutur, simbolik bijaksana melihat perbedaan sebagai pasak penguat kebersamaan. Melihat keunikan dari bentuk Canggah Wang

tersebut, penata mentransformasikan kedalam bentuk karya tabuh kreasi pepanggulan yang berdurasi 13 menit. Tabuh kreasi pepanggulan merupakan penggabungan dari tabuh lelambatan dan tabuh kreasi. Karya ini menggunakan barungan Gamelan Gong Kebyar. Tabuh kreasi pepanggulan Canggah Wang menggunakan konsep

Tri Angga yaitu kawitan, pangawak, pangecet. Pada bagian kawitan mencerminkan karakter dari bentuk Karang Manuk. Karang Manuk memiliki karakter keras, tegas dan bijaksana. Bagian pangawak mencerminkan karakter dari bentuk Karang Dedari. Karang Dedari memiliki karakter lembut, tenang namun tetap memiliki ketegasan. Bagian pangecet mencerminkan karakter dari bentuk Karang Naga. Karang Naga memiliki bentuk berlika liku seakan menyerupai melodi yang mengalun dalam karya ini. Karya ini menggunakan pendukung sebanyak 35 orang. Karya ini didukung oleh Sanggar Seni Palwa Swari yang berada di Desa Kapal, Mengwi, Badung.

Kata kunci: Canggah Wang, Tabuh Kreasi pepanggulan, Gong Kebyar.

Abstrac

Canggah Wang is part of Balinese architecture. Rebutter Wang is a sloping construction supporting the horizontal beam construction (emblem) with a vertical pole (saka / scene). Rebutter Wang is usually shown with a plain (unadorned) shape to the wearing ornaments in Patra or engraving form. In this work the stylist uses three patra motifs (carvings) namely Karang Manuk, Karang Dedari, and Karang Naga. Although it has a small shape, but Canggah Wang has a very big role in supporting the building. Strong mutually reinforcing, sticking together. There is to hold and sustain the building load structure. Sticking attached, firmly solidified, clashing the load of press. The traditional architecture is rich in functionality, rich in meaning, richly spoken, symbolically wise to see the difference as a reinforcement peg. Seeing the uniqueness of the form of Brother Wang, the stylists transform into the form of the work of creations pepanggulan 13-minute duration. Tabuh pepanggulan creation is an amalgamation of percussion tabuh and tabuh creations. This work uses Barungan Gamelan Gong Kebyar. Tabuh creeping creations pepanggulan Wang using the concept of Tri Angga namely kawitan, pangawak, pangecet. On the part of the kawitan reflects the character of the form Karang Manuk. Karang Manuk has a hard, firm and wise character. The portion of the pangawak reflects the character of the form of Karang Dedari. Karang Dedari has a soft character, calm but still has firmness. The pangecet portion reflects the character of the Dragon Coral form. Dragons Dragons have a form like the twists and turns like a melody that plays in this work. This work uses the support of 35 people. This work is supported by Palwa Swari Art Studio located in Kapal Village, Mengwi, Badung.

(2)

PENDAHULUAN

Terciptanya sebuah karya kreasi baru sangat dipengaruhi oleh kreativitas dan pengalaman dari para seniman penciptanya. Pengalaman sebagai pemain Gong Kebyar membuat penata ingin membuat sebuah karya tabuh kreasi pepanggulan dengan menggunakan media ungkap gamelan Gong Kebyar. Dalam Laporan Penelitian Kajian Komposisi Karawitan Karya I Nyoman Windha yang ditulis oleh I Komang Sudirga, SSn,M.Hum dan I Gede Yudarta, S.SKar menjelaskan bahwa kreasi pepanggulan merupakan bentuk garapan kreasi yang tidak lagi terikat hukum – hukum jajar pageh seperti layaknya dalam pagongan klasik. Bentuk garapannya lebih bebas. Seniman dituntut kejeliannya dalam mengolah materi melalui media Gong Kebyar sesuai dengan ide dan tema garapannya secara bebas. Bahkan bila dipandang mampu, dimungkinkan untuk keluar dari nuansa pola – pola pagongan klasik. Sampai sejauh mana kebebasan ini dapat ditolerir masih memerlukan kesatuan tafsir untuk mengantisipasi kemungkinan gejolak – gejolak dimasa yang akan datang (Sudirga dan Yudarta 2003:65).

Ketertarikan penata terhadap tabuh kreasi pepanggulan berawal saat penata menonton hasil rekaman video tabuh kreasi pepanggulan Cakra Arnawa yang diunggah oleh Laswan Hadi pada tahun 2012 karya I Wayan Darya di situs www.youtube.com, mendengarkan hasil rekaman tabuh kreasi pepanggulan Griya Anyar karya I Wayan Darya (koleksi pribadi) dan menonton hasil rekaman video tabuh kreasi pepanggulan Wana Giri karya I Wayan Widia (sumber youtube, dipublikasikan tanggal 22 Agustus tahun 2008. Festival Gong Kebyar duta Kabupaten Badung yang diunggah oleh Krisna Saptayana).

Ketertarikan tersebut semakin bertambah setelah penata berkesempatan untuk membuat tabuh kreasi pepanggulan Angklung di SMP N 2 Mengwi sebagai duta kecamatan Mengwi dalam ajang Gelar Budaya Badung tahun 2015. Pada kesempatan ini penata mendapat pengalaman untuk membuat dan mempelajari bagaimana sebenarnya tabuh kreasi pepanggulan tersebut.

Menurut penjelasan I Wayan Widia, tabuh kreasi pepanggulan adalah suatu komposisi musik yang tidak mempunyai uger – uger pasti seperti halnya tabuh lelambatan yang memliki pakem atau uger – uger yang baku. Seperti halnya tabuh kreasi biasa, tabuh kreasi pepanggulan biasanya menggunakan konsep Tri Angga (kawitan, pengawak, pengecet) dan kendangnya menggunakan alat pemukul (panggul). Tabuh kreasi pepanggulan merupakan sebuah komposisi musik penyederhanaan dari tabuh lelambatan. Jadi, di dalam tabuh kreasi pepanggulan setidaknya terdapat beberapa pola – pola yang ada dalam tabuh lelambatan seperti pola pukulan pada instrumen trompong yaitu pukulan nyilihasih, ngembat, niltil, nguluin. Pola kekendangan seperti gegilakan, batu – batu, gegulet, milpil. Pola-pola pukulan gangsa seperti norot, gegejer, oncang-oncangan, dll (wawancara tanggal 14 Januari 2017 di museum Yadnya Mengwi).

Penata juga sempat mewawancarai seniman yang sering menggarap tabuh kreasi pepanggulan yaitu I Wayan Darya. Beliau menyebutkan bahwa tabuh kreasi pepanggulan adalah gabungan dari tabuh lelambatan dan tabuh kreasi dengan menggunakan instrumen Trompong dan kendangnya menggunakan alat pemukul panggul (wawancara tgl 14 Juni 2017 di kalangan Ratna Kanda Taman Budaya Art Center Denpasar). Penata juga sempat berbincang – bincang dengan I Made Subandi di acara pernikahan keponakannya. Pada kesempatan tersebut penata menanyakan bagaimana definisi tabuh kreasi pepanggulan menurut I Made Subandi. Menurut tafsir Subandi tabuh kreasi pepanggulan lebih menjurus ke kreativitas penggarapnya. Seperti halnya tabuh kreasi, tidak ada uger – uger yang mengikat (wawancara tgl 26 Juli 2017 di rumah I Made Subandi, Gg. Elang No 30 Batuyang).

(3)

HASIL ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

Dalam konteks ini, teknik atau metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi kepustakaan, observasi, dan dokumentasi. Garapan ini terinspirasi dari bangunan Bali (bale Bali, Sanggah ,dll). Dalam bangunan Bali terdapat suatu bentuk yang sangat unik yang bernama Canggah Wang. Canggah Wang adalah konstruksi yang letaknya miring dan menyangga konstruksi balok mendatar (lambang) dengan tiang vertical ( saka / adegan ). Canggah Wang biasanya ditampilkan dengan bentuk polos (tanpa hiasan) sampai dengan yang memakai hiasan dalam bentuk Patra atau ukiran. Walaupun mempunyai bentuk yang kecil, tetapi Canggah Wang mempunyai peran sangat besar dalam menyangga bangunan tersebut.

Dalam garapan ini, saya bermaksud mengartikan tiang (adegan / saka) sebagai tradisi musik Bali dan Canggah Wang yang bentuknya miring diartikan sebagai pola musik non tradisi Bali seperti Kanon, Triplet dan 3/4. Tetapi pola – pola non tradisi ini yang akan memperkuat garapan tabuh kreasi pepanggulan ini. Selain itu, Canggah Wang juga ditampilkan dengan beragam motif ukiran seperti Karang Manuk, Karang Dedari, Karang Naga dll (wawancara tanggal 27 Februari 2017 dengan seorang tukang bangunan arsitektur Bali bernama bapak I Wayan Mandia di rumahnya, Jl. Jempiring no 13 Kapal, Mengwi, Badung). Dalam garapan ini, penata menggunakan tiga motif karang dari ornamen Canggah Wang seperti Karang Manuk, Karang Dedari dan Karang Naga. Karang Manuk yang perwujudannya seperti burung garuda/paksi dengan mata yang besar merupakan karakter tegas, enerjik dan agak keras, Karang Dedari dengan bentuk bidadari mempunyai karakter lembut dan indah namun tetap memiliki ketegasan dalam kelembutannya, Karang Naga yang meliuk atau berlekak – lekok mencirikan sesuatu yang mengalun seperti melodi dalam garapan ini.

Garapan ini memakai struktur Tri Angga yang terdiri dari Kawitan, Pengawak, dan Pengecet. Penata memiliki gagasan untuk memasukan instrumen Angklung bambu untuk menambah kreativitas dalam tabuh kreasi pepanggulan ini. Garapan tabuh kreasi pepanggulan ini berbentuk kelompok besar yang menggunakan kurang lebih 35 penabuh. Alasan menggunakan banyak penabuh karena kebutuhan dari garapan yang digarap dengan menggunakan media ungkap gamelan Gong Kebyar.

Gong Kebyar adalah salah satu jenis

barungan gamelan yang kaya akan orkestrasi. Alasan penata menggunakan barungan gamelan Gong

Kebyar adalah selain ketertarikan pada gamelan Gong Kebyar, di lingkungan banjar penata hanya

mempunyai gamelan Gong Kebyar.

Penata mendapatkan ide ketika melihat keindahan dan keunikan Canggah Wang. Canggah Wang yang ukurannya kecil dan letaknya miring, namun memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah arsitektur bangunan Bali. Selain itu, Canggah Wang juga ditampilkan dengan bentuk polos (tanpa hiasan) sampai dengan yang memakai hiasan dalam bentuk Patra atau ukiran. Ketika itu, tersirat dalam pikiran penata tentang kekagumannya akan keindahan dan keunikan saat melihat Canggah Wang yang memberikan penata inspirasi kemudian direspon melalui bahasa musik lewat sebuah penyajian komposisi karawitan tabuh kreasi pepanggulan Canggah Wang.

Karya ini menggunakan gamelan Gong Kebyar sebagai media ungkapnya, untuk itu hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahapan eksplorasi ini adalah mencari pendukung ujian yang benar-benar memiliki kemampuan dan teknik yang memadai. Selain itu, kematangan rasa di masing – masing penabuh sangat diperlukan untuk mencapai satu tujuan yaitu keselarasan rasa. Untuk itu penata menghimpun pendukung yang memiliki kemampuan cukup serta memiliki pengalaman pentas baik ditingkat kabupaten maupun ditingkat Provinsi. Adapun sekaa yang penata libatkan sebagai pendukung dalam garapan ini adalah Sanggar Palwa Swari Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Sedangkan tempat latihan meminjam di balai banjar Pemebetan Kapal. Sebagai pertimbangan sarana garap, penata menggunakan barungan gamelan Gong Kebyar.

(4)

tabuh kreasi pepanggulan Canggah Wang ini. Proses pembentukan karya ini dilakukan kurang lebih dalam waktu selama 5 bulan yang dimulai dari bulan April 2017 sampai bulan Agustus 2017.

Berikut ini dapat dijabarkan dalam bentuk tabel, kegiatan untuk proses penjajagan, penuangan dan pembentukan dari karya tabuh kreasi pepanggulan Canggah Wang ini

Tabel

: Perenungan ide dan menerjemahkan ide menjadi bentuk garap

: Penggarapan karya musik

: Pembentukan dan perbaikan karya musik

: Pelaksanaan gladi bersih dan Pergelaran Ujian Tugas Akhir

Dalam berkesenian, wujud merupakan salah satu aspek mendasar yang terkandung pada sebuah benda atau peristiwa kesenian. Wujud dimaksudkan, adalah kenyataan yang tampak secara konkrit di depan kita yang dapat dipersepsikan dengan mata dan telinga dan juga kenyataan yang tidak nampak secara konkrit di muka kita, tetapi secara asbtrak wujud itu dapat dibayangkan, seperti sesuatu yang diceritakan atau yang kita baca dalam buku (Djelantik,1990:17). Wujud karya seni yang baik adalah kesatuan perasaan, dalam artian apa yang dirasakan oleh seseorang seniman dapat dirasakan oleh penonton atau penikmatnya. Unsur yang paling menunjang keutuhan dari garapan tersebut adalah kesatuan antara tema, ide dengan hasil garapan yang akan diwujudkan.

Karya seni Canggah Wang merupakan sebuah garapan musik yang secara utuh disajikan dalam

bentuk tabuh kreasi pepanggulan. Garapan ini menggunakan barungan Gamelan Gong Kebyar dan

(5)

instrumen Angklung Bambu untuk mewujudkannya. Sebelum mengenal secara detail mengenai

bentuk komposisi tabuh kreasi pepanggulan

“Canggah Wang”, berikut beberapa aspek penting guna

memberikan gambaran bagaimana komposisi yang dimaksud.

Garapan Canggah Wang ini adalah sebuah garapan tabuh kreasi pepanggulan dengan pengolahan unsur musikal yang masih berpijak dari pola-pola tradisi yang dikembangkan secara selektif sesuai dengan kebutuhan garap penata. Garapan ini merupakan komposisi karawitan yang berbentuk tabuh kreasi pepanggulan yang digarap baik dari struktur lagu, teknik permainan dengan penciptaan dan pengolahan unsur – unsur musikal, seperti : nada, melodi, irama, ritme, dinamika, harmoni dan tempo. Pengalaman penata yang lebih sering berkecimpung memainkan gamelan Gong Kebyar merupakan modal untuk mengekspresikan garapan ini sesuai dengan ide garapan. Garapan tabuh kreasi Canggah Wang ini menggunakan struktur Tri Angga. Sebagaimana kita ketahui bahwa struktur Tri Angga terdiri dari bagian kawitan (pengawit), pengawak dan pengecet.

Kawitan

Kawitan berasal dari kata “kawit” yang berarti awal. Bagian ini merupakan bagian awal dari komposisi ini. Bagian kawitan dimulai dengan permaninan instrumen trompong, reong, penyacah, jublag dan jegog secara bersamaan. Kemudian dilanjutkan dengan pola kakebyaran yang dimainkan secara bersamaan. Setelah kebyar adalah bagian pangrangrang. Pangrangrang adalah salah satu bagian dalam komposisi lelambatan dimana pemain trompong menampilkan kemampuan individualnya.Bagian pangrangrang dimainkan secara solo dan diikuti oleh permainan instrumen suling yang menyesuaikan dengan melodi pangrangrang. Terdapat beberapa motif kakilitan gangsa (kotekan) untuk menambah kesan kompleksitas di tengah – tengah bagian pangrangrang ini. Setelah pangrangrang berakhir dilanjutkan dengan masuknya instrumen Angklung Bambu, suling, penyacah, jublag dan jegog. Setelah permainan Angklung Bambu berakhir, dilanjutkan dengan permainan silih berganti antara instrumen suling dan imstrumen reong yang diikuti oleh instrumen penyacah, jublag dan jegog sebagai melodi pokoknya. Bagian selanjutnya adalah permainan semua instrumen secara bersamaan dengan pukulan yang sudah ditetapkan. Dilanjutkan dengan permainan antara instrumen reong dan kendang yang mengikuti melodi yang dibawakan oleh instrumen penyacah, jublag, jegog dan diakhiri oleh pukulan gong menuju gagenderan. Gagenderan merupakan motif lagu yang diadopsi repertoar Gender Wayang(Arya Sugiartha, 2012:203). Setelah bagian gagenderan selesai dimainkan, selanjutnya adalah bagian panyalit yang dilakukan oleh semua instrumen dengan sedikit papayasan pukulan instrumen reong menuju bagian pengawak. Panyalit adalah bagian transisi dari sebuah komposisi karawitan Bali. Bagian ini adalah bagian esensial guna memberikan kekuatan komposisi baik dari segi dinamika, tempo, ritme dan lainnya. Walaupun hanya berfungsi sebagai jembatan untuk menghubungkan bagian satu ke bagian yang lainnya, panyalit adalah penentu guna memberikan kejutan (hal tak terduga) kepada audience (Wawancara dengan I Wayan Darya, 14 Februari 2017 di kalangan Ratna Kanda Taman Budaya Art Center Denpasar).

Suasana yang ingin disampaikan pada bagian kawitan ini adalah ketegasan dari Karang Manuk yang merupakan sebuah ornamen dari Canggah Wang. Karang Manuk memiliki mata yang besar serta paruh yang tajam menggambarkan ketegasan dalam bagian kawitan ini.

Pangawak

Pangawak merupakan bagian utama (main body) dari struktur atau komposisi musik tradisional Bali (Arya Sugiartha, 2012:208). Kata pangawak berasal dari kata dasar awak yang mempunyai makna badan. Dalam anatomi tubuh manusia badan terdapat di bagian tengah-tengah tubuh manusia. Begitu pula dalam komposisi ini, pengawak terletak pada bagian tengah. Bagian pengawak tabuh kreasi pepanggulan Canggah Wang mencerminkan karakter dari ornamen Karang dedari dengan kelembutan dan keindahannya namun tetap memiliki ketegasan dalam kelembutannya. Pola kakendangan pada bagian pangawak menggunakan pola gegulet.

Pangecet

(6)

tanggung. Bentuk gending pangecet dapat disajikan mandiri dan disajikan karena rangkaian dari salah satu bentuk gending tertentu (Sukerta, 2010:271). Pada bagian pangecet tabuh kreasi pepanggulan Canggah Wang menggunakan tempo sedang dan cepat. Bagian ini mencerminkan ornamen dari Karang Naga. Bentuk ornamen Karang Naga yang seakan meliuk atau berlekak – lekok mencirikan sesuatu yang mengalun seperti melodi dalam garapan ini.

Notasi yang dipakai dalam garapan ini adalah sistem notasi karawitan Bali yang disebut titi laras atau notasi Ding Dong. Teks notasi tetabuhan sebagai pencatatan yang sifatnya masih tradisional bernama Penganggening Aksara Bali, yaitu ulu (3), tedong (4), taleng (5), suku ilut (6), suku (7), carik (1), dan pepet (2) (Aryasa,1983:30).

Sebuah karya seni apapun wujudnya, maka dapat dipastikan ada beberapa unsur-unsur yang membentuknya. Dalam pembahasan ini beberapa unsur yang dimaksud meliputi unsur musikal meliputi melodi, ritme, tempo, harmoni, dinamika.

Merujuk pada komposisi “tabuh kreasi pepanggulan Canggah Wang”, terbentuknya komposisi ini tidak terlepas dari unsur-unsur musikal yang membentuk suatu jalinan sistem pada komposisi ini. Unsur-unsur yang dimaksud meliputi :

Melodi merupakan susunan nada – nada yang beraturan. Melodi dalam garapan ini dapat diartikan sebagai hasil jalinan nada – nada yang disusun sedemikian rupa hingga membentuk suatu pola melodi. Dalam penyusunannya, penata menjalin beberapa melodi yang berbeda menjadi satu, sehingga menghasilkan jalinan – jalinan yang menimbulkan kesan komunikasi antara pola yang satu dengan pola yang lain. Hal ini dapat diamati dibagian kawitan dan pengecet tepatnya bagian Angklung Bambu dari komposisi ini.

Tempo adalah cepat atau lambatnya lagu yang dimainkan. Dalam garapan ini tempo yang digunakan meliputi : tempo lambat, sedang dan cepat. Tempo musik yang dimainkan oleh instrumen kajar berkaitan erat dengan panjangnya hitungan melodi pokok dalam komposisi ini. Pola permainan tempo dilakukan dengan pola yang konstan, namun disetiap bagian terdapat dinamika yang ditandai dengan kecepatan permainan yang berbeda.

Ritme adalah prinsip yang mengatur gerak lambat atau cepat, waktu panjang atau pendek. Lebih lanjut dalam skrip karyanya, Agus Indah Suputra menjelaskan bahwa pada dasarnya ritme atau irama dibedakan menjadi beberapa bentuk seperti irama metris (irama yang ajeg), irama melodis (bentuk irama yang merupakan pengembangan dari pola-pola melodi) dan irama ritmis (bentuk irama yang menekankan pada pola ritme yang menampilkan kesan rumit). (Agus Indah, 2012 :55)

Dalam komposisi ini pola ritme yang penulis aplikasikan adalah pola irama metris yang dapat diamati dari pukulan instrumen kajar, pola irama melodis yang diaplikasikan oleh instrumen pemade, kantilan dan ugal. Serta pola ritmis yang dapat diamati pada bagian pengecet dari komposisi ini.

Dinamika adalah istilah untuk membedakan keras lembutnya dalam pembawaan karya musik. Dinamika termasuk unsur yang paling penting dalam pembawaan musik guna menghindari kesan datar dan monoton. Dinamika merupakan aspek penting untuk memberikan ekspresi dalam karya ini, dinamika yang dimaksud meliputi sistem aes-nguncab (ngumbang-ngisep) serta hentakan berupa aksen pada bagian tertentu. Tiap bagian memiliki dinamika yang berbeda sehingga suasana dari garapan ini dapat disajikan lebih menarik. Harmoni merupakan aspek musikal yang tidak kalah penting guna menyelaraskan setiap bagian ataupun komponen-komponen yang terdapat dalam komposisi sehingga menjadi satu-kesatuan yang utuh. Dalam konteks musik harmoni timbul sebagai implikasi atas terjadinya perpaduan beberapa nada yang berbeda.

Dalam penyajian karya tabuh kreasi pepanggulan “Canggah Wang” ini, rias wajah (make up) dan penataan kostum menjadi bagian yang berperan dalam hal penampilan, penguasaan materi disertai penampilan yang serasi akan menghasilkan sebuah pertunjukan yang baik. Pemilihan kostum dan tata rias dalam garapan ini diharapkan dapat mendukung karakter dari konsep serta mendukung karakter dari pertunjukan karawitan yang disajikan.

(7)

Pementasan karya tabuh kreasi Pepanggulan Canggah Wang di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar (Dokumentasi : Gusti Sudiatmika, Agustus 2017)

Sangat penting untuk diperhatikan sebuah keharmonisan penampilan dalam suatu garapan. Dalam penyajian tabuh kreasi pepanggulan “Canggah Wang” ini menggunakan kostum tradisi Bali namun tanpa menggunakan baju tetapi hanya memakai udeng, saput, ambed, dan kamben. Antara penata dan pendukung karawitan mempergunakan kostum yang berbeda. Perbedaan tersebut terlihat pada warna kostum untuk membedakan penata selaku peserta ujian dan penabuh selaku pendukung garapan.

PENUTUP

Penggarapan karya seni memerlukan waktu yang cukup lama baik dalam proses kreativitasnya maupun dalam penyelesaian skrip karyanya. Karya tabuh kreasi pepanggulan Canggah Wang merupakan karya yang terinspirasi dari sebuah bagian kecil dalam bangunan arsitektur Bali. Bagian kecil tersebut bernama Canggah Wang.Canggah Wang yang ukurannya kecil namun memiliki peran sangat besar dalam memperkuat bangunan arsitektur Bali. Canggah Wang biasanya ditampilkan dengan bentuk polos (tanpa ornamen) sampai dengan ornamen ukiran seperti Karang Manuk, Karang Dedari, Karang Naga, dll. Dalam karya tabuh kreasi pepanggulan Canggah Wang ini masih berpijak pada pola – pola tradisi, namun penata memasukan pola – pola non tradisi seperti triplet, kanon dan 3/4.

Karya ini menggunakan struktur Tri Angga yaitu kawitasn, pengawak, dan pengecet. Bagian kawitan menggambarkan karakter dari Karang Manuk yang memiliki mata besar, paruh tajam yang menggambarkan karakter keras dan memiliki ketegasan. Bagian pengawak menggambarkan karakter dari Karang Dedari yang memiliki sifat lembut namun tetap memiliki ketegasan. Bagian pengecet menggambarkan karakter Karang Naga yang memiliki bentuk meliuk – liuk seakan – akan seperti melodi yang mengalun dalam tabuh kreasi pepanggulan Canggah Wang ini.

(8)

Daftar Rujukan

Agus Indah Suputra, I Wayan. 2012. “Cacimpedan” Skrip Karya Seni. Denpasar : Institut Seni Indonesia Denpasar.

Aryasa, I WM. 1983. Pengetahuan Karawitan Bali. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Bandem, I Made.1986. Prakempa, Sebuah Lontas Karawitan Bali. Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar.

Djelantik, A.A.M. 1990. Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid I. Denpasar: STSI Denpasar.

Fery, Kadek.2013.”Angklung Bambu oleh Seniman Bali”. 21 Agustus 2017 http://www.balitaksu.com/angklung-bambu-bali-id.

Garwa, I Ketut. 2008. Bahan Metode Penciptaan seni Karawitan. Institut Seni Indonesia Denpasar.

Sudirga, I Komang dan I Gede Yudarta. 2003. Kajian Komposisi Karawitan Karya I Nyoman Windha. Laporan Penelitian Program Due – like Batch IV STSI Denpasar

Sugiartha, I Gede Arya.2012. Kreativitas Musik Bali Garapan Baru. Persefektif Cultural Studies. UPT. Penerbit ISI Denpasar.

Sukerta, Pande Made.2011. ”Metode Penyusunan Karya Musik (Sebuah Alternatif), Surakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Program Pasca Sarjana, ISI Surakarta.

Wikipedia.”Angklung”.21 Agustus 2017. https://id.wikipedia.org/wiki/Angklung

DISCOGRAFI

Darya, I Wayan. Cakra Arnawa. Diunggah oleh Laswan Hadi pada tahun 2012 di situs www.youtube.com. Darya, I Wayan. Griya Anyar. Merupakan koleksi pribadi penata berupa rekaman vidio.

Widia, I Wayan. Wana Giri. dipublikasikan tanggal 22 Agustus tahun 2008. Festival Gong Kebyar duta Kabupaten Badung yang diunggah oleh Krisna Saptayana).

DAFTAR INFORMAN

Nama : I Wayan Darya

Umur : 50th

Pekerjaan : Seniman

Alamat : Br. Kebon, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

Nama : I Wayan Widia

Umur : 53th

Pekerjaan : PNS/Seniman

Alamat : Br. Guming, Desa Penarungan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

Nama : I Made Subandi

Umur : 51th

Pekerjaan : Seniman

Alamat : Br. Buda Ireng, Desa Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

(9)

Umur : 75th

Pekerjaan : Tukang Bangunan

Gambar

Tabel Proses Kreativitas

Referensi

Dokumen terkait

Beam shutter terdiri dari tiga bagian yaitu transmisi penggerak, lengan ayun dan penyetop berkas, yang berfungsi sebagai penyetop dan pengukur berkas elektron sebelum

Tampil antarmuka menu utama yang menampilkan menu tentang haji, petunjuk berhaji, kumpulan do’a, kegiatan jama’ah, tempat ziarah dan tentang aplikasi Antarmuka menu

Untuk mengindari keluhan pelanggan, keakuratan data yang dihasilkan meter sangat diperlukan untuk menentukan besar energi yang dipakai dengan kWh meter mekanik saat

Dampak perilaku seks bebas pada usia remaja sangat besar, namun di suatu sisi masih rendahnya tingkat pengetahuan tentang resiko seks bebas yang dilakukan oleh remaja

BATAN sebagai pengelola iptek nuklir di Indonesia dituntut untuk ikut berkontribusi dalam menanggulangi krisis energi dengan diusulkannya membangun PLTN, untuk itu BATAN

Pada studi ini, penulis menginvestigasi penerapan pemodelan ESPC pada bangunan gedung kantor di Jakarta yang berencana melakukan retrofit perangkat sistem tata

Adapun tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah aplikasi E-Book Reader yang lebih efisien, ekonomis dan memberikan kenyamanan tanpa gangguan

EVALUASI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAGING BUAH DAN KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia Mangostana, Linn.) PADA BERAGAM.. SUHU DAN