• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demografi Penduduk - Fitri Nurhayati Bab II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Demografi Penduduk - Fitri Nurhayati Bab II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demografi Penduduk

Donald J. Bogue dalam Pollard, A.H. (1984) menjelaskan demografi

adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar,

komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa.

Ada lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),

perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Demografi mempelajari persoalan dan

keadaan perubahan-perubahan penduduk atau segala hal yang berhubungan

dengan komponen-komponen perubahan, sehingga menghasilkan suatu keadaan

dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.Demografi

menghasilkan teknik-teknik untuk menghitung data kependudukan. Dengan teknik

tersebut dapat diperoleh perkiraan keadaan penduduk di masa depan atau di masa

lampau.

Keadaan penduduk suatu negara perlu diketahui. Tugas dari demografi

adalah mempelajari keadaan penduduk, statistik penduduk dan dinamika

penduduk. Keadaan penduduk meliputi jumlah, pertumbuhan, penyebaran,

kepadatan dan struktur serta komposisi penduduk (Daldjoeni, N. 1987). Statistik

penduduk meliputi pencatatan jumlah kelahiran, kematian, perkawinan dan

perceraian. Sedangkan yang dimaksud migrasi adalah perpindahan penduduk dari

(2)

Dalam sejarah manusia terjadi pula perpindahan bangsa-bangsa secara

besar-besaran. Pada awalnya manusia berpindah tempat secara tidak sadar, tidak

hanya mengikuti dorongan naluri saja. Kemudian perpindahan manusia dilakukan

dengan kesadaran. Ada dua dorongan yang membuat orang bermigrasi yaitu

adanya daya tarik dari tempat lain dan tidak ada daya tarik dari tempat yang

dihuninya (Daldjoeni, N. 1987).

Demografi mempunyai beberapa tujuan diantaranya mempelajari kuantitas

dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.Selain itu juga menjelaskan

pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya dengan

sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.Demografi juga mengembangkan sebab

akibat antara perkembangan penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi

sosial. Ilmu ini mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa yang akan

datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya (Widiyanti, N. 1987).

2.2 Studi Kependudukan

Studi kependudukan berkaitan dengan segala aspek tingkat kemakmuran

penduduk dipermukaan bumi pada umumnya.Aspek kependudukan yang

dipelajari pada studi kependudukan meliputi aspek keruangan (spasial), maka

studi ini erat hubungannya dengan studi geografi (N. Sumaatmadja, 1981).

Geografi kependudukan menjelaskan bagaimana variasi spasial dalam

distribusi, komposisi, migrasi, dan pertumbuhan penduduk.Pertumbuhan

penduduk adalah pertambahan jumlah penduduk dalam suatu wilayah dan waktu

(3)

Hauser, demografi adalah analisa statistik terhadap jumlah, distribusi, dan

komposisi penduduk serta komponen-komponen variasi dan perubahannya. Hasil

analisa tersebut bertujuan untuk menerangkan kemungkinan yang akan terjadi

dimasa mendatang sebagai hasil perubahan.

Masalah kependudukan tidak hanya menyangkut aspek demografi,

melainkan juga menyangkut hubungan individu, tradisi, keruangan, kemakmuran,

dll. Ahli geografi kependudukan memperhatikan aspek-aspek genetika atau

dinamika dari variasi spasial antar waktu (temporal), dan bagaimana terjadinya

hubungan atau interaksi keruangan antar fenomena (Widiyanti, N. 1987).

Kependudukan disadari sebagai salah satu masalah besar. David L.

Silldalam Widiyanti, N (1987) mengemukakan lima masalah besar di dunia, salah

satu diantaranya adalah population atau penduduk. Studi kependudukan yang

berkaitan dengan aspek kependudukan tidak dapat dilepaskan dari aspek regional.

Berbicara tentang aspek regional maka berkaitan pula dengan kebutuhan akan

lahan. Kebutuhan akan ketersediaan lahan semakin meningkat seiring dengan

pertambahan jumlah penduduk. Kependudukan yang dikaji oleh studi

kependudukan di tempat tertentu tidak dapat di lepaskan pula dari penyebaran dan

interelasi keruangannya.Maka perlu ada kesesuaian lahan untuk memenuhi

kebutuhan tersebut.

Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, tidak menjamin tingkat

kemakmuran penduduk daerah tersebut relatif lebih tinggi pula. Namun

lingkungan hidup yang berkualitas tinggi dapat menjamin daya huni (habitability)

(4)

sumberdaya yang menentukan tinggi rendahnya daya huni meliputi materi, energi,

ruang, waktu dan keragaman (diversity) (Mubyarto. 1983).

Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas

wilayah yang dipengaruhi oleh faktor fisiografis, keamanan, kebudayaan,

biologis, dan psikologis. Kepadatan penduduk dibagi menjadi tiga yaitu kepadatan

penduduk aritmatika, kepadatan penduduk agraris, dan kepadatan penduduk

fisiologis/ekonomis.

Soemarwoto (1976) dalam Widiyanti, N (1987) memperingatkan bahaya

kenaikan jumlah penduduk yang tidak terkendali, pada suatu saat akan melampaui

daya dukung lingkungan yaitu kemampuan suatu daerah untuk mendukung

sejumlah manusia tertentu pada tingkat kehidupan yang wajar. Daya dukung ini di

pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain luas daerah yang tersedia untuk

pertanian dan kesuburan tanah. Pertumbuhan penduduk yang pesat dewasa ini,

seringkali dapat mengakibatkan benturan penggunaan lahan yang sebenarnya

tidak sesuai dengan pertumbuhannya. Hal itu terjadi di Indonesia terutama di

Pulau Jawa sehingga menyebabkan kerusakan hutan, tanah, dan kualitas

lingkungan.

2.3 Dinamika Penduduk

Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara

kekuatan-kekuatan yang menambah dan yang mengurangi jumlah penduduk.

Secara terus-menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir

(5)

jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur. Sementara itu migrasi

juga berperan menambah dan mengurangi jumlah penduduk (Lembaga

Demografi, Universitas Indonesia).

Pertumbuhan penduduk dipengaruhi empat komponen menurut Lembaga

Demografi Universitas Indonesia yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),

migrasi masuk (in-migration), migrasi keluar (out-migration).Selisih antara

kelahiran dan kematian disebut perubahan reproduktif (reproductive change) atau

pertumbuhan alamiah (natural increase).Selisih antara in-migration dan out

migration disebut migrasi neto (net-migration). Jadi pertumbuhan penduduk

dipengaruhi dua cara yaitu melalui perubahan reproduksi dan migrasi neto.

Lembaga Demografi, Universitas Indonesia menjelaskan formula

pertumbuhan penduduk.Proses pertumbuhan penduduk beserta

komponen-komponennya digambarkan dalam suatu model sebagai berikut:

Tabel 2.1 Model pertumbuhan penduduk

Migrasi

Positif Negatif Nol

M > F M < F M = f

N, T, S N N

T N, T, S

T

T N S

Sumber : Lembaga Demografi Universitas Indonesia (1981)

Keterangan :

M : Mortalitas T : Turun

F : Fertilitas S : Stabil

(6)

Dari model ini maka dapat dilihat secara jelas bagaimana pengaruh

masing-masing komponen demografi terhadap pertumbuhan penduduk. Ada tiga

ukuran dasar demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi.

2.3.1 Kelahiran (Fertilitas)

Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan riil seorang

wanita untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyatakan

beberapa ukuran fertilitas yang sering digunakan adalah :

2.3.1.1Angka kelahiran kasar/Crude Birth Rate (CBR)

2.3.1.2Angka kelahiran menurut umur/Age Specific Birth Rate (ASBR)

2.3.1.3Angka Fertilitas Total (TFR)

2.3.2 Kematian (Mortalitas)

Konsep mati perlu diketahui untuk mendapatkan data kematian yang

benar.Dengan kemajuan ilmu kedokteran, kadang-kadang sulit untuk

membedakan keadaan mati dan keadaan hidup secara klinik. Berdasarkan konsep

dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia terdapat tiga

keadaan vital yang masing-masing saling bersifat “mutual exclusive”, artinya

keadaan yang satu tidak mungkin terjadi bersamaan dengan salah satu keadaan

lainnya. Tiga keadaan vital tersebut ialah lahir hidup (live birth), mati (death),

(7)

United Nations (UN) dan World Health Organization (WHO) membuat

definisi “mati” adalah keadaan menghilangkan semua tanda-tanda kehidupan

secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Lahir hidup

yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu secara lengkap

tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah perpisahan tersebut terjadi,

hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda hidup lainnya, seperti denyut

jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang apakah

tali pusat sudah dipotong atau belum. Lahir mati adalah peristiwa menghilangnya

tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi sebelum hasil konsepsi tersebut

dikeluarkan dari rahim ibunya.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyatakan

tinggi rendahnya angka kematian dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya

struktur umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, status sosial ekonomi, keadaan

lingkungan, dll. Angka kematian kasar yang sederhana adalah:

2.3.2.1Angka kematian kasar/Crude Death Rate (CDR)

2.3.2.2Angka kematian menurut umur/Age Specific Death Rate (ASDR)

2.3.3 Perpindahan (Migrasi)

Migrasi merupakan salah satu dari ketiga faktor dasar yang mempengaruhi

pertumbuhan penduduk sedangkan faktor lain adalah kelahiran dan kematian.

Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus

mengingat adanya kepadatan (densitas) dan distribusi penduduk yang tidak

merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang untuk

(8)

komunikasi termasuk transportasi semakin lancar (Lembaga Demografi). Migrasi

sering diartikan sebagai perpindahan penduduk yang relatif permanen dari suatu

daerah ke daerah lain. Orang yang melakukan migrasi disebut migran.

2.4 Angka pertumbuhan penduduk (Population Growth Rate atau ‘r’)

Angka pertumbuhan penduduk (r) menunjukkan rata-rata pertambahan

penduduk per tahun pada periode atau waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan

dengan persen.Pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mengundang banyak

masalah.Tetapi ini tidak berarti pada zaman dahulu masalah penduduk belum

ada.Dengan munculnya tulisan Malthus pada akhir abad ke-18, masalah penduduk

mempunyai ruang baru dalam literature-literatur ekonomi.Sedangkan pada zaman

sebelum Malthus masalah kependudukan juga sudah banyak dibicarakan, tetapi

belum terarah.Seperti halnya dengan filosof-filosof Cina yang mempermasalahkan

jumlah optimum penduduk yang bekerja pada tanah pertanian.Mereka

merumuskan suatu proporsi yang ideal antara luas tanah dengan jumlah penduduk

(Sudjono, S, dkk. 1994).

Deviasi antara kedua unsur tersebut dapat menimbulkan

kekayaan.Filosof-filosof Cina menganjurkan pada pemerintah agar memindahkan penduduk pada

tempat yang kurang penduduk.Jika terjadi persediaan pangan yang merosot maka

berakibat pada tingginya angka kematian. Jika umur perkawinan terlalu muda

maka menyebabkan angka kematian bayi tinggi, dan jika biaya pesta perkawinan

(9)

2.5 Komposisi penduduk

Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah komposisi penduduk

umur dan jenis kelamin.Komposisi umur penduduk biasanya digambarkan dalam

piramida penduduk yang dapat mencerminkan apakah suatu wilayah mempunyai

ciri penduduk tua atau muda.Penduduk tua, berarti sebagian besar penduduk

negara tersebut berada pada umur tua.Sedangkan pada penduduk muda, sebagian

besar penduduknya berada pada umur muda (Sudjono, S, dkk. 1994).

Lembaga Demografi menjelaskan ciri komposisi dan distribusi umur ini

dapat pula dipakai sebagai ukuran perbandingan beban tanggungan yaitu angka

yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif

(umur dibawah 15 tahun dan umur diatas 65 tahun), dengan banyaknya orang

yang termasuk produktif secara ekonomi (15-64 tahun). Komposisi penduduk

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

2.5.1 Biologis, meliputi umur dan jenis kelamin

2.5.2 Sosial, meliputi tingkat pendidikan dan status perkawinan

2.5.3 Ekonomi, meliputi penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan

pekerjaan, dan tingkat pendapatan

2.5.4 Geografis, meliputi tempat tinggal, daerah perkotaan, pedesaan,

provinsi, kabupaten, dll

Angka beban tanggungan(Dependency Ratio) adalah angka yang

menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif dengan

(10)

2.6 Data kependudukan

Data penduduk diperlukan banyak pihak, instansi pemerintah dan

kepentingan mereka masing-masing yang beranekaragam. Sejak zaman dahulu

pengumpulan data penduduk sudah dilakukan, namun data yang lengkap,

menyeluruh, dan sistematik baru dilaksanakan dalam abad terakhir ini. Ada tiga

cara pengumpulan data penduduk, dengan melakukan pencatatan pada seluruh

penduduk negara secara serentak yang disebut sensus, dengan melakukan survai

sampel penduduk, dan dengan sistem registrasi. Sensus bertujuan untuk

mendapatkan data penduduk guna studi demografi untuk berbagai kepentingan

(Daldjoeni, N. 1986).

Suatu cara untuk dapat menghitung jumlah penduduk ialah dengan sensus

atau cacah jiwa. Sensus adalah keseluruhan dari pengumpulan, penyusunan,

pengolahan dan penerbitan dari keterangan-keterangan yang bersifat demografis,

ekonomis dan sosial dari seluruh penduduk suatu negara atau daerah teritorial

tertentu, pada jangka waktu tertentu. Secara singkat dapat diartikan sebagai

perhitungan resmi dari penduduk suatu negara bersama dengan pengumpulan

statistiknya (Daldjoeni, N. 1986).

Susunan penduduk atau komposisi penduduk adalah penggolongan

penduduk berdasarkan umur, jenis kelamin, mata pencaharian, kebangsaan, suku

bangsa, agama, pendidikan, tempat tinggal, dll. Susunan penduduk ini dijadikan

pedoman bagi pemerintah dalam melaksanakan kebijakan pembangunan

(11)

Penelitian geografi diperbolehkan mengambil cuplikan atau sampel dari

populasi apabila populasinya demikian luas. Sampel adalah bagian dari populasi

yang mewakili dari keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang ada pada

populasi (Singarimbun, M. 1987)

Kondisi geografi suatu obyek penelitian atau suatu populasi penelitian

geografi jarang sekali yang homogen, maka penarikan sampel ini

bermacam-macam. Ketentuan jenis penarikan sampel harus memenuhi syarat yang mewakili

populasinya. Ada jenis sampel random, sampel sistematis, sampel area, sampel

bertingkat, sampel kuota, dll (Singarimbun, M. 1987).

Kriteria jenis sampel dan penarikannya, selain dipengaruhi oleh sifat

populasinya, dipengaruhi juga oleh jenis kebutuhan analisa data untuk menguji

hipotesa dan menarik kesimpulan hasil penelitian. Pada penelitian geografi,

penarikan sampel dapat dilakukan terhadap ruang atau daerah(sampel area) dan

dapat pula terhadap kasus, individu atau gejala. Hal ini sesuai dengan gejala atau

masalah yang sedang diteliti. Pada penelitian geografi, jumlah, jarak, luas,

ketinggian (elevasi), tingkat kesuburan, dll dapat dijadikan karakter untuk

penarikan sampel. Selanjutnya teknik dan alat pengumpulan data yang telah

dirumuskan dianalisa sehingga dapat menarik kesimpulan tentang populasi atau

obyek yang diteliti (Singarimbun, M. 1987).

2.7 Ketersediaan lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup

(12)

bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara

potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan menurut FAO (1976)

dalam Lembaga Demografi. Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk

yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktifitas manusia baik dimasa lalu maupun

pada masa sekarang.Sebagai contoh aktifitas dalam penggunaan lahan

pertanian.Daldjoeni, N (1987) mengatakan aktifitas manusia sangat tergantung

pada kesesuaian lahan.

Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan

tertentu, sebagai contoh lahan sesuai untuk irigasi, tambak,pertanian tanaman

tahunan, atau pertanian tanaman semusim. Kemampuan lahan lebih menekankan

pada kapasitas berbagai penggunaan lahan secara umum yang dapat diusahakan di

suatu wilayah. Jadi semakin banyak kapasitasnya yang dapat dikembangkan atau

diusahakan suatu wilayah maka kemampuan lahan tersebut semakin tinggi

(Sumaatmadja, N. 1981).

Kesesuaian lahan yang dimaksud adalah lahan basah. Lahan basah atau

wetland adalah wilayah-wilayah dimana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat

permanen (menetap) atau musiman.Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya

kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal.Digolongkan ke dalam

lahan basah, di antaranya adalah rawa (termasuk rawa bakau), paya, dan

gambut.Air yang menggenangi lahan basah dapat tergolong ke dalam air tawar,

payau atau asin (Sumaatmadja, N. 1981).

Lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman

(13)

basah tumbuh berbagai macam tipe vegetasi, seperti hutan rawa air tawar, hutan

rawa gambut, hutan bakau, paya rumput dan lain-lain.Margasatwa penghuni lahan

basah juga tidak kalah beragamnya, mulai dari yang khas lahan basah seperti

buaya, kura-kura, biawak, ular, aneka jenis kodok, dan berbagai macam ikan,

hingga ke ratusan jenis burung dan mamalia, termasuk pula harimau dan gajah

(Kartasapoetra, AG. 2008).

Pada sisi yang lain banyak kawasan lahan basah yang merupakan lahan

subur sehingga kerap dibuka, dikeringkan dan dikonversi menjadi lahan-lahan

pertanian. Baik sebagai lahan persawahan, lokasi pertambakan, maupun sebagai

wilayah transmigrasi.Mengingat nilainya yang tinggi, banyak negara yang

lahan-lahan basah ini diawasi dengan ketat penggunaannya serta dimasukkan ke dalam

program-program konservasi dan rancangan pelestarian keanekaragaman hayati

semisal Biodiversity Action Plan (Kartasapoetra, AG. 2008).

2.8 Penggunaan lahan

Dalam usaha melakukan penyebaran penduduk dari daerah padat ke

daerah yang kurang padat diperlukan perhatian untuk menyediakan lahan-lahan

pertanian. Lahan yang telah dibuka sesuai dengan tujuan pembukaannya yaitu

untuk usaha tani tanaman semusim yang digalakkan oleh petani pendatang yang

disebarkan ke daerah tersebut.Ada beberapa petani bercocok tanam untuk

kepentingan hidup sekeluarga, ingin mengusahakan tanaman perdagangan,

tanaman keras, atau untuk peternakan.Lahan yang baru dibuka memerlukan

(14)

monokultur yang dilaksanakan pada lahan yang baru dibuka biasanya

mengundang penyakit dan hama tanaman yang tidak terduga (Kartasupoetra, AG.

2008).

Untuk usaha tani tanaman semusim, tanah yang baik adalah dari jenis

tanah yang berkualitas tinggi, memenuhi kriteria kesuburan yang meliputi fisik,

kimiawi, biologis. Tanah dinamakan tanah produktif, bila diusahakan dengan baik

dapat memberikan nilai hasil yang tinggi baik dari segi kualitas maupun

kuantitas.Tanah seperti itu biasanya dikelompokkan sebagai tanah kelas I

umumnya hanya sedikit atau hampir tidak memiliki batasan

penggunaannya.Tanah ini memiliki tingkat kedataran yang baik, bebas dari

batu-batuan dan kerikil.Curah hujan dan musim yang cocok untuk hampir semua

macam tanaman yang diusahakan tidak memperlihatkan adanya gejala erosi

karena air atau angin (Kartasapoetra, AG. 2008).

Untuk usaha tani tanaman tahunan, tanah yang dapat didayagunakan

adalah tanah yang kondisinya kurang subur dan memiliki kemiringan sekitar

10%-25%.Tanah seperti itu diklasifikasikan kelas III, yaitu tanah yang menunjukkan

gejala serta kemungkinan telah mengalami erosi.Tanah ini sebelumnya memiliki

kesuburan yang sangat baik, lambat laun mengalami erosi sehingga lapisan top

soil-nya hampir hilang (Kartasapoetra, AG. 2008).

Untuk usaha tani peternakan, tanah yang baik adalah tanah yang cukup

luas, karena usaha tani peternakan bersifat ekstensif.Memerlukan tanah untuk

ditanami tanaman ternak.Pada tanah berbatu dan datar yang tidak tampak adanya

(15)

ditanami pepohonan dan rumput-rumputan untuk makanan ternak (Mubyarto.

1983).

2.9 Pertanian

Pertanian merupakan dasar kehidupan ekonomi manusia sampai saat ini.

Pertanian masih akan tetap menjadi sumberdaya bahan makanan penduduk

sebelum manusia dapat mengembangkan sektor kehidupan ekonomi lain. Selain

menjadi sumberdaya bahan makanan utama, pertanian juga menyumbangkan

potensi lain, baik sebagai bahan perdagangan maupun sebagai bahan dasar

industri. Pada masa perang sektor lain terganggu produksinya, namun sektor

pertanian ini tetap menjadi landasan utama yang memberikan kehidupan kepada

manusia terutama berkenaan dengan makanannya. Maka bencana yang dialami

sektor pertanian berarti pula merupakan bencana yang dialami oleh penduduk

(Mubyarto. 1983).

Berdasarkan tinjauan studi geografi, pertanian sebagai suatu sistem

keruangan, merupakan perpaduan sub sistem fisis termasuk komponen-komponen

tanah, iklim, hidrologi, dan topografi dengan segala proses alamiahnya.

Sedangkan keadaan sub sistem manusia termasuk tenaga kerja, kemampuan

teknologi, tradisi yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, kemampuan

ekonomi, dan kondisi politik setempat. Dari asosiasi, relasi, interaksi

komponen-komponen tersebut baik secara statis pada kurun waktu tertentu, maupun secara

dinamis yang meliputi perkembangan historisnya.Kita akan dapat menganalisa

(16)

mengkaji asosiasi berbagai variable pertanian, menganalisa diferensiasi areal

pertanian, dan berbagai gejala berkenaan dengan permasalahan serta

perkembangan pertanian (Sumaatmadja, N. 1981).

Lokasi pertanian tidak dapat dipisahkan dengan lahan, oleh karena itu

dalam menentukan lahan yang tepat untuk pertanian harus mempertimbangkan

beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah faktor fisik.Pemilihan lokasi

pertanian yang tepat mempunyai arti penting dalam aspek keruangan, karena

dapat menentukan keawetan pertanian, nilai ekonomi dan dampak lokasi pertanian

terhadap lingkungan sekitarnya. Perencanaan keruangan bagi suatu lokasi

pertanian perlu didasari berbagai pertimbangan agar lokasi tersebut lebih tepat

guna dan berdaya guna (Sumaatmadja, N. 1981).

Pengembangan wilayah pertanian harus didasarkan pada pendayagunaan

sumberdaya manusia, sumberdaya alam, serta sumberdaya pembangunan

lainnya.Dengan tetap memperhatikan kelayakan ekonomi dan tata ruang.Pertanian

telah menjadi faktor kunci dalam pembangunan khususnya ekonomi

negara-negara sedang berkembang (Widiyanti, N. 1987).

2.10 Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu jumlah penduduk dan

ketersediaan lahan di Kecamatan Kembaran pada tahun 2005-2010.Jumlah

penduduk di Kecamatan Kembaran termasuk variabel bebas dan ketersediaan

(17)

konversi luas lahan. Kedua variabel tersebut akan berkaitan terhadap densitas

penduduk sehingga daya dukung lingkungan akan bernilai negatif.

Gambar 2.1. Kerangka pikir korelasi laju pertumbuhan

penduduk dengan ketersediaan lahan pertanian

di Kecamatan Kembaran

2.11 Hipotesis

1. Laju perumbuhan penduduk Kecamatan Kembaran meningkat dari tahun

2005-2010 sebesar > 1%

2. Luas lahan untuk pertanian berkurang > 2 % dari luas lahan sebelumnya

3. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk, semakin berkurang ketersediaan

Gambar

Tabel 2.1 Model pertumbuhan penduduk
Gambar  2.1. Kerangka pikir korelasi laju pertumbuhan

Referensi

Dokumen terkait

Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Fokus Penelitiannya adalah 1) Bagaimana perencanaan metode

Inflasi kumulatif sampai dengan bulan Oktober 2014, Kota Surabaya menduduki peringkat pertama dengan kumulatif inflasi sebesar 4,23 persen, diikuti Sumenep sebesar 3,98

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

sahnya jual beli telah terpenuhi, untuk menjual kepada Pihak Kedua, yang --- berjanji dan mengikat diri untuk membeli dari Pihak Pertama: --- Sebidang tanah Hak Guna Bangunan Nomor

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Puji dan Syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “JENIS DAN

Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan,

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis akan meneliti pengaruh dari penerapan PSAK 24 khususnya mengenai imbalan pascakerja terhadap risiko perusahaan dan