• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERKEMBANGAN BATIK GUMELEM A. Karakteristik Batik Gumelem - PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK GUMELEM DI DESA GUMELEM KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006-2016 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III PERKEMBANGAN BATIK GUMELEM A. Karakteristik Batik Gumelem - PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK GUMELEM DI DESA GUMELEM KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006-2016 - repository perpustakaan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PERKEMBANGAN BATIK GUMELEM

A. Karakteristik Batik Gumelem

Batik menyebar luas pada akhir abad 18 hingga awal abad 19. Kesenian batik di sepanjang masa itu hanya menghasilkan kain-kain batik tulis, hingga kemudian batik cap (menggunakan pencetak dari kayu bermotif sebagai pengganti canting) mulai dikenal setelah Perang Dunia pertama (Rachman, dkk. 2010: 9).

Batik Gumelem mempunyai ciri khas yang dapat membedakan dengan batik di daerah lain. Ciri khas batik Gumelem menurut beberapa tokoh pelaku pembatikan antara lain:

1. Suryanto: (Ketua Paguyuban Batik Banjarnegara (PBB) dan pemilik sanggar batik Tanjung Biru)

(2)

tidak full agar tidak terkesan tua dan gunakan warna yang cerah (Rachman. 2010: 33).

Suryanto selaku orang yang sudah lama berkecimpung di dunia batik menjelaskan bahwa ciri khas batik Gumelem yang terlihat lebih

“Jawa” itu kemungkinan berkat jasa Ki Ageng Gumelem yang membawa

motif batik pada jaman Kerajaan Mataram Islam ke Banjarnegara. Buktinya, motif batik Gumelem hampir sama dengan motif batik di Solo dan Yogyakarta. Dalam perjalanan mereka, kelompok ini berbaur pada masyarakat lokal yang selanjutnya terjadi asimilasi budaya antara Ki Ageng Gumelem dan masyarakat Kabupaten Banjarnegara pada masa itu, termasuk diantaranya adalah kebiasaan membatik yang dilakukan oleh kelompok para pendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka (Rachman, 32: 2010).

2. Lidwina Wuri Akhdiyatni (pemilik galeri batik Purworejo “Lung Kenangan” dari Purworejo)

(3)

Dari sekian motif batik Banjarnegara yang khas menurutnya adalah motif kantil rinonce karena sekilas mirip motif kawung, dan motif ini sanggat memungkinkan untuk dipadu padankan dengan motif-motif lainnya. Beberapa motif lain mengangkat tema budaya Banjarnegara sekaligus sebagai upaya mempromosikan komoditas yang lain.

Batik Gumelem sedikit berbeda dengan batik lain di Indonesia, batik Banjarnegara (Gumelem) selalu dilukis pada kedua sisi kain. Tradisi untuk melukis kedua sisi ini mengandung filosofi kehidupan yang dalam untuk memberi pesan agar masyarakat Banjarnegara jujur apa adanya (Rachman. 2010: 33).

3. Siti Zaenon(seorang pengamat batik Malaysia)

memberikan apresiasi bahwa batik Gumelem Banjarnegara identik dengan motif Jonasan yang dia kenal, yaitu kelompok motif geometrik yang didominasi dengan warna-warna dasar kecoklatan dan hitam. Warna coklat karena soga, sementara warna hitam karena wedel, dan batik Gumelem mampu memberikan nuansa dalam keberanian melakukan kebiasaan dan terobosan motif baru, sehingga tercipta karya yang indah (Rachman. 34: 2010).

4. Agus Winaryanto Kasi Kesra Desa Gumelem

(4)

mengandung makna tentang tuntunan hidup manusia (Agus Winaryanto, wawancara tanggal 20 November 2017).

5. Ngisriyah pemilik griya batik

Ciri khas batik Gumelem terletak pada corak warna coklat tanah dan hitam yang terkesan klasik dan berwibawa, serta proses pembatikan yang masih tradisional dan tetap menggunakan pakem menjadikan batik gumelem terjaga keasliannya. Beliau juga mengemukakan bahwa pembuatan batik yang tanpa menggunakan pola terlebih dahulu menjadikan batik Gumelem terkesan beda dari batik lainnya walaupun hasil dari satu pembatik yang sama (Wawancara dengan Ngirsiyah, 5 Desember 2017).

Dengan berkembangnya batik Gumelem Banjarnegara berbagai motif telah diciptakan namun secara umum batik Gumelem Banjarnegara mempunyai ciri khas sebagai berikut:

a. Mempunyai motif asli yang bergaya Mataram dan sangat halus. b. Motif batik didominasi oleh motif kontemporer yang kaya akan warna

dan geometrik.

c. Motif batik dengan latar belakang warna gelap atau hitam.

d. Motif batik diciptakan dengan tetap mempunyai makna filosofi budaya masyarakatnya (Rachman. 2010: 33).

B. Motif dan Corak Batik Gumelem

(5)

1. Motif Klasik Batik Gumelem Banjarnegara

a. Motif Sida Mukti

Motif batik Sidamukti merupakan motif batik yang terbuat dari zat pewarna soga alam. Biasanya di gunakan sebagai kain dalam upacara perkawinan. Unsur motif yang tekandung didalamnya adalah gurda, pohon hayat, padi dan kapas. Motif-motif berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan

demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bisa tercapai. Salah satunya adalah sida mukti, yang mengandung harapan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

(6)

sedangkan motif Sidamukti dari Yogyakarta cenderung warna hitam dan putih (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

b. Motif Udan Liris

Motif batik udan liris mengambil objek dari sifat dan keadaan hujan yang turun rintik-rintik terkena angin. Hujan dan angin ini memang banyak digunakan sebagai tanda kerendahan hati seseorang. Udan yang berarti hujan yang melambangkan kesuburan. Mengajarkan kepada kita generasi penerus bangsa untuk tetap istiqomah dalam menjalankan ikhtiar mencari rejeki. Halangan dan rintangan bukan menjadi kendala, tetapi justru sebaliknya bisa menjadikan pemicu untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik. Dan mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani hidup prihatin biarpun dilanda hujan dan panas. Orang yang berumah tangga, apalagi pengantin baru, harus berani dan mau hidup prihatin ketika banyak halangan dan cobaan. Ibaratnya tertimpa hujan dan panas, tidak boleh mudah mengeluh. Segala halangan dan rintangan itu harus bisa dihadapi dan diselesaikan bersama-sama. Suami atau istri merupakan bagian hidup di dalam rumah tangga. Jika salah satu menghadapi masalah, maka pasangannya harus ikut membantu menyelesaikan, bukan justru menambahi masalah. Warna hitam melambangkan kekuatan, warna putih melambangkan kesucian, dan warna coklat melambangkan kerendahan hati (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

c. Motif Buntalan

(7)

mengeluarkan keharuman. Sedangkan lunglungan adalah dimaknai sebagai pesan doa, dan ceplok adalah suatu kemantapan. Bunga melati juga yang mengandung makna keluhuran. Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran materi dan non materi. Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala kebutuhan ragawi dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, pangkat, derajat, maupun profesinya. Sementara keluhuran budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk keluhuran non materi. Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran. Warna putih melambangkan kesucian dan ketulusan, warna hitam melambangkan keberanian, dan warna coklat melambangkan keluhuran (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

d. Motif Parang Angkrik

(8)

e. Motif Barong

Motif parang barong termasuk motif lereng yang berarti bentuk dan pola dasar dari garis-garis miring yang sejajar. Diantara garis-garis yangs sejajar terdapat pilin kait atau pilin ganda yang telah mengalami pertentangan.

Dalam tradisi istana Yogyakarta motif lereng disebut parang, yang mirip seperti senjata pedang, sehingga hanya diperbolehkan oleh golongan bangsawan. Melihat bentuk posisi yang miring atau parang seperti melambangkan gerak cepat. Garis-garis lengkung pada motif batik ini sering diartikan sebagai ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam, dalam hal ini yang dimaksud adalah Raja. Dalam motif parang ada bagian yang berbentuk kemitir. Itu yang disebut barong, barong itu terdapat diantara bagian bawah dan atas disebut bokongan (bokong = pantat) mungkin dalam hal ini merupakan masalah dan lidah api. Diantara garis panjang terdapat mlinjon. Jika kita periksa sungguh-sungguh terasa pada kita bahwa mlinjon yang berderet itu mempunyai bentuk tetesan atau gumpalan-gumpalan air di Mesir sebagai lambang keabadian. Berasal dari kata “barong” (singa).

(9)

putih melambangkan ketulusan sedangkan warna hitam melambangkan kekuatan (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

f. Motif Parang Kusuma

(10)

2. Motif kontemporer batik Gumelem Banjarnegara

a. Motif Sekar Tirto

Sekar artinya bunga sedangkan tirto artinya air. Motif batik sekar tirto adalah motif batik tulis dengan zat Pewarna Soga Alam. Digunakan saat pernikahan. Bermakna cinta yang tumbuh kembali. Menurut Suryanto motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama terasa semakin subur berkembang karena maknanya dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Disimbolkan dengan bunga teratai tumbuh di air yang bermakna bahwa menjalani kehidupan itu mengalir seperti air. Bunga teratai juga banyak tumbuh di daerah Banjarnegara. Harapannya adalah agar cinta kasih yang akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru. Terkait

(11)

b. Motif Ceplok Gunungan

Pada dasarnya, ceplok merupakan kategori ragam hias berdasarkan pengulangan bentuk geometri, seperti segi empat, empat persegi panjang, bulat telur, atau pun bintang. Ada banyak varian lain dari motif ceplok, misalnya ceplok sriwedari dan ceplok keci. Batik truntum juga masuk kategori motif ceplok. Selain itu, motif ceplok juga sering dipadupadankan dengan berbagai bentuk motif lainnya untuk mendapat corak dan motif batik yang lebih indah. Terdapat motif gunungan yang melambangkan kewibawaan. Warna merah melambangkan keberanian masyarakat Banjarnegara dalam menghadapi masalah, warna putih melambangkan ketulusan untuk hidup rukun antar warga, dan warna hitam melambangkan keabadian (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

c. Motif Jahean

(12)

bersifat mengutamakan estetikanya. Dilihat dari segi warnanya dominan warna merah karena jahe bersifat panas dan pedas, warna putih melambangkan keindahan, sedangkan warna hitam sebagai warna pengikat agar motif nampak lebih indah dengan latarnya yang berwarna hitam (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

d. Motif Cendol Salak

(13)

e. Motif Pakis Tanjung

Motif pakis tanjung yang berarti bunga pakis, bunga ini banyak sekali tumbuh di daerah Banjarnegara. Motif ini melambangkan keindahan alam yang berarti di Banjarnegara banyak sekali tumbuhan yang hidup dengan subur dan indah, contohnya bunga pakis tanjung itu sendiri. Bunga pakis tumbuh di daerah pegunungan. Dieng adalah salah satu daerah dimana bunga tersebut tumbuh subur. Karena sebagian besar wilayah Banjarnegara adalah pegunungan dan dataran tinggi. Di sekitarnya banyak sekali jenis tanaman dan tumbuhan salah satunya yaitu bunga pakis. Dalam motif ini terdapat unsur bentuk bunga pakis yang melengkung dan ditambah dengan ornamen-ornamen tambahan yaitu dedaunan untuk melengkapi motif pakis tanjung ini. Warna putih melambangkan kesucian, warna merah melambangkan keberanian, warna hitam melambangkan keabadian (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

f. Motif Semen Klawer

(14)

atas kanan kiri sepasang motif paduan garuda dan ular dibagian atas dan kiri, bawah sepasang motif ular. Motif-motif tersebut seolah-olah menjaga keberadaan pohon hayat. Motif selingan berupa motif yang merupakan bentuk modifikasi pohon hayat. Hal ini di desainer dengan rasa kreator batik menginginkan komposisi harmonis dan tetap menjaga susunan dan keseimbangan simetris. Secara keseluruhan paduan antara motif utama dan motif selingan membangun satu kesatuan. Motif ini diharapkan mempunyai makna simbolik berakhir dengan kebahagiaan. Hal ini diperkirakan pertemuan binatang burung garuda dengan ular adalah cerita peruwatan yang dalam adiparwa memerankan ketika garuda dapat meruwat kadru (ibunya) dari perbudakan yang dilakukan winata (adiparwa) (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

g. Motif Sekar Kanthil

Sekar kanthil yang berarti bunga kenanga. Dalam pemakaiannya arah Kembang Kanthil ini harus selalu merunduk menghadap kebawah. Motif ini bermakna bahwa walaupun si pemakai sewangi dan seindah seperti bermekarannya bunga Kanthil/Kenanga, tetapi dia harus tetap merunduk /sederhana dalam kehidupannya sehari-hari. Ini juga memberikan makna bahwa pemakainya seorang yang rendah hati dan mengenal etika pergaulan.

(15)

yang memang benar adanya tanpa mengada-ada. Sedangkan warna putih melambangkan kesucian. Motif ini sering digunakan oleh wanita. Wanita yang memiliki keyakinan yang kokoh atau kuat dan ketenangan jiwa, artinya apabila seorang wanita yang memakai batik ini memiliki pengharapan memiliki keyakinan yang kuat (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

h. Motif gilar-gilar

(16)

tumbuh-tumbuhan, dan hidup memerlukan unsur tanah dan air (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

i. Motif Parang Salak

Motif parang salak mempunyai arti, Parang yang berarti linggir (senjata), berbentuk runcing yang berarti ketahanan, sesuatu yang tajam dalam berfikir. Sedangkan buah salak merupakan simbol runcing diluar namun halus didalam. Artinya apabila melihat sifat orang atau menilai seseorang tidak hanya dari luarnya saja melainkan hatinya juga. Terkadang orang hanya melihat sisi orang lain hanya dari luar namun tidak banyak orang yang melihat dari dalam hatinya. Sifat seperti itu harus dihindari. Diharapkan masyarakat akan menjadi lebih baik dalam menilai setiap orang. Selain itu ada motif cendol, yaitu salah satu makanan yang berbahan dasar dari beras, atau gandum. Cendol digunakan dalam campuran minuman khas dari Banjarnegara yaitu dawet ayu yang sering kita jumpai. Motif ini didominasi dengan perpaduan warna hitam dan putih. Warna putih melambangkan kesucian, sedangkan warna hitam melambangkan kokoh atau kuat. Jadi masyarakat Banjarnegara diharapkan mempunyai hati yang bersih suci namun kuat dalam menjalani kehidupan (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

j. Motif Candi Arjuna

(17)

daun purwaceng (dipakai sebagai obat kuat), cendol yang ada di kotakan itu merupakan ciri khas Banjarnegara, cendol dari tepung beras, gandum dan pati. Cendol biasanya dicampur dengan juruh dan santan yang menghasilkan minuman khas dari Banjarnegara yang disebut dawet ayu. Dan ada tambahan motif yaitu untaian dedaunan yang berulang, hal ini menandakan bahwa Banjarnegara mempunyai banyak jenis tanaman yang subur yang tumbuh di dataran tinggi dan pegunungan. Diharapkan Banjarnegara dapat menjadi salah satu objek wisata alam yang menarik para wisatawan lokal maupun mancanegara. Kain batik bermotifkan Candi Arjuna dan tumbuh-tumbuhan ini bermakna bahwa warna hijau adalah warna yang sejuk dan indah dipandang mata (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

Karena keindahan hasil olahan masyarakat yang kehidupannya sebagai petani. Masyarakatnya gemar menata dan menghias pekaraangan rumah mereka dengan tanaman-tanaman yang indah. Artinya kebersihan dan keindahan pangkal dari Iman. Warna hijau yang sejuk mencerminkan hati yang suci, sesuai dengan ajaran agama yang dianut yaitu Islam. Sedangkan indah merupakan lingkungan yang bersih dengan penataan tanaman hias tersebut, akan lebih elok, menyenangkan jika dipandang juga bermanfaat sebagai bahan penuangan ekspresi dalam menciptakan motif-motif baru (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

(18)

cecek-cecek dengan warna dasarnya menurut warna-warna yang bisa dipakai dalam pembatikan yaitu warna-warna biru tua, coklat dan putih (Wawancara dengan Suryanto, 10 November 2017).

C. Alat dan Cara Pembuatan Batik Gumelem

Dalam kegiatan pembuatan produk batik untuk memenuhi kebutuhan sandang, terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi hasil pembuatan produk tersebut. Faktor-fator tersebut antara lain: bahan baku batik, peralatan pembuatan batik dan jenis prosesnya, selain faktor sejarahnya, maupun makna serta maksud dan tujuan pembuatan batik. (Mashadi, dkk. 2015: 13).

1. Peralatan Dalalam Proses Pembatikan

Teknologi batik merupakan teknologi sederhana sehingga sehingga alat yang digunakan termasuk sederhana. Dengan adanya kemajuan teknologi dan keadaan zaman ada beberapa peralatan yang sudah tidak digunakan lagi. Adapun jenis peralatan yang dipakai dalam tahap proses pembuatan batik Gumelem adalah sebagai berikut:

a. Peralatan yang Dibutuhkan dalam Proses Pengolahan Mori 1) Peralatan untuk me-ngetel

Sebelub dibatik, mori ada yang dihilangkan kanjinyya (kanji pabrik) dengan cara direbus. Ada juga yang di-ketel terutama untuk membuat batik tulis halus. Alat yang digunakan untuk penghilangan kanji yaitu panci besar dan kompor/tungku.

(19)

a) Ember/baskom plastik besar untuk me-nguleni kain dengan alkali dan munyak kacang agar kain mempunyai daya serap tinggi serta pegangan kain menjadi supel

b) Timbangan obat dan gelas ukur

c) Gawang atau jemuran untuk menjemur kain setelah di-uleni dengan alkali dan minyak kacang

d) Bak untuk mencuci kain setelah selesai di-ketel 2) Peralatan untuk me-ngeplong

Proses ngeplong berfungsi untuk menghaluskan permukaan kain setelah kain melalui proses pe-ngetel-an, alat yang dipakai adalah: a) Landasan kayu yang berupa balok kayu yang kuat serta halus

seratnya

b) Ganden/pemukul dari kayu, untuk memukul kain mori yang telah di-ketel dan dikanji tipis

c) Kain selimut, sebagi pembungkus kain mori yang akan di-kemplonng supaya tidak kotor dan rusak

3) Peralatan yang Digunakan dalam Proses Pembuatan batik

a) Meja pola, yaitu neja gambar khusus untuk batik yang mempunyai konstruksi hampir sama dengan meja gambar pada umumnya.

b) Wajan, yaitu alat untuk memanaskan lilin/malam batik. c) Perapian, yaitu untuk memanaskan lilin.

(20)

e) Canting tulis, sebagi media untuik penerapan lilin/malam cair panas pada kain, terbuat dari plat tempaga atau kuningan yang tipis.

4) Peralatan yang Dibutuhkan untuk Pewarnaan Batik

a) Bak celup permanen untuk mendel dengan indigo alam maupun buatan

b) Bak celup permanen yang dibuat dengan batu dan semen yang berfungsi untuk mecelup, membangkitkan warna dan mencuci. c) Lergen terbuat dari kayu atau logam yaitu bejana dengan rol

bulat di tengah-tengah yang dapat bergerak berputar.. 5) Alat untuk Mengerok

Mengerok adalah melepaskan sebagian lilin dari mori dengan cara dikerok. Alat-alat yang dibutuhkan yaitu:

a) Gawang untuk menyampirkan kain batik yang akan dikerok lilinnya.

b) Bandul kayu atau besik untuk memberi beban pada kain yang akan dikerok supaya tidak bergerak.

c) Cawuk, alat untuk mengerok/melepaskan lilin

d) Sikat, berfungi untuk membersihkan lilin yang telah dikerok. 6) Alat untuk pe-lorod-an (menghilangkan semuruh lilin batik)

a) Tungku untuk memasak atau merebus.

b) Kencung, yaitu bejana terbuat dari tembaga yang berbentuk seperti belanga berdiameter 60-80cm.

(21)

d) Gayung penyaring lilin, terbuat dari seng yang berlubang kecil, berfungsi untuk mengambil lilin batik yang terlepas dari kain dan terapung dalam air lorodan.

7) Alat Penghalus Kain

a) Alat penghalus kain batik berupa alat pres, terbuat dari dua buah lempengan kayu atau plat besi, berfungsi untuk mengepres beberapa kain yang diletakkan diantara kayu atau plat besi tersebut.

b) Setrika listrik, berfungsi untuk penghalusan dan merapikan kain batik setelah kering.

2. Proses Pembatikan

a. Proses Persiapan

Persiapan yaitu beberapa proses atau pekerjaan yang dilakukan pada kain atau mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibatik. Proses ini meliputi:

1) Ngetel

(22)

sehingga mengendap. Namun saat ini alkali yang digunakan adalah larutan soda abu.

2) Ngemplong

Mori yang telah di-ketel dan dikanji perlu dihaluskan permukaanya dengan cara di-kemplong yaitu beberapa lembar kain digulung (dilipat menjadi 16 lipatan) kemudian diletakan dan di dikat di atas landasan kayu yang permukaannya rata, kemudian gulungan kain tersebut dipukul menggunakan pemukul dari kayu. Selain untuk menghilangkan permukaan kain, fungsi dari proses ngemplong ini untuk meluruskan serat-serat pada benang yang mungkin tertekuk pada saat proses pengetelan.

Proses ngetel maupun ngemplong pada saat ini jarang dilakukan. Proses ini dilakukan untuk membuat batik tulis kualitas halus.

b. Proses Pembatikan

Proses pembatikan meliputi tahap sebagi berikut:

1. Peletakan lilin batik bebagai media penerapan pola/ragam hias pada bahan

2. Pewarnaan

3. Penghilangan lilin batik

(23)

D. Perkembangan Industri Batik Gumelem 2006-2016

1. Pemberdayaan pengrajin Batik

Terbitnya surat Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banjarnegara Nomor 558/031 Tahun 2010 tentang

pengukuhan kelompok sadar wisata “Giri Indah” Desa Gumelem

kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara. Memutuskan:

a. Mengukuhkan Kegiatan Kelompok Pemuda Desa Guemelm menjadi Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) “GIRI INDAH”.

b. Kelompok Sadar Wisata mempunyai tugas:

1) Membantu menciptakan Budaya Sabta Pesona dan Sadar Wisata kepada anggota kelompok serta masyarakat sekitarnya.

2) Memasyarakatkan Budaya Pesona dan Sadar Wisata kepada kepada anggota kelompok dan masyarakat sekitarnya.

3) Meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan berbagai kegiatan usaha.

4) Menjadi tuan rumah yang baik bagi wisatawan.

c. Melaporkan kegiatan kelompoknya kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

d. Semua biaya akibat dikeluarkannya keputusan ini dibebankan kepada: 1) Swadaya anggota kelompok Sadar Wisata yang bersangkutan. 2) Sumber dana lain yang sah.

e. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

(24)

pengrajin batik dimulai sejak tahun 2006 yang dipelopori oleh Pemerintah daeerah Kabupaten banjarnegara melalui DISDAGKOP dengan memprakarsai adanya pelatihan industri batik. Pada tahun 2012 terjadi pemberdayaan skala besar yang dibantu oleh DISDANGKOP, kelompok Sadar Wisata Giri Indah dan Paguyuban Batik Banjarnegara (PBB) berupa pelatihan membatik dan bantuan modal alat-alat batik. Kegiatan tersebut mampu membangkitkan para pelaku industri batik Gumelem dan banyak dari pengrajin tersebut mampu mengangkat kembali Batik Gumelem dengan secara kontinu memproduksi batik dan memasarkan batik ke Luar daerah. Saat ini kegiatan pelatihan untuk pengrajin masih dilakukan secara terus menerus yang diselenggarakan oleh SKPD-SKPD terkait seperti Dinas Koperasi dan UMKM (Suwardjo, wawancara tanggal 5 Desember 2017).

(25)

Gambar 3.1

Struktur organisasi kelompok Sadar Wisata “Giri Indah” Desa

Gumelem Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara

POKJA HUMAS

SUTARTO

POKJA KEAMANAN

CARTUN POKJA

LINGKUNG AN HIDUP

SUTARJO POKJA

KERAJINAN

WAKHIRAH POKJA SENI

BUDAYA

SUMITRO POKJA

PEMANDU

SUKOMO

BENDAHARA

ADI WIBOWO WAKIL KETUA

SISWOYO

SEKERTARIS

AGUS WINARYANTO KETUA

SUWANDI PENASEHAT

(26)

2. Pemasaran Batik Gumelem

Pemasaran merupakan pola keputusan dalam suatu perusahaan maupun industri yang menentukan sasaran, maksud dan tujuan yang menghasilkan kebijaksanaan utama dan merencanakan pencapaian tujuan serta merinci jangkauan bisnis yang akan dicapai oleh industri tersebut (Rahab, 2014: 49).

Pemasaran batik Gumelem dilakukan meluai dua cara diantaranya yaitu pemasaran secara langsung dan secara tidak langsung, Pemasaran secara langsung yaitu dimana para penjual dan pembeli bertemu secara langsung, dimana para pembeli dan penjual dapat bertatap muka bisa melakukan secara tawar menawar secara langsung. Sedangkan pemasaran secara tidak langsung yaitu jual beli dilakukan secara tidak langsung yaitu adanya perantara untuk menyalurkan barang tersebut kepada pembeli yang dituju, penjual dan pembeli tidak bertatap muka secara langsung mereka hanya berhubungan melalui alat telekomunikasi. Adapun pemasaran yang dilakukan secara tidak langsung bisa dilakukan melalui jasa marketing , barang bisa dipaketkan untuk dikiriman kepada alamat yang dituju.

(27)

juga menggunakan banyak lilin sehingga harga yang dipasarkan juga sesuai dengan tingkat kerumitan dalam pembuatan batik. Setiap pengrajin batik yang ada di Desa Gumelem mempunyai tempat pemasaran masing-masing. Ada juga yang menjadi agen untuk memberikan barang kepada langganannya untuk dijual kembali oleh pembelinya, dan kadang juga ada yang membeli dirumah pembatik secara ecer, yang memebeli eceran adalah penduduk sekitar desa Gumelem (Giat saptarini, wawancara tanggal 10 November 2017).

Pemasaran hasil industri batik Gumelem ini tidak terlepas dari peran instansi Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Budaya dan Pariwisata juga Dinas Perekonomian. Dalam pemasaran batik Gumelem, Dinas-dinas terkait melakukan program dengan menyelenggarakan event atau pameran yang diadakan beberapa bulan sekali, salah satunya adalah event Gumelem Etnic Crnival (GEC) diselenggarakan setiap bulan November yang ditunjukan sebagai wadah pameran kebudayaan desa Gumelem salah satunya adalah batik Gumelem. Meskipun dalam pelaksanaannya terkadang ada banyak keluhan dari pengrajin sendiri diantaranya dalam mengikutsertakan pengrajin ke pameran hanya dilakukan pengrajin yang itu-itu saja khususnya untuk pameran ke luar kota, sedangkan pengrajin lainnya terkadang melakukan pemasaran secara mandiri dengan membangun jaringan di luar kota dan membuka showroom sendiri.

(28)

tersebut dilaksanakan setiap saat, namun permasalahan pemasaran yang dialami oleh pengrajin batik yaitu kondisi pemasarannya kurang tepat sasaran , tidak semua pengrajin memiliki akses peluang pasar yang sama.

3. Permodalan Pengrajin Batik Gumelem

Modal merupakan induk (pokok) dalam melakukan usaha dalam bidang industri, perdagangan dll. Modal sangat dibutuhkkan dalam melakukan usaha dimana modal merupakan hal utama untuk berjalannya suatu usaha. Modal yang diperlukana para pengrajin batik memang tidak sedikit, selain untuk membeli peralatan yang harus mereka punya juga untuk membeli bahan kain yang merupakan subyek dalam pembatikan.

Pada zaman dulu para pengrajin batik cara untuk bisa membatik tidak perlu modal yang begitu besar, pada zaman dulu para pengrajin mengumpulkan dengan sedikit demi sedikit, walaupun ada pinjaman yang diselenggarakan oleh desa tapi para pengrajin batik tidak meminjamnya karena menurut mereka takut tidak bisa mebayar hutangnya, jadi para pengrajin batik zaman dahulu pertama hanya membeli sedikit kain untuk di batik kemudian dijual dan hasil dari penjualan dikumpulkan untuk dijadikan modal untuk membeli kain dan dari hasil tersebut bisa mengumpulkan banyak modal sehingga bisa memproduksi batik dengan jumlah yang cuup banyak (Suwardjo, wawancara tanggal 5 Desember 2017).

(29)

bekerja sebagai pengrajin memang dibutuhkan kesabaran yang tinggi, dengan penghasilan yang tidak begitu banyak maka perlu adanya kesiapan mental untuk bisa menghadapi segala apa yang terjadi dalam usahanya.

Gambar

gambar keranjang tempat dawet ayu yang khas dari Banjarnegara. Arti
Gambar 3.1 Struktur organisasi kelompok Sadar Wisata “Giri Indah” Desa

Referensi

Dokumen terkait

Pentingnya alat bukti keterangan ahli sangatlah diperlukan pada setiap proses perkara pidana di pengadilan yang membutuhkan keterangan atau penjelasan dari ahli

Peran Fisika Reaktor dalam komisioning nuklir RSG-GAS(2) antara lain meliputi perencanaan, palaksanaan dan pengevaluasian eksperimen reaktor yang bertujuan

Hasil pengujian regresi berganda menunjukkan adanya pengaruh positif antara komitmen organisasional dan komitmen professional terhadap kepuasan kerja auditor, terbukti

a) Eksponsial, contoh pada orang sehat, pasien tetap sehat selama periode penelitian. b) Increasing Weibull , contoh pasien leukemia yang tidak sembuh dengan

Penyebaran IMNV yang ditandai dengan otot putih dan kematian masal pada udang vannamei yang dibudidayakan.Penyakit tersebut disebabkan oleh virus IMNV dan

Orientasi politik hukum pembentukan Undang-Undang Penanaman Modal harus dikembalikan pada Pancasila sebagai cita hukum bangsa, yang pengelolaannya tidak terlepas

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) lembar catatan lapangan merupakan lembaran kertas yang digunakan selama kegiatan observasi untuk

Karet pegangan setang ( grip handle ) sering mengalami kerusakan, yaitu akibat pengaruh cuaca atau pemakaian. Penelitian ini menggunakan bahan pelunak epoksi minyak