• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Kepemimpinan Ketua Bar3t dalam Mengkampanyekan Safety Driving di dalam Komunitas Mobil Bar3t (Banten Auto Revolutions) - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pola Kepemimpinan Ketua Bar3t dalam Mengkampanyekan Safety Driving di dalam Komunitas Mobil Bar3t (Banten Auto Revolutions) - FISIP Untirta Repository"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

Pola Kepemimpinan Ketua Bar3t dalam Mengkampanyekan

Safety Driving di dalam Komunitas Mobil Bar3t (Banten Auto

Revolutions)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa

Disusun Oleh :

NOVRAN EFRIANGGA

082108

KONSENTRASI ILMU HUMAS

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

BANTEN

(2)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Novran Efriangga

NIM : 6662082108

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 05 November 1990 Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Strategi Kampanye Safety Driving

Komunitas Mobil Bar3t (Banten Auto Revolutions) adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

Serang, 15 November 2013

(3)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

Judul : POLA KEPEMIMPINAN KETUA BAR3T DALAM

MENGKAMPANYEKAN SAFETY DRIVING DI DALAM KOMUNITAS BAR3T (BANTEN AUTO REVOLUTIONS)

Telah disajikan dihadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi dan Sidang Komprehensif di Serang, Tanggal 12 Bulan Februari Tahun 2014 dan

Dekan FISIP UNTIRTA Ketua Prodi Ilmu Komunikasi

Dr. Agus Sjafari, M.Si. Neka Fitriyah S.Sos, M.Si

(4)

ABSTRAK

Novran Efriangga. NIM. 082108. Skripsi. Pola Kepemimpinan Ketua Bar3t dalam Mengkampanyekan Safety Driving di Komunitas Bar3t (Banten Auto Revolutions)

Setiap komunitas memiliki kebiasaan dan ciri khas masing-masing. Dalam hal ini Bar3t, komunitas mobil yang sudah cukup matang dan mempunyai julukan “clubnya para pejabat” ini berdomisili di Banten menggunakan berbagai pendekatan secara personal dan melakukan kampanye dengan cara memberikan contoh langsung ke anggotanya untuk menerapkan sistem safety driving dalam berkendara. Sebuah komunitas pada umumnya hanya memilih cara yang bersifat informal untuk memberikan kampanye tersebut kepada anggotanya karena cara tersebut mudah untuk dimengerti dan lebih efektif dibandingkan dengan cara formal seperti seminar, dan sebagainya. Hal tersebut bukan hanya akan membuat suasana menjadi membosankan akan tetapi juga akan membuat pesan yang dibawa oleh komunikator tidak akan tersampaikan dengan maksimal. Untuk memulai proses kampanye tersebut harus dilakukan memalui pendekatan personal terlebih dahulu supaya apapun yang disampaikan oleh komunikator dapat tersampaikan dan terlaksana dengan baik oleh setiap anggota Bar3t. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pesan safety driving ini tersampaikan dengan baik atau tidak, mampu diserap dan diterima dengan baik atau tidak oleh setiap anggota Bar3t. Teori yang dipakai pada penelitian ini adalah Teori Elaboration likelihood models (ELM) dari Petty dan Cacioppo. Teori ini adalah menelaah perbedaan motivasi atau penangkapan makna pesan dikarenakan perbedaan latarbelakang pendidikan dan kesadaran akan suatu hal yang berkaitan dengan pesan tersebut yang akan berdampak pada hasil akhir penerimaan pesan, dan juga seberapa lama efek dari pesan itu dapat ditimbulkan oleh komunikan itu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Karena tujuan pokok penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan memberikan penjelasan tentang kampanye safety driving yang dilakukan oleh komunitas Bar3t. Penelitian difokuskan kepada anggota Bar3t karena sasaran dari penelitian ini adalah anggota Bar3t. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melakukan wawancara dan observasi. Dari hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi kampanye safety driving yang dilakukan oleh komunitas Bar3t memiliki beberapa cara yaitu melakukan pendekatan personal dan bersifat kekeluargaan. Efek yang ditimbulkan karena memakai pendekatan tersebut yaitu kurang terserapnya informasi safety driving kepada anggota Bar3t karena perbedaan latarbelakang pendidikan dan pengetahuan tentang safety driving

menjadikan anggota Bar3t terbagi menjadi dua kelompok yaitu tingkat elaborasi tinggi dan tingkat elaborasi rendah dan menjadikan pemaknaan pesan yang disampaikan sama akan tetapi efek yang akan ditimbulkan berbeda.

(5)

ABSTRACT

Novran Efriangga. NIM. 082108. Thesis. Patterns in Leadership Chair of Bar3t Campaigning Safety Driving in Bar3t Community (Banten Auto Revolutions)

Each community has a habit and characteristics on it own. Bar3t In this case , is a car community had already quite mature and has a of nickname " club of the officials " is domiciled in Banten using a variety of personal approach and conduct campaigns by giving examples directly to its members to implement the system of safety in driving. Normally a community just choose informal way to give the campaign to their members because of the way it is easy to understand and more effective than formal methods such as seminars , and so on . It not only will make the atmosphere would be bored but it will also make the message brought by the communicator will not be conveyed to the maximum . To begin the process of the campaign should be carried out through a personalized approach so that any advance given by the communicator can be delivered and implemented well by every member of Bar3t . This study aims to determine the extent of driving safety message is conveyed properly or not , can be absorbed and well received or not by every member of Bar3t . The theory used in this research is the Theory Elaboration likelihood models ( ELM ) of Petty and Cacioppo . This theory is examined differences in motivation or capture the meaning of a message due to differences in educational background and awareness of the issues related to the message that will have an impact on the final result message reception , and also how long the effect of the message can be caused by the communicant . The method used is descriptive method with qualitative approach . Because the main purpose of this study is to describe and provide an explanation of the safety driving campaign conducted by Bar3t community . The research focused on members Bar3t because the target of this research is Bar3t members . Data collection techniques used were interviews and observation . From these observations it can be concluded that the strategy of safety driving campaign conducted by Bar3t community has several ways to approach personal and family-oriented . The effects due to using this approach is less absorption of safety driving information to members Bar3t due to differences in educational background and knowledge of the make safety driving Bar3t members are divided into two groups: high- level elaboration and low levels of elaboration and make meaning of the message will be the same but will it have a different effect .

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi ALLAH SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang tidak terkira dan tidak terbatas, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti telah berupaya semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan peneliti untuk mendapat hasil yang terbaik dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu, peneliti dengan senang hati menerima saran dan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.

Skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa ada bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka semua. Dalam kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya terutama kepada kedua orangtua yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan sampai terselesaikannya skripsi ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, semoga Untirta menjadi lebih baik kelak.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

5. Bapak M. Jaiz, S.Sos M.Pd selaku dosen pembimbing akademik sejak peneliti kuliah semester pertama hingga selesai.

(7)

7. Bapak Ari Pandu Witantra., S.Sos selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi.

8. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada peneliti.

9. Seluruh Staf Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah membantu peneliti melancarkan penyelesaian skripsi peneliti.

10.Marli Suhibyat selaku ketua umum Bar3t yang bersedia memberikan pengetahuan baru kepada peneliti tentang dunia komunitas mobil.

11.Teman-teman Bar3t yang dengan terbuka menerima peneliti untuk bertukar informasi tentang dunia komunitas mobil.

12.Adikku Meika Alfiat dan Septa Firmansyah yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

13.Isniyunisyafna Diah Delima, Wahyu Annas, Diaz Ananta, Trami Vidya, Yuyun Y, Ayu Farisa Novalia, Aulia Shofan Hidayat, Hendika SP, Mayabella, Jonah Silas, Boyke Fakhri, Nanda Avreska, Aan A, Annisa Dian F, Inge Yulistia, Rexy Fajrin, Yolanda Fatharani, Nawang, Farissa Azmi, Fawaiz Rasyid Rozaldi, Sieska Kusmanawati, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

14.Sahabat seperjuangan mahasiswa Humas D 2008 Ilmu Komunikasi.

15.Keluarga besar DEVELLA, Inggit Nugroho, Andru Prima, Nurul Ichwan, dan Ridho Ilhami.

16.Keluarga besar HIMAKOM Untirta 2009-2013. 17.Keluarga besar BEM FISIP Untirta 2009-2013. 18.Keluarga besar KOVIKITA.

19.Keluarga besar KKM 15 Untirta 2011. 20.Keluarga besar PASAKOSTA.

21.Kakak-kakak komunikasi Untirta 2006 dan 2007.

(8)

23.Adik-adik FISIP Untirta 2009, 2010, 2011, 2012, dan 2013

24.Teman-teman dari Fakultas FISIP, FKIP, Hukum, Teknik, Pertanian, dan Ekonomi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

(9)
(10)

2.7 Safety Driving ……… ………... 22

2.8 Komunitas Mobil di Indonesia ……….……….... 36

2.8.1Sejarah Komunitas Mobil di Indonesia …………..…………... 36

2.8.2 Perkembangan Komunitas Mobil di Banten ………...... 38

2.9 Teori Penunjang …………...………... 39

2.10 Kerangka Berfikir ………...………. 42

2.11 Penelitian Terdahulu ………...………... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………... 45

3.1 Metode Penelitian ……… 45

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ………... 52

4.1.1 Komunitas Bar3t ……… 52

4.1.2 Informan Penelitian ……...……….... 53

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ………...……….. 54

4.2.1 Cara dalam Berkampanye Safety Driving ………...…... 76

4.2.2 Hambatan yang Terjadi dalam Kampanye ………...….. 76

4.2.3 Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi Hambatan ……... 77

4.3 Pembahasan Penelitian dengan Teori Penelitian …………...………. 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………...…….... 84

5.1 Kesimpulan ………...……….... 84

(11)

5.2.1 Saran Teoritis ………...………. 86 5.2.2 Saran Praktis ………...……….. 87

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Booklet GT Peduli Keselamatan Anda dan Keluarga ……… 26

Gambar 2.2 Ban Vulkanisir ...……… 33

Gambar 2.3 Ban Batikan ...………. 33

Gambar 2.4 Ban A/T……… 34

Gambar 2.5 Ban M/T………... 34

Gambar 2.6 Booklet GT Care ...………. 35

Gambar 2.7 Model Kemungkinan Elaborasi ...………. 41

Gambar 2.8 Kerangka Berfikir .………..………... 43

Gambar 4.1 Cara Pemakaian Sabuk Pengaman………... 71

Gambar 4.2 Kondisi Rem yang Baik .…..……….. 72

Gambar 4.3 Contoh Memegang Stir yang Benar……….. 73

Gambar 4.4 Rambu-Rambu Lalu Lintas……… 73

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Lampiran 2 : Jadwal Bimbingan Lampiran 3 : Pedoman Wawancara Lampiran 4 : Dokumentasi

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kendaraan bermotor saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang dikarenakan merupakan alat bantu yang sangat efektif untuk cepat berpindah-pindah tempat dengan waktu yang singkat. Hal tersebut sudah menjadi biasa dewasa ini jika ingin menghemat waktu tempuh dalam perjalanan.

Setiap orang memiliki kebutuhannya masing-masing, waktu terkadang menjadi hal yang sangat penting bagi setiap orang, sehingga orang sering melupakan hal yang paling penting dalam berkendara yaitu seperti sabuk pengaman dan sebagainya. Hal tersebut bisa menjadi sangat membahayakan dirinya dan pengguna jalan lain yang berada di sekitarnya.

Manusia perlu suatu wadah agar mendapatkan kepuasan-kepuasan seperti pengetahuan dari generasi-generasi sebelumnya tentang keamanan berkendara,1 dimana orang tersebut dapat berinteraksi serta bertukar pikiran untuk mencapai sasaran utama seperti keamanan saat berkendara, tertib lalu lintas, dan sebagainya.2

Pertumbuhan kendaraan bermotor bukan tidak menyebabkan dampak. Banyak konsekuensi yang harus ditanggung oleh masyarakat luas akibat dari cepatnya pertumbuhan kendaraan bermotor ini. Pertama, kepadatan yang terjadi di jalan raya

1

Winardi J. 2003. Teori organisasi & pengorganisasian. Jakarta:Raja Grafindo Persada hal.4

2

(16)

yang mengakibatkan kemacetan yang terjadi di mana-mana, hal ini terjadi diakibatkan pertumbuhan dari kendaraan bermotor baik sepeda motor maupun mobil dan tidak diimbangi dengan pertumbuhan jalan raya tempat mobil dan sepeda motor tersebut berjalan. Konsekuensi pertama tadi juga menjadi penyebab pada konsekuensi yang kedua yaitu terjadinya pencemaran lingkungan, pencemaran lingkungan yang terjadi disini yaitu polusi udara. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain.3

Konsekuensi lainnya yang harus dihadapi yaitu pengguna dari kendaraan bermotor tersebut tidak mematuhi peraturan yang berlaku saat mengendarai kendaraan, salah satunya yaitu umur pengendara.

Selain itu, dalam peraturan lalu lintas di Indonesia yang tertuang dalam Undang Undang Lalu Lintas No 22 Tahun 2009 Pasal 77 ayat 1 menyebutkan setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib memiliki SIM sesuai dengan jenis kendaraan bermotor yang dikemudikan. Padahal, sesuai dengan Pasal 81 ayat 1 dan 2, untuk mendapatkan SIM, setiap orang harus memenuhi persyaratan usia, administratif, kesehatan dan lulus ujian. Dari sisi usia, untuk SIM A, C, dan D,

3

(17)

minimal pemilik SIM harus berusia 17 tahun. Sedangkan B1 minimal 20 tahun dan B2 minimal 21 tahun.4

Saat ini sudah banyak pengendara dibawah umur yang sudah mengendarai kendaraan bermotor dan dikhawatirkan masih belum mengerti peraturan lalu lintas dan mengindahkannya karena umur mereka yang masih anak-anak / remaja yang pada dasarnya masih awam tentang peraturan lalu lintas. Jika hal tersebut terus dibiarkan dan pengguna kendaraan bermotor belum menyadari akan bahayanya berkendara jika belum mengerti peraturan lalu lintas, maka yang terjadi adalah tingginya angka kecelakaan yang terjadi. Kecelakaan yang terjadi merupakan suatu perilaku yang menyimpang dari pengguna kendaraan bermotor yang mematuhi peraturan lalu lintas, baik karena belum mengetahui peraturan tersebut ataupun sudah tahu akan tetapi tetap saja melanggarnya dengan berbagai alasan. Alasan-alasan tersebut tidak dibenarkan karena mengakibatkan kecelakaan, kecelakaan tersebut menimpa diri sendiri dan orang lain.

Contoh yang sangat dekat yaitu kasus kecelakaan AQJ yang terjadi diwilayah tol Jagorawi. Dalam kecelakaan itu mengakibatkan banyak orang yang tewas, hal ini dikarenakan umur AQJ yang memang semestinya belum mengendarai kendaraannya sendiri yaitu pada saat ia berumur 14 tahun. Belum lagi kecelakaan yang terjadi di wilayah Banten sendiri belum lama ini. Kecelakaan yang terjadi di daerah Widya Asri Ciracas Serang yang berkaitan dengan pejabat, yaitu kecelakaan yang menelan 2 korban jiwa dan salah satunya merupakan pejabat dinas di Kota Serang. Kecelakaan

4

(18)

ini disebabkan oleh human error yaitu pengemudi mengendarai kendaraan dalam keadaan mabuk sehingga mengakibatkan kecelakaan tersebut.

Kasus-kasus diatas merupakan contoh kecelakaan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dikarenakan beberapa faktor yaitu umur yang belum layak mengemudi dan berkendara dalam keadaan mabuk. Di Banten sendiri, kasus kecelakaan lalu lintas dari awal tahun 2010 - 2011 ini telah mencapai 3.558 kasus kecelakaan dan angka kerugian materil diperkirakan Rp 15,8 miliar. Dari jumlah kasus kecelakaan tersebut telah menyebabkan korban tewas sebanyak 1.227 orang, korban luka berat sebanyak 1.837 orang,dan korban luka ringan sebanyak 3.640 orang.5

Agar orang-orang dapat lebih menyadari pentingnya keamanan berkendara, dibutuhkan sebuah organisasi yang dekat dengan masyarakat banyak yang berinisiatif dan bergerak cepat dalam menanggapi permasalahan ini. Dalam hal ini, orang-orang yang mempunyai hobi dan kesadaran yang sangat tinggi terhadap pentingnya safety driving bagi berkendaralah yang mampu berperan penting dalam memberikan contoh, mengajak, dan merangkul teman-temannya dan orang disekitarnya untuk berkendara secara aman. Dan lama-kelamaan kebiasaan yang positif ini akan menular pula kepada orang-orang yang berada disekitarnya dan tidak menutup kemungkinan pula diikuti oleh orang-orang lainnya. Berkendara secara aman dewasa ini sudah mulai diabaikan oleh pengendara kendaraan dengan berbagai alasan. Padahal hal ini

5

(19)

merupakan hal yang sangat penting bagi pengendara kendaraan karena dapat menjaga keselamatan baik pengendara itu sendiri maupun pengguna jalan lainnya. Belum lagi faktor-faktor yang membuat seorang pengendara kehilangan kendali saat berkendara yang disebabkan karena pengemudi mengantuk saat berkendara, penggunaan obat-obatan terlarang, memainkan ponsel saat berkendara dan sebagainya. Hal-hal ini juga mempengaruhi seseorang untuk berkendara dengan aman karena terpengaruh oleh pengaruh luar seperti kantuk dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi kesadarannya dalam berkendara.

Dari fakta-fakta dan data-data diatas mencerminkan bahwa angka kecelakaan lalu lintas masih sangat tinggi. Hal ini sangat memprihatinkan bagi dunia lalu lintas Banten, karena itu peneliti merasa sangat perlu untuk melakukan penelitian tentang

safety driving ini karena seperti yang terlihat dari data-data diatas bahwa angka kecelakaan di jalan raya khususnya lalu lintas sudah sampai pada tahap memprihatinkan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, seperti kondisi kendaraan, kondisi jalan, lingkungan, dan pengendara.

(20)

spare part dari kendaraan tersebut. Kondisi jalan juga merupakan salah satu faktor terjadinya kecelakaan di jalan raya, karena kondisi jalan berlubang yang ada di jalan beraspal dapat menyebabkan pengendara terkejut dan berusaha menghindar sementara dari arah lainnya juga ada kendaraan yang melintas sehingga terjadilah kecelakaan tersebut. Lingkungan juga menjadi salah satu faktor terjadinya kecelakaan, maksudnya disini yaitu lingkungan dimana tempat pengendara tinggal atau beradaptasi maka lingkungan itu yang menentukan apakah pengendara tersebut akan menerapkan safety driving atau mengabaikannya. Faktor lainnya yaitu pengendara itu sendiri, apakah ia akan menerapkan safety driving dalam mengendarai kendaraannya atau bersikap seenaknya dan ugal-ugalan di jalan raya tanpa mempedulikan pengguna jalan lainnya.

Pada kenyataan yang terjadi disekitar kita juga berbanding lurus dengan apa yang disampaikan diatas, contoh kecilnya yaitu seorang pelajar, mahasiswa, atau pegawai dan sebagainya jika berangkat ke tempat kegiatannya masing-masing menggunakan kendaraan pribadi dengan keadaan terburu-buru dikarenakan terlambat bangun atau hal lainnya, mereka akan memanfaatkan waktu semaksimal mungkin yang tidak menutup kemungkinan melupakan berbagai ketentuan safety driving

(21)

memodifikasi kendaraannya menjadi terlihat sangat bagus dengan tampilan luar dan dalamnya, bukan karena menerapkan safety driving dan berjiwa sosialnya yang tinggi.

Akan tetapi, banyak juga komunitas-komunitas mobil yang berdiri berdasarkan rasa kesadarannya yang sangat tinggi dalam menerapkan safety driving

bahwa safety driving merupakan bagian yang sangat penting dalam berkendara dan berjiwa sosial yang sangat tinggi kepada orang-orang yang sedang membutuhkan bantuan seperti mengadakan kegiatan baksos dan sebagainya. Menurut Jefkins, komunitas adalah kelompok orang yang tinggal di sekitar wilayah operasi satu organisasi yang bisa berupa pabrik, areal penambangan, kantor atau bengkel yang disebutnya sebagai tetangga.6 Kita semua bertetangga, baik antar areal perumahan, kecamatan, kota, bahkan tetangga satu negara. Dan beberapa orang yang mempunyai hobi yang sama yaitu mobil membentuk kelompok tersendiri, karena kepedulian komunitas mobil ini kepada masyarakat sekitar, maka mereka berinisiatif untuk melakukan pengarahan cara berkendara yang baik. Komunitas ini memiliki rasa tanggung jawab untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi.

Komunitas seperti ini berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, komunikasi yang digunakan yaitu komunikasi yang memiliki arti suatu proses sosial yang mempunyai relevansi luas di dalam memfungsikan suatu kelompok, organisasi atau

6

(22)

masyarakat.7 Pernyataan diatas membuktikan bahwa organisasi komunitas tadi mempunyai tanggung jawab sosial kepada masyarakat.

Komunitas termotivasi dengan 3 hal, yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan.8 Pada kenyataannya bahwa manusia mempunyai kebutuhan untuk berkendara supaya segala aktifitasnya berjalan dengan cepat karena dengan berkendara maka ia dapat menghemat waktu dalam perjalanan yang ditempuh, dalam aktifitas berkendaranya maka ia akan merasa perlu atau butuh akan membentuk sebuah kelompok yang mempunyai kegiatan atau hobi yang sama. Hal ini dapat menghasilkan berbagai hal yaitu dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan aktifitasnya sehari-hari tentang berkendara dan mungkin mendapat nilai plus berupa eksistensi di kalangannya maupun di masyarakat luas seperti membentuk atau sekedar masuk ke dalam sebuah komunitas dan sebagainya yang mempunyai satu visi dan tujuan dengannya, bahkan membentuk atau masuk ke dalam sebuah organisasi resmi yang terstruktur untuk mewujudkan visi, misi dan tujuannya itu.

Komunitas Bar3t ini pun mempunyai tujuan atau dorongan untuk menekan angka kecelakaan yang terjadi belakangan ini. Karena organisasi seperti komunitas ini pun juga memiliki tujuan yang rasional seperti mengurangi konflik dengan masyarakat, meningkatkan keamanan dalam berlalu lintas dan memberikan

7

Thoha Miftah. 1983. Perilaku organisasi konsep dasar dan aplikasinya. Jakarta:Raja Grafindo Persada hal.185

8

(23)

informasi-informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat tentang cara berkendara yang aman.9

Konflik yang ingin dikurangi seperti memperbaiki citra tentang komunitas kendaraan bermotor yang sudah terlanjur buruk di mata masyarakat, lalu meningkatkan keamanan berlalu lintas seperti mengurangi atau menekan angka kecelakaan yang terjadi di jalan raya, dan informasi yang diberikan kepada masyarakat seperti cara memakai sabuk pengaman yang baik dan benar, berapa tekanan angin pada ban yang baik dan sebagainya.

Dalam hal ini masyarakat berperan aktif dalam berkendara yang aman, karena masyarakat merupakan sasaran utama dari sosialisasi ini. Selain itu, aparat kepolisian juga harus berperan aktif dalam sosialisasi ini dikarenakan pihak kepolisian berperan sebagai pengawas dalam kehidupan berkendara sehari-hari. Komunitas Bar3t pun tidak kalah pentingnya dalam sosialisasi ini karena komunitas ini merupakan perantara atau penghubung antara pihak kepolisian sebagai pembuat kebijakan dan masyarakat luas sebagai komunikannya. Oleh karena itu komunitas ini menjadi perantara dalam sosialisasi tentang keamanan berkendara (Safety Driving) yang dicanangkan oleh aparat kepolisian sebagai komunikator kepada masyarakat sebagai komunikan yang menjalankan kebijakan tersebut. Dan ada juga satu hal yang penting dalam sosialisasi ini yaitu pemilihan media yang tepat dalam menyampaikan pesan tersebut sehingga efektif dalam penyampaian dan penerimaan pesannya.

9

(24)

Perilaku masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti usia, kecerdasan, karakteristik populasinya dan sebagainya, kelompok orang tua melahirkan pola perilaku yang pasti berbeda dengan kelompok anak-anak muda.10 Dikarenakan pola pikir dari keduanya yang memang secara alamiah tidak sama dan pengalaman yang mereka alami sangat berbeda, itu menjadi penyebab perilaku dari kedua kelompok ini berbeda.

Tidak sepenuhnya perilaku itu berasal dari masyarakat itu sendiri, dan tidak dapat dipungkiri lagi kalau perilaku seseorang atau masyarakat berasal dari lingkungan dimana asal masyarakat tersebut, termasuk dalam perilaku berkendara. Karena sebenarnya sistem kepribadian manusia terdiri dari id, ego, dan superego 11. Dan yang menggerakkan perilaku manusia tersebut adalah ego, ego merupakan mediator antara hasrat hewani dengan tuntutan rasional atau realistik, dan hal tersebut harus dikendalikan secara benar melalui berbagai pengalaman dan informasi yang didapat dari orang lain.

Hal seperti ini yang membuat peneliti merasa perlu diadakannya penelitian tentang strategi-strategi yang dirancang oleh komunitas-komunitas mobil dalam melakukan kampanye safety driving kepada anggota-anggotanya khususnya dan untuk masyarakat luas pada umumnya mengingat pentingnya safety driving dalam berkendara karena menyangkut keselamatan pengendara itu sendiri dan pengguna

10

Rakhmat Jalaludin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosakarya hal.46

11

(25)

jalan lain serta mengingat tingginya angka kecelakaan kendaraan bermotor khususnya mobil di wilayah Banten.

Seperti yang kita ketahui saat ini, anak muda yang mempunyai komunitas mobil atau sekedar mempunyai mobil dalam aktivitasnya lebih mementingkan gaya atau style dalam berkendara dibandingkan keamanan dalam berkendara (safety driving).

Banten Revolution Team (Bar3t) merupakan sebuah komunitas mobil di Banten yang berdiri sejak tahun 2004 dan mempunyai anggota kurang lebih berjumlah 30 orang yang aktif di organisasi Bar3t dan mencapai 80 orang yang non aktif di organisasi Bar3t, anggota dari Banten Revolution Team (Bar3t) ini berasal dari berbagai kalangan, baik kalangan tua maupun muda dan dari berbagai profesi yang ada seperti pelajar, mahasiswa, sampai kepolisian dan pejabat, baik yang di pemerintahan kabupaten kota maupun tingkat provinsi. Komunitas Bar3t ini juga dikenal sebagai komunitasnya para pejabat dikarenakan anggota-anggota dari komunitas ini sebagian merupakan orang yang bekerja di tingkat pemerintahan dan mempunyai jabatan. Oleh sebab itu komunitas ini dapat lebih mudah dalam menjangkau masyarakat sekitar dari berbagai kalangan maupun usia dan dapat menularkan kebiasaan safety driving yang dimilikinya, akan tetapi kebiasaan safety driving tersebut harus dimulai dari dalam tubuh komunitas ini sehingga dapat menularkan kebiasaan tersebut kepada orang lain.

(26)

kampanye safety driving dan menerapkannya sehingga dapat ditularkan kebiasaan

safety driving tersebut kepada anggota-anggotanya. Dapat dilihat dari tahun berdirinya komunitas Bar3t yang sudah menginjak umur ke 9 tahun, sebagian dari anggotanya dapat membuka link ke kepolisian baik Polres, Polda, sampai ke Polri untuk mendapatkan arahan langsung tentang safety driving, dan anggota dari Bar3t ini terdiri dari berbagai profesi khususnya dari kepolisian yang merupakan tempat atau sumber dari kampanye safety driving itu sendiri. Lalu bagaimanakah strategi komunikasi yang dilakukan Banten Revolution Team (Bar3t) dalam melakukan kampanye safety driving kepada anggotanya?, Oleh karena itu penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Strategi kampanye Safety Driving komunitas mobil Banten Revolution Team (Bar3t).”

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas terdapat pertanyaan yang dapat diteliti dan ditemukan jawabannya yaitu :

Bagaimana Strategi komunikasi komunitas mobil Banten Revolution Team (Bar3t) dalam proses kampanye safety driving?

1.3 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana cara pimpinan Bar3t dalam mengkampanyekan safety driving ? 2. Hambatan apa yang dihadapi pimpinan Bar3t dalam mengkampanyekan safety

(27)

3. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam mengkampanyekan safety driving ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui cara pimpinan Bar3t dalam mengkampanyekan safety driving 2. Mengetahui hambatan apa yang dihadapi pimpinan Bar3t dalam

mengkampanyekan safety driving

3. Mengetahui bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan dalam mengkampanyekan safety driving

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis / Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontibusi bagi ilmu pengetahuan khususnya ilmu komunikasi tentang cara-cara atau strategi komunikasi yang tepat dalam berkampanye.

1.5.2 Manfaat Praktis

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

Kehidupan manusia sehari-hari tidak pernah lepas dari kegiatan komunikasi, komunikasi memiliki arti penting bagi manusia dalam berinteraksi. Komunikasi merupakan sarana dalam melakukan suatu hubungan atau interaksi dengan orang lain. Manusia selalu mengaktualisasikan diri dalam suatu lingkungan dengan memberikan simbol-simbol atau makna melalui pertukaran informasi.

Komunikasi merupakan penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain, kegiatan atau proses penyampaian pesan tersebut dinamakan komunikasi.12 Safety driving merupakan suatu lambang atau kata-kata yang bertujuan untuk memberikan pesan bahwa pentingnya keamanan saat berkendara, oleh karena itu komunikasi sangat diperlukan dalam menyampaikan apa yang diinginkan oleh komunikator kepada komunikan. Menurut Hovland, komunikasi merupakan proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain.13 Dalam hal ini ketua club Bar3t memberikan contoh kepada anggotanya untuk bersikap sepertinya yaitu berkendara dengan aman agar ditiru juga oleh anggotanya.

12

Ruslan Rosadi. 2005. Kiat & Strategi kampanye Public Relations. Jakarta:Raja Grafindo hal 17

13

(29)

Menurut Theodore M Newcomb, komunikasi yaitu suatu transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan yang diskriminatif dari sumber kepada penerima.14 Pimpinan Bar3t memberitahu kepada anggota-anggotanya baik secara verbal maupun non verbal bahwa pentingnya keamanan saat berkendara merupakan hal yang sangat vital dalam berkendara baik diri sendiri maupun pengguna jalan lainnya.

2.2 Persuasif

Menurut Ronald L. Applbaum dan Karl W.E. Anatol

“Persuasif adalah proses komunikasi yang kompleks ketika individu atau kelompok mengungkapkan pesan yang disengaja maupun yang tidak disengaja melalui cara-cara verbal dan nonverbal untuk memperoleh respon tertentu dari individu atau kelompok lain. Sementara itu Bettinghous merumuskan persuasi sebagai “komunikasi manusia yang dirancang untuk mempengaruhi orang lain

dengan usaha mengubah keyakinan, nilai, atau sikap mereka.”15

Komunikator memberikan berbagai pesan-pesan kepada anggotanya baik verbal seperti peraturan tertulis maupun non verbal seperti memberikan contoh kepada anggota-anggotanya dengan cara mempraktekkan safety driving dalam berkendaranya. Menurut Winston Brembeck dan William Howell dalam persuasion a means of social change (1952) definisi persuasi yaitu usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasikan motif-motif orang kearah tujuan yang

14

Mulyana Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:PT Rosda hal.62

15

(30)

ditentukan dan komunikasi tersebut dimaksudkan untuk mempengaruhi pilihan orang lain. Dan Burke yang dikutip Larson dalam Persuasion berpendapat bahwa definisi dari persuasif yakni penciptaan bersama suatu pernyataan identifikasi atau kerjasama diantara sumber pesan dengan penerima pesan yang diakibatkan oleh penggunaan simbol-simbol.16

Komunikator memberikan informasi tentang safety driving kepada komunikannya dan menjelaskan secara detail dan bukti nyata tentang peristiwa yang diakibatkan oleh pengemudi yang lalai atau tidak berkendara secara aman seperti memakai safety belt, menerobos lampu merah, belok tanpa menggunakan lampu sen dan sebagainya. Hal ini dilakukan oleh komunikator untuk memberi awereness

kepada komunikannya agar mengikuti aturan safety driving dalam berkendara.

2.3 Kampanye

Berbagai definisi dari banyak ahli banyak sekali mendefinisikan kampanye itu apa. Salah satunya menurut Leslie B Snyder, kampanye merupakan aktifitas komunikasi yang terorganisasi, secara langsung ditujukan kepada khalayak tertentu, sedangkan menurut Rogers dan Storey, kampanye merupakan serangkaian kegiatan komunikasi yang terorganisasi dengan tujuan untuk menciptakan dampak tertentu terhadap sebagian besar khalayak secara berkelanjutan dalam periode waktu tertentu.17

16

Ibid hal 36

17

(31)

Proses kampanye yang dilakukan komunikator dalam hal ini melakukan ajakan-ajakan yang dilakukan secara terus menerus kepada komunikannya agar komunikan tersebut berkendara secara aman. Lain lagi definisi dari Pfau dan Parrot yang berpendapat bahwa kampanye merupakan suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, komunikator dengan jelas memberikan ajakan-ajakan tersebut kepada komunikannya dengan keadaan sadar bahwa tindakannya tersebut akan mengubah sikap dari komunikannya agar dapat melakukan apa yang menjadi tujuan dari komunikatornya tersebut.

Rajasundaram dalam buku Antar Venus juga berpendapat bahwa kampanye dapat diartikan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi dalam periode waktu tertentu yang ditujukan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pula pemecahan masalahnya.18 Komunikator memberikan berbagai alasan kepada anggota-anggotanya mengapa ia memberikan instruksi atau ajakan kepada mereka dan memberikan sebuah solusi bagaimana permasalahan yang mereka hadapi dapat terpecahkan, hal inilah yang membuat komunikan dapat mengikuti apa yang diinstuksikan oleh komunikator karena jelas kenapa dan mengapa mereka harus mengikuti apa yang disarankan atau yang diinstrusikan oleh komunikator tersebut.

18

(32)

2.4 Komunitas

Komunitas bukanlah bahasa baru dalam ruang lingkup sosial. Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, resiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Menurut Basu Swastha Dharmmesta dan T Hani Hadoko :

Komunitas adalah kesatuan sosial yang menjadi tempat individu – individu berinteraksi satu sama lain, karena adanya hubungan diantara mereka. Sebagai hasil dari interaksi yang terus – menerus ini adalah, lambat laun akan tercipta struktur diantara mereka.”19

Adapun definisi komunitas menurut Burhan Bungin adalah hubungan antara manusia yang mewujudkan adanya sistem komunikasi dan peraturan – peraturan yang mengatur hubungan antara mereka. Melalui sistem hidup tersebut muncullah budaya yang mengikat antara satu manusia dengan manusia lain.20 Sedangkan menurut Stewart E. Perry memandang ada dua makna komunitas. Pertama, komunitas sebagai kategori yang mengacu pada orang yang saling berhubungan berdasarkan nilai – nilai dan kepentingan bersama yang khusus , seperti para penyandang cacat, jamaah masjid atau kelompok imigran. Kedua, secara khusus menunjuk pada satu kategori manusia

19

Basu Swastha Dharmmesta dan Hadoko, T Hani. Manajemen Pemasaran “analisa perilaku konsumen. Yogyakarta : Liberty. 2009. Hal 66

20

(33)

yang berhubungan satu sama lain karena didasarkan pada lokalitas itu secara tak langsung membuat mereka mengacu pada kepentingan dan nilai – nilai yang sama.21

Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama, adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi. Disamping itu secara fisik suatu komunitas biasanya diikat oleh batas lokasi atau wilayah geografis. Masing – masing komunitas karenanya akan memiliki cara dan mekanisme yang berbeda dalam menanggapi dan menyikapi keterbatasan yang dihadapainya serta mengembangkan kemampuan kelompoknya.

Terdapat tiga karakteristik utama komunitas yang selalu muncul, yaitu :22 1. Kesatuan Tempat (locality)

Komunitas didefinisikan secara fisik sebagai entitas spasial di mana titik beratnya lebih kepada lokasi geografis seperti desa atau perkotaan 2. Jaringan Sosial (social network)

Komunitas dikatan eksis apabila didalamnya terdapat network interrelationship antar anggota di dalam suatu tempat yang sama 3. Hubungan (relationship-communion)

Komunitas didefinisikan sebagai suatu hubungan perasaan saling

21

http://www.cedworks.com/article_3.html diakses pada Sabtu, 9 Juni 2012 jam 16.00 WIB

22

(34)

2.5 Strategi Komunikasi

Strategi adalah suatu perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan tertentu dalam praktek operasionalnya. Komunikasi secara efektif adalah bagaimana mengubah sikap, mengubah opini, dan mengubah perilaku. Tujuan utama strategi menurut R.Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnet yaitu :

1. Untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi. 2. Cara penerimaan terus terbina dengan baik.

3. Penggiatan untuk memotivasinya.

4. Tercapainya tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut.23

Dalam strategi ini, hal penting yang harus diperhatikan adalah sasaran kampanye, harus melihat segmentasi sasaran tersebut untuk mempermudah mengidentifikasi sasaran. Saat itu perlu membagi sasaran ke dalam lapisan-lapisan yaitu sasaran utama, sasaran lapis satu, sasaran lapis dua, dan seterusnya sesuai dengan tujuan kampanye 24. Karena kampanye akan berjalan efektif apabila pesan kampanye yang disampaikan tepat pada sasarannya.

23

Rosadi. 2005. Kiat & Strategi kampanye Public Relations. Jakarta:Raja Grafindo hal 37

24

(35)

2.6 Kepemimpinan

Menurut Howard H. Hoyt dalam bukunya yang berjudul Aspec of modern Public Administration, kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia, juga kemampuan untuk membimbing orang.25

Menurut George R. Terry dalam bukunya Principle of Management

memberikan definisi kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok.26

2.7 Safety Driving

Safety driving merupakan tata cara perilaku dalam mengendarai kendaraan yang aman dan nyaman bagi diri sendiri maupun pengguna jalan lainnya.27 Seperti memakai sabuk pengaman, berkendara tidak dalam keadaan mengantuk, dan sebagainya. Karena hal tersebut dapat menghindari dari resiko kecelakaan lalu lintas, dan pada kenyataannya kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang paling banyak mengakibatkan kematian. Oleh karena itu komunitas mobil ini berinisiatif untuk memberikan sosialisasi dan berbagai macam pengarahan serta pengetahuan agar masyarakat dapat sadar akan pentingnya safety driving.

25

Kartono Kartini 1992. Pemimpin dan Kepemimpina. Jakarta:RajaGrafindo Hal. 87

26

Ibid

27

(36)

Safety driving terbagi menjadi beberapa point seperti :

1. Pemeriksaan awal kendaraan seperti : pengecekan lampu indikator, tekanan angin pada ban, ban cadangan, dan pengecekan apakah terjadi kebocoran pada oli atau minyak rem atau tidak.

2. Pemeriksaan berat beban angkut mobil. 3. Pemakaian safety belt.

4. Menyesuaikan posisi spion depan dan samping.

5. Perhatikan posisi stir yang aman yaitu kedua tangan ada pada posisi jam 3 dan jam 9, untuk mengantisipasi kecelakaan karena airbag akan mengembang di posisi tersebut.

6. Menjaga jarak aman dengan kendaraan lain.

Beberapa hal tersebut merupakan standar safety driving yang menjadi standar keamanan yang diberikan oleh perusahaan pembuat kendaraan bermotor.28 Pemeriksaan awal kendaraan jelas sangat diperlukan karena dalam perjalanan sebuah persiapan merupakan modal yang sangat penting dalam berkendara, seperti memeriksa kelayakan dari semua bagian dari mobil termasuk lampu indikator, mesin, oli, minyak rem, dan memposisikan kaca spion agar mendapatkan pandangan terjelas dari segala sisi. Berikutnya saat berkendara, hal yang harus diperhatikan adalah pemakaian safety belt agar posisi menyetir tidak berubah dalam kondisi apapun, lalu posisi stir yang kedua tangan kita harus berada di jam 3 dan 9 karena airbag akan

28

(37)

mengembang tepat diposisi tersebut sehingga dapat menyelamatkan nyawa pengemudi jika terjadi kecelakaan.

Menurut instansi terkait yaitu PJR, mereka mengeluarkan standar safety driving sebagai berikut :29

Cara Safety Mengemudi

• Sikap

– Pengecekan pra-perjalanan

– Meniadakan hal yang mengalihkan perhatian mental dan fisik – Mengenal rute perjalanan

– Menyiapkan diri untuk mengemudi secara defensif • Ruang

– Menyiapkan waktu dan ruang untuk bermanufer saat diperlukan • Bidang pandang (5 sikap pengamatan)

– Jauh ke depan

– Kuasai seluruh bidang pandang – Gerakan mata anda

– Sediakan ruang untuk menghindar – Pastikan mereka melihat anda

Peraturan yang Wajib dilaksanakan

1. Posisi tangan yang benar ialah antara “10-2” 2. Sabuk pengaman dikenakan setiap saat

29

(38)

3. Perhatikan batas kecepatan maksimum yang tertera di rambu jalan 4. Tidak dibenarkan meminum minuman beralkohol

5. Perhatikan kelengkapan standar kendaraan (reflektor, kotak PPPK, pemadam kebakaran, dll)

Daftar periksa keamanan pra perjalanan

1. Pastikan semua lampu berfungsi

2. Periksa bahan bakar, minyak mesin, cairan pendingin mesin 3. Periksa tekanan udara ban

4. Pastikan semua peralatan yang kendur sudah dikencangkan 5. Periksa kelengkapan standar kendaraan

6. Pastikan kaca depan dan jendela (kanan & kiri) bersih 7. Pastikan kaca spion telah distel untuk pandangan yang benar 8. Hidupkan mesin dan amati seluruh instrumen

9. Pastikan sistem rem bekerja dengan baik (pengecekan 4 titik) 10.Periksa ulang dokumen yang diperlukan

11.Kencangkan sabuk pengaman

Banyak hal lain yang bisa diperiksa sebelum berkendara, salah satunya yang paling penting yaitu pemeriksaan ban. Mulai dari tekanan angin pada ban, ukuran velg yang dipakai, kondisi ban cadangan, dan sebagainya.

Menurut booklet yang dikeluarkan oleh salah satu perusahaan produksi ban di Indonesia yang berjudul “GT Care” edisi Februari 2012 mengatakan adanya banyak

(39)

spesifikasi ban yang tepat.30 Apakah fungsi ban tersebut untuk kondisi jalan yang beraspal atau tanah, apakah ukuran dari velg ban tersebut aman untuk berkendara, apakah ukuran velg tersebut mengganggu sistem operasi unsur-unsur lain pada kendaraan atau tidak, pentingnya ban cadangan, beban yang aman untuk diberikan kepada ban, keterkaitan ban dengan suspensi dalam kenyamanan berkendara, dan sebagainya. Ban merupakan unsur vital dalam pengoperasian kendaraan baik roda dua maupun roda empat sehingga harus mendapat perawatan serta perhatian lebih dari pengendara sebelum melakukan perjalanan, baik perjalanan dekat maupun perjalanan jauh demi keselamatan dan keamanan setiap pengendara tentunya.

Gambar 2.1

Booklet GT Peduli Keselamatan Anda dan Keluarga

30

(40)

Ban memiliki fungsinya tersendiri, secara umum fungsi ban untuk semua jenis kendaraan sama, yaitu :31

1. Menahan beban

Dalam hal menahan beban yang paling berpengaruh adalah tekanan angin, karena angin pada ban berfungsi untuk menopang berat kendaraan dan muatan.

2. Meredam guncangan

Tekanan angin dan type ban (radial/bias) sangat berpengaruh dalam meredam guncangan awal sebelum diredam lagi oleh suspensi. Ban tipe radial mampu meredam guncangan lebih baik daripada ban tipe bias.

3. Meneruskan tenaga dari mesin

Ban berfungsi untuk meneruskan gaya gerak dan pengereman ke permukaan jalan, hal ini berkaitan dengan kinerja traksi dan pengereman yang berpengaruh dalam hal ini adalah pattern atau kembangan ban.

4. Meneruskan fungsi kemudi

Ban sangat penting dalam mengontrol arah kendaraan, hal ini akan menentukan kemampuan bermanuver dan kestabilan dalam berkendara.

31

(41)

Dilihat dari pentingnya fungsi ban pada kendaraan, banyak hal-hal tentang ban yang harus diperhatikan dalam safety driving menurut sumber ini, yaitu sebagai berikut :

1. Ban diciptakan berbeda tapi dengan satu tujuan

(42)

Tabel 2.1

Speed Index dan Load Index

2. Perhatikan ukuran velg

(43)

dari kaedah yang ditentukan artinya kita harus menyesuaikan komponen lainnya agar secara kesatuan sistem bisa berjalan benar. Dengan menambah diameter velg maka akan ada penambahan berat dan kita akan merasakan bagaimana roda sangat mempengaruhi akselerasi, deselerasi, dan pengendalian mobil. Memakai ukuran roda yang lebih besar maka akan membutuhkan daya untuk berakselerasi yang besar pula sehingga akselerasi akan terasa melambat. Sama halnya dengan pengereman, jarak pengereman relatif akan lebih panjang karena beban muatan berlebih yang ditimbulkan oleh penambahan diameter velg. Ukuran velg boleh saja ditambahkan akan tetapi pabrikan hanya membolehkan untuk naik sampai dua inci saja seperti contohnya jika velg standar kita berukuran 15 inci maka hanya direkomendasikan untuk naik hanya 2 inci dari ukuran velg standar yaitu sampai 17 inci itupun performa sistem rem yang bisa menurun. Selain itu perbesaran diameter pada velg juga mempengaruhi keakuratan dari speedometer dan odometer, tingkat kenyamanan berkendara juga akan ikut menurun karena suspensi menjadi lebih keras dan radius putar dari roda depan tidak bisa lagi dibelokkan secara maksimal karena mentok di rumah roda.

3. Ban cadangan itu bersifat sederhana

(44)

akan tetapi hal kecil yang selalu terlewatkan adalah sifat ban cadangan yang hanya sementara. Artinya ban tersebut dipakai kendaraan disaat tertentu saja seperti ban kempis saat berada dijalan tol karena kita akan sulit menemukan bengkel dijalan tol dan dalam keadaan yang sama dimana kita sulit menemukan tukang tambal ban tersebut sehingga kita harus menggantinya terlebih dahulu sampai menemukan toko ban resmi ataupun bengkel. Ukuran ban cadangan yang lebih kecil daripada ban standar yang ada merupakan alasan mengapa ban tersebut hanya bersifat sementara. Ban cadangan lebih baik digunakan dalam keadaan darurat seperti saat kita kesulitan menemukan bengkel yang dapat menambal atau memberikan tekanan angin tambahan kepada ban standar. Hal lainnya yang harus diperhatikan dengan penggunaan ban cadangan adalah selama memakai ban cadangan janganlah melaju terlalu kencang, maksimal 80 km/jam saja. Pastikan sebelumnya ban cadangan tersebut terisi tekanan angin yang sama dengan ban standar yang dipakai pada kendaraan itu. Sesuaikan cara mengemudi kendaraan dengan menggunakan ban cadangan karena berbeda dengan ban standar lainnya. Ukuran besar kecilnya ban tidak akan menjadi masalah selama kita tahu cara memakainya.

(45)

berhemat, “toko-toko” ban pinggir jalan menjadi alternatif untuk mewujudkannya. Banyak dari kita tidak tahu apa saja yang dijual di toko ban pinggir jalan tersebut, apakah aman untuk keselamatan atau tidak. Ditoko ban pinggir jalan itu menjual beberapa jenis ban yaitu ban bekas dengan tingkat keausan 10-30%, dengan tingkat keausan yang rendah maka ketebalan ban masih terlihat tebal dan masih layak pakai. Kedua ada ban batikan, yaitu ban bekas yang sudah tidak layak pakai akan tetapi diukir lagi oleh “pengrajin” ban sehingga groove nya kembali dalam. Secara logika ban yang diukir kembali oleh “pengrajin” ban akan jauh lebih mudah tergerus oleh guncangan dan

(46)

Gambar 2.2

Ban Vulkanisir

Gambar 2.3

(47)

5. Berbeda ban beda medan jelajahnya

Gambar 2.4 Gambar 2.5

Ban A/T Ban M/T

Setiap ban memiliki karakternya sendiri, seperti ban yang dipakai saat berjelajah di medan bertanah dan berlumpur masuk dalam kategori ban M/T atau Mud Terrain karena ban tersebut memiliki daya cengkram yang kuat di medan seperti itu. Berbeda dengan kategori ban A/T atau

(48)

akan lebih panjang dikarenakan penampang tapak ban pada aspal lebih sedikit dibanding ban kategori A/T. Sebaliknya ban dengan kategori A/T hanya bisa digunakan di medannya saja yaitu aspal dan tanah yang tidak ekstrem karena jika dipaksakan untuk menjelajahi medan yang bersifat tanah berlumpur dan berbatu maka akan licin dikarenakan banyaknya penampang tapak ban nya hampir keseluruhan yang berakibat ban tidak dapat mencengkram medan tersebut secara maksimal. Lebih baik menggunakan ban kategori tertentu di medan semestinya ban itu berjelajah.

Gambar 2.6

(49)

2.8 Komunitas Mobil di Indonesia

Banyak orang yang berkumpul dikarenakan persamaan hobi atau sekedar ingin bertukar informasi tentang apa yang menjadi minat dari mereka, seperti komunitas mobil yang ada di Indonesia. Pada umumnya mereka membentuk suatu komunitas berdasarkan kesamaan jenis kendaraan yang mereka punya, daerah domisili dimana mereka tinggal, atau juga persamaan visi yaitu ingin membuat komunitas yang ramah lingkungan, dan sebagainya. Beberapa alasan ini memang sudah menjadi landasan mereka untuk membentuk sebuah komunitas mobil tetapi tidak semua komunitas memperhatikan panduan keamanan safety driving seperti yang ditetapkan kepolisian atau perusahaan pembuat kendaraan bermotor walau diantara mereka juga tidak sedikit yang taat dan menjadikan safety driving sebagai panutan dalam berkendaranya, bahkan menjadikannya bagian dari peraturan didalam tubuh komunitas tersebut. Bagi yang melanggar bisa langsung diberi teguran bahkan sampai dikeluarkan dari komunitas itu

2.8.1Sejarah Komunitas Mobil di Indonesia

Komunitas atau perkumpulan yang berlandaskan dengan kesamaan hobi atau gaya hidup sudah ada sejak lama, sama halnya dengan komunitas mobil yang ada di Indonesia.

(50)

membentuk organisasi PPMKI ini yang merupakan cikal bakal dari komunitas-komunitas pecinta mobil yang ada di Indonesia”.32

Bapak Solichin G.P. merupakan Gubernur Jawa Barat pada era tersebut dan membentuk suatu cikal bakal dari komunitas-komunitas mobil di Indonesia. Walaupun disela kesibukannya yang sangat padat dikarenakan ia adalah seorang gubernur Jawa Barat, ia tetap peduli kepada perkumpulan-perkumpulan komunitas pecinta otomotif seperti PPMKI ini. Pada awalnya ia miris dengan kondisi mobil kuno pada zaman itu, tidak terawat dan hanya menjadi bagian dari sejarah saja bahkan berpindah tangan kepada kolektor-kolektor luar negeri. Keprihatinannya ini membuat dirinya tergerak untuk membentuk PPMKI yang menjadi wadah bagi pecinta mobil kuno di Indonesia dan untuk melestarikan dan menyelamatkan mobil kuno dari ancaman “terlupakan” tergerus zaman.

Organisasi ini juga membuat suatu event dimana Bapak Solichin G.P. mengundang pereli-pereli kawakan seperti : Tinton Suprapto, Helmy Sungkar, Doly Sofary, dan Doly Indra Nasution. Gubernur Jawa Barat era itu Bapak Solichin G.P. beserta kawan-kawannya berhasil melaksanakan event tersebut yaitu reli dari Jakarta menuju Pantai Carita yang dinamakan “Joy Tour”, dan kegiatan ini diakui sebagai Event Otomotif Nasional dan menjadi agenda rutin komunitas non komersial ini.33

Event yang diadakan oleh PPMKI ini ternyata membuat berbagai wilayah pun ikut membentuk PPMKI di berbagai daerah, seperti DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, hingga ke Pulau Sulawesi dan Sumatera dan sampai saat ini sudah tercatat ada 400 orang anggota yang tersebar diseluruh Indonesia.

32

LuvHobbiez Admin, http://www.hobyhoby.com/artikel/185-komunitas-mobil-kuno-pertama-di-indonesia.html diakses pada Sabtu, 9 Juni 2012 jam 16.00 WIB

33

(51)

2.8.2 Perkembangan Komunitas Mobil di Banten

Ternyata komunitas mobil seperti itu juga berkembang di kalangan masyarakat kelas atas yaitu kelas yang bisa membeli mobil. Mereka termotivasi dengan adanya komunitas mobil yang ada sejak dahulu. Rasa persamaan hobi menjadi alasan utama mengapa mereka bergabung atau mendirikan sebuah komunitas mobil. Persamaan jenis mobil tertentu, domisili yang sama di daerah tertentu, serta ada pula yang dikarenakan memiliki persamaan dalam hobi memodifikasi kendaraan tersebut. Lebih uniknya lagi, selain untuk mempererat tali silaturahmi dan jiwa sosial, komunitas juga bisa menjadi ajang membantu sesama anggotanya untuk mencari pekerjaan bahkan mungkin tambatan hati. Walau banyak berita negatif tentang club-club mobil yang sering membuat onar atau kebut-kebutan dijalan, mereka tetap menjalankan organisasi atau komunitas mereka dengan baik tanpa kekerasan, yang pasti harus tetap berpegang teguh kepada aturan yang berlaku dan berkendara dengan aman (safety driving).

(52)

2.9 Teori Penunjang

Teori yang dapat dipakai yaitu Teori Elaboration Likelihood Model (ELM). Teori ini merupakan salah satu teori yang paling populer saat ini karena teori ini kemungkinan menjelaskan bahwa keputusan dibuat bergantung pada jalur yang ditempuh dalam memproses sebuah pesan. Jika seseorang secara sungguh-sungguh mengolah pesan-pesan persuasif yang diterimanya dengan semata-mata berfokus pada isi pesan tersebut maka orang tersebut menurut teori ELM dianggap menggunakan jalur sentral (Central Route). Sementara bila orang tersebut tidak melakukan evaluasi yang mendalam terhadap isi pesan yang diterimanya melainkan lebih memperhatikan daya tarik penyampai pesan, kemasan produk, atau aspek periferal lainnya maka ia dipandang menggunakan jalur pinggiran (Peripheral Route).34

Dalam hal ini penerima pesan dapat mencerna dan menerjemahkan pesan persuasif sesuai dengan persepsi masing-masing individu. Jika penerima pesan lebih aktif dan kritis dalam memikirkan dan menimbang-nimbang isi pesan tersebut dengan menganalisis dan membandingkan dengan pengetahuan dan informasi yang telah ia miliki maka ia dianggap mengambil central route dalam mengolah pesan-pesan persuasif dan jalur ini biasanya diambil oleh orang-orang berpendidikan tinggi. Sementara orang yang berpendidikan rendah cenderung mengambil jalur periferal karena mereka lebih cenderung melihat faktor-faktor diluar isi pesan seperti siapa

34

(53)

yang menyampaikan pesan tersebut dan cara pengemasan pesan persuasif itu. Berikut merupakan pola kerja dari Model Kemungkinan Elaborasi35

35

(54)
(55)

Dari Model Kemungkinan Elaborasi ini dapat dilihat bahwa bagaimana cara komunikator melakukan kampanye itu mempengaruhi efek yang terjadi kepada komunikan. Akan tetapi faktor komunikan mempengaruhi juga dalam tercapainya suatu tujuan dari komunikator tersebut, jika kita lihat seperti model ELM diatas faktor komunikannya juga sangat berpengaruh dalam proses komunikasi ini. Seperti komunikan yang bersikap acuh terhadap komunikatornya atau komunikan yang hanya melihat image atau siapa komunikatornya bukan pesan apa yang dibawa oleh komunikatornya juga akan menjadi faktor penghambat dalam tercapainya proses komunikasi tersebut.

2.10 Kerangka Berfikir

Dari Elaboration Likelihood Models dapat dilihat perbedaan pemaknaan pesan yang dibawa oleh komunikator dikarenakan perbedaan tingkat elaborasi dari komunikan tersebut. Komunikasi yang dilakukan oleh Marli terhadap anggota-anggotanya saat memberikan pesan safety driving dilakukan dengan cara komunikasi pemimpin yang berlandaskan kekeluargaan dan persaudaraan. Beberapa hal ini dapat mempengaruhi tingkat perubahan dan feed back dari anggota-anggota Bar3t lainnya dalam menerapkan safety driving.

(56)

Sumber : Peneliti

Gambar 2.8 Kerangka Berfikir

2.11 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang kampanye atau sosialisasi keamanan berkendara yaitu

safety riding / safety driving sebenarnya sudah dilakukan penelitiannya oleh orang lain diantaranya :

1. Muhammad Asdar pada tahun 2013 dengan judul “Perilaku Safety Riding pada Siswa SMA di Kabupaten Pangkep”.

Perilaku safety riding merupakan upaya untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas dan cidera akibat kecelakaan lalu lintas. Kecelakan lalu lintas menjadi masalah global seiring dengan transisi pola penyakit. Di Indonesia kecelakaan lalu lintas menjadi pembunuh urutan ketiga setelah penyakit jantung dan stroke. Sebesar 70% kecelakaan lalu lintas terjadi pada sepeda motor. Kelompok umur remaja (15-25) paling banyak mengalami kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini

Marli

Anggota yang berpengalaman

Elaboration Likelihood Model

Secara ikatan Persaudaraan dan

Kekeluargaan

(57)

bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan perilaku safety riding pada siswa SMA di Kabupaten Pangkep. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain cross sectional study.

Populasinya adalah seluruh siswa kelas X dan XI yang mengendarai sepeda motor di SMAN 1 Pangkajene dan SMAN 1 Bungoro sebanyak 425 siswa dan sampel sebanyak175 siswa. Penarikan sampel menggunakan proportional random sampling. Analisa data secara univariat dan bivariat dengan uji chi square.

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Metode Penelitian

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau lebih membenarkan kebenaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu menggambarkan satu peristiwa yang terjadi saat ini tanpa melakukan hipotesis atau membuat prediksi, tidak mencari hubungan atau menjelaskan hubungan.

63

Menurut Rakhmat dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi, penelitian deskriptif ditujukan untuk : (1) mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi praktek – praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.64

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara tringulasi (gabungan), analisis data

63

Jalaludin Rakhmat. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:PT.Remaja Rosadakarya,hal 24

64

(59)

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.67

Pendekatan penelitian yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan kualitatif, peneliti berupaya untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai kegiatan strategi komunikasi persuasif yang dilakukan oleh komunitas mobil Bar3t dalam mengkampanyekan

safety driving kepada anggota clubnya. Pendekatan kualitatif dipilih agar peneliti bisa mendapatkan pemahaman yang dalam terhadap permasalahan yang ada.

Dengan digunakan pendekatan kualitatif, maka data didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Dan dapat ditemukan data yang bersifat proses kerja, perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan, norma, keyakinan, sikap mental, etos kerja, dan budaya yang dianut seorang, maupun sekelompok orang dalam lingkungan kerjanya.68

Menurut Sugiyono, bila dilihat dari level of explanation, penelitian kualitatif bisa menghasilkan informasi yang deskriptif yaitu memberikan gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi sosial yang diteliti.69 Jadi, penelitian kualitatif deskriptif ini hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa yang diteliti. Penelitian ini

67

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitaif,Kualitatif,dan R & D. Bandung:Alfabeta hal 1

68

Ibid hal 181

69

(60)

tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

Suatu penelitian itu bersifat kualitatif berdasarkan ciri – ciri berikut : 1. Memiliki minat pada proses interpretasi manusia

2. Memfokuskan perhatian pada situasi tindakan manusia dan artefak yang

tersituasikan secara sosial.

3. Menggunakan manusia sebagai instrument penelitian utama

4. Mengandalkan terutama bentuk – bentuk naratif untuk mengkode data dan menulis

teks untuk disajikan kepada khalayak.

Jadi, penelitian kualitatif memang bukan semata – mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya.

3.2 Paradigma Penelitian

Paradigma menurut Kuhn didefinisikan sebagai suatu cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan sesuatu masalah, yang dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu masa tertentu.70 Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan paradigma post – positivis, karena dengan menggunakan paradigma post – positivis ini, peneliti berusaha untuk memahami lebih dalam mengenai pola kepemimpinan ketua Bar3t. Selain itu peneliti tidak hanya

70

(61)

mengolah data mentahnya saja, tetapi peneliti lebih mencari tahu di setiap kejadian apa yang menyangkut penelitian ini.

Ditinjau dari perspektif post-positivis, tujuan penelitian kualitatif pada umumnya, dapat bersifat :

1. Eksploratif, memahami fenomena secara garis besar tanpa mengabaikan

kemungkinan pilihan fokus tertentu secara khusus,

2. Eksplanatif, memahami ciri dan hubungan sistematis fenomena berdasarkan

faktanya,

3. Teoritis, menghasilkan formasi teori secara substantif berdasarkan

konseptualisasi, abstrak ciri, dan sistemisasi hubungan konsep berdasarkan relasi

dan kemungkinan variasinya, dan

4. Memahami makna fenomena dihubungkan dengan kepentingan terapan atau

nilai praktis tertentu.71

3.3 Key Informan

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spadley dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi” didalamnya.72

71

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 7.

72

(62)

Pada istilah kualitatif juga tidak menggunakan istilah sample. Sample pada penelitian kualitatif disebut sebagai informan atau subyek penelitian, yaitu orang – orang yang dipilih diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan penelitian. informan disebut sebagai subyek penelitian karena informan dianggap aktif mengkonstruksi realitas bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner.

Adapun yang menjadi key informan dalam penelitian ini adalah : 1. Marli Subhiyat, S.Si (Ketua Umum Bar3t)

2. Apti Nurmayati, S.Ikom (Anggota Bar3t)

Adapun teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik snowball sampling. Teknik ini merupakan teknik penentuan subjek yang awalnya berjumlah kecil kemudian berkembang menjadi semakin banyak. Orang yang dijadikan informan pertama diminta memilih atau menunjuk orang lain untuk dijadikan informan lagi, begitu sebaliknya.73 Informan dalam penelitian ini dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan peneliti.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini, peneliti melakukan teknik pengumpulan data :

a. Wawancara Mendalam

73

Gambar

Gambar 2.1 Booklet GT Peduli Keselamatan Anda dan Keluarga
Tabel 2.1 Speed Index dan Load Index
Gambar 2.2 Ban Vulkanisir
Gambar 2.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data menunjukkan bahwa biaya periklanan, biaya personal selling dan biaya promosi penjualan berpengaruh secara simultan terhadap penjualan toko WBF Kuta,

Variabel pendapatan, pengeluaran pangan, pendidikan istri dan pengetahuan gizi berpengaruh nyata terhadap skor PPH rumah tangga buruh pengasin ikan di

Dalam hal ini dilakukan kajian kerentanan dari berbagai parameter diantaranya keterpaparan, sensitivitas dan kapasitas adaptif terhadap asset yang dimiliki di kabupaten

Dalam pemenangan pemilukada Kabupaten Bantul tahun 2015 pasangan Suharsono-halim sudah memiliki modal awal yang cukup membantu pemenangan baik dari segi politik, sosial, dan

Pengembangan media pembelajaran dalam penelitian ini yaitu media Malongka (mari lompat angka) materi operasi bilangan. Media pembelajaran tersebut terdiri dari 1)

Pendidikan adalah kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupan ini, dengan pendidikan bisa melihat cakrawala kehidupan.Pendidikan memiliki banyak model yang dianut oleh umat

Sub Pokok Bahasan : Teori dan Contoh-contoh tes kelompok (TKD, TIU, IST, dll) Kegiatan Pembelajaran : Kuliah dan simulasi alat tes.. Tahap Kegiatan Dosen Kegiatan Mahasiswa

Penelaah data penilaian sarana, pengembangan metode pemanfaatan hutan produksi yang digunakan oleh tenaga teknis, penilaian kinerja tenaga teknis bidang bina