S
E K O L AH
P A
S C
A S A R JA
NA
ANALISIS PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA
PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR BADAN
PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA DI JAKARTA
TESIS
Oleh
ABDILLAH PAWITRA
087019001/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA
PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR BADAN
PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA DI JAKARTA
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
ABDILLAH PAWITRA 087019001/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DI JAKARTA
Nama Mahasiswa : Abdillah Pawitra
Nomor Pokok : 087019001
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui,
Komisi Pembimbing:
(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS) (Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Telah diuji pada:
Tanggal 21 Desember 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Rismayani, SE., MS
Anggota : 1. Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si
2. Dr. Parulian Simanjuntak, MA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul:
“Analisis Pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi Terhadap Kinerja
Auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia di Jakarta”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan
oleh siapapun juga sebelumnya.
Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan benar.
Medan, Desember 2010 Yang membuat pernyataan,
ANALISIS PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR BADAN PEMERIKSA
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DI JAKARTA
Abdillah Pawitra, Prof. Dr. Rismayani, SE., MS., dan Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si
ABSTRAK
Pada era globalisasi dan pesatnya pembangunan disegala bidang, dengan pembiayaan dana pembangunan yang semakin meningkat, tentunya membawa dampak semakin kompleks dan rumitnya pengawasan terhadap keuangan Negara dari berbagai penyimpangan dan penyalahgunaan anggaran. Banyaknya tuntutan-tuntutan masyarakat yang berkembang menghendaki BPK-RI lebih meningkatkan kinerjanya agar setiap penyimpangan penggunaan anggaran akan dapat diminimalisir, sehingga pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh UUD 1945 yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dianggap belum maksimal memberikan pengawasan pada instansi pemerintah baik pusat, maupun daerah. Buktinya, dibeberapa kasus, masih terdapat auditor BPK memberikan setempel pembenaran saat melakukan pemeriksaan keuangan pada institusi tertentu, meski pada akhirnya diketahui tidak benar. Hal itu dikatakan Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Zainal Arifin Mochtar (Sindo: 2009). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah dari usulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sejauh mana pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi terhadap Kinerja Auditor BPK RI; dan 2) Sejauh mana pengaruh Loyalitas terhadap Profesionalisme Auditor BPK-RI?
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia, yang berkaitan dengan profesionalisme, etika profesi dan kinerja.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana dan berganda. Populasi adalah auditor BPK pada tahun 2010 yang berjumlah 152 orang. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan menggunakan taraf kepercayaan sebesar 90 persen, dan jumlah sampel sebanyak 60 orang auditor.
Hasil penelitian uji Hipotesis Pertama menunjukkan bahwa profesionalisme dan etika profesi secara serempak berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja auditor BPK, dan secara parsial variabel profesionalisme berpengaruh lebih dominan daripada variabel etika profesi. Selanjutnya pengujian Hipotesis Kedua menunjukkan bahwa, loyalitas berpengaruh sangat signifikan terhadap profesionalisme auditor BPK.
Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Secara simultan, profesionalisme dan etika profesi berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja auditor BPK dan 2) Pada Hipotesis Kedua menunjukkan bahwa, loyalitas berpengaruh sangat signifikan terhadap profesionalisme auditor BPK.
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF THE PROFESSIONALISM AND PROFESSIONAL ETHICS INFLUENCED THE PERFORMANCE
OF THE AUDITORS OF THE INDONESIAN FINANCE CONTROL/INVESTIGATION BOARD IN JAKARTA
Abdillah Pawitra, Prof. Dr. Rismayani, SE., MS., and Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si
ABSTRACT
In this era of globalization and the rapid development in all sectors with their increasing financing results in the more complex control of state finance related to various violations and misuses of budget. Community members claim that BPK-RI has to improve its performance that every violation of state finance can be minimized and the implementation of national development can be conducted as entrusted by the 1945 Constitution in the attempt to create a just and prosperous society. Finance Control/Investigation Board (BPK) is believed to have not put a maximal control on the government agencies either at central or local levels. It can be seen from several cases in which the auditor of BPK approve the finance statement when they are auditing the financial condition of certain agencies, even though this lie is eventually found out as informed by Zainal Arifin Mochtar, the Director of Anti Corruption Study Center, Faculty of Law, Gadjah Mada University (Sindo: 2009). Based on the above background, the research problems of this study were formulated as follows: 1) to what extent have Professionalism and Professional Ethics influenced the performance of the auditors of the Indonesian Finance Control/Investigation Board,2) to what extent has Loyalty influenced the professionalism of the auditors of the Indonesian Finance Control/Investigation Board?
This quantitative descriptive survey study used the theory of human resource management related to the professionalism, professional ethics, and performance. The data for this study were obtained through questionnaire-based interview and documentation study. The data obtained were analyzed through multiple and simple linear regression analysis method. The populations of this study were 152 BPK’s auditors in 2010 and 60 of them were selected to be the samples for this study through Slovene formula at the level of confidence 90%.
The result of the first hypothesis test showed that professionalism and ethics of profession simultaneously had a very significant influence on the performance of BPK’s auditors and partially the variable of professionalism had a more dominant influence than the variable of ethics of profession did. The result of the second hypothesis test showed that loyalty had a very significant influence on the professionalism of BPK’s auditors.
The conclusion drawn is 1) simultaneously, professionalism and ethics of profession had a very significant influence on the performance of BPK’s auditors, and 2) in the second hypothesis it was shown that loyalty had a very significant influence on the professionalism of BPK’s auditors.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan hidayah dan karuniaNya kepada penulis selama proses menuntut ilmu
dan menyelesaikan tugas akhir tesis ini.
Penelitian ini merupakan tugas akhir S-2 pada program Magister Ilmu
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang meneliti dengan
judul “Analisis Pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi Terhadap Kinerja
Auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia”.
Selama menjalani proses perkuliahan dan penyelesaian tesis ini, penulis
banyak memperoleh bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, oleh karena
itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen.
4. Ibu Prof. Dr. Rismayani, S.E, M.S, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr.
Prihatin Lumbanraja, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
6. Bapak Dr. Parulian Simanjuntak, MA, Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA, dan
Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembanding yang telah
meluangkan waktu dan memberikan masukan dan pengarahan demi
kesempurnaan tesis ini.
7. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu
pengetahuan dan wawasan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
8. Bapak dan Ibu Auditor BPK RI yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis sehingga penulis dapat melakukakan penelitian dilingkungan BPK RI
9. Ayahanda H. Sudarman dan Ibunda Hj. Yuspiani, terima kasih atas kasih sayang
dan doanya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan Strata-2 ini.
10.Seluruh sahabat Angkatan XIV Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan semangatnya sehingga
penulis bisa menyelesaikan pendidikan Strata-2 ini.
11.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dalam penyelesaian
tesis ini.
Semoga ALLAH SWT memberikan rahmat dan karuniaNya kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-2. Penulis
menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu masih diharapkan
yang konstruktif untuk perbaikan. Namun demikian kiranya tesis ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu manajemen.
Medan, Desember 2010
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Abdillah Pawitra, lahir pada tanggal 06 Agustus 1984 di Medan, anak pertama
dari 3 bersaudara dari bapak H. Sudarman dan Hj. Yuspiani.
Pendidikan dimulai Taman Kanak-Kanak (TK) Ade Irma Suryani Tanjung
Tiram tahun 1989 sampai dengan tahun 1990, tahun 1990 masuk Sekolah Dasar (SD)
010162 Tanjung Tiram, lulus dan tamat tahun 1996. Tahun 1996 masuk Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Labuhan Ruku, dan lulus tamat tahun
1999. Selanjutnya tahun 1999 masuk Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 2
Kisaran, lulus dan tamat tahun 2002. Tahun 2003 melanjutkan studi ke Fakultas
Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Widyatama Bandung Strata Satu (S-1),
lulus dan tamat tahun 2007, dan pada tahun 2008 melanjutkan studi ke Program Studi
Ilmu Manajemen Strata Dua (S-2) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Medan, Desember 2010
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...
ABSTRACT ...
KATA PENGANTAR ...
RIWAYAT HIDUP ...
DAFTAR ISI ...
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR LAMPIRAN ...
BAB I PENDAHULUAN ...
I.1. Latar Belakang...
I.2. Perumusan Masalah ...
I.3. Tujuan Penelitian ...
I.4. Manfaat Penelitian ...
I.5. Kerangka Berpikir ...
I.6. Hipotesis ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
II.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja...
II.1.3. Indikator Kinerja ...
II.2. Teori tentang Profesionalisme...
II.2.1. Pengertian Profesionalisme ...
II.2.2. Peningkatan Profesionalisme...
II.2.3. Indikator Profesionalisme...
II.2.4. Loyalitas ...
II.3. Teori tentang Etika Profesi...
II.3.1. Pengertian Etika Profesi ...
II.3.2. Etika Profesi Auditor di Lingkungan BPK-RI ...
II.3.3. Indikator Etika Profesi...
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...
III.2. Metode Penelitian ...
III.3. Populasi dan Sampel ...
III.4. Teknik Pengumpulan Data ...
III.5. Jenis dan Sumber Data ...
III.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ...
II.6.1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
Hipotesis Pertama...
II.6.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel
III.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ...
III.7.1. Uji Validitas ...
III.7.1.1. Uji validitas instrumen variabel
profesionalisme ...
III.7.1.2. Uji validitas instrumen variabel
etika profesi...
III.7.1.3. Uji validitas instrumen variabel
kinerja auditor ...
III.7.1.4. Uji validitas instrumen variabel loyalitas.
III.7.2. Uji Reliabilitas ...
III.8. Model Analisis Data...
III.8.1. Analisis Data Hipotesis Pertama ...
III.8.2. Analisis Data Hipotesis Kedua ...
III.9. Pengujian Asumsi Klasik ...
III.9.1. Uji Normalitas...
III.9.2. Uji Multikolonieritas...
III.9.3. Uji Heteroskedastisitas...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ...
IV.1. Hasil Penelitian ...
IV.1.1. Gambaran Umum BPK-RI...
IV.1.1.1. Sejarah berdirinya BPK-RI ...
IV.1.1.4. Standar profesionalisme auditor BPK-RI
IV.1.1.5. Standar loyalitas auditor BPK-RI ...
IV.1.1.6. Standar kinerja auditor BPK-RI...
IV.1.1.7. Struktur organisasi BPK-RI ...
IV.1.2. Karakteristik Responden...
IV.1.2.1. Karakteristik responden berdasarkan
usia ...
IV.1.2.2. Karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin ...
IV.1.2.3. Karakteristik responden berdasarkan
masa kerja ...
IV.1.2.4. Karakteristik responden berdasarkan
tingkat pendidikan...
IV.1.3. Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian...
IV.1.3.1. Penjelasan responden atas variabel
profesionalisme ...
IV.1.3.2. Penjelasan responden atas variabel
etika profesi...
IV.1.3.3. Penjelasan responden atas variabel
kinerja auditor ...
IV.1.3.4. Penjelasan responden atas variabel
loyalitas ...
IV.2. Pembahasan ...
IV.2.1. Pengujian Hipotesis Pertama ...
IV.2.1.1. Pengujian asumsi klasik hipotesis
IV.2.1.2. Hasil regresi berganda hipotesis pertama.
IV.2.1.3. Koefisien determinasi (R-square) ...
IV.2.1.4.Uji secara serempak ...
IV.2.1.5.Uji secara parsial...
IV.2.2. Pengujian Hipotesis Kedua ...
IV.2.2.1. Pengujian asumsi klasik hipotesis kedua .
IV.2.2.2. Hasil regresi sederhana hipotesis kedua...
IV.2.2.3. Koefisien determinasi (R-square) ...
IV.2.2.4. Uji secara serempak ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...
V.1. Kesimpulan ...
V.2. Saran ...
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
III.1. Distribusi Populasi Auditor Auditama I BPK-RI ...
III.2. Jumlah Sampel Auditor Auditama I BPK-RI...
III.3. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama...
III.4. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ...
III.5. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Profesionalisme ...
III.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Etika Profesi ...
III.7. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja Auditor ...
III.8. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Loyalitas...
III.9. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ...
IV.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...
IV.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...
IV.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja...
IV.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...
IV.5. Penjelasan Responden Atas Variabel Profesionalisme ...
IV.6. Penjelasan Responden Atas Variabel Etika Profesi ...
IV.7. Penjelasan Responden Atas Variabel Kinerja Auditor ...
IV.8. Penjelasan Responden Atas Variabel Loyalitas...
IV.9. Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Pertama ...
IV.11. Nilai Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama ...
IV.12. Uji F Hipotesis Pertama ...
IV.13. Uji Parsial Hipotesis Pertama ...
IV.14. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Kedua...
IV.15. Nilai Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua ...
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
I.1. Kerangka Berpikir...
IV.1. Struktur Organisasi Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia... ...
IV.2. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama ...
IV.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama ...
IV.4. Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua...
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Karakteristik Responden...
2 Uji Validitas dan Reliabilitas...
3 Deskriptif Variabel...
4 Pengujian Hipotesis Pertama...
ANALISIS PENGARUH PROFESIONALISME DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR BADAN PEMERIKSA
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DI JAKARTA
Abdillah Pawitra, Prof. Dr. Rismayani, SE., MS., dan Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si
ABSTRAK
Pada era globalisasi dan pesatnya pembangunan disegala bidang, dengan pembiayaan dana pembangunan yang semakin meningkat, tentunya membawa dampak semakin kompleks dan rumitnya pengawasan terhadap keuangan Negara dari berbagai penyimpangan dan penyalahgunaan anggaran. Banyaknya tuntutan-tuntutan masyarakat yang berkembang menghendaki BPK-RI lebih meningkatkan kinerjanya agar setiap penyimpangan penggunaan anggaran akan dapat diminimalisir, sehingga pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh UUD 1945 yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dianggap belum maksimal memberikan pengawasan pada instansi pemerintah baik pusat, maupun daerah. Buktinya, dibeberapa kasus, masih terdapat auditor BPK memberikan setempel pembenaran saat melakukan pemeriksaan keuangan pada institusi tertentu, meski pada akhirnya diketahui tidak benar. Hal itu dikatakan Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Zainal Arifin Mochtar (Sindo: 2009). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah dari usulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sejauh mana pengaruh Profesionalisme dan Etika Profesi terhadap Kinerja Auditor BPK RI; dan 2) Sejauh mana pengaruh Loyalitas terhadap Profesionalisme Auditor BPK-RI?
Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori Manajemen Sumber Daya Manusia, yang berkaitan dengan profesionalisme, etika profesi dan kinerja.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, daftar pertanyaan, dan studi dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana dan berganda. Populasi adalah auditor BPK pada tahun 2010 yang berjumlah 152 orang. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan menggunakan taraf kepercayaan sebesar 90 persen, dan jumlah sampel sebanyak 60 orang auditor.
Hasil penelitian uji Hipotesis Pertama menunjukkan bahwa profesionalisme dan etika profesi secara serempak berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja auditor BPK, dan secara parsial variabel profesionalisme berpengaruh lebih dominan daripada variabel etika profesi. Selanjutnya pengujian Hipotesis Kedua menunjukkan bahwa, loyalitas berpengaruh sangat signifikan terhadap profesionalisme auditor BPK.
Kesimpulan penelitian ini adalah: 1) Secara simultan, profesionalisme dan etika profesi berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja auditor BPK dan 2) Pada Hipotesis Kedua menunjukkan bahwa, loyalitas berpengaruh sangat signifikan terhadap profesionalisme auditor BPK.
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF THE PROFESSIONALISM AND PROFESSIONAL ETHICS INFLUENCED THE PERFORMANCE
OF THE AUDITORS OF THE INDONESIAN FINANCE CONTROL/INVESTIGATION BOARD IN JAKARTA
Abdillah Pawitra, Prof. Dr. Rismayani, SE., MS., and Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si
ABSTRACT
In this era of globalization and the rapid development in all sectors with their increasing financing results in the more complex control of state finance related to various violations and misuses of budget. Community members claim that BPK-RI has to improve its performance that every violation of state finance can be minimized and the implementation of national development can be conducted as entrusted by the 1945 Constitution in the attempt to create a just and prosperous society. Finance Control/Investigation Board (BPK) is believed to have not put a maximal control on the government agencies either at central or local levels. It can be seen from several cases in which the auditor of BPK approve the finance statement when they are auditing the financial condition of certain agencies, even though this lie is eventually found out as informed by Zainal Arifin Mochtar, the Director of Anti Corruption Study Center, Faculty of Law, Gadjah Mada University (Sindo: 2009). Based on the above background, the research problems of this study were formulated as follows: 1) to what extent have Professionalism and Professional Ethics influenced the performance of the auditors of the Indonesian Finance Control/Investigation Board,2) to what extent has Loyalty influenced the professionalism of the auditors of the Indonesian Finance Control/Investigation Board?
This quantitative descriptive survey study used the theory of human resource management related to the professionalism, professional ethics, and performance. The data for this study were obtained through questionnaire-based interview and documentation study. The data obtained were analyzed through multiple and simple linear regression analysis method. The populations of this study were 152 BPK’s auditors in 2010 and 60 of them were selected to be the samples for this study through Slovene formula at the level of confidence 90%.
The result of the first hypothesis test showed that professionalism and ethics of profession simultaneously had a very significant influence on the performance of BPK’s auditors and partially the variable of professionalism had a more dominant influence than the variable of ethics of profession did. The result of the second hypothesis test showed that loyalty had a very significant influence on the professionalism of BPK’s auditors.
The conclusion drawn is 1) simultaneously, professionalism and ethics of profession had a very significant influence on the performance of BPK’s auditors, and 2) in the second hypothesis it was shown that loyalty had a very significant influence on the professionalism of BPK’s auditors.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pengelolaan keuangan negara merupakan suatu kegiatan yang akan
mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dan bangsa
Indonesia. Sesuai dengan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik
Indonesia No. 01, Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, pada
pasal 1 dijelaskan bahwa pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan
pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.
BPK merupakan suatu institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good
corporate & good governance dengan tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga
atau badan lain yang mengelola keuangan negara.
Kedudukan BPK sebagai lembaga negara yang bebas dan mandiri dipertegas
dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (TAP
MPR-RI) Nomor: X/MPR/2001 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR-RI oleh
lembaga- lembaga tinggi negara pada Sidang Tahunan MPR-RI tahun 2001 dan
Nomor: VI/MPR/2002 tentang Laporan Pelaksanaan Putusan MPR-RI lembaga tinggi
menegaskan kembali kedudukan BPK-RI sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa
eksternal keuangan negara. Di samping itu, peranannya yang bebas dan mandiri
perlu lebih dimantapkan posisinya.
Saat ini keberadaan BPK ditetapkan dengan UU Nomor 15, Tahun 2006
tentang BPK menggantikan UU Nomor 5, Tahun 1973. Sejalan dengan ditetapkannya
undang- undang tersebut, beban dan tanggungjawab yang dihadapi BPK akan
semakin besar. Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa negara memerlukan
suatu lembaga pemeriksa yang bebas, mandiri, dan profesional untuk menciptakan
pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Selama tahun 2010 sebanyak 24 auditor yang bekerja BPK-RI sudah dijatuhi
sanksi. Sanksi ini diberikan atas berbagai pelanggaran, dari tindakan indisipliner
sampai pelanggaran kode etik. Para auditor itu diberi sanksi ringan, sedang, dan berat,
kebanyakan sanksi ini diberikan atas pelanggaran disiplin pegawai BPK. Kendati
demikian, ada juga yang karena auditor BPK menerima imbalan dari pihak yang
diperiksa. (sumber : http://bataviase.co.id/node/266341)
Dalam kaitan sebagai pemeriksa eksternal di bidang keuangan negara,
auditor BPK dalam melaksanakan tugasnya perlu dilandasi dengan sikap, etika, dan
moral yang baik sehingga auditor dapat menjalankan tugas dan kewajibannya
secara objektif.
Auditor membutuhkan pandangan yang luas serta pemahaman terhadap proses
menyadari bahwa pimpinan dan pihak yang diaudit merupakan pribadi yang
kompleks yang berjuang dalam lingkungan yang menghasilkan berbagai macam
tekanan profesional. Oleh karena itu, seorang auditor harus bertindak profesional
dalam segala hal, agar seorang auditor tidak dipandang negatif yang tidak dapat
diduga tingkah laku dan tabiatnya.
BPK-RI sebagai lembaga yang memiliki tugas dan kewenangan dalam bidang
pemeriksaan keuangan negara harus selalu meningkatkan profesionalisme auditornya
agar kualitas dan opini audit atas laporan keuangan pemerintah dapat terjaga dengan
baik.
Guna menunjang keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsi,
sangatlah diperlukan kinerja auditor BPK-RI yang baik dan berkualitas. Sebagaimana
yang direkomendasikan dalam TAP MPR-RI No. VI/MPR/2002, yaitu perlunya
peningkatan kinerja BPK-RI dengan dukungan kualitas dan kuantitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang memadai, disertai moral yang tinggi dengan dilengkapi
anggaran, sarana dan prasarana yang memadai. Dengan kinerja yang baik dan
berkualitas ini diharapkan penanganan setiap penyimpangan penggunaan anggaran
akan dapat diminimalisir, sehingga pelaksanaan penggunaan anggaran untuk
pembangunan nasional dapat berjalan sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh
UUD 1945 dan Garis-garis Besar Haluan Negara.
Auditor BPK harus memiliki sikap mental dan etika serta tanggung jawab
profesi yang tinggi, sehingga kualitas hasil kerjanya dapat dipertanggungjawabkan
wajar dan sehat. Seorang auditor juga harus memiliki sikap mental yang baik yang
tercermin dari kejujuran, obyektivitas, ketekunan dan loyalitasnya kepada profesi.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah dari
usulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana pengaruh profesionalisme dan etika profesi terhadap kinerja
auditor BPK-RI ?
2. Sejauh mana pengaruh loyalitas auditor terhadap profesionalisme auditor
BPK-RI?
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profesionalisme dan etika
profesi dengan kinerja Auditor BPK-RI.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh loyalitas auditor dengan
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait antara lain :
1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap peningkatan kinerja auditor,
terutama di lingkungan BPK-RI.
2. Untuk menambah studi kepustakaan dan memperkaya penelitian ilmiah di
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi
Ilmu Manajemen.
3. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan serta wawasan tentang
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja auditor.
4. Untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti dalam
bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya mengenai kinerja
auditor.
I.5. Kerangka Berpikir
Tjokrowinoto dalam Tangkilisan (2005) menyatakan bahwa, Pencapaiaan
hasil kerja baik secara kuantitas maupun secara kualitas tentunya memerlukan
karyawan yang memiliki profesionalisme yang tinggi.
Gouzali (2000) menyatakan bahwa, kinerja karyawan dipengaruhi oleh
profesionalisme dan motivasi kerja merupakan kemauan individu untuk
menggunakan usaha yang tinggi dalam upaya mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan
individu tidak sesuai dengan kemampuannya (ability) maka kinerja yang diharapkan
akan sulit.
Menurut Ardianto dan Erdinaya (2004) menyatakan bahwa, Rumusan yang
dikenal dengan rumusan Komisi Hutchins menegaskan bahwa dalam melaksanakan
tugas profesional memiliki kebebasan, namun sertamerta dibarengi dengan
tanggungjawab sosial. Kepentingan berbagai pihak dan hubungan kemitraan adalah
suatu keniscayaan dan oleh karena itu perlu dibangun hubungan yang saling
menguntungkan (simbiosis mutualistik) dalam rangka meningkatkan efektivitas dan
efisiensi kerja. Secara khusus dalam kaitan penilaian kinerja, aspek kesadaran
terhadap etika profesi merupakan hal yang sangat penting dalam profesi. Dengan
adanya kesadaran terhadap etika tersebut, maka pedoman kerja akan selalu mengacu
pada kode etik dan etika ilmiah.
Menurut Murtanto dan Marini (2003) etika profesi merupakan karakteristik
suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi
untuk mengatur tingkah laku para anggotanya.
BPK-RI dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemeriksa eksternal
keuangan Negara, membuat ketentuan-ketentaun atau pedoman yang harus dipatuhi
sebagaimana yang tertuang dalam Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan
No.14/SK/K/1975 dan No.21/SK/K/1981 tentang Sapta Prasetya Jati Pemeriksa
Keuangan dan Ikrar Pemeriksa yang merupakan etika profesi atau kode etik
yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh setiap auditor. Pemahaman etika ini
tentunya akan mengarahkan sikap, tingkah laku dan perbuatan auditor-auditor BPK
RI dalam mencapai hasil yang lebih baik, sesuai dengan Visi dan Misi BPK RI yaitu
mewujudkan diri menjadi auditor eksternal keuangan Negara yang bebas dan mandiri,
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Auditor wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku,
menyimpan rahasia jabatan, menjaga semangat dan suasana kerja yang baik. BPK
telah membuat pedoman bagi para auditornya berupa Kode Etik BPK-RI, yaitu
norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota BPK dan pemeriksa dalam
menjalankan tugasnya, yang ditetapkan melalui Peraturan No. 2, Tahun 2007 tentang
Kode Etik BPK-RI.
Hasibuan (2002) menyatakan bahwa, Loyalitas profesi tidak lain adalah
atribut bagi seorang karyawan yang setia pada profesinya dengan terus belajar dan
menerapkan kompetensinya sehingga memberikan nilai tambah bukan hanya pada
diri sendiri tapi bagi lingkungan dimana pun dia berada.
Selanjutnya Hamid (2003) menyatakan bahwa, Karyawan yang profesional
dapat diartikan sebagai sebuah pandangan untuk selalu perpikir, kerja keras, bekerja
sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi, dan penuh dedikasi demi untuk
I.6. Hipotesis
1. Profesionalisme dan etika profesi berpengaruh terhadap kinerja Auditor
BPK-RI.
2. Loyalitas auditor berpengaruh terhadap profesionalisme Auditor BPK-RI. Profesionalisme
Etika Profesi
Kinerja Auditor
Gambar 1.1. Kerangka Berpikir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori tentang Kinerja
II.1.1.Pengertian Kinerja
Mangkunegara (2004) kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Tjokrowinoto dalam Tangkilisan (2005) Pencapaiaan hasil kerja baik secara
kuantitas maupun secara kualitas tentunya memerlukan karyawan yang memiliki
profesionalisme yang tinggi.
Gouzali (1996) mengemukakan bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh
profesionalisme dan motivasi kerja merupakan kemauan individu untuk
menggunakan usaha yang tinggi dalam upaya mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Apabila tuntutan kerja yang dibebankan pada
individu tidak sesuai dengan kemampuannya (ability) maka kinerja yang diharapkan
akan sulit.
II.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa pengertian kinerja adalah “pencapaian
faktor. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, tergantung dari sudut pandang
dan titik tolak yang digunakan.
Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2004) faktor yang mempengaruhi
pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi
(motivation).
a. Human Performance = Ability + Motivation
b. Motivation = Attitude + Situation
c. Ability = Knowledge + Skill
a. Human Performance
Kondisi mental yang mendorong diri karyawan untuk berusaha mencapai
prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang karyawan harus sikap
mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan, dan
situasi). Artinya, seorang karyawan harus siap mental, mampu secara fisik,
memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai, mampu
memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja.
b. Ability
Kemampuan (ability) pegawai secara psikologis terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pegawai
yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang
c. Motivation
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi kerja dan merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang
terarah mencapai tujuan kerja. Sikap mental mendorong diri pegawai untuk
berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal.
Sedangkan Ruky (2001) mengindentifikasikan faktor-faktor yang berpengaruh
langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja adalah; teknologi, kualitas input,
kualitas lingkungan fisik, budaya organisasi, kepemimpinan dan pengelolaan sumber
daya manusia.
a. Teknologi, yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk
menghasilkan produk atau jasa, semakin berkualitas teknologi yang digunakan,
maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.
b. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.
c. Kualitas lingkungan fisik, yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan
dan kebersihan.
d. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam
organisasi yang bersangkutan.
e. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota ornganisasi agar
bekerja sesuai dengan standard dan tujuan organisasi.
f. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek pendidikan dan latihan,
Dari keseluruhan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada
begitu banyak faktor yang dianggap oleh para penulis sebagai faktor yang dominan
dalam mempengaruhi tingkat kinerja. Ada yang mempersoalkan peralatan, sarana
dan prasarana atau teknologi sebagai faktor dominan, ada pula yang mempersoalkan
faktor sumber daya manusia, mekanisme kerja, budaya organisasi serta efektifitas
kepemimpinan. Kesemua faktor tersebut tentunya bebebeda pada setiap organisasi
karena masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri, pada organisasi swasta
tentunya akan berorientasi pada pencapaian keuntungan, sedangkan organisasi publik
milik Pemerintah memiliki orinetasi pada pelayanan publik yang optimal. Pada
organisasi pemerintahpun mempunyai karakteristik yang bebeda-beda sesuai dengan
visi dan misi masing-masing instansi.
II.1.3. Indikator Kinerja
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah disampaikan di atas, maka
indikator-indikator kinerja auditor BPK RI dalam penelitian ini dapat dilihat dari
prestasi atau hasil yang dicapai auditor dalam menjalankan fungsi dan
tanggungjawabnya sebagai pemeriksa eksternal keuangan Negara , sebagaimana
yang tertuang dalam UU No. 5 Tahun 1973 sebagai berikut :
(a). Pemeriksaan, yang bertujuan memeriksa pengelolaan dan tanggungjawab
keuangan Negara; (b). Merekomendasikan dan menyampaikan pertimbangan
perbendaharaan dan memberikan pertimbangan kapada pemerintah atas
pelaksanaan tuntutan ganti rugi.
Jika pengertian kinerja diatas dikaitkan dengan pengertian kinerja auditor
BPK-RI, maka kinerja auditor dimaksud adalah merupakan hasil yang dicapai dalam
menjalankan fungsi pemeriksaan, fungsi rekomendasi dan fungsi quasi yudisial
(peradilan yudisial) sebagaimana yang dituangkan dalam Undang-undang No. 5 tahun
1973.
1. Fungsi pemeriksaan, yang bertujuan memeriksa, pengelolaan dan tanggung
jawab tentang Keuangan Negara secara rutin dan berkala. Pemeriksaan tersebut
diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang pengurusan keuangan
Negara yang dapat mengungkapkan dan memberikan penilaian terhadap
pertanggungjawaban keuangan Negara sesuai dengan tujuan pemeriksaan yang
dilakukan, yakni menilai tentang: ketepatan operasi keuangan, kelayakan
laporan keuangan, ketertiban administrasi dan ketaatan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan penggunaan uang belanja dilakukan
dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Fungsi rekomendasi, adalah menyampaikan pertimbangan dan saran kepada
Pemerintah mengenai hal-hal yang bersifat penyempurnaan yang mendasar,
strategis dan berskala nasional dibidang pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara.
3. Fungsi Quasi Yudisial, yaitu menjalankan proses Tuntutan Perbedaharaan
dalam melaksanakan tugasnya dan memberikan pertimbangan kepada
Pemerintah atas proses Tuntutan Ganti Rugi terhadap Pegawai Negeri bukan
Bendaharawan yang merugikan Negara.
Dalam menjalankan fungsi-fungsinya diatas kinerja auditor BPK-RI dapat
diukur dari banyaknya produk yang dihasilkan yaitu berupa temuan pemeriksaan
yang dituangkan dalam Hasil Pemeriksaan (HP) maupun yang dituangkan dalam
Hasil Pemeriksaan Semester (HAPSEM) serta saran yang ditindak lanjuti oleh
auditee. Dengan demikian dapat dikatakan kinerja auditor adalah kemampuan dari
seorang auditor menghasilkan temuan atau hasil pemeriksaan dari kegiatan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara yang dilakukan
dalam satu tim pemeriksaan.
Sebagai tolok ukur yang dapat dipergunakan dalam menilai kinerja auditor
BPK-RI, yaitu dengan melihat output yang berupa produktifitas auditor, yaitu
seberapa banyak hasil pemeriksaan yang dihasilkan auditor dalam setiap
pemeriksaan, di samping itu juga dapat dilihat besarnya outcome, yang berupa
realisasi tindak lanjut saran/ rekomendasi hasil pemeriksaan BPK-RI yang
II.2. Teori tentang Profesionalisme
II.2.1. Pengertian Profesionalisme
Tangkilisan (2005) menyatakan bahwa, Profesi sebagai status yang
mempunyai arti suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan, mencakup illmu
pengetahuan, keterampilan dan metode. Profesional berarti suatu kemampuan yang
dilandasi oleh tingkat pengetahuan yang tinggi dan latihan yang khusus, daya
pemikiran yang kreatif untuk melaksanakan tugas-tugas yang sesuai dengan bidang
keahlian dan profesinya
Disamping itu Hardjana (2002) pengertian profesional adalah orang yang
menjalani profesi sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Dalam hal ini dipercaya
dan dapat diandalkan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat berjalan
dengan lancar, baik dan mendatangkan hasil yang diharapkan.
Tjokrowinoto dalam Tangkilisan (2005) mendefenisikan profesionalisme
adalah kemampuan untuk merencanakan, mengkoordinasikan dan melaksanakan
fungsinya secara efisien, inovatif, lentur dan mempunyai etos kerja yang tinggi.
Pendapat ini lebih ditunjukkan pada kemampuan aparatur untuk melihat
peluang-peluang yang ada, maupun untuk mengambil langkah-langkah yang perlu
sesuai dengan misi yang ingin dicapai dan kemampuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk tumbuh dan berkembang dengan kekuatan sendiri
secara efisien dan inovatif, bersifat fleksibel dan memiliki etos kerja tinggi.
Ancok dalam Tangkilisan, (2005) memberikan pengertian profesionalisme
menjalankan tugas dan fungsinya dengan mengacu kepada visi dan nilai-nilai
organisasi (control by vision and values).
Kemampuan beradaptasi menurut pendapat ini merupakan jawaban terhadap
dinamika global yang tumbuh dan berkembang secara cepat. Pesatnya kemajuan
teknologi merupakan salah satu diantara dinamika global yang membuat birokrasi
harus segera beradaptasi, jika tidak ingin ketinggalan zaman dan terbelakang dalam
hal kemampuan.
Imaduddin dalam Lubis (2002) menyatakan bahwa, Profesionalisme biasanya dipahami sebagai suatu kualitas, yang wajib dipunyai setiap eksekutif yang baik. Didalamnya terkandung beberapa ciri :
a. Punya keterampilan tinggi dalam suatu bidang, serta kemahiran dalam mempergunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas. b. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisa suatu
masalah, dan peka dalam membaca situasi, cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
c. Punya sikap berorientasi ke hari depan, sehingga punya kemampuan mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang dihadapannya. d. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi (
self-confidence), serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.
Tjokrowinoto dalam Tangkilisan (2005) profesionalisme adalah kemampuan
untuk merencanakan, mengoordinasikan, dan meklaksanakan fungsinya secara
efisien, inovatif, lentur, dan mempunyai etos kerja tinggi.
Menurut Departemen Dalam Negeri (2004) Profesionalisme adalah
merupakan kehandalan dalam pelaksanaantugas sehingga terlaksana mutu tinggi,
pelanggan. menurut Joko Widodo (2007) Pelayanan publik yang profesional diartikan
sebagai pelayanan pemberi layanan (aparatur pemerintah).
Menurut Depdagri (2004) Profesionalisme dicirikan oleh keinginan untuk
meningkatkan kemampuan dan akhlak penyelenggara pemerintahan, agar mampu
memberi pelayanan mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau. Adanya
profesionalisme merupakan kondisi agar tugas dan fungsi organisasi dapat mencapai
tujuannya sesuai dengan harapan bersama terutama harapan masyarakat, serta
memberi pengaruh penting dalam menghasilkan kinerja yang baik pada suatu
organisasi.
II.2.2. Peningkatan Profesionalisme
Terbentuknya aparatur yang profesional menurut pendapat ini memerlukan
pengetahuan dan keterampilan khusus yang dibentuk melalui pendidikan dan
pelatihan sebagai instrumen pemutakhiran. Pengetahuan dan keterampilan khusus
yang dimiliki oleh aparat dan memungkinkannya untuk dapat menjalankan tugas
dengan mutu tinggi, tepat waktu dan dengan prosedur yang sederhana. Terbentuknya
kemampuan dan keahlian juga harus diikuti dengan perubahan iklim dalam birokrasi
yang cendrung bersifat kaku dan tidak fleksibel.
Dengan lahirnya UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU
No.15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara, telah mempertegas kedudukan serta fungsi BPK-RI dalam pelaksanaan
BPK-RI untuk meningkatkan perannya dalam pemeriksaan atas keuangan Negara.
Tentu saja semua ini menuntut BPK-RI untuk menyiapkan diri, baik kesiapan sumber
daya manusia (SDM) maupun sumber daya lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut BPK-RI harus mampu dan siap mengemban
tugas yang sangat berat sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945 dan Garis-garis
Besar Haluan Negara, dengan meningkatkan kemampuan auditornya, baik dari segi
keahlian maupun pengalamannya dalam bidang pemeriksaan. Dalam rangka
meningkatkan kemampuan tersebut serta guna mengemban tugas-tugas pemeriksaan
dengan kinerja yang lebih baik BPK-RI, telah melaksanakan upaya-upaya bagi setiap
auditor dengan cara meningkatkan profesionalisme, meliputi peningkatan penguasaan
baik secara teknis maupun teoritis di bidang keilmuan dan keterampilan yang ada
hubungan dengan tugas pemeriksaan melalui pelaksanaan :
a. Program Pendidikan dan Pelatihan.
Program pendidikan dan latihan dimaksud dapat mencakup topik seperti
perkembangan mutakhir dalam metodologi pemeriksaan, akuntasi, penilaian atas
system pengendalian intern, prinsip-prinsip manajemen keuangan, statistik, evaluasi,
desain dan analisa data. Pendidikan dan latihan tersebut dapat juga mencakup topik
tentang pekerjaan pemeriksaan dilapangan, seperti administrasi Negara, struktur dan
kebijakan Pemerintah, teknik industri, ilmu ekonomi, ilmu sosial dan ilmu computer.
Dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan program pendidikan dan
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga-tenaga auditor terhadap pemeriksaan keuangan
Negara baik intern maupun ekstern BPK-RI. Disamping itu telah dibangun pula
Gedung Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) BPK di Kalibata, Jakarta Selatan.
Disamping pelaksanaan pendidikan dan latihan yang dilakukan dalam
lingkungan BPK sendiri, pelaksanaan pendidikan juga dilakukan melalui kerjasama
dengan lembaga-lembaga pendidikan baik yang berada dalam negeri maupun yang
berada diluar negeri, yaitu dengan mengirimkan auditor-auditornya untuk
melanjutkan pendidikan formal khususnya pada tingkat pendidikan Strata 2 (S2) dan
sampai kejenjang Doktoral (S3). Dengan pendidikan yang semakin tinggi, maka
diharapkan baik kemampuan secara teknis maupun teoritis untuk bidang keilmuan
yang diperlukan sebagai auditor menjadi semakin meningkat.
b. Peningkatan Pengalaman
Dalam rangka meningkatkan pengalaman, auditor-auditor BPK-RI harus terus
menerus diberikan tugas pemeriksaan dengan obyek pemeriksaan yang bervariasi,
agar kemampuan teknis menjadi semakin baik dan kaya dengan
pengalaman-pengalaman pemeriksaan, sehingga menjadi auditor yang semakin profesional.
c. Keikutsertaan dalam lembaga organisasi profesi
Keikutsertaan dalam lembaga organisasi profesi dimaksud adalah
keikutsertaan BPK-RI dalam Organisasi Profesi Pemeriksa Keuangan Negara di
seluruh dunia yaitu organinasi profesi International Organization of Supreme Audit
Institution (INTOSAI) dan organisasi profesi Asean Organization of Supreme Audit
BPK-RI dalam organisasi profesi seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Banyak hal
yang dapat diperoleh dari keikutsertaan dalam organisasi profesi dimaksud, antara
lain sesuai dengan tujuan dari berdirinya ASOSAI adalah untuk saling tukar-menukar
pengetahuan dan pengalaman di bidang pemeriksaan keuangan Negara (Government
Auditing), yang ditempuh melalui seminar, kunjungan kerja, lokakarya (workshop)
dan pelatihan (training). Sehingga akan memperkaya wawasan dan pengetahuan serta
akan berdapak kepada peningkatan kualitas atau kinerja dari auditor itu sendiri.
II.2.3. Indikator Profesionalisme
Menurut Hall. R dalam Tangkilisan (2005) selanjutnya merumuskan Hall
Taksonomi ke dalam lima elemen profesional yaitu : (1) pengabdian pada
profesi; (2) kewajiban sosial; (3) otonomi; (4) keyakinan terhadap peraturan
profesi; (5) afiliasi dengan sesama profesi, kelima elemen-elemen
profesionalisme tersebut yang adalah sebagai berikut :
1. Pengabdian pada profesi (dedication) dicerminkan melalui dedikasi
professional dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki.
Tetap melaksanakan profesinya meskipun imbalan ekstrinsiknya berkurang.
Sikap ini berkaitan dengan ekspresi dari pencurahan diri secara keseluruhan
terhadap pekerjaan dan sudah merupakan suatu komitmen pribadi yang kuat,
sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan
2. Kewajiban sosial (social Obligation) merupakan pandangan tentang
pentingnya peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat
maupun professional karena adanya pekerjaan tersebut. Sikap profesionalisme
dalam pekerjaan tidak terlepas dari kelompok orang yang menciptakansistem
suatu organisasi tersebut. Hal ini berarti bahwa atribut personal diciptakan
sehingga layak diperlakukan sebagai suatu profesi.
3. Kemandirian (Autonomi Demand) yaitu suatu pandangan bahwa seorang
professional harus mampu membuat suatu keputusan sendiri tanpatekanan
daripihak yan lain.
4. Keyakinan terhadap peraturan profesi (Belief in Self-regulation), sikap ini
adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang dan berhak untuk
menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, bukan orang luar
yang tidak mempunyai kompeten dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
5. Hubungan dengan sesama profesi (Professional Community Affliliation)
menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk didalamnya organisasi
formal dan kelompok- kelompok kolega informal sebagai sumber ide
utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional ini membangun
kesadaran profesi.
Auditor harus selalu meningkatkan profesionalisme sehingga mereka
accountable baik terhadap orang lain maupun diri sendiri. Oleh karena itu
Pendidikan profesionalisme berkelanjutan mutlak diperlukan baik menyangkut
maupun perubahan dari bidang keuangan yang menyangkut pengukuran nilai mata
uang.
II.2.4. Loyalitas
Menurut Hamid (2003) menyatakan bahwa, Karyawan yang profesional dapat
diartikan sebagai sebuah pandangan untuk selalu perpikir, kerja keras, bekerja
sepenuh waktu, disiplin, jujur, loyalitas tinggi, dan penuh dedikasi demi untuk
keberhasilan pekerjaannya.
Menurut Hasibuan (2000) mendeskripsikan loyalitas sebagai “kesetiaan
(loyalitas) dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di
dalam maupun di luar pekerjaan, beliau mengkatagorikan kesetiaan karyawan
terhadap pekerjaan, jabatan dan perusahaan sebagai salah satu unsur yang dinilai
dalam penilaian perestasi”.
Menurut Soetjipto dalam Gouzali (2006) menyatakan bahwa, yang menyebabkan rendahnya loyalitas adalah:
1. Sistem kompensasi yang kurang menjamin ketenangan kerja. 2. Waktu kerja kurang fleksibel.
3. Rendahnya motifasi pegawai.
4. Struktur organisasi yang kurang jelas, sehingga tugas dan tanggung jawab kabur. 5. Raancangan pekerjaan kurang baik, dirasa kurang menantang.
6. Rendahnya kualitas manajemen yan terlibat pada kurangnya perhatian terhadap konsumen.
7. Rendahnya kemampuan kerja atasan, yang tidak mendukung berhasilnya kerja sama tim.
II.2.4.1. Indikator loyalitas
Menurut Gouzali (2006) menyatakan bahwa, loyalitas memiliki beberapa unsur yaitu:
1. Ketaatan atau kepatuhan, yaitu kesanggupan seorang pegawai untuk mentaati
segala peraturan di kedinasan yan berlaku, dan mentaati perintah dinas yang
diberikan atasan yang berwenang, serta sanggup tidak melanggar larangan yang
ditentukan.
Cirri-ciri ketaatan atau kepatuhan pegawai:
a. Taat peraturan perundang-undangan yang ditentukan.
b. Mentaati perintah kedinasan yang diberikan atasan.
c. Mentaati jam kerja.
d. Memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2. Tanggung jawab, yaitu kesanggupan seorang pegawaidalam menyelesikan
pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan baik, tepat wktu serta berani
mengambil resiko untuk keputusan yang di buat atau tindakan yang dilakukan.
Ciri-ciri tanggung jawab pegawai:
a. Dapat menyelesikan pekerjaan atau tugas dengan baik dan tepat waktu.
b. Selalu memelihara dan menyimpan barang-barang kedinasan dengan
sebaik-baiknya.
c. Mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan pribadi atau
golongan.
3. Pengabdian, yaitu sumbangan pemikiran dan tenaga secara iklas kepada
perusahaan.
4. Kejujuran, penjelasan pasal 4 PP No. 10 Tahun 1979 tentang DP3, cirri pegawai
yang jujur antara lain:
a. Selalu melaksanakan tugas dengan penu keiklasan tanpa merasa dipaksa.
b. Tidak menyalahkan wewenang yang ada padanya.
c. Melaporkan hasil pekerjaannya kepada atasnya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka diambil kesimpulan bahwa indikator
loyalitas adalah sebagai berikut:
1. Adanya kepatuhan atau ketaatan.
2. Adanya rasa tanggung jawab.
3. Pengabdiaan yang tinggi.
4. Kejujuran dalam melaksanakan tugas.
II.3. Teori tentang Etika Profesi
II.3.1. Pengertian Etika Profesi
Ravianto (1985) menyatakan bahwa, ethos berhubungan dengan sikap moral,
walaupun keduanya tidak seluruhnya identik. Kesemuanya terletak pada penekanan
dimana sikap moral menekankan pada norma-norma, seperti yang baik dan yang
buruk, yang benar dan yang salah, sedangkan ethos menekankan pada ketegasan
kebiasaan yang diambil berdasarkan tanggung jawab moral terhadap lingkungannya
atau budayanya.
Freeman dalam Djatmiko (2004) memberikan pengertian Etika adalah suatu
sistem kesetiaan, koleksi prinsip-prinsip dan aturan-aturan atas prilaku yang
didasarkan pada keyakinan tentang apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap
salah.
Disamping itu pengertian etika menurut (BPK-RI, Pusdiklat 2003), bagwa
etika adalah pedoman atau aturan yang menjadi dasar seseorang untuk berprilaku dan
bertingkah laku dalam masyarakat dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip moral
yang lebih dipertegas, baik dalam aturan maupun sanksi yang mengikatnya serta
ditujukan untuk menjamin tercapainya keadilan yaitu keseimbangan antara kewajiban
yang harus dilakukan serta hak yang diinginkan dalam organisasi profesio/
masyarakat. Unsur pokok dari etika , menunjukan :
a. Isi etika adalah pedoman atau aturan yang menjadi dasar seseorang untuk
berprilaku dan bertingkahlaku dalam masyarakat.
b. Esensi etika adalah prinsip-prinsip moral yang lebih dipertegas, baik dalam
aturan maupun sanksi yang mengikatnya.
c. Tujuan etika adalah menjamin tercapainya keadilan yang diartikan sebagai
keseimbangan antara kewajiban seharusnya dilakukan serta hak yang
diinginkan dalam organisasi profesi / masyarakat.
Berdasarkan dari pengertian yang telah disampaikan di atas, dapatlah
aturan-aturan atau prilaku dan kata (b). profesi adalah pekerjaan atau jabatan yang didasari
oleh keahlian tertentu. Maka dari kedua pengertian tersebut etika profesi itu dapat
diartikan adalah merupakan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku dan harus
dipatuhi dalam suatu pekerjaan atau jabatan dalam suatu organisasi.
Boynton, Johnson & Kell dalam Hery (2005) memberikan pengertian etika
profesi “Professional ethics must extend beyond moral principles. They include
standards of behaviour for a professional person that are designed for both practical
and idealistic purposes”.
Kanter (2001) memberikan pengertian etika profesi adalah norma-norma,
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh sekelompok orang
yang disebut kalangan profesional.
Disamping itu, Lubis (2002), menyatakan bahwa kode etik profesi itu adalah
perangkat kaidah perilaku sebagai pedoman yang harus dipatuhi dalam mengemban
profesi, yang dapat tertulis maupun tidak tertulis yang diterapkan secara formal oleh
organisasi profesi yang bersangkutan, dan dilain pihak untuk melindungi klien atau
pasien (warga masyarakat) dari penyalahgunaan keahlian dan atau otoritas
professional.
Menurut Haryono Yusuf dalam Hery (2005) menyatakan bahwa, etika profesi
haruslah berisi patokan-patokan tentang sikap mental dan tingkah laku yang ideal
bagi para auditor dalam menjalankan tugasnya, kode etik profesional dirancang untuk
Menurut Lubis (2002) yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik profesi adalah :
a. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab kepada klien, lembaga (institution), dan masyarakat pada umumnya.
b. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaannya.
c. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-anggota tertentu.
d. Standar-standar etika mencerminkan pengharapan mora-moral dari komunitas. Dengan demikian, standar-standar etika menjamin bahwa para anggota profesi akan mentaati Kitab Undang-undang Etika (Kode Etik) profesi dalam pelayanan.
e. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi.
II.3.2. Etika Profesi Auditor di Lingkungan BPK-RI
BPK-RI dalam rangka upaya meningkatkan pelaksanaan fungsi dan tugas
selaku lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan sebagai lembaga
pengawasan tertinggi dibidang keuangan negara, maka auditor dilikungan BPK-RI
dalam melaksanakan tugasnya baik secara mandiri maupun kelompok atau secara
kelembagaan perlu dilandasi dengan sikap, etika dan moralitas yang tinggi
sebagaimana yang direkomendasikan Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2002,
pandangan yang objektif dan rasa tanggung jawab yang tinggi serta sifat-sifat yang
bijaksana dalam melaksanakan tugasnya. Auditor dilingkungan BPK-RI wajib
mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, menyimpan rahasia
jabatan, baik karena sifatnya, maupun karena ketentuan undang-undang, menjaga
Sehubungan dengan hal tersebut di atas BPK-RI telah membuat suatu
ketentuan atau pedoman tentang kode etik bagi para petugas pemeriksa pada BPK-RI,
yang merupakan landasan etika dan moral yang harus dipahami dan dilaksanakan
oleh setiap auditor atau pelaksana tugas pemeriksa. Pemahaman terhadap kode etik
atau etika pemeriksa akan mengarahkan pada sikap, tingkah laku, dan perbuatan
auditor BPK-RI dalam menjalankan tugas dan kewajibannya berupaya untuk menjaga
mutu auditor, serta citra dan martabat BPK-RI. Kode etik atau etika pemeriksa
dimaksud dimuat didalam Sapta Prasetya Jati dan Ikrar Pemeriksa yang secara
lengkap sesuai dengan Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan
No.14/SK/K/1975 dan No.21/SK/K/1981 tentang Sapta Prasetya Jati Badan
Pemeriksa Keuangan dan Ikrar Pemeriksa yang isinya sebagai berikut :
A. Sapta Prasetya Jati Badan Pemeriksa Keuangan
a. Karyawan badan pemeriksa keuangan menghayati dan mengamalkan
Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang tentang Badan
Pemeriksa Keuangan serta peraturan perundangan lainnya, sumpah
Pegawai Negeri Sipil dan sumpah jabatan, dengan rasa taqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa.
b. Karyawan badan pemeriksa keuangan mempunyai kesadaran tanggung
jawab yang tinggi dalam mengembangkan ilmu dan pengabdiannya bagi
kemajuan negara dan bangsa serta kesejahteraan dan kebahagiaan
c. Karyawan badan pemeriksa keuangan dengan segala kesadaran dan
kehormatannya membantu dan menyertai pimpinan menegakkan disiplin
kerja demi wibawa dan martabat Badan Pemeriksa Keuangan sebagai
Lembaga Pemeriksa Tertinggi Kekayaan Negara.
d. Karyawan badan pemeriksa keuangan membina rasa dan jiwa
kesetiakawanan berdasarkan kejujuran dan keikhlasan antara sesama
rekan sekorsa demi kerukunan, kegembiraan kerja, maupun kelancaran
dan kesempurnaan pelaksanaan tugas.
e. Karyawan badan pemeriksa keuangan menciptakan dan membina suasana
yang sehat bagi pertumbuhan pengertian dan kerja sama yang konstruktif
antara semua pihak yang bertanggung jawab dan yang menaruh minat
atas keberesan dan ketertiban pengelolaan kekayan bangsa.
f. Karyawan badan pemeriksa keuangan senantiasa berusaha
mengembangkan dan mencurahkan segenap pengetahuan dan
kemahirannya untuk melaksanakan tugas secara tepat, cermat dan hemat.
g. Karyawan badan pemeriksa keuangan dalam melaksanakan tugas sebagai
pemeriksa wajib melaksanakan Ikrar Pemeriksa.
Berdasarkan uraian, maka dapat dinyatakan bahwa Sapta Prasetya Jati
BPK-RI diarahkan kepada sikap dan moral pegawai BPK-BPK-RI yang meliputi :
1. Integritas pribadi
Integritas disini lebih dititik beratkan kepada kesetiaan, rasa rasa
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kerukunan, kegembiraan kerja serta
kelancaran dan kesempurnaan pelaksanaan tugas.
2. Kehati-hatian / kecermatan
Kehati-hatian / kecermatan pelaksanaan tugas disini terdapat pada prasetya
untuk meningkatkan serta mau mencurahkan ilmu dan pengetahuan yang
dimiliki untuk pelaksanaan tugas secara tepat, cermat dan hemat.
3. Indepedensi Sikap Mental
Independensi sikap mental terdapat pada sikap untuk menegakan harkat dan
wibawa BPK-RI sebagai Lembaga Pemeriksa Tertinggi Kekayaan Negara.
B. Ikrar Pemeriksa
Dalam melaksanakan tugas sebagai pemeriksa pada Badan Pemeriksa
Keuangan, kami berikrar sebagai berikut :
a. Dalam mengemban kehormatan tugas pemeriksa, kami menegakkan
kemerdekaan dan kebebasan diri pribadi, serta menolak setiap bentuk dan
macam usaha atau pengaruh yang dapat mengurangi objektivitas dan kebenaran
laporan kami atau yang dapat menurunkan wibawa dan martabat kami sebagai
pemeriksa.
b. Berdasarkan keyakinan akan kecakapan teknis sebagai pemeriksa, kami
mengutamakan sikap membina dan mendidik tanpa mengurangi kesungguhan
kerja, sikap tegas dan jujur dalam menilai dan dalam membuat laporan hasil
c. Kami berusaha untuk selalu menghindarkan diri dari tindakan yang
mencemarkan martabat jabatan dan dari tindakan menyalah gunakan
kepercayaan yang diberikan kepada kami.
d. Sesuai dengan peraturan perundangan yang membuat diantaranya ketentuan
tentang rahasia jabatan dan tentang penggunaan keterangan yang diperoleh
pada waktu menunaikan tugas Badan Pemeriksa Keuangan kami hanya
memberi keterangan kepada mereka yang berhak dan kepada yang telah
mendapatkan persetujuan dari Pimpinan badan.
e. Kami tidak menyatakan suatu pendapat tentang hasil pemeriksaan selain yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
f. Bila ada suatu fakta penting yang kami ketahui bahwa hal tersebut akan
menimbulkan akibat yang merugikan instansi yang diperiksa dan / atau
merugikan Negara, kami berkewajiban untuk mengungkapkan fakta tersebut
kepada Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan.
g. Kami menyadari bahwa pelanggaran terhadap ikrar ini dikenakan hukuman
menurut peraturannya.
Berdasarkan uraian, maka dapat dinyatakan bahwa Ikrar Pemeriksa BPK-RI
diarahkan kepada sikap dan moral pegawai BPK-RI yang meliputi :
1. Independensi sikap mental
Independensi sikap mental diartikan sebagai penegakan kemerdekaan dalam
kebebasan pribadi, penolakan setiap bentuk dan macam usaha atau pengaruh
2. Kehati-hatian / kecermatan
Kehati-hatian / kecermatan pelaksanaan tugas audit terletak pada sikap tegas
dan jujur dalam menilai dan membuat laporan hasil audit.
3. Kerahasiaan
Kerahasiaan yang berkaitan dengan jabatan atau menimbulkan Ikerugian
instansi atau Negara, maka penyampaian rahasia tersebut hanya dapat
dilaksanakan pada yang berhak dengan persetujuan Pimpinan Badan atau
kepada Pimpinan Badan.
4. Integritas auditor
Integritas auditor terletak pada sikap untuk menjaga martabat jabatan,
penyalahgunaan kepercayaan dan tujuan utama adalah untuk menyelesaikan
tugas.
Sapta Prasetya Jati Badan Pemeriksa Keuangan dan Ikrar Pemeriksa adalah
merupakan etika profesi atau kode etik pemeriksa yang harus dipatuhi oleh semua
auditor yang berada dilingkungan BPK-RI dalam menjalankan tugasnya, sesuai
dengan Visi dan Misi BPK-RI. Visi BPK-RI adalah terwujudnya BPK-RI sebagai
lembaga yang bebas dan mandiri. Sedangkan Misi BPK-RI yaitu mewujudkan diri
menjadi auditor eksternal keuangan Negara yang bebas dan mandiri, berada digaris
depan reformasi kearah pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme,
serta mampu menyerahkan hasil laporan yang bermanfaat kepada DPR dan DPRD.
tekat untuk mengamalkannya dalam sikap dan perbuatan sehari-hari, demi
keberhasilan tugas dan fungsi BPK-RI seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945.
C. Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP)
Disamping Sapta Prasetya Jati Badan Pemeriksa Keuangan dan Ikrar
Pemeriksa, BPK-RI dalam rangka melaksanakan pemeriksaan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara efisien dan efektif, juga telah menyusun buku
Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) yang memberikan pengarahan tentang tata
laksana penyelenggaraan tugas pemeriksaan, mulai dari penyusunan strategi Badan,
perencanaan, pelaksanaan, pelaporan serta tindak lanjut dan evaluasi pemeriksaan
dengan maksud dan tujuan adalah untuk menyamakan persepsi tentang
langkah-langkah dan urutan kegiatan serta tanggung jawab dalam pelaksanaan pemeriksaan,
sehingga dapat meningkatkan mutu hasil pemeriksaan.
Lingkup Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) sebagai tata laksana
penyelenggaraan tugas pemeriksaan meliputi :
a. Dasar hukum pelaksanaan tugas pemeriksaan oleh BPK-RI.
b. Lingkup pemeriksaan, fungsi, kewajiban, wewenang, standar pemeriksaan dan
jenis pemeriksaan.
c. Susunan Organisasi Pelaksana BPK-RI yang intinya untuk mengetahui
peran-peran dan tanggung jawab para Pelaksana BPK-RI, mulai dari tingkat Badan,