• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pembangunan dan jalannya roda pemerintah dilaksanakan oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pembangunan dan jalannya roda pemerintah dilaksanakan oleh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penyelenggara otonomi daerah, salah satu bentuk peran serta masyarakat melalui pajak daerah dan retribusi daerah. Otonomi daerah merupakan penyelenggaraan pembangunan dan jalannya roda pemerintah dilaksanakan oleh

pemerintah daerah itu sendiri, dengan persetujuan pemerintah pusat (Waluyajati,

2012).

Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu pajak daerah yang membiayai pembangunan daerah provinsi. Instansi yang menangani pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor adalah Dinas Pendapatan (Dispenda) melalui kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan (CPDP) yang merupakan kerja sama tiga instansi terkait, yaitu Dispenda provinsi Jawa Barat, Kepolisian RI, dan Asuransi Jasa Raharja.

Reformasi perpajakan di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1983

dimulai dengan pemberlakuan self assessment system pada tahun 1984, kemudian

dilanjutkan dengan reformasi pajak tahun 1994 dan 1997 melalui perubahan Undang–Undang perpajakan, dan terakhir reformasi pajak pasca tahun 1997 dengan melakukan reformasi birokrasi perpajakan berupa perubahan-perubahan

(2)

baik dalam peraturan dibidang perpajakan, reorganisasi Ditjen Pajak, maupun modernisasi informasi teknologi (Bawazier, 2011:1).

Rendahnya kepatuhan wajib pajak ini tidak terlepas dari persepsi masyarakat yang masih menganggap kurang baiknya kinerja organisasi pemerintah. Masyarakat sering mengeluhkan layanan instansi pemerintah yang tergolong terlalu birokratis, berbelit-belit, tidak efisien, tidak transparan dan akuntable, serta dalam pemberian layanan tertentu banyak penyelewengan tanggung jawab serta kurangnya kompetensi aparat dalam memberikan pelayanan yang profesional.

Mengenai kesadaran wajib pajak, pengetahuan wajib pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas publik pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, berdasarkan hasil analisis maka dapat diketahui bahwa kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas publik berpengaruh positif pada kepatuhan Wajib Pajak dan membayar pajak kendaraan bermotor pada Kantor Bersama CPDP wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan.

Mencapai kepatuhan wajib pajak yang tinggi memang bukanlah hal mudah untuk diwujudkan. Ditjen pajak harus terus memperbaiki kinerja birokrasi perpajakannya agar kepuasan wajib pajak dapat dicapai. Hal ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa kinerja yang memuaskan tidak lagi hanya menjadi tuntutan bagi organisasi sektor privat semata melainkan juga tuntutan terhadap organisasi publik Saniadi (2008:1).

(3)

Masalah pelayanan publik di indonesia masih sangat memprihatinkan, karenanya pemerintah masih perlu membuat strategi dan kebijakan agar dapat memenuhi hak azasi warga negara dan membutuhkan solusi menyeluruh untuk membuat pelayanan publik yang baik. Sebagai gambaran dan fenomena pelayanan publik di Kota Bandung saat ini seperti terlihat rendahnya tingkat kinerja aparatur penyelenggara pemerintahan di daerah. Indikasi menunjukan bahwa Perda kota Bandung No.03 tahun 2014 Pemerintahan Daerah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2013 – 2018 menempatkan hal ini sebagai skala prioritas utama. Dalam bagian III, (RPMJ) yang menerangkan bahwa berdasarkan hasil identifikasi dalam pembiayaan pelayanan publik masih banyak permasalahan yang perlu ditindaklanjuti dan diselesaikan seperti, belum kompetitif, transparan dan akuntabilitas proses pelayanan publik, rendahnya etos kerja aparatur, pelayananan publik belum didukung oleh teknologi informasi secara merata .

Untuk itu pemerintah masih harus memperbaiki sistem perpajakan kita, mulai dari penerapan sistem perpajakan modern yang dilakukan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada wajib pajak. Penerapan sistem tersebut mencakup aspek-aspek perubahan struktur organisasi dan sistem kerja kantor pelayanan pajak, perubahan implementasi pelayanan kepada wajib pajak, fasilitas pelayanan yang memanfaatkan teknologi informasi, dan kode etik pegawai dalam rangka menciptakan aparatur pajak yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.

(4)

Adapun jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good governance, yaitu penerapan prinsip sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntable, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini.

Akuntabilitas sebagai suatu prinsip Good governance berkaitan dengan pertanggungjawaban pemimpin atas keputusan dan hasil yang dicapai, sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola organisasi.

Akuntabilitas (accountability) sebagai salah satu prasyarat dari

penyelenggaraan negara yang baik, didasarkan pada konsep organisasi dalam

manajemen, menyangkut: (1) Luas kewenangan dan rentang kendali (spand of

control) organisasi; (2) Faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controllable) dan tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) pada level manajemen atau tingkat kekuasaan tertentu Rentang manajemen berjalan paralel dengan pertumbuhan organisasi, semakin bertambah besar organisasi dari suatu entitas dituntut pendelegasian wewenang yang lebih luas, atau perlunya pemisahan kekuasaan yang proporsional.

Dalam pelaksanaan akuntabilitas, pejabat publik harus mengenal

lingkungannya (environment) baik internal maupun eksternal, artinya dalam

situasi bagaimana ia dioperasionalkan, karena akuntabilitas itu hanya dapat tumbuh dan berkembang dalam suasana demokratis, keterbukaan, dan aspirasi

(5)

masyarakat diakomodasi dengan baik, sehingga di negara otokratis dan tertutup,

akuntabilitas tidak akan bisa bersemi (repository.widyatama.ac.id).

Ketidakpatuhan Wajib Pajak serta buruknya Akuntabilitas publik terhadap pemenuhan Wajib Pajak atas kewajibannya berdampak buruk kepada perekonomian di Indonesia. Beberapa kerugian yang akan terjadi antara lain (www.pajak.go.id):

1. Bila penerimaan Pajak tidak sesuai dengan anggaran kemungkinan

tarif pajak akan dinaikkan kembali.

2. Terbengkalainya pembangunan fasilitas bagi masyarakat umum

dikarenakan dana yang kurang terutama perbaikan jalur transportasi bagi pemilik kendaraan.

3. Persepsi negatif terhadap citra pajak akan timbul dan perilaku

pengindaran pemenuhan akan Wajib Pajak serta menurunnya tax ratio

pada Negara.

Jika kepatuhan dihubungkan dengan pajak, maka kepatuhan pajak dapat digambarkan sebagai derajat tingkat dimana Wajib Pajak mematuhi (atau gagal

untuk mematuhi) ketentuan peraturan pajak dinegaranya. Sedangkan

ketidakpatuhan Wajib Pajak merupakan tindakan sengaja atau tidak sengaja untuk tidak melaksanakan kewajibannya membayar pajak kepada negara.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah Indonesia melakukan pembaharuan administrasi pajak atau reformasi pajak. Tujuan reformasi pajak selain untuk meningkatkan kesadaran pajak, namun juga

(6)

bertujuan menerapkan konsep good governance dalam sistem administrasi perpajakan melalui peningkatan akuntabilitas publik, serta peningkatan pengawasan dalam pelaksanaan administrasi pajak baik kepada fiskus maupun

kepada Wajib pajak (Rahayu, 2010).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil objek penelitian dengan mengambil objek penelitian di Kantor CPDP wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan yang berjudul :

“PENGARUH PENERAPAN PRINSIP AKUNTABILITAS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan maka masalah- masalah penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh penerapan prinsip akuntabilitas terhadap Wajib

Pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor di kantor CPDP wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan.

2. Seberapa besar tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak

Kendaraan Bermotor di kantor CPDP wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan.

3. Seberapa besar pengaruh penerapan prinsip akuntabilitas terhadap

kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar kewajiban pajaknya di kantor CPDP wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan.

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun maksud penelitian ini yaitu untuk memperoleh data dan informasi yang sebenarnya mengenai penerapan prinsip akuntabilitas dan kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor serta untuk menempuh ujian sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntani Jenjang Program Pendidikan Strata 1 Universitas Widyatama Bandung. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penerapan prinsip akuntabilitas

terhadap wajib pajak di kantor CPDP wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan.

2. Untuk mengetahui Wajib Pajak patuh atau tidaknya dalam membayar

Pajak Kendaraan Bermotor di kantor CPDP wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan.

3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan prinsip akuntabilitas instansi

perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak pada Kantor CPDP wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan.

(8)

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat berguna sebagai masukan dan bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan, yakni antara lain :

1. Akademis

Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan berupa bahan bagi penelitian lebih lanjut lagi dan sumbangan bagi pengembangan ilmu perpajakan terutama tentang Penerapan Prinsip Akuntabilitas dan Kepatuhan Wajib Pajak kendaraan bermotor.

2. Peneliti

Bagi peneliti hasil penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman pada bidang akuntansi khususnya perpajakan.

3. Kantor CPDP wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan

Dalam hal ini kantor CPDP wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan akan memperoleh tambahan informasi dan masukan dalam mewujudkan target penerimaan pajak pada periode berikutnya melalui Penerapan Prinsip Akuntabilitas para aparat pajak.

4. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan serta menjadi masukan yang berguna bagi dunia pedidikan khususnya mengenai Penerapan Prinsip Akuntabilitas pajak dan kepatuhan Wajib Pajak.

(9)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini yang dijadikan tempat penelitian oleh penulis adalah Kantor Bersama CPDP wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan yang berlokasi di Jl. Kawaluyaan Bandung, Jawa Barat. Sedangkan Waktu

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dilakukan pada 5 spesimen dan setiap spesimen di tekan pada 5 titik yang berbeda, yaitu pada bagian atas, tengah, bawah. Pada uji kekerasan kali ini menggunakan gaya

Acuan untuk melaksanakan pembelajaran menulis berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA. Standar kompetensi menulis di SMA, yaitu mengungkapkan

Adapun skripsi yang diajukan oleh peneliti ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam kegiatan belajar di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Apakah Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, Pemahaman Peraturan Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan Publik memiliki pengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Setiap orang yang mengetahui dirinya dalam bahaya tentunya akan berusaha mencari jalan keluar dari bahaya tersebut. Maka ketahuilah, wahai kaum muslimin, yang semoga dirahmati

[r]

Hasil pengembangan dalam penelitian ini adalah model program bimbingan dan konseling komprehensif, yang dimulai dari penyusunan standart kompetensi, penyusunan assesment ke-

Dan menurut Gazda (1989) dalam Romlah (2006:3) kegiatan kelompok adalah kegiatan yang berupa penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah pendidikan, pekerjaan,