BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/ MI/ SDLB sampai SMP/MTS/ SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD / MI mata pelajaran IPS memuat Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut; (a) manusia, tempat dan lingkungan; (b) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; (c) sistem sosial dan budaya; (d) prilaku ekonomi dan kesejahteraan. Sehingga kita dapat mengetahui tujuan dari pembelajaran IPS yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( PP No 20 tahun 2006 ). Agar tecapainya tujuan pembelajaran IPS, guru sebagai pengelola langsung pada proses pembelajaran harus memahami karakteristik (hakikat) dari pendidikan IPS sebagaimana dikatakan Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Menurut Lili M Sadeli ( dalam Hidayat dkk, 2008) pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-ilmu Sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu. Karena IPS terdiri dari disiplin Ilmu-ilmu Sosial, dapat dikatakan bahwa IPS itu mempunyai ciri-ciri khusus atau karakterisitik tersendiri yang berbeda dengan bidang studi lainnya. Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya, sebagai berikut; (1) Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan
praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang merupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan; (2) Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Widening Horizon or Expanding Enviroment Curriculum” Mukminan ( dalam Hidayat dkk,2008 ).
Ada sejumlah karakteristik pendidikan IPS SD yang dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3), antara lain; a) ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah; b) suka memuji diri sendiri; c) Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting; d) suka membandingkan dirinya dengan siswa lain dalam hal yang menguntungkan dirinya; e) Suka meremehkan orang lain. Menurut Jean Piaget, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa. Hal ini dilakukan karena perhatian siswa pada tingkat usia tersebut masih mudah beralih, artinya dalam jangka waktu tertentu perhatian anak dapat tertarik kepada banyak hal, tetapi waktu tertentu pula perhatian siswa berpindah-pindah.
Pada umumnya siswa lebih tertarik kepada benda konkrit, akibatnya siswa ingin mengetahui sebab-sebab terjadinya sesuatu. Rasa ingin tahu tersebut sebenarnya merupakan gerak awal untuk belajar dan dorongan untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya. Tindakan eksplorasi akan memacu siswa untuk terus mencari sampai keingintahuannya terpuaskan. Dengan sifat ini, siswa biasanya mempunyai kemampuan tinggi dan mempunyai wawasan yang luas. Pada hakikatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi, kegiatan di kelas merupakan tempat guru dan siswa melakukan tukar pikiran dan mengembangkan ide-idenya. Dalam berkomunikasi sering terjadi
penyimpangan-penyimpangan sehingga komunikasi menjadi tidak efektif karena adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan, dan kurangnya minat siswa. Salah satu usaha mengatasinya adalah dengan menggunakan media secara terintegrasi dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan fungsi media dalam kegiatan pembelajaran disamping sebagai penyaji stimulus informasi dan sikap, juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi.
Oemar Hamalik ( 1997:23) menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Selanjutnya Husein Achmad menyatakan bahwa media pendidikan pengertiannya identik dengan keperagaan. Pengertian keperagaan berasal dari kata “raga” yang berarti sesuatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan yang dapat diamati melalui indera kita. Pemilihan media pengajaran ( alat peraga gambar ) digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar kearah yang lebih konkrit, sehingga dapat kita harapkan diperoleh hasil pengalaman belajar yang lebih berarti bagi siswa. Dalam hal ini Gagne dan Briggs, 1997 ( dalam Taneo.S.P dkk, 2008 ) menekankan pentingnya media sebagai alat untuk merangsang proses belajar-mengajar. Berdasarkan Analisis Hasil Evaluasi Ulangan harian, nilai Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1
Distribusi Ulangan Harian Pra Siklus
Skor Frekuensi Prosentase
85 1 5,26% 80 1 5,26% 75 4 21,05% 60 7 36,84% 55 3 15,78% 50 1 5,26% 40 2 10,52%
Berdasarkan analisis hasil evaluasi belajar dari 19 siswa diketahui masih ada 13 siswa (68,43 %) yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 65), sedangkan yang mendapat nilai diatas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM = 65) berjumlah 6 siswa (31,57 %).
Dari hasil observasi di Sekolah Dasar Negeri Plobangan Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo, para guru menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS selama ini masih memiliki banyak kelemahan antara lain: (a) Kurangnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran IPS (b) Kurangnya konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran IPS; (c) kurangnya keaktifan dalam pembelajaran IPS. Untuk menghindari agar pembelajaran IPS tidak terlalu verbalisme, maka pembelajaran yang paling memungkinkan digunakan guru dalam pembelajaran IPS adalah menggunakan media gambar dalam pembelajaran IPS.
Menurut Tim Dosen Media Pengajaran (dalam Supardi, 2008:8) gambar sebagai media pengajaran cukup banyak dimanfaatkan untuk keperluan proses belajar mengajar. Gambar adalah media yang paling umum dipakai karena pengadaannya relatif lebih murah dan mudah diperoleh. Misalnya dari koran bekas, majalah bekas, kalender bekas dan sebagainya.
Yang termasuk media gambar adalah kartun, komik, gambar tempel, dan foto. Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993 : 60) menyebutkan bahwa gambar adalah termasuk media sederhana yang dapat digunakan dengan baik di SD, sebab gambar itu disukai siswa, murah harganya, tidak sulit mencarinya.
1.2 Identifikasi Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah, maka para guru di SDN Plobangan Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo khususnya kelas III berhadapan dengan masalah sebagai berikut;
1) Kurangnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran IPS 2) Kurangnya konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran IPS 3) Kurangnya keaktifan dalam pembelajaran
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah penelitian maka dapat dirumuskan : Apakah dengan penggunaan media gambar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS siswa kelas III SD Negeri Plobangan, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo Tahun Ajaran 2012/2013.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar IPS dengan penggunaan media gambar siswa kelas III SD Negeri Plobangan Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo semester 2 tahun ajaran 2012/2013.
1.6 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai peran media gambar dalam pelajaran IPS yang pada hakekatnya dapat meningkatkan Prestasi Belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS.
2) Manfaat Praktis Sebagai masukan
a) Bagi siswa, dengan penerapan media gambar diharapkan dapat meningkatkan Hasil Belajar.
b) memberikan sumbangan kepada guru/calon guru dalam menyusun strategi alternatif guna meningkatkan hasil proses belajar mata pelajaran IPS.
c) bagi sekolah, penerapan media gambar dapat menciptakan suasana yang lebih kondusif, dan menumbuhkan minat dan sikap siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPS.