• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CARNAUBA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP KEKERASAN DAN DAYA LEKAT SEDIAAN LIPSTIK DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CARNAUBA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP KEKERASAN DAN DAYA LEKAT SEDIAAN LIPSTIK DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CARNAUBA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP KEKERASAN DAN DAYA LEKAT

SEDIAAN LIPSTIK DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Ranindya Siska Pramitasari NIM : 078114054

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CARNAUBA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP KEKERASAN DAN DAYA LEKAT

SEDIAAN LIPSTIK DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Ranindya Siska Pramitasari NIM : 078114054

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Ranindya Siska Pramitasari

Nomor Mahasiswa : 07 8114 054

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGARUH KOMPOSISI BEESWAX DAN CARNAUBA WAX SEBAGAI BASIS TERHADAP KEKERASAN DAN DAYA LEKAT SEDIAAN LIPSTIK DENGAN PELEMBAB MINYAK BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 22 Maret 2011 Yang menyatakan

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesunguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 25 Februari 2011 Penulis

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala kasih karunia dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Komposisi Beeswax Dan Carnauba Wax Sebagai Basis Terhadap Kekerasan Dan Daya Lekat Sediaan Lipstik Dengan Pelembab Minyak Buah Alpukat (Persea Americana Mill.)” dengan baik. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis banyak mengalami kesulitan selama penyelesaian skripsi ini. Tetapi dengan adanya bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, membimbing, dan memberi masukan, solusi, nasehat serta semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi.

(9)

4. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.

5. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma atas segala pengajaran dan bimbingannya selama perkuliahan.

6. Om dan Tante Djati Waluyo Djoar atas segala bantuan, dukungan, kasih sayang dan doa selama penyusunan skripsi ini.

7. Keluarga Om Herman Agus atas bantuan selama melakukan penulis studi pustaka di Jakarta.

8. Agata Novie Anindita, Zeili Prameswari, Sheila Puspita Wulandari, dan Anugrah Nurradita atas bantuan selama penulis melakukan studi pustaka di Bandung.

9. Dhimas Satriyo Utomo dan Melisa atas bantuan penelurusan pustaka di Institut Petanian Bogor.

10. PT. Tirta Buana Kemindo Cosmetic, PT. Baktijala Kencana Citra, PT. Menjangan Sakti, PT. EAC Indonesia, PT. Mandom dan PT. Garlic Bina Mada atas bantuan penyediaan bahan baku selama penelitian.

11.Teman – teman pelayanan : KOREM 2006 – 2008, KOREM 2008 – 2010 dan Sinta Kristiana Sari atas indahnya persaudaraan, doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.

(10)

13.Teman-teman FST dan FKK angkatan 2007 atas semangat yang selalu ada untuk penulis.

14.Semua pihak yang tidak dapt disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari penelitian ini masih belum sempurna mengingat keterbatasan pengethauan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang dapat berguna bagi penyempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat bermafaat bagi perkembangan ilmu kefarmasiaan.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

(12)

C. Tanaman Alpukat ... 16

C. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Lipstik ... 44

(13)
(14)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Jenis asam lemak yang terkandung dalam buah alpukat ... 17

Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level ... 21

Tabel III. Formula lipstik dari Pabrik M ... 27

Tabel IV. Formula base lipstik menurut Harry (1982) ... 28

Tabel V. Formula hasil modifikasi ... 28

Tabel VI. Hasil pengukuran sifat fisik kekerasan lipstik ... 47

Tabel VII. Perhitungan nilai efek dalam menentukan kekerasan lipstik ... 48

Tabel VIII. Hasil perhitungan anova untuk respon kekerasan lipstik berdasarkan Design Expert ... 49

Tabel IX. Hasil pengukuran sifat fisik pergeseran kekerasan lipstik ... 52

Tabel X. Perhitungan nilai efek dalam menentukan pergeseran kekerasan lipstik ... 53

Tabel XI. Hasil perhitungan Anova untuk respon pergeseran kekerasan lipstik berdasarkan Design Expert ... 54

Tabel XII. Hasil pengukuran sifat fisik daya lekat lipstik ... 56

Tabel XIII. Perhitungan nilai efek dalam menentukan daya lekat lipstik ... 57

Tabel XIV. Hasil perhitungan Anova untuk respon daya lekat lipstik berdasarkan Design Expert ... 58

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. (a) Penampang melintang kulit (b) Penampang melintang

kulit bibir (Anonim d, 2009) ... 9

Gambar 2. Anatomi bibir (Anonim a, 2009) ... 9

Gambar 3. Struktur caprylic / capric triglyceride (Anonim c, 2009) ... 39

Gambar 4. Struktur phenyl trimethicone (Henning et al., 2004)... 42

Gambar 5. Struktur propil paraben (Anonim c, 2008) ... 43

Gambar 6. Grafik hubungan antara interaksi carnauba wax dengan beeswax level rendah dan level tinggi terhadap kekerasan lipstik ... 49

Gambar 7. Grafik hubungan antara interaksi beeswax dengan carnauba wax level rendah dan level tinggi terhadap kekerasan lipstik ... 50

Gambar 8. Countour plot kekerasan lipstik ... 51

Gambar 9. Profil periodik kekerasan (X) dari 4 replikasi selama penyimpanan 1 bulan ... 55

Gambar 10. Grafik hubungan antara interaksi carnauba wax dengan beeswax level rendah dan level tinggi terhadap pergeseran kekerasan lipstik ... 59

Gambar 11. Grafik hubungan antara interaksi beeswax dengan carnauba wax level rendah dan level tinggi terhadap pergeseran kekerasan lipstik ... 59

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Determinasi buah alpukat ... 68

Lampiran 2. Prosedur ekstraksi daging buah alpukat ... 69

Lampiran 3. Data ekstraksi daging buah alpukat ... 70

Lampiran 4. Keterangan melakukan ekstraksi daging buah alpukat ... 71

Lampiran 5. Perhitungan minyak buah alpukat ... 72

Lampiran 6. Notasi desain faktorial dan percobaan desain faktorial ... 73

Lampiran 7. Data hasil pengujian kekerasan lipstik ... 74

Lampiran 8. Data hasil pengujian pergeseran lipstik ... 75

Lampiran 9. Data hasil pengujian daya lekat lipstik ... 77

Lampiran 10. Grafik effects ... 78

Lampiran 11. Grafik normalitas ... 81

Lampiran 12. Uji ANOVA two ways dengan Design Expert 7.0.0 ... 84

(17)

INTISARI

Tujuan penelitian mengenai pengaruh komposisi beeswax dan carnauba wax sebagai basis terhadap kekerasan dan daya lekat sediaan lipstik dengan pelembab minyak alpukat adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi dari

beeswax dan carnauba wax pada sediaan lipstik minyak buah alpukat yang akan

menghasilkan respon sesuai dengan parameter.

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental, dimana penelitian dilakukan tanpa adanya kontrol atau pembanding. Penelitian ini menggunakan metode desain faktorial dua dengan faktor dan dua level. Sifat fisis lipstik yang diteliti meliputi kekerasan, daya lekat dan stabilitas fisis yang meliputi pergeseran kekerasan setelah penyimpanan satu bulan. Dalam menganalisa data yang diperoleh digunakan program Desain Expert 7.0.0, sedangkan tingkat kepercayaan yang digunakan untuk analisis statistik ini adalah 95%.

Penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi beeswax dan carnauba wax

memberikan pengaruh terhadap kekerasan dan daya lekat pada sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat, dimana carnauba wax mempunyai kontribusi yang besar dalam meningkatkan kekerasan dan daya lekat pada sediaan lipstik.

(18)

ABSTRACT

The purpose of the research about the composition effect of beeswax and carnauba wax as a base toward hardness and adhesiveness of moisturizing avocado oil lipstick is to find out the composition effect from beeswax and carnauba wax in to avocado oil lipstick which will result response due to the parameter.

This research is a quasi experimental research which the research is executed without any control and standard of comparison. This research it self uses factorial desogn method with two factors and two levels. Then the observed lipstick physical characteristic covers hardness, adhesiveness and physical stability which also includes the hardness shifting after being storaged for a month. To analyzed the data is by apllying the Desain Expert 7.0.0 program, then the level of trust to used is reading 95%.

This research shows that composition of beeswax and carnauba wax gives the influence toward hardness and adhesiveness of lipstick with avocado oil moisturizing where carnauba wax has high contribution in increasing hardness and adhesiveness of the lipstick.

(19)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penampilan yang sehat dan indah sangat didambakan oleh setiap wanita, terutama bagi mereka yang sering berhadapan dengan orang lain. Setiap wanita dimanapun berada mempunyai kecenderungan serupa, yaitu ingin terlihat cantik dan menyenangkan untuk dipandang, sehingga produk perawatan dan kosmetik merupakan kebutuhan yang mutlak bagi wanita. Salah satu penunjang penampilan tersebut adalah penggunaan sediaan kosmetik khususnya kosmetika perawatan dan dekoratif.

Lipstik merupakan pewarna bibir yang pada umumnya dikemas dalam bentuk batang (roll up) yang terdiri dari minyak, malam, lemak dan zat warna (Harry, 1982). Lipstik merupakan salah satu bentuk sediaan kosmetik yang memegang peranan penting dalam menunjang penampilan seseorang. Hal ini dikarenakan lipstik dapat digunakan untuk mewarnai dan membentuk bibir agar terlihat lebih artistik dan menarik, sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah.

(20)

tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak. Pada lapisan kulit bibir juga tidak terdapat folikel rambut. Hal ini menunjukkan bahwa bibir tidak memiliki lapisan perlindungan seperti kulit lainnya sehingga bibir menjadi sangat mudah sekali kehilangan kelembaban dan menjadi kering bahkan pecah-pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering. Akan tetapi bibir memiliki perlindungan alami berupa lapisan film berminyak yang sangat tipis yang dapat membuatnya tetap basah. Dalam beberapa kasus, lapisan film ini dapat hilang dan membuat bibir menjadi kering. Hanya air liur yang merupakan pembasah alami untuk bibir (Tranggono R. I. dan Latifah F., 2007).

Oleh karena itu, pada beberapa formula lipstik tertentu mempunyai bahan khusus yang dapat menjaga bibir agar tidak kering dan tidak kehilangan kelembaban, yaitu pelembab (moisturizer). Pada penelitian ini digunakan bahan pelembab yang berasal dari alam, misalnya minyak alpukat atau yang sering dikenal dengan nama avocado oil.

(21)

besar saat diaplikasikan pada kulit. Efek pelembab yang ditimbulkan dapat mengurangi adanya iritasi kulit dan kulit kering (Anonim a, 2008). Dengan digunakannya minyak alpukat sebagai pelembab alami, diharapkan dapat mengurangi permasalahan pada bibir dan memberikan hasil yang lebih aman apabila dibandingkan dengan penggunaan pelembab sintetik. Minyak buah alpukat dalam penelitian ini diperoleh melalui proses ekstraksi dari daging buah alpukat (Persea americana Mill.) dengan menggunakan pelarut n-hexane. Metode yang digunakan secara perkolasi.

Kualitas fisik sediaan lipstik merupakan faktor yang harus dipenuhi sebelum sediaan lipstik dipasarkan ke konsumen. Kualitas sediaan lipstik dipengaruhi oleh komposisi bahan – bahan yang digunakan. Malam (wax) merupakan bahan yang penting dalam menentukan sifat fisis sediaan lipstik. Wax

dalam sediaan lipstik berfungsi memberikan bentuk dan menjaga bentuk lipstik agar tetap dalam keadaan padat meskipun berada dalam temperature tinggi. Menurut Howard (1974), wax berperan untuk mendapatkan permukaan lipstik yang halus dan memberikan kekerasan pada sediaan. Komposisi campuran wax

merupakan hal yang sangat penting. Hasil formulasi yang baik ditentukan oleh penggunaan campuran wax yang mempunyai titik lebur yang berbeda.

(22)

formula lipstik yang hanya mengandung satu jenis wax dengan titik leleh yang tinggi dalam jumlah yang besar akan didapat hasil lipstik yang kurang baik. Lipstik yang dihasilkan cenderung rapuh dan hal ini akan berpengaruh terhadap sifat fisik yang akan dihasilkan serta acceptability dari konsumen. Oleh karena itu, diperlukan adanya kombinasi dengan wax lain supaya dapat menghasilkan sifat fisik lipstik yang baik. Beeswax merupakan jenis lilin yang baik untuk dikombinasikan dengan carnauba wax karena akan memberikan sifat yang lebih lembut. Di samping itu, beeswax juga memiliki aroma yang menyenangkan (Bodine, 2007). Beeswax juga mempunyai sifat retensi minyak yang baik dimana berperan sebagai pengikat untuk bergabung bersama komponen yang berbeda dalam formulasi dan dapat memperbaiki struktur lipstik. Peran kedua wax yang digunakan dalam formulasi sediaan lipstik ini bertujuan untuk memperoleh dan membentuk struktur atau badan lipstik. Badan lipstik yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap sifat fisik lipstik yang dihasilkan.

Seperti diketahui bahwa sediaan lipstik yang acceptable adalah sediaan lipstik yang memenuhi kualitas sifat fisik dan stabilitas sediaan, yaitu tidak terlalu keras ataupun tidak terlalu lunak, tidak mudah patah, dapat bertahan lama di bibir dan tetap stabil berada dalam bentuknya selama masa penyimpanan, distribusi hingga digunakan oleh konsumen. Oleh karena itu, digunakan kombinasi beeswax

dan carnauba wax sebagai basis lipstik supaya sediaan lipstik yang dihasilkan

(23)

konsumen, sedangkan daya lekat lipstik merupakan parameter yang menggambarkan waktu yang dibutuhkan lipstik untuk dapat melekat pada bibir. Lipstik yang dihasilkan selanjutnya dilakukan uji sifat fisik meliputi kekerasan dan daya lekat.

Rancangan percobaan yang dapat digunakan untuk menentukan komposisi beeswax dan carnauba wax, yaitu metode desain faktorial. Pada penelitian ini digunakan metode desain faktorial dengan dua faktor yaitu beeswax

dan carnauba wax, serta dua level yaitu level rendah dan level tinggi. Metode

desain faktorial ini berfungsi untuk menentukan komposisi beeswax dan carnauba

wax, menentukan efek yang dominan antara beeswax, carnauba wax serta interaksi keduanya dalam mempengaruhi respon yang diharapkan. Selain untuk menentukan efek yang dominan, metode ini juga dapat digunakan untuk memperoleh suatu sediaan dengan komposisi formula yang optimum.

(24)

1. Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh yang dihasilkan dari komposisi beeswax dan

carnauba wax terhadap kekerasan dan daya lekat pada sediaan lipstik dengan

pelembab minyak buah alpukat ?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian tentang optimasi komposisi beeswax dan carnauba wax sebagai basis terhadap kekerasan dan daya lekat sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat

(Persea americana Mill.) belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai perkembangan formulasi sediaan lipstik dengan komposisi basis beeswax dan carnaubawax.

b. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai penggunaan desain faktorial dalam mengamati pengaruh komposisi beeswax dan carnauba wax terhadap kekerasan dan daya lekat pada sediaan lipstik.

(25)

B. Tujuan Penelitian

Mengetahui pengaruh yang dihasilkan dari komposisi beeswax dan

carnauba wax terhadap kekerasan dan daya lekat pada sediaan lipstik dengan

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Bibir

Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri karena lapisan jangatnya sangat tipis. Stratum germinativum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat di bawah permukaan kulit. Pada kulit bibir tidak terdapat kelenjar keringat, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam terdapat kelenjar ludah, sehingga bibir akan nampak selalu basah. Sangat jarangnya kelenjar lemak yang terdapat pada bibir menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering, lapisan jangat akan cenderung mengering, pecah-pecah, dan memungkinkan zat yang melekat padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum (Depkes RI, 1985).

Karena ketipisan lapisan jangat, lebih menonjolnya stratum

germinativum, dan aliran darah lebih banyak mengalir di daerah permukaan kulit

(27)

Gambar 1. (a) Penampang melintang kulit (b) Penampang melintang kulit bibir (Anonim d, 2009)

Gambar 2. Anatomi bibir (Anonim a, 2009)

B. Lipstik 1. Definisi

(28)

2. Persyaratan lipstik

Sediaan lipstik yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :

a. Tidak mengandung zat warna beracun yang dapat menyebabkan iritasi atau kelainan dermatologis selama dan sesudah pemakaian.

b. Mempunyai penampilan yang menarik seperti permukaan yang halus dan warna yang menarik.

c. Tidak boleh memberikan rasa dan bau yang tidak enak.

d. Tidak boleh terlalu keras atau terlalu rapuh, serta mengeras dan melunak

h. Tidak menghalangi keluarnya keringat dari kulit bibir. (Balsam 1972 ; Harry,1982 ; Poucher, 1976)

3. Bahan pembawa lipstik

(29)

malam dalam suatu formula lipstik sangat menentukan kualitas dari sediaan lipstik yang dibuat. Beberapa contoh bahan pembawa sebagai berikut :

a. Lemak

Lemak merupakan suatu trigliserida ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Kebanyakan asam bentuknya merupakan asam lemak jenuh yang memiliki titik leleh tinggi, sehingga pada suhu kamar umumnya berbentuk padat. Beberapa contoh dari lemak adalah lemak coklat (cocoa butter) dan lanolin (Harry, 1982; Balsam, 1972).

b. Minyak

Seperti halnya lemak, minyak juga merupakan trigliserida suatu ester dari gliserol dengan asam lemak rantai panjang. Pada malam, asam lemaknya kebanyakan berupa asam lemak tak jenuh yang mempunyai titik leleh rendah. Hal ini menyebabkan minyak pada suhu kamar umumnya berbentuk cair. Salah satu minyak yang sering digunakan dalam formulasi lipstik adalah minyak jarak

(castor oil) yang berfungsi untuk melarutkan zat warna. Minyak jarak merupakan

minyak alami yang mempunyai viskositas tinggi (kental), sehingga dapat memperlambat pengendapan zat warna pada proses pencampuran dan juga dapat memberikan efek lunak serta mengkilat pada lipstik (Harry, 1982).

c. Malam

(30)

diperoleh dari tumbuh – tumbuhan, serangga, maupun mineral. Beberapa contoh malam adalah malam carnauba, malam candelila, beeswax (malam lebah),

ozokerit dan paraffin (Harry, 1982 ; Balsam, 1972).

4. Zat warna

Zat warna adalah senyawa kimia yang dapat memberikan warna pada benda lain. Zat warna dapat berasal dari tumbuh – tumbuhan, hewan, mineral atau dapat dibuat secara sintetik (Balsam, 1972). Warna merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan nilai jual suatu lipstik. Zat warna yang digunakan dalam pembuatan sediaan kosmetika khususnya sediaan lipstik harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, antara lain adalah :

a. Harus mudah larut dalam air atau dalam minyak. b. Tahan terhadap oksidasi atau reduksi.

c. Stabil terhadap cahaya selama waktu tetentu. d. Stabil pada daerah pH 2 – 9.

e. Tahan atau stabil terhadap suhu antara 10oC – 110oC. f. Dapat bercampur dengan zat-zat tambahan yang lain. g. Tidak mempunyai efek karsinogenik (Balsam, 1972).

Zat warna yang digunakan dalam sediaan kosmetika dapat diklarifikasikan menjadi tiga, yaitu zat warna alam, pigmen anorganik, dan zat warna sintetik :

a. Zat warna anorganik

(31)

sehingga warna pigmen dapat berubah. Contoh pigmen anorganik yang biasa digunakan dalam bidang kosmetika adalah red oclure, yellow oclure, green

oclure, besi oksida, titan dioksida (pigmen putih), dan ultramarine. Pigmen

anorganik tidak dapat larut dalam air maupun dalam pelarut organik (Mitsui, 1997).

b. Zat warna alam

Zat warna alam merupakan zat warna yang berasal dari tumbuhan, hewan ataupun mineral. Jika dibandingkan dengan zat warna sintetik, kebanyakan zat warna alam memiliki daya mewarnai yang lebih rendah dan memiliki warna yang kurang stabil. Oleh sebab itu, sebagian besar zat warna alam telah digantikan oleh zat warna sintetik, tetapi beberapa diantaranya masih digunakan karena merupakan zat warna yang aman secara dermatologis maupun farmakologis. Contoh zat warna alam yang sering digunakan diantaranya adalah karotenoid, bixin, alkanet, carthamin, dan cochineal.

c. Zat warna sintetik

(32)

menyebabkan bengkak – bengkak (Haynes A, 1994). Contoh zat warna sintetik adalah dye dan lakes.

1) Dye, merupakan zat warna yang dapat larut dalam air, minyak dan alkohol. Dye yang dapat larut dalam air memiliki gugus hidrofilik, yaitu gugus sulfonat dalam molekulnya dan biasanya digunakan sebagai pewarna untuk sediaan kosmetika seperti lotion, milky lotion, lipstik dan shampoo. Contoh dye

yang larut dalam air adalah eosin dan ponceau, sedangkan dye yang larut dalam minyak biasanya digunakan untuk minyak rambut dan lipstik. Contoh dye yang larut dalam minyak antara lain adalah tetraklorofluorosein, tetrabromofluorosein dan dibromofluorosein.

2) Lakes, merupakan zat warna yang dibuat dari reaksi garam logam dengan dye. Sebagai contoh misalnya Lithol rubine BCA yang terdiri atas garam kalsium dan Lithol rubine B, FD&C merah No. 3, dan D&C merah No. 21, serta D&C Merah No. 19 (Rhodamin) yang mengandung garam aluminium.

5. Bahan tambahan lipstik

(33)

menyebabkan iritasi pada kulit bibir yang peka, harus stabil, serta harus dapat bercampur baik dengan komponen lain penyusun sediaan lipstik.

a. Antioksidan

Antioksidan adalah zat yang berguna untuk menghindari adanya reaksi oksidasi dari castor oil, basis lemak atau bahan tak jenuh lainnya, sehingga akan mencegah terjadinya ketengikan pada sediaan. Antioksidan yang biasa dipakai adalah BHA (Butil Hidroksi Anisol), BHT (Butil Hidroksi Toluen), vitamin E, propil galat, dan asam sitrat. Penggunaan antioksidan diperlukan dalam jumlah kecil, biasanya 0,01 – 0,05% (Howard, 1974).

b. Pengawet

Karena lemak merupakan media yang baik dan mudah untuk ditumbuhi jamur, maka ke dalam sediaan lipstik yang hampir selalu mengandung lemak, harus ditambahkan suatu zat antijamur atau zat pengawet, seperti nipagin, nipasol, atau bronidoks dengan jumlah 0,05 – 0,20% (Howard, 1974).

c. Pewangi

(34)

rempah-rempah seperti mawar (oleum rosae), jeruk (oleum citri), cengkeh (oleum

caryophylli) dan lain sebagainya (Elsner, 2000 ; Balsam, 1972).

C. Tanaman Alpukat 1. Morfologi tanaman

Alpukat (Persea americana Mill.) berupa pohon tinggi ± 10 m. Batang berkayu, bulat, bercabang, coklat kotor. Alpukat mempunyai daun tunggal, bulat telur atau bentuk jorong, bertangkai, letak tersebar, ujung dan pangkal runcing, berbulu, mula-mula berambut pada kedua belah permukaan, lama-lama menjadi licin, panjang 10 – 20 cm, lebar 3 – 10cm, berwarna hijau, daun berdesakan di ujung ranting. Bunga alpukat merupakan bunga mejemuk, bentuk malai, berkelamin dua, tumbuh di ujung ranting. Jumlah benang sari dua belas, ruang kepala sari empat, berwarna putih kotor. Mahkota berambut, diameter 1 – 1,5 cm, berwarna putih kekuningan. Buah alpukat adalah buni, bulat telur, panjang 5 – 20 cm, lebar 5 cm sampai 10 cm, berbintik-bintik atau gudul, berwarna hijau atau kuning, keunguan, harum, daging buah jika sudah masak lunak. Biji alpukat berbentuk bulat, diameter 2,5 – 5 cm, keping biji putih kemerahan. Alpukat mempunyai akar tunggang, bulat, berwarna coklat (Depkes RI, 1978 dan Hutapea, 2001).

2. Kandungan kimia tanaman

(35)

Daging buah tanaman Persea americana Mill. biasanya digunakan untuk mengobati sariawan (Hutapea, 2001) dan untuk melembabkan kulit kering (Anonim, 2006).

3. Avocado oil

Minyak alpukat (avocado oil) sangat dihargai dalam bidang kosmetik untuk tingginya kandungan asam lemak, vitamin A, D dan E. Karena komposisi kimia yang dimilikinya, minyak alpukat sangat berguna untuk memelihara, meratakan epidermis dan mencegah terjadinya skin desquamation. Minyak alpukat mudah diserap oleh kulit, dimana hal ini membantu untuk mempertahankan fungsi sebagai barier yang dapat melembabkan kulit (Anonim a, 2007).

Kandungan utama minyak lemak yang terdapat dalam buah alpukat adalah asam oleat, asam palmitat dan asam linoleat. Asam oleat terkandung paling banyak dalam buah alpukat. Selain itu, sejumlah minyak lemak lain juga terkandung di dalamnya, antara lain : asam miristat, asam stearat, dan asam arakhidonat (Kadam and Salunkhe, 1995).

(36)

Penggolongan asam lemak menurut jumlah atom C ada tiga, yaitu asam lemak rantai pendek, asam lemak rantai sedang dan asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai pendek adalah asam lemak yang memiliki atom C sebanyak < 6. Asam lemak rantai sedang adalah asam lemak yang memiliki atom C sebanyak 6 – 12. Asam lemak rantai panjang adalah asam lemak yang memiliki atom C sebanyak ≥ 16. Dari Tabel I di atas dapat dilihat bahwa asam lemak yang terkandung di dalam buah alpukat merupakan asam lemak rantai panjang (Anonim b, 2009).

Asam lemak rantai panjang biasanya digunakan dalam formulasi sediaan obat topikal dan sediaan kosmetik. Asam lemak ini bertindak sebagai emollient

yang memberikan kelembaban, kelembutan (smoothness) dan fleksibilitas pada kulit. Asam lemak ini mempunyai keuntungan memperbaiki kulit, mempengaruhi permeabilitas kulit dan meningkatkan fungsi sebagai skin barrier. Salah satu contoh senyawa emollient yang biasa digunakan dalam kosmetik adalah asam stearat, asam linoleat, asam oleat, asam linolenat dan asam laurat (Kraft, J.N. and Lynde C.W., 2005).

D. Beeswax

Beeswax atau Cera alba berasal dari sarang lebah madu Apis melliferus

(37)

serta membuat lipstik tidak mengkilap. Beeswax sebaiknya digunakan pada konsentrasi antara 5-20 %. Beeswax larut dalam kloroform, eter, minyak, minyak menguap dan praktis tidak larut dalam air (Keithler, 1956).

Menurut Howard (1974), beeswax mengandung lebih kurang 70% ester terutama myristol palmitate. Di samping itu, juga mengandung asam bebas, hidrokarbon, ester, kolesterol dan zat warna. Pemerian : zat padat, coklat kekuningan, bau enak seperti madu, agak rapuh, jika dingin menjadi elastis, jika hangat dan keras patahannya buram dan berbutir-butir. Kelarutan : praktis tidak larut air, sukar larut dalam etanol, larut dalam kloroform, larut dalam éter hangat, larut dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri. Beeswax tidak hanya digunakan pada kosmetika bentuk cream dan lotion tetapi juga dalam bentuk padatan dan kosmetika batangan (lipstik), berguna untuk mendapatkan hasil titik leleh yang diharapkan dan efek penyusutan pada batang memungkinkan mudah terlepas dari cetakan. Malam ini berguna untuk mengikat minyak-minyak dan malam – malam dengan titik leleh yang lebih tinggi.

E. Carnauba Wax

Carnauba wax berasal dari daun Copernicia cerifera, berguna untuk

(38)

(kasar) sehingga lebih baik jika digunakan pada konsentrasi yang rendah, biasanya kurang dari 5 % (Keithler, 1956).

Menurut Depkes RI (1993), malam carnauba diperoleh dari daun

Copernicia cerifera Mart (Famili : Palmae). Berbentuk seperti serbuk agak kasar

atau serpihan, warna coklat muda hingga kuning pucat, tidak tengik. Sifatnya larut kloroform P dan Benzena P, tetapi tidak larut dalam air dan etanol 95%. Sifat fisiko kimia malam carnauba adalah : BJ = 0.99, titik leleh = 81-86oC, bilangan asam = 2-7, bilangan penyabunan = 80-95.

F. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan desain yang digunakan untuk mengevaluasi efek dari faktor yang dipelajari secara simultan dan efek yang relatif penting dapat dinilai. Dasar dari proses ini adalah untuk menguraikan efek dari beberapa faktor secara bersamaan, untuk menilai kepentingan relatif, dan untuk menentukan jika ada interaksi antara faktor (Armstrong, N.A., and James, K.C., 1996). Desain faktorial digunakan dalam penelitian dimana efek dari faktor atau kondisi yang berbeda dalam penelitian ingin diketahui (Bolton, 1997). Desain faktorial juga digunakan untuk mengenal adanya interaksi diantara faktor-faktor (Voigt, 1994).

(39)

James, K.C., 1996). Respon yang diukur harus dapat dikuantitatifkan (Bolton, 1997).

Penelitian desain faktorial yang paling sederhana adalah penelitian dengan dua faktor dan dua level (Armstrong, N.A., and James, K.C., 1996). Pada desain faktorial dua faktor dan dua level dihasilkan empat percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor.

Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level Formula Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - +

Formula 1 = Faktor A pada level rendah, faktor B pada level rendah. Formula a = Faktor A pada level tinggi, faktor B pada level rendah. Formula b = Faktor A pada level rendah, faktor B pada level tinggi. Formula ab = Faktor A pada level tinggi, faktor B pada level tinggi Rumusan yang berlaku :

y = b0 + b1.XA + b2.XB + b12.XA.XB……….. (1)

Y = respon hasil atau sifat yang diamati

XA, XB = level bagian A dan B, yang nilainya antara -1 sampai +1

b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari percobaan

b0 = rata-rata hasil semua percobaan

(40)

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor (Muth, 1999).

G. Landasan Teori

Sebagai upaya dalam menjaga bibir agar tidak kering dan tidak

kehilangan kelembaban, sediaan lipstik merupakan salah satu pilihan yang dapat digunakan untuk melindungi bibir dari pengaruh sinar matahari, angin, udara dingin, perubahan cuaca maupun kotoran udara.

Minyak buah alpukat (avocado oil) yang merupakan hasil ekstraksi daging buah alpukat (Persea americana Mill.) mempunyai banyak khasiat salah satunya adalah sebagai pelembab (moisturizer). Diharapkan dengan diformulasikannya avocado oil dalam lipstik dapat memberikan kelembaban yang lebih alami apabila dibandingkan dengan penggunaan pelembab sintetik.

Dalam penelitian ini dilakukan kombinasi komposisi beeswax dan

carnauba wax sebagai basis terhadap kekerasan dan daya lekat lipstik dengan

pelembab minyak buah alpukat. Kualitas fisik sediaan lipstik merupakan faktor yang harus dipenuhi sebelum sediaan lipstik dipasarkan ke konsumen. Wax

(41)

Beeswax merupakan lilin yang memiliki sifat retensi minyak baik sebagai pengikat, sehingga dapat meningkatkan tekstur saat digunakan dengan lilin yang lain dalam suatu formula, sedangkan carnauba wax merupakan jenis lilin yang bersifat keras dan cenderung sangat rapuh. Oleh karena itu, pada pemakaian

carnauba wax diperlukan adanya kombinasi dengan lilin jenis yang lain untuk

memperbaiki dan menutupi kekurangan dari sifat tersebut. Beeswax merupakan jenis lilin yang baik untuk dikombinasikan dengan carnauba wax karena akan memberikan sifat yang lebih lembut.

Dalam menentukan komposisi beeswax dan carnauba wax dapat digunakan metode desain faktorial. Metode desain faktorial dapat digunakan untuk menentukan efek yang dominan antara beeswax, carnauba wax dan interaksi keduanya dalam menentukan respon kekerasan dan daya lekat lipstik yang diharapkan.

H. Hipotesis

(42)

BAB III penelitian kuasi eksperimental, dimana penelitian dilakukan tanpa adanya kontrol atau pembanding.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi beeswax dan

carnauba wax sebagai basis dalam formula lipstik dengan pelembab minyak

alpukat, dinyatakan dengan level rendah dan level tinggi.

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisis (kekerasan dan daya lekat) dan stabilitas (pergeseran kekerasan lipstik setelah penyimpanan selama satu bulan) pada sediaan lipstik.

3. Variabel pengacau terkendali

(43)

4. Variabel pengacau tidak terkendali

Variabel pengacau tidak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan saat melakukan penelitian.

C. Definisi Operasional

1. Lipstik merupakan sediaan kosmetik berbentuk batang, biasanya merupakan campuran zat warna dalam minyak, lemak dan malam yang bertujuan untuk memberikan warna dan penampilan yang menarik pada bibir.

2. Minyak buah alpukat adalah merupakan filtrat kental dari hasil ekstraksi daging buah alpukat (Persea americana Mill.) yang diperoleh dengan cara perkolasi menggunakan pelarut n-hexan.

3. Faktor adalah besaran yang berpengaruh terhadap respon. Dalam penelitian ini menggunakan 2 faktor, yaitu beeswax dan carnauba wax.

4. Level adalah nilai atau tetapan untuk faktor. Dalam penelitian ini ada dua level yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah beeswax dinyatakan dalam jumlah sebanyak 2,9364 gram dan level tinggi sebanyak 3,4872 gram. Level rendah carnauba wax dinyatakan dalam jumlah sebanyak 2,5695 gram dan level tinggi sebanyak 3,8541 gram.

5. Beeswax adalah lilin yang diperoleh dari sarang lebah madu Apis mellifera.

(44)

6. Carnauba wax merupakan lilin yang bersifat sangat keras, berasal dari daun pohon kelapa Copernicia prunifera cerifera, sehingga penggunaan pada persentase yang kecil dapat meningkatkan titk lebur dan kekerasan.

7. Respon adalah besaran yang akan diamati perubahan efeknya, besarnya dapat dikuantitatifkan. Dalam penelitian ini adalah hasil percobaan sifat fisik lipstik (kekerasan dan daya lekat) dan stabilitas sediaan lipstik (pergeseran kekerasan).

8. Uji kekerasan adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui ketahanan lipstik terhadap tekanan terutama pada saat penyimpanan dan distribusi.

9. Uji daya lekat adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan suatu lipstik dapat melekat pada bibir.

10.Sifat fisik dan stabilitas lipstik adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas fisik lipstik. Dalam penelitian ini sifat fisik sediaan lipstik meliputi kekerasan dan daya lekat, stabilitas sediaan lipstik meliputi pergeseran kekerasan lipstik setelah penyimpanan selama satu bulan.

11.Efek adalah perubahan yang disebabkan variasi faktor dan level.

12.Desain faktorial adalah metode penelitian yang memungkinkan untuk evaluasi efek dari dua faktor, yaitu beeswax dan carnauba wax dan dua level, yaitu level rendah dan level tinggi.

13.Contour plot adalah grafik yang digunakan untuk memprediksi area optimum

(45)

D. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi : seperangkat alat gelas Pyrex-Germany, almari pengering, alat penyerbuk Philips Cucina, perkolator,

vacuum rotary evaporator, neraca Mettler-Toledo GB3002, neraca analitik

Mettler-Todelo AB204, hot plate Alkamaar, waterbath Gerhardt, kulkas Sanken, cetakan lipstik, alat uji kekerasan lipstik, dan alat uji daya lekat lipstik.

Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi : buah alpukat (Persea

americana Mill.), n-hexane, beeswax, carnauba wax, white petroleum jelly,

technical white oil, talc, crodamol GTCC, castor oil, DC 556, minyak buah

alpukat, pigmen Tio 2 Kemira, pigmen red, pigmen black, pigmen yellow, pigmen pearlize putih, pigmen pearlize merah.

E. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan lipstik

a. Formula lipstik dari Pabrik M

Tabel III. Formula lipstik dari Pabrik M

(46)

b. Formula base lipstik menurut Harry (1982)

Tabel IV. Formula base lipstik menurut Harry (1982)

No Bahan Jumlah

Minyak Buah Alpukat 0,3059 0,3059 0,3059 0,3059

Pigmen Tio 2. Kemira 0,1 0,1 0,1 0,1

Pigmen Red 0,1 0,1 0,1 0,1

Propil Paraben 0,0118 0,0118 0,0118 0,0118

TOTAL 8,5648 8,3812 8,1366 7,9530

Keterangan :

(47)

d. Cara pembuatan

Masing-masing bahan ditimbang secara hati-hati sesuai dengan berat yang diinginkan. Base lipstik dipanaskan pada hotplate dengan suhu 65oC-85oC hingga melebur dengan sempurna, dengan urutan pencampuran : carnauba wax, beeswax, whitepetroleum jelly, technical

white oil. Ditambahkan crodamol GTCC dan setengah bagian castor oil

dari jumlah keseluruhan, kemudian diaduk hingga homogen. Proses tersebut mengahasilkan fase A.

Dibuat campuran warna dengan menimbang semua pigmen,

kemudian dicampur dengan sisa castoroil dan talc, digerus dalam mortir hingga benar-benar homogen dan tidak ada warna dalam bentuk serbuk atau sampai semua larut homogen. Proses tersebut menghasilkan fase B.

(48)

2. Uji kekerasan lipstik

Disiapkan seperangkat alat uji kekerasan lipstik dan stopwatch. Dalam pengujian kekerasan menggunakan lipstik dengan ukuran dan berat yang sama. Lipstik diposisikan pada alat (bagian ujung menghadap ke bawah), kemudian dilepaskan pengganjal pada alat, bersamaan dengan pencatat waktu (alat tanpa ditambah beban = beban 600 g). Apabila setelah 1 menit lipstik belum hancur, ditambahkan beban 200 g pada alat. Dengan selang waktu 1 menit, apabila lipstik belum hancur, ditambahkan lagi beban 200 g pada alat, hingga total beban 1400 g atau hingga lipstik hancur. Apabila lipstik belum hancur pada beban 1400 g, diamkan dan catat waktu hingga lipstik hancur. Pencatatan waktu dan total beban yang digunakan dihentikan saat lipstik hancur. Pengujian ini dilakukan selama penyimpanan pada hari ke 2, 7, 14, 21 dan 30 (Voigt, 1994).

3. Uji daya lekat lipstik

Pengujian daya lekat sediaan lipstik dilakukan dengan menyiapkan seperangkat alat uji daya lekat lipstik, objectglass, anak timbangan 1000 g dan 80 g, serta stopwatch. Pertama-tama, 0,03 g lipstik dioleskan pada objectglass yang telah ditentukan luasnya, kemudian objectglass lain di letakkan di atas olesan lipstik tersebut dan diberikan tekanan dengan beban 1000 g selama 1 menit. Objek

glass dipasang pada alat uji dan dilepaskan beban seberat 80 g. Pencatatan waktu

(49)

F. Analisis Hasil

Dalam penelitian ini digunakan rancangan percobaan desain faktorial. Hasil pengamatan yang diperoleh diolah dengan menggunakan program Desain Expert versi 7.0.0. Dalam analisis statistik digunakan tingkat kepercayaan 95%. Apabila nilai p < 0,05 maka model persamaan yang digunakan signifikan dan persamaan dapat dilanjutkan untuk melihat pengaruh antara komposisi beeswax

dan carnauba wax serta interaksi beeswax dan carnauba wax terhadap kekerasan

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Minyak Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Buah alpukat yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari Desa Putat, Kecamatan Patuk, Gunung Kidul. Bagian buah alpukat yang digunakan adalah daging buah alpukat. Determinasi tanaman alpukat dilakukan di bagian Herbarium, Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman alpukat yang digunakan adalah Persea americana Mill. Pembuatan minyak buah alpukat dilakukan oleh Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

(51)

Metode yang digunakan dalam pembuatan minyak buah alpukat adalah perkolasi. Dipilih metode perkolasi karena metode ini mempunyai keuntungan dimana adanya aliran cairan penyari menyebabkan pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi yang memungkinkan proses penyarian lebih sempurna (Rachmawati, 2009). Prinsip metode perkolasi yaitu proses penyarian dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh (Rachmawati, 2009). Selanjutnya, serbuk daging buah buah alpukat dimasukkan dalam alat perkolator dan dialiri pelarut organik heksan tetes demi tetes hingga di dapatkan filtrat jernih.

Pada penelitian kali ini, pelarut yang digunakan adalah n-hexane. Heksana adalah senyawa hidrokarbon golongan alkana dengan rumus C6H14

(52)

hidrofilik ataupun air sehingga minyak atau lemak yang didapat dan terlarut pada n-hexane dapat dipisahkan dari unsur hidrofilik lainnya.

Hasil filtrat yang diperoleh selanjutnya diuapkan dengan vacuum rotary

evaporator dan pada pemanas waterbath pada suhu 55oC, hingga diperoleh

ekstrak kental. Tujuan penguapan ini adalah untuk menghilangkan pelarut hexan, supaya minyak lemak yang terekstraksi benar-benar murni. Filtrat kental yang telah diperoleh, dituang dalam cawan porselen dan dikeringkan pada suhu 55oC untuk menghilangkan sisa hexan, hingga di dapatkan filtrat kental daging buah alpukat. Dari hasil percobaan menghasilkan filtrat kental buah alpukat sebesar 103,91 gram. Pada formulasi, tiap lipstik mengandung minyak buah alpukat sebanyak 152,95 mg.

(53)

B. Formulasi Sediaan Lipstik

Sediaan yang dibuat dalam penelitian ini adalah sediaan lipstik yang bertujuan untuk mewarnai dan membentuk bibir agar lebih artistik dan menarik, sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Selain sebagai pewarna bibir, lipstik dapat berfungsi sebagai pelembab atau pelindung bibir dan sebagai perawatan untuk mengurangi kerutan pada bibir.

Pada pembuatan lipstik ini ditambahkan minyak buah alpukat sebagai pelembab bibir. Minyak buah alpukat menjadi pilihan karena berdasarkan penelitian Yohana, dkk (2004) ekstrak buah alpukat (Persea americana Mill.) mempunyai aktivitas untuk melembabkan, dan menghaluskan kulit kering, serta aman untuk digunakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menghasilkan sediaan lipstik dengan pelembab minyak buah alpukat yang

acceptable.

Penambahan minyak buah alpukat di dalam formulasi lipstik berfungsi sebagai emollient. Emollient merupakan suatu agen yang berfungsi mengurangi kehilangan air dari lapisan kulit luar (epidermis), menutupnya dengan lapisan pelindung atau juga yang dikenal sebagai pelembab. Minyak alpukat yang digunakan dapat berfungsi sebagai pelembab bibir. Mekanismenya sebagai berikut : ketika lipstik yang mengandung pelembab minyak buah alpukat dioleskan pada bibir, maka akan terbentuk suatu lapisan film tipis di bibir. Lapisan film berminyak yang terbentuk dari minyak alpukat ini bertindak sebagai

barrier untuk memperlambat proses penguapan kandungan air di dalam stratum

(54)

membantu mencegah hidrasi kulit dengan cara mengoklusi permukaan kulit dan menahan air di stratum corneum. Adanya barrier ini membuat kandungan air pada stratum corneum tetap terjaga dan mempertahankan kelembaban sehingga kulit bibir menjadi lembab dan terlihat lembut.

Formula yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari formula lipstik Pabrik “M” dengan formula base lipstik menurut Harry (1982). Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan lipstik ini meliputi carnauba wax,

beeswax, white petroleum jelly, technical white oil, talc, crodamol GTCC, castor

oil, DC 556, minyak buah alpukat, pigmen dan propil paraben.

Pembuatan lipstik diawali dengan menimbang bahan-bahan yang diperlukan dalam formulasi lipstik. Pertama-tama memanaskan cawan porselen di atas hotplate hingga sesuai dengan titik leleh carnauba wax antara suhu 81oC – 86oC, kemudian memanaskan basis lipstik dengan urutan pencampuran, yaitu

carnauba wax, beeswax, whitepetroleum jelly dan technicalwhite oil.

Lipstik merupakan kosmetik yang basis dasarnya lemak dan minyak sehingga bahan – bahan yang akan ditambahkan pada pembuatan lipstik harus dapat larut dalam dengan baik dalam basis tersebut (Imron, 1985). Basis lipstik merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan kualitas sediaan lipstik yang akan diformulasikan. Basis lipstik merupakan formulasi dari bahan-bahan yang mempunyai titik leleh yang berbeda-beda (Wilkinson and Moore, 1982). Basis yang digunakan dalam penelitian ini adalah carnauba wax , beeswax, white

petroleum jelly, dan technical white oil. Basis ini digunakan untuk membentuk

(55)

Wax digunakan untuk mendapatkan permukaan lipstik yang halus dan kekerasan sediaan. Komposisi campuran wax merupakan hal yang sangat penting. Hasil formulasi yang baik ditentukan oleh penggunaan campuran wax yang mempunyai titik lebur yang berbeda. Formula lipstik yang hanya mengandung satu jenis wax dengan titik leleh yang tinggi dalam jumlah yang besar akan diperoleh hasil lipstik yang cenderung rapuh. Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis melakukan kombinasi wax dalam pembuatan lipstik. Kombinasi wax yang dilakukan yaitu beeswax dan carnauba wax. Tujuan pengkombinasian wax

tersebut untuk memperoleh struktur badan lipstik yang nantinya ketika diuji kekerasan dan daya lekatnya akan menghasilkan lipstik sesuai parameter yang dikehendaki.

Carnauba wax merupakan wax tumbuh-tumbuhan yang bersal dari pohon

carnauba di Brazil, malam ini mempunyai titik leleh berkisar antara 81 – 86oC. Sedangkan beeswax merupakan malam diperoleh dari sarang lebah Apis mellifera

Linne. Malam lebah mempunyai titik leleh yang lebih rendah, yaitu 62 – 64oC

(Departemen Kesehatan RI, 1985). Kedua malam ini berguna untuk meningkatkan titik leleh lipstik dan membentuk struktur lipstik dan menguatkan lipstik agar tetap elastic dan tidak rapuh (Ketaren, 1986).

Carnauba wax merupakan jenis wax yang bersifat keras, mempunyai titik

(56)

yang baik untuk dikombinasikan dengan carnauba wax karena akan memberikan sifat yang lebih lembut. Di samping itu, beeswax juga memiliki aroma yang menyenangkan.

Beeswax mempunyai sifat sebagai pengikat yang baik, dimana membantu

untuk menghasilkan massa homogen. Beeswax mempunyai sifat retensi minyak yang baik dimana berperan sebagai pengikat untuk bergabung bersama komponen yang berbeda dalam formulasi, dapat memperbaiki struktur lipstik. Peran sebagai pengikat yang baik dapat membantu untuk menghasilkan massa yang homogen. Selain itu, beeswax juga memiliki kompatibilitas yang sangat baik dengan pigmen (pewarna) dan sifat adhesi dengan kulit (Behrer, 1999). Diharapkan kelebihan yang dimiliki beeswax dapat menutupi kekurangan yang dimiliki oleh carnauba

wax, sehingga dengan dikombinasikannya carnauba wax dan beeswax dapat menghasilkan sifat fisik lipstik yang memenuhi parameter yang dikehendaki.

Basis white petroleum jelly (vaselin album) yang digunakan dalam formula berfungsi untuk mengatur konsistensi dari lipstik, dimana berperan sebagai lubricant dan dapat meningkatkan sifat penyebaran. Di samping itu, vaselin berfungsi sebagai emollient dimana memberikan efek kelembutan.

Technical white oil (paraffin liquid) dalam formula berperan sebagai

basis lipstik dimana akan memberikan penampilan fisik pada lipstik yang berkilau

(shinny) dan mengkilap (glossy) setelah diaplikasikan.

Pada saat memanaskan carnauba wax ataupun beeswax jangan terlalu dilakukan pengadukan yang sering karena akan banyak mengurangi massa wax

(57)

dengan sempurna baru dilakukan pengadukan untuk menghomogenkan campuran. Setelah homogen, kemudian ditambahkan crodamol GTCC dan setengah bagian

castoroil secara berurutan hingga semua terlarut.

Caprylic / capric triglyceride (crodamol GTCC) merupakan suatu

pembawa yang stabil terhadap oksidasi. Crodamol GTCC mempunyai sifat sebagai pelarut yang baik (Zachar, 2010). Penambahan caprylic capric

triglyceride dapat menghasilkan batang lipstik yang glossy dan menghasilkan

lapisan film ketika diaplikasikan. Selain itu berfungsi sebagai agen emollient dan membantu dalam pembasahan pigmen. Caprylic / capric triglyceride dalam bekerja sebagai agen emollient dengan menembus permukaan kulit atau rambut dan membentuk barier, sedangkan sebagai agen pendispersi (dispersing agent) dapat membantu meningkatkan penghantaran dari vitamin, pigmen dan zat aktif lain yang terkandung dalam suatu larutan sehingga menjadi tersebar rata dan sepenuhnya diserap oleh epidermis (Anonim b, 2008).

Gambar 3. Struktur caprylic / capric triglyceride (Anonim c, 2009)

Castor oil (minyak jarak) merupakan minyak yang diperoleh dari

(58)

Castor oil yang digunakan dalam formula ini berfungsi untuk melarutkan zat warna. Minyak jarak merupakan minyak alam yang mempunyai viskositas tinggi (kental), sehingga dapat memperlambat pengendapan zat warna pada proses pencampuran dan dapat memberikan efek lunak serta mengkilat pada lipstik (Harry, 1982). Penggunaan minyak jarak dalam jumlah besar menyebabkan pemakaian terasa kesat dan tidak enak (Rossalia, 1999).

Proses selanjutnya membuat campuran warna yaitu melarutkan pigmen warna dan talc dalam setengah bagian castor oil, hingga semua larut dan tidak ada butiran-butiran pasir. Sebaiknya penyiapan campuran warna dilakukan pada saat sambil menunggu cawan porselen dipanaskan, karena dalam pencampurannya membutuhkan waktu agak lama supaya pigmen dan talc dapat benar-benar larut dalam castor oil. Sehingga diharapkan setelah penambahan crodamol dan setengah bagian castor oil homogen, campuran warna dapat segera mungkin dilarutkan ke dalam campuran sebelumnya. Perlu dilakukan pembuatan campuran warna secara terpisah bertujuan untuk menjaga homogenitas dari pigmen supaya semua campuran terbasahi oleh pigmen yang terlarut dalam castor oil. Selain itu, dikhawatirkan apabila langsung dimasukkan ke dalam campuran, pigmen tidak larut dan beberapa ada yang mengendap dan menggumpal menjadi butiran butiran pasir.

(59)

Apabila campuran warna benar-benar sudah tercampur, ditambahkan minyak alpukat, DC 556, dan propil paraben secara berurutan, kemudian diaduk hingga homogen. Pada pencampuran crodamol GTCC hingga propil paraben, pemanasan dijaga pada suhu 80oC – 100oC. Setelah semua tercampur dengan homogen, campuran dituang ke dalam cetakan lipstik yang sudah diolesi parafin cair (dalam keadaan panas) lalu dibiarkan hingga dingin dan memadat pada suhu ruangan. Pengolesan paraffin cair bertujuan untuk mempermudah lipstik saat akan dikeluarkan dari cetakan. Sedangkan pemanasan cetakan bertujuan untuk mengkondisikan supaya saat campuran dituangkan ke dalam cetakan tidak mengalami perbedaan suhu yang terlalu tinggi. Ada baiknya setelah campuran lipstik benar benar homogen, segera dituangkan ke dalam cetakan untuk menghindari terjadinya pemadatan massa kembali. Kemudian lipstik disimpan dalam kulkas selama 24 jam, dilakukan pendinginan suhu ruangan selama 24 jam dan dilakukan pengujian sifat fisik lipstik, yaitu : pengujian kekerasan dan daya lekat.

Phenyl trimethicone (DC 556) meerupakan turunan dari silica atu silicon

yang sering digunakan dalam produk perawatan dan kosmetik. Sebagai agen

emollient, phenyl trimethicone memperlambat hilangnya air dari kulit dengan

membentuk penghalang di permukaan kulit (Erin, 2009). Di samping sebagai agen

emollient, penggunaan phenyl trimethicone (DC 556) bertujuan untuk

(60)

Gambar 4. Struktur phenyl trimethicone (Henning et al., 2004)

Minyak nabati seperti minyak buah alpukat (Persea americana Mill) dapat digunakan sebagai pelembut kulit oleh karena buah alpukat mengandung

vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, protein dan mineral yang dibutuhkan kulit sebagai nutrisi (Jellinek, 1970). Kandungan buah alpukat merupakan suatu vitamin yang larut dalam minyak lemak dan dapat digunakan untuk regenerasi sel, sehingga dapat melembutkan kulit. Diharapkan dengan tercukupinya kebutuhan kulit akan nutrisi tersebut dapat terbentuk suatu proteksi tersendiri bagi kulit. Dengan demikian, kesehatan kulit akan tetap terjaga (Soedibyo, 1998).

(61)

Vitamin E dan C yang terkandung di dalam minyak lemak hasil ekstraksi daging buah alpukat dapat berfungsi sebagai antioksidan. Menurut Djajadisastra (2010), antioksidan yang sering digunakan dalam kosmetik adalah vitamin E dan vitamin C, dimana kombinasi kedua vitamin tersebut akan bekerja sinergis sebagai antioksidan. Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam minyak yang selain sebagai antioksidan berfungsi memelihara stabilitas jaringan ikat di dalam sel, UV-protection, antiinflamasi, pelembab, dan microcirculator. Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu jenis vitamin yang larut dalam air yang selain sebagai antioksidan berfungsi sebagai pelembab dan menghambat pembentukan melanin.

Propil paraben berfungsi sebagai pengawet yang bertujuan untuk mengawetkan minyak dan lemak yang digunakan dalam formulasi agar tidak berbau tengik karena peristiwa hidrolisis dan oksidasi. Rumus molekul proipil paraben adalah C10H12O3. Propil paraben dipilih karena lebih mudah bereaksi

(titik leleh = 95-98oC) dibandingkan dengan metil paraben (titik leleh = 125-128oC) (Departemen Kesehatan RI, 1985). Menurut Salunkhe et al. (1996), propil paraben mempunyai efek sinergis dengan vitamin E yang lebih besar dibandingkan dengan metil paraben

Gambar 5. Struktur propil paraben (Anonim c, 2008)

(62)

level rendah dan level tinggi masing-masing faktor. Pada faktor carnauba wax

dipilih 2,5695 gram untuk level rendah dan 3,8541 gram untuk level tinggi. Sedangkan pada faktor beeswax dipilih 2,9364 gram untuk level rendah dan 3,4872 gram untuk level tinggi. Pemilihan level rendah dan level tinggi pada masing-masing faktor didasarkan pada orientasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian dimana diperoleh hasil pengujian sifat fisik lipstik seperti yang dikehendaki.

C. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan Lipstik

Suatu sediaan harus melalui uji kontrol kualitas sebelum dipasarkan untuk melihat apakah sediaan tersebut memiliki sifat fisik yang baik. Kualitas dari suatu sediaan dapat dilihat dari sifat fisik dan stabilitas sediaan tersebut. Sifat fisik yang dievaluasi dalam penelitian ini yaitu kekerasan dan daya lekat, sedangkan parameter stabilitas dilihat dari pergeseran kekerasan setelah penyimpanan selama satu bulan.

Menurut Schueller and Romanovsky (1993), uji stabilitas adalah suatu jalan untuk melihat karakteristik produk dengan cara mengevaluasi ketahanan karakteristik fisik dan kimia produk di bawah kondisi tertentu. Produk yang stabil adalah produk yang secara nyata tidak berubah terhadap waktu.

(63)

dibuat. Semakin kecil persen pergeseran kekerasan maka semakin stabil sediaan tersebut.

Uji sifat fisik dan stabilitas sediaan lipstik dilakukan untuk memastikan lipstik yang dibuat sudah memenuhi persyaratan sediaan lipstik yang baik sehingga dapat diterima penggunaannya oleh masyarakat luas.

Penelitian ini menggunakan model desain faktorial dua faktor, yaitu faktor carnauba wax dan faktor beeswax pada dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Desain formula pada rancangan desain faktorial, memiliki bobot bahan-bahan yang sama kecuali bobot faktor yang diteliti, sehingga bobot total tiap formula berbeda. Hal ini bertujuan untuk menjamin perbedaan respon yang muncul hanya dikarenakan perbedaan komposisi kedua faktor dalam level tinggi maupun rendah.

Data sifat fisis sediaan lipstikyang diolah menggunakan program Design

expert 7.0.0, akan menghasilkan efek beeswax, carnauba wax, dan interaksinya

dalam menentukan sifat fisis dan stabilitas sediaan lipstikserta persamaan desain faktorial untuk tiap-tiap respon. Signifikansi faktor dianalisis menggunakan uji statistik ANOVA, dengan tingkat signifikansi p <0,05.

Persamaan desain faktorial dapat digunakan untuk memprediksikan respon dengan memasukkan faktor ke dalam persamaan apabila persamaan tersebut signifikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji statistik untuk mengetahui signifikansinya.

(64)

dapat dilihat pengaruh carnauba wax dan beeswax yang tiap level jumlahnya berbeda terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan lipstik yang diteliti. Nilai efek yang paling besar menunjukkan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap respon, demikian pula sebaliknya. Besarnya nilai efek dilihat sebagai harga mutlak, dimana tanda positif negatif menunjukkan pengaruh faktor terhadap respon. Apabila efek faktor terhadap respon bernilai positif berarti bahwa faktor dapat meningkatkan respon, sedangkan apabila efek faktor terhadap respon bernilai negatif berarti bahwa faktor dapat menurunkan respon.

Dari hasil pengukuran sifat fisik lipstik yang meliputi kekerasan, pergeseran kekerasan dan daya lekat dapat dibuat contour plot. Contour plot

dibuat berdasarkan perhitungan persamaan desain faktorial. Dari contour plot

masing-masing uji tersebut menunjukkan bahwa area yang diperoleh adalah area dimana komposisi beeswax dan carnauba wax yang dapat memberikan respon yang optimal berdasarkan level yang diteliti.

1. Kekerasan lipstik

Uji kekerasan dilakukan dengan mengukur waktu yang diperlukan suatu lipstik untuk hancur terhadap beban yang diberikan, dinyatakan dalam satuan detik. Kekerasan lipstik merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan sediaan lipstik dalam melawan goncangan dan tekanan mekanis selama proses pabrikasi sampai digunakan oleh konsumen.

(65)

digunakan oleh konsumen. Lipstik dengan kekerasan yang optimal diperlukan untuk mencegah kerusakan fisik selama transportasi dan penyimpanan.

Di samping itu, nilai kekerasan lipstik mengindikasikan kemudahan pengolesan dan lapisan yang tertinggal pada bibir. Apabila lipstik terlalu keras, maka pengolesan akan lebih sulit dan lapisan yang tertinggal sedikit. Sebaliknya apabila lipstik terlalu lunak, maka lipstik akan mudah patah dan kehilangan bentuk serta lapisan yang tertinggal di bibir terlalu banyak. Lipstik yang mempunyai struktur halus akan mudah dioleskan dengan sedikit tekanan saja dan meninggalkan lapisan yang cukup pada bibir. Lipstik yang mempunyai struktur halus dan titik leleh yang tinggi akan memberikan karakteristik penggunaan yang baik (good application characteristic) (Balsam et al., 1972).

Berdasarkan pengujian terhadap lipstik yang sudah beredar di masyarakat, lipstik tersebut mempunyai kisaran kekerasan antara 180 detik hingga 420 detik. Hasil pengukuran sifat fisik kekerasan sediaan lipstik sebagai berikut :

Tabel VI. Hasil pengukuran sifat fisik kekerasan lipstik Formula Rata - rata kekerasan (detik)

(66)

Berdasarkan perhitungan desain faktorial didapatkan nilai efek dari faktor carnauba wax, beeswax dan interaksi antara carnauba wax dengan beeswax

terhadap respon kekerasan lipstik terdapat pada tabel berikut :

Tabel VII. Perhitungan nilai efek dalam menentukan kekerasan lipstik Faktor Nilai efek % Kontribusi

Carnauba Wax 216,75 79,06 Beeswax | -83,00 | 11,59

Interaksi | -57,75| 5,61

Berdasarkan Tabel VII perhitungan nilai efek, carnauba wax mempunyai kontibusi yang besar dalam menentukan respon kekerasan dibandingkan beeswax

ataupun interaksi antara carnauba wax dan beeswax, ditunjukkan dengan besarnya

persentase kontribusi sebanyak 79,06 %. Efek carnauba wax bernilai positif, hal ini berarti penggunaan carnauba wax akan meningkatkan respon kekerasan lipstik. Sehingga semakin banyak penggunaan carnauba wax, maka respon kekerasan lipstik akan semakin meningkat. Efek beeswax dan interaksi bernilai negatif, hal ini berarti adanya penggunaan beeswax dan adanya interaksi kedua faktor akan menurunkan respon kekerasan sediaan lipstik.

Dari hasil statistik uji ANOVA untuk respon kekerasan lipstik berdasarkan

design expert (Tabel VIII) memperlihatkan bahwa nilai probabilitas model < 0,05,

yaitu 0,0001 sehingga model yang digunakan signifikan dalam menentukan respon kekerasan sediaan lipstik yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa

(67)

Tabel VIII. Hasil perhitungan Anova untuk respon kekerasan lipstik berdasarkan

Design Expert

Persamaan desain faktorial untuk kekerasan lipstik adalah Y= -1506,34298 + 693,01601A + 373,59654B – 163,23758AB(A = carnauba wax ; B

= beeswax, dan AB = interaksi carnauba wax dengan beeswax). Berdasarkan data

analisis statistik yang signifikan selanjutnya dibuat plot grafik hubungan antara faktor dengan respon yang diteliti menggunakan software Design Expert 7.0.0.

Gambar 6. Grafik hubungan antara interaksi carnauba wax dengan beeswax

(68)

Dari Gambar 6 di atas, memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah carnauba

wax yang ditambahkan pada level rendah maupun level tinggi beeswax, akan

memberikan peningkatan terhadap respon kekerasan sediaan lipstik.

Gambar 7. Grafik hubungan antara interaksi beeswax dengan carnauba wax

level rendah dan level tinggi terhadap kekerasan lipstik

Dari Gambar 7 di atas, memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah

beeswax yang ditambahkan pada level rendah maupun level tinggi carnauba wax,

akan memberikan penurunan terhadap respon kekerasan sediaan lipstik.

Gambar

Gambar 1. (a) Penampang melintang kulit (b) Penampang melintang kulit bibir
Tabel I. Jenis asam lemak yang terkandung dalam buah alpukat
Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua faktor dan dua level
Tabel III. Formula lipstik dari Pabrik M
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Komunikasi dan Informatika menggunakan elemen tersebut sebelum Aplikasi Taprose diluncurkan untuk masyarakat umum di kabupaten Tuban.. Dan

Pada titik ini dapat dilihat bahwa selera sebagai prinsip pembedaan yang memisahkan sekaligus menyatukan agen-agen sosial ke dalam tatanan simbolik kelas tidak lain merupakan

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian dan hasil penelitian tentang kontribusi kekuatan otot lengan terhadap ketepatan tembakan 3 poin pada tim basket putra

pemilihan parameter suhu dan amonia dimana jika nilai amonia tinggi yang dideteksi oleh sensor yang sudah dikalibrasi, dengan konsep logaritmik sesuai datasheet

Dari hasil analisis terlihat bahwa bahan organik eceng gondok, melalui teknologi pengomposan dapat menghasilkan media tumbuh dengan kandungan hara yang tersedia bagi tanaman

Diagnosis glomerulonefritis akut pascastreptokok perlu dicurigai pada pasien dengan gejalan klinis berupa hematuria nyata yang timbul mendadak, sembab dan gagal ginjal akut setelah

Area permainan dibagi 3 yaitu X1, X2, dan X3 dimana ketiga area tersebut memiliki sudut arah penembakan tersendiri sesuai dengan posisi player, ilustrasi

Pada penelitian ini akan menggunakan dua model untuk mendapatkan hasil ramalan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang lebih baik, yaitu dengan metode laju