EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PENGOBATAN PASIEN STROKE ISKEMIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT
PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE JULI 2007-JUNI 2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Maria Corazon Sonia Mbembu NIM: 058114065
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PENGOBATAN PASIEN
STROKE ISKEMIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE JULI 2007-JUNI 2008
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Maria Corazon Sonia Mbembu NIM: 058114065
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iii
Persetujuan Skripsi
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PENGOBATAN PASIEN
STROKE ISKEMIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE JULI 2007-JUNI 2008
Oleh :
Maria Corazon Sonia Mbembu NIM: 058114065
Skripsi ini telah disetujui oleh: Pembimbing I
dr. Fenty, M.Kes., SpPK Tanggal : 22 Agustus 2009 Pembimbing II
iv
Pengesahan Skripsi Berjudul
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PENGOBATAN PASIEN
STROKE ISKEMIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE JULI 2007-JUNI 2008
Oleh :
Maria Corazon Sonia Mbembu NIM : 058114065
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma pada tanggal : 13 Agustus 2009
Mengetahui
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
Rita Suhadi, M.Si., Apt. Pembimbing I:
dr. Fenty, MKes., Sp.PK ...
Pembimbing II
M. Wisnu Donowati, M.Si., Apt. ... Panitia Penguji :
v
Kupersembahkan Skripsiku untuk:
Tuhan Yesus dan Bunda Maria
Bapak Piet dan mama Mery
Kakak2ku: Jhon ST., MT; Olga SE, Desni ST
My sweet sister Nela
Keluarga Besar Komunitas Sant’Egidio
Pasien2 ku di masa depan
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Corazon Sonia Mbembu
Nomor Mahasiswa : 058114065
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
EVALUASI DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PENGOBATAN PASIEN
STROKE ISKEMIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE JULI 2007-JUNI 2008
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan kedalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 22 Agustus 2009 yang menyatakan
Maria Corazon Sonia Mbembu
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Drug Therapy Problems pada Pengobatan Pasien Stroke Iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam memberikan bimbingan, semangat, motivasi, dorongan, kritik dan saran hingga terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta. 2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah
memberikan ijin untuk terlaksananya penelitian ini sekaligus selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan dalam proses penyusunan skripsi ini.
viii
4. Drs. Mulyono, Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Para staf Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta terutama bagian Rekam Medis dan kefarmasian yang telah banyak membantu penulis selama satu setengah bulan dalam proses pengambilan data.
6. Para dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan ilmu dan memberikan bekal kepada penulis dalam bentuk teori dan praktik.
7. Bapak dan Mama tercinta atas doa, kasih sayang, cinta, perhatian dan semangat yang selalu diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan perjuangan ini dengan baik.
8. Kakak Jhon, Elsa, Olga, Desni, dan Nela terima kasih atas dukungan dan semangat yang selalu diberikan bagi penulis sehingga penulis yakin dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Keponakan tersayang Lionel, terima kasih buat doa yang dipanjatkan buat mama kecil.
9. Romo Endi dan Romo Yance, terima kasih buat doa dan nasehat yang menguatkan dan meneguhkan hati serta semua keluarga besar Salla Rai-Djoka untuk segala bentuk dukungan dan doa.
10. Maya, saudari sekaligus sahabatku, terima kasih buat dukungan dan semangat yang selalu diberikan dalam suka dan duka tiap langkah perjalanan hidupku.
ix
doa, pelayanan, dan perjuangan-perjuangan kita untuk menjalankan misi rahmat Allah, damai di dunia.
12. Adik-adik terkasihku di Panti Asuhan Sayap Ibu dan Sekolah Damai, terima kasih buat pelajaran akan makna perjuangan dan semangat hidup yang sesungguhnya.
13. Sahabat-sahabatku: Fany dan Sarah (sekaligus teman seperjuangan dalam mengerjakan skripsi), flora (ketua Aswati), Wydia, Virginia, Lini, Sephin, Marlyn, Sukma, Rita, Chrisye, dan Sita.
14. Teman-teman Farmasi 2005, teman-teman kelas B, teman kelompok praktikum C dan teman FKK, terima kasih untuk kebersamaan dan dukungan selama 4 tahun kita berjuang bersama mencari ilmu.
15. Teman-teman kost Dewi: Era, Sim, Amoy, Veron, Nana, Muli, Etty, Eka, Fitri dan Uci, terima kasih untuk persaudaraan dan kebersamaan kita.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan diatas yang telah rela membantu dengan doa dan usaha untuk penulis hingga selesainya proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Besar harapan penulis agar skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi inspirasi bagi pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan.
x
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 Agustus 2009
Penulis
xi
INTISARI
Di Indonesia, angka kejadian stroke meningkat dengan tajam dan menempati urutan pertama penyebab kematian di Rumah Sakit Pemerintah. Stroke iskemik adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya gangguan peredaran darah berupa iskemia, yaitu aliran darah berkurang atau terhenti pada sebagian daerah di otak dan terjadi sekitar 70-85% dari total kejadian stroke. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien berdasarkan distribusi kelompok umur, jenis kelamin, dan diagnosis lain selain diagnosis utama, mengetahui pola pengobatan, dan mengevaluasi Drug Terapy Problems
yang terjadi pada pengobatan pasien stroke iskemik akut.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Bahan yang digunakan adalah lembar rekam medik pasien stroke iskemik akut.
Kasus yang diteliti sebanyak 42 kasus. Karakteristik pasien berdasarkan umur paling banyak terjadi pada kelompok 60-69 tahun (40,0%), berdasarkan jenis kelamin terbanyak pada laki-laki (55,0%), berdasarkan diagnosis lain selain diagnosis utama terbanyak adalah tanpa keterangan (76,0%). Kelas terapi yang paling banyak digunakan adalah obat gizi dan darah (100,0%) dan obat kardiovaskuler (97,6%). Hasil evaluasi DTPs adalah perlu tambahan terapi obat sebanyak 12 kasus (28,6%), dan adverse drug reaction sebanyak 4 kasus (9,5%). Berdasarkan NCEP III guideline dengan target LDL kolesterol <100 mg/dL, perlu tambahan terapi obat statin sebanyak 21 kasus (50,0%).
Kata kunci: Drug Therapy Problems (DTPs), stroke iskemik akut.
xii
ABSTRACT
The number of stroke incident increasing and becomes the first deadly disease in the goverment hospital in Indonesia. The ischemic stroke is a disease which caused by disorders of blood vessels, the blood circulation decrease or stopped in a part of brain area and occured about 70-85% from the total incidents of stroke. The goals of this study to identify the characteristic of the patients such as the age, the gender and the other diagnose besides the first diagnose, to identify the patern of therapy and to evaluate drug therapy problems occured with the patients of acute ischemic stroke.
This study is an observational descriptive evaluative research which have retrospective studies. The instrument of this study is medical record of acute ischemic stroke patients.
All case which analized is 42 cases. The most frequency case patients 60-69 years old (40,0%), the most gender is male (55,0%), the most other diagnose beside stroke is no information (76,0%). The most class therapy used are nutrition and blood medicine (100%) and cardiovascular medicine (97,6%). The type of drug therapy problems that happened which is needs additional drug therapy are 12 cases (28,6%) and adverse drug reaction are 4 cases (9,5%). According to
NCEP III guideline with LDL cholesterol <100 mg/dL, needs additional statin drug therapy are 21 cases (50,0%).
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PRAKATA ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x
INTISARI ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan masalah ... 3
2. Keaslian penelitian ... 3
3. Manfaat penelitian ... 4
B. Tujuan Penelitian ... 4
1. Tujuan umum ... 4
xiv
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 6
A. Otak ... 6
B. Stroke Iskemik ... 8
1. Pengertian stroke iskemik ... 8
2. Etiologi dan klasifikasi stroke iskemik ... 8
3. Patofisiologi stroke iskemik... 10
4. Faktor risiko stroke iskemik... 11
5. Gejala dan Tanda stroke iskemik ... 11
6. Diagnosis stroke iskemik ... 12
C. Penatalaksanaan Terapi Stroke Iskemik ... 13
1. Tujuan terapi ... 13
2. Sasaran terapi ... 13
3. Algoritma terapi ... 14
4. Strategi terapi ... 15
D. Drug Therapy Problems... 22
E. Keterangan Empiris ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25
B. Definisi Operasional ... 25
C. Subjek Penelitian ... 28
D. Bahan Penelitian ... 28
E. Lokasi Penelitian ... 28
xv
1. Tahap perencanaan ... 28
2. Tahap pengambilan data ... 29
3. Tahap pengolahan data dan pembahasan ... 29
G. Tata Cara Analisis Hasil ... 30
H. Kesulitan penelitian ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Profil pasien stroke ... 34
1. Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur ... 35
2. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin ... 36
3. Distribusi pasien berdasarkan diagnosis lain selain diagnosis utama stroke iskemik ... 37
B. Pola Pengobatan Pasien Stroke iskemik ... 38
1. Obat yang bekerja pada saluran cerna ... 39
2. Obat yang digunakan untuk penyakit pada sistem kardiovaskuler ... 41
3. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernapasan ... 42
4. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat ... 43
5. Obat yang bekerja sebagai analgesik ... 44
6. Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi ... 45
7. Obat-obat hormonal ... 46
8. obat-obat saluran kemih ... 47
9. Obat-obat yang mempengaruhi gizi dan darah ... 48
xvi
11. Sediaan topikal ... 49
C. Kajian Drug Therapy Problems (DTPs) ... 50
1. Perlu tambahan terapi obat ... 51
2. Adverse Drug Reaction ... 52
D. Rangkuman Pembahasan ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
LAMPIRAN ... 60
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I Faktor risiko stroke ... 11 Tabel II Rekomendasi untuk farmakoterapi stroke iskemik ... 22 Tabel III Kategori Drug Therapy Problems ... 23 Tabel IV Distribusi Kelas Terapi Obat Kasus Pasien Stroke di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini
Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008 ... 38 Tabel V Golongan, Kelompok dan Jenis Obat yang Bekerja
pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan pada Terapi Kaus Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli
2007-Juni 2008 ... 39 Tabel VI Golongan, Kelompok dan Jenis Obat yang Bekerja
pada Sistem Kardiovaskuler yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli
2007-Juni 2008 ... 41 Tabel VII Golongan, Kelompok dan Jenis Obat yang Bekerja
pada Sistem Saluran Pernapasan yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode
Juli 2007-Juni 2008 ... 42 Tabel VIII Golongan, Kelompok dan Jenis Obat yang Bekerja
pada Sistem Saraf Pusat yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli
2007-Juni 2008 ... 43 Tabel IX Golongan, Kelompok dan Jenis Obat yang Bekerja
Sebagai Analgesik yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni
2008 ... 44 Tabel X Golongan, Kelompok dan Jenis Obat Infeksi yang
Digunakan untuk Pengobatan Infeksi pada Terapi Kasus Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni
2008 ... 45 Tabel XI Golongan, Kelompok dan Jenis Obat Hormonal
xviii
Tabel XII Golongan, Kelompok dan Jenis Obat yang Mempengaruhi Gizi dan Darah yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode
Juli 2007-Juni 2008 ... 49 Tabel XIII Golongan, Kelompok dan Jenis Obat untuk Penyakit
Otot Skelet dan Sendi yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni
2008 ... 49 Tabel XIV Kasus DTPs Perlu Tambahan Terapi Obat Pasien
Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rini Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008... 51 Tabel XV Kasus DTPs Adverse Drug Reaction pada Pasien
Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi otak ... 8
Gambar 2. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan mekanisme ... 9
Gambar 3. Terjadinya stroke iskemik ... 10
Gambar 4. Algoritma terapi ... 14
Gambar 5. Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur ... 35
Gambar 6. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin ... 36
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I DTPs pasien stroke iskemik periode Juli 2007- Juni
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, stroke merupakan tanda-tanda klinis mengenai gangguan fungsi serebral secara fokal ataupun global, yang berkembang dengan cepat, dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau mengarah ke kematian tanpa penyebab yang kelihatan, selain tanda-tanda yang berkenaan dengan aliran darah di otak (Junaidi, 2004).
Stroke adalah penyebab kematian ketiga di USA, selain penyakit kardiovaskuler dan kanker serta merupakan penyebab kecacatan nomor satu diantara para penyandangnya. Pada pertengahan abad ke-20, stroke terjadi lebih dari 700.000 individu per tahun dan menyebabkan kematian 150.000 orang (Fagan dan Hess, 2005). Di Indonesia, angka kejadian stroke meningkat dengan tajam, bahkan saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia. Diperkirakan setiap tahunnya 500.000 penduduk terkena stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal, sisanya mengalami cacat ringan atau berat (Anonim, 2008b). Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) tahun 2004, menyebutkan stroke menempati urutan pertama penyebab kematian di rumah sakit pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Penelitian mengenai Drug Therapy Problems (DTPs) dalam pengobatan pasien stroke iskemik dilakukan karena pengobatan stroke membutuhkan kecermatan dan ketepatan pemberian obat. Pemberian obat dalam pengobatan pasien stroke iskemik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan terapi. Adanya DTPs yang terjadi dalam pengobatan akan merugikan pasien yakni mengakibatkan penurunan kualitas hidup pasien, meningkatkan biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh pasien, serta meningkatkan rata-rata angka kematian pada pasien (Nguyen, 2000). Untuk mengatasi akibat DTPs tersebut dibutuhkan peran seorang farmasis. Pada penelitian yang sama, juga disebutkan oleh Nguyen (2000), farmasis di rumah sakit lebih sering tidak tepat dalam dispensing obat bila dibandingkan dengan farmasis di apotek. Hal ini dikarenakan jumlah pasien di rumah sakit yang jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah pasien di apotek begitupun dengan jumlah farmasis di rumah sakit yang sering tidak cukup dalam kuantitasnya untuk melayani jumlah pasien yang besar. Oleh karena itu, penelitian
penelitian mengenai DTPs pada pengobatan pasien stroke iskemik belum pernah dilakukan sebelumnya di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta.
1. Perumusan masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
a. Seperti apakah karakteristik pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 berdasarkan distribusi kelompok umur, jenis kelamin, dan diagnosis lain selain diagnosis utama stroke iskemik?
b. Seperti apakah pola pengobatan meliputi kelas terapi, golongan, dan jenis obat, pada pengobatan pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008? c. Apakah ada kejadian Drug Terapy Problems yang meliputi: tidak butuh
obat, perlu tambahan terapi obat, obat yang tidak efektif, dosis terlalu rendah, adverse drug reaction, dosis terlalu tinggi?
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan informasi yang diperoleh, penelitian mengenai evaluasi drug therapy problems pada pengobatan pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 belum pernah dilakukan. Penelitian yang telah dilaksanakan dan terkait dengan penelitian ini antara lain:
b. Kajian Medication Error pada kasus stroke di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tahun 2004 (Mutmainah, 2005).
c. Evaluasi Drug Related Problems pada pengobatan pasien stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 (Krismayanti, 2007).
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah tempat dilaksanakan penelitian ini yakni di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta serta periode pelaksanaan penelitian yakni periode Juli 2007-Juni 2008.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai hasil evaluasi untuk pengobatan pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta.
b. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai Drug
Therapy Problems pada pasien stroke iskemik di Rumah Sakit Panti
Rini Yogyakarta.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khususnya yaitu:
a. Mengetahui karakteristik pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 berdasarkan distribusi kelompok umur, jenis kelamin, dan diagnosis lain selain diagnosis utama stroke iskemik.
b. Mengetahui pola pengobatan meliputi kelas terapi, golongan, dan jenis obat, pada pengobatan pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008.
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Otak
Otak adalah organ vital. Otak bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Otak juga mengatur dan mengkoordinir sebagian besar gerakan, perilaku, dan fungsi tubuh homeostasis seperti detak jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh dan suhu, pembelajaran motorik, dan segala bentuk pembelajaran lainnya (Liza, 2007).
Otak terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang disebut sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama, sekitar 100 miliar, tetapi jumlah koneksi di antara neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial (Feigin, 2006).
Otak, terdiri dari otak besar yang disebut cerebrum, otak kecil disebut
cerebellum dan batang otak disebut brainstem. 1. Cerebrum (Otak besar)
a. Lobus frontalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang frontalis
b. Lobus parietalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang
parietalis
c. Lobus occipitalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang
occipitalis
d. Lobus temporalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang
temporalis.
2. Cerebellum (Otak kecil)
Terletak di kranium bagian belakang menempati fosa cerebri posterior di bawah lapisan durameter tentorium cerebelli. Di bagian depannya terdapat batang otak. Berat cerebellum sekitar 150 gr atau 8% dari berat batang otak seluruhnya.
Cerebellum dapat dibagi menjadi hemisfer cerebelli kanan dan kiri yang
dipisahkan oleh vermis. Fungsi cerebellum pada umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot sehingga gerakan dapat terlaksana dengan sempurna.
3. Brainstem (Batang Otak)
Gambar 1. Anatomi otak (Anonim, 2005)
B. Stroke Iskemik 1. Pengertian stroke iskemik
Stroke iskemik adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya gangguan peredaran darah yang berupa iskemia, yaitu aliran darah berkurang atau terhenti pada sebagian daerah di otak (Junaidi, 2004).
2. Etiologi dan klasifikasi stroke iskemik
Gambar 2. Klasifikasi stroke iskemik berdasarkan mekanisme (Fagan dan Hess, 2005)
Berdasarkan perjalanan klinisnya, stroke iskemik dikelompokkan menjadi:
a. Transient Ischemic Attack (TIA): serangan stroke sementara yang
berlangsung kurang dari 24 jam.
b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND): gejala neurologis akan menghilang antara >24 jam sampai dengan 21 hari.
c. Progressing stroke atau stroke in evolution: kelainan atau defisit neurologik berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi berat.
d. Completed stroke: kelainan neurologis sudah menetap dan tidak
3. Patofisiologi stroke iskemik
Adanya trombosis, emboli, atau ateroma pada pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke otak yang akan menyebabkan keadaan iskemik sehingga neuron tidak mendapat suplai yang cukup terhadap kebutuhan O2 untuk
dapat menjalankan fungsinya. Keadaan ini menyebabkan metabolisme dalam keadaan anaerob yang menghasilkan energi dalam jumlah yang kecil. Kekurangan energi akan menyebabkan depolarisasi membran sel dimana Na+ masuk dan K+ keluar secara berlebihan. Depolarisasi akan menyebabkan influks Ca2+ yang berlebihan di dalam sel. Influks Ca2+ yang berlebihan akan menyebabkan aktivasi fosfolipase A2 yang menimbulkan gangguan fungsi mitokondria sebagai pernapasan sel, meningkatkan nitric oxide syntetase (NOS) yang berefek neurotoksik. Gangguan fungsi mitokondria dan efek toksik NOS berakibat terjadinya oxsidative stres. Oxidative stres akan menyebabkan kematian neuron. Neuron yang mati ini akan direspon oleh jaringan dengan jalan menghasilkan
NOS kembali sehingga akan menyebabkan lebih banyak lagi neuron yang mati yang disebut infark (Junaidi, 2004).
4. Faktor risiko stroke iskemik
Faktor risiko stroke iskemik adalah kondisi yang membuat seseorang rentan terhadap serangan stroke iskemik.Faktor risiko tersebut tersaji pada tabel I.
Tabel I. Faktor risiko stroke (Fagan dan Hess, 2005)
Faktor risiko tunggal
Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol
Umur, jenis kelamin, ras, keturunan sejarah stroke dalam keluarga
Faktor risiko yang
dapat dikontrol
Hipertensi, penyakit jantung, TIA, diabetes, hiperkolesterolemia, merokok, alkohol, penyalahgunaan obat (cocain, heroin, amfetamin), faktor gaya hidup (obesitas, kurang berolahraga, stres), kontrasepsi oral.
Faktor risiko ganda
Profil Framingham Peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan kolesterol serum, gangguan toleransi glukosa, merokok, hipertrofi ventrikel kiri
5. Gejala dan tanda stroke iskemik
a. Gejala. Keluhan pasien akan adanya kelemahan pada salah satu bagian tubuh, ketidakmampuan berbicara, penglihatan yang terganggu, vertigo, kehilangan keseimbangan tubuh (Fagan dan Hess, 2005).
b. Tanda.
1) Pasien biasanya memiliki berbagai tanda akan adanya disfungsi neurologi dan serangan stroke yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah secara spesifik berdasarkan lokasi otak yang terkena 2) Hemiparesis yaitu pasien akan mengalami kelemahan pada salah satu
bagian tubuh
3) Afasia, yaitu tidak dapat berbicara
6. Diagnosis stroke iskemik
Diagnosis stroke iskemik ditegakkan berdasarkan:
a. Perjalanan penyakit. Perjalanan penyakit yang dimaksud adalah riwayat penyakit pasien.
b. Hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan otak. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain: 1) Pemeriksaan neurologis meliputi: tingkat kesadaran biasanya dengan
glasgow coma scale, respon pupil, denyut nadi, tekanan darah,
frekuensi pernapasan, suhu (Junaidi, 2004). 2) Pemeriksaan rutin meliputi:
a) Jumlah sel darah total: hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit b) Trombosit
c) Glukosa darah sewaktu, glukosa darah puasa, glukosa darah 2 jam setelah makan, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida
d) Ureum, asam urat, kreatinin, fungsi hati, urin lengkap e) Elektrolit (Junaidi, 2004).
3) Pemeriksaan penunjang:
a) Computerized Tomography Scanning (CT Scan), pemeriksaan CT
b) Magnetic Resonance Imaging (MRI), dapat menampakkan area iskemik dengan resolusi yang lebih tinggi dan lebih cepat dari CT Scan, namun tidak pada setiap kasus karena alat ini kurang peka dibandingkan CT Scan dalam mendeteksi pendarahan intrakranium ringan (Fagan dan Hess, 2005; Feigin, 2006).
c) Electro Cardiography (ECG), digunakan untuk mencari tanda-tanda kelainan irama jantung atau penyakit jantung sebagai kemungkinan penyebab stroke pasien (Feigin, 2006).
d) Foto thorax, merupakan prosedur standar yang digunakan untuk
mencari kelainan dada, termasuk penyakit jantung dan paru, serta apabila terjadi pneumonia atau embolisme paru (Feigin, 2006).
C. Penatalaksanaan Terapi Stroke Iskemik 1. Tujuan terapi
Tujuan terapi stroke iskemik adalah untuk mengurangi kerusakan neurologis yang berkelanjutan, menurunkan mortalitas dan kecacatan dalam waktu yang lama, mencegah komplikasi sekunder dalam kemampuan bergerak pada imobilitas dan disfungsi neurologis, serta mencegah kekambuhan stroke (Fagan dan Hess, 2005).
2. Sasaran terapi
3. Algoritma terapi
Gambar 4. Algoritma terapi stroke iskemik akut pada pasien yang diterapi bukan dengan trombolitik (Summers, D., et al, 2009)
Pasien stroke iskemik akut
di ICU
setiap jam dilakukan pemeriksaan neurologis atau dengan frekuensi yang
lebih sering jika dibutuhkan
Untuk terapi lebih lanjut didasarkan pada dokter dan pilihan/pedoman RS: TD sistolik >220 atau <110 mmHg; TD diastolic >120 atau < 60 mmHg; nadi<50 atau >110/menit; suhu >99,6°F; respirasi >24 x/menit; atau untuk gejala stroke yang
memburuk atau keadaan neurologis yang menurun
Untuk saturasi O2 > 92%,
berikan canulla 2-3 L/menit
Bukan di ICU
Berdasarkan kondisi pasien dan penilaian neurologis, minimal pemeriksaan neurologis dan tanda-tanda
vital setiap 4 jam
Monitor jantung terus-menerus selama 24-48 jam
Mengukur intake dan output
Rawat inap
Cairan IV NS 75-100 ml/jam
Antiplatelet sebaiknya diberikan dalam 24 jam pertama masuk RS
Ulangi CT Scan atau MRI 24-48 jam setelah stroke atau sebagaimana
4. Strategi terapi
a. Menstabilkan keadaan pasien. Program pengobatan fase akut dilakukan dengan langkah awal penanganan stroke akut. Pertama-tama, difokuskan pada resusitasi medis umum untuk menstabilkan keadaan pasien, antara lain:
1) Jalan nafas
Masalah jalan napas umumnya terjadi pada pasien stroke pendarahan. Bagi pasien stroke iskemik, jalan napas biasanya stabil, kecuali pada infark batang otak atau kejang yang berulang. Untuk menghindari sumbatan jalan napas pada pasien yang tidak sadar, pasien harus pada posisi miring (dekubitus lateral), leher hiperekstensi ringan dan bahu diangkat, lendir disedot.
2) Oksigenasi
Oksigenasi dilakukan dengan memberikan oksigen 1-2 liter/menit. Pemberian oksigen pada pasien stroke umumnya bermanfaat, karena otak memerlukan oksigen yang banyak untuk melangsungkan metabolisme.
3) Fungsi jantung
dianjurkan untuk diberi cairan normal salin 10-15 ml/kg BB secara bolus, kecuali bila ada kontraindikasi misal oedem, payah jantung. Cairan yang dapat diberikan pada pasien stroke akut adalah NaCl 0,9%, ringer laktat 2A, atau martos 10% dan potacol (Junaidi, 2005). b. Terapi non farmakologis. Tindakan operasi pada pasien stroke iskemik
akut terbatas. Pada kasus khusus dari ischemic cerebral edema karena infark yang luas, craniectomy merupakan cara pembedahan untuk memulihkan aliran darah ke bagian otak yang kehilangan darah dengan cara mengatur kembali aliran pembuluh darah yang sehat dalam tempurung otak dari pembuluh darah otak yang tersumbat (Fagan dan Hess, 2005).
c. Terapi farmakologis. 1) Terapi khusus
Menurut Junaidi (2004), terapi khusus pada stroke iskemik yakni penanganan dengan obat-obatan harus dilakukan dengan segera dalam waktu kurang dari 6 jam sejak terjadinya (onset). Apabila obat diberikan lebih dari 6 jam, kemungkinan sembuh sempurna tanpa meninggalkan cacat menjadi kecil. Terapi khusus pada stroke iskemik adalah:
(1) Thrombolytic agent (obat trombolitik)
Secara umum, obat farmakologis yang direkomendasikan dengan rekomendasi A adalah intravenous tissue plasminogen activator (tPA) dengan onset 3 jam. Terapi tPA intravena telah terbukti mengurangi ketidakmampuan fisik yang berhubungan dengan stroke iskemik (Fagan dan Hess, 2005). (2) Antiplatelet
(3) Antikoagulan (anti pembekuan darah)
Pada pasien dengan atrial fibrilation dan diduga cardioemboli stroke dapat mengunakan antikoagulan warfarin sebagai terapi pilihan pertama (Fagan dan Hess, 2005). Namun, terapi dengan antikoagulan memerlukan kontrol laboratorium yang cermat terhadap status pembekuan darah pasien untuk menghindari kemungkinan pendarahan (Feigin, 2006).
b) Neuroprotektan (pelindung saraf), yaitu penggunaan obat-obat yang berfungsi melindungi saraf/otak, obat-obat yang dapat diberikan antara lain antagonis kalsium (misalnya: nimodipin), antiplatelet (misalnya: tiklopidin, cilostazol, dipiridamol), nootropik (misalnya: pirasetam, ko-dergokrin mesilat), dan serebral aktivator (misalnya sitikolin) (Junaidi, 2004).
2) Terapi pada penyakit sistemik atau pada penyakit komplikasi yang merupakan faktor risiko ataupun yang bukan merupakan faktor risiko. a) Hipertensi
mendapatkan terapi trombolitik adalah ketika tekanan darah
sistolik >220 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg (Summers, D, et al., 2009). Pada kenyataannya, penurunan tekanan
darah secara signifikan tidak dapat diterima karena dapat menyebabkan aliran darah ke otak terganggu. Obat antihipertensi diberikan dengan target penurunan tekanan darah 10-20% saja agar tekanan perfusi otak tetap adekuat (Junaidi, 2005).
b) Diabetes Melitus
Kadar gula darah tinggi (hiperglikemi) terjadi pada kurang lebih 60% pasien stroke tanpa diketahui menderita diabetes (Peter, et al., 2008). Hiperglikemi terjadi pada 2-3 hari pertama setelah serangan stroke akut dan perlu diturunkan dengan segera sebab dapat memperluas area infark akibat terbentuknya asam laktat dari penguraian glukosa secara anaerob dengan pemberian terapi insulin (Junaidi, 2004). Direkomendasikan terapi insulin kerja singkat bila kadar gula darah diatas 140 mg/dL (Summers, D, et al., 2009). Pada kondisi hipoglikemia, diberikan 25 g dekstrosa 50% iv dan dipantau secara ketat (Junaidi, 2004).
c) Jantung
Dalam penanganannya direkomendasikan digitalisasi jantung apabila betul-betul ada tanda payah jantung (Anonim, 2003).
d) Kejang
Kejadian kejang pada pasien stroke sekitar 4-8%. Bila terjadi kejang, dapat diberikan obat anti kejang (antikonvulsan). Namun demikian, pemberian obat antikejang sebagai pencegahan tidak dianjurkan. Kejang biasanya terjadi dalam 2 minggu onset stroke yang biasanya disebut dengan early seizure atau kejang dini. Untuk mengatasi kejang dapat diberikan injeksi diazepam atau obat lain yang sejenis (Junaidi, 2005).
e) Demam
Peningkatan temperatur (hipertermia) diasosiasikan dengan peningkatan area infark dan hal ini dapat terjadi akibat infeksi yang berlanjut. Peningkatan temperatur (>37,50C) dapat diterapi dengan antipiretik seperti parasetamol (evidence based level 1) (Adams, et al, 2003; Peter, et al., 2008).
f) Hiperlipidemia
Peningkatan lipid di dalam darah merupakan faktor risiko terjadinya stroke iskemik. Pasien stroke iskemik dengan kadar kolesterol yang tinggi, comorbid CAD (coronary arteri disease), atau terbukti disebabkan karena aterosklerosis, untuk penatalaksanaan terapi sebaiknya diatur menurut NCEP III
rekomendasi pengobatan (Summers, et al, 2009). Terapi dengan Statin direkomendasikan, dan target untuk menurunkan kolesterol dengan coronary heart disease atau penyakit aterosklerosis adalah LDL-C <100mg/dL dan LDL-C <70 mg/dL untuk pasien dengan risiko yang sangat tinggi dengan banyak faktor risiko. Pasien stroke iskemik dianggap disebabkan karena aterosklerosis tetapi tanpa indikasi untuk statin (level kolesterol normal, tanpa
comorbid CAD, atau tidak terbukti aterosklerosis) layak
dipertimbangkan untuk terapi dengan statin untuk menurunkan risiko vascular. Pasien stroke iskemik dengan nilai kolesterol HDL yang rendah dapat dipertimbangkan untuk terapi dengan niasin atau gemfibrosil (Summers, et al, 2009). Kedua agen ini dapat digunakan pada pasien stroke yang tidak dapat mentoleransi statin, namun data kemanjuran dari kedua agen ini masih kurang (anonim, 2006b).
g) Perdarahan saluran cerna
Kejadian perdarahan saluran cerna pada pasien stroke terjadi antara 1-3%, baik sebagai komplikasi strokenya sendiri maupun karena obat yang diberikan. Untuk pencegahan digunakan antasida dan antagonis reseptor H2, terutama mereka dengan riwayat peptic
h) Komplikasi lainnya
Pneumonia dapat terjadi karena pasien biasanya tidak dapat batuk atau menelan dengan baik sehingga menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya terjadi infeksi. Untuk mengatasinya dapat diberikan antibiotik (Junaidi, 2005).
Rekomendasi untuk farmakoterapi stroke iskemik akut tersaji pada tabel III.
Tabel II. Rekomendasi untuk farmakoterapi stroke iskemik akut (Fagan dan Hess, 2005)
Agen primer Alternatif
Terapi akut tPA 0,9 mg/kg IV
(maksimum 90 kg) diatas 1 jam pada pasien yang terseleksi dalam 3 jam onset. Aspirin 160-325 mg sehari dimulai dalam 48 jam onset
tPA (variasi dosis) intra artery hingga 6 jam setelah onset pada pasien yang terseleksi.
C. Drug Therapy Problems
Drug Therapy Problems adalah suatu permasalahan atau kejadian yang tidak diharapkan atau yang kemungkinan akan dialami pasien selama proses terapi akibat penggunaan obat, sehingga mengganggu tujuan terapi yang diinginkan. Identifikasi Drug Therapy Problems merupakan fokus penentuan dan keputusan akhir yang dibuat dalam tahapan proses pelayanan pasien. Drug Therapy
Problems merupakan konsekuensi dari kebutuhan akan obat yang kurang tepat,
yang juga merupakan sesuatu yang sentral dalam pharmaceutical care practice
Masalah-masalah dalam kajian DTPs menurut Cipolle, Strand, dan Morley, (2004) antara lain:
Tabel III. Kategori Drug Therapy Problems (Cipolle, Strand dan Morley, 2004)
DTPs Penyebab Umum
Tidak butuh obat
Tidak adanya indikasi medis yang valid untuk terapi obat yang digunakan saat itu, banyaknya pemakaian banyak obat untuk kondisi tertentu padahal hanya memerlukan terapi obat tunggal, kondisi medis lebih sesuai diobati tanpa terapi obat, terapi obat digunakan untuk menghilangkan adverse reaction yang berhubungan dengan pengobatan lain, penyalahgunaan obat, penggunaan alkohol, atau merokok yang menyebabkan masalah.
Perlu tambahan terapi obat
Kondisi terapi yang memerlukan terapi inisiasi obat, pencegahan terapi obat diperlukan untuk mengurangi risiko berkembangnya penyakit baru, kondisi medis yang memerlukan farmakoterapi tambahan untuk mencapai sinergisme atau efek adiktif.
Obat yang tidak efektif
Obat yang digunakan bukan obat yang paling efektif terhadap masalah medis yang dialami, kondisi medis terbiaskan dengan adanya obat, bentuk sediaan obat tidak sesuai, obat tidak efektif terhadap indikasi yang dialami.
Dosis terlalu rendah
Dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diinginkan, interval dosis terlalu rendah untuk dapat menghasilkan respon yang diinginkan, interaksi obat menurunkan jumlah zat aktif yang tersedia, durasi obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yang diinginkan.
Adverse Drug Reaction
Obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan besarnya dosis, obat yang kurang aman diperlukan terhadap faktor risiko, interaksi obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan besarnya dosis, adanya regimen dosis atau berubah sangat cepat, obat menyebabkan alergi, obat kontraindikasi terhadap faktor risiko.
Dosis terlalu tinggi
Dosis terlalu tinggi, frekuensi pemakaian obat terlalu singkat, durasi obat terlalu panjang, interaksi obat terjadi karena hasil dari reaksi toksik dari obat, dosis obat diberikan terlalu cepat.
Kepatuhan pasien
D. Keterangan Empiris
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Penelitian observasional merupakan penelitian yang observasinya dilakukan terhadap sejumlah ciri (variabel) subjek menurut keadaan apa adanya (in nature), tanpa adanya manipulasi atau intervensi peneliti (Pratiknya, 2001). Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena penelitian bertujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi terhadap suatu keadaan secara objektif, kemudian mengevaluasi atau menilai data dari rekam medik berdasarkan studi pustaka dan hasil penelitian diolah menggunakan analisis statistik sederhana, yakni analisis persentase (Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan diambil dengan melakukan penelusuran terhadap dokumen terdahulu, yaitu berupa lembar rekam medik pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008.
B. Definisi Operasional
2. Kelas terapi obat adalah pengelompokan obat berdasarkan efek terapinya berdasarkan buku acuan Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 dan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 7, 2007/2008.
3. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan kelas terapi, misalnya golongan antihipertensi.
4. Jenis obat adalah segala macam obat yang diberikan pada pasien dengan diagnosis utama stroke iskemik.
5. Lembar rekam medik adalah lembar catatan dokter, apoteker, dan perawat yang berisi data klinis pasien di rumah sakit yang meliputi data nomor rekam medik, umur, jenis kelamin, diagnosis masuk, diagnosis utama, diagnosis lain, lama perawatan, jenis obat, dosis obat, aturan pakai obat yang diberikan selama terapi.
6. Drug Therapy Problems adalah suatu keadaan yang tidak dikehendaki dan
muncul pada saat pasien menjalani proses terapi, yang meliputi:
a. Tidak butuh obat, meliputi tidak adanya indikasi medis yang valid untuk terapi obat yang digunakan saat itu, banyaknya pemakaian banyak obat untuk kondisi tertentu padahal hanya memerlukan terapi obat tunggal, kondisi medislebih sesuai diobati tanpa terapi obat, terapi obat digunakan untuk menghilangkan adverse reaction yang berhubungan dengan pengobatan lain, penyalahgunaan obat, penggunaan alkohol, atau merokok yang menyebabkan masalah.
mengurangi risiko berkembangnya penyakit baru, kondisi medis yang memerlukan farmakoterapi tambahan untuk mencapai sinergisme atau efek adiktif.
c. Ketidakefektifan pemilihan obat, meliputi obat yang digunakan bukan obat yang paling efektif terhadap masalah medis yang dialami, kondisi medis terbiaskan dengan adanya obat, bentuk sediaan obat tidak sesuai dan obat tidak efektif terhadap indikasi yang dialami.
d. Dosis yang kurang, meliputi dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diinginkan, interval dosis terlalu rendah untuk dapat menghasilkan respon yang diinginkan, interaksi obat menurunkan jumlah zat aktif yang tersedia dan durasi obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yang diinginkan.
e. Adverse drug reaction, meliputi obat menyebabkan reaksi yang tidak
diinginkan yang tidak berhubungan dengan besarnya dosis, obat yang kurang aman diperlukan terhadap faktor risiko, interaksi obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan besarnya dosis, adanya regimen dosis atau berubah sangat cepat, obat menyebabkan alergi dan obat kontraindikasi terhadap faktor risiko. f. Dosis yang berlebih, meliputi dosis terlalu tinggi, frekuensi pemakaian
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis utama stroke iskemik akut di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008. Jumlah kasus dalam penelitian ini sebanyak 42 kasus.
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medik (medical record) pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta, Jalan Solo Km. 12,5 Tirtomartani Kalasan Sleman Yogyakarta.
F. Jalannya Penelitian
Jalannya penelitian meliputi tiga tahap, tahap pertama adalah perencanaan, tahap kedua adalah pengambilan data, tahap ketiga adalah tahap pengolahan data dan pembahasan.
1. Tahap perencanaan
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 dan mengurus perijinan untuk melihat data rekam medik tersebut.
2. Tahap pengambilan data
Pada tahap ini, terlebih dahulu dilakukan penelusuran data kemudian mengumpulkan data rekam medik dan mencatat data kedalam lembar laporan.
a. Proses penelusuran data diperoleh dengan melihat laporan unit rekam medik, yang memuat laporan mengenai kasus pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008.
b. Kemudian pencatatan dilakukan dengan melihat data yang tertera pada data rekam medik pasien stroke iskemik tersebut yang berisi identitas, lama tinggal di rumah sakit, riwayat penyakit, riwayat alergi, riwayat penyakit keluarga, riwayat pengobatan, data medis berupa diagnosis, pemeriksaan fisik, catatan perkembangan pasien, dan terapi (kelas terapi, golongan, jenis obat, dosis obat, bentuk sediaan, rute pemberian obat, aturan pemakaian obat), dan data laboratorium.
3. Tahap pengolahan data dan pembahasan
a. Pengolahan data
mengenai Drug Therapy Problems yang dijabarkan menggunakan metode
SOAR (Subjective, Objective, Assessment, Recommendation). b. Pembahasan
Pengelompokkan kelas terapi yang digunakan pada analisis kasus berdasarkan pustaka acuan Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000 dan MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 7 2007/2008. Pembahasan
Drug Therapy Problems dalam penelitan ini menggunakan pustaka Drug Information Handbook edisi 11, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi edisi 7, 2007/2008, European
Stroke Initiative Recommendations for Stroke Management, 2003, dan
American Stroke Association guideline, 2009. Evaluasi dilakukan secara kasus per kasus.
G. Tata Cara Analisis Hasil
Analisis data dilakukan dengan melihat karakteristik pasien berdasarkan umur, jenis kelamin, dan diagnosis lain selain diagnosis utama stroke iskemik. Pola pengobatan pasien stroke iskemik dibagi menjadi sebelas kelas terapi, kemudian terbagi ke dalam masing-masing golongan obat, kelompok obat, dan jenis obat. Kajian Drug Therapy Problems menggunakan metode SOAR pada masing-masing kasus, kemudian dibuat rangkuman pembahasan Drug Therapy
Problems, di mana pada tabel tersebut dijabarkan nomor kasus, jenis obat,
Untuk tata cara analisa hasil dilakukan sebagai berikut : 1. Karakteristik pasien
a. Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur dibagi menjadi enam kelompok, yaitu 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79 tahun, 80-89 tahun, dan 90-99 tahun, yang dihitung dengan cara membagi jumlah kasus pada tiap kelompok umur dengan jumlah keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.
b. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dikelompokkan menjadi jenis kelamin laki-laki dan wanita, dihitung dengan cara membagi jumlah kasus pada tiap kelompok jenis kelamin dengan jumlah keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.
c. Distribusi pasien berdasarkan diagnosis lain selain diagnosis utama stroke iskemik dihitung dengan cara membagi jumlah kasus pada tiap kelompok dengan jumlah keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%. 2. Persentase kelas terapi obat dikelompokkan menjadi sebelas kelas terapi,
dihitung dengan cara membagi jumlah kasus yang mendapat obat pada kelas terapi tertentu dengan jumlah keseluruhan kasus dalam penelitian kemudian dikalikan 100%.
4. Kajian Drug Therapy Problems dijabarkan dengan metode SOAR. Pada bagian
subjective dijabarkan mengenai jenis kelamin, usia, diagnosis masuk,
diagnosis utama, diagnosis lain, keluhan utama, penyakit yang pernah diderita, riwayat penyakit keluarga, keadaan umum, dan keadaan pulang pasien. Bagian
objective digambarkan dengan tabel mengenai data laboratorium maupun
tanda vital yang dilengkapi dengan pemberian terapi selama perawatan, sedangkan Drug Therapy Problems akan dijabarkan pada assessment yang kemudian akan diberikan recommendation (rekomendasi) atas kejadian Drug Therapy Problems tersebut.
5. Kajian Drug Therapy Problems kemudian dirangkum, yaitu dengan mengelompokan kasus yang terjadi pada keenam parameter Drug Therapy Problems beserta jenis obat disertai penilaian dan rekomendasi terhadap terjadinya Drug Therapy Problems.
H. Kesulitan Penelitian
bertanya kepada perawat maupun patugas administrasi rekam medis di Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta.
Penulis juga mengalami kesulitan pada saat melakukan evaluasi data karena terdapat data pasien yang tidak lengkap pada lembar rekam medis, contohnya tidak terdokumentasi diagnosis lain selain diagnosis utama pasien. Kesulitan lainnya adalah saat menganalisis terapi hiperlipid pada pasien stroke berkaitan dengan nilai normal kolesterol LDL. Nilai normal hasil laboratorium kolesterol LDL untuk pasien stroke iskemik pada Rumah Sakit Panti Rini adalah <150 mg/dL, sedangkan dari literatur diketahui target penurunan kolesterol untuk pasien coronary heart disease atau aterosklerosis adalah kolesterol LDL <100 mg/dl dan untuk pasien dengan risiko yang sangat tinggi dengan banyak faktor risiko adalah kolesterol LDL <70 mg/dL. Kesulitan ini diatasi dengan tetap menganalisis kasus sesuai dengan nilai normal hasil laboratorium rumah sakit penelitian dan juga merekomendasikan terapi yang seharusnya diberikan untuk menurunkan kolesterol LDL sesuai standar NCEP III guideline. Penulis juga menyarankan pihak rumah sakit untuk meninjau kembali target nilai normal kolesterol LDL hasil laboratorium untuk pasien stroke iskemik.
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai evaluasi Drug Therapy Problems (DTPs) pada pengobatan pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 dibagi menjadi 3 bagian yaitu profil pasien stroke iskemik, pola pengobatan pasien stroke iskemik, dan kajian Drug
Therapy Problems (DTPs) yang kemudian akan dirangkum pada akhir
pembahasan.
Profil pasien stroke iskemik dapat dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, dan diagnosis lain selain diagnosis utama stroke iskemik. Pola pengobatan pasien stroke iskemik dikelompokkan berdasarkan kelas terapi, golongan, dan kelompok obat pasien selama dirawat di Instalasi Rawat Inap dan kajian Drug Therapy Problems (DTPs) akan dijabarkan melalui metode SOAR
serta dirangkum dalam bentuk tabel berdasarkan kategori DTPs yang terjadi pada masing-masing kasus.
A. Profil Pasien Stroke Iskemik
distribusi berdasarkan diagnosis lain selain diagnosis utama stroke iskemik untuk mengetahui jenis penyakit sebagai faktor risiko penyakit stroke iskemik atau penyakit lainnya di luar faktor risiko penyakit stroke iskemik yang juga diderita oleh pasien.
1. Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur
Usia pasien stroke iskemik yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini periode Juli 2007-Juni 2008 adalah antara 40-92 tahun. Pada penelitian ini umur dikelompokkan menjadi 6 kelompok umur, yaitu kelompok 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79 tahun, 80-89 tahun, dan 90-99 tahun (gambar 5). Dari hasil, didapat bahwa persentase pasien stroke mulai meningkat seiring dengan peningkatan kelompok umur. Hal ini tidak jauh berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Fagan dan Hess dalam DiPiro, et al (2005) yang mengemukakan bahwa prevalensi stroke akan meningkat setelah umur 55 tahun dan risiko terserang stroke berlipat ganda setiap kurun waktu 10 tahun.
Persentase Pasien Stroke Berdasarkan Kelompok Umur
Usia merupakan salah satu faktor risiko penyebab penyakit stroke yang tidak dapat diubah. Semakin lanjut usia seseorang, semakin besar kemungkinannya untuk terserang penyakit yang merupakan faktor risiko terjadinya stroke iskemik. Semakin lanjut usia seseorang semakin lemah kondisinya karena banyak organ penting yang mulai mengalami penurunan fungsi. Selain itu juga adanya perubahan gaya hidup yang tidak sehat dari waktu ke waktu dan semakin berkurangnya aktifitas fisik yang dilakukan, salah satu penyebabnya karena pada masa lanjut usia telah mengalami purnatugas dalam pekerjaan.
2. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin
Kasus pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita yaitu pada laki-laki 55,6% dan pada wanita sebesar 44,4%, yang disajikan pada gambar 6. Hal ini sesuai dengan American Heart Association (2006) yang menyebutkan bahwa prevalensi stroke pada pria 1,25 kali lebih besar dibandingkan pada wanita.
Persentase Pasien Stroke Berdasarkan Jenis Kelamin
55% 45%
Laki-laki Perempuan
Insidensi stroke pada wanita lebih rendah dibandingkan pria, hal ini berhubungan dengan adanya hormon estrogen pada wanita yang berfungsi sebagai proteksi pada proses aterosklerosis. Estrogen dapat memacu zat antiagregasi, prostasiklin, dan endotelin dari sel-sel endotel pembuluh darah. Prostasiklin bertindak sebagai vasodilator sedangkan endotelin sebagai zat relaksasi pembuluh darah.
3. Distribusi pasien berdasarkan diagnosis lain selain diagnosis utama stroke iskemik.
Persentase Pasien Stroke Berdasarkan Diagnosa Lain Selain Diagnosa Utama Stroke
5% 10%
2% 7%
76%
PPOK Hipertensi Pneumonia DM Tanpa Keterangan
Gambar 7. Persentase pasien stroke iskemik yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 berdasarkan diagnosis lain selain
diagnosis utama stroke iskemik
terkena stroke, hal ini disebabkan karena diabetes menimbulkan perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah dan jantung) serta mendorong terjadinya aterosklerosis.
Penyakit lain yang menyertai pada pasien stroke iskemik yakni PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) sebanyak 4,8% dan pneumonia sebanyak 2,4%. PPOK ditandai dengan obstruksi jalan napas ekspiratori yang ireversibel dan peningkatan usaha bernapas sedangkan pneumonia terjadi karena pasien biasanya tidak dapat batuk atau menelan dengan baik sehingga menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya terinfeksi.
B. Pola Pengobatan Pasien Stroke Iskemik
Obat-obat yang digunakan oleh pasien stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Juli 2007-Juni 2008 dibagi menjadi sebelas kelas terapi, yang disajikan pada tabel V.
Tabel IV. Distribusi Kelas Terapi Obat Kasus Pasien Stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008
No. Kelas Terapi Obat Jumlah
Kasus
Persentase (%) 1 Obat yang bekerja pada sistem saluran cerna 25 59,50
2 Obat yang digunakan untuk penyakit pada sistem kardiovaskuler
41 97,60
3 Obat yang bekerja pada sistem saluran pernapasan 5 11,90
4 Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat 18 42,86
5 Obat yang bekerja sebagai analgesik 20 47,62
6 Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi 17 40,48
7 Obat-obat hormonal 10 23,80
8 Obat-obat saluran kemih 3 7,14
9 Obat-obat yang mempengaruhi gizi dan darah 42 100
10 Obat-obat untuk penyakit otot skelet dan sendi 7 16,67
11 Sediaan topikal 2 4,76
Kelas terapi terbanyak yang digunakan oleh pasien adalah obat-obat yang mempengaruhi gizi dan darah yaitu sebesar 100%. Hal yang menjadi perhatian utama pada pasien stroke iskemik adalah sirkulasi cairan dan elektrolit. Bantuan sirkulasi diusahakan euvolemik karena kurang lebih sepertiga penderita stroke mengalami dehidrasi. Untuk menangani dehidrasi ini, dibutuhkan obat yang mempengaruhi gizi dan darah misalnya cairan dan elektrolit.
Kelas terapi terbanyak kedua adalah obat yang digunakan untuk penyakit pada sistem kardiovaskuler. Hal ini berhubungan dengan pengobatan penyakit stroke iskemik banyak menggunakan obat yang mempengaruhi sistem koagulasi darah dan obat untuk gangguan sirkulasi darah yang merupakan golongan obat yang diklasifikasikan dalam kelas terapi obat yang digunakan untuk penyakit pada sistem kardiovaskuler. Selain itu pasien juga banyak menggunakan obat antihipertensi yang merupakan golongan obat pada sistem kardiovaskuler.
1. Obat yang bekerja pada saluran cerna
Tabel V. Golongan, Kelompok, dan Jenis Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Cerna yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008
No Golongan Kelompok Jenis Obat Jumlah
Kasus
2 Antispasmodik Stimulan motilitas Metoklopramid 1 2,6
Obat saluran cerna yang paling banyak dipakai adalah golongan antitukak kelompok antagonis reseptor H2 dengan zat aktif ranitidin. Tukak
lambung adalah suatu kondisi patologis pada lambung, duodenum, esofagus bagian bawah, dan stoma gastroenterostomi. Tujuan terapi tukak lambung adalah meringankan atau menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi yang serius (hemoragi, perforasi, obstruksi) dan mencegah kekambuhan. Pada kelompok antagonis reseptor H2, penyembuhan tukak
lambung dan duodenum dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor H2 (Anonim, 2000). Kelompok terbesar kedua pada
golongan yang sama adalah khelator dan senyawa kompleks dengan zat aktif sukralfat. Sukralfat merupakan kompleks aluminium hidroksida dan sukrosa sulfat yang bekerja dengan cara melindungi mukosa dari serangan pepsin-asam (Anonim, 2000).
2. Obat yang digunakan untuk penyakit pada sistem kardiovaskuler
Tabel VI. Golongan, Kelompok, dan Jenis Obat yang Bekerja pada Sistem Kardiovaskuler yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008
No Golongan Kelompok Jenis Obat Jumlah
Kasus
2 Antihipertensi (15,7%)
Beta-bloker Karvedilol 1 0,5
Tiazid Hidroklorotiazid 1 0,5
4 Diuretika
(9,1%) Diuretika kuat Furosemid 16 8,6
Cilostazol 39 21,1
Antiplatelet Vasodilator perifer
(3,8%) Flunarisin 2 1,1
Sitikolin 39 21,1
Gingko biloba 9 4,9 7 Obat untuk
gangguan sirkulasi darah
(32,5%) Vasodilator perifer dan aktivator serebral
darah. Mekanisme aksi cilostazol yakni menghambat fosfodiesterase tipe III. Penghambatan ini menyebabkan cAMP meningkat sehingga agregasi platelet dihambat dan menyebabkan vasodilatasi.
Selain itu digunakan obat antihipertensi sehingga perlu dilakukan pemantauan tekanan darah setiap harinya. Direkomendasikan untuk memulai pemberian terapi anti hipertensi pada pasien yang tidak mendapatkan terapi trombolitik adalah ketika tekanan darah sistolik >220 mmHg atau tekanan darah diastolik >110 mmHg (Summers, D, et al., 2009). Obat antihipertensi diberikan dengan target penurunan taekanan darah 10-20% saja. Penurunan tekanan darah yang tajam, tidak diinginkan dalam pengobatan stroke iskemik sebab akan menyebabkan tekanan perfusi tidak cukup adekuat. Selain itu, obat antihipertensi juga diperlukan untuk maintenance terapi tekanan darah pasien sehingga tidak terjadi peningkatan secara mendadak.
3. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernapasan
Tabel VII. Golongan, Kelompok, dan Jenis Obat yang Bekerja pada Sistem Saluran Pernapasan yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke iskemik di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008
No Golongan Kelompok Jenis Obat Jumlah
Kasus
Persentase (%) 1 Antihistamin
(33,4%)
Antihistamin sedatif Mebhidrolin
napadisilat
1 20,0
Sulfidril Asetil sistein 3 60,0
2 Mukolitik
(66,7) Erdostein 1 20,0
pasien dan ditemukan adanya mukus. Gangguan jalan nafas pada pasien stroke iskemik dapat menyebabkan keadaan hipoksia, sehingga perlu diterapi.
4. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat
Tabel VIII. Golongan, Kelompok, dan Jenis Obat yang Bekerja pada Sistem Saraf Pusat yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008
No Golongan Kelompok Jenis Obat Jumlah
Kasus
4 Antiepilepsi Asetilkolin inhibitor Donepesil HCl 1 4,2
Antimuskarinik Triheksifenidil 2 8,3
Piracetam 5 20,8
5 Antiparkinson
(50,8%) Tremor esensial
(42,5%) Pyritinol HCl 5 20,8
Jenis obat pada Golongan psikofarmaka yang digunakan adalah alprazolam dan maprotilin HCl. Alprazolam merupakan ansiolitik benzodiazepin yang efektif dalam menghilangkan ansietas sedangkan maprotilin HCl bekerja sebagai antidepresan untuk pasien yang mengalami depresi akibat terserang stroke iskemik. Jenis obat mekobalamin digunakan untuk mengatasi kondisi neuropati perifer.
tersebut. Selain itu, penggunaan antibiotik golongan sefalosporin juga akan mengakibatkan gangguan saluran cerna, mual dan muntah. Jenis obat antiemetik yang paling banyak digunakan adalah kelompok antagonis 5-HT3.
Antiepilepsi yang digunakan yakni donepezil hidroklorida yang mempunyai mekanisme aksi dengan menghambat asetilkolin sehingga tidak terjadi keadaan depolarisasi karena depolarisasi dapat memicu terjadinya infark.
Antiparkinson digunakan untuk mengobati sindrom parkinson. Gejala utama dari sindrom parkinson berupa trias gangguan neuromuskular seperti tremor, rigiditas, akinesia, disertai kelainan postur tubuh dan gaya berjalan. Gerakan halus yang memerlukan koordinasi kerja otot skelet sukar dilakukan pasien, misalnya menyuap makanan, mengancingkan baju, dan menulis.
5. Obat yang bekerja sebagai analgesik
Tabel IX. Golongan, Kelompok, dan Jenis Obat yang Bekerja Sebagai Analgesik yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Panti Rini Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008
No Golongan Kelompok Jenis Obat Jumlah
Kasus
Persentase (%) Dipiron kombinasi
psikoleptik
4 20
Parasetamol 8 40
1 Analgesik
(100%)
Analgesik non opioid (100%)
Metamizole 8 40
48 jam onset stroke (Anonim, 2003). Hipertermi diatasi dengan pemberian antipiretik. Dosis parasetamol yang diberikan adalah 500 mg 4 kali sehari bila perlu (Anonim, 2000). Penggunaan bila perlu dimaksudkan hanya pada saat suhu tubuh naik mencapai 37,5°C, jika suhu tubuh pasien telah kembali normal, penggunaan antipiretik sebaiknya dihentikan. Penggunaan parasetamol yang melebihi dosis yang dianjurkan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan hati sehingga penggunaannya perlu dikontrol.
6. Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi
Tabel X. Golongan, Kelompok, dan Jenis Obat yang Bekerja untuk Pengobatan Infeksi yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap Rumah
Sakit Panti Rini Yogyakarta Periode Juli 2007-Juni 2008
No Golongan Kelompok Jenis Obat Jumlah
Kasus
Persentase (%)
Penisilin (4,5%)
Amoksisilin dan asam klavulanat
1 4,5
Seftriakson 7 31,8
Sefadroxil 3 13,6
Sefuroksim 2 9,09
Sefiksim 1 4,5
Sefotaksim 3 13,6
Sefalosporin (77,09%)
Cefprozil 1 4,5
Siprofloksasin 3 13,6
1 Antibiotik/antimikoba
Kuinolon (18,1%) Levofloksasin 1 4,5
Penggunaan antibiotik pada pasien stroke iskemik yakni untuk mengobati infeksi yang terdiagnosis pada saat masuk atau untuk mengobati terjadinya infeksi nosokomial yang diperoleh saat pasien dirawat. Penanda umum adanya infeksi bakteri ini antara lain terjadinya peningkatan leukosit dalam darah dan ditemukan bakteri pada kultur urin. Pada pasien stroke iskemik karena adanya gangguan peredaran darah di otak akan mengakibatkan aktivasi leukosit sehingga jumlah leukosit dalam darah meningkat. Peningkatan leukosit pada pasien stroke iskemik merupakan mekanisme homeostasis tubuh akibat terjadinya serangan otak. Penggunaan antibiotik hanya berdasarkan peningkatan jumlah leukosit harus dihindari untuk mencegah terjadinya resistensi bakteri. Penggunaan antibiotik dianjurkan jika ditemukan bakteri pada kultur urin dan secara klinis ditemukan tanda-tanda pneumonia pada pasien stroke iskemik. Hal ini dilakukan karena bakteri pneumonia merupakan salah satu komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien stroke iskemik (Anonim, 2003).
7. Obat-obat hormonal
Tabel XI. Golongan, Kelompok, dan Jenis Obat -Obat Hormonal yang Digunakan pada Terapi Kasus Pasien Stroke iskemik di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rini , Yogyakarta
Periode Juli 2007-Juni 2008
No Golongan Kelompok Jenis Obat Jumlah
Kasus
Persentase (%)
Insulin 3 30
Insulin (40%)
Sediaan campuran 1 10
1 Antidiabetik (60%)
Antidiabetik oral Glimepirid 2 20
6-alpha-metilprednisolon
1 10 2 Kortikosteroid
(40%)
Antiinflamasi sistemik
Deksametason 3 30
menderita diabetes melitus. Pada diabetes melitus terjadi hiperglikemi. Hiperglikemi juga terjadi pada 2-3 hari pertama serangan stroke. Hiperglikemi dapat memperluas area infark karena terbentuknya asam laktat dari penguraian glukosa secara anaerob sehingga diperlukan pemberian terapi insulin.
Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan dalam sintesis protein lain. Kerja obat ini sangat rumit, bergantung pada kondisi hormonal seseorang. Namun, secara umum efeknya dibedakan atas efek retensi Na (efek mineralokortikoid) dan efek antiinflamsi (glukorkotikoid). Metilprednisolon mempunyai potensi sebagai antiinflamasi dan retensi Na, sedangkan deksametason mempunyai potensi yang besar sebagai antiinflamasi (Anonim, 2000).
8. Obat saluran kemih