• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan : studi kasus pada guru SMA/MA di kecamatan Ngaglik, Sleman - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan : studi kasus pada guru SMA/MA di kecamatan Ngaglik, Sleman - USD Repository"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR

PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA,

PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN

Studi Kasus Pada Guru SMA/MA di Kecamatan Ngaglik, Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Yacinta Eka Febrianingsih 051334012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

(2)
(3)
(4)

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Ada tiga cara pintar untuk dilakukan:

1.

Melalui pemikiran, itu yang paling mulia

2.

Melalui contoh/meniru, itu yang paling mudah

3.

Melalui pengalaman, itu yang terpahit

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Esa,

Untuk orang tua yang selalu mendukungku,

Untuk pendamping hidupku, dan untuk adik-adikku

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR

PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA,

PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN

Studi Kasus Pada Guru SMA/MA di Kecamatan Ngaglik, Sleman

Yacinta Eka Febrianingsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan.

Penelitian ini dilaksanakan di tiga sekolah Kecamatan Ngaglik yaitu SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran pada bulan Maret 2010. Sampel penelitian ini sebanyak 64 orang. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dan dianalisis dengan uji Anova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja (sig. = 0,574 > α = 0,05); (2) tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru (sig. = 0,413 > α = 0,05); (3) tidak ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan (sig. = 0,877 > α = 0,05).

(8)

ABSTRACT

LEVEL OF TEACHER’S UNDERSTANDING TOWARDS THE STANDARD OF EDUCATION ASSESSMENT PERCEIVED FROM THE DURATION OF

SERVICES, TEACHER’S PROFESIONALISM, AND THE LEVEL OF EDUCATION

A Case Study On Teachers of Senior High Schools and Islamic Senior High Schools in District Ngaglik, Sleman

Yacinta Eka Febrianingsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

The purpose of this research is to find out the different level of teacher’s perception towards the standard of education assessment perceived from the duration of services, professionalism of teachers, and education level.

The research was conducted in one and two Ngaglik State Senior High Schools, and Sunan Pandanaran Islamic Senior High Schools in March 2010. The samples of this research were 64 teachers. Data collected by questionnaire method and analyzed by ANOVA test.

The results shows that: (1) there isn’t any different level of teacher’s understanding towards the standard of education assessment perceived from duration of services (sig. = 0.574 > α = 0.05); (2) there isn’t any different level of teacher’s understanding towards the standard of teacher education assessment perceived from professionalism (sig. = 0.413 > α = 0.05); (3) there isn’t any different level of teacher’s understanding towards the standard of teacher education assessment perceived from education level (sig. = 0.877 > α = 0.05).

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “TINGKAT PEMAHAMAN GURU TERHADAP STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI MASA KERJA,

PROFESIONALISME GURU, DAN TINGKAT PENDIDIKAN” Studi kasus pada guru SMA/MA di Kecamatan Ngaglik, Sleman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dorongan, bantuan, dan masukan dari banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. L. Saptono, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan masukan selama penulis menyusun skrispsi ini.

4. Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku Dosen Penguji, terima kasih atas segala saran dan masukannya.

5. Ag. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Penguji, terima kasih atas segala saran dan masukannya.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

(12)

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penilaian ... 7

B. Guru ... 9

C. Masa Kerja ... 33

D. Profesionalisme Guru ... 34

E. Tingkat Pendidikan ... 35

F. Kerangka Berpikir ... 36

G. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

D. Populasi Penelitian ... 40

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 48

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 48

H. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum SMA N 1 Ngaglik ... 55

B. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum SMA N 2 Ngaglik ... 56

C. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum MA Sunan Pandanaran ... 58

B V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BA

(13)

A. Deskripsi Data ... 61

B. Analisis Data ... 66

C. Pembahasan ... 74

LA BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 78

B. Keterbatasan Penelitian ... 78

C. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

MPIRAN... .... 81

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Operasionalisasi variabel ... 41

Tabel III.2 Skoring Skala Likert ... 46

Tabel III.3 Pengukuran Variabel Masa Kerja ... 47

Tabel III.4 Pengukuran Variabel Profesionalisme ... 47

Tabel III.5 Pengukuran Variabel Tingkat Pendidikan ... 48

Tabel III.6 Uji Bartlett ... 52

Tabel III.7 Rumus Unsur Persiapan Anova ... 53

Tabel V.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 61

Tabel V.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Profesionalisme ... 62

Tabel V.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 63 Tabel V.4 Deskripsi Pemahaman Guru ... 64

Tabel V.5 Pengujian Normalitas Masa Kerja ... 67

Tabel V.6 Pengujian Normalitas Profesionalisme Guru ... 68

Tabel V.7 Pengujian Normalitas Tingkat Pendidikan ... 69

Tabel V.8 Hasil Pengujian Homogenitas ... 70

Tabel V.9 Uji Anova Masa Kerja ... 71

(15)

xv

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian ... 102

Lampiran 5 Data Penelitian ... 104

Tabel V.10 Uji Anova Profesionalisme ... 72

Tabel V.11 Uji Anova Tingkat Pendidikan ... 73

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner ... 83

Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 89

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen diamanatkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Penilaian yang dilakukan guru merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Agar penilaian mampu mencerminkan prestasi peserta didik yang sesungguhnya, maka dalam melaksanakan aktivitas penilaian komunitas guru dan calon guru hendaknya memahami isi pedoman standar penilaian.

Penilaian pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Dalam penilaian, standar penilaian pendidikan menjadi hal penting bagi kalangan guru maupun calon guru karena di dalamnya termuat tujuan, prinsip, teknik dan instrumen, mekanisme dan prosedur pendidikan, penilaian oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah, serta penentuan kelulusan siswa oleh satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik perlu dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ujian

 

(17)

tengah semester, ujian akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian ini digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru maupun calon guru untuk memahami standar penilaian pendidikan dalam rangka mengendalikan standar mutu pendidikan.

Pada kenyataannya, penilaian yang dilakukan oleh guru kadang tidak mencerminkan prestasi peserta didik yang sesungguhnya. Ada guru yang hanya memandang peserta didik dari satu segi saja. Misalnya, ada peserta didik yang dalam kesehariannya mempunyai perilaku kurang rajin maka nilai yang telah diperolehnya pada suatu mata pelajaran tertentu dikurangi dengan alasan karena peserta didik yang bersangkutan tidak rajin. Dari contoh kasus ini apakah pantas dan adil bila peserta didik tersebut mendapat perlakuan yang semacam itu? Apakah penilaian yang tercermin dalam rapor dapat menggambarkan kompetensi peserta didik yang sesungguhnya? Apabila kasus semacam itu terus berkembang di kalangan guru maka rapor yang bertujuan untuk melaporkan hasil belajar peserta didik kepada wali murid tersebut akan menjadi kabur. Dalam hal lain peserta didik akan merasa bahwa dirinya kurang mendapat apresiasi dalam belajar.

(18)

mempengaruhi guru dalam memberikan penilaian. Semakin lama guru bekerja, guru akan mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang standar penilaian pendidikan. Pengetahuan tentang penilaian tersebut dapat diperoleh guru melalui seminar atau sosialisasi penilaian yang diikuti.

Pada aspek profesionalisme guru, secara umum guru yang lulus dalam uji sertifikasi dianggap dan diyakini telah mampu melaksanakan tugas mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan menilai hasil belajar peserta didik. Dengan demikian guru yang sudah lulus uji sertifikasi diduga mempunyai tingkat pemahaman dan profesionalisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang belum lulus uji sertifikasi tentang standar penilaian pendidikan. Pada aspek tingkat pendidikan, tingkat pendidikan guru akan menunjukkan pengetahuan yang telah diperoleh. Guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi diduga akan memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi tentang standar penilaian pendidikan dibandingkan dengan guru yang mempunyai tingkat pendidikan rendah atau dibawahnya.

(19)

B. Batasan Masalah

Dari permasalahan yang ada yaitu tentang penilaian yang dilakukan guru maka hendaknya guru benar-benar memahami standar penilaian pendidikan, sehingga penilaian yang dilakukan mampu memenuhi tata cara atau prosedur penilaian, dengan demikian penilaian mampu digunakan untuk mengukur kompetensi peserta didik dan mampu memberi gambaran tentang prestasi peserta didik itu sendiri. Secara umum, tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Namun dalam penelitian ini, penulis hanya mengambil masa kerja guru, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan yang telah ditempuh guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan?

2. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja guru?

3. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru?

(20)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja guru. 3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru

terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru.

4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru untuk melakukan penilaian yang sesuai dengan standar penilaian pendidikan. 2. Bagi sekolah

(21)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENILAIAN

1. Pengertian Penilaian

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik, penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik (Departemen Pendidikan Nasional, 2003).

Penilaian merupakan istilah umum yang mencakup semua metode yang biasa digunakan untuk menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok. Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan pencapaian belajar peserta didik (Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, 2004).

Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu (Tim Pengembang Pedoman Umum Pengembangan Penilaian menyadur pendapat Griffin & Nix, 1991).

a. Penilaian merupakan kegiatan menafsir data hasil pengukuran. b. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,

(23)

berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

c. Penilaian proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

d. Penilaian adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai tehnik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, maupun menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

e. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan (menganalisis dan menafsirkan) data tentang proses dan hasil belajar peserta didik, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam menentukan tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik.

Jadi penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan data dengan menggunakan beragam alat penilaian untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar dan perkembangan belajar.

2. Tujuan dan Fungsi Penilaian

Tujuan penilaian hasil belajar (www.bpgdisdik-jabar.net/materi/4_SD_1.PDF)

a. Tujuan umum:

1) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik 2) Memperbaiki proses pembelajaran

3) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa 4) Menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai

dengan rencana

5) Mengecek kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran

6) Untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran 7) Menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai kompetensi

(24)

b. Tujuan Khusus:

1) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa 2) Mendiagnosis kesulitan belajar

3) Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar 4) Penentuan kenaikan kelas

5) Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.

Sedangkan, fungsi Penilaian (www.bpgdisdik-jabar.net/materi/4_SD_1.PDF)

a. Bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas b. Umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar c. Meningkatkan motivasi belajar siswa

d. Evaluasi

B. GURU

1. Pengertian Guru

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Istilah profesional dalam pengertian tersebut adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

(25)
(26)

guru dan dosen yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Proses sertifikasi ini dilaksanakan oleh suatu organisasi profesi guru yaitu perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru. Dalam proses sertifikasi terdapat lembaga pendidikan tenaga kependidikan, lembaga ini merupakan perguruan tinggi yang diberi kepercayaan tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan.

(27)

2. Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kedudukan, fungsi dan tujuan guru adalah sebagai berikut:

a. Kedudukan Guru

Sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Fungsi Guru

Untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

c. Tujuan Guru

(28)

3. Prinsip Profesionalitas Guru (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005)

a. Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;

3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

5) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;

6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;

7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan

(29)

b. Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

c. Kualifikasi

1) Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2) Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi

program sarjana atau program diploma empat. d. Kompetensi

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi: a. Kompetensi pedagogik

b. Kompetensi kepribadian c. Kompetensi sosial d. Kompetensi profesional e. Sertifikasi

1) Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

(30)

3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.

Setiap orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

f. Hak dan Kewajiban

1) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak:

a) memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;

b) mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c) memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;

d) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi; e) memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana

(31)

f) memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan;

g) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas;

h) memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;

i) memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan

j) memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau

k) memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

2) Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses

pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

(32)

c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

d) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa cakupan penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pada jenjang perguruan tinggi adalah sebagai berikut :

1) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

a) Penilaian hasil belajar oleh pendidik

b) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan c) Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah

2) Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: a) Penilaian hasil belajar oleh pendidik

b) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi

(33)
(34)

sikap untuk menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik dan ulangan dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik, sama halnya dengan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah BSNP menerbitkan panduan penilaian untuk:

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi d. Kelompok mata pelajaran estetika

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

(35)

nilai yang sama atau lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP, pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan. Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP.

(36)
(37)

mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan. Pada program paket C, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program pendidikan. Untuk jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, Ujian Nasional mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran kejuruan yang menjadi ciri khas program pendidikan.

Untuk kelulusan, peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan, lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lulus ujian nasional. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

(38)
(39)

yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan ini meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan KD pada semester tersebut.

Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif dan/atau aspek psikomotorik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang akan diatur dalam POS Ujian Sekolah/Madrasah. Sedangkan yang dimaksud dengan ujian nasional/UN adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan. Dalam peraturan menteri tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan adanya kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang kompetensi.

(40)

hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu

komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

(41)

9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

(42)

bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antar sekolah, antar daerah, dan antar tahun.

(43)

kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik dengan mempertimbangkan hasil ujian sekolah/madrasah.

Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, yang pertama menyusun kisi-kisi ujian, mengembangkan instrumen, melaksanakan ujian, mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah, yang terakhir melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian. Pada penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan sikap dan perilaku beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. Untuk penilaian kepribadian, yang merupakan perwujudan kesadaran dan tanggung jawab sebagai masyarakat dan warga negara yang baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, adalah bagian dari penilaian kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian oleh guru mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan. Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian kelompok mata pelajaran yang relevan.

(44)

peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remidi. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan belajar. Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui UN dengan langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS) UN. UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang bekerjasama dengan instansi terkait. Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya. Lalu hasil analisis data UN tersebut disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

(45)

instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih, melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan, mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik, mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik, memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran, melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh, dan melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang baik.

(46)

satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik; menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik; menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah; menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan penyelenggara UN; melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan serta melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.

(47)

lulus ujian sekolah/madrasah, dan lulus UN. Satuan pendidikan menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara UN. Serta menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.

(48)

C. MASA KERJA

Menurut Sondang (2000:60), masa kerja merupakan keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui dalam perjalanan hidupnya. Sedangkan, Susilo Martoyo (2000:34) berpendapat bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah mereka yang dipandang lebih mampu dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang nantinya akan diberikan di samping kemampuan intelegensinya yang juga menjadi dasar pertimbangan selanjutnya. Berdasarkan kedua pendapat tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa masa kerja atau pengalaman kerja adalah ukuran lamanya seseorang yang telah menekuni atau menjalani profesi tertentu.

Dalam penelitian ini penggolongan masa kerja atau klasifikasi masa kerja mengacu pada pedoman penilaian sertifikasi guru (Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, 2009:51):

Masa Kerja (Tahun)

> 31 tahun 29 -31 tahun 26 – 28 tahun 23 – 25 tahun 20 – 22 tahun 17 – 19 tahun 14 – 16 tahun 11 – 13 tahun 8 – 10 tahun

(49)

D. PROFESIONALISME GURU

Istilah profesionalisme berasal dari kata profession. Dalam Kamus Inggris Indonesia berarti pekerjaan (Hasan Shadily, 2003:449). Profesi juga diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang insentif. Pengertian profesionalisme adalah pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui keahlian khusus. Jadi profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain maka dapat disimpulkan bahwa pengertian guru yang profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya.

(50)

mempunyai keahlian khusus dalam bidang keguruan yang dibuktikan telah lulus dalam uji sertifikasi guru.

E. TINGKAT PENDIDIKAN

Andrew E Sikula dalam Mangkunegara (2003:50) menyatakan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Sedangkan Hariandja (2002:169) menyatakan tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki produktivitas perusahaan.

Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan adalah proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir yang bertujuan untuk menambah pengetahuan serta mengembangkan kompetensi.

Dalam penelitian ini penggolongan tingkat pendidikan mengacu pada pedoman penilaian sertifikasi guru (Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, 2009:49):

Tingkat Pendidikan SLTA

D – I D – II

D – III/Sarjana Muda S – 1 /D – IV

(51)

F. KERANGKA BERPIKIR

1. Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja.

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Standar penilaian pendidikan layak untuk dipahami guru dan dilaksanakan dalam kegiatan penilaian di sekolah. Mengingat setiap guru memiliki masa kerja yang berbeda, penulis menduga bahwa guru dengan masa kerja yang lebih lama maka akan memiliki tingkat pemahaman terhadap standar penilaian pendidikan yang lebih baik dibandingkan dengan guru yang belum lama mengajar. Hal ini disebabkan guru dengan masa kerja yang lama, maka guru akan mempunyai pengalaman yang lebih banyak dalam melakukan penilaian sehingga mereka dapat melaksanakan penilaian berdasarkan prinsip-prinsip penilaian.

2. Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru.

(52)

mempunyai pemahaman yang kurang terhadap standar penilaian pendidikan. Hal tersebut dikarenakan guru yang lebih profesionalisme memiliki sikap kepribadian yang matang dan berkembang, mempunyai penguasaan ilmu pengetahuan yang kuat, mempunyai ketrampilan yang mampu mengembangkan intelektual peserta didik, dan mempunyai pengembangan terhadap kemampuan profesional.

3. Tingkat pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan adalah proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir yang bertujuan untuk menambah pengetahuan serta mengembangkan kompetensi. Peneliti menduga bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan guru maka akan semakin memperkuat pemahaman terhadap standar penilaian pendidikan. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan guru maka akan memperlemah pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan. Hal tersebut dikarenakan guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai kematangan secara intelektual malalui berbagai pengalaman yang telah diperolehnya.

G. HIPOTESIS PENELITIAN

(53)

1. Terdapat perbedaan pemahaman guru tentang standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja.

2. Terdapat perbedaan pemahaman guru tentang standar penilaian pendidikan ditinjau dari profesionalisme guru.

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi Kasus adalah penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial. Studi kasus dapat dilakukan terhadap seorang individu atau sekelompok individu. Penelitian ini dilakukan pada guru-guru SMA Kecamatan Ngaglik yaitu SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan pada tiga sekolah yaitu SMA N 1 Ngaglik, SMA N 2 Ngaglik, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2010.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

(55)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan, masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan.

D. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi penelitian ini adalah guru-guru di sekolah Kecamatan Ngaglik. Jumlah populasinya 110 guru, dengan rincian populasi SMA N 1 Ngaglik berjumlah 40 guru, SMA N 2 Ngaglik berjumlah 40 guru, dan Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran berjumlah 30 guru.

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran

1. Variabel Tingkat Pemahaman Guru terhadap Standar Penilaian Pendidikan.

(56)

Tabel III.1

Operasionalisasi Variabel Tingkat Pemahaman Guru terhadap Standar Penilaian Pendidikan

1. Penilaian berdasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

2. Penilaian berdasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3. Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik.

4. Penilaian yang merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Prosedur dan kriteria penilaian, serta dasar pengambilan keputusan diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6. Penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai.

7. Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap.

8. Penilaian berdasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9. Penilaian dapat dipertanggungjawabkan.

1. Penilaian hasil belajar menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

2. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa.

3. Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan satuan pendidikan memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki validitas empirik.

(57)

Mekanisme dan Prosedur Penilaian

1. Penilaian hasil belajar dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. 2. Perancangan strategi penilaian oleh pendidik

dilakukan pada saat penyusunan silabus yang penjabarannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

3. Ujian sekolah dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan.

4. Penilaian hasil belajar peserta didik berupa UN dan ujian sekolah/madrasah dilakukan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan.

5. Penilaian akhir hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk mata pelajaran estetika, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik.

6. Penilaian akhir hasil belajar peserta didik mata pelajaran agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, dan kepribadian dilakukan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil penilaian oleh pendidik dengan mempertimbangkan hasil ujian sekolah/madrasah.

7. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah: a) menyusun kisi-kisi ujian, b) mengembangkan instrumen, c) melaksanakan ujian, d) mengolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah, dan e) melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.

8. Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek afektif dilakukan oleh guru agama dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.

9. Penilaian kepribadian dilakukan oleh guru pendidikan kewarganegaraan dengan memanfaatkan informasi dari pendidik mata pelajaran lain dan sumber yang relevan.

10. Penilaian mata pelajaran muatan lokal mengikuti penilaian kelompok mata pelajaran yang relevan.

(58)

Penilaian oleh Pendidik

kepala sekolah/madrasah.

12. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya sehingga peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remidi.

13. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk satu nilai pencapaian kompetensi mata pelajaran, disertai dengan deskripsi kemajuan belajar.

14. Kegiatan penilaian oleh pemerintah dilakukan melalui UN dengan langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS)

15. UN diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama dengan instansi terkait.

16. Hasil UN disampaikan kepada satuan pendidikan untuk dijadikan salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan dan salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.

17. Hasil analisis data UN disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan.

2. Bertujuan memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil.

3. Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester.

4. Mengembangkan indikator pencapaian KD dan memilih teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.

5. Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih.

6. Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan.

(59)

Penilaian oleh satuan pendidikan

8. Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik.

9. Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.

10. Melaporkan hasil penilaian akhlak kepada guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan sebagai informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlak dan kepribadian peserta didik dengan kategori sangat baik, baik, atau kurang baik.

1. Menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik.

2. Mengkoordinasikan ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.

3. Menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan pendidik.

4. Menentukan kriteria program pembelajaran bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit semester melalui rapat dewan pendidik. 5. Menentukan nilai akhir kelompok mata

pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik.

6. Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui rapat dewan pendidik dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik dan nilai hasil ujian sekolah/madrasah.

(60)

Penilaian oleh pemerintah

sekolah/madrasah sesuai POS Ujian Sekolah/Madrasah bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.

8. Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan pendidikan.

9. Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.

10. Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik sesuai dengan kriteria:a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran, b) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan, c) lulus ujian sekolah/madrasah, d) lulus UN.

11. Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.

12. Menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan penyelenggara UN.

1. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk UN yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. UN didukung oleh suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil.

3. Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan, pemerintah menganalisis dan membuat peta daya serap berdasarkan hasil UN dan menyampaikan ke pihak yang berkepentingan.

(61)

Pengukuran variabel pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan didasarkan pada indikator-indikatornya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Berikut ini disajikan tabel skoring berdasarkan skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel III.2

Skoring Berdasarkan Skala Likert

Kriteria Jawaban

Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

BENAR 1 0

SALAH 0 1

2. Variabel Masa Kerja

Masa kerja atau pengalaman kerja ukuran waktu seseorang yang telah menekuni atau menjalani profesi tertentu. Klasifikasi masa kerja dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penilaian sertifikasi guru (Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, 2009:51):

pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.

5. Hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kelulusan peserta didik pada seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.

(62)

Tabel III.3

Pengukuran Variabel Masa Kerja

Masa Kerja (Tahun) Skor

> 31 tahun 11

29 – 31 tahun 10

26 - 28 tahun 9

23 – 25 tahun 8

20 – 22 tahun 7

17 – 19 tahun 6

14 – 16 tahun 5

11 – 13 tahun 4

8 – 10 tahun 3

5 – 7 tahun 2

< 4 tahun 1

3. Variabel Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru adalah sikap guru yang berkompeten dan mempunyai keahlian khusus dalam bidang keguruan yang dibuktikan telah lulus dalam uji sertifikasi guru. Pengukuran variabel profesionalisme dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel III.4

Pengukuran Variabel Profesionalisme

Kriteria Skor

Sudah Sertifikasi 1

Belum Sertifikasi 0

4. Variabel Tingkat Pendidikan

(63)

Tabel III.5

Pengukuran Variabel Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Skor

SLTA 1

D – I 2

D – II 3

D – III/Sarjana Muda 4

S – 1/D – IV 5

S - 2 6

S - 3 7

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data serta keterangan yang diperlukan adalah kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan maupun pernyataan yang disusun secara tertulis berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti meminta responden untuk mengisi dengan jawaban yang sesuai keadaan responden yang sebenarnya. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan.

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

1. Pengujian Validitas

(64)

guru terhadap standar penilaian pendidikan dan masa kerja, profesionalisme guru, tingkat pendidikan

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya nilai koefisien korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi

Product Moment pada tabel dengan dk = n-2. Jika nilai rhitung lebih

besar dari pada nilai rtabel, maka butir pernyataan tersebut dapat

dikatakan valid, dan begitu pula sebaliknya. 2. Pengujian Reliabilitas

(65)

2 t

σ = varian total

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai koefisien Cronbach Alpha > 0, 60 (Nunnaly, 1967 dalam Imam Ghozali, 2001:42). Jadi jika nilai koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari pada 0, 60, maka butir pernyataan tersebut dapat dikatakan valid, dan begitu pula sebaliknya.

H. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Statistik Deskriptif

Pengujian statistik deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan data penelitian tentang pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan, masa kerja, profesionalisme, dan tingkat pendidikan responden. Pendeskripsian data dilakukan berdasarkan PAP II dan dilengkapi dengan perhitungan mean, modus, median, dan standar deviasinya.

2. Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data masing–masing variabel berdistribusi normal atau tidak maka dilakukan uji normalitas. Pengujian normalitas yang digunakan adalah dengan uji

Kolmogorov Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov memusatkan

perhatian pada penyimpangan (deviasi) terbesar. Harga Fo (Xi) –

(66)

Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas sebagai berikut (Ghozali, 2002:36):

( )

Xi S

( )

Xi F

Max

D = oN

Keterangan:

D = Deviasi maksimum

Fo (Xi) = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

SN (Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Pengambilan keputusan berdasarkan hasil tersebut adalah sebagai berikut :

1) Jika nilai asymp. sig < taraf nyata (0,05), maka distribusi data variabel penelitian dinyatakan tidak normal.

2) Jika nilai asymp. sig > taraf nyata (0,05), maka distribusi data variabel penelitian dinyatakan normal.

b. Uji Homogenitas

Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi yang berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang telah diambil dari setiap populasi. Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan pengujian ini. Pengujian yang dipakai adalah uji

Bartlett. Uji Bartlett menggunakan statistik chi kuadrat dengan

rumus (Sudjana, 2002:263): χ2 

= (ln 10) {B ‐ ∑ (ni – 1) log Si2} 

(67)

TABEL III.6

b. Mencari varians gabungan dari semua sampel dengan rumus: S =

(

ni −1

)

/Si2

(

ni −1

)

c. Mencari satuan B dengan rumus: B=

(

logS2

)

(

ni−1

)

d. Menghitung harga chi-kuadrat dengan rumus:

χ2 =ln10

{

B

(

ni −1

)

logSi2

}

Dimana 1n10 = 2,3026 merupakan bilangan tetap yang disebut logaritma asli dari bilangan 10. Jadi rumus dapat ditulis:

χ2 =2,3026

{

B

(

ni −1

)

logSi2

}

(68)

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pertama mengenai pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme, dan tingkat pendidikan dilakukan dengan langkah-langkah:

a. Perumusan hipotesis 1

Ho1: Tidak ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar

penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja.

Ha1: Ada perbedaan pemahaman guru terhadap standar penilaian

pendidikan ditinjau dari masa kerja. b. Pengujian hipotesis 1

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesisnya menggunakan analisis varians satu arah (one way Anova). One way Anova digunakan untuk mengolah data yang hanya mengenal satu variabel saja. Berikut ini disajikan rumus unsur tabel persiapan Anova:

Tabel III.7

Rumus Unsur Tabel Persiapan Anova

Sumber

Variasi (SV) Jumlah Kuadrat (JK)

(69)

Keterangan:

nk = jumlah subyek dalam kelompok

K = banyaknya kelompok N = jumlah subyek seluruhnya

= faktor koreksi yang muncul berkali-kali

N XT

)2

(

JKT = jumlah kuadrat total

JKk = jumlah kuadrat kelompok

JKd = jumlah kuadrat dalam

dbk = derajat kebebasan kelompok

dbd = derajat kebebasan dalam

dbT = derajat kebebasan total

MKk = mean kuadrat kelompok

MKd = mean kuadrat dalam

Jika harga Fhitung > F tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan secara signifikan untuk pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan. Begitu pula sebaliknya, jika harga Fhitung < F tabel maka dapat disimpulkan

bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan untuk pemahaman guru terhadap standar penilaian pendidikan ditinjau dari masa kerja, profesionalisme guru, dan tingkat pendidikan.

(70)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat dan Gambaran Umum SMA N 1 Ngaglik

SMA N 1 Ngaglik awal berdirinya bernama SMA Negeri Donoharjo. 1. SMA Negeri 1 Ngaglik di Donoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta

dibuka terhitung mulai tanggal 2 Februari 1986 dengan nama SMA Negeri Donoharjo Filial SMA Negeri Sleman. Dan jabatan Kepala Sekolah dijabat oleh Bapak R. Sukar. Dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 28 Agustus 1974, nomor 0219/O/1974 terhitung mulai 1 Juli 1974 berubah menjadi SMA Negeri Donoharjo.

2. Untuk sementara waktu pengelolaan dan pembinaan SMA Negeri Donoharjo diserahkan SMA Negeri Sleman yang saat itu dikepalai oleh Bapak R. Sukar.

3. Untuk pelaksanaan proses belajar mengajar saat itu SMA Negeri Donoharjo menempati gedung milik kelurahan Donoharjo.

Berkat bantuan dari pemerintah melalui proyek peningkatan gedung sekolah dan bantuan dari anggota BPPP dan masyarakat sekitarnya, SMA Negeri Donoharjo telah memiliki gedung sendiri walaupun sampai saat ini gedung tersebut menempati tanah milik desa Donoharjo.

(71)

Dusun Kayunan jalan Yogya Puluh Watu, dari arah Monumen Yogya Kembali ke utara kurang lebih 7 km.

B. Gambaran Umum SMA N 2 Ngaglik

Surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tanggal 9 November 1983, nomor 0473/C/1983, dengan surat persetujuan MenPAN nomor B.748/I/MENPAN/9/1983, merupakan bukti otentik lahir dan berdirinya SMA Negeri 2 Ngaglik, yang di kala itu bernama SMA Negeri Ngaglik. Dengan berbagai pertimbangan, tanggal terbitnya surat tidak dijadikan tanggal kelahiran, namun tanggal 31 Juli 1983 lah yang dianggap sebagai hari atau tanggal kelahiran.

Tahun 1983, di awal berdiri, SMA Negeri 2 Ngaglik bernaung pada SMA Negeri 1 Ngaglik yang pada saat itu bernama SMA Negeri Donoharjo, di bawah pimpinan Bapak Soewarno, BA. Karena tidak tersedianya ruangan, SMA Negeri 2 Ngaglik ditempatkan di sebuah barak penampungan korban Gunung Merapi di dusun Balong Donoharjo, jarak sekolah induk dengan sekolah ampuan cukup jauh, yakni kurang lebih 1 kilometer. Tempat tersebut kondisinya tidak layak untuk dihuni, apalagi untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Pendek kata sangat memprihatinkan.

(72)

diambil dari tambahan guru-guru SMA Negeri Donoharjo, karena baru ada seorang guru yang berstatus Nota Tugas untuk SMA Negeri 2 Ngaglik, yaitu Bapak Drs. Sugiyana. Sedangkan karyawan hanya ada seorang petugas sekolah yang berstatus honorer, yaitu Bapak Ngadi yang mempunyai tugas multi, sebagai penjaga sepeda, tukang kebun, dan pesuruh.

Keadaan ini bertahan selama satu semester Tahun Ajaran 1983/1984. Baru pada semester kedua, masih berstatus pinjam, karena kebutuhan sudah dipandang sangat mendesak, SMA Negeri 2 Ngaglik pindah tempat ke Sukoharjo, Ngaglik, Sleman yang notabene memang tempat peruntukannya. Dikarenakan saat itu pembangunannya belum selesai sehingga masih belum diserahterimakan. Tempat ini berlokasi di Jl. Besi – Jangkang, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta atau kira-kira berjarak 2,5 kilometer arah timur Jl. Kaliurang Km 12 Besi.

(73)

Halaman dan lingkungan masih berupa hamparan tanah kosong dan gersang dengan sisa puing-puing bangunan. Gedung tersebut dibangun di atas tanah seluas 31.675 m2 milik Pemerintah Desa Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, yang diserahkan kepada Pimpinan Proyek Peningkatan SMA DIY guna pembangunan SMA Negeri 2 Ngaglik.

C. Gambaran Umum Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran

Penggunaan nama Sunan Pandan Aran sebagai nama Pondok Pesantren mempunyai tujuan untuk mengenang jasa Sunan Pandan Aran di dalam perjuangan untuk melaksanakan misi suci penyebaran agama Islam di Tembayat Klaten. Selain tujuan tersebut penggunaan nama Sunan pandan Aran sebagai nama pesantren baru ini adalah untuk bertafa’ul, berusaha untuk meniru, dan mengikuti kegigihan, serta mewarisi semangat Sunan Pandan Aran, dalam menjalankan misi islam sampai ke pelosok pedesaan. Tujuan ini tidak lepas dari peranan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang berfungsi sebagai kader pemimpin Islam yang rela berjuang demi kejayaan Islam.

(74)

Kalau saja pada awal berdirinya PPSPA hanya memiliki satu bidang pengkajian yaitu tahaffudzul qur’an (menghafal al-Qur’an), maka pada usia yang ke-30 ini PPSPA telah merebak menebarkan sayap perjuangannya. Kini PPSPA telah mempunyai lembaga-lembaga pendidikan yang beragam, seiring dengan perkembangan masyarakat. Tidak kurang dari enam lembaga pendidikan yang ada di PPAPA. Pada dasarnya santri yang ada PPAPA terbagi menjadi tiga bagian:

1. Santri yang khusus mempelajari pengetahuan agama atau menghafal al-Qur’an

2. Santri yang belajar di sekolah formal dalam lingkungan pesantren 3. Santri yang belajar di pesantren dan belajar di sekolah umum yang

ada di luar pesantren.

Rincian dari ketiga bagian tersebut merupakan unit-unit pendidikan yang sekarang dimiliki oleh PPSPA, yaitu:

1. Takhassus tahaffudz al-Qur’an putra dan putri, yang merupakan cikal bakal pendidikan pertama yang ada di PPSPA, sehingga sampai sekarang orang lebih mengenal PPSPA sebagai pondok Al-Quran. Betapapun sesungguhnya PPSPA sudah jauh mengembangkan diri dengan menambah unit dan lembaga pendidikan lainnya.

2. Takhassus Diniyah yang direalisasikan dalam bentuk: a. Madrasah Diniyah Nahariyah

(75)

b. Madrasah Diniyah Lailiyah

Diwajibkan buat para santri yang kebetulan pada pagi dan siang harinya harus belajar di madrasah/sekolah umum masing-masing c. Musyawarah Dewan Guru

Pengajian kitab secara bandungan, baik yang diwujudkan dalam bentuk musyawarah, maupun yang langsung disampaikan oleh Bapak Kyai, dengan kitab maroji.

3. Madrasah Aliyah

Mengikuti kurikulum Depag RI, dengan ujian persamaan lewat KKM MAN Maguwoharjo. Saat ini sudah memiliki dua jurusan, yaitu MAK dan MAU.

4. Madrasah Tsanawiyah

Mengikuti kurikulum Depag RI dan ikut ujian lewat KKM MTsN Ngemplak.

5. Pendidikan santri cilik

Semua santrinya merupakan pelajar sekolah. Pagi sampai siang mereka belajar di SD masing-masing, dan di luar jam sekolah mereka memasuki madrasah untuk belajar ilmu agama.

6. Taman kanak-kanak

(76)

 

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Jumlah subjek penelitian ini adalah 64 guru. Subjek penelitian tersebar pada 3 Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah di kecamatan Ngaglik. Jumlah responden yang mengisi kuesioner penelitian secara lengkap adalah 64 guru (response rate = 100%).

Berikut ini disajikan deskripsi responden dan data penelitiannya. 1. Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja

Tabel V.1

Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja

(77)

Tabel V.1 menunjukkan bahwa asal responden penelitian ini adalah sebagai berikut: guru dengan masa kerja > 31 tahun sebanyak 2 orang (3%), guru dengan masa kerja 29 – 31 tahun sebanyak 7 orang (11%), guru dengan masa kerja 26 – 28 tahun sebanyak 6 orang (9%), guru dengan masa kerja 23 – 25 tahun sebanyak 5 orang (8%), guru dengan masa kerja 20 – 22 tahun sebanyak 9 orang (14%), guru dengan masa kerja 17 – 19 tahun sebanyak 3 orang (5%), guru dengan masa kerja 14 – 16 tahun sebanyak 6 orang (9%), guru dengan masa kerja 11 – 13 tahun sebanyak 2 orang (3%), guru dengan masa kerja 8 – 10 tahun sebanyak 6 orang (9%), guru dengan masa kerja 5 – 7 tahun sebanyak 10 guru (16%), dan guru dengan masa kerja < 4 tahun sebanyak 8 orang (13%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini adalah guru dengan masa kerja 5 – 7 tahun.

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Profesionalisme

Tabel V.2

Deskripsi Responden Berdasarkan Profesionalisme

No Profesionalisme

Guru

Frekuensi Kategori

1 2

Sudah sertifikasi Belum sertifikasi

35 29

Profesional

Tidak/belum profesional

Jumlah 64

(78)

Tabel V.2 menunjukkan bahwa profesionalisme responden penelitian ini adalah sebagai berikut: Guru yang sudah sertifikasi 34 orang (53%) dan guru yang belum sertfikasi 30 orang (47%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian adalah guru yang sudah menempuh program sertifikasi.

3. Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel V.3

Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

D – III/Sarjana Muda S – 1/D – IV

(79)

tingkat pendidikan S – 2 sebanyak 4 orang (6%), guru dengan tingkat pendidikan S – 3 sebanyak 0 orang (0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini dengan tingkat pendidikan S – 1/D – IV.

4. Deskripsi Pemahaman Guru Terhadap Standar Penilaian Pendidikan

Tabel V.4

Pemahaman Guru Terhadap Standar Penilaian

No Interval

Sumber: Data Primer, data diolah berdasarkan pedoman PAP tipe II

(80)
(81)

sebanyak 1 orang. Dari ke-39 guru tersebut 22 diantaranya sudah sertifikasi, dengan tingkat pendidikan 3 guru lulusan D – III/Sarjana Muda, 32 guru lulusan S – I/D – IV, dan 4 guru lulusan S – 2. 3) 14 guru (21%) termasuk dalam kategori cukup. Masa kerja dari ke-14 guru bervariasi yaitu guru dengan masa kerja 18 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 26 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 6 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 14 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 8 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 1 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 9 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 5 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 2 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 21 tahun sebanyak 2 orang, guru dengan masa kerja 26 tahun sebanyak 1 orang, guru dengan masa kerja 24 tahun sebanyak 1 orang dan guru dengan masa kerja 20 tahun sebanyak 1 orang. Dari ke-14 guru tersebut 7 diantaranya sudah sertifikasi, timgkat pendidikan dari ke-14 guru tersebut adalah S – I/D – IV. 4) 1 guru (2%) termasuk dalam kategori tidak baik. Dengan masa kerja 17 tahun, sudah sertifikasi dengan tingkat pendidikan S – I/D – IV.

B. Analisis Data dan Pembahasan

Gambar

Tabel V.11 Uji Anova Tingkat Pendidikan ....................................  73
Tabel III.1
tabel skoring berdasarkan skala Likert yang digunakan dalam
Tabel III.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan tepung terigu dan air pada donat kulit pisang berpengaruh pada rasa, hal ini dibuktikan dari perbandingan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Berdasarkan analisis seluruh hasil penelitian yang diperoleh melalui beberapa metode yaitu observasi, angket, wawancara, dan tes menunjukkan bahwa penggunaan model

Pemeliharaan terencana adalah porses pemeliharaan yang diatur dan diorganisasikan untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi terhadap peralatan di waktu yang akan datang.

Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang yang antara lain berupa biaya pakan, upah tenaga kerja, penyusutan kandang, penyusutan peralatan,

Selanjutnya dipanaskan dengan autoclave selama 45 menit, dan langsung digiling menjadi bentuk pasta Direndam dengan larutan filtrat air abu sekam (FAAS) 20% selama 48 jam.

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

 Menurut Litle , Sistem Penunjang Keputusan / DSS adalah suatu sistem informasi berbasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk

Dampak penerapan strategi mengajar ekspositori ( expository teaching) dalam pembelajaran aqidah akhlak di MI Matholi’ul Huda 02 Srikandang Bangsri Jepara adalah guru aktif