i
PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN
KEBONARUM KABUPATEN KLATEN TERHADAP
SERTIFIKASI GURU BERDASARKAN TINGKAT
PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN LOKASI PENUGASAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh:
KATARINA YENI DWI SUSANTI NIM: 081324021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii SKRIPSI
PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN
KEBONARUM KABUPATEN KLATEN TERHADAP
SERTIFIKASI GURU BERDASARKAN TINGKAT
PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN LOKASI PENUGASAN
Oleh :
Katarina Yeni Dwi Susanti NIM : 081324021
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I
Indra Darmawan, S.E., M.Si. Tanggal,13 Agustus 2012
Pembimbing II
iii
PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN
KEBONARUM KABUPATEN KLATEN TERHADAP
SERTIFIKASI GURU BERDASARKAN TINGKAT
PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN LOKASI PENUGASAN
Dipersiapkan dan ditulis oleh: KATARINA YENI DWI SUSANTI
NIM: 081324021
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 21 September 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua Indra Darmawan, S.E., M.Si.
Sekretaris Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. Anggota Indra Darmawan, S.E., M.Si.
Anggota Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc.
Anggota Dr.C. Teguh Dalyono, M.S.
Yogyakarta, 21 September 2012
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
iv
PERSEMBAHAN :
Karya Sederhana ini Kupersembahkan Teruntuk :
Bunda Maria, Yesus Kristus dan Santa Katarina yang selalu
ada untukku
Bapakku di surga, terimakasih untuk doa yang selalu dikirim dari
surga untuk yeni, ibuku tercinta Maria Sri Mulyandari
terimakasih untuk doanya, kakeku terkasih, kakak, om dan tanteku
yang selalu mendukungku
Seluruh keluarga besar ku.
v
MOTTO
Marilah Kepada-Ku, Semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
(Matius 11:28)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 September 2012 Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : KATARINA YENI DWI SUSANTI
Nomor Mahasiswa : 081324021
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :
PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN TERHADAP SERTIFIKASI GURU BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU, DAN LOKASI PENUGASAN.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 21 September 2012 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN TERHADAP SERTIFIKASI GURU
BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN LOKASI PENUGASAN
Katarina Yeni Dwi Susanti Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi guru berdasarkan tingkat pendidikan, status guru dan lokasi penugasan.
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar di Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini semua guru Sekolah Dasar di Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten dan tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh. Teknik analisa data menggunakan uji F.
ix ABSTRACT
ELEMENTARY SCHOOL TEACHER’S PERCEPTION TOWARDS
TEACHERS’ CERTIFICATE BASED ON THE EDUCATIONAL LEVEL,
TEACHER’S STATUS AND THE PLACE OF WORKING A CASE STUDY ON ELEMENTARY SCHOOL TEACHERS IN
KEBONARUM DISTRICT, KLATEN REGENCY
Katarina Yeni Dwi Susanti Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
The purpose of this research is to know: the difference of teachers’
perception towards teachers’ certificate based on the educational level, teachers’
status and the place they work.
The research was done in elementary schools in Kebonarum district, Klaten regency in June to July 2012. The data collection technique is questionnaire. The population of this research are all the elementary school teachers in Kebonarum district, Klaten regency and the technique taking samples is satuarted technique. The technique of data analysis is F tested.
The results of this research show that: (1) There isn’t any difference of teachers’ perception towards the certification based on the educational level (F count= 1,345 < F table= 2,69); (2) There is the difference of the teachers’
perception towards the certifiacation based on teachers’ status (F count= 2,778 >
F table= 2,69); (3) There is difference of teachers’ perception towards the
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus atas segala berkat dan binbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Persepsi Guru Sekolah Dasar Di Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten Terhadap Sertifikasi Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Status Guru, Dan Lokasi Penugasan.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat, dan doa yang sangat mampu menguatkan dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi dan selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar, memberi saran dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai.
xi
4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi serta para staf karyawan USD Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan pelayanan selama penulis menyelesaikan studi di USD.
5. Bapak dan Ibu guru Sekolah Dasar di Kecamatan Kebonarum yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam membantu melaksanakan penelitian guna menyelesaikan skripsi ini.
6. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Robertus Idris Susanto (Alm) dan Ibu Maria Sri Mulyandari yang telah memberikan doa, cinta, dan dukungan baik moril maupun materiil kepada ku dalam segala hal. Terimakasih atas segala cinta dan kasih sayang yang telah bapak dan ibu berikan untuk yeni. Yesus menyertai ibu dan memberikan tempat yang terindah bagi bapak di surga, Amin.
7. Kakek ku tercinta Ignatius Sukardi yang tak pernah lelah untuk selalu berdoa untuk ku. Terimakasih kakek atas segala pengajaran yang aku dapatkan dari kakek.
8. Om ku Agustinus Sudarsono, bulek Rini, bulek suster Widyaningsih.PI, om Budi dan bulek Puji. Terimakasih untuk semua yang telah kalian berikan untuk ku, sehingga aku bisa bangkit kembali dan menjadi orang yang bisa membawa berkah bagi semua orang.
xii
10. Keponakan-keponakan ku tersayang Rio, Michael, Vera, Mareta, Paska, Ataya, Peter. Terimakasih atas segala keceriaan yang kalian bawa saat aku pusing menyelesaikan skripsi. Tapi sekarang tante bisa menyelesaikan semuanya dengan baik.
11. Fidelis Ermawan Setyo Budi Santoso. Terimakasih atas kesabaran, kasih sayang dan doa yang diberikan untukku.
12. Sahabat-sahabat ku tercinta Endut, Memet, Ewer, Nyit-nyit, Wardani, Agnes, Ogeb, Yayuk, Mia, Akbar, Rian, Mbk Vebi, Cemplok, Mas Rilo dan Mas Trisno. Terimakasih atas segala kasih sayang, doa, keceriaan dan dukungan yang kalian bawa untuk ku. Semoga persahabatan kita akan abadi selamanya. 13. Teman-teman kelas ku Prodi Pendidikan Ekonomi angkatan 2008.
Terimakasih atas segala kebersamaan yang kita ciptakan selama ini. Hidup PE 14. Buat teman-teman di kost Pringgodani 10. Rini, Novel, Itha, Mbk Vera, Feny,
Agnes, Marsel. Terimakasih atas semuanya yang kalian berikan untuk ku. 15. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis
xiii
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukkan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 21 September 2012 Penulis
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
B. Hakikat Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru ... 14
C. Program Sertifikasi Guru ... 18
D. Tingkat Pendidikan ... 39
xv
F. Lokasi Penugasan ... 43
G. Kerangka Berpikir ... 44
H. Kajian Hasil Penelitian Sebelumnya……… 47
I. Hipotesis ... 50
BAB III METODE PENELITIAN... 51
A. Jenis Penelitian ... 51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 51
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 52
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 53
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 54
F. Teknik Pengumpulan Data ... 65
G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 65
H. Teknik Analisis Data ... 69
xvi
a. Tingkat Pendidikan Guru ... 87
b. Status Guru ... 88
c. Lokasi Penugasan ... 88
2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi ... 89
a. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 90
b. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru ... 91
c. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Lokasi Penugasan... ... 92
B. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... 93
1. Uji Normalitas ... 93
2. Uji Homogenitas ... 96
3. Pengujian Hipotesis... ... 98
C. Hasil Pembahasan Data... 101
1. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Tingkat Pendidikan ... 101
2. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Status Guru... .... 105
3. Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Ditinjau dari Lokasi Penugasan ... 108
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 111
A. Kesimpulan ... 111
B. Saran ... 113
C. Keterbatasan Penelitian ... 117
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Daftar Nama Sekolah dan Jumlah Guru dalam
Penelitian ... 53
Tabel III.2 Operasionalisasi Variabel Persepsi Guru terhadap Sertifikasi ... 61
Tabel III.3 Skor Pernyataan Persepsi Guru terhadap Sertifikasi ... 64
Tabel III.4 Hasil Uji Validitas untuk Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi ... 66
Tabel III.5 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 69
Tabel IV.1 Data Responden ... 75
Tabel V.1 Sebaran Responden Penelitian ... 86
Tabel V.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 87
Tabel V.3 Status Responden ... 88
Tabel V.4 Lokasi Penugasan Responden ... 88
xviii
Tingkat Pendidikan ... 90 Tabel V.7 Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Berdasarkan
Status Guru ... 91 Tabel V.8 Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi Berdasarkan
Lokasi Penugasan ... 92 Tabel V.9 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi
Guru Terhadap Sertifikasi Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ... 94 Tabel V.10 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi
Guru Terhadap Sertifikasi Berdasarkan Status Guru ... 95 Tabel V.11 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Persepsi
Guru Terhadap Sertifikasi Berdasarkan Lokasi
Penugasan ... 96 Tabel V.12 Tabel Homogenitas ... 97 Tabel V.13 Tabel One Way Anova Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi
Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 98 Tabel V.14 Tabel One Way Anova Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi
Berdasarkan Status Guru ... 100 Tabel V.15 Tabel One Way Anova Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi
xix
DAFTAR LAMPIRAN
INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 120
Lampiran II Data Prapenelitian ... 126
Lampiran III Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ... 128
Lampiran IV Data Induk Penelitian ... 130
Lampiran V Deskripsi Data ... 139
Lampiran VI Normalitas dan Homogenitas ... 141
Lampiran VII Pengujian Hipotesis ... 144
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
lagi pekerjaan lain. Berbeda dengan negara lain yang menghargai profesi guru maupun dosen sehingga untuk menjadi guru atau dosen merupakan suatu hal yang tidak mudah. Indonesia juga ditantang oleh dunia luar untuk berani menjawab tantangan-tantangan dari dunia luar yang pada jaman sekarang sudah semakin canggih dan maju. Lewat pendidikan inilah Indonesia harus mampu dan bisa untuk menjawab tantangan-tantangan global. Pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi bangsa kita dalam mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain. Seperti contohnya pemerintah Kamboja dan Thailand yang mulai berbenah diri dengan berfokus pada pendidikan warga negaranya. Kedua negara ini mulai merintis pendidikan gratis bagi warganya. Pemerintah Kamboja sendiri mulai mengalihkan sembilan belas persen dari total anggarannya yang biasanya digunakan sebagai angaran militer untuk mendukung pengembangan pendidikan.
menghasilkan lulusan yang mampu berpikir global, mampu bertindak lokal, serta dilandasi oleh akhlak yang mulia.
sertifikasi yang tertuang pada Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengarah pada perlindungan hak dan kewajiban guru, profesi guru serta mengarah pada peningkatan kesejahteraan guru. Program sertifikasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru sebagai tenaga pendidik Indonesia agar dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Dalam program sertifikasi tersebut terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru agar dapat menjadi tenaga pendidik yang dapat meningkatkan mutu pendidikan Indonesia yang berkualitas. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah (1) kompetensi pedagogik (2) kompetensi profesional
(3) kompetensi kepribadian dan (4) kompetensi sosial. Semua kompetensi tersebut haruslah dimiliki oleh guru dan keempat kompetensi tersebut saling terkait satu sama lain dan tidak bisa terpisahkan. Sertifikasi guru bertujuan untuk: (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, (2) meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, (3) meningkatkan kesejahteraan guru, serta
(4) meningkatkan martabat guru; dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
terkait dengan aktivitas sertifikasi jangan memanfaatkan sertifikasi hanya untuk memperoleh tambahan tunjangan dan pendapatan semata, tetapi semua pihak harus memiliki komitmen dan menunjukkan akuntabilitas kinerjanya yang didasari nilai moral yang tinggi.
(Pendidikan Latihan Profesi Guru) menunjukkan tingkat yang sangat memprihatinkan. Rendahnya tingkat kelulusan ini bisa disebabkan rendahnya SDM, rendahnya minat mengikuti PLPG, beban psikologis masing-masing peserta, umur yang sudah renta atau rendahnya guru-guru dalam menulis suatu karya tulis seperti PTK (Penilitian Tindakan Kelas).
Guru-guru SD pada umumnya berasal dari tingkat pendidikan yang berbeda. Tidak hanya berasal dari tingkat pendidikan S1 saja, ada juga guru SD yang lulusan D2 maupun D3 yang menjadi guru. Guru-guru di Kabupaten Klaten khususnya guru SD yang ada di Kecamatan Kebonarum juga berasal dari tingkat pendidikan yang berbeda. Dari latar belakang pendidikan yang berbeda inilah akan menimbulkan persepsi atau cara mengenai sertifikasi.
Status guru di sekolah juga akan mempengaruhi tingkat kesejahteraannya. Seorang guru negeri tentu akan memiliki tingkat kesejahteraan yang berbeda dengan seorang guru swasta. Guru-guru di Kabupaten Klaten yang telah mengikuti sertifikasi pada umumnya adalah PNS. Guru-guru di Kabupaten Klaten khususnya guru SD di Kecamatan Kebonarum yang masih berstatus sebagai guru honorer maupun guru tidak tetap akan memiliki persepsi terhadap sertifikasi terkait dengan statusnya sebagai guru.
salah satu langkah awal suksesnya seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu, masalah penempatan guru ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah. Jika salah penempatan, maka harapan agar guru bisa melaksanakan tugasnya dengan baik, akan sulit terwujud. Selain itu, lokasi penugasan ini juga terkait dengan tingkat pemerataan guru oleh pemerintah. Guru yang ditempatkan di daerah kota harus siap bila suatu saat dia ditempatkan atau dipindahkan untuk mengajar di daerah pedesaan, begitupun sebaliknya. Tingkat pemerataan guru bertujuan agar pendidikan di Kabupaten Klaten khususnya, bisa lebih merata dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Klaten. Tingkat pemerataan guru di Kabupaten Klaten terkait dengan lokasi penugasannya, pemerintah Kabupaten Klaten telah mencoba untuk meratakan guru-guru SD khususnya agar pendidikan di Kabupaten Klaten bisa lebih merata.. Dengan penempatan yang berbeda inilah akan menimbulkan cara pandang guru mengenai sertifikasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN
KLATEN TERHADAP SERTIFIKASI GURU BERDASARKAN
TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU DAN LOKASI
guru-guru Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten.
B. Batasan masalah
Ada banyak faktor yang mempengaruhi guru terhadap sertifikasi guru. Oleh karena itu maka peneliti membatasi penelitian pada persepsi guru sekolah dasar di kecamatan Kebonarum kabupaten Klaten terhadap sertifikasi guru berdasarkan tingkat pendidikan, status guru dan lokasi penugasan.
C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi berdasarkan tingkat pendidikan guru ?
2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi berdasarkan status guru ?
D. Definisi operasional
Dalam penelitian ini definisi operasional dari masing-masing variabel akan diuraikan sebagai berikut :
1. Variabel Persepsi Guru Terhadap Sertifikasi
Persepsi guru terhadap sertifikasi merupakan proses penerimaan, pemahaman dan penginterpretasian seorang guru terhadap sertifikasi melalui proses stimulus yang diterimanya. Sertifikasi guru itu sendiri merupakan proses pemberian sertifikat pendidik kepada seorang guru yang telah mengikuti sertifikasi. Dalam variabel persepsi guru terhadap sertifikasi ini akan dilihat bagaimana persepsi guru terhadap sertifikasi melalui 10 komponen portofolio yang merupakan salah satu instrumen dalam mengikuti sertifikasi guru.
2. Tingkat Pendidikan
3. Status Guru
Status guru merupakan pengangkatan seorang guru sebagai pegawai tetap atau sebagai pegawai belum tetap. Status guru juga bisa diartikan sebagai kedudukan guru dalam suatu sekolah. Variabel status guru ini dapat dilihat dari masing-masing status yang dimiliki oleh seorang guru dalam suatu sekolah. Ada 4 macam status guru, yaitu Guru Honorer, Guru Tidak Tetap Yayasan, Guru Tetap Yayasan, dan Guru Pegawai Negeri Sipil.
4. Lokasi Penugasan
E. Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah yang dikemukakan diatas, dapat dirumuskan tujuan penelitian yang akan dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi berdasarkan tingkat pendidikan guru.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi berdasarkan status guru.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi berdasarkan lokasi penugasan.
F. Manfaat penelitian 1. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif bagi guru yang sudah mengikuti sertifikasi untuk peningkatan keprofesionalnya sebagai seorang guru dan dapat memberikan masukan bagi guru tentang sertifikasi. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat memberikan manfaat dan gambaran tentang sertifikasi bagi guru-guru Sekolah Dasar untuk meningkatkan kualitas guru-guru dalam pendidikan di tingkat dasar.
2. Bagi peneliti
berdasarkan tingkat pendidikan, status guru dan lokasi penugasan. Selain itu peneliti juga mendapatkan wawasan, pengetahuan serta pengalaman baru karena telah terjun langsung dalam melakukan penelitian ini.
3. Bagi pemerintah Kabupaten Klaten
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi pemerintah kabupaten Klaten khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Klaten dalam menyelenggarakan sertifikasi guru terkait dengan tingkat pendidikan yang dimiliki guru, status guru dalam sekolah dan tingkat pemerataan guru saat ditempatkan di daerah yang berbeda.
4. Bagi perpustakaan Universitas Sanata Dharma
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris (Walgito, Bimo.2005). Persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya (Moskowitz dan Orgel.1969). Dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan dengan objek (Branca.1964). Menurut Davidoff (1981:100) dengan persepsi individu akan menyadari tentang keadaan di sekitarnya dan juga keadaan diri sendiri. Persepsi itu bersifat individual (Davidoff.1981; Rogers.1965).
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi.
Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi menurut Walgito (2005:101) adalah sebagai berikut :
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagi reseptor. 2. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
3. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
B. Hakikat Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru
dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional antara lain :1) Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik, 2) Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat, (3 Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah, (4 Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas 1. Pengertian Guru
Pengertian guru menurut wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, guru (dari Sanskerta: yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. 2. Peran dan Fungsi Guru
Menurut Mulyasa (2007:9) peran dan fungsi guru dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
Bahwa setiap guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersikap realistis, jujur dan terbuka, serta peka terhadap perkembangan terutama inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua itu, guru harus memiliki pengetahuan yang luas, menguasai berbagai jenis bahan pembelajaran, menguasai teori dan praktek pendidikan, serta menguasai kurikulum dan metodologi pembelajaran.
b. Sebagai anggota masyarakat
Bahwa setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu, harus menguasai psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki ketrampilan membina kelompok, ketrampilan bekerjasama dalam kelompok dan menyelesaikan tugas bersama dalam kelompok.
c. Sebagai pemimpin
Bahwa setiap guru adalah pemimpin, yang harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah.
d. Sebagai administrator
memiliki pribadi yang jujur, teliti, rajin, serta memahami strategi dan manajemen pendidikan.
e. Sebagai pengelola pembelajaran
Bahwa setiap guru harus mampu dan menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar-mengajar di dalam maupun di luar kelas.
3. Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai dengan kesadaran dan keterampilan melaksanakan tugas secara bertanggung jawab.
profesi. Dari pengertian di atas seorang guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi guru yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
C. Program Sertifikasi Guru 1. Pengertian Sertifikasi Guru
Dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang disahkan pada tanggal 30 Desember 2005, di kemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.
Berikut ini dikutipkan beberapa pasal yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen agar pemahaman tentang sertifikasi lebih jelas 1:
Pasal 1 butir 11 : Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen.
1Sumber : Muslich, Mansur.2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik
Pasal 8 : Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendididk, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Pasal 11 butir 1 : Sertifikasi pendidik sebagaimana dalam Pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
Pasal 16 : Guru yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar pemerintah.
2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru
Menurut H. Suyatno, M.Pd (2008) tujuan sertifikasi sebagai berikut : a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional; b. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan;
c. Meningkatkan martabat guru; d. Meningkatkan profesionalitas guru.
Sedangkan manfaat sertifikasi sebagai berikut :
a. Melindungi profesi guru dari praktek yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru;
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional;
3. Kompetensi Guru Profesional
Kompetensi merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja. Sementara itu, menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Jadi kompetensi guru dapat dipahami sebagai tindakan kebulatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 10 dan Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Keempat jenis kompetensi guru yang dipersyaratkan diuraikan sebagai berikut:
a. Kompetensi pedagogik
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b dikemukakan kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Menurut Mulyasa (2007:117) kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.
c. Kompetensi profesional
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
d. Kompetensi sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya.
4. Dasar Hukum Sertifikasi Guru
Menurut Dirjendikti Kemendiknas(2010:2) dasar hukum pelaksanaan sertifikasi guru adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru dalam jabatan.
g. Keputusan Mendiknas Tahun 2009 tentang Pembentukan Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).
h. Keputusan Mendiknas Nomor 022/P/2009 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam jabatan. i. Surat Edaran Ketua KSG Nomor 1357/D/T/2009, tanggal 10
Agustus 2009 tentang Kesepakatan Rapat KSG tanggal 17 Juli 2009.
j. Surat Edaran Ketua KSG Nomor 1876/D/T/2009, tanggal 19 Oktober 2009, tentang Kesepakatan Rapat KSG tanggal 14 Oktober 2009.
5. Pelaksanaan Sertifikasi Guru Melalui Uji Kompetensi Portofolio a. Pengertian Portofolio
pada tingkat kompetensi guru yang bersangkutan, yang mencakup kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dalam peraturan menteri pendidikan nasional Republik Indonesia (RI) no. 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan, komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
b. Fungsi Portofolio
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, prestasi akademik, dan karya pengembangan profesi.
Portofolio juga berfungsi sebagai: (1) wahana guru untuk menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kerjanya yang meliputi produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan pendukung; (2) informasi/data dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan; (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidikan atau belum); dan (4) dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru.
c. Komponen Portofolio 1) Kualifikasi akademik
pendidikan terakhir yang dimiliki oleh guru peserta sertifikasi. Bukti fisik kualifikasi akademik berupa ijazah atau serttifikat diploma.
2) Pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan pelatihan adalah kegiatan pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh guru dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi selama melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik komponen pendidikan dan pelatihan ini berupa sertifikat atau piagam yang dikeluarkan oleh lembaga penyelenggara.
3) Pengalaman mengajar
Pengalaman mengajar adalah masa kerja sebagai guru pada jenjang, jenis, dan satuan pendidikan formal tertentu. Bukti fisik dari komponen pengalaman mengajar ini berupa surat keputusan, surat tugas, atau surat keterangan dari lembaga yang berwenang (pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan, atau satuan pendidikan).
4) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah persiapan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk satu topik atau kompetensi tertentu. Perencanaan pembelajaran sekurang-kurangnya memuat perumusan tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber/media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar
Pelaksanaan pembelajaran adalah kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kinerja guru tersebut meliputi tahapan pra pembelajaran (pengecekan kesiapan kelas dan apersepsi), kegiatan inti (pengusaan materi, strategi pembelajaran, pemanfaatan media/sumber belajar, evaluasi, penggunaan bahasa), dan penutup (refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut).
5) Penilaian dari atasan dan pengawas
Penilaian dari atasan dan pengawas adalah penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi aspek-aspek ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreatifitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerjasama.
6) Prestasi akademik
yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan karya akademik (juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang pendidikan atau nonkependidikan), pembimbingan teman sejawat (instruktur, guru inti, tutor), dan pembimbingan siswa kegiatan ekstra kurikuler (pramuka, drumband, mading, karya ilmiah remaja-KIR, dan lainlain). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara.
7) Karya pengembangan profesi
fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut.
8) Keikutsertaan dalam forum ilmiah
Keikutsertaan dalam forum ilmiah adalah partisipasi guru dalam forum ilmiah (seminar, semiloka, simposium, sarasehan, diskusi panel, dan jenis forum ilmiah lainnya) pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau internasional, baik sebagai nara sumber/pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang dilampirkan berupa makalah dan sertifikat/ piagam bagi nara sumber, dan sertifikat/ piagam bagi peserta. 9) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
(ISMaPI), dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Pengurus organisasi sosial antara lain: ketua RT, ketua RW, ketua LMD/BPD, dan pembina kegiatan keagamaan. Mendapat tugas tambahan antara lain: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua jurusan, kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala studio, kepala klinik rehabilitasi, dan lain-lain. Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.
10) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan adalah penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil, lokasi/ geografis), kualitatif (komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam, atau surat keterangan.
6. Pelaksanaan Sertifikasi Guru Melalui Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
(PLPG) yang diakhiri dengan ujian. Untuk menjamin standardisasi mutu proses dan hasil PLPG, perlu disusun rambu-rambu penyelenggaraan PLPG.
a. Dasar Hukum
Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagai upaya meningkatkan profesionalitas guru dan meningkatkan mutu layanan dan hasil pendidikan di Indonesia, diselenggarakan berdasarkan landasan hukum sebagai berikut:
1) Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2) Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.
5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.
b. Tujuan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) bertujuan untuk meningkatkan kompetensi, profesionalisme, dan menentukan kelulusan guru peserta sertifikasi yang belum mencapai batas minimal skor kelulusan pada penilaian portofolio.
7. Pendidikan Profesi Guru (PPG)
rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional..
Terkait dengan hal tersebut di atas, dalam upaya meningkatkan mutu guru sebagaimana diamanahkan Undang-Undang no. 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah no. 74 Tahun 2008, menyebutkan bahwa guru harus berpendidikan minimal S1/D-IV dan wajib memiliki sertifikat pendidik yang diperoleh melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG).
a. Pengertian Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Menurut Undang-Undang no 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian program Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah program pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1 kependidikan dan S-1 atau D-IV non kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka dapat menjadi guru yang profesional sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat pendidik.
b. Landasan Penyelenggaraan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)
2) Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 3) Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
4) Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 8 Tahun 2009
tentang Program Pendidikan Profesi Guru Pra Jabatan. c. Tujuan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Mengacu pada Undang-Undang no. 20/2003 Pasal 3, tujuan umum program pendidikan profesi guru adalah menghasilkan calon guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
pelatihan peserta didik serta melakukan penelitian, dan mampu mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan.
d. Sistem Rekruitmen Peserta PPG Sertifikasi Guru 2012 1) Seleksi Administrasi Oleh Dinas Pendidikan
a) Guru dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV yang tidak sesuai dengan mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, atau satuan pendidikan (TK dan SD) yang diampu, keikutsertaan dalam pendidikan profesi berdasarkan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran dan/atau satuan pendidikan yang diampunya.
b) Calon peserta PPG mendaftar ke Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan menyerahkan dokumen berikut: (1) Format isian calon peserta PPG (Format P1).
(2) Foto kopi ijazah S-1/D-IV yang sudah dilegalisasi oleh perguruan tinggi asal atau Kopertis untuk lulusan PTS yang sudah tidak beroperasi.
(3) Foto kopi SK pengangkatan sebagai PNS bagi guru PNS, SK GTY atau SK dari Pemda bagi guru bukan PNS. (4) Foto kopi SK pengangkatan sebagai guru bukan PNS (guru
(5) Surat pernyataan kesediaan mengikuti pendidikan dan meninggalkan tugas mengajar yang ditandatangani oleh yang bersangkutan dan kepala sekolah.
(6) Surat persetujuan dari Kepala Sekolah dan diketahui oleh Dinas Pendidikan.
(7) Surat keterangan berbadan sehat dari dokter.
(8)Surat keterangan bebas napza dari instansi yang berwenang. c) Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan seleksi administrasi calon peserta PPG dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen.
d) Calon peserta PPG yang dinyatakan lulus seleksi administrasi selanjutnya dikirim ke LPTK dalam daftar hasil seleksi administrasi calon peserta PPG dalam bentuk cetakan (hardcopy) dan file (softcopy) (Format P2).
2) Seleksi Akademik Oleh LPTK
a) LPTK melakukan verifikasi dokumen berdasarkan dokumen yang dikirim oleh Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota. b) LPTK melakukan seleksi akademik menggunakan tes dan non
tes yang meliputi hal-hal berikut:
(1) Tes penguasaan bidang studi (sesuai dengan program PPG yang akan diikuti).
(3) Tes potensi akademik.
(4) Penelusuran minat dan bakat melalui wawancara dan observasi kinerja
c) LPTK menetapkan hasil seleksi sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan melaporkan ke Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dit. Diktendik) Ditjen Dikti dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP & PMP) dengan menggunakan Format P3.
8. Persyaratan Sertifikasi Guru 2012
a. Guru yang masih aktif mengajar di sekolah di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dari program studi yang terakreditasi atau minimal memiliki izin penyelenggaraan.
c. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas dengan ketentuan: 1) bagi pengawas satuan pendidikan selain dari guru yang diangkat
2) bagi pengawas selain dari guru yang diangkat setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru harus pernah memiliki pengalaman formal sebagai guru. d. Guru bukan PNS pada sekolah swasta yang memiliki SK sebagai
guru tetap dari penyelenggara pendidikan (guru tetap yayasan), sedangkan guru bukan PNS pada sekolah negeri harus memiliki SK pengangkatan sebagai guru dari Bupati/Walikota atau dinas pendidikan provinsi/ kabupaten/kota.
e. sudah menjadi guru pada saat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditetapkan (30 Desember 2005). f. Pada tanggal 1 Januari 2013 belum memasuki usia 60 tahun.
g. Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK). h. Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan
pendidikan yang BELUM memiliki kualifikasi akademik S-1/D-IV apabila:
1) pada 1 Januari 2012 sudah mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau 2) mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka kredit
kumulatif setara dengan golongan IV/a (dibuktikan dengan SK kenaikan pangkat).
D. Tingkat Pendidikan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Driyarkara (1980:32) pendidikan adalah fenomena fundamental atau asasi dalam kehidupan manusia. Pendidikan dalam konteks otonomi daerah diharapkan bisa menjadikan perubahan paradigma dari sentralisasi menjadi desentralisasi, dari budaya petunjuk menjadi penekanan prinsip demokrasi, prakarsa dan aspirasi masyarakat daerah (Mulyasa.2007:4). Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Tingkat pendidikan adalah ukuran tinggi rendahnya seseorang yang diukur dari berapa lamanya dia mengenyam pendidikan.
1. Pendidikan formal
Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Misalnya SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi 2. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya berbentuk kursus-kursus.
3. Pendidikan informal
Pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Menurut Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan dikemukakan bahwa ada empat macam program pendidikan guru, (Sahertian.1994:68), yaitu:
a. Program non gelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut :
1) Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun. 2) Program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun. 3) Program Diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun.
b. Program gelar yang melalui jenjang sarjana (S1), dengan lama studi 4-7 tahun.
E. Status Guru
Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang bertanggung jawab dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam hubungannya dengan guru-guru berarti martabat atau penghargaan yang diberikan kepada mereka, sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas kemampuan mereka dalam melakukannya dan persyaratan kerja, penggajian serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan kepada mereka dibandingkan dengan golongan-golongan karya lainnya.
Menurut Piet A. Sahertian (1994:10) yang dimaksud dengan status guru adalah kedudukan guru dilihat dari propertinya dalam suatu sistem sosial. Di dalam pendidikan, status guru itu terdiri atas :
1. Guru Negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu instansi milik pemerintah, guru yang diperkerjakan di suatu instansi swasta tetapi tetap digaji oleh negara.
2. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :
b. Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan.
c. Guru Tidak Tetap Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan tetapi statusnya belum tetap.
Dalam harian Kompas, Selasa 5 Maret 2012 menjelaskan bahwa ada 9 status guru di Indonesia. Adanya sembilan status guru di Indonesia tersebut disebabkan karena persoalan guru di Indonesia yang semakin semrawut. Sembilan status tersebut antara lain :
1) PNS adalah guru pegawai negeri sipil yang ada di sekolah negeri
2) PNS Kementrian Agama adalah guru pegawai negeri sipil keagamaan yang ada di sekolah negeri
3) PNS Diperbantukan adalah guru pegawai negeri sipil yang ditugaskan mengajar di sekolah swasta
4) Guru Bantu adalah guru yang mengajar di sekolah yang honornya diambil dari APBN
5) Guru Honorer Daerah adalah guru yang mengajar di sekolah yang honornya diambil dari APBD
6) Guru Tidak Tetap adalah guru yang mengajar di sekolah yang honornya diambil dari iuran siswa/dana operasional sekolah (BOS)
7) Guru Tetap Yayasan adalah guru tetap yang mengajar di sekolah swasta 8) Honor di Sekolah Negeri adalah guru yang mengajar di sekolah karena
9) SM 3T adalah sarjana pendidikan yang ditempatkan di daerah terpencil F. Lokasi Penugasan
lain yang ada di sekitarnya dan dapat mengungkapkan pula mengapa kondisinya demikian.
Masalah penugasan menyangkut penjadwalan para pekerja pada pekerjaan-pekerjaan dengan dasar penugasan satu ke satu dengan jumlah pekerja sama dengan pekerjaan. Tujuan dari penugasan adalah menjadwal setiap pekerja pada suatu pekerjaan selesai dalam waktu total yang minimum.
Lokasi penugasan merupakan penempatan guru dalam mengajar di sekolah. Lokasi penugasan ini dibagi menjadi dua yaitu daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Guru yang ditempatkan di desa tentu akan berbeda dengan guru yang di tempatkan di kota. Dilihat dari konteks budaya guru yang didesa dipandang sebagai orang yang lebih banyak tahu dan terpandang (Sahertian,1994:21). Sedangkan guru yang ditempatkan dikota, mereka lebih cenderung dalam pendidikan dan mengajar sudah berfokus pada inovasi dan kreativitas baru. Guru yang ditempatkan di desa akan tentu akan memiliki persepsi yang berbeda terhadap sertifikasi dengan guru yang ditempatkan dikota. Penempatan guru baik di desa maupun di kota ini dilihat dari segi administratif yang dilakukan oleh masing-masing sekolah.
G. Kerangka Berpikir
Persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmanai dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.
Tingkat pendidikan adalah ukuran tinggi rendahnya seseorang yang diukur dari berapa lamanya dia mengenyam pendidikan. Tingkat pendidikan formal yang dicapai akan membawa pengaruh pada kehidupan seseorang yaitu pengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan yang berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal dan status sosial dalam masyarakat. Seorang guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempunyai persepsi terhadap sertifikasi guru yang berbeda dengan guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih rendah.
2. Persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari status guru
guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmanai dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.
3. Persepsi guru terhadap sertifikasi guru ditinjau dari lokasi penugasan
Persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang integrated dalam diri individu. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmanai dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang layak.
Lokasi penugasan merupakan penempatan guru dalam mengajar di sekolah. Lokasi penugasan ini dibagi menjadi dua yaitu daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Guru yang ditempatkan di desa akan tentu akan memiliki persepsi yang berbeda terhadap sertifikasi dengan guru yang ditempatkan dikota.
H. Kajian Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian yang dilakukan oleh Guswanto, Hyancinthus Eko (2009)
ruang guru dengan studi kasus pada guru SD, SMP, dan SMA di Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul Yogyakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) ditinjau dari tingkat pendidikan guru sebagai berikut: a) <D4/S1, guru yang memiliki persepsi sangat positif terhadap sertifikasi ada 4 guru (2,12%), 25 guru (13,23%) memiliki persepsi positif, 25 guru (13,23%) memiliki persepsi cukup
positif dan 2 guru (1,06%) memiliki persepsi negatif, b) ≥D4/S1 guru yang
persepsi cukup positif, b) dari golongan III/a-III/d ada 2 guru (1,56%) yang memiliki persepsi sangat positif terhadap sertifikasi, 43 guru (33,59%) memiliki persepsi positif, 28 guru (21,86%) memiliki persepsi cukup positif dan 1 guru (0,78%) memiliki persepsi negatif, c) dari golongan IV/a-IV/e ada 2 guru (1,56%) memiliki persepsi sangat positif terhadap sertifikasi, 19 guru (14, 84%) memiliki persepsi positif, 19 guru (14,84%) memiliki persepsi cukup positif dan 2 guru (1,56%) memiliki persepsi negatif.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2008 di SD, SMP, dan SMA di Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, sampel yang diambil sebanyak 9 sekolah dengan jumlah responden ada 189 guru. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik non-tes dengan menggunakan kuisioner yang berisi 10 komponen portofolio.
I. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi berdasarkan tingkat pendidikan.
2. Ada perbedaan persepsi guru terhadap sertifikasi berdasarkan status guru.
51 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu (Arikunto.2002:120). Penelitian ini diterapkan untuk meneliti persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status guru, dan lokasi penugasan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
yang mengajar di pendidikan dasar juga harus memiliki kualitas pendidikan yang baik dan kompeten. Diharapkan dengan adanya sertifikasi ini dapat meningkatkan kualitas dan kompetensi guru-guru yang mengajar di Sekolah Dasar kecamatan Kebonarum agar kualitas pendidikan dasar di kecamatan Kebonarum lebih meningkat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2012. C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pihak atau lembaga yang memberikan informasi. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian yang akan diteliti adalah guru-guru Sekolah Dasar di kecamatan Kebonarum kabupaten Klaten.
2. Objek Penelitian
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi
Dalam peneletian ini yang menjadi populasi adalah guru-guru Sekolah Dasar di kecamatan Kebonarum kabupaten Klaten yang berjumlah 160 guru.
2. Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah semua guru-guru sekolah dasar (SD) di kecamatan Kebonarum baik yang sudah mengikuti program sertifikasi maupun yang belum mengikuti program sertifikasi. Sampel guru dalam penelitian ini akan diambil dari seluruh populasi yang ada yaitu sebanyak 160 guru yang mengajar di sekolah dasar (SD) di kecamatan kebonarum. Sementara sampel sekolah akan diambil dari semua total sekolah dasar (SD) yang ada di kecamatan Kebonarum yaitu sebanyak 13 sekolah dasar (SD). Berikut penulis sajikan dalam bentuk tabel :
Tabel III.1
Daftar Nama Sekolah dan Jumlah Guru Dalam Penelitian
No Nama Sekolah Jumlah Guru
1. SD Negeri I Pluneng 12
2. SD Negeri II Pluneng 11
3. SD Negeri I Ngrundul 10
4 SD Negeri II Ngrundul 10
5. SD Negeri I Gondang 11
No Nama Sekolah Jumlah Guru
7. SD Negeri I Karangduren 12
8. SD Negeri II Karangduren 10
9. SD Negeri I Menden 13
10. SD Negeri I Malangjiwan 12
11. SD Negeri Basin 10
12. MI Muhammadiyah Basin 24
13. SDIT AL Hasna Gondang 14
Jumlah Guru 160
Sumber: dokumen UPTD kecamatan Kebonarum
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dibuat berdasarkan populasi yang ada dengan menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel.
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Tingkat Pendidikan Guru
Tingkat pendidikan guru adalah ukuran tinggi rendahnya seseorang yang diukur dari berapa lamanya dia mengenyam pendidikan. Pemberian peringkat dalam variabel ini adalah sebagai berikut:
a. SMA / SPG / STM
menamatkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau yang sederajat. Sekolah Menengah Atas diselesaikan dalam kurun waktu 3 tahun, yaitu mulai kelas 10 sampai kelas 12. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan tingkat pendidikan guru SMA / SPG / STM adalah guru-guru yang mengajar di SD se-Kebonarum yang menempuh pendidikan dalam kurun waktu 3 tahun. Tingkat pendidikan SMA/ SPG/ STM ini dapat diberi angka 1 dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengisian data.
b. D1
Program diploma 1 merupakan program non gelar dengan lama studi 1- 2 tahun dan ditempuh di perguruan tinggi. Dalam hal ini yang dimasudkan dengan tingkat pendidikan D1 adalah guru-guru yang mengajar di SD se-Kebonarum yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dalam kurun waktu 1-2 tahun. Tingkat pendidikan D1 dapat diberi angka 2 dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengisian data. c. D2
pendidikan di perguruan tinggi dalam kurun waktu 2-3 tahun. Tingkat pendidikan DI dapat diberi angka 3 dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengisian data. d. D3
Program diploma 3 merupakan program non gelar dengan lama studi 3-5 tahun dan ditempuh di perguruan tinggi. Dalam hal ini yang dimasudkan dengan tingkat pendidikan D3 adalah guru-guru yang mengajar di SD se-Kebonarum yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dalam kurun waktu 3-5 tahun. Tingkat pendidikan D3 dapat diberi angka 4 dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengisian data. e. S1
2. Variabel Status Guru
Status guru adalah kedudukan guru dilihat dari propertinya dalam suatu sistem sosial. Pemberian peringkat dalam variabel ini adalah sebagai berikut:
a. Guru Honorer
Status guru honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum mengajar penuh atau dapat dikatakan sebagai guru bantu. Kriteria guru honorer dalam penelitian ini adalah guru-guru yang mengajar di SD se-Kebonarum yang belum mempunyai jam mengajar penuh dan masih digaji oleh sekolah tersebut. Status guru honorer ini dapat diberi angka 1 dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengisian data.
b. Guru Tidak Tetap Yayasan
pemberian angka ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengisian data.
c. Guru Tetap Yayasan
Status guru yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan. Kriteria guru yayasan dalam penelitian ini adalah guru-guru yang mengajar di SD se-Kebonarum yang sudah berstatus sebagai guru tetap di sekolah tersebut. Status guru yayasan ini dapat diberi angka 3 dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengisian data.
d. Guru Pegawai Negeri (PNS)
3. Variabel Lokasi Penugasan
Lokasi penugasan merupakan penempatan guru dalam mengajar di sekolah. Lokasi penugasan ini dibagi menjadi dua yaitu daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Pemberian peringkat dalam variabel ini adalah sebagai berikut :
a. Desa
Desa merupakan suatu land settlement yang bersifat rural, desa dapat dibedakan dalam artian umum dan artian administratif (Bintarto.1977:10). Dalam artian umum desa digambarkan sebagai unit-unit pemusatan penduduk yang bercorak agraris dan terletak relatif jauh dari kota. Sedangkan dalam artian administratif desa merupakan suatu kesatuan administratif yang dikenal dengan istilah kelurahan, karena pimpinan desanya adalah lurah. Dalam penelitian ini kriteria lokasi penugasan di daerah pedesaan adalah lokasi sekolah yang berada di desa menurut artian administratif dimana letak lokasi sekolah berada di tengah-tengah masyarakat admistratif desa. Variabel lokasi penugasan guru di daerah pedesaan dapat diberi angka 1 dimana pemberian angka ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengisian data.
b. Kota