• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PEMAHAMAN INFORMASI MEDIS PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS WOHA BIMA - Repository UNRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PEMAHAMAN INFORMASI MEDIS PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS WOHA BIMA - Repository UNRAM"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PUSKESMAS WOHA BIMA

Diajukan sebagai syarat meraih gelar Sarjana pada Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Oleh Nurfarhati H1A012043

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

(2)

Pemahaman Informasi Medis pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Woha Bima

Nama Mahasiswa :Nurfarhati

Nomor Mahasiswa :H1A012043

Fakultas :Kedokteran

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu syarat meraih gelar Sarjana pada Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.

Mataram, 6 Desember 2015

Pembimbing Utama

dr. Hamsu Kadriyan, SpTHT.,M.Kes NIP. 19730525 200112 1 001

Pembimbing Pendamping

dr. Muthia Cenderadewi NIP. 19850128 201012 2 003

HALAMAN PENGESAHAN

(3)

Nomor Mahasiswa : H1A 012 043

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 14 Desember 2015

Ketua :

dr.

Hamsu Kadriyan, Sp.THT -KL , M.Kes NIP. 19730525 200112 1 001

Anggota :

dr.

Muthia Cenderadewi NIP . 19850128 201012 2 003

Anggota :

dr.

Yunita Sabrina, M.Sc,Ph.D NIP.19760624 2001 12 2 001

Mengetahui,

Dekan FK Universitas Mataram,

dr.

Hamsu Kadriyan, Sp.THT -KL , M.Kes

NIP. 19730525 200112 1 001

PRAKATA

(4)

menyelesaikan pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram untuk

meraih gelar Sarjana. Karya tulis ini berjudul: Faktor – Faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Pemahaman Informasi Medis pada Pasien Rawat Jalan di

Puskesmas Woha Bima

Selama proses penyusunan karya tulis ini, penulis mendapatkan banyak

bimbingan, bantuan dan dukungan dari pihak baik dalam institusi maupun dari

luar institusi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Pada kesempatan ini,

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karuniannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini.

2. Harta yang sangat berharga Ibu Tercinta Flora dan Bapak Terhebat Syahlan

yang telah membesarkan dan mendidik saya. Saya berterima kasih kepada

beliau berdua karena dengan dukungan beliau berdualah saya dapat

melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Terima kasih banyak atas

cinta, kasih sayang dan doa yang tiada henti, juga perhatian, nasihat, motivasi,

dan support yang tidak ternilai harganya hingga saya menjadi perempuan

mandiri hingga dititik ini. Saya menyadari bahwa tanpa beliau berdua,

mustahil saya bisa menjadi seperti sekarang.

(5)

4. Prof Ir. H. Sunarpi, Ph.D selaku rektor universitas mataram.

5. dr. Hamsu Kadriyan SpTHT, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Mataram yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. dr. Hamsu Kadriyan SpTHT, M.Kes selaku pembimbing utama yang

membimbing dan memberi banyak masukan serta saran dengan penuh

kesabaran selama proses penyusunan karya tulis ini.

7. dr. Muthia Cenderadewi selaku pembimbing pendamping yang selalu

memberi bimbingan, petunjuk, dan masukan dengan penuh kesabaran selama

penulisan demi kelancaran proses penyusunan karya tulis ini.

8. dr. Ganis Kristanto, selaku kepala Puskesmas Woha Bima yang telah

mempermudah perijinan pelaksanaan penelitian ini.

9. Hartini Ahadiyatur Ru’yi dan Maya Farahiya yang merupakan teman satu tim

penelitian dan sahabat seperjuangan dalam menyusun, menjalani, dan

menyelesaikan penelitian ini.

10. Teman seperjuangan “Diskotik” (kk Hul, kk Aten, Mbak may, kk yan, kk is)

yang telah mewarnai kehidupan penulis selama kuliah di FK Unram

11. Teman sejawat “Dennias” (Dedew, Ana, Nita, Mbak can, Mbak may, Kk is)

yang telah mengajari banyak hal baik secara langung maupun tidak langsung

kepada penulis selama kuliah di FK Unram

(6)

mendengarkan keluh kesah saya hingga sekarang.

14. Abang Vito yang telah membantu mengajarkan SPSS pada kami bertiga

15. Teman-teman seperjuangan FK Unram 2012 MUSKULUS yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama proses perkuliahan.

16. Seluruh dokter dan petugas kesehatan di Puskesmas Woha Bima yang telah

bersedia memberikan bantuan tanpa lelah selama pengambilan data.

17. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala

dukungan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

jauh dari sempurna. Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah

dalam masalah kesehatan dan memberikan manfaat bagi pembaca yang

memerlukannya.

Mataram, 6 Desember 2015

Penulis

(7)

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Mataram, 6 Desember 2015

Penulis

(8)

HALAMAN JUDUL... i

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Hubungan Pasien dengan Dokter... 6

2.1.1 Komunikasi Efektif Dokter Pasien... 6

2.1.2 Komunikasi Efektif dan Hubungan Pasien dengan Dokter... 9

2.2 Kewajiban dan Hak Dokter... 11

2.2.1 Kewajiban Profesi Dokter... 11

2.1.2 Hak-Hak Profesi Seorang Dokter... 11

2.3 Kewajiban dan Hak Pasien... 12

(9)

2.4.1 Kewajiban Puskesmas... 13

2.4.2 Hak Puskesmas... 15

2.5 Informasi Medis... 18

2.5.1 Definisi Informasi Medis... 18

2.5.2 Manfaat Informasi Medis... 18

2.5.3 Sumber-Sumber Informasi Medis... 19

2.5.4 Bentuk-bentuk Informasi Medis... 20

2.5.5 Informasi antar dokter-pasien... 25

2.5.6 Masalah dalam penympaian informasi... 27

2.5.6.1 Faktor Dokter... 27

2.5.6.2 Faktor Pasien... 28

2.5.6.3 Faktor Lingkungan... 28

2.6 Kerangka Konsep... 30

2.7 Hipotesis... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32

3.1 Rancangan Penelitian... 32

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 32

3.3 Populasi Penelitian... 32

3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian... 35

3.7 Instrumen Penelitian... 45

(10)

3.9.3 Analisis Multivariat... 47

3.10 Alur Penelitian ... 48

3.11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Hasil Penelitian... 50

4.1.1 Karasteristik Penelitian... 50

4.1.2 Analisis Data... 54

4.1.2.1 Presentase Variabel... 54

4.1.2.2 Uji Chi-Square... 57

4.1.2.3 Uji Regresi Logistik... 57

4.1.2.4 Koefisien Regresi Logistik... 58

4.1.2.5 Kekuatan Faktor Resiko (EXP B)... 58

4.2 Pembahasan... 59

4.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman. . 59

4.2.2 Kelemahan Penelitian... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 64

(11)

Gambar 2.1 Bagan Teori Komunikasi... 6 Gambar 2.6 Kerangka Konsep... 30 Gambar 3.10 Alur Penelitian... 48

(12)

Tabel 3.11. Rencana Penelitian... 49

Tabel 4.1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin ... 50

Tabel 4.2. Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur ... 51

Tabel 4.3. Distribusi pasien berdasarkan tingkat pendidikan ... 51

Tabel 4.4. Distribusi pasien berdasarkan pekerjaan ... 52

Tabel 4.5. Distribusi tingkat pengetahuan pasien dalam menggali suatu informasi berdasarkan kategori baik dan kurang baik ... 52

Tabel 4.6. Distribusi kemampuan dokter dalam berkomunikasi berdasarkan kategori baik dan kurang baik ... 53

Tabel 4.7. Distribusi keadaan lingkungan berdasarkan kategori baik dan kurang baik ... 53

Tabel 4.8. Distribusi tingkat pemahaman pasien berdasarkan kategori baik dan kurang baik... 54

Tabel 4.1.2.1. Persentase Variabel ... 55

Tabel 4.9. Hasil uji variable dengan chi-square ... 57

Tabel 4.10. Variabel dengan uji regresi logistik ... 58

Tabel 4.11 Variables in the equation ... 58

Tabel 4.11. Nilai OR atau EXP(B) ... 58

(13)

Lampiran 3 Hasil input spss... 79 Lampiran 4 Foto-Foto... 99

(14)

Menkes Permenkes UU

CUKB SPSS OR EXP(B)

Menteri Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Undang-Undang

Cara Uji Klinik yang Baik

Statistical Product and Service Solution Odds Ratio

Exponent (B)

(15)

Nurfarhati, Hamsu Kadriyan, Muthia Cenderadewi

Latar belakang : Komunikasi merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh dokter karena komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Pemahaman informasi medis yang diterima pasien sering kali berbeda bahkan ada pasien yang tidak mengerti tentang informasi yang disampaikan tersebut. Oleh sebab itu penelitian ini mencoba mencari faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman informasi medis pada pasien di Puskesmas Woha Bima.

Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional analytic, sampel dipilih menggunakan teknik convinience sampling dari pasien rawat jalan yg memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa statistik menggunakan analisa deskriptif, analisa bivariat dengan metode chi square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik untuk menguji kekuatan dari faktor dokter, faktor pasien, dan faktor lingkungan.

Hasil: Persentase pasien dengan tingkat pemahaman baik yang berobat ke Puskesmas Woha Bima adalah sebanyak 32 orang (61%) dan persentase pasien dengan tingkat pemahaman kurang baik sebanyak 20 orang (38%). Faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman informasi medis (p<0,05) pasien rawat jalan di Puskesmas Woha Bima yaitu faktor variabel pasien.

Kesimpulan: Faktor pasien didapatkan mempengaruhi tingkat pemahaman pasien terhadap informasi medis.

Kata kunci : Informasi medis, Tingkat pemahaman, Pasien, Dokter, Lingkungan.

(16)

Background: Communication is one of the competencies that must be mastered by the doctor because it determine the success in helping to resolve the patient's health problems. Patients understending of medical information is often differ from what was meant to be delivered by medical personnel. Therefore the objective of this study is to do determine to determine the factors that can affect the level of understanding in patients at puskesmas Woha Bima.

Methods: The research used a cross sectional study design. Samples, who fulfill inclusion criteria, were selected by using convenience sampling technique. Data collected using questionare. Statistical analysis were performed, which included descriptive analysis, bivariate analysis (chi square method), and multivariate analysis (logistic regression) to test the strength of each risk factors.

Results: The percentage of patients with good understanding of the medical treatment in the Puskesmas Woha Bima is 61% and the percentage of patients with poor level understending was 38% respondents. Patient factor was found to be correled with level of understanding of medical information outpatient in Puskesmas Woha Bima.

Conclution: Patient factor affect patients level of understanding for medical information.

Key words: Medical Information, Level of Understanding, Patient, Doctor, Environment.

(17)

1.1 Latar Belakang

Profesi dokter merupakan profesi yang mempunyai tujuan mulia bagi

masyarakat, karena tujuan dasar ilmu kedokteran adalah meringankan sakit,

penderitaan fisik, psikis, dan sosial pada pasien dan masyarakat. Profesi dokter

sangat mulia karena berkaitan dengan hal yang berharga dalam hidup seseorang

yaitu masalah kesehatan dan kehidupan. Salah satu prinsip dasar etik kedokteran

yaitu primum non necere yaitu yang terpenting adalah tidak merugikan pasien baik secara sosial maupun ekonomi. Di dalam pelayanan kedokteran, terdapat dua

pihak yang saling berhubungan, yaitu dokter dan pasien. Jika tidak tercipta

hubungan antara dokter dengan pasien, maka tidak akan terjadi suatu pelayanan

kedokteran (Hanafiah dan amir, 2012).

Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu

kompetensi yang harus dikuasai karena komunikasi menentukan keberhasilan

dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini komunikasi

dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam praktik

kedokteran/kedokteran gigi. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan

keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan

perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa

dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter (superior-inferior), sehingga takut

(18)

bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja. Tidak

mudah bagi dokter untuk mendapat keterangan dari pasien. Perlu dibangun

hubungan saling percaya, keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan,

harapan, maupun kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya hubungan

ini, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat

membantu dokter dalam menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan

tindakan lebih lanjut (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006).

Salah satu hal yang sangat penting sebelum melakukan pelayanan kedokteran/

pelayanan kesehatan bagi pasien yaitu informed consent/ persetujuan tindakan medis/

persetujuan tindakan kedokteran. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 290/Menkes/Per/III/2008, persetujuan tindakan kedokteran adalah

persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah penjelasan

secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan

dilakukan terhadap pasien (Permenkes, 2008).

Informed consent memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medis tidak ada dasar kebenaran

yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya serta memberi perlindungan hukum

kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, dan pada setiap tindakan

medis melekat suatu resiko. Menurut Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran yang

diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), suatu persetujuan dianggap sah

apabila pasien telah diberi penjelasan/ informasi, pasien atau yang sah mewakilinya

dalam keadaan cakap (kompeten) untuk memberikan keputusan/ persetujuan, dan

(19)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman

pasien, mengingat kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan informasi medis

terus meningkat. Faktor-faktor tersebut antara lain budaya, kebiasaan dan tingkat

pendidikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fong Ha dkk di Royal

Perth Australia pada tahun 2010 menunjukan bahwa kebanyakan keluhan tentang

dokter terkait dengan masalah komunikasi bukan kompetensi klinis. Penelitian

lain yang dilakukan oleh Putra dkk pada tahun 2011 di RSUP NTB menunjukkan

hasil presentase pasien dengan tingkat pemahaman baik yang berobat ke RSUP

NTB adalah sebanyak 78 orang (26%), sedangkan pasien dengan tingkat

pemahaman buruk sebanyak 222 orang (74 %). Gambaran ini menunjukkan

bahwa komunikasi yang buruk dapat menurunkan tingkat pemahaman pasien

terhadap informasi medis (Putra, dkk, 2011; Fong Ha, dkk, 2010).

Kabupaten Bima, memiliki perbedaan dengan Kota Mataram dalam hal

demografi, baik dalam hal jumlah penduduk, kepadatan, pendapatan serta

pendidikan. Adapun alasan pemilihan lokasi karena tersedianya sampel yang

memadai dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai pemahaman informasi

medis sebelumnya di Puskesmas wilayah NTB. Oleh karena berbagai

permasalahan tersebut maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian

mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pemahaman Informasi

(20)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana tingkat pemahaman informasi medis pasien di Puskesmas

Woha Bima?

1.2.2 Bagaimana distribusi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

pemahaman informasi medis pada pasien di Puskesmas Woha Bima?

1.2.3 Bagaimana pengaruh faktor dokter, faktor pasien, dan faktor lingkungan

terhadap tingkat pemahaman informasi medis pada pasien di Puskesmas

Woha Bima?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengetahui tingkat pemahaman informasi medis pada pasien di

Puskesmas Woha Bima

1.3.2 Mengetahui distribusi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat

pemahaman informasi medis pada pasien di Puskesmas Woha Bima

1.3.3 Mengetahui pengaruh faktor dokter, faktor pasien dan faktor lingkungan

terhadap tingkat pemahaman informasi medis pada pasien di Puskesmas

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu

1. Bagi dokter

Dokter dapat lebih memperhatikan pelayanan terhadap pasien terutama

kawajibannya memberikan informasi medis secara jelas, lengkap, dan

dapat dimengerti sepenuhnya oleh pasien

2. Bagi Puskesmas

Memberikan gambaran faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat

pemahaman pasien terhadap informasi medis sehingga pelayanan kepada

pasien dapat diperbaiki atau ditingkatkan.

3. Bagi Peneliti dan Masyarakat

a. Menambah wawasan peneliti dan pembaca tentang factor-faktor yang

dapat mempengaruhi tingkat pemahaman informasi medis

(22)

2.1 Hubungan pasien dengan dokter

2.1.1 Komunikasi efektif dokter pasien

Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau

informasi kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut

dapat mengerti dengan baik apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau

informasi tersebut (Wasisto, 2008). Proses komunikasi yang baik dan efektif terdiri

dari beberapa elemen penting seperti digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 2.1 (Sumber: David, 1960 dan Wasisto, 2008)

Pesan yang disampaikan pada suatu komunikasi dimulai dari sumber sebagai

pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa

terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai,

(23)

organisasi atau lembaga. yang disampaikan dalam bentuk verbal, tulisan, nonverbal,

atau bisa juga gabungan dari ketiganya. Pesan ini disampaikan melalui saluran

(channel) tertentu yang sesuai dengan kebutuhan saat komunikasi tersebut (David, 1960 dan Wasisto, 2008).

Dalam komunikasi, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara

sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang bisa melihat,

membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi dapat dibedakan ke dalam

dua kategori, yakni berupa media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti

halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, buletin, spanduk, poster, dan

sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televisi, komputer,

dan sebagainya. Penerima pesan (receiver) akan menerima pesan yang telah disampaikan oleh pengirim pesan dan menerjemahkan (decoding) pesan tersebut sesuai pesan yang dikirim oleh pengirim pesan (David, 1960 dan Wasisto, 2008).

Pengaruh atau efek adalah perbedaan terhadap apa yang dipikirkan, dirasakan,

dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh

tersebut bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang, karena

pengaruh juga bisa diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan,

sikap dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan. Umpan balik

merupakan salah satu bentuk dari pada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan

tetapi umpan balik bisa juga berasal dari unsur lain seperti media dan pesan, meski

(24)

perubahan sebelum dikirim dan alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan

tersebut mengalami gangguan sebelum sampai ke tujuan. Umpan balik penting

sebagai proses klarifikasi untuk memastikan tidak terjadi kesalah pahaman (David,

1960 dan Wasisto, 2008).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi dokter-pasien,

antara lain:

1. Faktor Pasien: dapat berupa masalah fisik, faktor psikologis, pengalaman

perawat medis sebelumnya, dan pengalaman perawat medis saat ini.

2. Faktor Dokter: pelatihan dalam keterampilan berkomunikasi, percaya diri

dalam kemampuan berkomunikasi, kepribadian, faktor fisik (contoh :

kelelahan), dan faktor psikologis (contoh : cemas).

3. Pengaturan suasana saat anamnesis, misalnya: Privasi, Lingkungan yang

nyaman, Pengaturan tempat duduk yang tepat (Effendy, 2004).

Hal-hal yang dapat menghambat komunikasi antara dokter-pasien antara lain,

penggunaan istilah-istilah medis/ilmiah, pseudo-komunikasi (tetap berkomunikasi

dengan lancar padahal pasien tidak sepenuhnya mengerti atau mempunyai persepsi

yang berbeda tentang apa yang dibicarakan), komunikasi non verbal (mimik muka,

nada suara, gerakan yang mungkin mempengaruhi pemahaman pesan/ informasi yang

(25)

Komunikasi yang baik dilakukan antara dokter dan pasien merupakan faktor

pendukung keberhasilan dari informed consent. Seorang dokter yang bisa menjelaskan dengan baik dan diterima oleh pasiennya dengan jelas tentang tindakan

medis yang akan dilakukan, akan memudahkan dokter tersebut dalam memperoleh

persetujuan tindakan medis (Rumanti, 2002).

Efektifitas komunikasi akan terjadi secara maksimal jika dalam proses tersebut

paling tidak harus memenuhi lima komponen berikut:

1. Adanya kesamaan kepentingan antara komunikator dengan komunikan

2. Adanya sikap yang saling mendukung dari kedua belah pihak

3. Terdapat sikap positif dari keduanya, yaitu sikap saling menerima pikiran

atau ide yang disampaikan

4. Sikap terbuka antara kedua pihak

5. Masing-masing pihak mencoba menempatkan diri pada mitra wicaranya

(Rumanti, 2002).

2.1.2 Komunikasi efektif dan hubungan pasien dengan dokter

Komunikasi dapat efektif apabila pesan dapat diterima dan dimengerti

sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan diterima oleh penerima pesan dan

tidak didapatkan hambatan dalam hal itu. Komunikasi efektif antara dokter dan

(26)

memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi

keduanya (Hardjana, 2003).

Dalam dunia kedokteran ada 2 pendekatan komunikasi yang digunakan:

1. Disease centered communication style atau doctor centered communication style adalah komunikasi berdasarkan kepentingan dokter mendiagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai

tanda dan gejala-gejala.

2. Illness centered communication style atau patient centered communication style adalah Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakit yang secara individu merupakan pengalaman

unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya,

yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya (Wasisto,

2008).

Pada dasarnya komunikasi efektif adalah menyatukan sudut pandang pasien

(27)

2.2 Kewajiban dan Hak Dokter

2.2.1 Kewajiban – kewajiban Profesi Dokter

Kewajiban-kewajiban dokter (De beroepsplichten van de arts) dapat dibedakan dalam lima kelompok, yaitu :

a. Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial dari memelihara kesehatan

b. Kewajiban yang berhubungan dengan standar medis

c. Kewajiban yang berhubungan dengan tujuan ilmu kedokteran

d. Kewajiban yang berhubungan dengan prinsip keseimbangan (proportionaliteits beginsel)

e. Kewajiban yang berhubungan dengan hak pasien (Soerjono dan Herkunto, 1987).

2.2.2 Hak-hak profesi seorang dokter

a. Hak untuk bekerja menurut standar profesi medis

b. Hak menolak melaksanakan tindakan medis yang ia tidak dapat pertanggung

jawabkan secara profesional

c. Hak untuk menolak suatu tindakan medis yang menurut suara hatinya (conscienci) tidak baik

d. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan seorang pasien jika ia menilai bahwa

kerjasama antara pasien dia tidak ada lagi gunanya

e. Hak atas privacy dokter

f. Hak atas itikad baik dari pasien dalam melaksanakan kontrak terapeutik

(28)

h. Hak dalam menghadapi pasien yang tidak puas terhadapnya

i. Hak untuk membela diri

j. Hak memilih pasien (Soerjono dan Herkunto, 1987).

2.3Kewajiban dan Hak Pasien 2.3.1 Kewajiban Pasien

Kewajiban–kewajiban pasien perlu ditaati, Hal ini memang sangat dibutuhkan

dalam transaksi terapeutik sebab jika tidak dilaksanakan oleh pasien harapan untuk

sembuh tidaklah tercapai. Kewajiban-kewajiban itu harus dipenuhi oleh pasien yakni

kesembuhan atas penyakit yang dideritanya. Adapun kewajiban-kewajiban yang

dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi kepada dokter tentang penyakit yang dideritanya dengan

lengkap

b. Mematuhi petunjuk-petunjuk dokter

c. Mematuhi privacy dokter

d. Memberikan imbalan / honorarium kepada dokter (Soerjono dan Herkunto, 1987).

2.3.2 Hak-hak Pasien

Hak untuk menentukan diri sendiri adalah dasar dari hak-hak pasien. Dikenal

berbagai hak pasien sebagai berikut :

a. Hak atas pelayanan medis dan perawatan

(29)

c. Hak atas rahasia kedokteran

d. Hak memilih dokter dan rumah sakit

e. Hak untuk menolak dan menghentikan pengobatan

f. Hak untuk tidak terlalu dibatasi kemerdekaannya selama proses pengobatan pasien

boleh melakukan hal-hal yang lain asal tidak membahayakan kesehatannya

g. Hak untuk mengadu dan mengajukan gugatan

h. Hak atas ganti rugi

i. Hak atas bantuan hukum

j. Hak untuk mendapatkan nasehat uintuk ikut serta dalam eksperimen

k. Hak atas perhitungan biaya pengobatan dan perawatan yang wajar dan penjelasan

perhitungan tersebut (Soerjono dan Herkunto, 1987).

2.4 Kewajiban dan Hak Puskesmas

2.4.1 Kewajiban Puskesmas

Kewajiban puskesmas belum diatur secara jelas dalam undang-undang.

Namun, dalam Peraturan Menteri Kesehatan no. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan

Dasar Puskesmas, diatur tentang upaya kesehatan wajib, fungsi dan tugas, dan azas

penyelenggaraan puskesmas yang konteksnya hampir mirip dengan kewajiban

(30)

1. Menggerakan Pembangunan Kesehatan Berwawasan Kesehatan

a. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya

agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

b. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan

setiap program pembangunan di wilayah kerjanya

c. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa

mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan

masyarakat :

a. Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan

masyarakat untuk hidup sehat.

b. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk

pembiayaan.

c. Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program

kesehatan.

3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan mencakup:

a. Pelayanan kesehatan perorangan

(31)

4. Melakukan koordinasi dengan sektor terkait dalam pemberian pelayanan

kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Posyandu, Polindes dan jaringan

pelayanan kesehatan lain dan dalam fungsi pembinaan (Dinkes Kabupaten dan

Kantor Kecamatan);

5. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya;

6. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pemerataan kesehatan yang diselenggarakan;

7. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya;

8. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud

derajat kesehatan yang setinggi- tingginya (Permenkes, 2004).

2.4.2 Hak Puskesmas

Hak puskesmas belum di atur secara khusus dalam perundang-undangan.

Namun di dalam Undang-Undang Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 75 tahun 2004 mengatur Penyelenggaran Fungsi Puskesmas, Sebagai Berikut:

Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat tingkat pertama di wilayah

(32)

a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan

b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat

dalam bidang kesehatan

d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait

e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat

f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas

g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan

cakupan Pelayanan Kesehatan dan

i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit (Permenkes, 2004).

Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan tingkat pertama di wilayah

(33)

a. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu

b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif

dan preventif

c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat

d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan

keselamatan pasien, petugas dan pengunjung

e. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja

sama inter dan antar profesi

f. melaksanakan rekam medis

g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses

Pelayanan Kesehatan

h. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan

i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya dan

j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem

(34)

2.5 Informasi Medis

2.5.1 Pengertian Informasi Medis

Informasi Medis merupakan suatu pengelolaan informasi secara sistematis

dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat (Sanjoyo R, 2013).

Komunikasi kesehatan yang berlangsung positif memberikan dampak penting bagi

pasien, dokter, dan orang lain. Seorang dokter lebih cenderung melakukan diagnosis

yang lebih akurat dan komprehensif guna mendeteksi tekanan emosional pada pasien,

pasien yang memiliki rasa puas dengan perawatan dan kurang cemas, dan setuju

dengan mengikuti saran yang diberikan (Lloyd dan Bor, 1996).

Pertukaran informasi (exchange of information) antara dokter dan pasien sangat penting menurut Ong, (1975), Dari sudut pandang kedokteran, dokter harus

mendapatkan informasi dari pasien untuk menyakini diagnosis yang tepat dan

rencana perawatan. Dari perspektif lain, pasien harus mengetahui dan memahami dan

merasa dikenal dan dipahami. Dalam rangka untuk memenuhi kedua kebutuhan ini,

perlu bergantian antara pemberian informasi dan bertukar informasi.

2.5.2 Manfaat Informasi Medis

Informasi sangat beragam, baik dalam jenis, tingkatan maupun bentuknya.

Manfaat informasi bagi setiap orang berbeda-beda. Adapun manfaat dari informasi

menurut Sutanta (2003), adalah:

(35)

Dengan informasi akan menambah pengetahuan bagi penerima yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mendukung proses

pengambilan keputusan.

2. Mengurangi ketidakpastian pemakai informasi

Informasi akan mengurangi ketidakpastian terhadap apa yang akan terjadi

dapat diketahui sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan

pada saat pengambilan keputusan tersebut.

3. Mengurangi resiko kegagalan

Adanya informasi akan mengurangi resiko kegagalan terhadap apa yang akan

terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya

kegagalan akan dapat dikurangi dengan cara pengambilan keputusan yang

tepat.

4. Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan

Mengurangi keanekaragaman yang tidak perlu akan menghasilkan keputusan

yang lebih terarah.

5. Memberikan standar, aturan-aturan, keputusan dan ukuran-ukuran, untuk

menentukan pencapaian, sasaran dan tujuan.

2.5.3 Sumber-sumber informasi

Sumber informasi sangat penting bagi seseorang dalam menentukan sikap

atau keputusan bertindak. Sumber informasi itu ada di mana-mana, di pasar-pasar,

sekolah, rumah, lembaga-lembaga kesehatan dan lain lainnya, buku-buku, majalah,

(36)

bisa tercipta informasi yang kemudian direkam dan disimpan melalui media

elektronik ataupun media cetak (Sutanta, 2003).

Menurut Yusup (2009) sumber-sumber informasi banyak jenisnya. Majalah,

buku, radio, surat kabar, tape recorder, CD-ROM, disket komputer, brosur, pamplet,

dan media rekaman informasi lainnya merupakan tempat terdapatnya informasi.

Menurut WHO 2010, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6

komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu Negara. Keenam komponen sistem

kesehatan tersebut adalah:

1. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)

2. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis, vaksin, dan teknologi kesehatan)

3. Health worksforce (tenaga medis)

4. Health system financing (system pembiayaan kesehatan)

5. Health information system (sistem informasi kesehatan) 6. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintah)

2.5.4 Bentuk-bentuk Informasi 2.5.4.1 Informasi Verbal

Informasi verbal merupakan Infromasi yang menggunakan kata-kata, lisan

maupun tulisan. Infromasi ini paling banyak digunakan dalam hubungan antar

(37)

pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan data, fakta, dan informasi

serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, dan

bertengkar (Sutanta, 2003).

Contoh komunikasi verbal yang sering digunakan oleh tenaga kesehatan adalah

melakukan diagnosis penyakit, melakukan pemeriksaan fisik seperti inspeksi, palpasi,

perkusi, auskultasi, melakukan injeksi terhadap pasien, observasi pasien dan lain-lain

(Sutanta, 2003).

2.5.4.2 Informasi Non-Verbal

Informasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.

Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang

lain. Dokter perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan oleh

pasien (Sutanta, 2003).

Beberapa contoh komunikasi non-verbal adalah sebagai berikut:

1. Metakomunikasi

Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi terhadap hubungan antara

pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap

isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan

yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar.

(38)

Penampilan seseorang merupakan suatu hal pertama yang diperhatikan selama

komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul antara 20 detik sampai 5 menit

pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan

penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara

berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama,

budaya dan konsep diri. Dokter yang memperhatikan penampilan dirinya dapat

menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.

3. Intonasi (Nada Suara)

Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang

dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada

suaranya. Dokter harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien,

karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat

terhalangi oleh nada suara Pasien

4. Ekspresi wajah

Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui

ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering

digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak

mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan

kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya,

(39)

memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika

berbicara sebaiknya duduk sehingga Dokter tidak tampak dominan jika kontak mata

dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.

5. Sikap tubuh dan langkah

Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik.

Dokter dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap

tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa

sakit, obat, atau fraktur.

6. Sentuhan

Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan.

Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan dokter-pasien, namun

harus mnemperhatikan norma sosial. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson &

Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika

membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat

dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan

(40)

7. Kontak Mata

Kontak mata merupakan alat komunikasi nonverbal paling penting. Hal ini

memungkinkan Anda untuk berhubungan dengan audiens dalam memproyeksikan kesungguhan dan keterbukaan, dan menjaga perhatiannya. Kontak mata memberikan

informasi sosial terhadap orang yang Anda ajak mendengarkan dan berbicara. Terlalu

banyak kontak mata akan dipandang sebagai seseorang yang agresif, kontak mata

Anda yang terlalu sedikit, dapat dipandang sebagai seseorang yang tidak memiliki

kepentingan didepan lawan bicara Anda.

9. Paralanguage

Merupakan suara-suara/vokal nonverbal yang merupakan aspek-aspek dari

percakapan, seperti kecepatan berbicara: volume, ritme; bentuk-bentuk vokal:

tertawa, pekikan, rintihan, uh, ahh, dan sebagainya.

10. Diam

Diam bukan berarti tidak melakukan komunikasi. Diam sapat diartikan sebagai

berikut:

a. Memberi kesempatan berpikir

b. Menyakiti

c. Mengisolasi diri sendiri

d. Mencegah komunikasi

(41)

f. Tidak menyampaikan sesuatupun (Sutanta, 2003).

2.5.5 Informasi antar Dokter-Pasien

Hak atas informasi disebut dengan The Right of Information. Dalam hal ini, pihak yang bertanggung jawab memberikan informasi mengenai pasien adalah

dokter. Artinya bahwa dokter berkewajiban menyampaikan informasi medis kepada

pasien baik diminta maupun tidak. Informasi yang harus diberikan dokter kepada

pasien tersebut antara lain :

a. Hasil Pemeriksaan atau Diagnosis

Yaitu pengenalan keadaan atau gejala-gejala penyakit. Diagnosa ini harus

disusun berdasarkan keterangan dan keluhan yang disampaikan pasien

mengenai penyakitnya pada dokter. Setelah itu pasien memiliki hak untuk

mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Apabila infomasi sudah

diberikan, maka keputusan selanjutnya berada di tangan pasien.

b. Terapi, atau Cara-cara Pengobatan dan Alternatif Lain

Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter akan menentukan terapi yang sesuai

dengan keluhan penyakit pasien tersebut. Selain itu, dokter harus

mengungkapkan beberapa alternatif dalam proses diagnosis dan terapi. Dokter

harus menjelaskan prosedur, keberhasilan dan kerugian serta komplikasi yang

mungkin timbul.

(42)

Resiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertai upaya

antisipasi yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut. Hal-hal yang

dijadikan pedoman adalah sifat risiko, berat ringannya risiko, dan kapan risiko

tersebut akan terjadi. Selain itu dokter juga harus menjelaskan risiko jika

pasien menolak salah satu atau seluruh pengobatan yang ditawarkan oleh

dokter.

d. Penderitaan Sakit dan Ketidaknyamanan

Apabila dalam menjalani pengobatan, kemungkinan pasien akan mengalami

suatu perasaan sakit atau perasaan yang lain. Untuk inilah dokter juga harus

menjelaskan kemungkinan-kemungkinan tersebut kepada pasien.

e. Prognosis

Merupakan penjelasan atas jalannya penyakit agar pasien benar-benar

mengetahui keadaan yang sebenarnya dan apa yang terjadi padanya. Pasien

berhak mengetahui

semua prognosis, komplikasi, ketidaknyamanan, biaya, kesulitan dan risiko

dari setiap pilihan termasuk tidak mendapat pengobatan atau tidak mendapat

tindakan apapun.

f. Keuntungan Pengobatan

Pengobatan yang dianjurkan oleh dokter kepada pasien diharapkan agar

terwujud kesembuhan atau setidaknya mengurangi rasa sakit pasien. Maka

dari itu jalannya pengobatan tersebut harus memberikan keuntungan, sehingga

(43)

Penyampaian informasi pada pasien harus diberikan dengan bahasa yang

dapat diterima, dipahami, dimengerti dan sejelasjelasnya oleh pasien (PerMenkes,

2008).

2.5.6 Masalah dalam penyampaian informasi antar Dokter-Pasien

2.5.6.1 Faktor Dokter

Kendala yang umunnya terjadi dalam penyampaian informasi antara lain

heterogennya tingkat pengetahuan pasien tentang istilah medis, kondisi pasien yang

tidak mendukung terjadinya proses diskusi yang tidak lancar. Faktor dokter juga

terdapat kendala yaitu informasi yang diberikan oleh dokter secara tidak lengkap, dan

terdapat bagian yang tidak diinformasikan kepada pasien.

Masalah lain yang ditemukan dalam penyampaian informasi yaitu sering terjadi

salah tafsir dari dokter bila dalam penyampaiaan informasi seakan-akan beranggapan

bahwa:

b. Sudah sepenuhnya memberikan informasi kepada pasien

c. informasi menjadi adekuat setelah memperoleh tanda tangan dari pasie tersebut

(44)

2.5.6.2 Faktor Pasien

Kendala yang umumnya terjadi dalam penyampaian informasi adalah

tingkat pengetahuan pasien tentang istilah medis, kondisi pasien yang tidak

mendukung, proses diskusi yang tidak lancar. Kendala-kendala seperti itu akan

mempengaruhi pemahaman pasien atas informasi yang diberikan sehingga

pasien sulit memberikan jawaban yang relevan untuk penanganan yang

diberikan (Biben, 2005).

Usia juga berpengaruhi terhadap penyampaian infromasi. Sebagian besar pada

usia lanjut mempengaruhi tingkat penyerapan dan ingatan informasi yang diterima

sehingga akan mengganggu penerimaan informasi yang diberikan. Pada orang dengan

usia lanjut paling sering terjadi depresi karena pada usia ini orang akan merasa

kehilangan cinta kasih dari orang-orang yang berarti disekitarnya selain itu pada usia

tua pasien sudah mulai mengalami gangguan dalam proses komunikasi baik

mendengar atau pun mengingat sesuatu . Emosi juga akan tidak stabil karena status

sosialnya berubah, misalnya yang biasa dihormati karena jabatannya kini tidak lagi

setelah dia sudah pension (Biben, 2005).

2.5.6.3 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi penyampaian informasi seperti

sosial budaya, dimana hal ini ditandai masalah adat istiadat seperti harga diri yang

(45)

sering menjadi kendala juga karena ramainya pasien yang berkunjung sehingga waktu

untuk memberikan informasi kurang dan bisa juga oleh karena tempat peraktik yang

tidak mendukung seperti tempat yang terlalu sempit, dipinggir jalan yang ramai, atau

tempat yang kotor (Soewono, 2005).

2.7 Kerangka KonsepKemampuan komunikasi dokter (perkenalan, identitas, kemampuan menggali informasi mengenai identitas dan keluhan, kemampuan menjelaskan tindakan medis,

(46)

Keterangan : = variabel yang diteliti --- = variabel yang tidak diteliti

Faktor Dokter Faktor Pasien Faktor Lingkungan

Kemampuan dokter dalam Tingkat Pemahaman Informasi Medis

(47)

2.7 Hipotesis

H0 : Tidak terdapat pengaruh masing-masing faktor terhadap tingkat

pemahaman informasi medis pada pasien di Puskesmas Woha Bima

H1: Terdapat pengaruh masing-masing faktor terhadap tingkat pemahaman

(48)

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian analitik observasional

dengan rancangan penelitian cross-sectional analytic pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Woha Bima. Metode penelitian cross-sectional dipilih karena sampel diambil dalam satu waktu yang kemudian dilakukan analisis. Setiap pasien yang

datang ke Puskesmas Woha Bima akan dilakukan wawancara dan ditanya mengenai

beberapa hal sesuai dengan pertanyaan yang telah disediakan pada kuesioner.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yaitu di Puskesmas Woha Bima. Waktu penelitian dilakukan

dari bulan Juni hingga Juli 2015

3.3 Populasi Penelitian

Pasien yang datang di Puskesmas Woha Bima yang termasuk dalam kriteria

inklusi. Populasi penelitian ini dianggap sebagai suatu populasi terjangkau.

(49)

3.4 Sampel

3.4.1 Pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling

yang merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak sehingga

setiap kasus dalam populasi memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih

sebagai sampel penelitian. Sampel yang diambil adalah semua pasien rawat jalan

yang datang memeriksakan diri di Puskesmas Woha Bima setiap hari sesuai dengan

kriteria inklusi.

3.4.2 Besar sampel

Untuk pengambilan minimal jumlah pasien dalam penelitian ini, digunakan

konsensus (role of thumb):

a. Hitung besar sampel yang diperkirakan mengalami dengan efek positif yaitu 10

kali jumlah variabel bebas yang diteliti

b. Hitung besar sampel total dengan melakukan koreksi tehadap nilai yang

didapatkan pada langkah sebelumnya dengan daktor insiden,dengan

menggunakan rumus:

(50)

Jumlah sampel pada penelitian dengan jumlah variabel 3 dan perkiraan nilai insidensi

(I) pada penelitian sebelumnya sebesar 74%

Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu 40 orang.

3.4.3 Kriteria inklusi

Kriteria inklusi sampel adalah:

a. Pasien rawat jalan yang datang memeriksakan diri atau melakukan pengobatan di

Puskesmas Woha Bima.

b. Bersedia diikutsertakan dalam penelitian dan diwawancarai

c. Setidaknya berumur 17 tahun dan tidak lebih dari 65 tahun.

3.4.4 Kriteria Eksklusi

Yang termasuk dalam kriteria eksklusi sampel :

(51)

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah tingkat pemahaman pasien dari

informasi medis.

3.5.2 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor dokter, pasien, dan

lingkungan.

3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Tingkat pemahaman informasi medis

Pemahaman pasien dikatakan baik jika pasien mengerti dan dapat

menjelaskan sedikitnya 4 dari informasi medis tersebut serta dikatakan pasien

tidak paham jika kurang dari 4 informasi medis tersebut. Tingkat pemahaman

informasi medis adalah tingkat pemahaman pesien terhadap 6 informasi yang

meliputi Tindakan dokter, Penyakit yang diderita, Resiko tindakan, Tujuan

tindakan, prognosis, serta komplikasi dari tindakan medis. Pengukuran

dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan skala pengukuran

menggunakan skala nominal.

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman pasien tentang

informasi medis yang berasal dari pasien, dokter, dan lingkungan

(52)

Hal-hal yang berperan penting dalam proses penyampaian informasi

medis meliputi Persiapan penyampaian berita, persiapan fisik, berbicara

kepada pasien dan merespon apa yang disampaikan, feed back dan

memberikan informasi seperti yang terangkum dalam 20 pertanyaan

kuesioner. Dokter yang baik adalah dokter yang mendapat penilaian

positif dari pasien minimal 11 pertanyaan yang diajukan dari kuesioner.

Dokter yang tidak baik adalah dokter yang mendapat penilaian positif dari

pasien kurang dari 11 pertanyaan yang diajukan kuesioner. Pengukuran

dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan skala pengukuran dengan

skala nominal.

Faktor resiko dokter yang ditanyakan dalam kuesioner yaitu:

1) Dokter memperkenalkan diri

Menanyakan diri memiliki arti yang sangat besar pengaruhnya

dalam percakapan sehari-hari, seperti menandakan kesopanan dan

rasa percaya pasien terhadap dokter.

2) Dokter menanyakan nama pasien

Menayakan nama pasien merupakan suatu kewajiban dokter guna

melengkapi identitas medis pasien. Selain itu juga merupakan salah

(53)

3) Dokter menanyakan umur pasien

Umur pasien merupakan sesuatu yang penting untuk mengetahui

pemahaman, pengetahuan dan untuk kelengkapan informasi medis

yang harus ditanyakan oleh dokter

4) Dokter menanyakan pekerjaan pasien

Pekerjaan pasien ditayakan untuk menentukan status sosial serta

pada beberapa kasus dapat membantu untuk menjelaskan proses

dari penyakit yang diderita oleh pasien.

5) Dokter menanyakan alamat

Alamat pasien dapat digunakan untuk melengkapi identitas dari

pasien.

6) Dokter menanyakan keluhan pasien

Keluhan yang dialami pasien merupakan sesuatu yang harus

ditanyakan oleh seorang dokter untuk, mengetahui penyebab,

melakukan tindakan dan memberikan obat terhadap Diagnosis

penyakit yang diderita pasien tersebut.

7) Dokter mendengarkan dengan baik setiap keluhan pesien

Mendengarkan keluhan pasien dengan baik dapat mengarahkan

dokter menuju suatu diagnosis yang tepat. Selain itu dokter yang

mendengarkan dengan baik keluhan pasien merupakan dokter yang

memiliki rasa empati yang baik terhadap pasien.

(54)

Menjelaskan penyebab dan mekanisme gejala dilakukan untuk

memberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyebab penyakit

yang dialami.

9) Dokter menjelaskan diagnosis dari penyakit yang diderita pasien

Penjelasan tentang diagnosis dari penyakit pasien merupakan

kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang dokter.

10) Dokter menjelaskan tatacara tindakan yang akan dilakuakan kepada

pasien

Penjelasan tatacara tindakan merupakan kewajiban seorang dokter

dan hak pasien.

11) Dokter menjelaskan alternatif tindakan medis yang akan dilakukan

Menjelaskan alternatif tindakan merupakan kewajiban dari dokter

ketika penyakit yang diderita oleh pasien tersebut memiliki

alternatif tindakan lain.

12) Dokter menjelaskan risiko dari tindakan alternatif yang akan

dilakukan kepada pasien

Menjelaskan resiko dari setiap tindakan merupakan kewajiban dari

seorang dokter kepada pasien.

13) Dokter menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi

Penjelasan komplikasi dari suatu penyakit merupakan kewajiban

dari dokter kepada pasien agar pasien mengetahui jika terjadi

(55)

14) Dokter menjelaskan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

Penjelasan prognosis kepada pasien perlu diberikan oleh dokter

kepada pasien untuk mengetahui kemungkinan presentase

kesembuhan dan perburukan dari penyakit yang diderita pasien

15) Dokter menggunakan istilah-istilah medis yang tidak pasien pahami

Hal ini penting untuk membentuk suatu komunikasi yang efektif

antara pasien dengan dokter dan Untuk mengetahui apakah dokter

telah menggunakan bahasa yang mudah pahami pasien atau tidak.

16) Dokter menjelaskan istilah-istilah medis tersebut

Penjelasan tentang istilah medis yang digunakan oleh dokter untuk

mengetahui apakah dokter tersebut menggunakan bahasa yang

mudah pahami pasien atau tidak.

17) Dokter menjelaskan istilah kedokteran yang berkaitan dengan

penyakit pasien

18) Dokter menjelaskan istilah kedokteran yang tidak dimengerti tanpa

penjelasan lebih lanjut

19) Dokter memberikan umpan balik atau menanyakan kembali kepada

pasien akan sesuatu yang belum dimengerti oleh pasien

Umpan balik merupakan salah satu bentuk komunikasi efektif

dimana kedua pihak melakukan komunikasi dua arah.

20) Dokter melakukan kontak mata atau melihat kearah pasien saat

(56)

Kontak mata Merupakan salah satu sikap profesional dokter dalam

menerapkan komunikasi efektif antara pasien dengan dokter yang

harus ditunjukkan seorang dokter.

b. Faktor pasien

Karakteristik pasien yang berperan penting dalam proses penyampaian

informasi medis meliputi tingkat pendidikan, usia, tipe pasien, dan

pengetahuan tentang alat-alat kedokteran yang terangkum dalam

pertanyaan kuesinoer. Pasien dikatakan baik jika pasien menilai positif

dirinya sendiri minimal 5 pertanyaan yang diajukan dari kuesioner. Pasien

dikatakan tidak baik jika menilai positif dirinya sendiri kurang dari 5

pertanyaan yang diajukan dari kuesioner. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan kuesioner dan skala pengukuran dengan menggunakan

skala nominal.

Faktor resiko pasien yang ditanyakan dalam kuesioner yaitu:

1) Pasien memiliki televisi (TV)

Televisi merupakan media elektronik yang mempunyai efek yang

paling besar terhadap khalayak dibanding dengan media elektronik

lainnya seperti radio, karena televisi merupakan media audiovisual

yang bersifat informatif, hiburan, pendidikan, dan juga alat kontrol

sosial. Pasien yang mempunyai televisi akan memiliki informasi

(57)

2) Pasien berlangganan koran

Koran merupakan media cetak yang memberitakan kejadian

sehari-hari dalam kehidupan manusia. Sering dijadikan masyarakat untuk

mencari informasi. Pasien yang berlangganan koran akan memiliki

informasi yang lebih dari orang yang tidak membaca koran.

3) Pasien mengakses internet

Internet merupakan media elektronik yang menyediakan informasi

yang sangat luas. Informasi yang kita inginkan dapat segera kita

ketahui sesuai dengan keinginan kita. Pasien yang mengakses

internet akan memiliki informasi yang lebih dari pasien yang tidak

mengakses internet.

4) Aktivitas membaca, menonton, atau mengakses tema kesehatan

Aktivitas ini akan menjelaskan kebiasaan dan tingkat pengetahuan

pasien tentang suatu tema kesehatan. Pasien yang pernah membaca,

menonton, atau mengakses tema kesehatan akan memiliki

pengetahuan lebih banyak dari pasien yang tidak pernah membaca,

menonton, atau mengakses tema kesehatan.

5) Tema kesehatan yang pernah dibaca, ditonton, atau diakses

Tema kesehetan yang pernah dibaca, ditonton, atau diakses oleh

pasien digunakan untuk mengetahui tema apa saja yang pernah

diperoleh oleh pasien.

(58)

Pasien yang pernah mengikuti penyuluhan kesehatan akan memiliki

pengetahuan lebih banyak dari pasien yang tidak pernah mengikuti

penyuluhan kesehatan.

7) Tema penyuluhan kesehatan yang pernah diikuti

Tema penyuluhan kesehetan yang pernah diikuti pasien digunakan

untuk mengetahui tema apa saja yang pernah diperoleh oleh pasien.

8) Pasien menyampaikan keluhan kepada dokter

Pasien yang menyampaikan keluhannya kepada dokter akan

memudahkan dalam proses komunikasi dengan dokter dan dalam

menentukan suatu diagnosis

9) Pasien menanyakan penyebab keluhan

Pasien yang menanyakan penyebab keluhannya kepada dokter

adalah pasien tersebut memiliki rasa ingin tahu pada penyakit yang

dialami.

10) Paien menanyakan komplikasi kepada dokter

Pasien menanyakan komplikasi kepada dokter adalah pasien

memiliki rasa ingin tahu bagaimana dampak dari penyakit yang

dialami.

11) Pasien menanyakan prognosis kepada dokter

Pasien yang ingin mengetahui kemungkinan sembuh atau tidak

(59)

c. Faktor lingkungan

Karakteristik lingkungan yang penting menurut Soewono (2005) dalam

proses penyampaian informasi medis meliputi keadaan tempat

pemeriksaan, ketersediaan media dalam penyampaiaan informasi, jumlah

kunjungan pasien tiap harinya, dan budaya setempat yang terangkum

dalam 10 pertanyaan kuesioner. Lingkungan dikatakan baik jika pasien

menilai positif pada kondisi lingkungan minimal 6 pertanyaan yang

diajukan dari kuesioner. Lingkungan dikatakan tidak baik jika kurang dari

6 pertanyaan yang diajukan dari kuesioner. Pengukuran menggunakan

kuesioner dengan skala nominal.

Faktor resiko lingkungan yang ditanyakan dalam kuesioner yaitu:

1) Ruang pemeriksaan yang nyaman

Ruang pemeriksaan yang nyaman dan bersih akan memberikan rasa

aman dan nyaman kepada pasien dalam menyampaikan atau

menerima informasi dari dan kepada dokter.

2) Suhu ruang pemeriksaan

Suhu ruangan akan memepengaruhi rasa nyaman kepada pasien

dalam menyampaikan atau menerima informasi dari dan kepada

dokter.

3) Luas ruang pemeriksaan

Luas ruang pemeriksaan akan mempengaruhi kenyamanan pasien

(60)

memberikan rasa nyaman kepada pasien dibandingkan dengan

ruangan yang sempit.

4) Penerangan ruang pemeriksaan

Penerangan yang baik dalam ruang pemeriksaan akan

mempermudah dokter dalam melakukan komunikasi dan

pemeriksaan.

5) Ruang pemeriksaan yang terlihat dari luar atau tidak

Ruangan pemeriksaan yang tidak terlihat dari luar akan lebih

membuat pasien nyaman saat dilakukan pemeriksaan dibandingkan

ruangan yang terlihat dari luar.

6) Lingkungan yang berisik atau tidak

Lingkungan yang berisik akan mengganggu proses komunikasi

dokter dengan pasien. Penyampaian informasi dari pasien ke dokter

atau sebaliknya akan maksimal dalam kondisi yang nyaman atau

tidak berisik.

7) Kebersihan ruangan

Kebersihan ruangan akan mempengaruhi kenyaman pasien.

Lingkungan yang bersih akan membuat pasien lebih nyaman

berkomunikasi dengan dokter bagitu juga sebaliknya.

(61)

Ruangan pemeriksaan yang berbau tidak enak akan mempengaruhi

kenyaman pasien. Lingkungan yang berbau tidak enak akan

membuat pasien tidak nyaman begitu juga sebaliknya.

9) Terdapat media untuk informasi pasien (buku, gambar, poster, dll)

Ketersediaan media informasi seperti buku, gambar, atau poster

untuk menjelaskan kepada pasien akan membuat pasien lebih

mengerti penjelasan dari dokter.

10) Lama pasien menunggu

Pasien yang lama menunggu giliran pemeriksakan cenderung akan

membuat pasien merasa bosan dan akan mempengaruhi

kenyamanan pasien.

3.7 Alat Penelitian

Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebelumnya telah

dilakukan uji validitas dan realibilitas.

Uji validitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur sah atau tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut dan

mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang disusun benar-benar dapat

(62)

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisiten atau stabil dari waktu ke

waktu.

3.8 Pengumpulan Data Penelitian

Sumber-sumber data penelitian adalah data primer dimana data-data yang

dikumpulkan diperoleh secara langsung dari pasien.

Sebelum dilakukan analisis, data yang diperoleh terlebih dahulu dilakukan

editing, coding, dan entry data dengan menggunakan program SPSS.

3.9 Analisis Data

3.9.1.Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui:

a. Persentase faktor resiko ditampilkan dalam bentuk tabel

b. Persentase tingkat pemahaman ditampilkan dalam bentuk tabel

3.9.2.Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Chi Square. Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dokter, pasien,

(63)

3.9.3.Analisis Multivariat

Analisis multivariate digunakan untuk mengetahui besarnya faktor resiko, dokter,

pasien, dan lingkungan terhadap tingkat pemahaman yang dilakukan dengan

(64)

3.10 Alur Penelitian

3.11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Populasi pasien yang berobat di Puskesmas

Woha Bima

Sampel

Consecutive sampling

Laporan Penelitian Jumlah data

editing, coding, cleaning dan entry data

Pengumpulan data

(kuisioner) Kriteria inklusi

(65)

Jadwal pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian

Rencana Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agt Sept

Penyusunan proposal dan kuesioner

Persiapan penelitian dan pembuatan Ethical

Clearance

Pengambilan data

Analisis data Penyusunan

(66)

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1. Karakteristik Pasien

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel pasien rawat jalan yang

datang untuk memeriksakan diri ke Puskesmas Woha Bima. Oleh karena keterbatasan

populasi, sampel dipilih berdasarkan teknik consecutive sampling dimana semua subyek data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi masuk dalam sampel

penelitian sampai jumlah subyek terpenuhi. Penelitian menggunakan kuesioner yang

terdiri dari beberapa kelompok pertanyaan dan sampel penelitian dipilih secara acak

berdasarkan kriteria inklusi dan didapatkan jumlah sampel sebanyak 52 orang.

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner dapat dibuat tabel

karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin, umur, perkerjaaan, dan tingkat

pendidikan.

Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 19 36,5

Perempuan 33 63,5

Total 52 100,0

Dari tabel 4.1. terlihat bahwa distibusi pasien laki-laki (36,5%) lebih sedikit dibandingkan dengan pasien perempuan (63,5%).

(67)

Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur

Tabel 4.2. Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur

Umur Jumlah (Orang) Persentase (%)

17-25 18 34,6

memeriksakan diri yaitu kelompok usia 17-25 tahun (34,6%) dan disusul dengan

kelompok umur 26-35 tahun (25,0%)

Ditribusi pasien berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.3. Distribusi pasien berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tidak pernah bersekolah 0 0,0

Tidak tamat SD atau sederajat

2 3,8

Tamat SD atau sederajat 7 13,5

Tamat SMP atau sederajat 5 9,6

Tamat SMA atau sederajat 24 46,2

Tamat Perguruan Tinggi atau sederajat

14 26,9

Total 52 100

Tingkat pendidikan yang terbanyak dalam penelitian ini yaitu sampel berpendidikan

terakhir SMA yaitu 24 orang (46,2%) dan perguruan tinggi 14 orang (26,9%).

(68)

Pekerjaaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

sebanyak 15 orang (28,8%) dan wiraswasta 12 orang (23,1%).

Distribusi pasien berdasarkan kategori baik dan kurang baik

Tabel 4.5. Distribusi tingkat pengetahuan pasien dalam menggali suatu informasi berdasarkan kategori baik dan kurang baik

Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

Kurang baik 12 23,1

Baik 40 76,9

Total 52 100

Mayoritas pasien yang menjadi sampel dalam penelitian ini masuk dalam kategori

pasien baik yaitu sebanyak 40 orang (76,9%) dan diikuti oleh kategori pasien kurang

baik sebanyak 12 orang (23,1%).

Distribusi dokter berdasarkan kategori baik dan kurang baik

Tabel 4.6. Distribusi kemampuan dokter dalam berkomunikasi berdasarkan kategori baik dan kurang baik

Kategori Jumlah (Orang) Persentase (%)

Gambar

Gambar 2.1 (Sumber: David, 1960 dan Wasisto, 2008)
Tabel 3.1. Rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan penelitian
Tabel 4.1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3. Distribusi pasien berdasarkan tingkat pendidikan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa pengalihfungsian lahan ruang terbuka hijau (taman kota jalan garuda sakti) menjadi rumah sakit umum daerah

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi dengan cara mengusahakan benih udang berasal dari indukan yang baik, benih tahan terhadap hama penyakit, cepat

dinyatakan dalam sub perenggan (a) di dalam atau berkaitan dengan sebarang operasi yang disebut di dalamnya atau banyak pendedahan yang kepada debu akibat

Arduino adalah inovasi dibidang elektronika yang telah membuat perubahan besar dalam dunia mikrokontroler sehingga seorang yang awam amatiran bisa membuat

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran koo- peratif tipe CIRC merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok

Radi zaštite osjetila sluha od prekomjerne buke na radu, odnosno na radnim mjestima na kojima se buka ne može ukloniti tehničkim sredstvima (sniziti ispod dozvoljene

Bagi Koperasi Susu yang berkepentingan untuk meningkatkan inovasi yang dihasilkan, maka temuan bahwa aset pengetahuan konseptual merupakan aset paling dominan berkorelasi

Di harapkan informasi mengenai beasiswa lebih transparan dan diharapkan dosen mengajar sesuai dengan bidang ilmu masing-masing agar sesuai bidang study mahasiswa Saya merasa puas