• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 348c04982d BAB IIIBAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 348c04982d BAB IIIBAB III"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... i

BAB III ... 1

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR... 1

BIDANG CIPTA KARYA ... 1

3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang CIpta Karya dan Arahan Penataan Ruang ... 1

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya ... 1

3.1.2 Arahan Penataan Ruang... 11

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota... 11

3.1.3 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota... 21

3.1.4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) ... 31

3.2 Arahan Kebijakan Bidang Cipta Karya ... 45

3.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Sektor Pengembangan Permukiman ... 45

3.2.2 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Sektor PBL ... 49

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ... 49

3.2.3 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Sektor SPAM... 56

Program dan Kriteria Kesiapan, Serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM. 57 3.2.3 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Sektor PLP ... 60

Strategi Sanitasi Kota (SSK)... 60

Air Limbah... 61

Persampahan... 62

Drainase... 69

(2)

BAB III

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR

BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang CIpta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Sesuai Undang-Undang No 17 Tahun 2007, visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2000-2025 adalah untuk mewujudkan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. RPJPN 2005-2025 dilaksanakan dalam empat tahapan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), yang masing-masing tahapan telah pula memuat rumusan indikatif arahan prioritas kebijakan. Sesuai arahan RPJPN, pembangunan dalam RPJMN ke-3 (2015- 2019) ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, sehingga mulai tahun 2025 dapat memasuki gerbang untuk menjadi negara maju pada 2030.

(3)

Gambar 3.1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJMN 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan nasional jangka menengah hasil

penjabaran tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025 yang kemudian disandingkan dengan Visi, Misi, dan Agenda Presiden/Wakil Presiden (Nawa Cita).

(4)

Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015-2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing ekonomi. Maka dari itu, salah satu arahan kebijakan umum RPJMN 2015-2019 adalah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan pemerataan.

Pembangunan infrastruktur diarahkan untuk memperkuat konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur dasar (perumahan, air bersih, sanitasi, dan listrik), menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan, yang seluruhnya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta. Adapun sasaran pokok yang ingin dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.

Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0%;

2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk Indonesia; 3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum;

4. Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;

6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar;

7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya terhadap lingkungan

Sasaran pembangunan perkotaan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

(5)

ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa;

2. Peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 7 kawasan perkotaan metropolitan yang sudah ada untuk diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;

3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali(buffer)arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best practices)perwujudan kota berkelanjutan;

4. Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan;

5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

 Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Cipta Karya Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya

Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan (Turbinwas), dan kegiatan pembangunan (Bang).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, tugas Ditjen Cipta Karya adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Ditjen Cipta Karya melaksanakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan.

(6)

sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan;

f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

(7)

Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pada dasarnya untuk bidang Cipta Karya, hampir semua tugas pembangunan dikerjakan bersama pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, peran pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya lebih terfokus kepada tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan (Turbinwas). Tugas pengaturan dilakukan melalui penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK), penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta tugas-tugas lain yang bersifat penyusunan perangkat peraturan. Sedangkan tugas pembinaan dilakukan dalam bentuk dukungan perencanaan, pemberian bantuan administrasi dan teknis, supervisi serta konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

(8)

Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan kriteria-kriteria teknis tertentu. Selain itu terdapat pola hibah, yaitu bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan strategis nasional yang mendesak.

Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementrian PUPR 2015-2019

Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015

Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik spasial maupun sektoral. Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya juga memperhatikan kondisi eksisting, isu strategis, serta potensi daerah.

(9)

keseimbangan pembangunan antar wilayah dan mereflksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritime.

Tabel. 3.2 Pengelompokan WPS

Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger-Semeru dsk); Pulau Bali- Nusa Tenggara (KSPNP: Kintamani-Danau Batur dsk, Menjangan-Pemuteran dsk, Kuta-Sanur-Nusa Dua dsk, Rinjani dsk, Pulau Komodo dsk, dan Ende-Kelimutu dsk); Pulau Kalimantan (KSPNP Tanjung Puting dsk); Pulau Sulawesi (KSPNP: Toraja dsk, Bunaken dsk, dan Wakatobi dsk); dan Kepulauan Maluku (KSPNP Raja Ampat dsk).

Kedua, diterpadukan dengan program pengembangan 22 Kawasan Industri Prioritas (KIP), yaitu Pulau Sumatera (KIP: Kuala Tanjung, Sei Mangkei, dan Tanggamus); Pulau Jawa (KIP: Tangerang, Cikarang, Cibinong, Karawang, Bandung, Cirebon, Tuban, Surabaya, dan Pasuruan); Kalimantan (KIP: Batulicin, Ketapang, dan Landak); Pulau Sulawesi (KIP: Palu, Morowali, Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni).

(10)

Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhanfeeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan di kabupaten/kota. RPI2-JM Bidang Cipta Karya disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota melalui fasilitasi Pemerintah Provinsi yang mengintegrasikan kebijakan skala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, baik kebijakan spasial maupun sektoral. RPI2-JM, selain mengacu pada rencana spasial dan arah pembangunan nasional/daerah, juga mengintegrasikan rencana sektoral Bidang Cipta Karya, antara lain Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman yang berkelanjutan. Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah. Pedoman penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya telah ditetapkan dalam Surat Edaran Dirjen Cipta Karya No 6/SE/DC/2014.

Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode 2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan), mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan maju,baselinependanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30-35% dari porsi pendanaan tersebut.

(11)

bidang Cipta Karya, perlu didorong melalui skema KPS maupun CSR sehingga peranannya meningkat signifikan menjadi 15%. Masyarakat juga dapat berkontribusi melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat ataupun kegiatan.

Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100

swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 13% terhadap porsi pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16% menjadi 7% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100.

Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0-100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain:

 Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan rumah tidak layak huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;

 Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR, terkait penyediaan air baku dan penanganan kawasan rawan genangan;

 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, terkait keterpaduan perencanaan dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan nasional bidang perumahan dan permukiman serta bidang perkotaan dan perdesaan;

 Kementerian Kesehatan, terkait perubahan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);

 Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah;

 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan persampahan;

 Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;

(12)

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

Rencana pengembangan struktur tata ruang Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan pengembangan fungsi kegiatan pelayanan yang diwujudkan berdasarkan pengembangan fungsi kegiatan dan sistem pusat-pusat kegiatan pelayanan yang dialokasikan secara terstruktur ke seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud Rencana pengembangan struktur tata ruang dan sistem kegiatan pelayanan Kabupaten Kepulauan Talaud, ditujukan untuk membentuk satu kesatuan struktur tata ruang dan sistem kegiatan pelayanan agar berfungsi optimal sebagai pusat-pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan pelayanan di wilayah darat dan wilayah laut Kabupaten Kepulauan Talaud

Menciptakan interaksi yang kuat antara pusat dan sub pusat pelayanan kabupaten melalui pengaturan sistem jaringan transportasi hirarki pusat-pusat pelayanan yang akan dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Talaud didasarkan atas jumlah penduduk yang harus dilayani oleh masing-masing pusat pelayanan, sehingga orientasi kegiatan penduduk tidak terpusat (terkonsentrasi) di pusat kabupaten saja, tetapi menyebar ke pusat-pusat pelayanan yang dikembangkan di masing-masing lingkungan. Pengembangan pusat-pusat kegiatan ini dihubungkan oleh sistem jaringan jalan yang berhirarki melalui pengembangan sistem transportasi darat dan pengembangan sistem transportasi laut, sehingga membentuk satu kesatuan yang saling terintegrasi dan mudah dijangkau dari seluruh bagian wilayahnya.

Struktur ruang Kabupaten Kepulauan Talaud tidak dapat dilepaskan dari bentuk struktur yang saat ini terbentuk, maupun yang diarahkan secara legal oleh kebijakan yang menata ruang di atas Kabupaten Kepulauan Talaud. Arahan struktur ruang pada rencana ini dimaksudkan untuk memekarkan struktur ruang menjadi lebih melebar pada wilayah-wilayah yang potensial dengan berdasarkan pada bentuk struktur ruang sesuai aktivitas penduduknya dan sistem pusat pelayanan perkotaan di Kabupaten Kepulauan Talaud

Dalam RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008) telah ditetapkan arahan hirarki pusat-pusat kegiatan atau permukiman perkotaan di seluruh Indonesia.

(13)

Tabel 3. 3 Hierarki Pelayanan dan Fungsi Utama Kota arahan RTRW Provinsi

Hirarki Pelayanan Kota Orde Kota Rencana Fungsi Utama

Sekunder A Melonguane III -. Pusat pelayanan pertahanan dan

keamanan perbatasan

-. Pusat pemerintahan kabupaten -. Pelayanan pariwisata

-. Pengembangan perikanan tangkap

Tersier C Lirung III -. Pelayanan Jasa dan Perdagangan

-. Transportasi Laut -. Pengolahan Hasil -. Perkebunan -. Pariwisata

Beo III -. Pelayanan Jasa dan Perdagangan -. Transportasi Laut

-. Perikanan tangkap -. Pariwisata

Essang III -. Pengembangan – Pertanian -. Pengembangan Perkebunan -. Perikanan tangkap

-. Transportasi laut

Mangaran III -. Pengembangan Pertanian -. Pengembangan Perkebunan -. Transportasi laut

-. Pariwisata

(14)

Tabel 3. 4 Analisis Skalogram sistem skor

Sumber: Hasil Analisis Konsultan

Gereja Mesjid Vihara Pura Mushola TK SD SMP SMA Rumah

Sakit Puskesmas

No Kecamatan Ibadah Pendidikan Kesehatan

Indeks Sentralitas/S

kor Sarana dan Prasarana

Perdagangan dan Jasa Transportasi Struktur

(15)

Dari hasil analisis diatas tidak terlihat perbedaan dengan arahan dari RTRW Provinsi khususnya untuk Kecamatan Beo adalah PKL yang meningkat status menjadi PKW (Pusat Pelayanan Kawasan) dalam hasil analisis.

Tabel 3.5 Hierarki Sistem Perkotaan Kabupaten Kepulauan Talaud arahan RTRW Provinsi

Nama Kota/ Pusat

Melonguane Ibu Kota Kabupaten III PKSN

Beo

Sumber : RTRW Propinsi Sulut, 2007

Untuk itu Kecamatan Beo harus mendapat perhatian agar dapat ditingkatkan menjadi PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Sehingga dari hasil indeks sentralitas fungsi dan penduduk diketahui bahwa Kabupaten Kepulauan Talaud menurut arahan Permen PU No. 16 /PRT/2007 dibagi menjadi empat hierarki. Struktur Perkotaan. Hierarki Struktur Perkotaan di Kabuapaten Kepl. Talaud antara lain:

Tabel 3. 6 Hierarki Kabupaten Kepl. Talaud

Hierarki

Perkotaan Kecamatan

PKSN Melonguane

PKW Beo

PKL Kabaruan, Damau, Lirung, Salibabu, Kalongan, Melonguane Timur, Beo Selatan, Rainis,

Essang, Essang Selatan, Gemeh, TampanAmma dan Nanusa

(16)

Berdasarkan pengelompokan hierarki struktur perkotaan di atas, Kecamatan yang memiliki hierarki pelayanan tertinggi adalah Kecamatan Beo dan Melonguane tetapi dalam RTRW Kecamatan Melonguane di arahkan sebagai PKSN. Kecamatan Beo menjadi pusat pelayanan bagi wilayah dibawahnya dan diarahkan sebagai Pusat kegiatan Wilayah (PKW). Kecamatan Beo yang memiliki nilai skor tertinggi menunjukkan indikasi bahwa sebagai pusat pemerintahan pengaruhnya cukup signifikan hingga pada skala kabupaten. Wilayah yang termasuk dalam hierarki perkotaan dan diarahkan ke dalam Pusat kegiatan Lingkungan (PKL) adalah Kecamatan Kabaruan, Damau, Lirung, Salibabu, Kalongan, Melonguane Timur, Beo Selatan, Rainis, Essang, Essang Selatan, Gemeh, TampanAmma dan Nanusa. Adapun untuk wilayah yang termasuk dalam hirarki Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi Kecamatan Moronge dan Pulutan dan untuk Pusat pelayanan Lingkungan (PPL) adalah Kecamatan Beo Utara dan Miangas.

Dengan diketahuinya hierarki struktur Perkotaan setiap kecamatan di Kabupaten Kepl. Talaud maka perkiraan besarnya pergerakan dan hubungan atau interaksi timbal balik antar kecamatan dapat diketahui. Selanjutnya, hal tersebut dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan pengembangan sarana dan prasarana agar tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan hasil pengelompokan hierarki pelayanan yang telah dianalisis, selanjutnya dapat ditentukan alternatif blok-blok pengembangan dalam SWP (Satuan Wilayah Pengembangan). Pembentukan SWP merupakan strategi pengembangan wilayah dengan memanfaatkan keterkaitan aktivitas dan keruangan. SWP mencakup wilayah pusat dengan beberapa wilayah pengaruhnya. Ketentuan yang digunakan dalam mengelompokkan wilayah ke dalam SWP diantaranya adalah:

1. Pertimbangan jarak, aksesibilitas, dan konektivitas antara pusat SWP dengan wilayah pengaruhnya

2. Pertimbangan kondisi fisik wilayah

3. Peluang terjadinya interaksi antara pusat dengan wilayah pengaruhnya berdasarkan aktivitas dominan dan ketersediaan sarana pelayanan umum

4. Kemiripan karakteristik wilayah yang dikategorikan dalam satu SWP berdasarkan fungsi dan peran

(17)

Gambar 3.4 Hasil analisa skalogram fungsi pelayanan Kab.Kepulauan Talaud

PETA HASIL ANALISIS SKALOGRAM KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

(18)

Tabel 3. 7 . Pembagian Wilayah Pusat Pengembangan

SWP Pusat

Pengembangan Wilayah Pengaruh Dasar Pertimbangan

I Kecamatan

Kondisi eksisting wilayah sudah berkembang sebagai pusat pelayanan dengan adanya pusat pemerintahan di Kecamatan Melonguane sehingga memudahkan peluang untuk pengembangan

II Kecamatan Beo Kecamatan

Melonguane Timur, Beo Selatan, Rainis, Essang, Essang Selatan, Gemeh, TampanAma,

Miangas dan Nanusa

Karakteristik fisik wilayah dimana secara fisik berbatasan membentuk suatu kesatuan pengembangan dengan keterkaitan pola aktivitas

Karaktersitik wilayah yg dominan dengan potensi sektor agro yang mendukungnya sebagai wilayah penghasil dan pemasok komoditas pertanian dan perikanan

Sumber: Hasil Analisis Konsultan

(19)

Tabel 3.8 Jumlah Penduduk Maksimum masing-masing Hirarki Pusat Permukiman di

Kabupaten Kepulauan Talaud Sampai Tahun 2030

Sumber : Hasil Analisis Konsultan

Fungsi Kota Lokasi Penduduk Maksimum Sampai

Tahun 2030 (Jiwa)

Pusat Kegiatan Strategi Nasional Kec. Melonguane 14.604 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan fungsi Pusat

Utama Pelayanan Pemerintahan

Kecamatan Beo 8.780

Lirung 9.464 Kabaruan 9.170

Damau 7.277 Salibabu 9.351 Kalongan 5.504 Melonguane Timur 5.339

Beo Selatan 5.838

Rainis 10.503 Essang 4.195 Essang Selatan 5.548

Gemeh 9.894 Nanusa 5.502 Moronge 6.114

Pulutan 3.229

Beo Utara 6.308

Miangas 1476

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan fungsi Pusat Pelayanan sekunder untuk Pusat Perdagangan, Jasa, dan Industri Perikanan

(20)

Gambar 3. 5 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud

(21)
(22)

3.1.3 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

Penataan Ruang.

Dalam kebijakan regional yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Pulau Sulawesi, Kota Melonguane memiliki fungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) perbatasan dengan jenis pelayanan yang menjadi fungsi dari Kota Melonguane sebagai penyedia administrasi pelintas batas negara, perdagangan – jasa dan transhipment point.

Namun dalam RTRW kota Melonguane memiliki fungsi sebagai PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional). Strategi pengembangan untuk Kota Melonguane yang merupakan bagian dari Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki peran yang sangat penting. Dalam RTRW Pulau Sulawesi strategi kota Melonguane djabarkan sebagai berikut:

- Diarahkan sebagai pusat pelayanan admnistrasi pelintas batas yang berfungsi sebagai tujuan pemasaran untuk wilayah Kepulauan Talaud – Talaud.

- Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, air limbah dan drainase) dan fasilitas perdagangan serta fasilitas pendukung sebagai pintu gerbang lintas negara.

- Meningkatkan kemampuan kerjasama pembangunan antar kawasan dengan wilayah negara tetangga, khususnya pada bidang kelautan dan pertahanan keamanan.

- Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin kesejahteraan dan kreatifitas masyarakat Kota Melonguane.

c. Tujuan Penataan Ruang

Berdasarkan pada visi dan misi di atas, maka disusunlah tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud.

Tujuan penataan ruang Kabupaten Kepulauan Talaud adalah:

“ Mewujudkan Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai Beranda Depan Indonesia

Timur Bagian Utara dengan mengandalkan sektor perikanan, pertanian,

perkebunan dan pertahanan keamanan sebagai basis untuk meningkatkan

(23)

Untuk melaksanakan tujuan di atas, maka ada beberapa aspek penting yang dijadikan sebagai dasar untuk melaksanakan tujuan penataan ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud , yaitu:

1. Prioritas Pemanfaatan dan Pengembangan Ruang Fungsi Strategis sebagai kawasan perbatasan.

2. Perlindungan Ruang terluar sebagai Fungsi Lindung Untuk pertahanan dan keamanan.

3. Pembangunan Terpadu Kawasan perbatasan dengan Mengedepankan Sinergitas

dan Menghindari Ego-sektoral.

4. Optimalisasi Pintu Gerbang Wilayah berbatasan Untuk Meningkatkan Citra Kawasan Kabupaten Kepulauan.

5. Menempatkan Ruang Wilayah Kabupaten dalam sinergitas pembangunan Wilayah Provinsi Sulawesi Utara

6. Meningkatkan fungsi dan peran Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang meliputi perkotaan Melonguane (Kepulauan Talaud)

7. Pembangunan dan penataan Pemukiman serta Sarana dan Prasarana Ekonomi Rakyat yang berbasis pertahanan dan keamanan Dengan Karakter Desa Pesisir 8. Mengembangkan Kawasan Unggulan Sektor Perikanan dan Pertanian guna

meningkatkan produktifitas agar lebih maju dan bersaing dengan kabupaten/kota di Indonesia

9. Mengembangkan sistim jaringan perekonomian antar pulau sentra produksi, kolektif dan distribusi, berupa prasarana jalan, energi, informasi-telekomunikasi.

10. Peningkatan dan pengembangan Kelas Jalan, Pelabuhan dan sarana/prasarana transportasi lainnya untuk Menunjang perkembangan arus barang sektor pertanian dan penunjangnya.

11. Pembatasan Delineasi yang jelas dan informatif terhadap kawasan fungsi perbatasan.

(24)

Sesuai dengan kebijakan Nasional penataan ruang, serta visi, misi, dan tujuan pembangunan Kabupaten Minahasa Selatan, maka kebijakan dasar penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud ditetapkan sebagai berikut :

a. Membangun struktur ruang yang berhirarki untuk meningkatkan efisiensi sarana dan prasarana.

b. Memprioritaskan pengembangan pusat-pusat kegiatan primer yang menyebarkan pengaruh kegiatan dibawahnya.

c. Mempertahankan kawasan lindung sesuai denganKepres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

d. Mengembangkan kawasan budidaya sesuai dengan kebutuhan, potensi,dan kesesuaian lahan dengan memperhatikanKepres No. 7 tahun 1989 tentang Pengelolaan Kawasan Budidaya.

e. Menetapkan kawasan penghasil komoditi unggulan. Potensi perekonomian wilayah dengan komoditi unggulan dikembangkan dalam konteks menjangkau peluang pasar yang lebih luas, terutama di kawasan Indonesia bagian Timur.

f. Membuka peluang bagi penyelesaian konflik kepentingan pemanfaatan ruang, baik antara kepentingan Provinsi dan Kabupaten; antar sektor; dan antara fungsi konservasi dengan fungsi budidaya.

g. Membatasi pemanfaatan ruang di daerah permukiman yang berada di kawasan lindung.

Strategi dasar penataan ruang wilayah di Kabupaten Kepulauan Talaud ditetapkan sebagai berikut :

1. Penetapan neraca lahan secara seimbang sesuai dengan amanat UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dan demi kelestarian lingkungan hidup.

2. Pengalokasian ruang bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkuat kinerja Kecamatan Melonguane sebagai pusat utama/primer Kabupaten Kepulauan Talaud. Pusat utama Kepulauan Talaud akan didukung secara hirarkis oleh pusat-pusat lainnya pada ordinasi yang lebih rendah.

3. Pengalokasian ruang bagi pengembangan sektor-sektor unggulan.

4. Pengalokasian ruang berupa sentra-sentra produksi pangan bagi kegiatan-kegiatan untuk membangun ketahanan pangan di Kabupaten Kepulauan Talaud.

(25)

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten

Dalam rangka mewujudkan upaya pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten, kebijakan dan strategi yang diperlukan adalah:

Kebijakan

a. Menciptakan kerangka ruang kabupaten yang baru yang merangkai seluruh kecamatan dalam wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Talaud. Kerangka ruang yang baru ini dibentuk dengan mempertimbangkan berbagai

aspek pembangunan yang telah eksis.

b. Mempertahankan, meningkatkan dan membangun jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Talaud yang menjadi bagian dari tulangan pembentuk struktur ruang kabupaten.

c. Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten, terdiri dari dan dijabarkan dalam bentuk strategi pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten yang mengatur :

- Peningkatan akses pelayanan kawasan kabupaten dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten yang merata dan berhierarki; dan

- Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kabupaten.

Strategi

a. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan pusat-pusat pertumbuhan kota dan kawasan penunjangnya:

- Menjaga keterkaitan antar kecamatan dan kelurahan, antara kawasan pusat kota dan kawasan sub pusat kota, serta antara kawasan kota dan wilayah di sekitarnya;

- Mengembangkan pusat pertumbuhan baru sebagai kompensasi menjaga kelebihan kepadatan di kawasan lainnya;

(26)

- Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah kecamatan dan sekitamya.

b. Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi:

- Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi;

- Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan

- Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

- Meningkatkan kualitas jaringan pengelolaan limbah diantaranya melalui penerapan pengelolaan sampah dengan metode 3R

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kabupaten

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:

a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung Kabupaten; dan

b. Kebijakan dan Strategi pengembangan kawasan budidaya Kabupaten

A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung Kabupaten

Kebijakan

1) Mengkonservasi dan memproteksi kawasan hutan lindung, hutan Kabupaten dan hutan mangrove untuk fungsi ekologis dan biologis.

2) Meningkatkan kualitas kawasan konservasi alam Kabupaten Kepulauan Talaud terutama pada kawasangeomorfological disaster.

3) Pengembangan kawasan lindung untuk direhabilitasi / reboisasi pada kawasan hutan lindung yang mengalami kerusakan, mencegah meluasnya kerusakan di kawasan lindung. Yang ditempuh dengan cara :

- Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan - Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan

(27)

Strategi

1) Pemantapankawasan lindung sesuai dengan fungsinya masing-masing, baik untuk melindungi kawasan bawahannya, melindungi kawasan setempat, memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman flora-fauna dan ekosistemnya, serta melindungi kawasan yang rawan terhadap bencana alam;

2) Penetapan batas kawasan lindung sesuai dengan fungsi yang telah di tetapkan. Setelah mendapatkan kawasan lindung berdasarkan fungsi hasil

super impose rencana tata ruang daerah, maka kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan yang tidak boleh dilakukan kegiatan budidaya (produksi, pembangunan fisik);

3) Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan lindung agar sesuai fungsi yang telah ditetapkan. Pada prinsipnya kegiatan budidaya yang terdapat dalam kawasan lindung, dapat dilanjutkan sejauh hal ini tidak mengganggu fungsi lindung yang ditetapkan bagi kawasan tersebut. Apabila kegiatan ini diangap dapat menganggu fungsi lindung, maka perlu dilakukan pembatasan terhadap pengembangannya atau dihentikan sama sekali. Strategi ini diambil mengingat pertimbangan kebutuhan pembangunan dengan tetap mengupayakan kelestarian dan keseimbangan lingkungan.

4) Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi:

- Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;

- Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.

5) Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi:

- Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup;

(28)

- Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, danlatau komponen lain yang dibuang ke dalamnya;

- Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;

- Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan;

- Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Kabupaten

Kebijakan

1) Memanfaatkan kawasan hutan lindung, hutan Kabupaten dan hutan mangrove sebagai kawasan wisata ekologi / ekowisata.

2) Mengembangkan kegiatan budidaya hanya pada lahan yang berfungsi sebagai kawasan budidaya.

3) Membatasi perkembangan pemanfaatan lahan yang sudah berlangsung di kawasan lindung, untuk secara bertahap dikembalikan menjadi kawasan lindung.

4) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b meliputi:

- Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budidaya; dan

- Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Strategi

(29)

kegiatan produksi, seperti perkebunan, pertanian tanaman pangan lahan kering, lahan basah, perkebunan, perikanan, peternakan, kegiatan pertambangan, pariwisata serta permukiman.

2) Pengendalian pemanfaatan ruangguna menghindari konflik antar berbagai kepentingan karena hal ini sering terjadi, dan akan banyak menimbulkan permasalahan, yang berdampak pada kurang optimalnya pemanfaatan lahan karena terjadinya perebutan lahan dari berbagai pihak.

3) Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya meliputi:

- Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis Kabupaten untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten;

- Mengembangkan kegiatan sektor unggulan khususnya kegiatan jasa & perdagangan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya;

- Mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;

- Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan diwilayah Kabupaten untuk membantu ketahanan pangan nasional serta sebagai bagian dari pengembangan teknonologi dan industri pertanian; dan

4) Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi:

- Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana;

(30)

- Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mengendalikan dan mengoptimalkan keberadaan sawah sebagai citra penguasaan teknologi pangan.

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten

Kebijakan

Kebijakan pengembangan kawasan strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud meliputi:

1) Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, dan melestarikan keunikan bentang alam

2) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian Kota yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional;

Strategi

1) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi:

- Menetapkan kawasan strategis Kabupaten berfungsi lindung;

- Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis Kabupaten yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;

- Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis Kabupaten yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya;

- Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis Kabupaten yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; dan - Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis Kabupaten.

2) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian Kabupaten meliputi:

(31)

- Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam, manusia dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

- Menciptakan iklim investasi yang kondusif;

- Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;

- Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

- Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan

- Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten

Kebijakan

1) Mengembangkan sistem perkotaan dalam Kabupaten yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta fungsi kegiatan dominannya.

2) Meningkatkan daya dukung lingkungan alamiah dan buatan serta menjaga keseimbangan daya tampung lingkungan untuk menjaga proses pembangunan berkelanjutan.

Strategi

1) Penyusunan program utama pembangunan, penetapan perkiraan biaya pembangunan beserta sumbernya, serta pemilihan instansi pelaksana dan waktu pelaksanaan program pembangunan.

2) Penetapan peraturan zonasi, ketentuan perijinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta pemberian sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan lingkungan alamiah

Kebijakan dan Strategi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten

Kebijakan

(32)

Strategi

1) Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian pemanfaatan ruang dan merupakan kewenangan Kabupaten agar memperhatikan dan mempertimbangkan RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud.

3.1.4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) V.1. Visi Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Talaud Periode 2014-2019

Dalam tahun periode 2014-2019, Visi Pembangunan Kabupaten Kepulauan Talaud, yang merupakan visi Bupati dan Wakil Bupati terpilih adalah:“MEWUJUDKAN MASYARAKAT KEPULAUAN TALAUD YANG RUKUN DAN DAMAI, BEBAS DARI KOLUSI,

KORUPSI DAN NEPOTISME”, sehingga diharapkan seluruh stakeholder di Kabupaten Kepulauan Talaudbekerjasama mengoptimalkan seluruh kapasitas yang dimilikinya untuk meningkatkan dan mewujudkan seluruh masyarakat Kepulauan Talaud lebih sejahtera.

Pernyataan Visi pembangunan Kabupaten Kepulauan Talaud periode 2014-2019 ini memiliki beberapa pengertian pokok sebagai berikut:

A. Masyarakat Kepulauan Talaud yang Rukun dan Damaiditunjukkan oleh kondisi masyarakat yang merasa nyaman dan aman, bebas dari konflik massal serta rendahnya angka kriminalitas dan gangguan terhadap aktivitas ekonomi. Hal ini dapat diukur melalui kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan keamanan dan ketertiban, menguatnya peran masyarakat sipil dan terbangunnya sinergi budaya hukum yang tertib, merata dan berkeadilan sosial.

(33)

partisipatif merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam membangun Kabupaten Kepulauan Talaud. Masyarakat yang demokratis, produktif, dan partisipatif dalam suatu koridor kelembagaan dapat diwujudkan dengan menjadikan nilai-nilai moral sebagai filter.

Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan daerah, terdapat sejumlah nilai yang turut menentukan. Adapun nilai-nilai yang dimaksud, sebagai berikut:

1. Profesionalitas: Mengutamakan kemampuan berpikir sebagai ilmuwan dan handal dalam mengaplikasikan secara proaktif terhadap kebutuhan riil yang ada.

2. Transparansi: Mewujudkan masyarakat yang terbuka (open society) dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan umum dan masa depan daerah.

3. Tanggungjawab: Konsisten terhadap pelaksanaan tugas serta mengutamakan kepentingan daerah.

4. Inovatif: Tidak puas dengan masa lalu dan masa kini, senantiasa berusaha untuk menemukan upaya terobosan guna masa depan yang lebih baik.

5. Integritas: Menanamkan rasa hormat pada orang lain dan mampu mencerminkan jati diri secara positif.

6. Komitmen: Kesepakatan, kebersamaan serta saling memahami dan mengakui adanya perbedaan dan pentingnya keterpaduan dalam pelaksanaan kegiatan. 7. Religius: Dalam berperilaku senantiasa diwarnai sifat agamis.

9. Keseimbangan struktural: antara sektor primer dan sekunder, kekuatan ekonomi pada daya saing, pemerataan ekonomi melalui pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

10. Pertanian, Kelautan dan Perikanan baik skala kecil, menengah dan besar secara sinergis menjadi sektor basis, artinya menjadi penggerak utama (primer mover) pembangunan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Talaud.

11. Berkelanjutan sebagai arah perubahan atau arah pembangunan yang akan dituju, arah tersebut meliputi:

a. Kelestarian ekosistem untuk menunjang kehidupan yang sehat berupa kebutuhan udara bersih, air bersih dan bebas dari bahan beracun berbahaya; b. Pembangunan yang berkeadilan antarkelompok masyarakat, antarwaktu

(generasi sekarang dan yang akan datang) dan antarwilayah (wilayah kota dan desa);

(34)

d. Memberdayakan lembaga masyarakat sehingga mampu berpartisipasi dalam pembangunan.

V.2. Misi

Visi Kabupaten Kepulauan Talaud tersebut di atas terdiri atas 6 (enam) rumusan misi yang telah disampaikan dihadapan DPRD dannantinya akan disampaikan pada musrenbang RPJMD yang akan terlaksana dengan para pemangku kepentingan (stakeholder).Adapun6 (enam) misi yang telah dirumuskan adalah:

1. Membangun Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa yang Berorientasi pada Layanan Masyarakat.

Pemerintahan yang bersih dan berwibawa adalah modal utama Kabupaten Kepulauan Talaud untuk menuju Talaud yang lebih baik. Pemerintahan yang bersih cenderung bekerja lebih fokus dalam membangun daerah karena fakta menunjukan para Kepala Daerah yang tersandung korupsi membiarkan tugas utamanya dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah, karena mereka lebih fokus menghadapi masalah hukum yang membelitnya.

Korupsi menjadi subur karena Kepala Daerah dan para Kepala Satuan Perangkat Daerah secara sengaja membiarkan praktek kolusi dan nepotisme terjadi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Kolusi biasanya terjadi antara Kepala Daerah dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dengan pihak ketiga, apakah itu kontraktor, maupun pemilik modal yang hendak berinvestasi dengan cara-cara yang tidak wajar. Sedangkan nepotisme terjadi ketika Kepala Daerah dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah bersikap nepotis dengan mengutamakan keluarganya dalam mendapatkan jabatan, proyek atau pekerjaan, dimana hal tersebut merupakan awal kehancuran daerah. Penempatan seseorang dalam jabatan seharusnya dilakukan atas dasar kompetensi, tetapi diselewengkan menjadi atas dasar kedekatan biologis dengan petinggi daerah.

2. Meningkatkan Manajemen Pemerintahan yang Berdaya Guna dan Berorientasi pada Keahlian, Profesional “The Right Man On The Right Place”

(35)

(Organisasi Perangkat Daerah) harus menganut miskin struktur tetapi kaya fungsi, bukan kaya struktur tetapi miskin fungsi. Struktur OPD yang ramping memungkinkan Pemerintah Daerah dapat meningkatkan kesejahteraan pegawai. Kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Kepulauan Talaud adalah terendah di seluruh Indonesia, hal ini antara lain disebabkan oleh postur OPD Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud yang terlalu gemuk, dan Kabupaten Kepulauan Talaud telah mengalami surplus Pegawai Negeri Sipil Daerah mencapai 70 persen APBD Kabupaten Kepulauan Talaud tiap tahun berjalan yang dialokasikan untuk belanja pegawai (rutin) menjadi tidak berarti untuk

peningkatan kesejahteraan aparatur.

Pengertian institusi pemerintahan daerah yang profesional mengarah pada penerapan the right man on the right place. Hal ini didukung oleh sistem organisasi yang efektif dengan sasaran yang terukur.Institusi pemerintahan yang berwibawa mengarah pada bagaimana hukum dan perundang-undangan dijadikan sebagai landasan dan perisai utama dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pengembangan sikapprofesional menunjuk pada upayapeningkatan etos kerja melalui penempatan pegawai sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya dan didukung dengan sistem penggajian yang berbasis kinerja,menyiapkan dan mengembangkan SPM (standar Pelayanan Minimal) dan SOP (Standar Operasional Prosedur) dalam rangka melaksanakan pelayanan prima, serta mengupayakan penerapan standarisasi terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Mengembangkan merit system untuk peningkatan kualitas SDM melalui pengembangan karir berbasis kinerja dan sistemrecruitment by expertise.

3. Mengembangkan Manajemen Pendidikan yang Berkualitas dengan Berorientasi pada Peningkatan Sumber Daya Manusia

Wajib belajar 9 tahun harus dilaksanakan di Kabupaten Kepulauan Talaud, kemudian bagi anak-anak yang berprestasi akan diberikan subsidi biaya pendidikan agar mereka memiliki kesempatan belajar di perguruan tinggi karena untuk membangun Talaud yang lebih baik membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas.

(36)

kesehatan; pengembangan jiwa kepemimpinan dan kepeloporan pemuda, peningkatan jiwa sportivitas serta prestasi olah raga.

Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat agar mampu mengisi dan melaksanakan pembangunan menjadi tanggungjawab pemerintah.Mendorong pemerataan kesempatan kerja melalui upaya meningkatkan pembangunan pendidikan masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud yang berkualitas dengan memperhatikan fasilitas dan tenaga pendukung di bidang pendidikan baik kualitas dan kuantitas. Meningkatkan kualitas lulusan melalui program peningkatan mutu dan manajemen

pengelolaan pendidikan serta peningkatan relevansi pendidikan terhadap pasar kerja yang berorientasi pada bidang Pertanian, Kelautan dan Perikanan agar masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud jangan hanya jadi penonton dibandingkan penduduk pendatang, diharapkan bagi putra-putri Kepulauan Talaud yang merantau dan mencari bekal ilmu, diharapkan mencari ilmu yang lebih spesifik sehingga apabila ada penawaran dengan syarat keilmuan tertentu maka para penduduk asli yang sudah memiliki syarat keilmuan tertentu tersebut dapat menjadi pekerja di pusat-pusat kegiatan ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud. Menerapkan budaya disiplin untuk peningkatan kualitas SDM Kabupaten Kepulauan Talaud melalui upaya penerapanReward and Punishmentdi Lingkungan pemerintah dan masyarakat yang dititikberatkan pada disiplin terhadap perundang-undangan seperti lalu lintas, ketaatan dalam pemanfaatan ruang/lahan, budaya bersih, budaya antri, dan taat pajak serta ketaatan terhadap nilai dan norma susila dalam kehidupan sehari-hari.

Tenaga kerja yang bermutu dan berdaya saing melalui peningkatan mutu tenaga kerja lokal yang dibina oleh lembaga pelatihan profesional, maupun melalui pendidikan formal dan informal baik di dalam negeri maupun diluar negeri serta dilakukan peningkatan wawasan kewirausahaan pada pelaku usaha kecil dan menengah.

(37)

Sebagai upaya pokok untuk mewujudkan kinerja dan produktivitas dapat dimulai dari peningkatan kesadaran akan arti pentingnya pendidikan dan nilai arsip serta pemahaman akan nilai sejarah dan budaya sebagai pelajaran penting dalam merancang masa depan yang lebih baik.

4. Membangun Sistem Pelayanan Kesehatan yang Murah, Cepat, Ramah dan Manusiawi.

Pelayanan kesehatan yang berkualitas menjadi salah satu prioritas utama, apa

artinya Puskesmas dibangun di semua kecamatan, Puskesmas Pembantu dibangun dis semua desa tetapi tidak tersedia tenaga kesehatan di semua tingkatan keahlian. Dokter dan para medis harus disebar merata di semua wilayah. Ketersediaan obat-obatan harus tetap terjamin. Rumah Sakit Daerah Mala dan Rumah Sakit Bergerak Gemeh akan memiliki Dokter Ahli yang memadai, sehingga mutu pelayanan kesehatan bagi warga masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud akan menjadi lebih baik. Ketersediaan tenaga bidan yang profesional di seluruh desa di Kabupaten Kepulauan Talaud akan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Pembangunan sistem pelayanan kesehatan ini juga menunjuk pada peningkatan budaya sehat dan kesehatan ibu dan anak, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penumbuhan prakarsa masyarakat dalam penyediaan layanan kesehatan kolektif dan perbaikan gizi; peningkatan akses masyarakat berpenghasilan rendah dalam kepemilikan rumah layak huni dan pengembangan kelembagaan komunitas perumahan untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.

5. Membangun Percepatan dan Peningkatan Infrastruktur.

Sebagai daerah kepulauan yang dikelilingi lautan, dalam penyelenggaraan pembangunan Kabupaten Kepulauan Talaud perlu menyertakan aspek pengelolaan lingkungan sebagai dampak dari penggunaan alam yang begitu besar, mulai dari perencanaan sampai pemanfaatannya.Faktor pendukung utama dari pembangunan adalah tersedianya sistem infrastruktur yang handal, terpadu dan efisien dalam pemahaman infrastruktur yang handal artinya tepat guna dan berdaya guna, terintegrasi dengan faktor pendukung lainnya dan efisien yang bermakna sesuai kebutuhan.

(38)

anggaran memperoleh alokasi dana. Ruas Jalan Provinsi alokasi anggarannya dibebankan pada APBD Provinsi sehingga memperoleh anggaran untuk ruas jalan ini, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud harus intensif melakukan lobi-lobi ke legislatif dan eksekutif Provinsi Sulawesi Utara. Infrastruktur Ruas Jalan Kabupaten di Kabupaten Kepulauan Talaud terdapat di Pulau Karakelang, Pulau Salibabu, Pulau Kabaruan dan Kepulauan Nanusa. Khususnya Ruas Jalan Kabupaten yang terdapat di Pulau Salibabu dan Kabaruan walau dibiayai oleh dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Kepulauan Talaud kenyataannya ruas jalan di dua pulau ini kondisinya masih sangat

memprihatinkan, padahal alokasi dana untuk pembangunan/pemeliharaan jalan dan jembatan di ruas jalan kabupaten ini tergolong sangat besar. Oleh karena itu, untuk tersedianya infrastruktur jalan dan jembatan dalam kondisi mantap, perlu melibatkan konsultan perencanaan dan bekerjasama dengan sejumlah kontraktor di bawah Kementerian Pekerjaan Umum.

Pembangunan infrastruktur dasar di Kabupaten Kepulauan Talaud diarahkan pada pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang merata di seluruh Kabupaten Kepulauan Talaud. Pada bidang pendidikan, saat ini pembangunan gedung perpustakaan sekolah dan laboratorium sekolah, rehabilitasi gedung sekolah, serta pengadaan peralatan dan perlengkapan sekolah, perpustakaan, dan laboratorium sekolah menjadi prioritas utama. Di samping itu, sebagai daerah maritim Kabupaten Kepulauan Talaud harus memiliki Sekolah Tinggi Pelayaran atau Akademi Maritim agar putera-puteri terbaik daerah ini setelah menamatkan SLTA dapat melanjutkan pendidikan tinggi di daerahnya tanpa harus keluar daerah. Sedangkan pada bidang kesehatan pelaksanaan program pembangunan infrastruktur lebih diarahkan pada rehabilitasi beberapa puskesmas, peningkatan Rumah Sakit Bergerak Gemeh, peningkatan bangunan Rumah Sakit Umum Daerah, dan pengadaan peralatan dan perlengkapan puskesmas dan rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud. Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, perlu dibangun Rumah Sakit Khusus agar pasien-pasien yang perlu penanganan khusus tidak harus dirawat di luar daerah.

(39)

rumah tangga, pendirian rumah dan tempat usaha yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud atau pendirian bangunan liar yang kurang mentaati peraturan perundang-undangan.

Kabupaten Kepulauan Talaud senantiasa apabila musim hujan telah tiba kecenderungan berpotensi banjir.Banjir ini dikarenakan oleh infrastruktur drainase di Kabupaten Kepulauan Talaud belum optimal.

Selain itu, perlu dilakukan pembangunan tambatan perahu nelayan dan peningkatan infrastruktur dermaga untuk transportasi laut, serta peningkatan

infrastruktur bandara untuk transportasi udara di Kabupaten Kepulauan Talaud.

Secara kuantitas distribusi air minum melalui sistem jaringan air minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) juga belum memenuhi kebutuhan masyarakat secara merata. DalamMillennium Development Goalsdirencanakan adanya peningkatan akses air bersih dalam Sistem Perpipaan Air Minum (SPAM) dan non perpipaan. Oleh karena itu cakupan pelayanan air bersih di Kabupaten Kepulauan Talaudperlu ditingkatkan.

6. Meningkatkan Peran Agama, Adat, Budaya dalam rangka Menciptakan Masyarakat Talaud yang Rukun dan Damai.

Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki banyak keeratan ideal yang dapat dijadikan perekat keberagaman. Adat-istiadat yang diwariskan leluhur sangat ampuh untuk menyatukan warga masyarakat, saling mengasihi satu dengan yang lain adalah ciri khas orang Talaud, saling menghormati: yang muda menghormati yang tua dan yang tua menghargai yang lebih muda adalah karakteristik anak negeri porodisa. Hal ini merupakan model untuk menciptakan suasana rukun dan damai di Tanah Porodisa. Jika anak negeri hidup rukun dan damai maka tidak ada pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan, karena prinsip “Suirene Suwaide” menjadi dasar pelaksanaanmottodaerah “Sansiotte Sampatte-Patte.

(40)

Tegaknya supremasi hukum di Kabupaten Kepulauan Talaud menjadi pilar utama dalam mengatur proses pemerintahan. Pemerintahan yang kuat harus dimaknai dengan kuatnya supremasi hukum.Pemerintah daerah senantiasa mewujudkan masyarakat yang aman, sentosa, tentram dan damai.Produk hukum daerah harus disusun secara rinci dan tidak bertentangan dengan sumber hukum di atasnya. Pemerintah daerah bekerjasama dengan DPRD sebagai mitra terdepan yang akan menjalankan kontrak sosial dengan seluruh masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud. Gangguan keamanan dalam bentuk berbagai variasi kejahatan dan potensi

konflik horisontal akan meresahkan dan berakibat pada pudarnya rasa aman masyarakat. Terjaminnya keamanan dan adanya rasa aman bagi masyarakat merupakan syarat penting bagi terlaksananya pembangunan di berbagai bidang.

Pembangunan pada sektor keamanan diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme aparat penegak hukum beserta institusi terkait dan meningkatkan peran serta masyarakat melalui peran Lembaga Agama, Lembaga Adat dan Budaya dalam rangka mewujudkan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Peningkatan profesionalisme aparat penegak hukum dicapai melalui pembangunan kompetensi pelayanan inti, pembinaan SDM, pemenuhan kebutuhan sarana utama serta membangun pengawasan dan mekanisme kontrol lembaga penegak hukum. Peran serta masyarakat dalam penciptaan keamanan masyarakat akan dibangun melalui mekanisme jaring pengaman masyarakat yang berarti masyarakat turut bertanggung jawab dan berperan aktif dalam penciptaan keamanan dan ketertiban dalam bentuk kerjasama dan kemitraan dengan aparat penegak hukum dalam menjaga keamanan dan ketertiban.

Pembangunan yang merata dan dinikmati oleh seluruh komponen masyarakat akan mendukung meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan, juga akan mengurangi gangguan keamanan serta menghapuskan potensi konflik sosial.

(41)

Budaya paternalistik yang masih banyak dianut oleh masyarakatrelatif meletakkan laki-laki sebagai pengambil keputusan utama. Oleh karena itu sejalan dengan kebijakan pemerintah untukmenghilangkan diskriminasi terhadap perempuan, Kabupaten Kepulauan Talaud berupaya untuk mewujudkan kesejajaran peranan perempuan untuk berperan aktif dalam kehidupan ekonomi, politik serta pengambilankeputusan.

V.3. Tujuan dan Sasaran

Secara Umum Tujuan Pembangunan Kabupaten Kepulauan Talaud periode

2014-2019 ialah: “Mempersiapkan Kabupaten Kepulauan Talaud menjadi kabupaten yang maju dan berdaya saing”. Pembangunan daerah dilaksanakan dengan pelibatan secara langsung warga masyarakat dan pelaku bisnis bersama-sama dengan pemerintah dalam perencanaan dan proses pembangunan daerah, serta mengelola dan memanfaatkan sumber daya berkelanjutan. Adapun Tujuan dan Sasaran Pembangunan daerah Kabupaten Kepulauan Talaud didasarkan pada Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud adalah sebagai berikut.

A. Tujuan berdasarkan misi pertama yaitumembangun pemerintahan yang bersih dan

berwibawa yang berorientasi pada layanan masyarakat, adalah:

 Memantapkan pelaksanaan birokrasi pemerintah yang transparan, akuntabel, efisien, partisipatif dan non-diskriminatif.

 Mengoptimalkan pelayanan publik. Sasaran yang akan dicapai:

1. Terlaksananya reformasi birokrasi dan pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.

2. Terwujudnya birokrasi pemerintah yang transparan, akuntabel, efisien, partisipatif, dan nondiskriminatif.

3. Meningkatnya perencanaan pembangunan yang efektif dan efisien. 4. Terkendali dan terlaporkannya kinerja pembangunan daerah. 5. Terwujudnya pelayanan perijinan terpadu.

6. Terwujudnya inovasi dan kreativitas pemerintah daerah dalam pelayanan publik, termasuk upaya pengembangan program non budgeter.

B. Tujuan berdasarkan misi kedua yaitumenciptakan manajemen pemerintahan yang berdaya guna dan berorientasi pada keahlian, profesional “the right man on the

(42)

 Menciptakansistem organisasi pemerintahan yang efektif dan efisien dengan sasaran yang terukur.

 Meningkatkan etos kerja aparatur.

 Meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur. Sasaran yang akan dicapai adalah:

1. Terciptanya struktur pemerintahan yang efektif dan efisien. 2. Terwujudnya pelayanan prima.

3. Terwujudnya pengembangan karir berbasis kinerja.

4. Terciptanya sistemrecruitment by expertise.

5. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan profesionalisme aparatur.

C. Tujuan berdasarkan misi ketiga: mengembangkan manajemen pendidikan yang

berkualitas dengan berorientasi pada peningkatan SDM,adalah:

 Meningkatkan pendidikan formal dan non formal di semua jenis dan jenjang pendidikan.

 Mewujudkan Sumberdaya Manusia yang berdaya saing tinggi.

 Memperluas pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk kesejahteraan seluruh masyarakat.

 Meningkatnya kompetensi dan peran perempuan.

 Mendorong penguasaan teknologi inovatif bagi petani, nelayan dan pegawai. Sasaran yang akan dicapai:

1. Meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat.

2. Terwujudnya pemberian beasiswa kepada murid-murid bertalenta, berprestasidan kurang mampu secara ekonomi.

3. Terwujudnya perlakuan khusus bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya di daerah terpencil dan perbatasan.

4. Meningkatnya kemampuan berbahasa Inggris dan asing lainnya sejak SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK.

5. Terwujudnya kelembagaan sekolah yang berstandar nasional. 6. Meningkatnya manajemen berbasis sekolah.

7. Terwujudnya prestasi dalam kejuaraan olahraga nasional maupun internasional serta kesejahteraan atlit-atlit daerah.

8. Terwujudnya fasilitas media massa.

(43)

10. Terwujudnya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup.

11. Terwujudnya teknologi inovatif bagi petani, nelayan, dan pegawai.

D. Tujuan berdasarkan misi keempat:membangun sistem pelayanan kesehatan yang

murah, cepat, ramah dan manusiawi, adalah:

 Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud.

Sasaran yang akan dicapai:

1. Terwujudnya pelayanan kesehatan berbasis SPM dan MDGs, dengan standar biaya yang jelas dan terjangkau secara ekonomi.

2. Tersedianya dokter ahli di Rumah Sakit Umum Daerah Mala dan Rumah Sakit Bergerak Gemeh.

3. Tersedianya secara merata dokter dan para medis di setiap puskesmas. 4. Tersedianya tenaga bidan yang profesional di setiap desa.

5. Terjaminnya ketersediaan obat-obatan dan peralatan medis.

6. Terwujudnya kesejahteraan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya di daerah terpencil dan perbatasan.

7. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan dokter dan tenaga kesehatan.

E. Tujuan berdasarkan misi kelima: membangun percepatan dan peningkatan infrastruktur,adalah:

 Meningkatkan infrastruktur pendidikan.

 Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit.

 Meningkatkan sarana dan prasarana untuk kelancaran perhubungan baik lokal, antar daerah maupun dengan negara tetangga.

 Meningkatkan sarana / prasarana kelistrikan daerah.

 Meningkatnya Jaringan Irigasi dan luasan daerah irigasi yang terairi air irigasi.

 Meningkatnyakualitas permukiman dan perumahan, sarana sanitasi, air limbah, persampahan dan drainase.

 Meningkatnya ketersediaan air minum/air bersih.

 Meningkatnya sarana dan prasarana transportasi darat, udara dan laut.

(44)

Sasaran yang akan dicapai:

1. Terwujudnya standar infrastruktur sekolah-sekolah.

2. Terwujudnya pengembangan teknologi informasi pendidikan. 3. Meningkatnya sarana dan mutu pendidikan nonformal.

4. Terwujudnya akses pendidikan yang berkualitas di daerah terpencil dan kawasan perbatasan.

5. Terpenuhinya fasilitas pendidikan (formal dan informal).

6. Meningkatnya kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan.

7. Meningkatnya jumlah dan mutu fasilitas perpustakaan. 8. Terwujudnya pengembangan teknologi informasi kesehatan. 9. Meningkatnya mutu pendidikan kesehatan kejuruan.

10. Terwujudnya perhatian pada fasilitas kesehatan (formal dan informal).

11. Terwujudnya jumlah dan mutu fasilitas laboratorium berstandar internasional. 12. Terealisasinya pembangunan sekolah kejuruan di bidang kelautan/perikanan

dan ketehnikan.

13. Terwujudnya jalan dan jembatan perkotaan dan pedesaan.

14. Terwujudnya akses ke sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan.

15. Terwujudnya fasilitas pelayanan air bersih dan air baku.

16. Terciptanya pembangkit tenaga listrik menggunakan energi baru dan terbarukan seperti: matahari, angin, arus laut dan lainnya.

17. Terwujudnya infrastruktur dan fasilitas daerah perbatasan, rawan bencana dan pulau-pulau kecil terluar NKRI.

18. Meningkatnya kualitas permukiman dan perumahan, fasilitas kebersihan dan sanitasi.

19. Terwujudnya taman-taman rekreasi umum.

20. Terwujudnya perlindungan terhadap lingkungan hidupa dan pembangunan ruang-ruang terbuka umum.

21. Terwujudnya peningkatan sarana dan prasarana pariwisata.

22. Terwujudnya peningkatan Sarana dan prasarana transportasi udara. 23. Terwujudnya peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan.

24. Terwujudnya peningkatansarana dan prasarana lalulintas darat.

(45)

F. Tujuan berdasarkan misi keenam:meningkatkan peran agama, adat, budaya, dalam

rangka menciptakan masyarakat Talaud yang rukun dan damai,adalah:

 Mengoptimalkan pelestarian budaya lokal dan peran agama untuk mewujudkan landasan etik dan moral yang mantap.

 Mewujudkan kondisi aman, damai, nyaman, tertib dan disiplin.

 Mewujudkan kesetaraan gender.

 Meningkatnya perlindungan terhadap hak-hak anak dan perempuan serta lansia.

 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang rukun dan damai.

Sasaran yang akan dicapai:

1. Meningkatnya peran lembaga keagamaan dalam kerukunan umat beragama. 2. Meningkatnya fungsi pranata sosial masyarakat (keluarga, kepanduan,

paguyuban).

3. Terwujudnya kearifan lokal dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

4. Meningkatnya Revitalisasi Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (HANKAMRATA).

5. Terwujudnya rasa saling percaya dan hubungan harmonis antar kelompok masyarakat (etnik dan budaya).

6. Meningkatnya kesetaraan gender dalam semua aspek pembangunan.

7. Meningkatnya pengamanan dan keamanan di kawasan perbatasan dan pintu-pintu masuk dari segala macam bentuk kejahatan.

(46)

3.2 Arahan Kebijakan Bidang Cipta Karya

3.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Sektor Pengembangan Permukiman

ARAH KEBIJAKAN Sektor Pengembangan Permukiman

1. Mengutamakan penyediaan prasarana dan sarana dasar bagi kawasan rumah sederhana dan rumah sederhana sehat, penyediaan hunian bagi masyarakat berpendapatan rendah.

2. Memfasilitasi dan memberdayakan masyarakat berpendapatan rendah. 3. Menciptakan kepastian hukum dalam permukiman.

4. Meningkatan kualitas prasarana dan sarana lingkungan pada kawasan kumuh perkotaan dan pesisir.

Kawasan Strategis

Kawasan strategis Kabupaten merupakan bagian wilayah Kabupaten yang

penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota di bidang ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

Kawasan strategis Kabupaten berfungsi:

a. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah Kabupaten ;

b. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dalam wilayah Kabupaten yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah Kabupaten bersangkutan;

c. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kota; dan d. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah Kabupaten .

Kawasan strategis Kabupaten ditetapkan berdasarkan:

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten ;

b. Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan;

c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan;

Gambar

Gambar 3.1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementrian PUPR 2015-2019
Tabel. 3.2 Pengelompokan WPS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini untuk menguji secara empiris adanya keterlibatan partisipasi pemakai, dukungan manajemen puncak, program pelatihan dan

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti akan meneliti dengan program promosi penjualan yang sering digencarkan Flashy dan konsumen memilih Flashy sebagai produk

Adakah pengaruh motivasi belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran matematika siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Busana Butik di

Didalam kuesioner ini terdapat 5 (lima) butir pertanyaan yang harus dijawab oleh

Skripsi dengan judul “PENGARUH STRESSOR TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN VARIABEL MODERATING REWARD : STUDI KASUS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) BALONG/BEJI – KALITELO”

Adapun tujuan dari Laporan Akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III (tiga) di Teknik Elektro Program Studi Teknik

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan pembiayaan murābahah sebagai upaya meminimalisir pembiayaan bermasalah di BRI Syariah KCP Metro dan

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah, jika penelitian terdahulu aspek yang ingin dicapai adalah hasil belajar siswa, minat belajar dana