• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2-1 Grafik Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Gambar 2-1 Grafik Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

B

B

A

A

B

B

-

-

2

2

KONDISI UMUM DAERAH

2.1

KONDISI UMUM DAERAH

2.1.1 Geografi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat tadalah salah satu kabupaten di Provinsi Maluku dan merupakan pemekaran dari wilayah Kabupaten Maluku Tenggara. Kabupaten Maluku Tenggara Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2008 dibentuklah Kabupaten Maluku Barat Daya sebagai pemekaran Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat berkedudukan di Saumlaki yang merupakan ibukota Kecamatan Tanimbar Selatan. Secara geografi Kabupaten Maluku Tenggara Barat berbatasan dengan wilayah-wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Laut Banda

(2)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Secara astronomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat terletak pada posisi 60 34’ 24” –80 24’ 36” Lintang Selatan dan 1300 37’ 47” –1330 4’ 12” Bujur Timur.

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan kepulauan dan terkonsentrasi pada Gugus Pulau Tanimbar yang memiliki luas keseluruhan 52.995,19 km2 yang terdiri dari wilayah daratan seluas 10.102,92 km2 (19,06%) dan wilayah perairan seluas 42.892,28 km2 (80,94%). Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Wermaktian yaitu 15.427,95 km2 (29,11% dari luas keseluruhan). Adapun luas masing-masing Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat selengkapnya tergambar dalam Tabel 2-1 dan Gambar 2-1 dan Gambar 2-2 pada halaman berikutnya.

Tabel 2-1 Luas Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

Darat Laut Total 1 Tanimbar Selatan 825,69 3.505,48 4.331,17 2 Wertamrian 1.298,45 5.512,62 6.811,07 3 Wermaktian 2.941,16 12.486,79 15.427,95 4 Selaru 826,26 3.507,90 4.334,16 5 Tanimbar Utara 1.075,74 4.567,10 5.642,84 6 Yaru 79,42 337,20 416,62 7 Wuarlabobar *) 654,74 2.779,71 3.434,45 8 Nirunmas 1.468,30 6.233,70 7.702,00 9 Kormomolin 933,16 3.961,77 4.894,93 10 Molu Maru - - -

JUMLAH 10.102,92 42.892,27 52.995,19 Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016

Keterangan: *) Termasuk Kecamatan Molu Maru

(3)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

(4)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.1.2 Topografi dan Fisiografi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan wilayah yang relatif datar (0-3%), landai/berombak (3-8%), bergelombang (8-15%), agak curam (15–30%), curam (30– 50%) dan sangat curam (>50%). Topografi wilayah terkait dengan faktor lereng dan ketinggian tempat dari muka laut. Kelas lereng 0-8 persen (datar sampai berombak), sesuai untuk semua usaha pertanian: tanaman pangan/semusim, tanaman umur panjang, dan peternakan. Kelas lereng 8-30 persen (bergelombang sampai berbukit), tidak sesuai untuk tanaman pangan/semusim dan peternakan, hanya sesuai untuk tanaman tahunan. Di utara Pulau Yamdena terdapat sederet pulau-pulau kecil. Kedua deretan pulau tersebut terpisah oleh selat yang dangkal dengan kedalaman tidak lebih dari 20 meter, sehingga apabila terjadi pasang surut, terbentuk daratan kering yang luasnya bisa mencapai setengah kilometer dari tepi pantai Yamdena. Yamdena utara umumnya datar dengan ketinggian kurang dari 50 meter, sedang daerah perbukitan di bagian selatan tingginya melebihi 200 meter. Secara keseluruhan morfologi di daerah ini dapat dibedakan menjadi tiga satuan morfologi, yaitu perbukitan, dataran rendah dan teras. Di daerah perbukitan seperti yang terdapat di Pulau Labobar puncak tertinggi mencapai lebih dari 300 meter di atas muka laut. Di pulau-pulau lainnya, ketinggiannya kurang dari itu. Umumnya berlereng terjal, bersungai pendek dan berpola aliran memancar. Di Pulau Yamdena tenggara terdapat pebukitan bergelombang dengan ketinggian mencapai 260 meter; pola aliran disini hampir sejajar dengan pantainya terjal. Dataran rendah terdapat mengikuti aliran sungai. Dataran rendah yang terpanjang terdapat di sepanjang sungai Ranormoye. Undak batu gamping terdapat disejumlah pulau kecil seperti Pulau Selaru, Larat dan Fordata. Undak tersebut dibatasi lereng terjal, tetapi puncaknya hampir datar dengan puncak tertinggi 104 meter.

2.1.3 Geologi

Kondisi geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang merupakan kepulauan dan terkonsentrasi pada Gugus Pulau Tanimbar dan sekitarnya, telah diselidiki dan dipetakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G, Bandung) pada tahun 1989 oleh Sukardi dan Sutrisno. Daerah kajian termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Kepulauan Tanimbar, Maluku dengan skala 1: 250.000.

(5)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

daerah ini secara umum merupakan Perbukitan Sejajar, Perbukitan Bergelombang dan Pedataran Alluvial.

Dasar stratigrafi yang dipilih dalam penentuan satuan stratigrafi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya adalah litostratigrafi. Penamaan masing-masing satuan stratigrafi bersendi pada litologi penyusun yang dominan dan memakai satuan tidak resmi. Penyebaran setiap satuan stratigrafi dalam peta geologi dibuat berdasarkan penyebaran satuan stratigrafi atau formasi yang sudah diterbitkan petanya. Batas setiap satuan stratigrafi ditentukan atas dasar hubungan ketidakselarasan atau keselarasan antara suatu satuan stratigrafi atau formasi dengan suatu satuan stratigrafi atau formasi yang berdekatan. Umur dan batuan penyusun setiap satuan stratigrafi, mengikuti umur dan batuan penyusun formasi yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pada peta geologi yang sudah terbit (Peta Geologi Lembar Kepulauan Tanimbar, Maluku yang disusun oleh Sukardi dan Sutrisno, 1989) di daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya dapat dibagi menjadi 7 (empat) Formasi stratigrafi tidak resmi. Berurutan dari umur tua sampai muda terdiri dari:

1. Kompleks Molu (M), terdiri dari batupasir kuarsa, batugamping napalan berfosil Belemnit dan Moluska, batugamping Kristal, batugamping oolit, batugamping berfosil Spiriferina, rijang, sekis, andesit piroksen, basal amigdal, diorit hornblenda, trakit porfir dan tufa.

2. Formasi Tangustabun (Tpt), terdiri dari: perselingan antara lempung coklat kemerahan, tufa kaca, rijang, batupasir kuarsa dan batugamping.

3. Formasi Batimafudi (Tmb), terdiri dari: perselingan batugamping pasiran, napal, batupasir gampingan dengan struktur perlapisan berupa silang siur.

4. Anggota Napal, Formasi Batimafudi (Tmbm), terdiri dari: Napal bersisipkan batugamping pasiran setempat dijumpai struktur laminasi.

5. Formasi Batilembuti (QTb), terdiri dari: Napal yang kaya akan fosil plangton dan bentos, batugamping yang sangat rapuh, yang terbentuk seluruhnya dari fosil plangton dan bentos, napal kapuran berwarna putih dan ringan.

6. Formasi Saumlaki (Qs), terdiri dari: batugamping koral, padat, setempat terbreksikan, bagian bawah konglomerat dengan komponen batugamping dan cangkang fosil.

(6)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Batugamping yang terdapat di daerah kajian ini umumnya bersifat mudah meresapkan dan melarutkan air. Tersebar di daerah Pantai Barat dan Utara Yamdena, Pulau Selaru, Pulau Larat, dan pulau-pulau kecil disekitar pulau Yamdena.

Peta Geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya, dapat di lihat pada Gambar 2-3 berikut ini.

Gambar 2-3 Peta Geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya

(Sukardi dan Sutrisno, 1989)

(7)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

- Timur. Struktur geologi yang dapat diamati berupa lipatan, sesar naik, sesar geser, dan kelurusan-kelurusan yang menunjukkan arah utama Utara - Selatan dan Baratdaya-Timurlaut. Struktur lipatan seperti antiklin dan sinklin berarah Baratlaut - Tenggara dan Baratdaya - Timurlaut.

Di daerah ini proses tektonik terjadi pada Akhir Paleogen atau bahkan lebih tua. Gejala ini mengakibatkan perlipatan, pensesaran dan pemalihan regional derajat rendah. Tektonik yang dapat diamati terjadi pada Plio-Plistosen, yang mengakibatkan ketidakselarasan dengan batuan yang lebih tua dan mengaktifkan kembali struktur-struktur geologi yang terbentuk sebelumnya. Untuk memperoleh data yang lebih akurat tentang perkembangan struktur geologi ini perlu dilakukan pengamatan yang lebih detail.

Secara umum kondisi geologi daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan sekitarnya, seperti yang telah dibahas di atas relatif harus mendapat perhatian khusus menyangkut masalah tanah dasar dan batuan maupun struktur geologi. Struktur geologi yang berkembang di daerah kajian cukup intensif (lihat Peta Geologi, Gambar 2.3), untuk lebih memastikan seberapa besar pengaruh dari struktur geologi ini terhadap ketersediaan air tanah atau kondisi hidrogeologi secara umum perlu dilakukan penyelidikan lanjutan.

2.1.4 Hidrologi, Klimatologi dan Hidrogeologi

A. Air tanah dan akuifer

Air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia, sehingga ada ilmu pengetahuan khusus yang membahas tentang air yaitu hidrologi. Hidrologi adalah ilmu tentang air baik di atmosfer, di permukaan bumi, dan di dalam bumi, tentang terjadinya, perputarannya, serta pengaruhnya terhadap kehidupan yang ada di alam ini (Shiddiqy, 2014).

(8)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge area).

Pemanfaatan air untuk berbagai macam keperluan tidak akan mengurangi kuantitas air yang ada di muka bumi ini, tetapi setelah dimanfaatkan maka kualitas air akan menurun. Air di bumi ini selalu mengalir dan dapat berubah wujud menjadi uap air sebagai akibat pemanasan oleh sinar matahari dan tiupan angin. Uap air ini kemudian menguap dan mengumpul membentuk awan. Pada tahap ini terjadi proses kondensasi yang kemudian turun sebagai titik-titik hujan atau salju. Sebagian dari air yang jatuh kebumi meresap kedalam tanah sebagai Air Tanah, sedangkan sebagian lainya mengalir sebagai air permukaan yang kemudian menguap kembali akibat sinar matahari. Siklus disebut siklus hidrologi (hydrologic cycle).

Gambar 2-4 Siklus Hidrologi (hydrologic cycle)

Secara umum, siklus hidrologi dapat dibagi dalam tiga tahapan:

1) Air permukaan yang ada di muka bumi ini membentuk kumpulan butir-butir air sebagai awan, ditiup angin ke arah dataran, kemudian turun sebagai hujan;

(9)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

melalui pori-pori tanah ke dalam tanah (infiltrasi) sebagai Air Tanah (groundwater);

3) Air yang masuk kedalam tanah sebagai Air Tanah, sebagian mengisi lapisan tanah/batuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer dangkal, dan sebagian lagi terus masuk kedalam tanah untuk mengisi lapisan akuifer yang lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Lokasi pengisian (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi pengambilan airnya (discharge area).

Secara skematis siklus ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2-5 Diagram siklus hidrologi (Dr. Ir. Robert J Kodoatie, 1996) Keterangan gambar:

1. penguapan (evaporasi)

2. evapotranspirasi 3. hujan (air atau salju)

4. air mengalir lewat batang tanaman atau jatuh langsung dari tanaman 5. aliran di muka tanah (over land flow)

6. banjir (genangan)

7. aliran jaringan sungai (runoff) 8. transpirasi

9. kenaikan kapiler 10. infiltrasi

11. aliran antara (interflow) 12. aliran dasar (baseflow) 13. aliran runout

(10)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Air tanah didefinisikan sebagai air yang terdapat di bawah permukaan bumi. Salah satu sumber utamanya adalah air hujan yang meresap ke bawah lewat lubang pori di antara butiran tanah. Air yang berkumpul di bawah permukaan bumi ini disebut akuifer.

Ada beberapa pengertian akuifer berdasarkan pendapat para ahli, Todd (1955) menyatakan bahwa akuifer berasal dari bahasa latin yaitu aqui dari kata aqua yang berarti air dan kata ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa air. Herlambang (1996) menyatakan bahwa akuifer adalah lapisan tanah yang mengandung air, di mana air ini bergerak di dalam tanah karena adanya ruang antar butir-butir tanah. Berdasarkan kedua pendapat, dapat disimpulkan bahwa akuifer adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan mampu mengalirkan air. Hal ini disebabkan karena lapisan tersebut bersifat permeable yang mampu mengalirkan air baik karena adanya pori-pori pada lapisan tersebut ataupun memang sifat dari lapisan batuan tertentu. Contoh batuan pada lapisan akuifer adalah pasir, kerikil, batu pasir, batu gamping rekahan. Akuifer dan aliran air pada pori-pori ditunjukkan oleh Gambar 2.6 dan Gambar 2.7 pada halaman berikutnya.

(11)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-7 Aliran air pada pori-pori antar butir tanah (Shiddiqy, 2014) Terdapat tiga parameter penting yang menentukan karakteristik akuifer yaitu tebal akuifer, koefisien lolos atau permeabilitas, dan hasil jenis. Tebal akuifer diukur mulai dari permukaan air tanah (water table) sampai pada suatu lapisan yang bersifat semi kedap air (impermeable) termasuk aquiclude dan aquifuge. Permeabilitas merupakan kemampuan suatu akuifer untuk meloloskan sejumlah air tanah melalui penampang 1 m2. Nilai permeabilitas akuifer sangat ditentukan oleh tekstur dan struktur mineral atau partikel-partikel atau butir-butir penyusun batuan. Semakin kasar tekstur dengan struktur lepas, maka semakin tinggi batuan meloloskan sejumlah air tanah. Sebaliknya, semakin halus tekstur dengan struktur semakin tidak teratur atau semakin mampat, maka semakin rendah kemampuan batuan untuk meloloskan sejumlah air tanah. Dengan demikian, setiap jenis batuan akan mempunyai nilai permeabilitas yang berbeda dengan jenis batuan yang lainnya.

Hasil jenis adalah kemampuan suatu akuifer untuk menyimpan dan memberikan sejumlah air dalam kondisi alami. Besarnya cadangan air tanah atau hasil jenis yang dapat tersimpan dalam akuifer sangat ditentukan oleh sifat fisik batuan penyusun akuifer (tekstur dan struktur butir-butir penyusunnya) (Anonim, 2006).

(12)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

air sama dengan atmosfer. Air tanah dari akuifer ini disebut air tanah bebas (tidak terkungkung) dan akuifernya sendiri sering disebut water-table aquifer. Jenis-jenis akuifer ditunjukkan pada Gambar 2.8 berikut ini.

Gambar 2-8 Jenis-jenis Akuifer (Shiddiqy, 2014)

Todd (1980) menyatakan bahwa tidak semua formasi litologi dan kondisi geomorfologi merupakan akuifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan, akuifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:

1. Lintasan air (water course)

Bentuk lahan di mana materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan kerikil.

2. Dataran (plain)

Bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akuifer yang baik.

3. Lembah antar pegunungan (intermontane valley)

Merupakan lembah yang berada di antara dua pegunungan dan materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari pegunungan di sekitarnya.

(13)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Lembah yang tersusun oleh material lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.

Berdasarkan perlakuannya terhadap air tanah, terdapat lapisan-lapisan batuan selain akuifer yang berada di bawah permukaan tanah. Lapisan-lapisan batuan tersebut dapat dibedakan menjadi: Aquiclude, aquitard, dan aquifuge. Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi dalam kondisi alami tidak mampu mengalirkannya, misalnya lapisan lempung, serpih, tuf halus, lanau. Untuk keperluan praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air. Letak aquiclude ditunjukkan pada Gambar 2.9 berikut ini.

Gambar 2-9 Letak Aquiclude (Shiddiqy, 2014)

Aquitard adalah formasi geologi yang semi kedap, mampu mengalirkan air tetap dengan laju yang sangat lambat jika dibanding dengan akuifer. Meskipun demikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan lainnya. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak mampu mengalirkan air.

(14)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

terdapat pada batugamping pasiran. Akifer yang terdapat di daerah kajian dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

1). Aquifer Produktif: aquifer ini mempunyai tingkat keterusan yang beragam, muka air tanah umumnya dalam, setempat dapat dijumpai mata air dengan debit yang cukup besar.

2). Aquifer Rendah: aquifer ini umumnya mempunyai tingkat keterusan rendah, setempat pada daerah yang stabil air tanah dapat diperoleh, meskipun debitnya kecil.

3). Aquifer Sangat Rendah: daerah dengan kondisi Aquifer seperti ini umumnya merupakan daerah dengan kondisi air tanah langka/ jarang atau dengan kata lain sulit dijumpai air tanah.

Air adalah sumber daya alam dinamis, yang selalu bergerak melalui daur hidrologi yang abadi. Bumi banyak sekali memiliki air, tetapi hanya 2,5% yang berupa air tawar (97,5% adalah air asin). Hanya 0,3% dari air tawar yang terdapat di bumi berupa air permukaan danau, telaga, waduk, situ, dan air sungai yang dapat langsung dimanfaatkan oleh manusia.

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan kabupaten kepulauan yang hampir sebagian besar desa–desa di setiap Kecamatan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat berbatasan langsung dengan pesisir pantai, tetapi ada beberapa desa yang di lewati sungai. Berikut adalah Tabel 2-2 yang menyajikan nama-nama sungai di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Tabel 2-2 Nama-nama Sungai Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat No Kecamatan DAS Luas (Km2)

(15)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

No Kecamatan DAS Luas (Km2)

15 Selaru Nurianat 0,80 16 Selaru Selaru 340,42 17 Selaru Riama 1,40 18 Tanimbar Selatan Asutubun 0,01 19 Tanimbar Selatan Asutubun 3,13 20 Tanimbar Selatan Lermatang 42,26 21 Tanimbar Selatan Lolan 67,49 22 Tanimbar Selatan Kebiarat 12,02 23 Tanimbar Selatan Saumlaki 19,06 Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum Dirjen Sumber Daya Air

Satker Balai Wilayah Sungai Maluku, 2011.

B. Kondisi Klimatologi

Kabupaten Maluku Tenggara Barat beriklim tropis yang bervariasi antara tiap bagian wilayah dan sangat dipengaruhi oleh lautan yaitu Laut Banda, Laut Arafura dan Samudera Indonesia juga dibayangi oleh Pulau Irian di bagian Timur dan Benua Australia di bagian selatan sehingga sewaktu-waktu terjadi perubahan iklim.

1. Iklim

Iklim diwilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sangat dipengaruhi oleh sirkulasi angin masim yang bergerak dari dan ke arah ekuator. Sehingga, pola iklim diwilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah pola ekuatorial yang dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat bomodal (dua puncak hujan) yaitu pada bulan Desember/Januari dan April/Mei.

Selama periode April-September sirkulasi udara didominasi oleh angin pasat tenggara atau angin timuran dari Australia yang dingin dan relatif kering sehingga kurang mendatangkan hujan, terutama pada bulan Juli, Agustus, dan September, sedangkan selama periode Oktober-Maret, angin pasat timur dari lautan pasifik dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju ekuator dan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan menuju bagian selatan ekuator, diantaranya melewati laut Banda yang cukup luas. Curah hujan cukup tinggi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret Kondisi data historis curah hujan menunjukkan bahwa wilayah Maluku Tenggara Barat merupakan daerah terkering dengan curah hujan tahunan rata-rata antara 1500 – 2000 mm.

(16)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

a. Zona II.3: Curah hujan tahunan 1.500–1.800 mm, tercakup didalamnya zona D3 (5-6 BB, 4-6 BK) meliputi Kepulauan Tanimbar Bagian Timur;

b. Zona II.4: Curah hujan tahunan 1.800–2. 100 mm, tercakup didalamnya zona C3 5-6 BB, 4-6 BK) meliputi Kepulauan Tanimbar Bagian Barat;

c. Zona IV.1: Curah hujan tahunan 3.000–4.800 mm, tercakup didalamnya zona A2 (> 9 BB, >2BK) meliputi Bagian Barat Yamdena.

2. Curah Hujan selengkapnya disajikan pada Tabel 2-3 berikut ini.

Tabel 2-3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat No Bulan Curah Hujan Sumber: BPS, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Dalam Angka Tahun 2016

3. Musim

(17)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Selama periode Oktober – Maret, angin pasat timur laut dari lautan pasifik dan Asia yang lembab dan panas bertiup secara dominan dan konvergen menuju ekuator dan berubah arah menjadi barat laut atau angin baratan menuju bagian selatan ekuator, diantaranya melewati laut Banda yang cukup luas. Angin tersebut banyak mengandung uap air yang tercurah sebagai hujan di wilayah Maluku Tenggara Barat. Curah hujan cukup tinggi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret.

4. Suhu, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari

Sesuai data dari Stasiun Meteorologi Saumlaki, suhu rata–rata terendah pada tahun 2015 adalah 25,6 0C yaitu pada bulan Agustus, sedangkan suhu rata-rata tertinggi pada bulan Desember, sebesar 28,9 0C. Rata-rata Kelembaban Udara Relatif tertinggi tahun 2015 terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 88%.

Tekanan udara dan kecepatan angin tertinggi pada tahun 2015 terjadi pada bulan Agustus sebesar 1.015,7 milibar dan 9 knot. Durasi penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 98%. Berikut adalah Tabel 2-4 yang menyajikan informasi mengenai suhu, kelembaban relatif, tekanan udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari di wilayah studi.

Tabel 2-4 Suhu, Kelembaban Relatif, Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Matahari Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2015

No Bulan Suhu udara

(18)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.2

SARANA DAN PRASARANA

2.2.1 Pengelolaan Air Limbah Domestik

Air limbah domestik (rumah tangga) di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, terdiri dari air kotor (grey water) dan lumpur tinja (black water). Air kotor umumnya berasal dari kamar mandi, dapur, atau tempat cuci. Lumpur tinja bersumber dari WC dan urinoir. Umumnya sistem pembuangan air kotor rumah tangga di Kabupaten Maluku Tenggara Barat masih menyatu dengan sistem pembuangan air hujan (drainase), yang dialirkan secara langsung ke saluran terbuka (primer, sekunder), dan laut. Pembuangan air kotor secara langsung ke saluran drainase tersebut, dilakukan tanpa pengolahan apapun, sehingga berpotensi mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Pada sisi lain berdasarkan survei EHRA, juga dijumpai pembuangan air kotor dilakukan secara terbuka saja di halaman dimana air secara gravitasi akan mengalir ke bagian yang lebih rendah. Pembuangan secara terbuka di halaman ini, menyebabkan dampak-dampak ikutan yang tidak menguntungkan, seperti kualitas lingkungan permukiman yang kotor dan tidak sehat, terbentuknya genangan-genangan air yang memicu endemic malaria, dan erosi/ pengikisan tanah. Sistem pembuangan lumpur tinja rumah tangga umumnya diteruskan ke tengki septik tunggal melalui masing-masing jamban keluarga. endapan tinja yang terkumpul didalam tengki septik tidak di angkut untuk diolah karena tidak ada armada (truk tinja) dan tidak ada Istalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT).

(19)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Kondisi seperti ini sangat berpengaruh pada kesehatan lingkungan, karena jika air limbah yang dihasilkan lebih dari 30 liter/orang/hari, besar kemungkinan tanah tidak mampu lagi meloloskan air limbah, dan jika volume air limbah yang dihasilkan lebih rendah maka tanah berpasir masih mampu meloloskan air limbah terolah dari tengki septik kedalam tanah. Selain itu, Berdasarkan survei EHRA, anggota keluarga dewasa bila ingin membuang air besar telah 39,32% dilakukan di jamban pribadi. Namun demikian masih ditemui juga responden yang membuang air besar di sungai/pantai/laut (340 responden atau 28,38%), MCK/WC umum (289 responden atau 24,12%), kebun/pekarangan (137 responden atau 11,44%), lainnya (62 responden atau 5,18%), selokan/parit/got (41 responden atau 3,42%), tidak tahu (21 responden atau 1,75%), WC helikopter (15 responden atau 1,25%) dan lubang galian (6 responden atau 0,5%).

Sumber

Gambar 2-11 Grafik Tempat Anggota Keluarga Bila Ingin Buang Air Besar

2.2.2 Pengelolaan Persampahan

(20)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

memadai, fasilitas persampahan yang disediakan seperti TPS baik yang berupa bak sampah ataupun tong sampah. Fasilitas yang tersedia ini dilayani oleh armada sampah berupa dump truk secara bergiliran setiap hari, dalam sehari masing-masing armada melakukan pengangkutan dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA ) sebanyak 2 (dua) kali rotasi.

Dominan timbunan sampah yang dihasilkan berupa sampah rumah tangga, akan tetapi dari sumber sampah sampai pada TPS belum diolah dan dipilah oleh masyarakat. Begitu pun dari TPS menuju ke TPA juga tidak diolah dan dipilah, sehingga sampah yang dihasilkan belum dapat dimanfaatkan atau didaur ulang. Tingkat kesadaran masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya cukup rendah khususnya permukiman yang berbatasan langsung dengan pantai, yang hampir sebagian besar membelakangi laut sehingga menjadikan pesisir pantai sebagai media pembuangan sampah.

Hal ini sementara menjadi perhatian penting di daerah dengan program-program sosialisasi serta pelaksanaan regulasi yang membuat jerah bagi setiap orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya sehingga menyebabkan pencemaran dan penyebaran bibit penyakit.

Berdasarkan survey EHRA, pengelolaan sampah rumah tangga secara umum adalah dengan membuang sampah ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk (37,61%). Selain itu cara pengelolaan lain yang banyak dilakukan adalah membuang sampah ke sungai/kali/laut dan danau (35,64%). Dikumpulkan dan dibuang ke TPS (12,82%) dan dibakar (10,26%).

(21)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Pengelolaan persampahan Kabupaten Maluku Tenggara Barat ditangani oleh Dinas Kebersihan, dimana daerah yang dilayani hanya 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanimbar Selatan, Tanimbar Utara dan Kecamatan Wermaktian. Adapun sarana dan prasarana Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dilihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 2-5 Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Daerah Jumlah (Unit) Kondisi Kapasitas 1 Gerobak Sampah 4 rusak ringan 4 m2

2 Motor Sampah 3 rusak berat

3 Kontainer 12 baik 8 m2

4 Dump Truck 4 baik 6 m3

5 Arm Roll Truck 1 baik 3 m3

6 TPA 3.000 m3

7 Excavator 1

Sumber: Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat Tahun 2016

Data sarana dan prasarana sampah di tiap kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2-6 Sarana dan Prasarana Sampah di Tiap Kecamatan Kabupaten Maluku Tenggara Barat

NO Daerah

Sarana & Prasarana TPS

UMUM TPS PRIBADI TPA

1 Kec. Kormomolin - 15 -

2 Kec. Nirunmas - - -

3 Kec. Selaru - 863 -

4 Kec. Tanimbar Selatan - 7,521 -

5 Kec. Tanimbar Utara 12 6 -

6 Kec. Warmaktian 6 - -

7 Kec. Wartamrian - 1,836 1

8 Kec. Wuarlabobar - - -

9 Kec. Yaru - - -

10 Kec. Molu Maru 22 - 2

Total 40 10,241 3

(22)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Fasilitas yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Maluku Tenggara Barat untuk pengelolaan persampahan di setiap wilayah pelayanannya adalah sebagai berikut:

1. Kecamatan Tanimbar Selatan:

 TPA (Control Land Fill);

 Dump Truck (5 unit);

 Arm Roll (1 unit);

 Alat Berat di TPA (1 unit).

2. Kecamatan Tanimbar Utara:

 TPA (Open Dumping);

 Dump Truck (1 unit).

3. Kecamatan Wermaktian:

 TPA (Open Dumping);

 Kendaraan roda 3 (3 unit).

Adapun pengelolaan persampahan di daerah pedesaan dilakukan secara individual yaitu dengan cara membuang sampah di belakang rumah atau ada pula yang membuang sampah secara komunal yaitu dengan cara membuang sampah ke lokasi yang telah disediakan oleh pemerintah desa.

2.2.3 Drainase

Saluran drainase yang ada Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi saluran primer, saluraran sekunder dan saluran tersier. Saluran primer berupa sungaisungai yang berada di kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan dan bermuara langsung ke laut secara terkendali terhadap kondisi pasang surut yang ekstrim.

(23)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Saluran tersier di sepanjang jalan raya dan lingkungan pemukiman di kawasan perkotaan umumnya sudah dibuat dengan konstruksi pasangan batu, sedangkan di kawasan pedesaan sebagian masih berupa saluran alam. Saluran tersier lingkungan pemukiman di kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan umumnya berfungsi juga sebagai saluran air limbah rumah tangga bekas cuci dan mandi.

Saluran drainase di Kabupaten Maluku Tenggara Barat khusunya di daerah perkotaan seperti di Kota Saumlaki sudah terbangun di sebagian besar ruas jalan raya dengan kondisi relatif baik, hanya saja perawatanya masih kurang baik, terutama saluran drainase yang ada dibawah trotoar, dimana pada saluran drainase tersebut sering terjadi penyumbatan akibat endapan lumpur dan sampah.

Gambar 2-13 Kondisi Saluran Drainase

2.2.4 Irigasi

Kriteria sistem irigasi di Kabupaten Maluku Tenggara Barat mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Membatasi perubahan fungsi pertanian untuk kegiatan budidaya lain;

b. Mengontrol dan mengendalikan penetrasi kegiatan budidaya ke kawasan pertanian;

c. Meningkatkan kualitas jaringan irigasi;

d. Melakukan rekayasa teknologi untuk menjamin tersedianya air dalam jumlah yang memadai pada lahan pertanian tadah hujan;

(24)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

f. Merekondisi lahan-lahan kritris untuk meningkatkan ketersediaan air bawah tanah;

g. Mengupayakan teknologi ramah lingkungan untuk pemanfaatan air bawah tanah pada lahan-lahan kering;

h. Meningkatkan upaya konservasi dan rehabilitasi hutan maupun lahan kritis untuk meningkatkan debit air pada satuan wilayah sungai yang sedang mengalami penyusutan.

2.2.5 Sarana Perekonomian

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektorsektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur ekonomi yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-mangsing sektor dapat menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari setiap sektor ekonomi.

Struktur Ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat sejak tahun 2010 masih didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama. Ketiga sektor tersebut adalah sektor pertanian, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib serta sektor konstruksi.

Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Perkapita suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto Perkapita daerah tersebut dibagi jumlah penduduk pertengahan tahunnya.

2.2.6 Sarana Sosial dan Kesehatan

Ketersediaan sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 2-7 pada halaman berikutnya.

Jumlah Rumah Sakit di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2015 sudah ada tiga rumah sakit yang berada pada Kecamatan Tanimbar Selatan (Saumlaki) dan 1 rumah sakit di Tanimbar Utara.

(25)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Banyaknya tenaga kesehatan menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.7, sedangkan banyaknya tenaga kesehatan menurut unit kerja dapat dilihat pada Tabel 2.8. Tabel 2.9 menggambarkan banyaknya kelahiran, balita yang mendapat imunisasi, sedangkan kegiatan pada Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), dapat dilihat pada tabel pada halaman berikutnya.

Tabel 2-7 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

No Kecamatan Rumah Sakit

Rumah

Bersalin Puskesmas Posyandu

Klinik/Balai

Kesehatan Polindes 1. Tanimbar Selatan 3 - 1 27 1 1 2. Wertamrian - - 1 12 2 3 3. Wermaktian - - 1 17 - - 4. Selaru - - 3 19 - - 5. Tanimbar Utara 1 1 1 14 1 1 6. Yaru - - 1 8 - 2 7. Wuarlabobar - - 1 14 - 2 8 Nirunmas - - 1 5 - - 9 Kormomolin - - 1 10 - - 10 Molo Maru - - 1 7 - - Jumlah 2015 4 1 12 133 4 9

2014 4 1 12 128 4 9

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

(26)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-8 Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

No Kecamatan

Tenaga Medis Tenaga Nonmedis Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-9 Banyaknya Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

No Unit Kerja

Tenaga Medis Tenaga Nonmedis Dokter*) Perawat Bidan Farmasi Ahli

(27)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-10 Banyaknya Dokter Spesialis, Dokter Umum, dan Dokter Gigi Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Unit Kerja di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

No Unit Kerja/Sarana Dokter Spesialis Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-11 Banyaknya Kelahiran Menurut Kecamatan dan Penolong Kelahiran di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

No Kecamatan Tenaga Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.2.7 Sarana Peribadatan

(28)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-12 Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2015

No Kecamatan Masjid Gereja Protestan Katolik 1. Tanimbar Selatan 5 21 11 2. Wertamrian - 0 9 3. Wermaktian - 8 1 4. Selaru - 12 1 5. Tanimbar Utara 1 12 5 6. Yaru - 5 3 7. Wuarlabobar 4 12 3 8 Nirunmas - 5 - 9 Kormomolin - 2 8 10 Molo Maru - 2 - Jumlah 10 79 41 Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Gambar 2-15 Sarana Peribatan

2.2.8 Sarana Transportasi

A. Tansportasi Darat

(29)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Pemerintah yang Berwenang Mengelolanya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015 sepanjang 779,13 Km, diaman panjang Jalan menurut kecamatan dan jenis permukaan jalan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Km), Tahun 2015 sepanjang 511,64 Km.

Sedangkan untuk panjang jalan menurut kecamatan dan jenis permukaan jalan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yakni jenis permukaan aspal sepanjang 110,26 Km, Kerikil sepanjang 108,96 Km, Tanah sepanjang 84,72 Km dan lainnya sepanjang 207,71 Km.

Tabel 2-13 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Pemerintah yang Berwenang Mengelolanya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Km), Tahun 2015

No Kecamatan Pemerintah yang Berwenang Mengelola Jumlah Negara Provinsi Kabupaten

1. Tanimbar Selatan 13,30 - 190,86 204,16 Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-14 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Km), Tahun 2015

No Kecamatan Jenis Permukaan Jalan Jumlah Aspal Kerikil Tanah Lainnya

(30)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Untuk panjang jalan menurut kecamatan dan kondisi jalan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yakni jenis permukaan jalan kondisi baik sepanjang 150,81 Km, kondisi sedang sepanjang 62,51 Km, kondisi rusak sepanjang 39,21 Km dan kondisi rusak berat sepanjang 259,13 Km.

Tabel 2-15 Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (km), Tahun 2015

No Kecamatan Jenis Permukaan Jalan Jumlah Baik Sedang Rusak Rusak Berat

1. Tanimbar Selatan 78,78 21,99 18,26 71,85 190,88 2. Wertamrian 10,03 20,02 3,50 13,48 47,04 3. Wermaktian 12,00 - - 33,20 45,20 4. Selaru 25,00 10,00 2,00 22,10 59,10 5. Tanimbar Utara 3,20 6,50 - - 9,70 6. Yaru 10,30 - - 6,00 16,30 7. Wuarlabobar - - 13,25 93,00 106,25 8 Nirunmas 3,00 - - 3,00 6,00 9 Kormomolin - 4,00 2,20 - 6,20 10 Molo Maru 8,50 - - 16,50 25,00 Jumlah 150,81 62,51 39,21 259,13 511,66 Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Gambar 2-16 Transportasi Darat

B. Transportasi Laut

(31)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Kapal milik PT. Pelni (Pelayaran Nasional Indonesia) yang singgah di pelabuhan Saumlaki sebanyak 2 buah kapal “putih” (karena berwarna putih), yaitu KM Pangrango dengan jadwal 2 minggu sekali dan KM Kelimutu dengan jadwal 4 minggu sekali. Trayek kapal Pangrango menghubungkan Saumlaki dengan Tepa dan Kisar (di Kabupaten Maluku Barat Daya), Kupang (Provinsi NTT), Ambon (ibukota Provinsi Maluku) dan Geser (di Kabupaten Seram Bagian Timur). KM Kelimutu menghubungkan Saumlaki dengan beberapa kabupaten di Provinsi Maluku, seperti Kabupaten Maluku Tenggara (menyinggahi Tual), Kepulauan Aru (Dobo), Maluku Tengah (Banda), dengan ibukota provinsi (Ambon), dan dengan beberapa provinsi lain, seperti Papua (Timika), Sulawesi Tenggara (Bau-Bau), dan Jawa Timur (Surabaya).

Kapal Perintis yang melayani pelayaran rakyat dalam provinsi Maluku, tidak hanya menghubungkan Saumlaki dengan kota kabupaten dan kecamatan-kecamatan didalam provinsi Maluku dan dengan ibukota provinsi (Ambon), tetapi juga dengan provinsi lain, yakni NTT (menyinggahi Kupang), Sulawesi Selatan (Makassar), dan Jawa Timur (Surabaya). Ada 6 buah kapal perintis yang menyinggahi Saumlaki dengan route yang bervariasi, dua di antaranya menyinggahi Makassar dan Surabaya melalui Tual tetapi tidak melalui Ambon. Sedangkan sisanya ada yang menghubungkan Saumlaki dan Larat dengan rangkaian pulau-pulau di Kabupaten Maluku Barat Daya (seperti Masela, Dai, Daweloor, Babar, Sermata, Lakor, Moa, Leti, Kisar) dan dengan Tual dan Ambon, serta ada yang menghubungkan ke bagian lain di Maluku bagian tengah seperti Banda dan Geser di Seram timur, bahkan sampai ke provinsi tetangga (Kupang). Semua kapal perintis ini singgah di Saumlaki kira-kira sekali dalam sebulan dengan jadwal yang terkadang tidak menentu, terutama pada musim laut berombak yang biasanya menjadi penyebab pergeseran atau ketidaktepatan jadwal.

(32)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar 2-17 Transportasi Laut

C. Transportasi Udara

Transportasi udara dari dan ke Saumlaki melalui bandara dilayani oleh dua maskapai penerbangan yaitu Garuda Indonesia dan Wings Air. Pesawat Garuda Indonesia melayani route Ambon-Saumlaki dan Saumlaki-Tual-Dobo-Ambon beroperasi setiap hari sedangkan pesawat Wings Air yang mulai beroperasi mulai Juni 2014 melayani route Ambon beroperasi 4 kali seminggu. Saumlaki-Tual ditempuh dalam waktu 50 menit, dan Saumlaki-Tual-Ambon dalam waktu 85 menit. Bandar udara Saumlaki yang baru selesai dibangun sudah beroperasi walaupun belum selesai 100% karena masih banyak fasilitas penunjang lainnya yang masih dalam tahap konstruksi. Lokasi bandar udara berjarak sekitar 17 km dari Kota Saumlaki, dengan runway sepanjang 1700 meter dan lebar 30 meter yang sekarang sedang proses pengembangan.

(33)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.2.9 Sarana Listrik

Kebutuhan listrik di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dipenuhi oleh PT. PLN (Persero) Wilayah IX Cabang Tual yang mempunyai 1 ranting dan 3 sub ranting masing - masing Ranting Saumlaki, Sub Ranting Larat, Adaut, dan Seira.

Tabel 2-16 Daya Terpasang, Produksi, dan Distribusi Listrik PT. PLN (Persero) pada Ranting/Sub Ranting di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2015

No Nama Komponen Satuan Ranting Saumlaki 4. Produksi Listrik Kwh 17.174.410 476.314 817.840 1.823.032 5. Pemakaian Sendiri Kwh 237.205 - 20.400 21.000 6. Susut % 1.038.031 12.550 32.989 422.210 7. Listrik Terjual Kwh 16.136.379 463.764 784.851 1.400.822 8 Nilai Terjual Rp 10.791.955 679.549 1.020.720 1.908.269 9 Jumlah Pelanggan Plgn 8.345 978 1.387 2.317 10 Terpasang VA 10.578.369 666.100 1.000.519 1.870.502

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.2.10 Sarana Telekomunikasi/Pos

Kapasitas Satuan Sambungan Telepon (SST) di Kabupaten Maluku Tenggara Barat tahun 2015 sebesar 1.224 SST. Jika dilihat dari pelanggan, ada kenaikan jumlah langganan telepon di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Pada tahun 2014 ada sebanyak 602 pelanggan sedangkan pada tahun 2015 menjadi 669 pelanggan.

Tabel 2-17 Kapasitas Satuan Sambungan Telepon (SST) dan Langganan Telepon pada PT.Telkom Saumlaki, 2010 – 2015

(34)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-18 Produksi Pos Menurut Jenis di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2011-2015 No Unit Kerja/Sarana Satuan 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-19 Nilai Produksi Pos Menurut Jenis di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Juta Rupiah), 2011-2015 Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.2.11 Sarana Pendidikan

(35)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-20 Banyaknya Fasilitas Pendidikan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2011 – 2015

No Kecamatan

Taman

Kanak-Kanak SD SMP SMA SMK N S J N S J N S J N S J N S J 1. Tanimbar Selatan 1 25 26 6 17 23 9 5 14 5 6 11 2 2 4 2. Wertamrian - 9 9 1 11 12 4 2 6 2 0 2 1 - 1 3. Wermaktian - 7 7 6 7 13 3 2 5 2 0 2 1 - 1 4. Selaru - 10 10 7 6 13 5 1 6 1 0 1 - - - 5. Tanimbar Utara - 11 11 7 9 16 6 3 9 3 2 5 1 - 1 6. Yaru - 8 8 3 5 8 1 2 3 1 0 1 - - - 7. Wuarlabobar - 11 11 4 9 13 5 1 6 2 0 2 1 - 1 8 Nirunmas - 7 7 4 6 10 5 0 5 2 0 2 - - - 9 Kormomolin - 10 10 1 9 10 3 2 5 1 0 1 - - - 10 Molo Maru - 4 4 - 5 5 2 0 2 1 0 1 - - - Jumlah 2015 1 102 103 39 84 123 43 18 61 20 8 28 6 2 8 2014 1 101 102 38 85 123 42 20 62 20 5 25 6 1 7 2013 1 98 99 38 85 123 42 20 62 21 5 26 7 1 8 2012 1 95 96 39 84 123 44 19 63 21 5 26 7 1 8 2011 1 80 81 39 83 122 44 19 63 21 6 27 7 1 8 Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016. Ket: N=Negeri, S= Swasta, J= Jumlah

Gambar 2-19 Sarana Pendidikan

2.2.12 Kawasan Strategis

(36)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Kawasan strategis kabupaten berfungsi:

a. Mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota;

b. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan;

c. Untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam rencana struktur dan rencana pola ruang:

d. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kabupaten; dan

e. Sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.

Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan:

a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;

b. Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi penanganan kawasan;

c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya dan lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan;

d. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; dan

e. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.2.13 Pariwisata

(37)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-21 Objek – Objek Wisata Alam di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Objek Wisata Lokasi

1 Pantai Weluan

Desa Olilit (Timur) 2 Kolam Ikan / Goa Ibang

3 Pantai Astubun

4 Pantai Kelyaar Desa Olilit (Barat)

5 Pantai Matakus Desa Matakus

6 Tanjung Yebori Desa Lermatan

7 Air Bomaki Desa Bomaki

14 Pantai Cinta Kasih 15 Bang Ruti 16 Tanjung Delapan

Desa Tumbur 17 Pantai Tumbur

18 Hutan Lindung Salir

19 Tanjung Tutun Desa Lorulun

20 Tanjung Bwairin

Desa Arui Bab 21 Pantai Pasir Panjang

22 Pantai Ngur Situli Pulau Selaru

23 Sumber Air Dalam Goa Desa Fursui 24 Pantai Limiang

Desa Namtabung 25 Sumur Tua Wermasar

26 Wer Enus

31 Bukit Kristal Desa Batu Putih

32 Pantai Koloon

Desa Romean 33 Pantai Nama

34 Pantai Wetir 35 Pantai Nukaha

36 Pantai Awear Pulau Fordata

37 Air Pusaka

Desa Watmuri 38 We Momorip

39 We Aryatu 40 Tanjung Nirunmas 41 Pantai Beliau (Soekarno)

Desa Alusi Krawain 42 We Kelyarit

43 Tanjung Yempori

(38)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-22 Objek – Objek Wisata Sejarah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Objek Wisata Lokasi

1 Monumen Pembaptisan Pertama

Desa Olilit (Timur)

7 Batngil Larwona (Batu Bersejarah)

Desa Sifnana 8 Goa Jepang

9 Parigi Tua Desa Lermatan

10 Bangkai Kapal Portugis

Desa Lauran 19 Situs Yempori (Yebori)

Desa Latdalam 20 Situs Fanoir

21 Situs Asite Ni Awain 22 Batlosa

23 Kampung Tua Desa Lorulun

24 Natar Sori Sangliat

Desa Sangliat Dol

35 Patung Tua (Yamden Duan) Desa Marantutul

36 Rumah Tua Pulau Selaru

37 Tengkorak Besar Bangsawan Enos

Desa Fursui 38 Sesarmas (Bangsawan Enos yang menjadi batu)

39 Sumur Tua Wermasar Desa Namtabung

40 Goa Jepang

Desa Lingat 41 Situs Kerajaan Enos

42 Usus (Patok/Tapal Batas) Kerajaan Enos 43 Situs Weslety (Kampung Tua)

44 Sumur Tua 45 Meriam Tua

46 Goa Persembunyian Tentara Jepang 47 Lapangan Terbang Kolonial 48 Parigi Tua Masopa

Desa Kandar 49 Bunker Peninggalan Jepang

50 Batu Pusaka Karbaudun

(39)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

No Objek Wisata Lokasi

52 Perahu Batu Seram

Desa Werain 53 Bangkai Kapal

54 Patung Atuf Desa Lamdesar

55 Batu Tutruga/Bat Feni Desa Tutukembong

56 Ndramdum Ulun Desa Watmuri

57 Tangga Farano

Desa Alusi Krawain 58 Tangga Batu ke Air Kalyarit

59 Pnue Lose Desa Meyano

Sumber: Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi Kreatif, Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-23 Objek – Objek Wisata Rohani di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Objek Wisata Lokasi

1 Wisata Finduar

Desa Olilit (Timur) 2 Patung Pater Matias Neyens

3 Monumen Pendaratan Pertama Misionaris dan Kapal Desa Sifnana

4 Lourdes Tua Desa Kabiarat

5 Gereja Tua Desa Lorulun

6 Goa Hati Kudus Desa Arui Bab

7 Gereja Tua Desa Kandar

8 Gereja Tua Hati Kudus Desa Alusi

Sumber: Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi Kreatif, Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-24 Objek – Objek Wisata Budaya di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Objek Wisata Lokasi

1 Kerajinan Gerabah dan Anyaman Desa Lauran 2 Ukiran Kayu

Desa Tumbur 3 Anyaman

4 Rumah Adat Desa Lorulun

5 Situs Budaya (Natar Resitalu) Desa Alusi 6 Tarian Daerah

Seluruh Desa Di Kab. MTB 7 Tenunan Ikat

Sumber: Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi Kreatif, Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-25 Objek – Objek Wisata Bahari di Kabupaten Maluku Tenggara Barat

No Objek Wisata Lokasi

1 Pulau Matakus

Desa Matakus 2 Pulau Nustabun

3 Kepulauan Astubun Desa Olilit

4 Tanjung Tual Desa Lermatang

5 Taman Laut Tutun Desa Lorulun

6 Pulau Angwarmas Desa Adaut

(40)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

(41)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.3

SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA

2.3.1 PDRB

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur ekonomi yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-mangsing sektor dapat menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari setiap sektor ekonomi. Struktur Ekonomi Kabupaten Maluku Tenggara Barat sejak tahun 2010 masih didominasi oleh 3 (tiga) sektor utama. Ketiga sektor tersebut adalah sektor pertanian, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib serta sektor konstruksi. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Perkapita suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto Perkapita daerah tersebut dibagi jumlah penduduk pertengahan tahunnya.

Tabel 2-26 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (juta rupiah), 2010 – 2014

NO Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013*) 2014**)

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 226.876 251.693 283.378 315.271 358.005

2 Pertambangan dan Penggalian 15.545 18.100 20.740 23.039 28.068

3 Industri Pengolahan 14.691 17.010 19.448 22.719 25.813

4 Pengadaan Listrik dan Gas 507 487 496 447 628

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.374 9.113 10.156 10.826 11.955

6 Konstruksi 132.898 160.294 190.389 222.500 258.817

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 88.721 101.409 117.620 131.330 146.601

8 Transportasi dan Pergudangan 30.212 33.422 36.537 42.577 50.028

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 18.421 20.888 24.994 29.119 32.554

10 Informasi dan Komunikasi 24.122 25.849 28.004 30.963 34.388

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 23.941 31.676 38.066 44.910 52.213

12 Real Estate 3.245 3.518 3.923 4.341 4.856

13 Jasa Perusahaan 6.628 7.365 7.874 9.047 10.094

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 293.434 363.959 434.153 487.484 558.837

15 Jasa Pendidikan 37.764 41.959 48.803 52.370 62.340

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 41.164 47.538 53.755 57.438 60.851

17 Jasa lainnya 14.009 15.425 16.201 17.996 19.477

Produk Domestik Regional Bruto 980.554 1.149.704 1.337.536 1.502.378 1.715.524

Catatan: *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

(42)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Pendapatan Regional Bruto Perkapita Kabupaten Maluku Tenggara Barat atas dasar harga berlaku selama tahun 2010 s/d 2014, terus mengalami kenaikan dari Rp. 980.554.000 pada tahun 2010 menjadi Rp. 1.257.048.000 pada tahun 2014.

Tabel 2-27 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (juta rupiah), 2010 – 2014

NO Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013*) 2014**)

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 226.876 232.491 241.950 249.153 263.687

2 Pertambangan dan Penggalian 15.545 16.907 18.516 19.582 21.014

3 Industri Pengolahan 14.691 15.562 16.505 17.741 18.961

4 Pengadaan Listrik dan Gas 507 544 574 592 790

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.374 8.591 8.993 9.355 10.193

6 Konstruksi 132.898 143.910 154.904 169.054 183.607

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 88.721 96.159 105.786 114.027 118.835

8 Transportasi dan Pergudangan 30.212 31.908 33.718 35.893 39.363

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 18.421 19.414 21.281 22.743 23.866

10 Informasi dan Komunikasi 24.122 25.836 27.828 30.472 32.886

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 23.941 30.267 32.394 37.609 41.160

12 Real Estate 3.245 3.301 3.539 3.642 3.775

13 Jasa Perusahaan 6.628 6.992 7.186 7.557 7.784

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 293.434 322.453 352.491 364.428 381.803

15 Jasa Pendidikan 37.764 38.880 41.321 42.752 46.821

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 41.164 43.464 46.251 46.616 47.874

17 Jasa lainnya 14.009 14.061 14.193 14.275 14.626

Produk Domestik Regional Bruto 980.554 1.050.741 1.127.429 1.185.489 1.257.048

Catatan: *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Gambar 2-21 Grafik Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Miliar

(43)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-28 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Maluku Tenggara Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen), 2011–2014

NO Lapangan Usaha 2011 2012 2013*) 2014**)

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,47 4,07 2,98 5,83

2 Pertambangan dan Penggalian 8,76 9,52 5,76 7,31

3 Industri Pengolahan 5,93 6,06 7,49 6,88

4 Pengadaan Listrik dan Gas 7,32 5,38 3,15 33,50

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2,58 4,69 4,03 8,96

6 Konstruksi 8,29 7,64 9,14 8,61

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,38 10,01 7,79 4,22

8 Transportasi dan Pergudangan 5,61 5,67 6,45 9,67

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,39 9,62 6,87 4,94

10 Informasi dan Komunikasi 7,11 7,71 9,50 7,92

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 26,42 7,03 16,10 9,44

12 Real Estate 1,71 7,19 2,91 3,68

13 Jasa Perusahaan 5,49 2,77 5,16 3,01

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 9,89 9,32 3,39 4,77

15 Jasa Pendidikan 2,96 6,28 3,46 9,52

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,59 6,41 0,79 2,70

17 Jasa lainnya 0,37 0,94 0,58 2,46

Produk Domestik Regional Bruto 7,16 7,30 5,15 6,04

Catatan: *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Dimana untuk laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Maluku Tenggara Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha juga menunjukkan tren menurun, dimana pada tahun 2011 sebesar 7,16% menjadi 6,04% pada tahun 2014.

Gambar 2-22 Grafik Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Maluku Tenggara Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (persen),

(44)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.3.2 Mata Pencaharian Penduduk

Secara umum angka penyerapan tenaga kerja paling banyak ada di sektor pertanian, diikuti sektor perdagangan dan bangunan/konstruksi. DI sektor pertanian, peningkatannya per tahun hampir mencapai jumlah kurang lebih 10.000. Hal ini disebabkan karena pekerjaan pada sektor pertanian tidak membutuhkan tenaga kerja terampil (bertani tradisional), sedangkan angkatan kerja usia produktif yang tidak terampil tersebut terus meningkat sehingga terserap dalam sektor pertanian tradisional (penduduk lokal). Sedangkan, di sektor perdagangan, peningkatannya yang signifikan diduga berasal dari arus gelombang migrasi dari luar MTB dalam tiga tahun terakhir ini, dengan orientasi utama pada usaha sektor perdagangan non formal berskala kecil yang merebak luas di daerah perkotaan MTB saat ini. Peningkatan sektor bangunan juga terkait dengan maraknya pembangunan infrastruktur fisik di Kab MTB yang terus dipacu tiga tahun terakhir ini. Dengan demikian, banyak pula tenaga kerja terserap dalam sektor konstruksi tersebut.

Sejauh ini belum ada industri berskala besar yang dikembangkan di MTB, kecuali rencana operasi hulu industri Migas Blok Masela oleh INPEX Ltd yang saat ini sedang berada di fase pra-konstruksi, tahun 2013 dimulai fase konstruksi dan tahun 2016 baru beroperasi. Diduga bahwa fase konstruksi tahun 2013 diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lokal cukup signifikan disektor konstruksi tersebut.

Tenaga kerja merupakan salah satu modal utama bagi bergeraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses pembangunan. Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Maluku Tenggara Barat sampai dengan tahun 2015 sebanyak 53.616 orang, dengan jumlah yang bekerja sebanyak 50.800 orang. Dan penganguran terbuka yaitu sebanyak 2.816 orang. Dan yang bukan angkatan kerja sebanyak 17.220 orang.

(45)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-29 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Tahun 2015

NO Kegiatan Utama Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan Jumlah 1 Angkatan Kerja 28.541 25.075 53.616

 Bekerja 26.711 24.089 50.800

 Pengangguran Terbuka 1.830 986 2.816 2 Bukan Angkatan Kerja 6.710 10.510 17.220

 Sekolah 3.701 4.151 7. 852

 Mengurus Rumah Tangga 1.012 5.127 6.139

 Lainnya 1.997 1.123 3.229 Jumlah 35.251 35.585 70.836 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 80.97 70,47 75,69 Tingkat Pengangguran 6,41 3,93 5,25 Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.3.3 Adat Istiadat, Tradisi dan Budaya

Masyarakat Kabupaten MTB hidup dalam adat-istiadat yang disebut Duan Lolat. Duan Lolat merupakan satu hukum adat tertinggi yang lahir, dan hidup berdasarkan hak dan tanggung-jawab timbal-balik antara keluarga pemberi, dan keluarga penerima anak dara, dalam berbagai aspek kehidupan multidimensional masyarakat warga MTB dimana saja berada yang aktual dan konseptual.

Selain Duan Lolat, dikenal juga Budaya SASI yang menjadi norma dalam pengelolaan sumber-sumber daya atau potensi alam yang ada di Desa. Inti dari Budaya SASI adalah, pengaturan masa panen atas sumber daya alam yang ada di Desa pada hak ulayat desa masing-masing.

Kearifan lokal dari Budaya SASI secara tidak langsung mendukung kelestarian sumber daya atau potensi alam yang dimiliki oleh Desa, seperti sumber daya kelautan dan perikanan, sumber daya perkebunan dan lain-lain sesuai dengan potensi yang ada di masing-masing Desa.

(46)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.4

KESEHATAN LINGKUNGAN

Ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sejalan dengan itu maka dari tahun ke tahun pemerintah melalui dinas kesehatan telah membangun sarana kesehatan yang dilengkapi dengan fasilitas dan sumber daya manusi yang diperlukan.

Banyaknya Pelanggan pada akhir Tahun 2015 adalah 5.386 pelanggan dengan jumlah air yang disalurkan sebesar 875.906 m3 dan Nilai air minum yang diproduksi sebanyak 4.548.328 seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2-30 Banyaknya Pelanggan PDAM Menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, 2010 – 2015

No Kategori 2011 2012 2013 1014 2015

Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

Tabel 2-31 Banyaknya Air Minum yang Disalurkan Menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (m3), 2010 2015259

No Kategori 2011 2012 2013 1014 2015 Jumlah 381.380 444.956 589.625 684.383 875.906

(47)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Tabel 2-32 Nilai Air Minum yang Diproduksi Menurut Jenis Konsumen di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (ribu Rupiah), 2010 – 2015

No Kategori 2011 2012 2013 1014 2015 Jumlah 1.944.837 2.355.654 3.158.319 3.577.329 4.548.328 Sumber: Kabupaten MTB Dalam Angka 2016

2.5

RUANG DAN LAHAN

2.5.1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat sebagai Beranda Depan NKRI yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berbasis pada agribisnis lahan kering dan kelautan melalui pengembangan masyarakat kepulauan, budaya lokal dan IPTEK dengan mengedepankan mitigasi bencana dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi:

a. Meningkatkan fungsi kawasan sebagai Beranda Depan NKRI untuk kegiatan pertahanan dan keamanan negara;

b. Mendorong pengembangan ekonomi wilayah dan pusat-pusat pertumbuhan yang merata dan berbasis pada agribisnis lahan kering dan kelautan melalui pengembangan masyarakat kepulauan, budaya lokal, dan IPTEK;

(48)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

d. Melestarikan dan meningkatkan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem, keanekaragaman hayati, dan warisan budaya dengan mengedepankan mitigasi bencana.

2.5.2 Penggunaan Lahan Dan Tata Guna Lahan

Penetapan kawasan lindung di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat meliputi kawasan hutan lindung, kawasan suaka alam/konservasi serta kawasan lindung laut/terumbu karang. Wilayah yang menjadi kawasan lindung terdapat di Pulau Yamdena dan Pulau Fordate. Kawasan Suaka Alam yang ditetapkan adalah kawasan pantai berhutan bakau.

(49)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

(50)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

2.5.3 Rencana Pengembangan Tata Kota

Penentuan BWK didasarkan pada kriteria fungsional, dengan batas-batas berupa batas fisik yang diperkirakan dapat menjadi pembatas bagi orientasi penduduknya. Jumlah BWK sangat ditentukan oleh jumlah penduduk kota dan kondisi topografisnya. Pembagian wilayah kota menjadi beberapa BWK pada dasarnya bertujuan untuk memudahkan pelayanan kepada penduduk.

Pembagian kawasan perkotaan di sini merupakan langkah lebih rinci dari penyusunan rencana struktur tata ruang Kota Saumlaki. Adapun prinsip dalam pembagian kawasan perkotaan ini adalah bahwa:

1. Setiap bagian wilayah kota merupakan satu kesatuan fungsional. Jadi satu bagian wilayah kota atau sub bagian wilayah kota dapat dideliniasi berdasarkan adanya suatu kegiatan utama di suatu wilayah. Oleh karena itu seharusnya terdapat pusat-pusat bagian wilayah kota atau sub bagian wilayah kota yang merupakan aglomerasi dari fasilitas-fasilitas pelayanan.

2. Suatu bagian wilayah kota dapat pula dibentuk berdasarkan kesamaan karakteristik fisik dasar atau lingkungannya: seperti wilayah pantai, kepadatan tinggi, sepanjang sungai dan sebagainya.

3. Setiap bagian kota dibatasi oleh pembatas–pembatas fisik yang mudah diidentifikasi seperti sungai, jalan, jalur hijau dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai pengendali perkembangan dan orientasi pergerakan penduduknya.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka wilayah perencanaan Kota Saumlaki akan dikembangkan menjadi 3 (tiga) Bagian Wilayah Kota, yaitu:

 SWP I (Pusat Kota) secara umum fungsinya terdiri dari:

a. Komersial;

b. Pemerintahan dan Fasilitas Umum;

c. Pelabuhan Laut/Fery;

d. Permukiman;

e. Bandara;

f. Pariwisata;

(51)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

 SWP II dengan fungsinya adalah:

a. Perumahan/Permukiman;

b. Dermaga Khusus Perekonomian;

c. Pertanian/Perkebunan;

d. Industri non polutan.

 SWP III yang berfungsi:

a. Perumahan/ Permukiman;

b. Kawasan Radar TNI;

c. Dermaga PPI;

d. Kawasan Konservasi.

Pada dasarnya untuk mewujudkan fungsi-fungsi yang diarahkan pada masing-masing BWK, maka perlu didukung oleh penyediaan dan peningkatan sarana/fasilitas kota dengan skala pelayanan yang lebih luas baik itu secara mikro di lingkup Kota Kecamatan, maupun dalam skala regional untuk Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

(52)

NASKAH AKADEMIK

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM)

Gambar

Gambar 2-6 Akuifer di bawah tanah (Shiddiqy, 2014)  K o n d i s i  U m u m  D a e r a h  |  2 - 1 0
Gambar 2-8 Jenis-jenis Akuifer (Shiddiqy, 2014) Todd (1980) menyatakan bahwa tidak semua formasi litologi dan kondisi
Gambar 2-9 Letak Aquiclude (Shiddiqy, 2014)
Tabel 2-3 Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, maka penelitian memperoleh gambaran bahwa penggunaan media gambar yang diterapkan dalam pembelajaran pada kemampuan

(5) Fungsi seni budaya dan telekomunikasi, yang mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan teknologi kemediaan yang modern. Pada kondisi

Hal ini didukung oleh hasil angket wawancara yang diberikan pada guru mata pelajaran Biologi menunjukan bahwa guru belum memahami apa itu model pembelajaran,

Dari hasil penelitian mengenai kemampuan guru merencanakan pembelajaran pada setiap aspek yang diamati, maka digunakan teknik penilaian yang dapat memberikan

Oleh karena itu, untuk mencegah mengatasi longsor, mencegah terjadinya gerusan pada belokan sungai dan untuk melindungi jembatan Weybolar, maka pembangunan dinding penahan tanah