EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI HIPERTENSI RAWAT INAP PERIODE 2005
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan oleh:
Astri Meirinawati
NIM : 028114130
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sering kita tak dapat
melihat jalan ALLAH
, karena kita sulit
percaya bahwa ada jalan. Kita sulit melihat jalan yang muncul dari
percobaan.
Namun
ALLAH mencari kita
dan siap membuka jalan, hingga saat
kita tak tahu apa yang harus dilakukan,
DIA menuntun kita.
Inilah Hasil dari segala perjuangan yang aku lakukan selama ini,
dengan segala kecemasan, kebuntuan, tekad, semangat dan cinta dari
orang orang dibelakangku yang selalu mendukung dalam setiap tahap
proses penyusunan skripsiku. Karya kecil ini kupersembahkan
teruntuk :
Tuhan YESUS KRISTUS atas jawaban doa-doaku
Bapak – Ibu atas dukungan cinta dan penyertaan selama ini
Nenekku yang mendoakan dan pemberi semangat
Adekku yosi yang mendukung dan penyemangat tiada henti.
INTISARI
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut ataupun parsial dan dapat menimbulkan komplikasi. Berdasarkan prevalensi di Indonesia komplikasi yang paling umum terjadi adalah diabetes melitus dengan hipertensi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif retrospektif
Hasil yang diperoleh dari penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi
diperoleh data bahwa pasien yang paling banyak ditangani adalah pasien dengan umur 55 – 64 tahun 11 kasus (36,67%). Penderita yang paling banyak umumnya kaum wanita 19 kasus (63,33%), komplikasi penyerta yang paling banyak selain hipertensi yaitu stroke 9 kasus (30%), penyakit penyerta dengan prosentase tinggi yaitu pusing 8 kasus (26,67%), tahap hipertensi pasien masuk paling banyak hipertensi stage II dengan prosentase 12 kasus (36,67 %) .
Kelas terapi obat yang paling banyak digunakan adalah obat hormonal berupa 29 kasus (96,67 %) dan obat kardiovaskuler 20 kasus (66,67 %). Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah sulfonilurea dan penghambat ACE dengan prosentase sama yaitu sebanyak 21 kasus (70%). Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah kaptopril dengan jumlah 11 kasus (36,67%).
Dari hasil evaluasi Drugs Related Problem (DRP), terdapat 8 kasus
dengan rincian DRP 6 kasus pilihan obat tidak tepat, 2 kasus dosis terlalu rendah, 6 kasus efek samping obat, 1 kasus obat tanpa indikasi.
Outcome therapy dari pasien DM komplikasi hipertensi diperoleh data lama tinggal pasien paling banyak 4 – 6 hari dengan jumlah 14 kasus (46,67 %) dengan keterangan bahwa 7 pulang dalam keadaan membaik. Pasien yang tekanan
darahnya berhasil diturunkan ≥ 130/ 80 mmHg adalah 14 kasus dari 30 kasus
yang ada. Alasan pasien pulang adalah atas rekomendasi dokter Boleh Pulang (BLPL) sebanyak 66,67%.
Kata Kunci :Diabetes Melitus, Hipertensi, Drug Related Problem
ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) and hypertension is a common complication that causes cardiovascular disease. This non – experimental study was done with retrospective descriptive design.
The result showed that the patient distribution were 55-64 years old (36.67%), women (63. 33%); hypertension at stage II (36. 67%); complication other than hypertension was stroke (30%); and another disease headache (26.67%).
The highest frequency of drug class therapy; group; and type used by the patient were hormonal drug 96. 67% and cardiovascular drug 66. 67%; sulfonylurea 70% and ACEI 70%; captopril 36.67% respectively.
Based on Drug Related Problems (DRP) evaluation,it was found that of 5 cases of inappropriate drug selection according to standard and 2 cases of dosage too low.
Length of Stay (LOS) of the patients was 4 -6 days (46. 67%). The outcome theraphy during patient discharge from hospital was only 7 patient in good condition and 14 patient reached the blood pressure ≤130/80mmHg.
Key word :Diabetes Mellitus, Hypertension, Drug Related Problem
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan curahan rahmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Evaluasi Penatalaksanaan Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi pada
Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode tahun 2005” ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi gelar Sarjana Farmasi di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima
kasih pada beberapa pihak yang telah memberi dukungan didalam penyelesaian
skripsi ini antaralain:
1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan dan dosen pembimbing utama
yang telah sabar membimbing, memberi dukungan, semangat, gagasan, dan
kritik yang sangat berarti didalam proses penyusunan skripsi ini.Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Drs. Mulyono, Apt. selaku penguji yang telah banyak membantu dan
memberi dukungan yang sangat berarti bagi penulis.
3. dr. Luciana Kuswibawati, M. Kes. selaku penguji yang telah banyak
membantu dan memberi dukungan yang sangat berarti bagi penulis.
4. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta atas ijin yang diberikan kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
5. Kepala beserta Staf Bagian Personalia Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
atas segala bantuan dan dukungannya.
6. Kepala dan Staf Bagian Pelayanan Rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta yang tekah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data
untuk penelitian ini.
7. Seluruh pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang
secara tidak langsung telah membantu dan mendukung penelitian ini.
8. Kedua orang tuaku Antonius Triyatno dan Supraptiwi atas segala cinta dan
perjuangan serta dukungan dalam setiap langkah hidupku.
9. Adekku Yosi Agung Kristanti yang mendukung dengan keceriaan dan
dukungan doa, bahkan segala usaha untuk membantuku selalu.
10.Seluruh keluarga besarku terutama nenek yang menyayangiku dengan doa dan
cintanya selama ini.
11.Temanku Astu atas persahabatan yang hebat selama ini. Rina, Nopie, Emma,
Torie, Depie atas keceriaan dan kenangan indah selama kuliah.
12.Sahabat terbaikku Aning, Anggid, Fitri dan mbak rossie atas dukungan, kasih,
dan semangat dalam tiap langkah kami.
13.UKM Basket Sanata Dharma dan UKF Basket Farmasi atas keceriaan, airmata
dan keringat kebahagiaan selama ini.
14.Teman teman Concentio Choir atas segala keceriaan yang selalu menghibur
dalam setiap latihan.
15.Teman teman Farmasi angkatan 2002 dan segenap mahasiswa fakultas
Farmasi atas kenangan indah bersama kalian.
16.Dan semua teman yang terbaik aku pernah miliki atas doa, semangat serta
saudara yang telah membantu kelancaran pengerjaan skripsi ini.
17.Laboran mas Parjiman, mas Wandi, pak musrifin, mas Sigit serta laboran lain
yang begitu baik dan sabar membimbing kami selama praktikum.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu
penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat membangun penelitian ini .
Penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………..……….i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……...……….….…ii
HALAMAN PENGESAHAN……….……..…………iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………..………..………….iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..………...….v
INTISARI………..………...………….…………vi
ABSTRACT………..……...……….………...vii
KATA PENGANTAR………..…………...……..……..viii
DAFTAR ISI………...……….………...x
DAFTAR TABEL...………...…………...…...………...xii
DAFTAGAMBAR………...………..…………...xiv
DAFTAR LAMPIRAN………..……….…...xv
BAB. I PENGANTAR...1
A. Latar belakang………...………...1
1. Permasalahan………...………..4
2. Keaslian penelitian……….………...……….4
3. Manfaat penelitian…………...………..5
a. Manfaat Teoritis...5
b. Manfaat Praktis...6
B. Tujuan Penelitian...6
1. Umum………..………6
2. Khusus………...………...6
BAB. II PENELAHAN PUSTAKA...7
A. Diabetes Melitus...7
1. Definisi………...………..7
2. Klasifikasi………..………..8
3. Diagnosis………...………...9
4. Patogenesis………...………..………..9
5. Prognosis………...……….10
B. Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi………...10
1. Definisi………...………....10
2. Klasifikasi………..………....11
3. Diagnosis………...……….13
4. Patogenesis………...………..13
5. Prognosis………...……….13
6. Penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi………...…………...14
C. DRP (Drug Related Problem)……….…...………21
D. Keterangan Empiris……….………...………...……..22
BAB. III METODOLOGI PENELITIAN………...………..23
A. Jenis Rancangan Penelitian...23
B. Definisi Operasional……….………..……..…..23
C. Subjek Penelitian...25
D. Instrumen Penelitian ………....……...……...……26
E. Lokasi Penelitian ………...…..….…...…………...26
F. Tata Cara Penelitian...26
1. Tahap Perencanaan………….…………..……….26
2. Tahap Pengambilan Data………..……….27
a. Proses Penelusuran Data………..……...27
b. Proses Pengumpulan Data………….…..………27
c. Proses Pengolahan Data…………..………...27
3. Tahap Penyelesaian Data………..……….28
G. Kesulitan penelitian……….………..……..………..…..…..28
H. Analisis Hasil...28
BAB . IV HASIL DAN PEMBAHASAN………30
A. Gambaran Umum……….………..…..…..30
a. Prosentase Umur…………..………..…………..……30
b. Jenis Kelamin...31
c. Komplikasi Penyerta……….………...……...…….32
d. Penyakit Penyerta ………..………..…..…….32
e. Tekanan Darah Masuk ………...…33
B. Profil Obat...34
1. Kelas Terapi………..………...…...34
2. Golongan Obat...35
C. Evaluasi DRP……….………..……….46
D. Outcome therapy………...…...……53
E. Rangkuman Pembahasan………...……….55
BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN...58
A. Kesimpulan……….……..……..58
B. Saran………..…..……59
DAFTAR PUSTAKA………....……60
DAFTAR LAMPIRAN ………...….………...63
BIOGRAFI PENULIS………...……...………...97
DAFTAR TABEL
Tabel I. American Diabetes Standart for Glikemic Control in Diabetes
Melitus...9
Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa (lebih dari 18 Tahun) Menurut
JNC II………14
Tabel III. Patogenesis Mekanisme Potensial………16
Tabel IV. Klasifikasi Insulin secara Sub- Kutan Berdasar Lama
Kerja…...…...12
Tabel V. Prosentase Penggunaan Obat Hormonal Pasien DM Komplikasi
Hipertensi di RSPR Tahun 2005……...36
Tabel VI. Prosentase Penggunaan Obat Kardiovaskuler Pasien DM
Komplikasi Hipertens di RSPR Tahun 2005...39
Tabel VII. Prosentase Penggunaan Obat Depresan Sistem Syaraf Pusat Pasien
DM Komplikasi Hipertens di RSPR Tahun 2005…………...40
Tabel VIII. Prosentase Penggunaan Obat Saluran Cerna Pasien DM
Komplikasi Hipertens di RSPR Tahun 2005...41
Tabel IX. Prosentase Penggunaan Obat Saluran Nafas Pasien DM
Komplikasi Hipertens di RSPR Tahun 2005..…...42
Tabel X. Prosentase Penggunaan Obat Analgesik Pasien DM Komplikasi
Hipertens di RSPR Tahun 2005……..…...42
Tabel XI. Prosentase Penggunaan Obat Antibiotik Pasien DM Komplikasi
Hipertens di RSPR Tahun 2005…..…...43
Tabel XII. Prosentase Penggunaan Obat Gizi Dan Darah Pasien DM
Komplikasi Hipertens di RSPR Tahun 2005...44
Tabel XIII. Prosentase Penggunaan Obat Antiradang, Reumatik Dan Encok
Pasien DM Komplikasi Hipertens di RSPR Tahun 2005………...45
Tabel XIV. Prosentase Penggunaan Obat lain Pasien DM Komplikasi
Hipertens di RSPR Tahun 2005…………...45
Tabel XV. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005
Kasus1…...………...…..………46
Tabel XVI. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005
Kasus 2………...………...…47
Tabel XVII. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005
Kasus 3……...…...…………...………..……48
Tabel XVIII. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005
Kasus 4………...………...………….49
Tabel XIX. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005
Kasus 5…...………...………..50
Tabel XX. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005
Kasus 6...………....…...………...………..51
Tabel XXI. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005
Kasus 7..…...………...….52
Tabel XXII. Lama Tinggal Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005...53
Tabel XXIII. Prosentase Tekanan Darah Pasien DM Keluar Komplikasi
Hipertensi Tahun 2005…………...………....………54
Tabel XXIV. Ringkasan DRP( Drug Related Problem)………..56
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mekanisme dan Sasaran Obat Antihipertensi : ACEI, ARBs, β
-blocker …...…………...17
Gambar 2. Mekanisme dan Sasaran Obat Antidiabetika Oral………20
Gambar 3. Diagram Prosentase Kelompok Umur Penderita DM komplikasi
Hipertensi………..………30
Gambar 4. Diagram Prosentase Jenis Kelamin Pasien DM komplikasi
Hipertensi...31
Gambar 5. Diagram Prosentase Komplikasi Penyerta Pasien DM komplikasi
Hipertensi………...………..32
Gambar 6. Diagram Prosentase Penyakit penyerta Pasien DM komplikasi
Hipertensi………..…………...…33
Gambar 7. Diagram Prosentase Tekanan Darah Pasien DM komplikasi
Hipertensi………..…...….34
Gambar 8. Diagram Kelas Terapi Obat Pasien DM Komplikasi Hipertensi...35
Gambar 9. Diagram Prosentase Outcome Pasien DM komplikasi Hipertensi....55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005….………..……..63
Lampiran 2. Daftar Obat Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi di
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005………..………..90
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) klinis adalah suatu sindrom gangguan metabolisme
dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi
sekresi insulin atau berkurangnya efektivitas biologis dari insulin atau keduanya
(Karam and Forsham, 2000).
Banyak faktor yang begitu mempengaruhi di dalam terjadinya gangguan
metabolisme tersebut. Faktor penyebab diabetes melitus sendiri dapat disebabkan
karena adanya kerusakan dalam sel β pankreas sehingga pankreas gagal dalam
menghasilkan insulin atau yang lebih dikenal diabetes melitus tergantung insulin.
Faktor penyebab yang lain karena adanya kekurangan insulin ataupun terjadinya
resistensi reseptor insulin terhadap jaringan sehingga kadar glukosa darah tidak
dapat tersimpan dalam jaringan dan menumpuk dalam peredaran darah sehingga
kadar gula darah tinggi.
Resistensi reseptor insulin sendiri disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain obesitas atau karena tidak terkontrolnya pola makan. Obesitas menyebabkan
ketidakpekaan terhadap insulin endogen, selain itu adiposit yang membesar, sel
hati dan otot polos yang kelebihan makanan dapat menolak deposisi glikogen dan
trigliserida tambahan dalam depot cadangannya.
Diabetes melitus karena faktor di atas inilah yang dapat menimbulkan
berbagai komplikasi pada penyakit ini. Sebab insulin berpengaruh dalam banyak
organ dan berperan dalam penyimpanan berbagai hasil metabolisme kedalam
jaringan. Komplikasi umum diabetes melitus antaralain hiperlipidemia, retinopati,
neuropati, nefropati, hipertensi dan pada tahap akhir menyebabkan penyakit
kardiovaskuler. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah diabetes melitus
komplikasi hipertensi.
Prevalensi hipertensi pada orang DM 1,5–3 kali dibanding orang tanpa
DM dalam kelompok umur yang sama. Diabetes melitus sendiri meningkatkan
faktor resiko terhadap penyakit koroner pada wanita 2 kali lebih besar dan pada
pria 4 kali lebih besar. Dalam suatu studi klinik menunjukkan orang dengan
diabetes melitus komplikasi hipertensi mempunyai peluang 2 kali lipat terhadap
penyakit kardiovaskuler daripada orang hipertensi tanpa adanya diabetes melitus
(Anonim, 2002).
Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah di atas 140/90mmHg
dalam komplikasi diabetes melitus mempengaruhi 20–60% dari sebagian besar
populasi pengidap DM (Anonim, 2002). Proses terjadinya DM komplikasi
hipertensi yaitu resistensi reseptor insulin dalam jaringan, adanya resistensi
tersebut maka glukosa darah hasil perubahan proses metabolisme dari makanan
yang dimakan tidak mampu masuk dalam sel baik sebagai energi ataupun
disimpan sebagai cadangan makanan. Glukosa tersebut tertimbun dalam ginjal
saat melebihi ambang batas ginjal terjadi proses diuresis osmotik dimana ginjal
mengeluarkan cairan berlebih melalui urin untuk mengurangi kadar glukosa darah
akibatnya dalam tubuh terjadi dehidrasi karena berkurangnya cairan ekstrasel,
maka untuk kompensasinya volume intrasel ditarik keluar sehingga cairan tubuh
diabetes melitus dapat terjadi kelainan pada pembuluh darah halus di ginjal,
ditemukan juga adanya penahanan air dan garam di ginjal yang merupakan faktor
lain terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Komplikasi DM dengan hipertensi ini mempunyai faktor resiko yang
tinggi mengingat bahwa hipertensi merupakan awal proses terjadinya penyakit
kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner, strok dan komplikasi DM
meliputi komplikasi mikrovaskuler seperti nefropati dan retinopati. Berdasar penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa peningkatan resiko penyakit
kardiovaskuler seiring dengan peningkatan tekanan darah. Peningkatan 5 mmHg
pada tekanan sistol ataupun diastol dapat meningkatkan faktor resiko orang DM
terkena penyakit kardiovaskuler 20–30%. Penyakit kardiovaskuler merupakan
komplikasi yang terjadi pada DM dan penyumbang 86% kematian pada orang
DM (Anonim, 2002).
Proses penatalaksanaan perlu dilakukan disertai proses evaluasi terhadap
terapi yang diberikan melalui evaluasi Drug Related Problems (DRP) dengan
dibandingkan dengan suatu standar atau guideline pada proses evaluasi tersebut. Dengan proses evaluasi diharapkan dapat memilih terapi yang tepat terhadap
kondisi masing masing pasien meliputi komplikasi serta penyakit penyerta yang
terjadi. Pentingnya penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi diharapkan mampu
mencegah terjadinya komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler yang terjadi
pada gejala lanjutan DM.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih yang berlokasi di
salah satu rumah sakit besar di Yogyakarta dengan data kasus DM komplikasi
hipertensi memenuhi untuk melakukan sebuah penelitian. Data diperoleh dari
rekam medis pasien rawat inap diabetes melitus komplikasi hipertensi. Pemilihan
pasien rawat inap mengingat proses terapi yang dilakukan lebih terkontrol serta
hasil yang dicapai teramati dalam waktu yang relatif cepat untuk menggambarkan
kemajuan terapi.
B. Permasalahan
Berikut adalah permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini :
1. Seperti apakah profil pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi meliputi
umur, jenis kelamin, komplikasi, penyakit penyerta, tahap hipertensi pasien
saat masuk di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta ?
2. Seperti apakah profil peresepan obat yang digunakan untuk pasien diabetes
melitus komplikasi hipertensi meliputi kelas terapi, golongan obat, jenis obat?
3. Seperti apakah kasus DRP yang mungkin terjadi selama penatalaksanaan
terapi DM komplikasi hipertensi ?
4. Seperti apakah kondisi saat pasien keluar dari RSPR meliputi lama tinggal,
tekanan darah saat keluar RS dan alasan pasien keluar RS?
C. Keaslian Penelitian
Sejauh yang diketahui penulis penelitian berjudul “Evaluasi
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi pada pasien rawat Inap
tahun 2005“ belum pernah dilakukan. Namun penelitian sejenis yang lebih
berfokus pada DM telah banyak dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan antara
1. Pola Penggunaan Antidiabetika Oral bagi Pasien Diabetes Melitus Rawat
Jalan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta (Periode Januari-Desember
1998) oleh Nadeak pada tahun 2000.
2. Pola Penggunaan Antidiabetika Oral untuk Penderita Diabetes Melitus Usia
Lanjut di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Periode Januari-Juni 1997oleh Ule pada tahun 2000.
3. Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2001-2002” oleh
Triastuti pada tahun 2004.
Penelitian ini berbeda dengan sebelumnya dalam hal jenis komplikasi
diabetes melitus, tahun pelaksanaan pengambilan data pasien dan DRP. Tujuan
dari penelitian mengetahui profil pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi,
pemilihan obat, melihat DRP dan hasil terapi obat tersebut bagi pasien. Fokus dari
penelitian ini adalah pemilihan dan penggunaan obat serta mengetahui DRP dari
masing masing penatalaksanaan terapi dan hasil terapi yang diperoleh (outcome therapy).
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi dalam
mengembangkan konsep pelayanan farmasi klinik khususnya pada pasien diabetes
melitus komplikasi hipertensi di rumah sakit.
2. Manfaat praktis
untuk diabetes melitus komplikasi hipertensi.
b. Dapat memberikan saran bagi farmasis dalam penatalaksanaan komplikasi.
E.Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan mengetahui profil obat bagi pasien DM komplikasi
hipertensi dan melihat hasil terapi pada pasien rawat inap Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta tahun 2005.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melihat profil pasien meliputi, umur, jenis kelamin, komplikasi,
penyakit penyerta, tahap hipertensi pasien masuk tahun 2005.
b. Mengetahui profil peresepan obat yang digunakan untuk diabetes melitus
komplikasi hipertensi meliputi kelas terapi, golongan obat, dan jenis obat.
c. Dapat melihat DRP yang terjadi selama proses terapi meliputi indikasi tidak
mendapat obat, salah pilihan obat, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi,
gagal menerima obat, efek samping obat, dan obat tanpa indikasi.
d. Mengetahui outcome dari penatalaksanaan terapi DM komplikasi hipertensi
BAB II
PENELAHAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
1. Definisi
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit akibat gangguan
metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi akibat kurangnya insulin yang
disekresi, kerja insulin ataupun keduanya (Genauth, 2003).
Insulin merupakan hormon penting dalam pankreas, yang dihasilkan oleh
sel β dari pulau Langerhans. Pankreas Insulin merupakan anabolik hormon yang berperanan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak dan asam amino
(Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).
Fungsi utama dari insulin adalah memudahkan penyimpanan zat gizi. Efek
insulin pada jaringan utama yaitu hati, otot, dan jaringan lemak. Insulin dalam
jaringan tersebut berfungsi membantu sintesis, penyimpanan glikogen dan
mencegah pemecahannya. Bila terjadi kekurangan ataupun kerusakan insulin
maka glikogen tidak bisa masuk dalam jaringan dan menumpuk diperedaran darah
terjadi hiperglikemia yang pada akhirnya terjadi diabetes melitus (Karam and
Forsham, 2000).
2 . Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan etiologinya dapat dilihat seperti
dibawah ini :
a. DM tipe 1 ( Diabetes Melitus Tergantung Insulin)
Diabetes tipe ini mengalami suatu bentuk defisiensi insulin absolut akibat
rusaknya sel beta pankreas menyebabkan akumulasi glukosa dan asam lemak
dalam sirkulasi yang berlebihan dengan akibat hiperosmolalitas dan
hiperketonemia. Keparahan defisiensi insulin dan keakutan timbulnya keadaan
katabolik menentukan intensitas dari kelebihan osmotik dan keton (Karam and
Forsham, 2000).
b. DM tipe 2 (Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin)
Ini merupakan tipe DM yang tidak berkaitan dengan terjadinya kerusakan
pankreas tetapi lebih pada unsur ketidakpekaan jaringan terhadap insulin.
Sehingga pasien diabetes ini tidak bergantung kepada insulin eksogen untuk
hidupnya (Karam and Forsham, 2000).
c. Diabetes melitus gestasional
Gestasional DM pada wanita terutama pada masa kehamilan yang
diakibatkan adanya intoleransi glukosa pada kehamilan. Mengetahui gejala dari
awal memudahkan dalam penatalaksanaan serta mampu mencegah berkembang
menjadi penyakit DM (Triplitt et al, 2005).
d. Tipe spesifik lain pada DM
Tipe DM ini banyak macamnya antaralain disebabkan karena terjadinya
beberapa gen yang mengalami mutasi sehingga mengakibatkan resistansi terhadap
insulin serta adanya gangguan pada reseptor insulin, gangguan genetik pada
fungsi sel beta, penyakit pada pankreas, infeksi bakteri, dan berbagai penyakit
kelainan genetik (Triplitt et al, 2005).
3. Diagnosis
dari 200 mg/dl, dan gejala klasik seperti poliuria, polidipsia, turunnya berat badan
meskipun nafsu makan normal ataupun cenderung meningkat, fatigue, dan
penglihatan kabur, gejala tersebut terjadi dalam waktu kurang lebih 4–12 minggu.
HbA1C juga dapat untuk diagnosis kadar gula darah, hiperglikemi dapat
meningkatkan kadar HbA1C. HbA1C adalah suatu produk non–enzim yang dapat
menggambarkan level gula dalam darah (Genauth, 2003).
Tabel I. American Diabetes Standard for glycemic control in Diabetes Melitus Biochemical
Index
Normal Goal Additional Action
Suggested Preprandial
glucose level
<110 80 - 120 <80
>140
Bedtime glucose level
<120 100 – 140 <100
<160
HbA1C < 6 < 7 > 8
(Triplitt et al, 2005).
4. Patogenesis
Patogenesis dari penyakit DM khususnya tipe 1 dan tipe 2 adalah
a. DM tipe 1
Diabetes melitus ini terjadi akibat adanya kerusakan pada sel beta
pankreas yang mengakibatkan insulin tidak tersekresi sesuai kebutuhan bahkan
sama sekali tidak terproduksi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan
ataupun kelainan pada sel beta pankreas antara lain:
1) faktor keturunan
2) kerusakan pada pankreas akibat penyakit ataupun virus
b. DM tipe 2
jaringan ataupun faktor lain yaitu tidak tercukupinya insulin yang diproduksi
akibat faktor cara makan dan gaya hidup yang tidak diatur. Faktor lain yang turut
diperhitungkan sebagai penyebab adanya resistensi reseptor insulin pada jaringan
yaitu obesitas dengan ditandai kenaikan BMI (Body Mass Index) dari 18 kg/m2
sampai 38 kg/m2 (Triplitt et al, 2005).
5. Prognosis
Prognosis dari penyakit ini saat tidak diobati akan dapat menimbulkan
komplikasi baik makrovaskuler maupun mikrovaskuler yang cukup banyak terkait
dengan metabolik sindrom yang mengarah pada proses terjadinya penyakit
kardiovaskuler. Pemeriksaan kadar gula darah serta HbA1C setidaknya dilakukan
minimal 2 kali dalam setahun untuk mewaspadai resiko DM (Triplitt et al, 2005).
B. Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi adalah suatu penyakit meningkatnya tekanan darah arteri yang
dapat membahayakan sistem organ dan mempunyai faktor resiko terhadap
penyakit kardiosvaskuler. Menurut JNC 7 tekanan darah normal dengan batas ≤
120/80 mmHg dan terjadinya krisis hipertensi saat tekanan darah ≥ 180/120
mmHg. Hipertensi tidak dapat disembuhkan namun dapat dikendalikan (Sassen
and Carter, 2005).
Proses terjadinya DM komplikasi hipertensi adalah saat glukosa darah
naik dan tidak dapat memasuki sel maka glukosa tersebut akan masuk dalam
tubulus ginjal. Nilai ambang ginjal 180 mg/dl untuk timbulnya glukosa dalam
glukosa tidak terabsorbsi dan akan dikeluarkan dalam urin. Akibat nyata terjadi
dehidrasi sel sel jaringan.Hal tersebut akibat glukosa tidak dapat dengan mudah
difusi melalui pori pori membran sel dan naiknya tekanan osmotik dalam cairan
ekstraseluler maka terjadi perpindahan osmotik air keluar dari sel. Selain
dehidrasi seluler terjadi diuresis osmotik. Diuresis osmotik adalah efek osmotik
dari glukosa dalam tubulus ginjal yang mengurangi reabsorbsi cairan tubulus
(Guyton and Hall, 1996).
Efek keseluruhan adalah kehilangan cairan yang sangat besar dalam urin,
sehingga menyebabkan dehidrasi cairan ekstraseluler dan berlanjut dehidrasi
intraseluler, dalam tubuh volume cairan naik karena cairan tertarik keluar sel hal
tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya proses hipertensi pada pasien
DM (Guyton and Hall, 1996).
2.Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi JNC 7 mengelompokkan kelas hipertensi dalam
batasan di atas umur 18 tahun terdapat pada tabel dibawah ini:
Tabel III. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa ( ≥ 18 tahun) Menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah
Sistolik (mmHg*)
Diastolik (mmHg*)
Normal ≤120 ≤ 80
Prehipertensi 120 -139 80 – 89
Stage 1 hipertensi 140-159 90 – 99
Stage 2 hipertensi ≥160 ≥ 100
(Sassen and Carter, 2005) Sistolik adalah tekanan darah dimana terukur saat sebelum kontraksi
kardiak dan menunjukkan nilai maksimal tekanan darah, sedangkan yang
dimaksud tekanan diastolik adalah tekanan yang diperoleh sesaat setelah
empat kategori, nilai normal saat sistolik ≤ 120 mmHg dan diastolik ≤ 80 mmHg, penggolongan prehipertensi yang tidak ada dalam klasifikasi WHO namun di
dalam ketentuan JNC 7 turut diperhitungkan mengingat agar pasien saat tahap
prehipertensi tersebut waspada karena sangat dimungkinkan meningkat menuju
kearah stage I dan stage II hipertensi (Sassen and Carter, 2005).
Krisis hipertensi terjadi saat tekanan darah lebih dari 180/120 mmHg,
dibedakan dalam hypertensive emergencies yang mengarah akut dan menuju pada
kerusakan organ, sedangkan hypertensive urgency tidak mengarah pada keduanya
kedua kodisi tersebut membutuhkan oral antihipertensi (Sassen and Carter, 2005).
Sedang berdasar etiologi hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai
hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau hipertensi
primer terjadi pada lebih dari 95% dari kasus hipertensi, hipertensi ini belum
secara pasti diketahui penyebabnya. Jenis ini terjadi akibat multi faktor meliputi
ketidaknormalan proses biokomia, genetik yang mengarah pada riwayat penyakit
kardiovaskuler dalam keluarga, dan faktor lingkungan. Ketiga faktor tadi meliputi
peningkatan aktivitas syaraf simpatik, kepekaan terhadap stress, kelebihan
produksi sodium dan vasokonstriktor (endotelin dan tromboksan), peningkatan
kepekaan terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin, obesitas, kebiasaan
merokok, peningkatan aktivitas kekurangan vasodilator seperti prostaglandin dan
nitrit oxide, dan masukan sodium dalam jangka waktu lama. Hipertensi sekunder
penyebabnya abnormalitas sistem organ tubuh, diantaranya yang sering terjadi
akibat penyakit pada perenkim ginjal, penyakit endokrin, obat–obatan, dan
3. Diagnosis
Diagnosis dan perawatan hipertensi dapat mencegah resiko penyakit
kardiovaskuler serta mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas pasien.
Pemeriksaan dini dari hipertensi meliputi pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
organ yang beresiko terhadap hipertensi, dan memeriksa faktor yang berpengaruh
terhadap hipertensi sekunder (Oparil and Calhoun, 2003).
4. Patogenesis
Patogenesis hipertensi meliputi faktor faktor yang terkait variabel dengan
persamaan:
BP(Tekanan Darah) = CO (Curah jantung) X TPR (Tahanan Perifer)
Tabel IV. Patogenesis Mekanisme Potensial
Preload meningkat
Volume cairan meningkat kr asupan Na +++ atau retensi renal karena Σnefron ↓ atau GFR↓ Cardiac output
meningkat
Konstriksi Vena
Stimulasi RAAS berlebihan
Sistem saraf simpatis terlalu aktif
Konstriksi vaskular
Stimulasi RAAS berlebihan
Sistem saraf simpatis terlalu aktif
Perubahan genetik membran sel
Faktor karena endotel Resistensi perifer meningkat
Hipertropi vaskular
Stimulasi RAAS berlebihan
Sistem saraf simpatis terlalu aktif
Perubahan genetik membran sel
Faktor karena endotel
Hiperinsulinemia karena obesitas atau metabolik sindrom
(Sassen and Carter, 2005)
5. Prognosis
TDnya seiring pertambahan umur. Hipertensi yg tidak diobati risiko mortalitas
tinggi disebut silent killer (Anonim, 2002).
6. Penatalaksanaan DM Komplikasi Hipertensi
Tujuan utama terapi dari penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi
adalah mengurangi resiko komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler,
memperbaiki gejala yang sudah muncul, mengurangi angka kematian, dan
meningkatkan kualitas hidup pasien (Triplitt et al, 2005).
Sasaran terapi DM komplikasi hipertensi adalah memperlambat proses
berkembangnya resiko kardiovaskuler dengan cara sebagai berikut :
a. Pengaturan kadar glukosa darah mendekati normal yaitu
1) HbA1C < 7%
2) Kadar gula sewaktu 90 – 130 mg/dl
3) Kadar gula sesudah makan <180 mg/dl
b. Menurunkan tekanan darah dibawah angka 130/80 mmHg
c. Kadar Lipid
1) LDL <100 mg/dl
2) Trigliserida < 150 mg/dl
3) HDL >40 mg/dl (Anonim, 2005).
Strategi terapi dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi non farmakologi dan
terapi farmakologi dengan penggunaan obat antihipertensi oral.
a.Terapi non-farmakologi
Terapi ini dilakukan tanpa penggunaan obat antihipertensi namun tetap
kardiovaskuler. Terapi dimulai dengan cara perubahan gaya hidup tidak sehat
yang selama ini dijalani. Hal utama yang dapat dilakukan antara lain:
1)Pengurangan berat badan
Idealnya adalah mempertahankan Body Mass Index antara 18,5 sampai
dengan 24,9 kg/m2. Dengan pengurangan berat badan dapat menurunkan tekanan
darah serta mencegah metabolik sindrom, resistensi insulin pada jaringan yang
mengarah pada terjadinya hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Pengurangan
berat badan dapat disertai diet tinggi sayuran dan buah.
2) Pengurangan natrium
Pengurangan ini terbukti dapat menurunkan tekanan darah dapat ditempuh
dengan jalan terutama mengurangi produk daging olahan, garam meja.
3) Tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok yang berisiko tinggi terhadap
kardiovaskuler.
4) Aktivitas fisik yang teratur
b. Terapi Farmakologi
1) Terapi farmakologi untuk hipertensi
Sasaran yang ingin dicapai terutama adalah pencapaian tekanan darah
130/80mmHg, untuk itu terapi utama dengan penggunaan obat antihipertensi yaitu
penghambat ACE dan penggunaan ARBs. Kedua obat tersebut terbukti
mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler serta mencegah adanya resiko gagal
ginjal. Terapi dapat pula ditambahkan thiasid diuretik, serta obat anti hipertensi
a) First line Therapy
Obat yang digunakan sebagai First line Therapy dalam DM komplikasi
hipertensi menurut standar yang dikeluarkan American Diabetes Association
meliputi golongan obat yang ada dibawah ini.
(1) Penghambat ACE
Mekanisme kerja penghambat ACE sebagai terapi utama DM komplikasi
hipertensi, menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga
mengakibatkan dilatasi perifer dan mengurangi resistensi perifer yang efeknya
dapat menurunkan tekanan darah. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor
yang kuat mampu meningkatkan eksresi dari aldosteron, dengan aldosteron yang
jumlahnya kecil mengakibatkan juga adanya retensi air dan sodium, hingga
menurunkan tekanan darah.
Penghambat ACE meliputi kaptopril, enalapril, lisinopril. Penghambat
ACE dengan tiazid dapat dipakai saat β-blocker dan diuretik tidak aktif.
Penghambat ACE berinteraksi saat bersamaan dangan obat kardiovaskuler dapat
menyebabkan hipotensi, dengan β blocker dapat keracunan litium. Penggunaan
bersama potasium mengakibatkan hiperkalemia dapat terjadi, selain itu bila
dipakai dengan Non Steroid Anti Inflamatory Drug (NSAID) dapat menurunkan
efek dari penghambat ACE (Rudnick, 2001).
(2) Angiotensin Receptor Blocker (ARBs)
Angiotensin dihasilkan melalui 2 jalur yaitu Renin Angiostensin
Aldosteron System (RAAS) yang dihambat dengan ACEI serta melalui enzim
Namun belum pasti akibat perbedaan mekanisme kerja kedua jenis obat tersebut
terhadap efek obatnya.
Efek dari ARBs antara lain menghambat angiotensin II yang berperan
dalam vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivitas syaraf simpatik, pelepasan
antidiuretik hormon, dan konstriksi arteri pada glomerolus. Efek samping serta
interaksi obat dari ARBs hampir serupa dengan ACEI (Sassen and Carter,2005).
Gambar 2. Mekanisme Dan SasaranObat Antihipertensi :Penghambat ACE, ARBs, β-Blocker
b) Second Line Therapy
(1) Diuretik
Mekanisme kerja dari diuretik mengekskresikan air dan elektrolit melalui
ginjal. Akibat dari hal tersebut terjadi pengurangan terhadap sirkulasi volume
darah, mengurangi kardiak output. Interaksi obat jika diminum dapat
meningkatkan kadar glukosa darah, penggunaan bersama kortikosteroid, atau
kortikotropin, serta ampoterisin dapat mengakibatkan hipokalemia, NSAID juga
(2) β–blocker
Mampu menghalangi beta adrenergik reseptor sehingga efeknya
mengurangi kontraksi jantung. Interaksi obat jika dipakai bersama dengan
phenitoin meningkatkan efek antihipertensi, verapramil menekan jantung efek
hipotensi, pemakaian dengan sulfonilurea mengurangi efek dari sulfonilurea.
(3) Calcium Channel Blocker (CCB)
Mekanisme obat ini meningkatkan suplai oksigen terhadap miokardial,
menurunkan detak jantung CCB menangkal kalsium yang masuk, kalsium tidak
dapat masuk maka mengakibatkan dilatasi.
(4) Obat Simpatolitik
Obat yang digunakan untuk menekan tekanan darah dengan menekan
syaraf simpatik akibatnya mengurangi kardiak output dan mengurangi tekanan
darah seperti obat yang bekerja sentral klonidin termasuk α–blocker, α+β-blocker yaiotu labetolol, dan norepinefrin. Interaksi obat penggunaan klonidin dengan
antidepresan trisiklik meningkatkan tekanan darah, penggunaan klonidin dengan
obat depresan Central Nervous System (CNS) menurunkan efek dari CNS
depresan.
(5)Vasodilator
Obat ini bekerja bertujuan untuk menurunkan tekanan sistolik dan
diastolik. Kerja dari vasodilator ini pada arteri, vena, ataupun keduanya. Obat ini
meliputi hydralazine hydrochloride, minoxidil, nitropusside sodium, minoxidil dan
hydralazine digunakan merawat hipertensi yang resistan, dioxide dan
2) Terapi farmakologi untuk penurunan glukosa darah
Dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan insulin dan obat antidiabetika oral.
a) Insulin
Insulin biasa digunakan pada DM tipe 1 dan tidak efektif jika diberikan
secara oral karena didalam gastrointestinal insulin dalam bentuk protein pecah dan
rusak sebelum lewat peredaran darah untuk didistribusikan, jadi harus diberikan
secara subkutan ataupun secara intravena. Insulin dapat pula digunakan pada DM
tipe 2 dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Saat terapi untuk DM tipe 2 gagal atau terjadi kontraindikasi karena masa
kehamilan ataupun hipersensitif.
(2) Penggunaan saat kadar glukosa naik akibat stress ataupun infeksi, serta akibat
pembedahan.
Klasifikasi insulin berdasar lama masa kerja obat disajikan dalam tabel :
Tabel II. Klasifikasi Insulin secara Sub-kutan berdasar lama kerja
Type of Insulin Onset (hour) Peaks (hour)
Duration (hour)
Maximum Duration (hour)
Mekanisme kerja insulin mengubah glukosa menjadi glikogen,
meningkatkan sintesis protein dan lemak, memperlambat pemecahan glikogen,
protein dan lemak, menyeimbangkan cairan dan elektrolit dalam tubuh (Rudnick,
b) Obat Antidiabetika Oral
Obat antidibetika oral adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
keadaan kadar glukosa darah yang tinggi akibat adanya ketidakberesan didalam
sistem kerja insulin, dipercaya mempunyai sistem kerja ganda di dalam dan di
luar pankreas, efek di dalam pankreas yaitu mampu menstimulasi pankreas agar
mengeluarkan insulin dengan seminimal mungkin kerja dari pankreas dan efek
diluar pankreas yaitu mampu menstabilkan kadar glukosa darah (Rudnick, 2001).
Gambar 1. Mekanisme dan sasaran obat Antidiabetika Oral
Obat oral untuk DM komplikasi hipertensi untuk memperoleh efek yang
maksimal penggunaan metformin dan thiazolidin terbukti dapat mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah dengan mekanisme peningkatan sensitivitas
reseptor insulin serta dapat menurunkan tekanan darah (Zenella, Kohlman, and
C. Drug Related Problems (DRP), atau Masalah – masalah yang Berkaitan dengan Pemakaian Obat.
Drug Related Problems (DRP) masalah masalah yang berkaitan dengan
pemakaian obat atau sering dikatakan Drug Therapy Problem (DTP) adalah
permasalahan yang sering muncul didalam farmasi klinis atau kejadian yang tidak
diharapkan dialami pasien selama proses terapi dengan obat dan secara aktual
maupun potensial bersamaan dengan outcome yang diharapkan (Cipolle, 1998).
Masalah yang muncul dalam cakupan DRP adalah sebagai berikut:
1. Indikasi yang tidak mendapat obat
Indikasi tidak mendapat obat adalah suatu kondisi baru dimana pasien
tidak mendapat obat, kondisi kronis yang membutuhkan kelanjutan terapi, kondisi
yang membutuhkan kombinasi obat, dan kondisi membutuhkan obat untuk
pencegahan saat ada efek samping.
2. Pilihan obat yang tidak tepat
Hal tersebut meliputi obat yang tidak efektif (kurang sesuai dengan
indikasinya), pasien mempunyai alergi terhadap obat tersebut, obat yang diberikan
mempunyai kontraindikasi dengan obat lain yang dibutuhkan, efektif tapi bukan
yang paling murah, efektif tapi bukan yang paling aman, dan antibiotika yang
resisten terhadap infeksi pasien.
3. Dosis terlalu rendah
Obat dikatakan terlalu rendah dosisnya apabila dosis yang diberikan
terlalu rendah untuk memberikan efek, kadar obat berada dibawah dosis efektif,
pemberian terlalu awal, administrasi obat terlalu cepat sehingga kadar obat dalam
4. Dosis terlalu tinggi
Obat dikategorikan terlalu tinggi dosisnya apabila kadar serumnya tinggi,
dosisnya terlalu cepat dinaikkan, terjadi akumulasi obat karena penyakit kronis,
dan interval dosis yang berlebihan.
5. Gagal menerima obat
Gagal menerima obat jika pasien tidak menerima obat sesuai regimen
karena adanya medication error, ketidaktaatan pasien, harga obat mahal, pasien
kurang memahami pentingnya obat tersebut, dan adanya pengaruh keyakinan.
6. Efek samping obat
Dikatakan efek samping obat apabila obat yang diberikan pada kecepatan
yang terlalu tinggi, ada alergi, ada faktor resiko, ada interaksi dengan obat lain,
dengan makanan, dan hasil laboratorium berubah karena adanya obat.
7. Obat tanpa Indikasi
Obat tanpa indikasi dapat diartikan jika obat yang diberikan tidak sesuai
dengan indikasi pada saat itu, penyembuhan yang dilakukan dengan non drug
therapy, pemakaian obat kombinasi yang seharusnya tidak dilakukan, dan
meminum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat
dihindarkan.
D. Keterangan Empiris
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih periode
tahun 2005. Dari hasil penelitian juga bisa diketahui mengenai kemungkinan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non-eksperimental observasional
dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif retrospektif. Disebut rancangan
non–eksperimental observasional karena subjek uji diamati tanpa mendapat
perlakuan terlebih dahulu. Rancangan deskriptif evaluatif, deskriptif karena
memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan dengan sejelas mungkin
dengan mengamati fenomena kesehatan yang terjadi (kountur, 2003). Evaluasi
dilakukan terhadap penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta (RSPR). Evaluasi dilakukan dengan membandingkan
dengan standar dari American Diabetes Association (ADA) karena RSPR belum
mengeluarkan standar dalam penatalaksanaannya Retrospektif sendiri adalah
penelusuran data masa lalu pasien dari catatan rekam medis yang diperoleh dari
unit rekam medis Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
B. Definisi Operasional
1. Pasien diabetes melitus adalah pasien dengan komplikasi hipertensi yang
menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada periode
tahun 2005.
2. Jenis diabetes melitus adalah klasifikasi jenis diabetes melitus berdasarkan
kelompok diagnosis, yaitu diabetes melitus tipe 1 (tergantung insulin)dan
diabetes melitus tipe 2 (tidak tergantung insulin).
3. Kategori pasien diabetes melitus adalah pasien dengan gula darah saat puasa
adalah >126mg/dl dan kadar gula darah sewaktu adalah >200mg/dl.
4. Pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi adalah suatu keadaan dimana
terjadi resistensi insulin dijaringan yang menyebabkan glukosa tidak dapat
masuk ke jaringan sehingga kadar glukosa darah meningkat mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
5. Hipertensi menurut JNC VII dimana tekanan darah ≥140/90 mmHg sedangkan
tekanan darah normal ≤ 120/80mmHg.
6. Tekanan Darah masuk adalah tekanan saat pengukuran pertama pasien masuk
rawat inap RSPR.
7. Tekanan darah keluar adalah tekanan darah saat pengukuran sebelum pasien
keluar rawat inap dari RSPR.
8. Pasien rawat inap diabetes melitus komplikasi hipertensi yaitu pasien yang
menjalani perawatan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta, dikarenakan kadar gula darah yang sudah melebihi batas atau
sudah tidak terkontrol dengan obat hipoglikemik oral sehingga diperlukan
adanya pengawasan dan pemantauan secara berkala dari tenaga medis yang
bersangkutan, dan pada umumya terdapat komplikasi dengan hipertensi.
9. Kelas terapi obat adalah kelompok besar obat yang terdiri dari beberapa
golongan obat yang memiliki sasaran pengobatan yang sama, misalnya kelas
terapi obat untuk sistem kardiovaskuler, terdiri dari golongan obat
10.Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan efek terapi dari setiap kelas
terapi yang diberikan untuk pasien. Misalnya golongan obat hipoglikemik,
antipiretik, golongan antihipertensi.
11.Jenis obat adalah nama generik obat pada peresepan pasien rawat inap dalam
satu kali periode pengobatan.
12.Data yang diperoleh dihitung dengan cara jumlah kasus yang ada dibagi
jumlah pasien (n=30) dikalikan seratus persen. Penghitungan ini digunakan
dalam menghitung jenis kelamin, umur pasien, kelas terapi obat, golongan
obat, komplikasi, penyakit penyerta dan outcome therapy, profil tekanan
darah.
13. Outcome therapy adalah keadaan dimana pasien pulang dari rumah sakit setelah menjalani terapi dilihat kondisi saat masuk dan keluar, lama tinggal di
rumah sakit , serta segala alasan pasien keluar dari rumah sakit.
14. Drug Related Problems (DRPs) atau sering dikatakan Drug Therapy Problem
(DTP) adalah permasalahan yang sering muncul didalam farmasi klinis atau
kejadian yang tidak diharapkan dialami pasien selama proses terapi dengan
obat dan secara aktual maupun potensial bersamaan dengan outcome yang
diharapkan.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diambil adalah 30 kasus dari 89 total populasi
pasien rawat inap diabetes melitus komplikasi hipertensi di RS Panti Rapih
Yogyakarta tahun 2005. Pengambilan besarnya sampel berdasar ketentuan
total populasi (cit Danapriatna dan Setiawan, 2005) jumlah sampel sudah
memenuhi jumlah minimal sampel yang ditentukan untuk menggambarkan
fenomena yang diamati. Penagmbilan sampel sebanyak 30 kasus dilakukan secara
random.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medis yang
diambil dari data pasien rawat inap diabetes melitus komplikasi hipertensi di RS
Panti Rapih Yogyakarta.
E. Lokasi Penelitian
Penelitian pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi dilakukan di
RS.Panti Rapih Yogyakarta dengan melihat catatan rekam medis dari pasien DM
komplikasi hipertensi tahun 2005.
F. Tata Cara Penelitian
Dalam tahap tata cara penelitian ada 3 tahapan yang harus dijalani tahap
perencanaan, tahap pengambilan data, serta tahap penyelesaian data.
1. Tahap perencanaan
Pada tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang
diperlukan dalam penelitian ini. Setelah proses tersebut dapat diperoleh informasi
dari unit rekam medis RS Panti Rapih dengan melihat pola penyebaran penyakit
diabetes melitus komplikasi hipertensi selama tahun 2005. Dari data tersebut kita
dapat mengetahui jumlah pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi yang
dilakukan secara random untuk mewakili total populasi keseluruhan pasien DM
komplikasi hipertensi.
2.Tahap Pengambilan Data
Tahap pengambilan data ini terdiri dari 3 tahap sebagai berikut :
a.Proses penelusuran data
Berdasar catatan dari unit rekam medis diperoleh data bahwa penderita
DM komplikasi hipertensi terdapat 89 pasien dengan diambil sampel yang
mewakili secara random diambil sebanyak 30 pasien. Dari catatan rekam medis
tersebut mulai dicatat data yang diperlukan, bagi pasien yang rawat inap kembali
rekam medis tidak dapat dipinjamkan untuk sementara.
b. Proses pengumpulan data
Dimulai dengan melihat medical record dari pasien diabetes melitus
komplikasi hipertensi. Data yang diambil meliputi data pasien yang memuat
nama, umur jenis kelamin, kelas terapi, keluhan utama, diagnosis, riwayat
penyakit, jenis obat, jumlah obat, dosis obat, lama tinggal, tekanan darah saat
masuk sampai dengan keadaan pulangnya pasien atau outcome therapy. c. Proses pengolahan data
Medical record yang telah dilihat datanya dituliskan kembali dalam bentuk tabel yaitu meliputi tabel tentang golongan dan jenis obat, dosis obat serta
tanggal pemberian obat, data klinis laboratorium pasien diabetes melitus dengan
komplikasi hipertensi, tanda vital, kondisi klinis dan golongan serta jenis obat
yang diberikan pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi dan kemajuan
untuk analisis Drug Related Problem disajikan sama yang telah dikemukakan diatas, akan tetapi lebih mengkhususkan pada penggunaan obat DM serta obat
hipertensi.
3. Tahap penyelesaian Data
Data yang diperoleh dari tabulasi dievaluasi secara deskriptif eksploratif
mengenai drug related problem–nya. Data berdasarkan pencatatan rekam medik
tersebut dievaluasi kerasionalannya secara deskriptif-eksploratif mengenai drug related problems-nya. Dengan melihat drug related problems yang terjadi selama proses terapi dapat diketahui indikasi tidak mendapat obat, salah pilihan obat,
dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, gagal menerima obat, efek samping obat,
dan obat tanpa indikasi pada masing masing pasien. Data yang telah diperoleh
tersebut kemudian dibandingkan dengan standar pengobatan untuk DM
komplikasi hipertensi, kemudian data dievaluasi secara kasus per kasus.
G. Kesulitan Penelitian
Kesulitan selama penelitian antara lain kurangnya pengalaman didalam
membaca lembar rekam medis terhadap data yang tercatat. Selain hal tersebut
lembar rekam medis kadang tidak ada karena pasien rawat inap kembali dirumah
sakit pada saat pengambilan data sehingga harus menunggu sampai lembar
tersebut kembali.
H. Analisis Hasil
Analisis hasil mulai dapat dilakukan dengan melihat pasien DM komplikasi
hipertensi meliputi umur, jenis kelamin, komplikasi, penyakit penyerta, tahap
1. Umur pasien dikelompokkan dalam 6 kelompok umur yaitu kelompok
umur 35 – 44, 45 – 54, 55- 64, 65- 74, 75 – 84, 85 – 94 tahun.
2. Komplikasi dan penyakit penyerta DM komplikasi hipertensi.
3. Tahap hipertensi saat pasien masuk.
4. Obat obat yang digunakan dikelompokkan dalam kelas terapi obat,
golongan obat, dan jenis obat. Pengelompokkan mengikuti pembagian
obat berdasar Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) 2000
(Anonim, 2000).
5. Perhitungan data di atas dengan cara jumlah kasus dibagi sampel (n = 30)
kemudian dikali seratus persen.
6. Analisis DRP dari kasus DM komplikasi hipertensi dikhususkan pada
penggunaan obat DM dan obat antihipertensi yang dibandingkan dengan
standar atau guideline yang ada. Evaluasi dilakukan kasus perkasus, kasus
yang dibahas dari 30 kasus terdapat 8 kasus yang bermasalah DRP dilihat
dari terapi obat antidiabetika oral serta antihipertensi yang dipakai. Kasus
tersebut dibandingkan dengan suatu standar yaitu American Diabetes
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Berdasar Kelompok Umur
Dari data yang diperoleh penderita DM komplikasi Hipertensi dibagi
berdasar 6 kelompok umur. Menurut tabel urutan yang diperoleh penderita paling
banyak terdapat dalam kategori umur 55–64 tahun yaitu sebanyak 36,67%,
dikarenakan saat kelompok umur tersebut adalah puncak munculnya komplikasi
dalam fase riwayat DM.
Berdasar teori yang mendasari DM tipe 2 umumnya mulai tampak pada
umur 40 tahun dan munculnya komplikasi setelah memasuki 10 tahun menderita
DM. Teori lain menyebutkan bahwa angka harapan hidup di Indonesia sampai 70
tahun, kemungkinan sedikitnya pasien diatas kelompok umur tersebut karena
sudah banyak pasien DM yang tidak bertahan atau meninggal.
3.3
3
%
3.3
3
%
36
.67
%
26.
67%
20
.00
%
10
%
35 - 44 tahun
45 - 54 tahun
55 - 64 tahun
65 - 74tahun
75 - 84 tahun
85 - 94 tahun
Gambar 3. Diagram Prosentase Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005
2. Berdasar Jenis Kelamin
Dari data yang diperoleh jumlah pasien berdasar jenis kelamin
pada pasien DM komplikasi hipertensi pada jenis kelamin pria sebanyak 36,67%
sedang pada jenis kelamin wanita sebanyak 63,33%. Namun data tersebut belum
cukup mendukung bahwa penyakit DM lebih sering terjadi pada wanita, hanya
saja memang kita ketahui bahwa jumlah populasi wanita lebih banyak dibanding
pada pria, dan pada umumnya wanita khususnya di Indonesia banyak yang tidak
bekerja atau sebagai ibu rumah tangga hal tersebut memungkinkan kurang
aktivitas dan berakibat pada obesitas yang mengarah pada DM, hal tersebut
didukung teori adanya resistensi reseptor insulin pada jaringan terkait dengan
obesitas dengan ditandai kenaikan BMI (Body Mass Index) dari 18 kg/m2 sampai
38 kg/m2 (Triplitt et al, 2005). Faktor yang lebih spesifik mengenai DM
komplikasi hipertensi yang lebih banyak terjadi pada wanita yaitu adanya DM
pada masa kehamilan atau gestasional yang apabila tidak tertangani dapat
berlanjut kearah DM, timbulnya DM gestasional tersebut karena pola makan saat
hamil tidak terjaga dan cenderung berlebihan mengakibatkan berkembang
menjadi DM.
36.67%
63.33%
0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%
1
Jenis kelamin
Laki - laki
Perem puan
3. Berdasar Komplikasi
Komplikasi penyerta adalah penyakit yang menyertai DM komplikasi
hipertensi terkait dengan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler.
Komplikasi ini muncul seiring dengan kondisi pasien yang semakin parah atau
ketika pasien tidak menyadari gejala awal penyakit DM gejala ini bisa dipakai
dalam melihat tingkat keparahan dari DM komplikasi hipertensi. Prosentase
penyakit yang terjadi paling banyak adalah strok yaitu sebanyak 9 kasus atau
sekitar 30%, strok sendiri merupakan lanjutan dari hipertensi yang parah sehingga
menyebabkan adanya sumbatan darah pada organ tertentu bila terjadi pada otak
dapat berakibat kelumpuhan bahkan kematian. Komplikasi penyerta yang lain
dapat dilihat prosentasenya didalam tabel berikut :
6.67%
3.33%
6.67% 3.33%
3.33% 3.33%
30.00%
stroke
infark miokard
ulkus
ganggren
neuropati
neufropati
infeksi
Gambar 5. Diagram jenis komplikasi lainPasienDM komplikasi Hipertensi Tahun 2005 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005
4. Berdasar Penyakit Penyerta
Penyakit penyerta dalah penyakit yang menyertai perjalanan penyakit DM
mikrovaskuler. Penyakit ini dapat timbul akibat dari virus luar ataupun efek
samping obat yang dipakai selama masa perawatan. Penyakit yang muncul ini
juga mempengaruhi kelas terapi obat yang dipakai. Dari data penyakit penyerta
yang muncul paling banyak adalah pusing sebanyak 26,67% penyakit tersebut
muncul terkait dengan gejala tekanan darah yang naik umumnya disertai pusing.
Prosentase penyakit lainnya dapat dilihat pada gambar :
6.
Gambar 6. Prosentase Penyakit Penyerta Pasien DM komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005
5. Gambaran tingkatan tekanan darah pasien masuk
Gambaran tingkatan tekanan darah pasien saat masuk perawatan di Rumah
Sakit Panti Rapih dapat dilihat dalam ganbar dibawah ini. Dari diagram diperoleh
gambaran bahwa tekanan darah pasien yang masuk mempunyai prosentase
terbesar adalah hipertensi stage II dengan total prosentase 36,67%. Pasien DM
memasuki tahap pre-hipertensi semakin tinggi tingkatan hipertensinya perlu
diberikan kombinasi obat oral antihipertensi. Tujuan terapi untuk DM komplikasi
hipertensi yaitu menurunkan tekanan darah kurang dari 130/80 mmHg.
NORM AL, 16.67%
PRE HIPERTENSI,
16.67%
HIPERTENSI STAGE I,
20.00% HIPERTENSI
STAGE II, 36.67%
NORMAL
PRE HIPERTENSI
HIPERTENSI STAGE I HIPERTENSI STAGE II
Gambar 7. Tahap Hipertensi Pasien DM Masuk di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005
B. Profil Pengobatan
1. Kelas Terapi
Kelas terapi obat adalah banyaknya jenis obat yang diterima oleh pasien
dalam periode pengobatannya, baik obat antidiabetika oral maupun obat lain yang
digunakan bersamaan untuk mengobati penyakit penyerta ataupun komplikasi
yang ada. Dari diagram dibawah kita dapat melihat ada 11 kelas terapi
penggunaan obat hormonal terutama obat antidiabetika oral paling tinggi
prosentasenya 96,67%, hal tersebut terkait dengan penanganan hiperglikemi yang
terjadi pada pasien DM. Urutan kedua adalah obat kardiovaskuler 66,67% obat ini
memiliki prosentase yang cukup tinggi juga mengingat penggunaan obat
antihipertensi didalam menurunkan tekanan darah pasien serta obatkardiovaskuler
Kelas terapi obat lain turut dipergunakan untuk mencegah komplikasi serta
penyakit penyerta yang ada. Khusus untuk kelas terapi obat lain memuat obat
kulit dan mata pada diagram penyakit penyerta memang tidak disertakan penyakit
penyerta yang terkait mata dan kulit namun kita ketahui bahwa DM terutama
komplikasi retinopati berpengaruh pada mata, serta komplikasi lain seperti
ganggren dan ulkus tentunya dapat menimbulkan masalah pada kulit.
96.
obat gizi dan darah Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005
2. Golongan Obat
a. Obat Hormonal
Obat antidibetika oral adalah obat yang digunakan untuk mengatasi
keadaan kadar glukosa darah yang tinggi akibat adanya ketidakberesan didalam
ke jaringan sebagai cadangan makanan. Obat antidiabetika oral dipercaya
mempunyai sistem kerja ganda di dalam dan di luar pankreas, efek di dalam
pankreas yaitu mampu menstimulasi pankreas agar mengeluarkan insulin dengan
seminimal mungkin kerja dari pankreas dan efek di luar pankreas yaitu mampu
menstabilkan kadar glukosa darah (Rudnick, 2001).
Obat yang mempunyai prosentase tertinggi dari pemakaian obat
antidiabetika oral adalah golongan sulfonilurea di dalam penatalaksanaan DM,
sulfonilurea mempunyai mekanisme memacu sekresi insulin untuk pengatasan
keadaan hiperglikemia karena jumlah insulin yang ada dalam jaringan tidak
tercukupi.
Tabel V. Prosentase Penggunaan Obat Hormonal Pasien DM Komplikasi Hipertensidi RSPR Tahun 2005
NO GOL. OBAT
KELOMPOK NAMA GENERIK
NAMA DAGANG
∑ PROSEN TASE (%)
1 Insulin - - - 11 36,67
glikazid Diamicron 10 33, 33
Glucovance 2 6, 67 glibenklamid
Diabenese 1 3, 33 glipizid Glucotrol 2 6, 67
glikuidon Glurenorm 1 3, 32 Sulfonilurea
glimepirid Amaryl 5 16, 67 Metformin 2 6, 67
Glucophage 3 10 Biguanid metformin
Diabex 2 6, 67
Miglinitida repaglinid Novonomin 2 6, 67 2 Obat
antidiabetika oral
Thiazolidine pioglitazone Actos 2 6, 67
b. Obat Kardiovaskuler
komplikasi hipertensi yang tidak tertangani dengan baik mengarah pada Coronary vascular disease (CVD), seperti diterangkan diatas pada penderita DM komplikasi hipertensi darah terlalu kental akibat tingginya kadar gula yang terdapat
didalamnya sehingga mengakibatkan adanya penyempitan pada pembuluh darah
koroner serta jantung tentunya bekerja lebih keras, akibat dari hal tersebut
mengakibatkan otot jantung lemah, penderita mengalami iskemia bahkan sebagian
otot jantung mati karena kekurangan oksigen yang dapat memacu pula timbulnya
angina.
Obat antihipertensi dibutuhkan di dalam penanganan DM komplikasi
hipertensi, hal tersebut berfungsi didalam penurunan tekanan darah dan bahaya
metabolit sindrom yang akhirnya menjadi penyakit jantung koroner jika tidak
tertangani dengan baik. Obat yang dipergunakan dalam penatalaksanaan proses
terapi dalam rekomendasi American Diabetes Association(ADA)pengobatan DM
komplikasi hipertensi rekomendasi utamanya adalah golongan penghambat ACE
dan ARBs untuk mencapai tekanan darah 130/80 mmHg yang harus dicapai pada
pasien DM komplikasi hipertensi. Dapat ditambahkan thiazid diuretik, pilihan
obat bagi ibu hamil dapat digunakan methyldopa, labetolol, diltiazem, klonidin,
dan prazosin.
Dari tabel di atas penggunaan obat antihipertensi paling tinggi
prosentasinya pada golongan penghambat ACE terutama kaptopril 36,67%
kemudian ramipril 26,67%, baru golongan antagonis kalsium yaitu amilodipin
sebanyak 16,67%. Penggunaan obat antilipidemikum terutama golongan statin
HMG CoA reduktase, yakni enzim pada sintesis kolesterol, terutama dalam hati,
efektif dalam menurunkan kolesterol–Low Density Lipid (LDL), sedang golongan klofibrat mempunyai spektrum luas dapat mengurangi trigliserida, LDL, dan
menaikkan High Density Lipid (HDL).
Antiangina digunakan untuk mencegah serangan akut angina pectoris dan mencegah nyeri dada saat istirahat. Antagonis kalsium mampu memperkecil
jumlah kalsium dalam sel yang berefek vasodilatasi pada pembuluh darah,
mengurangi kontraksi otot jantung. Senyawa nitrat bekerja merelaksasi otot polos
pembuluh vena, tanpa bergantung pada sistem persyarafan miokardium. Diuretik
turut digunakan digunakan untuk mengurangi edema akibat gagal jantung dan
pada dosis rendah mampu menrunkan tekanan darah. Golongan tiazid bekerja
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium pada tubulus distal, sedang golongan
kuat mampu menghambat reabsorbsi cairan pada “loop” henle dam tubulus
ginjal.
Obat sistem koagulasi darah yang prosentasenya tinggi digunakan adalah
hemostiptikum obat ini penggunaannya tinggi untuk mengatasi pendarahan yang
timbul baik akibat luka ataupun pendarahan paska operasi. Terutama pada pasien
DM proses pembekuan darah dapat berlangsung lama karena tingginya kadar gula
didalam darah sehingga darah lebih kental namun sukar membeku. Antiplatelet
bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat
terjadinya pembentukan trombus pada sirkulasi arteri. Proses kerja dari obat
tersebut terbukti mampu mencegah penyakit serebrovaskuler atau kardiovaskuler