• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi rawat inap periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi rawat inap periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PASIEN DIABETES MELITUS KOMPLIKASI HIPERTENSI RAWAT INAP PERIODE 2005

RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan oleh:

Astri Meirinawati

NIM : 028114130

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sering kita tak dapat

melihat jalan ALLAH

, karena kita sulit

percaya bahwa ada jalan. Kita sulit melihat jalan yang muncul dari

percobaan.

Namun

ALLAH mencari kita

dan siap membuka jalan, hingga saat

kita tak tahu apa yang harus dilakukan,

DIA menuntun kita.

Inilah Hasil dari segala perjuangan yang aku lakukan selama ini,

dengan segala kecemasan, kebuntuan, tekad, semangat dan cinta dari

orang orang dibelakangku yang selalu mendukung dalam setiap tahap

proses penyusunan skripsiku. Karya kecil ini kupersembahkan

teruntuk :

Tuhan YESUS KRISTUS atas jawaban doa-doaku

Bapak – Ibu atas dukungan cinta dan penyertaan selama ini

Nenekku yang mendoakan dan pemberi semangat

Adekku yosi yang mendukung dan penyemangat tiada henti.

(5)
(6)

INTISARI

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut ataupun parsial dan dapat menimbulkan komplikasi. Berdasarkan prevalensi di Indonesia komplikasi yang paling umum terjadi adalah diabetes melitus dengan hipertensi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif retrospektif

Hasil yang diperoleh dari penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi

diperoleh data bahwa pasien yang paling banyak ditangani adalah pasien dengan umur 55 – 64 tahun 11 kasus (36,67%). Penderita yang paling banyak umumnya kaum wanita 19 kasus (63,33%), komplikasi penyerta yang paling banyak selain hipertensi yaitu stroke 9 kasus (30%), penyakit penyerta dengan prosentase tinggi yaitu pusing 8 kasus (26,67%), tahap hipertensi pasien masuk paling banyak hipertensi stage II dengan prosentase 12 kasus (36,67 %) .

Kelas terapi obat yang paling banyak digunakan adalah obat hormonal berupa 29 kasus (96,67 %) dan obat kardiovaskuler 20 kasus (66,67 %). Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah sulfonilurea dan penghambat ACE dengan prosentase sama yaitu sebanyak 21 kasus (70%). Jenis obat yang paling banyak digunakan adalah kaptopril dengan jumlah 11 kasus (36,67%).

Dari hasil evaluasi Drugs Related Problem (DRP), terdapat 8 kasus

dengan rincian DRP 6 kasus pilihan obat tidak tepat, 2 kasus dosis terlalu rendah, 6 kasus efek samping obat, 1 kasus obat tanpa indikasi.

Outcome therapy dari pasien DM komplikasi hipertensi diperoleh data lama tinggal pasien paling banyak 4 – 6 hari dengan jumlah 14 kasus (46,67 %) dengan keterangan bahwa 7 pulang dalam keadaan membaik. Pasien yang tekanan

darahnya berhasil diturunkan ≥ 130/ 80 mmHg adalah 14 kasus dari 30 kasus

yang ada. Alasan pasien pulang adalah atas rekomendasi dokter Boleh Pulang (BLPL) sebanyak 66,67%.

Kata Kunci :Diabetes Melitus, Hipertensi, Drug Related Problem

(7)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus (DM) and hypertension is a common complication that causes cardiovascular disease. This non – experimental study was done with retrospective descriptive design.

The result showed that the patient distribution were 55-64 years old (36.67%), women (63. 33%); hypertension at stage II (36. 67%); complication other than hypertension was stroke (30%); and another disease headache (26.67%).

The highest frequency of drug class therapy; group; and type used by the patient were hormonal drug 96. 67% and cardiovascular drug 66. 67%; sulfonylurea 70% and ACEI 70%; captopril 36.67% respectively.

Based on Drug Related Problems (DRP) evaluation,it was found that of 5 cases of inappropriate drug selection according to standard and 2 cases of dosage too low.

Length of Stay (LOS) of the patients was 4 -6 days (46. 67%). The outcome theraphy during patient discharge from hospital was only 7 patient in good condition and 14 patient reached the blood pressure ≤130/80mmHg.

Key word :Diabetes Mellitus, Hypertension, Drug Related Problem

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan curahan rahmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Evaluasi Penatalaksanaan Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi pada

Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode tahun 2005” ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi gelar Sarjana Farmasi di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima

kasih pada beberapa pihak yang telah memberi dukungan didalam penyelesaian

skripsi ini antaralain:

1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku Dekan dan dosen pembimbing utama

yang telah sabar membimbing, memberi dukungan, semangat, gagasan, dan

kritik yang sangat berarti didalam proses penyusunan skripsi ini.Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Drs. Mulyono, Apt. selaku penguji yang telah banyak membantu dan

memberi dukungan yang sangat berarti bagi penulis.

3. dr. Luciana Kuswibawati, M. Kes. selaku penguji yang telah banyak

membantu dan memberi dukungan yang sangat berarti bagi penulis.

4. Direktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta atas ijin yang diberikan kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

5. Kepala beserta Staf Bagian Personalia Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

atas segala bantuan dan dukungannya.

6. Kepala dan Staf Bagian Pelayanan Rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta yang tekah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data

untuk penelitian ini.

7. Seluruh pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang

secara tidak langsung telah membantu dan mendukung penelitian ini.

8. Kedua orang tuaku Antonius Triyatno dan Supraptiwi atas segala cinta dan

perjuangan serta dukungan dalam setiap langkah hidupku.

9. Adekku Yosi Agung Kristanti yang mendukung dengan keceriaan dan

dukungan doa, bahkan segala usaha untuk membantuku selalu.

(9)

10.Seluruh keluarga besarku terutama nenek yang menyayangiku dengan doa dan

cintanya selama ini.

11.Temanku Astu atas persahabatan yang hebat selama ini. Rina, Nopie, Emma,

Torie, Depie atas keceriaan dan kenangan indah selama kuliah.

12.Sahabat terbaikku Aning, Anggid, Fitri dan mbak rossie atas dukungan, kasih,

dan semangat dalam tiap langkah kami.

13.UKM Basket Sanata Dharma dan UKF Basket Farmasi atas keceriaan, airmata

dan keringat kebahagiaan selama ini.

14.Teman teman Concentio Choir atas segala keceriaan yang selalu menghibur

dalam setiap latihan.

15.Teman teman Farmasi angkatan 2002 dan segenap mahasiswa fakultas

Farmasi atas kenangan indah bersama kalian.

16.Dan semua teman yang terbaik aku pernah miliki atas doa, semangat serta

saudara yang telah membantu kelancaran pengerjaan skripsi ini.

17.Laboran mas Parjiman, mas Wandi, pak musrifin, mas Sigit serta laboran lain

yang begitu baik dan sabar membimbing kami selama praktikum.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu

penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat membangun penelitian ini .

Penulis berharap penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..……….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……...……….….…ii

HALAMAN PENGESAHAN……….……..…………iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………..………..………….iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..………...….v

INTISARI………..………...………….…………vi

ABSTRACT………..……...……….………...vii

KATA PENGANTAR………..…………...……..……..viii

DAFTAR ISI………...……….………...x

DAFTAR TABEL...………...…………...…...………...xii

DAFTAGAMBAR………...………..…………...xiv

DAFTAR LAMPIRAN………..……….…...xv

BAB. I PENGANTAR...1

A. Latar belakang………...………...1

1. Permasalahan………...………..4

2. Keaslian penelitian……….………...……….4

3. Manfaat penelitian…………...………..5

a. Manfaat Teoritis...5

b. Manfaat Praktis...6

B. Tujuan Penelitian...6

(11)

1. Umum………..………6

2. Khusus………...………...6

BAB. II PENELAHAN PUSTAKA...7

A. Diabetes Melitus...7

1. Definisi………...………..7

2. Klasifikasi………..………..8

3. Diagnosis………...………...9

4. Patogenesis………...………..………..9

5. Prognosis………...……….10

B. Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi………...10

1. Definisi………...………....10

2. Klasifikasi………..………....11

3. Diagnosis………...……….13

4. Patogenesis………...………..13

5. Prognosis………...……….13

6. Penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi………...…………...14

C. DRP (Drug Related Problem)……….…...………21

D. Keterangan Empiris……….………...………...……..22

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN………...………..23

A. Jenis Rancangan Penelitian...23

B. Definisi Operasional……….………..……..…..23

C. Subjek Penelitian...25

D. Instrumen Penelitian ………....……...……...……26

(12)

E. Lokasi Penelitian ………...…..….…...…………...26

F. Tata Cara Penelitian...26

1. Tahap Perencanaan………….…………..……….26

2. Tahap Pengambilan Data………..……….27

a. Proses Penelusuran Data………..……...27

b. Proses Pengumpulan Data………….…..………27

c. Proses Pengolahan Data…………..………...27

3. Tahap Penyelesaian Data………..……….28

G. Kesulitan penelitian……….………..……..………..…..…..28

H. Analisis Hasil...28

BAB . IV HASIL DAN PEMBAHASAN………30

A. Gambaran Umum……….………..…..…..30

a. Prosentase Umur…………..………..…………..……30

b. Jenis Kelamin...31

c. Komplikasi Penyerta……….………...……...…….32

d. Penyakit Penyerta ………..………..…..…….32

e. Tekanan Darah Masuk ………...…33

B. Profil Obat...34

1. Kelas Terapi………..………...…...34

2. Golongan Obat...35

C. Evaluasi DRP……….………..……….46

D. Outcome therapy………...…...……53

E. Rangkuman Pembahasan………...……….55

(13)

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN...58

A. Kesimpulan……….……..……..58

B. Saran………..…..……59

DAFTAR PUSTAKA………....……60

DAFTAR LAMPIRAN ………...….………...63

BIOGRAFI PENULIS………...……...………...97

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel I. American Diabetes Standart for Glikemic Control in Diabetes

Melitus...9

Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa (lebih dari 18 Tahun) Menurut

JNC II………14

Tabel III. Patogenesis Mekanisme Potensial………16

Tabel IV. Klasifikasi Insulin secara Sub- Kutan Berdasar Lama

Kerja…...…...12

Tabel V. Prosentase Penggunaan Obat Hormonal Pasien DM Komplikasi

Hipertensi di RSPR Tahun 2005……...36

Tabel VI. Prosentase Penggunaan Obat Kardiovaskuler Pasien DM

Komplikasi Hipertens di RSPR Tahun 2005...39

Tabel VII. Prosentase Penggunaan Obat Depresan Sistem Syaraf Pusat Pasien

DM Komplikasi Hipertens di RSPR Tahun 2005…………...40

Tabel VIII. Prosentase Penggunaan Obat Saluran Cerna Pasien DM

Komplikasi Hipertens di RSPR Tahun 2005...41

Tabel IX. Prosentase Penggunaan Obat Saluran Nafas Pasien DM

Komplikasi Hipertens di RSPR Tahun 2005..…...42

Tabel X. Prosentase Penggunaan Obat Analgesik Pasien DM Komplikasi

Hipertens di RSPR Tahun 2005……..…...42

Tabel XI. Prosentase Penggunaan Obat Antibiotik Pasien DM Komplikasi

Hipertens di RSPR Tahun 2005…..…...43

(15)

Tabel XII. Prosentase Penggunaan Obat Gizi Dan Darah Pasien DM

Komplikasi Hipertens di RSPR Tahun 2005...44

Tabel XIII. Prosentase Penggunaan Obat Antiradang, Reumatik Dan Encok

Pasien DM Komplikasi Hipertens di RSPR Tahun 2005………...45

Tabel XIV. Prosentase Penggunaan Obat lain Pasien DM Komplikasi

Hipertens di RSPR Tahun 2005…………...45

Tabel XV. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005

Kasus1…...………...…..………46

Tabel XVI. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005

Kasus 2………...………...…47

Tabel XVII. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005

Kasus 3……...…...…………...………..……48

Tabel XVIII. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005

Kasus 4………...………...………….49

Tabel XIX. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005

Kasus 5…...………...………..50

Tabel XX. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005

Kasus 6...………....…...………...………..51

Tabel XXI. Evaluasi DRP Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005

Kasus 7..…...………...….52

Tabel XXII. Lama Tinggal Pasien DM Komplikasi Hipertensi tahun 2005...53

(16)

Tabel XXIII. Prosentase Tekanan Darah Pasien DM Keluar Komplikasi

Hipertensi Tahun 2005…………...………....………54

Tabel XXIV. Ringkasan DRP( Drug Related Problem)………..56

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mekanisme dan Sasaran Obat Antihipertensi : ACEI, ARBs, β

-blocker …...…………...17

Gambar 2. Mekanisme dan Sasaran Obat Antidiabetika Oral………20

Gambar 3. Diagram Prosentase Kelompok Umur Penderita DM komplikasi

Hipertensi………..………30

Gambar 4. Diagram Prosentase Jenis Kelamin Pasien DM komplikasi

Hipertensi...31

Gambar 5. Diagram Prosentase Komplikasi Penyerta Pasien DM komplikasi

Hipertensi………...………..32

Gambar 6. Diagram Prosentase Penyakit penyerta Pasien DM komplikasi

Hipertensi………..…………...…33

Gambar 7. Diagram Prosentase Tekanan Darah Pasien DM komplikasi

Hipertensi………..…...….34

Gambar 8. Diagram Kelas Terapi Obat Pasien DM Komplikasi Hipertensi...35

Gambar 9. Diagram Prosentase Outcome Pasien DM komplikasi Hipertensi....55

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005….………..……..63

Lampiran 2. Daftar Obat Terapi Pasien Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi di

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005………..………..90

(19)

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) klinis adalah suatu sindrom gangguan metabolisme

dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi

sekresi insulin atau berkurangnya efektivitas biologis dari insulin atau keduanya

(Karam and Forsham, 2000).

Banyak faktor yang begitu mempengaruhi di dalam terjadinya gangguan

metabolisme tersebut. Faktor penyebab diabetes melitus sendiri dapat disebabkan

karena adanya kerusakan dalam sel β pankreas sehingga pankreas gagal dalam

menghasilkan insulin atau yang lebih dikenal diabetes melitus tergantung insulin.

Faktor penyebab yang lain karena adanya kekurangan insulin ataupun terjadinya

resistensi reseptor insulin terhadap jaringan sehingga kadar glukosa darah tidak

dapat tersimpan dalam jaringan dan menumpuk dalam peredaran darah sehingga

kadar gula darah tinggi.

Resistensi reseptor insulin sendiri disebabkan oleh beberapa faktor antara

lain obesitas atau karena tidak terkontrolnya pola makan. Obesitas menyebabkan

ketidakpekaan terhadap insulin endogen, selain itu adiposit yang membesar, sel

hati dan otot polos yang kelebihan makanan dapat menolak deposisi glikogen dan

trigliserida tambahan dalam depot cadangannya.

Diabetes melitus karena faktor di atas inilah yang dapat menimbulkan

berbagai komplikasi pada penyakit ini. Sebab insulin berpengaruh dalam banyak

organ dan berperan dalam penyimpanan berbagai hasil metabolisme kedalam

(20)

jaringan. Komplikasi umum diabetes melitus antaralain hiperlipidemia, retinopati,

neuropati, nefropati, hipertensi dan pada tahap akhir menyebabkan penyakit

kardiovaskuler. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah diabetes melitus

komplikasi hipertensi.

Prevalensi hipertensi pada orang DM 1,5–3 kali dibanding orang tanpa

DM dalam kelompok umur yang sama. Diabetes melitus sendiri meningkatkan

faktor resiko terhadap penyakit koroner pada wanita 2 kali lebih besar dan pada

pria 4 kali lebih besar. Dalam suatu studi klinik menunjukkan orang dengan

diabetes melitus komplikasi hipertensi mempunyai peluang 2 kali lipat terhadap

penyakit kardiovaskuler daripada orang hipertensi tanpa adanya diabetes melitus

(Anonim, 2002).

Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah di atas 140/90mmHg

dalam komplikasi diabetes melitus mempengaruhi 20–60% dari sebagian besar

populasi pengidap DM (Anonim, 2002). Proses terjadinya DM komplikasi

hipertensi yaitu resistensi reseptor insulin dalam jaringan, adanya resistensi

tersebut maka glukosa darah hasil perubahan proses metabolisme dari makanan

yang dimakan tidak mampu masuk dalam sel baik sebagai energi ataupun

disimpan sebagai cadangan makanan. Glukosa tersebut tertimbun dalam ginjal

saat melebihi ambang batas ginjal terjadi proses diuresis osmotik dimana ginjal

mengeluarkan cairan berlebih melalui urin untuk mengurangi kadar glukosa darah

akibatnya dalam tubuh terjadi dehidrasi karena berkurangnya cairan ekstrasel,

maka untuk kompensasinya volume intrasel ditarik keluar sehingga cairan tubuh

(21)

diabetes melitus dapat terjadi kelainan pada pembuluh darah halus di ginjal,

ditemukan juga adanya penahanan air dan garam di ginjal yang merupakan faktor

lain terjadinya tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Komplikasi DM dengan hipertensi ini mempunyai faktor resiko yang

tinggi mengingat bahwa hipertensi merupakan awal proses terjadinya penyakit

kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner, strok dan komplikasi DM

meliputi komplikasi mikrovaskuler seperti nefropati dan retinopati. Berdasar penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa peningkatan resiko penyakit

kardiovaskuler seiring dengan peningkatan tekanan darah. Peningkatan 5 mmHg

pada tekanan sistol ataupun diastol dapat meningkatkan faktor resiko orang DM

terkena penyakit kardiovaskuler 20–30%. Penyakit kardiovaskuler merupakan

komplikasi yang terjadi pada DM dan penyumbang 86% kematian pada orang

DM (Anonim, 2002).

Proses penatalaksanaan perlu dilakukan disertai proses evaluasi terhadap

terapi yang diberikan melalui evaluasi Drug Related Problems (DRP) dengan

dibandingkan dengan suatu standar atau guideline pada proses evaluasi tersebut. Dengan proses evaluasi diharapkan dapat memilih terapi yang tepat terhadap

kondisi masing masing pasien meliputi komplikasi serta penyakit penyerta yang

terjadi. Pentingnya penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi diharapkan mampu

mencegah terjadinya komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler yang terjadi

pada gejala lanjutan DM.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih yang berlokasi di

(22)

salah satu rumah sakit besar di Yogyakarta dengan data kasus DM komplikasi

hipertensi memenuhi untuk melakukan sebuah penelitian. Data diperoleh dari

rekam medis pasien rawat inap diabetes melitus komplikasi hipertensi. Pemilihan

pasien rawat inap mengingat proses terapi yang dilakukan lebih terkontrol serta

hasil yang dicapai teramati dalam waktu yang relatif cepat untuk menggambarkan

kemajuan terapi.

B. Permasalahan

Berikut adalah permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini :

1. Seperti apakah profil pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi meliputi

umur, jenis kelamin, komplikasi, penyakit penyerta, tahap hipertensi pasien

saat masuk di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta ?

2. Seperti apakah profil peresepan obat yang digunakan untuk pasien diabetes

melitus komplikasi hipertensi meliputi kelas terapi, golongan obat, jenis obat?

3. Seperti apakah kasus DRP yang mungkin terjadi selama penatalaksanaan

terapi DM komplikasi hipertensi ?

4. Seperti apakah kondisi saat pasien keluar dari RSPR meliputi lama tinggal,

tekanan darah saat keluar RS dan alasan pasien keluar RS?

C. Keaslian Penelitian

Sejauh yang diketahui penulis penelitian berjudul “Evaluasi

Penatalaksanaan Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi pada pasien rawat Inap

tahun 2005“ belum pernah dilakukan. Namun penelitian sejenis yang lebih

berfokus pada DM telah banyak dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan antara

(23)

1. Pola Penggunaan Antidiabetika Oral bagi Pasien Diabetes Melitus Rawat

Jalan di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta (Periode Januari-Desember

1998) oleh Nadeak pada tahun 2000.

2. Pola Penggunaan Antidiabetika Oral untuk Penderita Diabetes Melitus Usia

Lanjut di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Periode Januari-Juni 1997oleh Ule pada tahun 2000.

3. Gambaran Peresepan Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2001-2002” oleh

Triastuti pada tahun 2004.

Penelitian ini berbeda dengan sebelumnya dalam hal jenis komplikasi

diabetes melitus, tahun pelaksanaan pengambilan data pasien dan DRP. Tujuan

dari penelitian mengetahui profil pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi,

pemilihan obat, melihat DRP dan hasil terapi obat tersebut bagi pasien. Fokus dari

penelitian ini adalah pemilihan dan penggunaan obat serta mengetahui DRP dari

masing masing penatalaksanaan terapi dan hasil terapi yang diperoleh (outcome therapy).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi dalam

mengembangkan konsep pelayanan farmasi klinik khususnya pada pasien diabetes

melitus komplikasi hipertensi di rumah sakit.

2. Manfaat praktis

(24)

untuk diabetes melitus komplikasi hipertensi.

b. Dapat memberikan saran bagi farmasis dalam penatalaksanaan komplikasi.

E.Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan mengetahui profil obat bagi pasien DM komplikasi

hipertensi dan melihat hasil terapi pada pasien rawat inap Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta tahun 2005.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melihat profil pasien meliputi, umur, jenis kelamin, komplikasi,

penyakit penyerta, tahap hipertensi pasien masuk tahun 2005.

b. Mengetahui profil peresepan obat yang digunakan untuk diabetes melitus

komplikasi hipertensi meliputi kelas terapi, golongan obat, dan jenis obat.

c. Dapat melihat DRP yang terjadi selama proses terapi meliputi indikasi tidak

mendapat obat, salah pilihan obat, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi,

gagal menerima obat, efek samping obat, dan obat tanpa indikasi.

d. Mengetahui outcome dari penatalaksanaan terapi DM komplikasi hipertensi

(25)

BAB II

PENELAHAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus

1. Definisi

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit akibat gangguan

metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi akibat kurangnya insulin yang

disekresi, kerja insulin ataupun keduanya (Genauth, 2003).

Insulin merupakan hormon penting dalam pankreas, yang dihasilkan oleh

sel β dari pulau Langerhans. Pankreas Insulin merupakan anabolik hormon yang berperanan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak dan asam amino

(Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).

Fungsi utama dari insulin adalah memudahkan penyimpanan zat gizi. Efek

insulin pada jaringan utama yaitu hati, otot, dan jaringan lemak. Insulin dalam

jaringan tersebut berfungsi membantu sintesis, penyimpanan glikogen dan

mencegah pemecahannya. Bila terjadi kekurangan ataupun kerusakan insulin

maka glikogen tidak bisa masuk dalam jaringan dan menumpuk diperedaran darah

terjadi hiperglikemia yang pada akhirnya terjadi diabetes melitus (Karam and

Forsham, 2000).

2 . Klasifikasi

Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan etiologinya dapat dilihat seperti

dibawah ini :

a. DM tipe 1 ( Diabetes Melitus Tergantung Insulin)

Diabetes tipe ini mengalami suatu bentuk defisiensi insulin absolut akibat

(26)

rusaknya sel beta pankreas menyebabkan akumulasi glukosa dan asam lemak

dalam sirkulasi yang berlebihan dengan akibat hiperosmolalitas dan

hiperketonemia. Keparahan defisiensi insulin dan keakutan timbulnya keadaan

katabolik menentukan intensitas dari kelebihan osmotik dan keton (Karam and

Forsham, 2000).

b. DM tipe 2 (Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin)

Ini merupakan tipe DM yang tidak berkaitan dengan terjadinya kerusakan

pankreas tetapi lebih pada unsur ketidakpekaan jaringan terhadap insulin.

Sehingga pasien diabetes ini tidak bergantung kepada insulin eksogen untuk

hidupnya (Karam and Forsham, 2000).

c. Diabetes melitus gestasional

Gestasional DM pada wanita terutama pada masa kehamilan yang

diakibatkan adanya intoleransi glukosa pada kehamilan. Mengetahui gejala dari

awal memudahkan dalam penatalaksanaan serta mampu mencegah berkembang

menjadi penyakit DM (Triplitt et al, 2005).

d. Tipe spesifik lain pada DM

Tipe DM ini banyak macamnya antaralain disebabkan karena terjadinya

beberapa gen yang mengalami mutasi sehingga mengakibatkan resistansi terhadap

insulin serta adanya gangguan pada reseptor insulin, gangguan genetik pada

fungsi sel beta, penyakit pada pankreas, infeksi bakteri, dan berbagai penyakit

kelainan genetik (Triplitt et al, 2005).

3. Diagnosis

(27)

dari 200 mg/dl, dan gejala klasik seperti poliuria, polidipsia, turunnya berat badan

meskipun nafsu makan normal ataupun cenderung meningkat, fatigue, dan

penglihatan kabur, gejala tersebut terjadi dalam waktu kurang lebih 4–12 minggu.

HbA1C juga dapat untuk diagnosis kadar gula darah, hiperglikemi dapat

meningkatkan kadar HbA1C. HbA1C adalah suatu produk non–enzim yang dapat

menggambarkan level gula dalam darah (Genauth, 2003).

Tabel I. American Diabetes Standard for glycemic control in Diabetes Melitus Biochemical

Index

Normal Goal Additional Action

Suggested Preprandial

glucose level

<110 80 - 120 <80

>140

Bedtime glucose level

<120 100 – 140 <100

<160

HbA1C < 6 < 7 > 8

(Triplitt et al, 2005).

4. Patogenesis

Patogenesis dari penyakit DM khususnya tipe 1 dan tipe 2 adalah

a. DM tipe 1

Diabetes melitus ini terjadi akibat adanya kerusakan pada sel beta

pankreas yang mengakibatkan insulin tidak tersekresi sesuai kebutuhan bahkan

sama sekali tidak terproduksi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan

ataupun kelainan pada sel beta pankreas antara lain:

1) faktor keturunan

2) kerusakan pada pankreas akibat penyakit ataupun virus

b. DM tipe 2

(28)

jaringan ataupun faktor lain yaitu tidak tercukupinya insulin yang diproduksi

akibat faktor cara makan dan gaya hidup yang tidak diatur. Faktor lain yang turut

diperhitungkan sebagai penyebab adanya resistensi reseptor insulin pada jaringan

yaitu obesitas dengan ditandai kenaikan BMI (Body Mass Index) dari 18 kg/m2

sampai 38 kg/m2 (Triplitt et al, 2005).

5. Prognosis

Prognosis dari penyakit ini saat tidak diobati akan dapat menimbulkan

komplikasi baik makrovaskuler maupun mikrovaskuler yang cukup banyak terkait

dengan metabolik sindrom yang mengarah pada proses terjadinya penyakit

kardiovaskuler. Pemeriksaan kadar gula darah serta HbA1C setidaknya dilakukan

minimal 2 kali dalam setahun untuk mewaspadai resiko DM (Triplitt et al, 2005).

B. Diabetes Melitus Komplikasi Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi adalah suatu penyakit meningkatnya tekanan darah arteri yang

dapat membahayakan sistem organ dan mempunyai faktor resiko terhadap

penyakit kardiosvaskuler. Menurut JNC 7 tekanan darah normal dengan batas ≤

120/80 mmHg dan terjadinya krisis hipertensi saat tekanan darah ≥ 180/120

mmHg. Hipertensi tidak dapat disembuhkan namun dapat dikendalikan (Sassen

and Carter, 2005).

Proses terjadinya DM komplikasi hipertensi adalah saat glukosa darah

naik dan tidak dapat memasuki sel maka glukosa tersebut akan masuk dalam

tubulus ginjal. Nilai ambang ginjal 180 mg/dl untuk timbulnya glukosa dalam

(29)

glukosa tidak terabsorbsi dan akan dikeluarkan dalam urin. Akibat nyata terjadi

dehidrasi sel sel jaringan.Hal tersebut akibat glukosa tidak dapat dengan mudah

difusi melalui pori pori membran sel dan naiknya tekanan osmotik dalam cairan

ekstraseluler maka terjadi perpindahan osmotik air keluar dari sel. Selain

dehidrasi seluler terjadi diuresis osmotik. Diuresis osmotik adalah efek osmotik

dari glukosa dalam tubulus ginjal yang mengurangi reabsorbsi cairan tubulus

(Guyton and Hall, 1996).

Efek keseluruhan adalah kehilangan cairan yang sangat besar dalam urin,

sehingga menyebabkan dehidrasi cairan ekstraseluler dan berlanjut dehidrasi

intraseluler, dalam tubuh volume cairan naik karena cairan tertarik keluar sel hal

tersebut merupakan salah satu penyebab terjadinya proses hipertensi pada pasien

DM (Guyton and Hall, 1996).

2.Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi JNC 7 mengelompokkan kelas hipertensi dalam

batasan di atas umur 18 tahun terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel III. Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa ( ≥ 18 tahun) Menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Darah

Sistolik (mmHg*)

Diastolik (mmHg*)

Normal ≤120 ≤ 80

Prehipertensi 120 -139 80 – 89

Stage 1 hipertensi 140-159 90 – 99

Stage 2 hipertensi ≥160 ≥ 100

(Sassen and Carter, 2005) Sistolik adalah tekanan darah dimana terukur saat sebelum kontraksi

kardiak dan menunjukkan nilai maksimal tekanan darah, sedangkan yang

dimaksud tekanan diastolik adalah tekanan yang diperoleh sesaat setelah

(30)

empat kategori, nilai normal saat sistolik ≤ 120 mmHg dan diastolik ≤ 80 mmHg, penggolongan prehipertensi yang tidak ada dalam klasifikasi WHO namun di

dalam ketentuan JNC 7 turut diperhitungkan mengingat agar pasien saat tahap

prehipertensi tersebut waspada karena sangat dimungkinkan meningkat menuju

kearah stage I dan stage II hipertensi (Sassen and Carter, 2005).

Krisis hipertensi terjadi saat tekanan darah lebih dari 180/120 mmHg,

dibedakan dalam hypertensive emergencies yang mengarah akut dan menuju pada

kerusakan organ, sedangkan hypertensive urgency tidak mengarah pada keduanya

kedua kodisi tersebut membutuhkan oral antihipertensi (Sassen and Carter, 2005).

Sedang berdasar etiologi hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai

hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial atau hipertensi

primer terjadi pada lebih dari 95% dari kasus hipertensi, hipertensi ini belum

secara pasti diketahui penyebabnya. Jenis ini terjadi akibat multi faktor meliputi

ketidaknormalan proses biokomia, genetik yang mengarah pada riwayat penyakit

kardiovaskuler dalam keluarga, dan faktor lingkungan. Ketiga faktor tadi meliputi

peningkatan aktivitas syaraf simpatik, kepekaan terhadap stress, kelebihan

produksi sodium dan vasokonstriktor (endotelin dan tromboksan), peningkatan

kepekaan terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin, obesitas, kebiasaan

merokok, peningkatan aktivitas kekurangan vasodilator seperti prostaglandin dan

nitrit oxide, dan masukan sodium dalam jangka waktu lama. Hipertensi sekunder

penyebabnya abnormalitas sistem organ tubuh, diantaranya yang sering terjadi

akibat penyakit pada perenkim ginjal, penyakit endokrin, obat–obatan, dan

(31)

3. Diagnosis

Diagnosis dan perawatan hipertensi dapat mencegah resiko penyakit

kardiovaskuler serta mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas pasien.

Pemeriksaan dini dari hipertensi meliputi pengukuran tekanan darah, pemeriksaan

organ yang beresiko terhadap hipertensi, dan memeriksa faktor yang berpengaruh

terhadap hipertensi sekunder (Oparil and Calhoun, 2003).

4. Patogenesis

Patogenesis hipertensi meliputi faktor faktor yang terkait variabel dengan

persamaan:

BP(Tekanan Darah) = CO (Curah jantung) X TPR (Tahanan Perifer)

Tabel IV. Patogenesis Mekanisme Potensial

Preload meningkat

™ Volume cairan meningkat kr asupan Na +++ atau retensi renal karena Σnefron ↓ atau GFR↓ Cardiac output

meningkat

Konstriksi Vena

™ Stimulasi RAAS berlebihan

™ Sistem saraf simpatis terlalu aktif

Konstriksi vaskular

™ Stimulasi RAAS berlebihan

™ Sistem saraf simpatis terlalu aktif

™ Perubahan genetik membran sel

™ Faktor karena endotel Resistensi perifer meningkat

Hipertropi vaskular

™ Stimulasi RAAS berlebihan

™ Sistem saraf simpatis terlalu aktif

™ Perubahan genetik membran sel

™ Faktor karena endotel

™ Hiperinsulinemia karena obesitas atau metabolik sindrom

(Sassen and Carter, 2005)

5. Prognosis

(32)

TDnya seiring pertambahan umur. Hipertensi yg tidak diobati risiko mortalitas

tinggi disebut silent killer (Anonim, 2002).

6. Penatalaksanaan DM Komplikasi Hipertensi

Tujuan utama terapi dari penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi

adalah mengurangi resiko komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler,

memperbaiki gejala yang sudah muncul, mengurangi angka kematian, dan

meningkatkan kualitas hidup pasien (Triplitt et al, 2005).

Sasaran terapi DM komplikasi hipertensi adalah memperlambat proses

berkembangnya resiko kardiovaskuler dengan cara sebagai berikut :

a. Pengaturan kadar glukosa darah mendekati normal yaitu

1) HbA1C < 7%

2) Kadar gula sewaktu 90 – 130 mg/dl

3) Kadar gula sesudah makan <180 mg/dl

b. Menurunkan tekanan darah dibawah angka 130/80 mmHg

c. Kadar Lipid

1) LDL <100 mg/dl

2) Trigliserida < 150 mg/dl

3) HDL >40 mg/dl (Anonim, 2005).

Strategi terapi dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi non farmakologi dan

terapi farmakologi dengan penggunaan obat antihipertensi oral.

a.Terapi non-farmakologi

Terapi ini dilakukan tanpa penggunaan obat antihipertensi namun tetap

(33)

kardiovaskuler. Terapi dimulai dengan cara perubahan gaya hidup tidak sehat

yang selama ini dijalani. Hal utama yang dapat dilakukan antara lain:

1)Pengurangan berat badan

Idealnya adalah mempertahankan Body Mass Index antara 18,5 sampai

dengan 24,9 kg/m2. Dengan pengurangan berat badan dapat menurunkan tekanan

darah serta mencegah metabolik sindrom, resistensi insulin pada jaringan yang

mengarah pada terjadinya hipertensi dan penyakit kardiovaskuler. Pengurangan

berat badan dapat disertai diet tinggi sayuran dan buah.

2) Pengurangan natrium

Pengurangan ini terbukti dapat menurunkan tekanan darah dapat ditempuh

dengan jalan terutama mengurangi produk daging olahan, garam meja.

3) Tidak mengkonsumsi alkohol dan merokok yang berisiko tinggi terhadap

kardiovaskuler.

4) Aktivitas fisik yang teratur

b. Terapi Farmakologi

1) Terapi farmakologi untuk hipertensi

Sasaran yang ingin dicapai terutama adalah pencapaian tekanan darah

130/80mmHg, untuk itu terapi utama dengan penggunaan obat antihipertensi yaitu

penghambat ACE dan penggunaan ARBs. Kedua obat tersebut terbukti

mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler serta mencegah adanya resiko gagal

ginjal. Terapi dapat pula ditambahkan thiasid diuretik, serta obat anti hipertensi

(34)

a) First line Therapy

Obat yang digunakan sebagai First line Therapy dalam DM komplikasi

hipertensi menurut standar yang dikeluarkan American Diabetes Association

meliputi golongan obat yang ada dibawah ini.

(1) Penghambat ACE

Mekanisme kerja penghambat ACE sebagai terapi utama DM komplikasi

hipertensi, menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga

mengakibatkan dilatasi perifer dan mengurangi resistensi perifer yang efeknya

dapat menurunkan tekanan darah. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor

yang kuat mampu meningkatkan eksresi dari aldosteron, dengan aldosteron yang

jumlahnya kecil mengakibatkan juga adanya retensi air dan sodium, hingga

menurunkan tekanan darah.

Penghambat ACE meliputi kaptopril, enalapril, lisinopril. Penghambat

ACE dengan tiazid dapat dipakai saat β-blocker dan diuretik tidak aktif.

Penghambat ACE berinteraksi saat bersamaan dangan obat kardiovaskuler dapat

menyebabkan hipotensi, dengan β blocker dapat keracunan litium. Penggunaan

bersama potasium mengakibatkan hiperkalemia dapat terjadi, selain itu bila

dipakai dengan Non Steroid Anti Inflamatory Drug (NSAID) dapat menurunkan

efek dari penghambat ACE (Rudnick, 2001).

(2) Angiotensin Receptor Blocker (ARBs)

Angiotensin dihasilkan melalui 2 jalur yaitu Renin Angiostensin

Aldosteron System (RAAS) yang dihambat dengan ACEI serta melalui enzim

(35)

Namun belum pasti akibat perbedaan mekanisme kerja kedua jenis obat tersebut

terhadap efek obatnya.

Efek dari ARBs antara lain menghambat angiotensin II yang berperan

dalam vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivitas syaraf simpatik, pelepasan

antidiuretik hormon, dan konstriksi arteri pada glomerolus. Efek samping serta

interaksi obat dari ARBs hampir serupa dengan ACEI (Sassen and Carter,2005).

Gambar 2. Mekanisme Dan SasaranObat Antihipertensi :Penghambat ACE, ARBs, β-Blocker

b) Second Line Therapy

(1) Diuretik

Mekanisme kerja dari diuretik mengekskresikan air dan elektrolit melalui

ginjal. Akibat dari hal tersebut terjadi pengurangan terhadap sirkulasi volume

darah, mengurangi kardiak output. Interaksi obat jika diminum dapat

meningkatkan kadar glukosa darah, penggunaan bersama kortikosteroid, atau

kortikotropin, serta ampoterisin dapat mengakibatkan hipokalemia, NSAID juga

(36)

(2) β–blocker

Mampu menghalangi beta adrenergik reseptor sehingga efeknya

mengurangi kontraksi jantung. Interaksi obat jika dipakai bersama dengan

phenitoin meningkatkan efek antihipertensi, verapramil menekan jantung efek

hipotensi, pemakaian dengan sulfonilurea mengurangi efek dari sulfonilurea.

(3) Calcium Channel Blocker (CCB)

Mekanisme obat ini meningkatkan suplai oksigen terhadap miokardial,

menurunkan detak jantung CCB menangkal kalsium yang masuk, kalsium tidak

dapat masuk maka mengakibatkan dilatasi.

(4) Obat Simpatolitik

Obat yang digunakan untuk menekan tekanan darah dengan menekan

syaraf simpatik akibatnya mengurangi kardiak output dan mengurangi tekanan

darah seperti obat yang bekerja sentral klonidin termasuk α–blocker, α+β-blocker yaiotu labetolol, dan norepinefrin. Interaksi obat penggunaan klonidin dengan

antidepresan trisiklik meningkatkan tekanan darah, penggunaan klonidin dengan

obat depresan Central Nervous System (CNS) menurunkan efek dari CNS

depresan.

(5)Vasodilator

Obat ini bekerja bertujuan untuk menurunkan tekanan sistolik dan

diastolik. Kerja dari vasodilator ini pada arteri, vena, ataupun keduanya. Obat ini

meliputi hydralazine hydrochloride, minoxidil, nitropusside sodium, minoxidil dan

hydralazine digunakan merawat hipertensi yang resistan, dioxide dan

(37)

2) Terapi farmakologi untuk penurunan glukosa darah

Dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan insulin dan obat antidiabetika oral.

a) Insulin

Insulin biasa digunakan pada DM tipe 1 dan tidak efektif jika diberikan

secara oral karena didalam gastrointestinal insulin dalam bentuk protein pecah dan

rusak sebelum lewat peredaran darah untuk didistribusikan, jadi harus diberikan

secara subkutan ataupun secara intravena. Insulin dapat pula digunakan pada DM

tipe 2 dengan ketentuan sebagai berikut :

(1) Saat terapi untuk DM tipe 2 gagal atau terjadi kontraindikasi karena masa

kehamilan ataupun hipersensitif.

(2) Penggunaan saat kadar glukosa naik akibat stress ataupun infeksi, serta akibat

pembedahan.

Klasifikasi insulin berdasar lama masa kerja obat disajikan dalam tabel :

Tabel II. Klasifikasi Insulin secara Sub-kutan berdasar lama kerja

Type of Insulin Onset (hour) Peaks (hour)

Duration (hour)

Maximum Duration (hour)

Mekanisme kerja insulin mengubah glukosa menjadi glikogen,

meningkatkan sintesis protein dan lemak, memperlambat pemecahan glikogen,

protein dan lemak, menyeimbangkan cairan dan elektrolit dalam tubuh (Rudnick,

(38)

b) Obat Antidiabetika Oral

Obat antidibetika oral adalah obat yang digunakan untuk mengatasi

keadaan kadar glukosa darah yang tinggi akibat adanya ketidakberesan didalam

sistem kerja insulin, dipercaya mempunyai sistem kerja ganda di dalam dan di

luar pankreas, efek di dalam pankreas yaitu mampu menstimulasi pankreas agar

mengeluarkan insulin dengan seminimal mungkin kerja dari pankreas dan efek

diluar pankreas yaitu mampu menstabilkan kadar glukosa darah (Rudnick, 2001).

Gambar 1. Mekanisme dan sasaran obat Antidiabetika Oral

Obat oral untuk DM komplikasi hipertensi untuk memperoleh efek yang

maksimal penggunaan metformin dan thiazolidin terbukti dapat mengendalikan

kenaikan kadar glukosa darah dengan mekanisme peningkatan sensitivitas

reseptor insulin serta dapat menurunkan tekanan darah (Zenella, Kohlman, and

(39)

C. Drug Related Problems (DRP), atau Masalah – masalah yang Berkaitan dengan Pemakaian Obat.

Drug Related Problems (DRP) masalah masalah yang berkaitan dengan

pemakaian obat atau sering dikatakan Drug Therapy Problem (DTP) adalah

permasalahan yang sering muncul didalam farmasi klinis atau kejadian yang tidak

diharapkan dialami pasien selama proses terapi dengan obat dan secara aktual

maupun potensial bersamaan dengan outcome yang diharapkan (Cipolle, 1998).

Masalah yang muncul dalam cakupan DRP adalah sebagai berikut:

1. Indikasi yang tidak mendapat obat

Indikasi tidak mendapat obat adalah suatu kondisi baru dimana pasien

tidak mendapat obat, kondisi kronis yang membutuhkan kelanjutan terapi, kondisi

yang membutuhkan kombinasi obat, dan kondisi membutuhkan obat untuk

pencegahan saat ada efek samping.

2. Pilihan obat yang tidak tepat

Hal tersebut meliputi obat yang tidak efektif (kurang sesuai dengan

indikasinya), pasien mempunyai alergi terhadap obat tersebut, obat yang diberikan

mempunyai kontraindikasi dengan obat lain yang dibutuhkan, efektif tapi bukan

yang paling murah, efektif tapi bukan yang paling aman, dan antibiotika yang

resisten terhadap infeksi pasien.

3. Dosis terlalu rendah

Obat dikatakan terlalu rendah dosisnya apabila dosis yang diberikan

terlalu rendah untuk memberikan efek, kadar obat berada dibawah dosis efektif,

pemberian terlalu awal, administrasi obat terlalu cepat sehingga kadar obat dalam

(40)

4. Dosis terlalu tinggi

Obat dikategorikan terlalu tinggi dosisnya apabila kadar serumnya tinggi,

dosisnya terlalu cepat dinaikkan, terjadi akumulasi obat karena penyakit kronis,

dan interval dosis yang berlebihan.

5. Gagal menerima obat

Gagal menerima obat jika pasien tidak menerima obat sesuai regimen

karena adanya medication error, ketidaktaatan pasien, harga obat mahal, pasien

kurang memahami pentingnya obat tersebut, dan adanya pengaruh keyakinan.

6. Efek samping obat

Dikatakan efek samping obat apabila obat yang diberikan pada kecepatan

yang terlalu tinggi, ada alergi, ada faktor resiko, ada interaksi dengan obat lain,

dengan makanan, dan hasil laboratorium berubah karena adanya obat.

7. Obat tanpa Indikasi

Obat tanpa indikasi dapat diartikan jika obat yang diberikan tidak sesuai

dengan indikasi pada saat itu, penyembuhan yang dilakukan dengan non drug

therapy, pemakaian obat kombinasi yang seharusnya tidak dilakukan, dan

meminum obat untuk mencegah efek samping obat lain yang seharusnya dapat

dihindarkan.

D. Keterangan Empiris

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih periode

tahun 2005. Dari hasil penelitian juga bisa diketahui mengenai kemungkinan

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non-eksperimental observasional

dengan rancangan penelitian deskriptif evaluatif retrospektif. Disebut rancangan

non–eksperimental observasional karena subjek uji diamati tanpa mendapat

perlakuan terlebih dahulu. Rancangan deskriptif evaluatif, deskriptif karena

memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan dengan sejelas mungkin

dengan mengamati fenomena kesehatan yang terjadi (kountur, 2003). Evaluasi

dilakukan terhadap penatalaksanaan DM komplikasi hipertensi di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta (RSPR). Evaluasi dilakukan dengan membandingkan

dengan standar dari American Diabetes Association (ADA) karena RSPR belum

mengeluarkan standar dalam penatalaksanaannya Retrospektif sendiri adalah

penelusuran data masa lalu pasien dari catatan rekam medis yang diperoleh dari

unit rekam medis Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

B. Definisi Operasional

1. Pasien diabetes melitus adalah pasien dengan komplikasi hipertensi yang

menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada periode

tahun 2005.

2. Jenis diabetes melitus adalah klasifikasi jenis diabetes melitus berdasarkan

kelompok diagnosis, yaitu diabetes melitus tipe 1 (tergantung insulin)dan

diabetes melitus tipe 2 (tidak tergantung insulin).

(42)

3. Kategori pasien diabetes melitus adalah pasien dengan gula darah saat puasa

adalah >126mg/dl dan kadar gula darah sewaktu adalah >200mg/dl.

4. Pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi adalah suatu keadaan dimana

terjadi resistensi insulin dijaringan yang menyebabkan glukosa tidak dapat

masuk ke jaringan sehingga kadar glukosa darah meningkat mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

5. Hipertensi menurut JNC VII dimana tekanan darah ≥140/90 mmHg sedangkan

tekanan darah normal ≤ 120/80mmHg.

6. Tekanan Darah masuk adalah tekanan saat pengukuran pertama pasien masuk

rawat inap RSPR.

7. Tekanan darah keluar adalah tekanan darah saat pengukuran sebelum pasien

keluar rawat inap dari RSPR.

8. Pasien rawat inap diabetes melitus komplikasi hipertensi yaitu pasien yang

menjalani perawatan di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta, dikarenakan kadar gula darah yang sudah melebihi batas atau

sudah tidak terkontrol dengan obat hipoglikemik oral sehingga diperlukan

adanya pengawasan dan pemantauan secara berkala dari tenaga medis yang

bersangkutan, dan pada umumya terdapat komplikasi dengan hipertensi.

9. Kelas terapi obat adalah kelompok besar obat yang terdiri dari beberapa

golongan obat yang memiliki sasaran pengobatan yang sama, misalnya kelas

terapi obat untuk sistem kardiovaskuler, terdiri dari golongan obat

(43)

10.Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan efek terapi dari setiap kelas

terapi yang diberikan untuk pasien. Misalnya golongan obat hipoglikemik,

antipiretik, golongan antihipertensi.

11.Jenis obat adalah nama generik obat pada peresepan pasien rawat inap dalam

satu kali periode pengobatan.

12.Data yang diperoleh dihitung dengan cara jumlah kasus yang ada dibagi

jumlah pasien (n=30) dikalikan seratus persen. Penghitungan ini digunakan

dalam menghitung jenis kelamin, umur pasien, kelas terapi obat, golongan

obat, komplikasi, penyakit penyerta dan outcome therapy, profil tekanan

darah.

13. Outcome therapy adalah keadaan dimana pasien pulang dari rumah sakit setelah menjalani terapi dilihat kondisi saat masuk dan keluar, lama tinggal di

rumah sakit , serta segala alasan pasien keluar dari rumah sakit.

14. Drug Related Problems (DRPs) atau sering dikatakan Drug Therapy Problem

(DTP) adalah permasalahan yang sering muncul didalam farmasi klinis atau

kejadian yang tidak diharapkan dialami pasien selama proses terapi dengan

obat dan secara aktual maupun potensial bersamaan dengan outcome yang

diharapkan.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diambil adalah 30 kasus dari 89 total populasi

pasien rawat inap diabetes melitus komplikasi hipertensi di RS Panti Rapih

Yogyakarta tahun 2005. Pengambilan besarnya sampel berdasar ketentuan

(44)

total populasi (cit Danapriatna dan Setiawan, 2005) jumlah sampel sudah

memenuhi jumlah minimal sampel yang ditentukan untuk menggambarkan

fenomena yang diamati. Penagmbilan sampel sebanyak 30 kasus dilakukan secara

random.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medis yang

diambil dari data pasien rawat inap diabetes melitus komplikasi hipertensi di RS

Panti Rapih Yogyakarta.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi dilakukan di

RS.Panti Rapih Yogyakarta dengan melihat catatan rekam medis dari pasien DM

komplikasi hipertensi tahun 2005.

F. Tata Cara Penelitian

Dalam tahap tata cara penelitian ada 3 tahapan yang harus dijalani tahap

perencanaan, tahap pengambilan data, serta tahap penyelesaian data.

1. Tahap perencanaan

Pada tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang

diperlukan dalam penelitian ini. Setelah proses tersebut dapat diperoleh informasi

dari unit rekam medis RS Panti Rapih dengan melihat pola penyebaran penyakit

diabetes melitus komplikasi hipertensi selama tahun 2005. Dari data tersebut kita

dapat mengetahui jumlah pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi yang

(45)

dilakukan secara random untuk mewakili total populasi keseluruhan pasien DM

komplikasi hipertensi.

2.Tahap Pengambilan Data

Tahap pengambilan data ini terdiri dari 3 tahap sebagai berikut :

a.Proses penelusuran data

Berdasar catatan dari unit rekam medis diperoleh data bahwa penderita

DM komplikasi hipertensi terdapat 89 pasien dengan diambil sampel yang

mewakili secara random diambil sebanyak 30 pasien. Dari catatan rekam medis

tersebut mulai dicatat data yang diperlukan, bagi pasien yang rawat inap kembali

rekam medis tidak dapat dipinjamkan untuk sementara.

b. Proses pengumpulan data

Dimulai dengan melihat medical record dari pasien diabetes melitus

komplikasi hipertensi. Data yang diambil meliputi data pasien yang memuat

nama, umur jenis kelamin, kelas terapi, keluhan utama, diagnosis, riwayat

penyakit, jenis obat, jumlah obat, dosis obat, lama tinggal, tekanan darah saat

masuk sampai dengan keadaan pulangnya pasien atau outcome therapy. c. Proses pengolahan data

Medical record yang telah dilihat datanya dituliskan kembali dalam bentuk tabel yaitu meliputi tabel tentang golongan dan jenis obat, dosis obat serta

tanggal pemberian obat, data klinis laboratorium pasien diabetes melitus dengan

komplikasi hipertensi, tanda vital, kondisi klinis dan golongan serta jenis obat

yang diberikan pada pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi dan kemajuan

(46)

untuk analisis Drug Related Problem disajikan sama yang telah dikemukakan diatas, akan tetapi lebih mengkhususkan pada penggunaan obat DM serta obat

hipertensi.

3. Tahap penyelesaian Data

Data yang diperoleh dari tabulasi dievaluasi secara deskriptif eksploratif

mengenai drug related problem–nya. Data berdasarkan pencatatan rekam medik

tersebut dievaluasi kerasionalannya secara deskriptif-eksploratif mengenai drug related problems-nya. Dengan melihat drug related problems yang terjadi selama proses terapi dapat diketahui indikasi tidak mendapat obat, salah pilihan obat,

dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, gagal menerima obat, efek samping obat,

dan obat tanpa indikasi pada masing masing pasien. Data yang telah diperoleh

tersebut kemudian dibandingkan dengan standar pengobatan untuk DM

komplikasi hipertensi, kemudian data dievaluasi secara kasus per kasus.

G. Kesulitan Penelitian

Kesulitan selama penelitian antara lain kurangnya pengalaman didalam

membaca lembar rekam medis terhadap data yang tercatat. Selain hal tersebut

lembar rekam medis kadang tidak ada karena pasien rawat inap kembali dirumah

sakit pada saat pengambilan data sehingga harus menunggu sampai lembar

tersebut kembali.

H. Analisis Hasil

Analisis hasil mulai dapat dilakukan dengan melihat pasien DM komplikasi

hipertensi meliputi umur, jenis kelamin, komplikasi, penyakit penyerta, tahap

(47)

1. Umur pasien dikelompokkan dalam 6 kelompok umur yaitu kelompok

umur 35 – 44, 45 – 54, 55- 64, 65- 74, 75 – 84, 85 – 94 tahun.

2. Komplikasi dan penyakit penyerta DM komplikasi hipertensi.

3. Tahap hipertensi saat pasien masuk.

4. Obat obat yang digunakan dikelompokkan dalam kelas terapi obat,

golongan obat, dan jenis obat. Pengelompokkan mengikuti pembagian

obat berdasar Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) 2000

(Anonim, 2000).

5. Perhitungan data di atas dengan cara jumlah kasus dibagi sampel (n = 30)

kemudian dikali seratus persen.

6. Analisis DRP dari kasus DM komplikasi hipertensi dikhususkan pada

penggunaan obat DM dan obat antihipertensi yang dibandingkan dengan

standar atau guideline yang ada. Evaluasi dilakukan kasus perkasus, kasus

yang dibahas dari 30 kasus terdapat 8 kasus yang bermasalah DRP dilihat

dari terapi obat antidiabetika oral serta antihipertensi yang dipakai. Kasus

tersebut dibandingkan dengan suatu standar yaitu American Diabetes

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Berdasar Kelompok Umur

Dari data yang diperoleh penderita DM komplikasi Hipertensi dibagi

berdasar 6 kelompok umur. Menurut tabel urutan yang diperoleh penderita paling

banyak terdapat dalam kategori umur 55–64 tahun yaitu sebanyak 36,67%,

dikarenakan saat kelompok umur tersebut adalah puncak munculnya komplikasi

dalam fase riwayat DM.

Berdasar teori yang mendasari DM tipe 2 umumnya mulai tampak pada

umur 40 tahun dan munculnya komplikasi setelah memasuki 10 tahun menderita

DM. Teori lain menyebutkan bahwa angka harapan hidup di Indonesia sampai 70

tahun, kemungkinan sedikitnya pasien diatas kelompok umur tersebut karena

sudah banyak pasien DM yang tidak bertahan atau meninggal.

3.3

3

%

3.3

3

%

36

.67

%

26.

67%

20

.00

%

10

%

35 - 44 tahun

45 - 54 tahun

55 - 64 tahun

65 - 74tahun

75 - 84 tahun

85 - 94 tahun

Gambar 3. Diagram Prosentase Pasien DM Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

(49)

2. Berdasar Jenis Kelamin

Dari data yang diperoleh jumlah pasien berdasar jenis kelamin

pada pasien DM komplikasi hipertensi pada jenis kelamin pria sebanyak 36,67%

sedang pada jenis kelamin wanita sebanyak 63,33%. Namun data tersebut belum

cukup mendukung bahwa penyakit DM lebih sering terjadi pada wanita, hanya

saja memang kita ketahui bahwa jumlah populasi wanita lebih banyak dibanding

pada pria, dan pada umumnya wanita khususnya di Indonesia banyak yang tidak

bekerja atau sebagai ibu rumah tangga hal tersebut memungkinkan kurang

aktivitas dan berakibat pada obesitas yang mengarah pada DM, hal tersebut

didukung teori adanya resistensi reseptor insulin pada jaringan terkait dengan

obesitas dengan ditandai kenaikan BMI (Body Mass Index) dari 18 kg/m2 sampai

38 kg/m2 (Triplitt et al, 2005). Faktor yang lebih spesifik mengenai DM

komplikasi hipertensi yang lebih banyak terjadi pada wanita yaitu adanya DM

pada masa kehamilan atau gestasional yang apabila tidak tertangani dapat

berlanjut kearah DM, timbulnya DM gestasional tersebut karena pola makan saat

hamil tidak terjaga dan cenderung berlebihan mengakibatkan berkembang

menjadi DM.

36.67%

63.33%

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%

1

Jenis kelamin

Laki - laki

Perem puan

(50)

3. Berdasar Komplikasi

Komplikasi penyerta adalah penyakit yang menyertai DM komplikasi

hipertensi terkait dengan komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler.

Komplikasi ini muncul seiring dengan kondisi pasien yang semakin parah atau

ketika pasien tidak menyadari gejala awal penyakit DM gejala ini bisa dipakai

dalam melihat tingkat keparahan dari DM komplikasi hipertensi. Prosentase

penyakit yang terjadi paling banyak adalah strok yaitu sebanyak 9 kasus atau

sekitar 30%, strok sendiri merupakan lanjutan dari hipertensi yang parah sehingga

menyebabkan adanya sumbatan darah pada organ tertentu bila terjadi pada otak

dapat berakibat kelumpuhan bahkan kematian. Komplikasi penyerta yang lain

dapat dilihat prosentasenya didalam tabel berikut :

6.67%

3.33%

6.67% 3.33%

3.33% 3.33%

30.00%

stroke

infark miokard

ulkus

ganggren

neuropati

neufropati

infeksi

Gambar 5. Diagram jenis komplikasi lainPasienDM komplikasi Hipertensi Tahun 2005 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

4. Berdasar Penyakit Penyerta

Penyakit penyerta dalah penyakit yang menyertai perjalanan penyakit DM

(51)

mikrovaskuler. Penyakit ini dapat timbul akibat dari virus luar ataupun efek

samping obat yang dipakai selama masa perawatan. Penyakit yang muncul ini

juga mempengaruhi kelas terapi obat yang dipakai. Dari data penyakit penyerta

yang muncul paling banyak adalah pusing sebanyak 26,67% penyakit tersebut

muncul terkait dengan gejala tekanan darah yang naik umumnya disertai pusing.

Prosentase penyakit lainnya dapat dilihat pada gambar :

6.

Gambar 6. Prosentase Penyakit Penyerta Pasien DM komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

5. Gambaran tingkatan tekanan darah pasien masuk

Gambaran tingkatan tekanan darah pasien saat masuk perawatan di Rumah

Sakit Panti Rapih dapat dilihat dalam ganbar dibawah ini. Dari diagram diperoleh

gambaran bahwa tekanan darah pasien yang masuk mempunyai prosentase

terbesar adalah hipertensi stage II dengan total prosentase 36,67%. Pasien DM

(52)

memasuki tahap pre-hipertensi semakin tinggi tingkatan hipertensinya perlu

diberikan kombinasi obat oral antihipertensi. Tujuan terapi untuk DM komplikasi

hipertensi yaitu menurunkan tekanan darah kurang dari 130/80 mmHg.

NORM AL, 16.67%

PRE HIPERTENSI,

16.67%

HIPERTENSI STAGE I,

20.00% HIPERTENSI

STAGE II, 36.67%

NORMAL

PRE HIPERTENSI

HIPERTENSI STAGE I HIPERTENSI STAGE II

Gambar 7. Tahap Hipertensi Pasien DM Masuk di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

B. Profil Pengobatan

1. Kelas Terapi

Kelas terapi obat adalah banyaknya jenis obat yang diterima oleh pasien

dalam periode pengobatannya, baik obat antidiabetika oral maupun obat lain yang

digunakan bersamaan untuk mengobati penyakit penyerta ataupun komplikasi

yang ada. Dari diagram dibawah kita dapat melihat ada 11 kelas terapi

penggunaan obat hormonal terutama obat antidiabetika oral paling tinggi

prosentasenya 96,67%, hal tersebut terkait dengan penanganan hiperglikemi yang

terjadi pada pasien DM. Urutan kedua adalah obat kardiovaskuler 66,67% obat ini

memiliki prosentase yang cukup tinggi juga mengingat penggunaan obat

antihipertensi didalam menurunkan tekanan darah pasien serta obatkardiovaskuler

(53)

Kelas terapi obat lain turut dipergunakan untuk mencegah komplikasi serta

penyakit penyerta yang ada. Khusus untuk kelas terapi obat lain memuat obat

kulit dan mata pada diagram penyakit penyerta memang tidak disertakan penyakit

penyerta yang terkait mata dan kulit namun kita ketahui bahwa DM terutama

komplikasi retinopati berpengaruh pada mata, serta komplikasi lain seperti

ganggren dan ulkus tentunya dapat menimbulkan masalah pada kulit.

96.

obat gizi dan darah Hipertensi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005

2. Golongan Obat

a. Obat Hormonal

Obat antidibetika oral adalah obat yang digunakan untuk mengatasi

keadaan kadar glukosa darah yang tinggi akibat adanya ketidakberesan didalam

(54)

ke jaringan sebagai cadangan makanan. Obat antidiabetika oral dipercaya

mempunyai sistem kerja ganda di dalam dan di luar pankreas, efek di dalam

pankreas yaitu mampu menstimulasi pankreas agar mengeluarkan insulin dengan

seminimal mungkin kerja dari pankreas dan efek di luar pankreas yaitu mampu

menstabilkan kadar glukosa darah (Rudnick, 2001).

Obat yang mempunyai prosentase tertinggi dari pemakaian obat

antidiabetika oral adalah golongan sulfonilurea di dalam penatalaksanaan DM,

sulfonilurea mempunyai mekanisme memacu sekresi insulin untuk pengatasan

keadaan hiperglikemia karena jumlah insulin yang ada dalam jaringan tidak

tercukupi.

Tabel V. Prosentase Penggunaan Obat Hormonal Pasien DM Komplikasi Hipertensidi RSPR Tahun 2005

NO GOL. OBAT

KELOMPOK NAMA GENERIK

NAMA DAGANG

∑ PROSEN TASE (%)

1 Insulin - - - 11 36,67

glikazid Diamicron 10 33, 33

Glucovance 2 6, 67 glibenklamid

Diabenese 1 3, 33 glipizid Glucotrol 2 6, 67

glikuidon Glurenorm 1 3, 32 Sulfonilurea

glimepirid Amaryl 5 16, 67 Metformin 2 6, 67

Glucophage 3 10 Biguanid metformin

Diabex 2 6, 67

Miglinitida repaglinid Novonomin 2 6, 67 2 Obat

antidiabetika oral

Thiazolidine pioglitazone Actos 2 6, 67

b. Obat Kardiovaskuler

(55)

komplikasi hipertensi yang tidak tertangani dengan baik mengarah pada Coronary vascular disease (CVD), seperti diterangkan diatas pada penderita DM komplikasi hipertensi darah terlalu kental akibat tingginya kadar gula yang terdapat

didalamnya sehingga mengakibatkan adanya penyempitan pada pembuluh darah

koroner serta jantung tentunya bekerja lebih keras, akibat dari hal tersebut

mengakibatkan otot jantung lemah, penderita mengalami iskemia bahkan sebagian

otot jantung mati karena kekurangan oksigen yang dapat memacu pula timbulnya

angina.

Obat antihipertensi dibutuhkan di dalam penanganan DM komplikasi

hipertensi, hal tersebut berfungsi didalam penurunan tekanan darah dan bahaya

metabolit sindrom yang akhirnya menjadi penyakit jantung koroner jika tidak

tertangani dengan baik. Obat yang dipergunakan dalam penatalaksanaan proses

terapi dalam rekomendasi American Diabetes Association(ADA)pengobatan DM

komplikasi hipertensi rekomendasi utamanya adalah golongan penghambat ACE

dan ARBs untuk mencapai tekanan darah 130/80 mmHg yang harus dicapai pada

pasien DM komplikasi hipertensi. Dapat ditambahkan thiazid diuretik, pilihan

obat bagi ibu hamil dapat digunakan methyldopa, labetolol, diltiazem, klonidin,

dan prazosin.

Dari tabel di atas penggunaan obat antihipertensi paling tinggi

prosentasinya pada golongan penghambat ACE terutama kaptopril 36,67%

kemudian ramipril 26,67%, baru golongan antagonis kalsium yaitu amilodipin

sebanyak 16,67%. Penggunaan obat antilipidemikum terutama golongan statin

(56)

HMG CoA reduktase, yakni enzim pada sintesis kolesterol, terutama dalam hati,

efektif dalam menurunkan kolesterol–Low Density Lipid (LDL), sedang golongan klofibrat mempunyai spektrum luas dapat mengurangi trigliserida, LDL, dan

menaikkan High Density Lipid (HDL).

Antiangina digunakan untuk mencegah serangan akut angina pectoris dan mencegah nyeri dada saat istirahat. Antagonis kalsium mampu memperkecil

jumlah kalsium dalam sel yang berefek vasodilatasi pada pembuluh darah,

mengurangi kontraksi otot jantung. Senyawa nitrat bekerja merelaksasi otot polos

pembuluh vena, tanpa bergantung pada sistem persyarafan miokardium. Diuretik

turut digunakan digunakan untuk mengurangi edema akibat gagal jantung dan

pada dosis rendah mampu menrunkan tekanan darah. Golongan tiazid bekerja

dengan cara menghambat reabsorpsi natrium pada tubulus distal, sedang golongan

kuat mampu menghambat reabsorbsi cairan pada “loop” henle dam tubulus

ginjal.

Obat sistem koagulasi darah yang prosentasenya tinggi digunakan adalah

hemostiptikum obat ini penggunaannya tinggi untuk mengatasi pendarahan yang

timbul baik akibat luka ataupun pendarahan paska operasi. Terutama pada pasien

DM proses pembekuan darah dapat berlangsung lama karena tingginya kadar gula

didalam darah sehingga darah lebih kental namun sukar membeku. Antiplatelet

bekerja dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat

terjadinya pembentukan trombus pada sirkulasi arteri. Proses kerja dari obat

tersebut terbukti mampu mencegah penyakit serebrovaskuler atau kardiovaskuler

Gambar

Tabel XXIV.  Ringkasan DRP( Drug Related Problem)………………………..56
Gambar 2. Mekanisme dan Sasaran Obat Antidiabetika Oral…………………20
Tabel I. American Diabetes Standard for glycemic control in Diabetes Melitus
Tabel III.  Klasifikasi  Tekanan  Darah Dewasa ( ≥ 18 tahun) Menurut JNC 7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seleksi massa (dalam pemuliaan tanaman) atau seleksi individu (dalam pemuliaan hewan) adalah salah satu metode seleksi yang tertua untuk memilih bahan tanam yang

[r]

68/MPP/Kep/2/2003 Penjualan local produk tissue yang dilakukan antar pulau tidak termasuk dalam kelompok produk yang wajib PKAPT. Tidak

Hal inilah yang melatarbelakangi Penulis untuk melakukan Penulisan Hukum dengan judul “ Pelaksanaan Kewenangan atas Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio bagi

Pedoman Teknis Evaluasi Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (selanjutnya disebut Pedoman Teknis E-KKP3K), disusun

Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh perusahaan (terutama pendapatan yang timbul dari penjualan barang atau jasa dikurangi biaya yang diperlukan

Pembuatan permen soba dengan penambahan rumput laut Eucheuma cottonii merupakan penelitian utama dengan perlakuan penambahan rumput laut Eucheuma cottonii 30%, 40%

Philips, TBK Surabaya Berdasarkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya dengan Analisis Profil Multivariate , sedangkan pada penelitian ini membahas tentang kepuasan kerja