• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tenten Tedjaningsih Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tenten Tedjaningsih Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

KERAGAAN AGROINDUSTRI YOGHURT DENGAN PENDEKATAN SISTEM AGRIBISNIS

Destry Deriani

Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi tdes45@yahoo.co.id

Tenten Tedjaningsih

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi tenten_ks@yahoo.co.id

Betty Rofatin

Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi bettyrofatin@yahooo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Panyingkiran Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Keragaan agroindustri Yoghurt dilihat dari pendekatan sistem agribisnis, titik impas nilai penjualan dan volume produksi pada usaha agroindustri yoghurt, perubahan titik impas apabila terjadi perubahan harga input dan harga output usaha agroindustri yoghurt. Metode penelitian menggunakan metode studi kasus pada perusahaan CV. ELSA di Kota Tasikmalaya. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan perusahaan tersebut paling banyak memproduksi dan kontinu.

Hasil penelitian menunjukan bahwa agroindustri yoghurt CV. ELSA memperoleh bahan baku susu segar dari kelompok peternak di Kabubaten Tasikmalaya, sedangkan bahan penolong berasal dari pedagang yang ada di Kota Tasikmalaya. Pengadaan bahan baku dan bahan penolong secara transaksional. Pengolahan yang dilakukan terdiri dari (1) seleksi yang dilakukan pada bahan baku, gula pasir dan kolang kaling; (2) Proses pembuatan yoghurt terdiri dari pembuatan yoghurt, dan pemasakan kolang kaling; (3) Pengemasan yang dilakukan terdiri dari dua kali pengemasan. Pemasaran yang dilakukan selain dalam Kota Tasikmalaya dengan melalui sales, juga sampai luar Kota Tasikmalaya. Pemasaran luar Kota Tasikmalaya melalui sub agen dan pedagang pengecer. Perbankan sangat berperan dalam membantu mengembangkan perusahaan agroindustri yoghurt CV. ELSA. Nilai penjualan yang diterima selama satu minggu sebesar Rp. 30.240.000,00 dengan volume produksi sebanyak 4.800 kemasan besar. Titik impas nilai jual dalam satu minggu sebesar Rp. 2.625.755,26 dengan volume sebesar 273,5 liter atau 547 kemasan besar. Biaya input mengalami kenaikan sebesar 7,7 persen sehingga titik impas mengalami kenaikan sebesar 12,4 persen atau Rp. 2.952.137,244 dengan volume produksi naik sekitar 12,4 persen yaitu 307,5 liter atau 615 kemasan besar.

(2)

2

ABSTRACT

This research was conducted in the Panyingkiran Indihiang Tasikmalaya. The purpose of this study to determine Performance of agroindustrial Yoghurt seen from agribusiness system approach, break-even point of sales value and volume of production, change the breakeven point in case of changes in input prices. The research method using a case study on the CV. ELSA’S company in Tasikmalaya. Location research done intentionally (purposive sampling) with consideration of the company's most widely produced and continous.

Based on research done can be concluded that the agro-yogurt CV. ELSA obtain fresh raw milk from farmers groups in Tasikmalaya, while auxiliary materials derived from merchants Tasikmalaya. Procurement of raw materials and auxiliary materials are transactional. Processing is carried out consisting of (1) the selection is done on raw materials, sugar and kolang kaling (the fruit of sugar palm); (2) The process of making yogurt consists of the manufacture of yoghurt, and cooking kolang kaling; (3) The packaging is done consists of two times the packaging. Marketing is done in addition Tasikmalaya with through sales, also to the outside of Tasikmalaya. Marketing outside Tasikmalaya through sub-agents and retailers. Banking was instrumental in helping to develop the agro-industrial company yoghurt CV. ELSA. Sales value received for one week Rp. 30.240.000,00 with a total production volume of 4.800 packs. Breakeven value of sales within a week of Rp. 2.625.755,26 with a volume of 273,5 liters or 547 packs. Input costs rise by 7,7 percent to break even increased by 12.4 percent or Rp. 2.952.137,244 with production volume rise about 12.4 percent of which 307.5 liters or 615 packs.

Keywords: agro-industry yoghurt,break-even point, sensitivity analysis

PENDAHULUAN

Agribisnis sapi perah di Indonesia merupakan industri peternakan rakyat karena peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh peternakan skala usaha kecil hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki, ilmu pengetahuan, dan pemasaran. Seiring dengan perkembangan waktu, agribisnis sapi perah di Indonesia mengalami pasang surut. Banyak hal yang mempengaruhi tersebarnya populasi sapi perah di Indonesia yang menyebabkan ketersediaan produk sapi perah tersebut menjadi terbatas, sehingga kebutuhan susu dalam negeri 80 persen dipenuhi luar negeri (import), dan hanya 20 persen dipenuhi oleh dalam negeri (Bayu Herlambang, 2014).

Badan Pusat Statistik Kota Tasikmalaya menyatakan pertumbuhan penduduk di Kota Tasikmalaya mengalami peningkatan 1,13 persen dari tahun

(3)

3

2012, 649.885 jiwa menjadi 657.217 jiwa pada tahun 2013. Peningkatan penduduk menyebabkan kebutuhan akan susu semakin meningkat, hal tersebut menyebabkan kebutuhan susu per kapita semakin bertambah setiap tahunnya. Kebutuhan tersebut harus diikuti dengan jumlah produksi susu (Bayu Herlambang, 2014).

Tabel 1. Populasi Sapi Perah, Hasil Produksi, dan Produktivitas Susu di Kota Tasikmalaya

Tahun Jumlah Sapi Perah Hasil Produksi Produktivitas (ekor) (Liter) (Liter/Ekor)

2012 105 221.690 2.111,3

2013 178 376.812 2.116,9

2014 190 401.742 2.114,4

Sumber : Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya (2014)

Berdasarkan Tabel 1. Pada Tahun 2014 hasil produksi susu mengalami peningkatan, akan tetapi pertambahan tersebut masih belum dapat memenuhi permintaan susu dalam kota menurut Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya (2014), dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan susu Kota Tasikmalaya dapat dipenuhi dari luar daerah seperti Kabupaten Tasikmalaya.

Karakteristik susu yang mudah rusak menjadi salah satu kendala agribisnis susu karena mempunyai daya simpan yang pendek, oleh karena itu diperlukan upaya untuk memperpanjang daya simpan susu. Tridjoko Wisnu Murti (2014), menyatakan bahwa sifat susu yang mudah rusak disebabkan oleh kadar air yang tinggi 85 - 90 persen; pH mendekati netral; kadar gizi yang tinggi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral). Salah satu cara untuk memperpanjang daya simpan susu adalah dengan pengawetan melalui proses pengolahan susu.

Salah satu perusahaan pengolahan susu di Kota Tasikmalaya Jawa Barat adalah CV. ELSA. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang paling banyak memproduksi diantara perusahaan sejenis di Kota Tasikmalaya, dan telah melakukan sistem recording (pencatatan) yang cukup baik. Tetapi sampai saat ini perusahaan tersebut belum melakukan analisis ekonomi untuk keberlanjutan kegiatan usahanya.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (1) Bagaimana keragaan agroindustri yoghurt dilihat dari pendekatan sistem agribisnis?; (2) Berapa titik

(4)

4

impas nilai penjualan dan volume produksi pada usaha agroindustri yoghurt?; (3) Berapa perubahan titik impas apabila terjadi perubahan harga input pada usaha agroindustri yoghurt?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Keragaan agroindustri yoghurt dilihat dari pendekatan sistem agribisnis. Titik impas nilai penjualan dan volume produksi pada usaha agroindustri yoghurt. Perubahan titik impas apabila terjadi perubahan harga input pada usaha agroindustri yoghurt.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus di CV. ELSA yaitu perusahaan yoghurt yang berada di Kelurahan Panyingkiran Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Jenis dan teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder.

Analisis yang digunakan untuk mengetahui titik impas nilai penjualan dan volume produksi pada usaha adalah analisis Break Event Point (BEP) dari Soehardi Sigit (1993):

BEP Nilai Jual = Biaya Tetap

1− Nilai PenjualanBiaya Variabel

BEP Unit = BEP Nilai Jual

Jumlah Produk

Digunakan untuk mengetahui besarnya perubahan titik impas yang disebabkan adanya perubahan harga input dengan menggunakan rumus Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis):

SA = Biaya Tetap x Nilai Penjualan

Nilai Penjualan−Biaya Variabel

HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Agroindustri

Agroindustri yoghurt yang dilaksanakan oleh CV. ELSA di Kelurahan Panyingkiran Kecamatan Indihiang sudah lama di jalankan oleh responden dan semakin berkembang setelah memiliki tenaga pemasaran, dengan meningkatnya tenaga pemasaran maka dapat meningkatkan volume produksi, oleh karena itu proses produksi dilakukan dalam seminggu enam kali. Peningkatan volume

(5)

5

produksi diikuti dengan pemasaran hasil produksi yang sudah sampai ke luar Kota Tasikmalaya. Semakin berkembangnya potensi agroindustri yoghurt, maka kepercayaan bank dalam hal meminjamkan modal kepada CV. ELSA akan semakin meningkat.

Gambar 1. Sistem Agribisnis pada Agroindustri Yoghurt di CV.ELSA

Sistem agribisnis pada perusahaan CV. ELSA saling keterkaitan antara setiap subsistem dari kelima subsistem tersebut pada subsistem usahatani tidak dilakukan kegiatannya karena pada perusahaan CV. ELSA tidak melakukan budidaya atau peengelolaan ternak.

Pada umumnya sebagian besar penyedia susu segar di CV. ELSA berasal dari kelompok peternak yang berada di Kabupaten Tasikmalaya. Kelompok peternak ini merupakan salah satu kelompok peternak yang menyediakan susu segar dalam volume yang banyak, melakukan uji berat jenis, uji suhu, dan kadar air. Bahan penolong, peralatan yang digunakan berasal dari salah satu pedagang

Pemasok bahan baku segar : Kelompok Peternak Pemasok :  Bahan penolong  Sarana produksi Jasa Penunjang Peternak Peternak Peternak CV. ELSA Konsumen Sub Agen Pengecer Pengecer Keterangan : : Informasi, uang. : Hasil produksi : faktor produksi

(6)

6

yang ada di Kota Tasikmalaya. Perusahaan CV. ELSA tidak bermitra dengan penyedia bahan baku maupun dengan bahan penolong.

Gambar 2. Subsistem Agribisnis Hulu

Seleksi terhadap bahan baku dan bahan penolong berfungsi untuk menjaga kualitas pada produk. Seleksi dilakukan terhadap (1) susu segar, dilakukan uji berat jenis susu. Pengujian dengan menggunakan laktodensimeter berat jenis yang ditetapkan di CV. ELSA yaitu minimal 1,028 kg/L pada suhu 27,50C, berat jenis dan suhu yang ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan Badan Standarisasi Nasional yang ditentukan pada tahun 1998, Ahmad Firman (2010); (2) gula pasir, gula pasir harus memiliki warna putih supaya tidak merubah warna susu; (3) kolang kaling, ukuran pada kolang kaling harus memiliki ukuran yang sama.

CV.ELSA Pemasok Bahan Baku : Kelompok Peternak Peternak Peternak Pemasok:  Bahan Penolong  Sarana Produksi Keterangan : : Informasi, uang. : Faktor produksi

(7)

7

Gambar 3. Proses Pembuatan Yoghurt di CV.ELSA

Pemasaran yoghurt terdapat dua saluran pemasaran. Saluran Pemasaran pertama yaitu pemasaran es yoghurt luar Kota Tasikmalaya, saluran pemasaran kedua yaitu pemasaran es yoghurt dalam Kota Tasikmalaya. Pemasaran es yoghurt luar Kota Tasikmalaya seperti Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Pangandaran, Wanareja, Bekasi, Depok, dan Kampung Rambutan. Penjualan es yoghurt CV. ELSA yang berada di luar Kota Tasikmalaya dikatakan sub agen, karena di setiap daerah yang menjual es yoghurt CV. ELSA hanya ada satu penjual sehingga disebut sub agen.

Gambar 4. Pemasaran Produk di CV. ELSA

Pemasakan Kolang Kaling Pembuatan Yoghurt Pengemasan CV. ELSA Sub Agen dan Pengecer Pengecer Pengecer Konsumen Keterangan : : Hasil produksi : Informasi, uang

(8)

8

Titik Impas Nilai Penjualan dan Volume Produksi Pada Usaha Agroindustri Yoghurt

Biaya tetap dalam penelitian ini pajak perusahaan, PBB, penyusutan peralatan, tenaga kerja tetap, bunga modal tetap. Biaya variabel untuk agroindustri yoghurt meliputi susu sapi segar, bibit yoghurt, gula pasir, PDAM, LPG, perasa makanan, kolang kaling, plastik bungkus, plastik kemasan, isi hekter, sarung tangan plastik, tenaga kerja pengemasan pertama, listrik, transportasi untuk pengiriman hasil produksi, dan transportasi untuk pembelian bahan penolong. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan selama satu minggu adalah sebesar Rp. 22.925.550,00

Biaya total merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel per usahatani dengan satuan rupiah (Ken Suratiyah, 2006). Biaya total agroindustri yoghurt dalam satu minggu sebesar Rp. 23.615.098,35.

Nilai penjualan merupakan perkalian dari hasil produksi yang dikalikan dengan harga satuan produk (Soehardi Sigit, 1993). Nilai penjualan yang diterima oleh agroindustri yoghurt CV. ELSA selama satu minggu sebesar Rp.30.240.000,00, dengan harga per kemasan kedua sebesar Rp. 6.300,00. Hasil produksi sebayak 4.800 kemasan kedua. Sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp. 6.624.901,65. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Biaya Total, Nilai Penjualan, Dan Keuntungan Pada Satu Minggu

No Uraian Keterangan

1. Jumlah Produksi 4.800 kemasan besar

2. Harga per kemasan Rp. 6.300,00

3. Biaya Total Rp. 23.615.098,35

4. Nilai Penjualan Rp. 30.240.000,00

5. Keuntungan Rp. 6.624.901,65

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa titik impas nilai penjualan es yoghurt adalah sebesar Rp. 2.625.755,26 dengan volume produksi sebanyak 547 kemasan atau 273,5 liter. Pada keadaan ini pengusaha tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian, dimana nilai penjualan pada saat itu sama dengan biaya yang dikeluarkan dalam satu minggu.Sementara itu nilai penjualan es yoghurt CV. ELSA milik responden sebesar Rp. 30.240.000,00 dan volume produksi sebanyak 4.800 kemasan atau 2.400 liter masih diatas titik impas.

(9)

9

BEP Nilai Jual : Rp. 629.941,92

1− Rp. 22.985.156,43Rp.30.240.000,00

: Rp. 2.625.755,26 BEP Unit : Rp. 2.625.755,26

4.800

: 547,03

: 547 kemasan atau 273,5 liter.

Sensitivitas Analisis

Analisis sensitivitas dilakukan dengan harga input naik sebesar 7,7 persen pada harga susu sapi segar dan harga output tidak mengalami perubahan atau harga output tetap. Keadaan titik impas yang baru dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perubahan Titik Impas Akibat Perubahan Harga Input (Harga Input Naik).

No Keterangan BEP

Nilai Volume

Produksi

1 Rill Rp.2.625.755,26 547 kemasan

2 Harga input naik 7,7 % dan harga output tetap

Rp.2.952.137,24 615 kemasan

3 Perubahan BEP 12,4 % 12,4 %

BEP Nilai Jual : Rp. 629.941,92 x Rp. 30.240.000,00

Rp. 30.240.000,00 − Rp.22.985.156,43

: Rp. 2.952.137,244 BEP Unit : Rp. 2.952.137,244

4.800

(10)

10

: 615 atau 307,5 liter.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Agroindustri yoghurt CV. ELSA memperoleh bahan baku susu segar dari kelompok peternak di Kabubaten Tasikmalaya, sedangkan bahan penolong berasal dari pedagang yang ada di Kota Tasikmalaya. Pengadaan bahan baku dan bahan penolong secara transaksional.

Pengolahan yang dilakukan terdiri dari seleksi yang dilakukan pada bahan baku, gula pasir dan kolang kaling. Proses pembuatan yoghurt terdiri dari pembuatan yoghurt, dan pemasakan kolang kaling. Pengemasan yang dilakukan terdiri dari dua kali pengemasan.

Pemasaran yang dilakukan selain dalam Kota Tasikmalaya dengan melalui sales, juga sampai luar Kota Tasikmalaya. Pemasaran luar Kota Tasikmalaya melalui sub agen dan pedagang pengecer.

Perbankan sangat berperan dalam membantu mengembangkan perusahaan agroindustri yoghurt CV. ELSA.

2) Titik impas nilai penjualan dan titik impas volume produksi agroindustri yoghurt yang dilakukan oleh CV. ELSA dan titik impas volume produksi sebesar 273,5 liter atau 547 kemasan dengan titik impas nilai penjualan sebesar Rp. 2.625.755,26 .

(11)

11

3) Pada saat harga jual tetap tetapi biaya untuk bahan baku naik 7,7 persen maka titik impas nilai penjualan sebesar Rp. 2.952.137,244 atau 12,4 persen dan titik impas volume produksi 307,5 liter atau 615 kemasan atau naik 12,4 persen.

Saran

Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka penulis menyarankan hal – hal sebagai berikut :

1) Untuk menjaga kualitas dan kuantitas pasokan bahan baku diperlukan kemitraan sistem kontrak antara perusahaan dengan kelompok peternak. 2) Untuk menjaga kepercayaan konsumen maka perusahaan membuat

pernyataan kehalalan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia. 3) Pembinaan kualitas yoghurt dari Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan

Perdagangan Kota Tasikmalaya

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Firman. 2010. Agribisnis Sapi Perah. Widya Padjadjaran. Bandung

Badan Pusat Statistik. 2012-2013. Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Penduduk Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya

Bayu Herlambang. 2014. Jadi Jutawan dari Beternak Sapi Potong dan Sapi Perah. Flash Books. Yogyakarta

Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya. 2012-2014. Populasi dan Produksi Susu Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya

Soehardi Sigit. 1993. Analisa Break Even. BPFE. Yogyakarta

Tridjoko Wisnu, M. 2014. Pangan, Gizi, dan Teknologi Susu. UGM Press. Yogyakarta

Gambar

Tabel  1.  Populasi  Sapi  Perah,  Hasil  Produksi,  dan  Produktivitas  Susu  di  Kota  Tasikmalaya
Gambar 1. Sistem Agribisnis pada Agroindustri Yoghurt di CV.ELSA
Gambar 2. Subsistem Agribisnis Hulu
Gambar 3. Proses Pembuatan Yoghurt di CV.ELSA
+2

Referensi

Dokumen terkait

a) Metode Linear Quadratic Tracking dengan tuning menggunakan Algoritma Genetika dapat digunakan untuk mengendalikan gerak lateral quadcopter pada lintasan

Kegiatan pembelajaran siklus II pada pertemuan pertama sebagai berikut: Aktivitas guru memperoleh nilai rata-rata sebesar 64,28. Nilai rata-rata aktivitas siswa adalah

Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional merupakan Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan

Bukti T-90 : Fotokopi Formulir Model C1-KWK Sertifikat Hasil Penghitungan Suara Untuk Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati di Tempat Pemungutan Suara di TPS 3,

Puskesmas Bangetayu layak menjadi mitra dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat yang berjudul PKM penguatan regimen terapeutik penderita DM di Puskesmas

Informasi yang diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKP3) Kabupaten Bantul (2012), di Kecamatan Pajangan terdapat sebuah lembaga pertanian

Fokus penelitian ini pada kegiatan Musrenbang pada tingkat desa dan kelurahan sebagai forum komunikasi stakeholder yang mewakili masyarakat desa/kelurahan untuk mengaspirasikan

In general, soybean grown during the rainy season had higher content of genistein, daidzein, glycitein and higher total of isoflavone content compared to soybean grown during the