• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era globalisasi. Upaya untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat berfungsi sebagai alat untuk membangun sumber daya manusia yang bermutu tinggi dan berkualitas yang pada akhirnya dapat mendukung pembangunan nasional adalah pendidikan.

Pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap dan perilaku seseorang dalam upaya mendewasakan manusia melalui proses pembelajaran. Proses pendidikan juga mengarah pada pembentukan sikap, pengembangan intelektual, dan pengembangan keterampilan peserta didik sehingga arah dan tujuan pendidikan dapat tercapai. “Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik” (Trianto, 2009). Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih memprihatinkan, selain itu juga lemahnya proses pembelajaran. Seperti kemampuan berpikir peserta didik kurang dikembangkan sehingga peserta didik hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan yang dimiliki serta kurang mampu memutuskan masalah dan merumuskannya.

Pendidikan di Indonesia saat ini juga mengalami penurunan. Permasalahan pendidikan dilihat dari kualitas hasil lulusan dan perkembangan zaman. Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, namun hasilnya belum optimal.. Kita ketahui juga bahwa mata pelajaran fisika telah diikutkan dalam Ujian Nasional (UN), dan membuat kebanyakan siswa merasa takut tidak lulus mata pelajaran fisika karena bagi mereka pelajaran fisika dianggap sulit. Fisika merupakan bagian dari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, pada dasarnya menarik untuk dipelajari karena di dalamnya dapat dipelajari gejala-gejala atau fenomena yang terjadi di alam.

(2)

Fisika juga berusaha mengungkapkan rahasia dan hukum semesta yang dapat diterangkan dengan konsep yang sederhana. Dan melalui hasil angket minat belajar yang dibagikan kepada siswa SMA Negeri 1 Silimakuta, dari 30 siswa 70% menyatakan pelajaran Fisika itu sulit dan kurang menarik. setelah ditanya langsung kepada siswa pelajaran fisika itu adalah perhitungan-perhitungan yang sulit dan membosankan juga pelajaran yang banyak menghafal rumus-rumus.

Fakta lain yang mendukung bahwa nilai pendidikan di Indonesia menurun terutama di bidang Sains adalah rendahnya kualitas hasil belajar fisika siswa yang ditemukan peneliti saat melaksanakan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) di SMP N 1 Dolok Panribuan pada tahun 2013 diakibatkan banyaknya siswa beranggapan bahwa fisika adalah pelajaran yang sangat sulit dan penerapan rumus-rumus ke dalam soal juga tidak mudah. Selama ini siswa bahkan mengenal fisika sebagai suatu pelajaran yang sangat menakutkan, salah satu penyebabnya karena pada saat proses pembelajaran fisika, guru jarang melibatkan siswa dan hanya menekankan siswa untuk menghafal rumus-rumus.

Sehubungan dengan masalah di atas, dalam meningkatkan mutu pendidikan tersebut diperlukan suatu cara dalam memotivasi siswa untuk mau belajar dan membuat siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Bagi seorang tenaga pendidik (khususnya guru) ini merupakan tantangan, karena guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan siswa yang bervariasi sehingga siswa tidak menganggap fisika itu sulit dan kurang menarik. Berbeda dengan model pembelajaran konvensional yang biasanya dilakukan oleh seorang guru. Menurut L.Tarigan, S.Pd, salah satu guru fisika di SMA N 1 Silimakuta menyatakan bahwa model yang biasanya digunakan dalam menyampaikan pelajaran fisika adalah model konvensional yang memakai metode ceramah, tanyajawab dan pemberian tugas. Bila model konvensional ini selalu dilakukan dan terlalu lama akan sangat membosankan dan mengakibatkan siswa menjadi pasif.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa model atau metode mengajar mempengaruhi susana dan hasil belajar siswa. Guru yang mengajar dengan model pembelajaran yang kurang menarik dapat menyebabkan siswa menjadi bosan,

(3)

pasif, dan tidak kreatif. Oleh karena itu guru dituntut untuk menggunakan model pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi belajar agar tujuan akhir belajar dapat tercapai.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan tersebut adalah dengan menciptakan susana pembelajaran yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah salah satu upaya solusi untuk mengatasi kesulitan tersebut. Model pembelajaran berdasarkan masalah ini dirancang dengan tujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih paham terhadap konsep fisika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Peneliti yang terkait tentang model pembelajaran berdasarkan masalah telah dilakukan oleh Saut Dohot Siregar (2012:39). Prosedur penelitian yang dilakukan adalah menyusun jadwal penelitian, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menentukan kelas sampel dari populasi, melaksanakan pretest pada kelas eksperimen dan kontrol, melakukan analisa data pretest, mempersiapkan materi yang direncanakan, mengajarkan materi dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada kelas eksperimen sesuai dengan rencana pembelajaran. Melaksanakan postest untuk mengetahui kemampauan akhir siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Melakukan analisa data postest. Kesimpulan rata-rata hasil belajar sebelum menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah di kelas eksperimen adalah 32,98, sedangkan rata-rata hasil belajar setelah menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah 74,91. Artinya ada perbedaan yang signifikan ketika siswa diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. Saran dari peneliti bagi mahasiswa calon guru yang akan meneliti lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah agar lebih memahami dengan jelas masalah yang diberikan oleh siswa ataupun masalah yang ditawarkan kepada siswa sehingga siswa lebih aktif dalam belajar, sehingga kondisi kelas lebih kondusif.

(4)

Peneliti selanjutnya yang meneliti tentang model pembelajaran berdasarkan masalah adalah Muhammad Imam Fadilah (2012:35). Tahapan penelitian yang dilakukan adalah melakukan peninjauan ke sekolah tempat penelitian, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mengadakan pretest pada siswa yang menjadi sampel, melakukan pengajaran kepada kedua kelas. Kelas eksperimen dilakukan pengajaran dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Setiap kelas diberi post test untuk mengukur hasil belajar siswa dan melakukan pengolahan data hasil penelitian. Kesimpulan rata-rata hasil belajar sebelum menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah di kelas eksperimen adalah 39,3, sedangkan rata-rata hasil belajar setelah menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah 73,2, artinya ada perbedaan yang signifikan ketika siswa diajarkan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah. Saran dari peneliti bagi mahasiswa calon guru yang akan meneliti lebih lanjut dengan model ini adalah membimbing diskusi siswa secara merata.

Peneliti selanjutnya yang meneliti tentang model pembelajaran berdasarkna masalah adalah Arina Hayati (2011:47). Prosedur penelitian yang dilakukan adalah melaksanakan pretest untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan. Memberikan perlakuan dengan mengunakan model pembelajaran berdasarkan masalah, melaksanakan postest untuk mengetahui kemampauan akhir siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari uji hipotesis diketahui perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran berdasarkan masalah dengan model pembelajaran konvensional. Kesimpulan rata-rata hasil belajar sebelum menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah 31,5, sedangkan rata-rata hasil belajar setelah menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah 72,9, artinya ada perbedaan yang signifikan ketika siswa diajarkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Saran dari peneliti bagi mahasiswa calon guru yang akan meneliti lebih lanjut dengan model pembelajaran berdasarkan masalah dengan adanya kegiatan praktikum agar menyiapkan peralatan yang lebih baik agar dapat hasil praktikum yang lebih baik.

(5)

Dari pemaparan tentang penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, maka dapat dilihat bahwa ada pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran berdasarkan masalah terhadap hasil belajar siswa. Pada pembelajaran berdasarkan masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian menganalisis dan mencari solusi dari permasalahan yang ada. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorientasikan siswa kepada masalah, multidisiplin, menuntut kerjasama dalam penelitian, dan menghasilkan karya.

Berdasarkan uraian di atas penulis berkeinginan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Listrik Dinamis SMA Negeri 1 Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika masih rendah karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah pembelajaran yang konvensional dan masih berfokus pada guru (teacher center).

2. Siswa tidak tertarik untuk belajar fisika dan menganggap bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang sulit.

3. Proses pembelajaran yang kurang menarik karena menggunakan pembelajaran konvensional.

4. Fasilitas laboratorium di sekolah tidak dipergunakan secara maksimal untuk mendukung proses pembelajaran sehingga membatasi pemanfaatan dan pemberian pengalaman secara langsung untuk memahami konsep-konsep fisika.

(6)

1.3.Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi masalah ini yaitu:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

2. Materi pokok yang akan diberikan adalah materi pokok Listrik Dinamis 3. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Silimakuta Tahun

Pembelajaran 2013/2014 1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana hasil belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA N 1 Silimakuta?

2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah dan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Silimakuta?

3. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Silimakuta?

1.5.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Silimakuta. 2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran berdasarkan

masalah terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Silimakuta.

(7)

3. Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X semester II SMA Negeri 1 Silimakuta.

1.6.Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai informasi hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah di SMA N 1 Silimakuta pada materi Listrik Dinamis 2. Bagi peneliti, dapat lebih memperdalam pengetahuan mengenai model

Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk dapat diterapkan saat melakukan pembelajaran di sekolah.

3. Sebagai bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji dan membahas penelitian yang sama.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan muatan kurikulum di SMA dan MA, masalah-masalah yang dihadapi remaja pada jenjang sekolah menengah serta perbedaan hasil penelitian dari Rosemary (2008) yang menyebutkan

Berikut merupakan salah satu contoh pengujian yang dilakukan pada aplikasi ARMIPA yaitu pengujian ketepatan titik lokasi pada peta dan kamera dengan markerless

Komunikasi dan Informatika, yang mencakup audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara dan audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Komunikasi dan

Pada Ruang Baca Pascasarjan perlu dilakukan pemebersihan debu baik pada koleksi yang sering dipakai pengguna maupun

Menurut teori hukum Perdata Internasional, untuk menentukan status anak dan hubungan antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang tuanya sebagai

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dengan laju perubahan tata guna lahan yang cukup tinggi. Kondisi tersebut ditandai dengan laju deforestrasi baik disebabkan

Penyusunan LBP Kementerian Keuangan Tahunan Tahun Angggaran 2020 (Audited), mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan

Pendapatan masyarakat, memanfaatkan Tahura Djuanda sebagai sumber pendapatan masyarakat setempat yang bersumber dari wisatawan yang datang ke Tahura Djuanda. Pengeluaran